Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH PEMERIKSAAN INTERNAL

DASAR DAN KONSEP INTERNAL CONTROL

Disusun Oleh :

1. Wawat Shafwatul Milah C1C018017


2. Aldillah Pramachningtyas C1C018018
3. Jefry Maulana C1C018027
4. Aura Widadatusy Syifa C1C018091

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Konsep Internal Control dimulai pada tahun 1930-an. George E. Bennet


menyebutkan definisi Internal Control dan dinyatakan secara institutional oleh AICPA
pada tahun 1949 melalui laporan khusus yang berjudul “Pengendalian Internal – Elemen-
elemen Sistem yang Terkoordinasi dan Pentingnya Pengendalian bagi Manajemen dan
Akuntan Independen”.

Selanjutnya, pada awal tahun 1980-an dunia bisnis dan teknologi membuat konsep
pengendalian internal tersebut tidak efektif dalam mendorong tercapainya tujuan
perusahaan. Meningkatnya keluhan dari perusahaan dan institusi yang telah menerapkan
konsep internal control sebagaimana dikembangkan oleh American Institute of Certified
Public Accountant (AICPA), namun masih mengalami kegagalan.

Pada tahun 1992, The Commitee of Sponsoring Organization of The Treadway


Commission (COSO) menerbitkan laporan dengan judul “Internal Control-Integrated
Framework”. Dimana laporan ini memberikan pandangan baru tentang konsep Internal
Control yang lebih baik dan sesuai dengan perkembangan dunia usaha dalam mencegah
terjadinya penyimpangan . Konsep COSO ini memiliki pandangan yang lebih luas yaitu
dengan melakukan pengendalian atas perilaku seluruh komponen organisasi. Konsep ini
diterima dengan sangat baik dari berbagai pihak.

Internal Control didefinisikan sebagai suatu proses, yang dipengaruhi oleh sumber
daya manusia dan sistem teknologi informasi, yang dirancang untuk membantu
organisasi dalam mencapai tujuan. Internal Control digunakan untuk mengarahkan,
mengawasi, dan mengukur sumber daya sebuah organisasi. Ia memiliki peran penting
untuk mencegah dan mendeteksi fraud dan melindungi sumber daya organisasi baik yang
berwujud maupun tidak.

Dengan sistem akuntansi yang memadai membuat akuntan perusahaan dapat


menyediakan informasi keuangan dengan baik untuk semua pemakai laporan keuangan
(stakeholder) yang berfungsi dalam pengambilan keputusan ekonomi. Sistem tersebut
digunakan oleh manajemen untuk merencanakan dan mengendalikan operasi perusahaan.
Kebijakan dan prosedur yang digunakan secara langsung dimaksudkan dalam mencapai
sasaran dan menyediakan laporan keuangan yang tepat, serta menjamin ditaatinya hukum
dan peraturan.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan internal control?

2. Apa tujuan dari Internal Control?

3. Apa unsur dan elemen dari Internal control?

4. Bagaimana peran Internal control dalam sistem informasi akuntansi?

C. Tujuan

1. Mengetahui pengertian dari internal control.

2. Mengetahui tujuan dari Internal control.

3. Mengetahui unsur dan elemen dari Internal control.

4. Mengetahui peran Internal control dalam system informasi akuntansi.


BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Internal Control

AICPA menyebutkan Internal Control yaitu rencana organisasi dan semua metode
yang terkoordinasi dan pengukuran-pengukuran yang diterapkan di perusahaan untuk
mengamankan aktiva, meyakini keandalan dan akurasi data akuntansi, meningkatkan
efisiensi operasional dan mendorong ketaatan terhadap kebijakan manajerial yang telah
ditetapkan. Definisi ini dijelaskan oleh banyak pihak yaitu terdiri atas dua kelompok
antara lain pengendalian administatif dan pengendalian akuntansi. Pengendalian
administratif berhubungan dengan pencapaian tujuan perusahaan sedangkan
pengendalian akuntansi terkait dengan penyajian laporan keuangan.

Selanjutnya Laporan COSO menginterpretasi definisi AICPA dan menyatakan


bahwa definisi Internal Control sebagai berikut :

“Internal control is broadly defined as a process, effected by an entity’s board


of directors, management and other personnel, designed to provide reasonable
assurance regarding the achievement of objectives in the following categories:

1. Effectiveness and efficiency of operations.

2. Reliability of financial reporting.

3. Compliance with applicable laws and regulations.

Melalui Statement of Auditing Standar (SAS), AICPA menjelaskan Internal


Control sama dengan definisi COSO, yaitu suatu proses yang dipengaruhi oleh aktivitas
Dewan Komisaris, Manajemen dan Pegawai, yang dirancang untuk memberikan
keyakinan yang wajar atas (a) keandalan pelaporan keuangan, (b) efektivitas dan efisiensi
operasi, dan (c) ketaatan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku. Berbeda dengan
definisi pertama yang hanya mengaitkan pengendalian hanya dengan perencanaan,
metode dan pengukuran, pada definisi berikutnya terkait dengan “proses yang
dipengaruhi oleh aktivitas seluruh komponen organisasi”. Definisi ini mengandung
makna yang lebih kompleks dari definisi sebelumnya.
Sesuai dengan definisi Internal kontrol menurut COSO (The Committee of
Sponsoring Organizations of the Treadway Commission) yaitu bukan hanya meliputi
komponen-komponen organisasi yang bersifat statis, tetapi meliputi juga hal-hal yang
bersifat dinamis. Tidak hanya berisi penyusunan laporan keuangan saja, namun meliputi
juga pencapaian tujuan organisasi. Tidak hanya memperhatikan tingkatan manajerial dan
operasional organisasi, namun juga meliputi tingkatan strategis pada organisasi.

Sedangkan pengendalian intern menurut Mustofa (1995:71) adalah cara-cara untuk


mengatasi pengamatan harta kekayaan, memperoleh informasi bagi pimpinan,
melancarkan operasional dan dipatuhinya kebijakan-kebijakan perusahaan. Pembentukan
suatu sistem tidak terlepas dari adanya suatu sistem pengendalian internal (intern control
sistem), karena pengendalian internal harus melekat di dalam sistem itu sendiri. Agar
landasan berpikir kita lebih terintegrasi maka perlu juga dituangkan definisi dari
pengendalian internal. Pengendalian Internal pertama kali didefinisikan oleh AICPA pada
tahun 1949 yang dikutip oleh Yogiyanto (1996:358) adalah meliputi Struktur suatu
organisasi dan semua metode-metode yang terkoordinir serta ukuran-ukuran yang
ditetapkan di dalam suatu perusahaan untuk tujuan menjaga ditetapkannya di dalam suatu
perusahaan untuk tujuan menjaga keamanan harta kekayaan milik perusahaan, memeriksa
ketepatan dan kebenaran data akuntansi, meningkatkan efisiensi operasi kegiatan, dan
mendorong ditaatinya kebijaksanaan-kebijaksanaan manajemen yang telah ditetapkan.
sistem pengendalian intern menurut AICPA (American Institute of Certified Public
Accountantsi) yang dikutip oleh Bambang Hartadi menyebutkan, sistem pengendalian
intern meliputi struktur organisasi, semua metode dan ketentuan-ketentuan yang
terkoordinasiyang dianut dalam perusahaan untuk melindungi harta kekayaan memeriksa
ketelitian, dan seberapa jauh data akuntansi dapat dipercaya

Berdasarkan definisi yang di atas, suatu perusahaan atau lembaga menginginkan


tercapainya tujuan dan memerlukan pengendalian intern. Pengendalian intern merupakan
sumber kepercayaan auditor mengenai bebasnya laporan keuangan dari kemungkinan
kesalahan dan kecurangan. Pemerintah berusaha untuk membuat struktur pengendalian
intern dengan baik, melaksanakan, dan mengawasinya agar efektivitas perusahaan bisa
tercapai, pengendalian intern yang baik akan menjamin ketelitian data akuntansi yang
dihasilkan sehingga data tersebut dapat dipercaya.

B. Tujuan Internal Control

Internal Control mempunyai tujuan dalam mendapatkan data yang tepat dan dapat
dipercaya, melindungi harta atau aktiva perusahaan atau lembaga, dan meningkatkan
efektivitas dari seluruh anggota perusahaan atau lembaga sehingga perusahaan dapat
berjalan sesuai dengan tujuan yang ditetapkan.

Internal Control dibuat atas tujuan untuk memberikan keyakinan yang memadai
bahwa laporan keuangan disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi
berterima umum di Indonesia. Manajemen merancang sistem pengendalian intern yang
efektif dengan empat tujuan pokok berikut ini (Mulyadi, 2001):

1. Menjaga harta kekayaan perusahaan


Bila sistem pengendalian intern berjalan dengan baik maka akan dapat
mengantisipasi teriadinya kecurangan, pemborosan, ketidakefisienan, dan
penyalahgunaan terhadap aktiva perusahaan.
2. Mengecek keakuratan data akuntansi
Keandalan data/informasi akuntansi digunakan oleh manajemen dalam
pengambilan keputusan untuk meningkatkan ketelitian dan dapat dipercayanya
data akuntansi.
3. Mendorong efisiensi
Kebijakan perusahaan mampu memberikan manfaat tertentu dengan memantau
setiap pengorbanan yang telah dikeluarkan guna mendapatkan hasil yang
sebaik-baiknya.
4. Mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen
Suatu hal untuk mencapai tujuan perusahaan maka kebijakan, prosedur, sistem
pengendalian intern yang dirancang untuk memberikan keyakinan yang
memadai bahwa kebijakan, prosedur yang ditetapkan perusahaan akan dipatuhi
oleh seluruh karyawan.
Pada tingkatan organisasi, tujuan Internal Control berkaitan dengan keandalan
laporan keuangan, umpan balik yang tepat waktu terhadap pencapaian tujuan-tujuan
operasional dan strategis, serta kepatuhan pada hukum dan regulasi. Pada tingkatan
transaksi spesifik, pengendalian intern merujuk pada aksi yang dilakukan untuk mencapai
suatu tujuan. Prosedur Internal Control mengurangi variasi proses dan pada gilirannya
memberikan hasil yang lebih dapat diperkirakan. Tujuan pengendalian intern adalah
menjamin manajemen perusahaan agar :

 Tujuan perusahaan yang ditetapkan akan dapat dicapai.


 Laporan keuangan yang dihasilkan perusahaan dapat dipercaya.
 Kegiatan perusahaan sejalan dengan hukum dan peraturan yang berlaku.
 Menjamin atau menjaga asset
 Menjamin ketelitian data
 Mencapai tingkat efisiensi
 Mendorong terpenuhinya kebijakan dari pihak manajemen

Menurut tujuannya Mulyadi (2001:163) menyebutkan, Sistem pengendalian


internal dapat dibagi menjadi dua macam:

1. Pengendalian internal akuntansi (accounting control)


Pengendalian internal akuntansi meliputi struktur organisasi, metode dan
ukuran-ukuran yang dikoordinasikan terutama untuk menjaga kekayaan
organisasi dan mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi, sehingga
dapat menjamin kekayaan organisasi dan menghasilkan laporan keuangan yang
dapat dipercaya.
2. Pengendalian internal administratif (administrative control)
Pengendalian internal adminitratif meliputi struktur organisasi, metode dan
ukuran-ukuran yang dikoordinasikan terutama untuk mendorong efisiensi dan
dipatuhinya kebijakan manajemen.

Dari definisi tersebut dapat diartikan bahwa pengendalian internal meliputi


beberapa hal berikut ini:

1. Struktur suatu organisasi.


2. Semua metode-metode dan cara-cara yang terkoordinir.

3. Ukuran-ukuran yang ditetapkan di dalam suatu perusahaan yang mempunyai


tujuan

C. Struktur Internal Control

Sebuah informasi akuntansi memberikan informasi kepada orang-orang yang ada di


dalam maupun di luar perusahaan. Para pemakai informasi sangat memeprhatikan
kualitas informasi yang dilaporkan melalui kertas maupun berbentuk softfile. Suatu
organisasi menerapkan kebijakan dan prosedur pengendalian (pengendalian intern)
dengan maksud untuk memelihara kualitas informasi dan operasi (rangkaian aktivitas)
dalam rangka pencapaian tujuan. Pengendalian intern memiliki lima komponen yang
membentuk struktur pengendalian intern. Dari lima komponen tersebut, pengendalian
lingkungan menjadi dasar yang memayungi ke-empat pengendalian lainnya

Ada lima komponen yang saling terkait dalam struktur pengendalian intern adalah
sebagai berikut :

1. Lingkungan pengendalian yang berfungsi untuk menetapkan corak suatu


organisasi.
2. Penaksiran resiko untuk mengidentifikasi entitas dan analisis terhadap resiko
yang relevan.
3. Aktivitas pengendalian yang merupakan kebijakan dan prosedur yang
membantu menjamin bahwa arahan manajemen dilaksanakan.
4. Informasi dan komunikasi untuk pengindentifikasian, penangkapan dan
pertukaran informasi.
5. Pemantauan sebagai proses untuk menetukan kualitas kinerja pengendalian
intern sepanjang waktu.

Komponen diatas menjelaskan bahwa ada lima hal yang saling terkait dalam
struktur pengendalian intern antara lain lingkungan pengendalian, penaksiran resiko,
aktivitas pengendalian, informasi dan komunikasi dan pemantauan. Kelima komponen
tersebut tidak dapat dipisahkan, jika perusahaan menginginkan struktur Internal Control
yang mampu mendukung proses pengambilan keputusan.
D. Prinsip-prinsip Internal Control

Prosedur Pengendalian internal berbeda-beda antar organisasi yang satu dengan


lainnya, dan bergantung pada beberapa faktor seperti sifat operasi dan besarnya
organisasi. Namun demikian prinsip-prinsip pengendalian internal yang pokok dapat
diterapkan pada semua organisasi. Untuk dapat mencapai tujuan pengendalian akuntansi,
suatu sistem harus memenuhi enam prinsip dasar pengendalian intern yang meliputi:

 Pemisahan fungsi. Tujuan utama pemisahan fungsi untuk menghindari dan


pengawasan segera atas kesalahan atau ketidakberesan. Adanya pemisahan fungsi
untuk dapat mencapai suatu efisiensi pelaksanaan tugas.
 Prosedur pemberian wewenang. Tujuan prinsip ini adalah untuk menjamin bahwa
transaksi telah diotorisir oleh orang yang berwenang
 Prosedur dokumentasi. Dokumentasi yang layak penting untuk menciptakan
sistempengendalian akuntansi yang efektif. Dokumentasi memberi dasarpenetapan
tanggungjawab untuk pelaksanaan dan pencatatan akuntansi.
 Prosedur dan catatan akuntansi Tujuan pengendalian ini adalah agar dapat
disiapkannya catatan-catatan akuntansi yang yang teliti secara cepat dan data
akuntansi dapat dilaporkan kepada pihak yang menggunakan secara tepat waktu.
 Pengawasan fisik Berhubungan dengan penggunaan alat-alat mekanis dan
elektronis dalam pelaksanaan dan pencatatan transaksi.
 Internal Control secara bebas Menyangkut pembandingan antara catatan asset
dengan assetyang betul-betul ada, menyelenggarakan rekening-rekening kontrol dan
mengadakan perhitungan kembali gaji karyawan. Ini bertujuan untuk mengadakan
pengawasan kebenaran data.

Menurut Al Haryono Jusup (2005:4) ada. tujuh buah prinsip pengendalian internal
yang pokok meliputi:

1. Penetapan Tanggung jawab secara Jelas.


Untuk menciptakan pengendalian internal yang baik, manajemen harus
menetapkan tanggung jawab secara jelas dan tiap orang memiliki tanggung jawab
untuk tugas yang diberikan kepadanya. Jika perumusan tanggung jawab tidak
jelas dan terjadi suatu kesalahan, maka akan sulit untuk mencari siapa yang
bertanggung jawab atas kesalahan tersebut.
2. Penyelenggaraan Pencatatan yang Memadai.
Untuk melindungi aktiva dan menjamin bahwa semua karyawan melaksanakan
prosedur yang ditetapkan, diperlukan pencatatan yang baik. Catatan yang bisa
dipercaya akan menjadi sumber informasi yang dpat digunakan manajemen untuk
memonitor operasi organisasi. Salah satunya adalah merancang formulir-formulir
secara cermat dan sesuai dengan kebutuhan dan menggunakan dengan benar.
3. Pengasuransian Kekayaan dan Karyawan Organisasi.
Kekayaan organisasi harus diasuransikan dengan jumlah pertanggungan yang
memadai, demikian pulah karyawan yang menangani kas dan surat-surat berharga
harus dipertanggungkan. Salah satu cara mempertanggungkan karyawan adalah
dengan membeli polis asuransi atas kerugian akibat pencurian oleh karyawan.
4. Pemisahan Pencatatan dan Penyimpanan Aktiva.
Prinsip pokok pengendalian internal mensyaratkan bahwa pegawai yang
menyimpan / bertanggungjawab atas aktiva tertentu, tidak diperkenankan
mengurusi catatan akuntansi aktiva yang bersangkutan.
5. Pemisahan Tanggung Jawab atas Transaksi yang Berkaitan.
Pertanggunjawaban atas transaksi yang berkaitan harus ditetapkan pada orang-
orang atau bagian-bagian dalam organisasi sehingga pekerjaan yang dilakukan
oleh seseorang akan diperiksa oleh orang lain.
6. Penggunaan Peralatan Mekanis (Jika Memungkinkan)
Apabila keadaan memungkinkan, sebaiknya organisasi menggunakan peralatan-
peralatan mekanis seperti kas register, check protector, mesin pencatat waktu dan
peralatan mekanis lainnya.
7. Pelaksanaan Pemeriksaan secara Independen

Apabila suatu sistem pengendalian internal telah dirancang dengan baik,


penyimpangan tetap mungkin terjadi sepanjang waktu. Oleh karena itu perlu
pengkajian ulang secara teratur untuk memastikan bahwa prosedur-prosedur telah
diikuti dengan benar. Pengkajian ulang ini harus dilakukan oleh pemeriksa
internal yang tidak terlibat langsung dalam operasi suatu organsasi. Apabila
pemeriksa internal berkedudukan independen maka dapat melakukan evaluasi
mengenai efisiensi operasi secara menyeluruh dan efektif tidaknya sistem
pengendalian internal.

E. Komponen Pengendalian Internal

Dalam Committee of Sponsoring Organizations of The Treatway Commission


(COSO) ada 5 komponen pengendalian intern, yaitu:

1. Limgkungan Pengendalian (Control Environment)


Lingkungan pengendalian perusahaan meliputi sikap para manajemen dan
karyawan terhadap pentingnya pengendalian yang ada dalam organisasi tersebut.
Lingkungan pengendalian sangat penting karena menjadi dasar keeektifan unsur-
unsur pengendalian yang lain. Salah satu factor yang berpengaruh terhadap
lingkungan pengendalian adalah filosofi manajemen (manajemen tunggal dalam
persekutuan atau manajemen bersama dalam perseroan) dan gaya operasi
manajemen (manajemen yang progresif atau konservatif), struktur organisasi
(terpusat) serta praktik kepersonaliaan.
Lingkungan pengendalian membangun suasana pengendalian dalam suatu
organisasi dan berpengaruh terhadap kesadarn personel organisasi tentang
pengandalian. Lingkungan pengendalian menjadi landasan untuk semua unsur
pengendalian intern yang terstruktur. Ada banyak factor yang membentuk
lingkungan pengendalian dalam suatu entitas, yaitu:
a. Integritas dan nilai etika

Efektivitas pengendalian intern berasal dari dalam diri orang yang mendesain
dan melaksanakannya. Pengendalian intern yang desainnya baik, namun
dijalankan oleh orang-orang yang tingkat integritasnya rendah dan etika nya
kurang baik, maka tidak akan terwujudnya pengendalian intern. Oleh karena
itu, tanggung jawab manajemen adalah menjunjung tinggi nilai integritas.

b. Komitmen terhadap kompetensi

Disaat personel disetiap tingkat organisasi harus memiliki pengetahuan dan


keterampilan yang diperlukan untuk melaksanakan tugasnya secara efektif
maka akan tercapai tujuan entitas. Komitmen terhadap kompetensi mencakup
pertimbangan manajemen atas pengetahuan dan keterampilan yang
diperlukan, dan panduan antara kecerdasan, pelatihan dan pengalaman yang
diminta dalam pengembangan kompetensi.

c. Dewan komisaris dan komite audit


Dalam perusahaan persseroan terbatas, apabila penunjukkan auditor dilakkan
oleh manajemen puncak, kebebasan auditor akan berkurang apabila dilihat
dari sudut pemegang saham. Karena manajemen puncak merupakan pihak
yang seharusnya dinilai kejujuran dalam pertanggungjawaban keuangannya
oleh auditor, padahal manajemen puncak menentukan pemilihan auditor yang
diberi tugas dalam audit atas laporan keuangan yang dipakai untuk
pertanggungjawaban keuangan oleh manajemen puncak.
Dewan komisaris adalah wakil pemegang saham dalam perusahaan perseroan
terbatas. Dewan ini memiliki fungsi untuk mengawasi pengelolaan perusahaan
yang dilaksanakan oleh direksi. Maka dari itu, dewan komisaris yang aktif
menjalankan fungsinya dapat mencegah konsentrasi pengendalian yang terlalu
banyak dalam tugas manajemen (direksi).

Perusahaan-perusahaan Indonesia yang go public ada yang sudah membentuk


komite audit yang terdiri dari seluruh anggota atau diutamakan dari pihak luar
perusahaan. Tujuan pembentukan komite audit adlah untuk memperkuat
independensi auditor yang oleh masyarakat dipercaya untuk menilai
kewajaran pertanggungjawaban keuangan yang dilakukan oleh manajemen.

d. Filosofi dan gaya operasi manajemen


Filosofi merupakan seperangkat keyakinan dasar (basic beliefs) yang menjadi
parameter bagi perusahaan dan karyawannya. Filosopi dapat memberikan
jawaban atas pertanyaan:
1. Apa yang menjadi alasan perusahaan dalam bisnis?
2. Bagaimana perusahaan melaksanakan bisnis?
3. Apa yang dilakukan dan apa yang seharusnya tidak dilakukan sebagai
bisnis perusahan?
Manajemen yang memiliki filosofi akan meletakkan kejujuran sebagai dasar
bisnisnya. Laporan keuangan perusahaan akan digunakan sebagai ala
manajemen untuk mencerminkan kejujuran pertsnggungjawaban keuangan
perusahaan kepada siapa saja yang berhubungan bisnis dengan mereka. Jadi,
filosofi ini menjadi warna unik perusahaan dalam melaksanakan bisnis.
Gaya operasi mencerminkan ide manajer tentang bagaimana operasi entitas
perlu dilaksanakan. Manajer memiliki beberapa gaya operasi yaitu; ada yang
sangat menekankan pentingnay laporan keuangan, penyusunan, dan pengguna
anggaran sebagai alat pengukuran kinerja manajer, dan pencapaian tujuan
yang telah direncanakan dalam anggaran. Ada manajemen puncak perusahaan
yang memilih gaya operasi yang lebih condong pada pemusatan kekuasaan di
tangan bebrapa orang manajer puncak; ada manajer yang memilih gaya
operasi yang condong ke desentralisasi kekuasaan ke tangan manajemen
menengah dan bawah. Manajemen dengan gaya operasi sentralisasi
memerlukan alat control yang berbiaya tinggi.

e. Struktur organisasi

Manusia membentuk organisasi untuk mencapai tujuan tertentu. Orang


bergabung dalam suatu organisasi dengan maksud untuk mencapai tujuan-
tujuan yang tidak dapat dicapainya dengan kemampuan yang dimilikinya
sendiri. Struktur memberikan kerangka untuk perencanaan, pelaksanaan,
pengendalian, dan pemantauan aktivitas entitas. Pengembangan struktur
organisasi suatu entitas mencakup pembagian wewenang danpembebanan
tanggung jawab di dalam suatu organisasi dalam tujuan organisasi.

f. Pembagian wewenang dan pembebanan tanggung jawab

Pembagian wewenang dan pembebanan tanggung jawab adalah perluasan


lebih lanjut pengambangan struktur organisasi. Dengan pembagian wewenang
yang jelas, organisasi dapat mengalokasikan berbagai sumber daya yang
dimilikinya untuk mencapai tujuan organisasi. Di samping itu, pembagian
wewenang dan jelas akan memudahkan pertanggungjawaban konsumsi
sumber daya organisasi dalam pencapaian tujuan organisasi. Apabila kepada
seorang manajer dibebankan wewenang yang terlalu banyak, hal ini akan
mendorong ketidakberesan dalam pelaksanaan wewenang tersebut.

g. Kebijakan dan praktik sumber daya manusia

Karyawan adalah unsur penting dalam setiap pengendalian intern. Apabila


perusahaan memiliki karyawan yang kompeten dan jujur, unsur pengendalian
intern yang lain dapat dikurangi sampai batas minimum, dan perusahaan tetap
mampu menghasilkan pertanggungjawaban keuangan yang dapat diandalkan.
Pengendalian intern yang baik tidak akan dapat menghasilkan informasi
keuangan yang andal jika dilaksanakan oleh karyawan yang tidak kompeten
dan tidak jujur.

2. Penilaian Resiko (Risk Assesment)

Setiap organisasi memiliki resiko, dalam kondisi apapun yang namanya risiko
pasti ada dalam suatu aktivitas, baik aktivitas yang berkaitan dengan bisnis (profit
dan non profit) maupun non bisnis. Suatu risiko yang telah di identifkasi dapat
dianalisis dan evaluasi sehingga dapat diperkirakan intensitas dan tindakan yang
dapat meminimalkannya.

3. Prosedur Pengendallian (Control Pengendalian)


Prosedur pengendalian ditetapkan untuk menstandarisasi proses kerja sehingga
menjamin tercapainya tujuan perusahaan dan mencegah terjadinya kesalahan.
Prosedur pengendalian meliputi;
 Personil yang kompeten, mutasi tugas dan cuti wajib
 Pelimpahan tanggung jawab
 Pemisahan tanggung jawab untuk kegiatan terkait

 Pemisahan fungsi akuntansi, penyimpanan asset dan operasional

4. Pemantauan (monitoring)
Pemantauan terhadap system pengendalian intern akan ditemukannya kekurangan
serta meningkatkan efektivitas pengendalian. Pengendalian intern dapat di monitor
dengan baik dengan cara penilaian khusus atau sejalan dengan usha menajemen.
Usaha pemantauan yang terakhir dapat dilakukan dengan cara mengamatiperilaku
karyawan atau tanda-tanda peringatan yang diberikan oleh system akuntansi.
Penilaian secara khusus biasanya dilakukan secara berkala saat terjadi perubahan
pokok dlam strategi manajemen senior, struktur korporasi atau kegiatan usaha. Pada
perusahaan besar, auditor internal adalah pihak yang bertangging jawab atas
pemantauan system pengendalian intern. Auditor independen juga sering
melakukan penilaian atas pengendalian intern sebagai bagian dari audit atas laporan
keuangan. Tahapan proses monitoring adalah sebagai berikut;
 Identifikasi masalah
 Perencanaan
 Pelaksanaan
 Monitoring
 Evaluasi

 Evaluasi kembali

5. Informasi dan Komunikasi (Information and Communication)


Informasi dan komunikasi adalah elemem-elemen penting dari pengendalian intern
perusahaan. Informasi tentang lingkungan pengendalian, penilaian resiko, prosedur
pengendalian dan monitoring diperlukan oleh manajemen sebagai pedoman
operasional dan menjamin ketaatan dengan pelaporan hokum dan peraturan-
peraturan yang berlaku pada perusahaan.

Informasi juga dibutuhkan dari pihak luar perusahaan. Manajemen dapat


menggunakan infromasi jenis ini untuk menilai standar eksternal.

F. Hubungan Antara Pengendalian Internal dan Sistem Informasi Akuntansi

Melakukan control merupakan salah satu fungsi utama Internal Kontrol dalam
suatu perusahaan. Pengendalian efektif pada suatu entitas bisnis akan menghasilkan
efisiensi penggunaan sumberdaya perusahaan, berjalannya mekanisme
pertanggungjawaban, dan menghasilkan informasi yang berguna serta dapat dipercaya.
Untuk menciptakan pengendalian yang efektif perusahaan seringkali melibatkan akuntan
dan auditor sebagai internal controller.
Pendekatan pengendalian pada Accounting Information Sysytem (AIS) berfungsi
untuk mengurangi risiko operasi yang ada dalam perusahaan. Jadi, sebagai bagian
integral suatu perusahaan, AIS adalah kerangka dari pengendalian itu sendiri. Tujuan
umum dari kerangka pengendalian ini adalah untuk menjamin agar tujuan perusahaan
dapat tercapai.

Pengendalian berlangsung secara simultan di dalam perusahaan, maka


pengendalian ini sering disebut sebagai internal control structure (ICS).

Proses pengendalian meliputi monitoring dan regulasi. Pengendalian mencakup


proses:

a. Pengukuran hasil actual yang dicapai dengan rencana yang telah dibuat

b. Melakukan tindakan korektif

Bentuk level of control processes (tingkatan proses pengendalian) tergantung


dengan kompleksitas perusahaan. Semakin kompleks kegiatan dan transaksi perusahaan
maka akan semakin kompleks pula levels of control processes nya, begitu pun
sebaliknya. Terdapat 3 level control processes, yaitu:

1. First order feedback control process or system: hasil akhir yang diinginkan dari suatu
pengendalian
2. Second order feedback control system: penyesuaian yang dibutuhkan karena adanya
perubahan-perubahan lingkungan pengendalian.
3. Third order feedback control system: prediksi atas kondisi yang akan terjadi dimasa
yang akan dating.

Committee of Sponsoring Organizations of The Treadway Commission (COSO)


membuat suatu consensus tentang struktur pengendalian intern yang terdiri:

a. Internal control objectives


b. Financial oriented vies of the internal control structure
c. Nonfinancial oriented view of the internal control structure

Internal Control Objectives


COSO mendefinisikan internal control adalah suatu proses yang dipengaruhi oleh
dewan direktur, manajemen, dan personil lainya yang didesain untuk menghasilkan
penilaian rasional sebagai upaya untuk mencapai tujuan pengendalian dengan kategori
sebagai berikut:

 Efektivitas dan efisiensi operasional


 Kehandalan laporan keuangan
 Keseauain dengan hokum dan peraturan-peraturan

Kategori yang langsung berhubungan dengan system informasi akuntansi adalah


kategori kedua, sedangkan kategori pertama dan ketiga berhubungan secara langsung
degan system operasional perusahaan.

Sistem informasi akuntansi adalah kesatuan struktur-struktur dalam suatu entitas,


seperti perusahaan bisnis yang mempekerjakan sumber-sumber daya fisik dan
komponen-komponen lain untuk mentransformasi data ekonomi menjadi informasi
akuntansi, dengan tujuan untuk memuaskan kebutuhan para pemakai informasi yang
bervariasi.

Penjelasan dari unsur-unsur sistem informasi di atas, yaitu:

1. Orang-orang yang mengoperasikan sistem dan melaksanakan bervagai fungsi.


2. Prosedur-prosedur, baik manual maupun yang terotomatisasi yang dilibatkan
dalam mengumpulkan, memproses dan menyimpan data tentang aktivitas-
aktivitas organisasi
3. Data tentang proses-proses bisnis organisasi
4. Software yang dipakai untuk memproses data organisasi
5. Infrastuktur teknologi informasi, termasuk komputer, peralatan pendukung dan
peralatan untuk komunikasi jaringan.

Dalam memenuhi kebutruhan informasi, baik untuk kebutuhan internal dan


eksternal, sistem informasi akuntansi harus di disain sedemikian rupa sehingga
memenuhi fungsinya. Demikian pula suatu sistem informasi akuntansi dalam
memenuhi fungsinya harus mempunyai tujuan-tujuan yang dapat memeberikan
pedoman kepada manajemen dalam melakukan tugasnya sehingga dapat menghasilakn
inmformasi-informasi yang berguna, terutama dalam menunjang perencanaan dan
pengendalian.

Sistem Informasi Akuntansi berfungsi untuk melakukan pengawasan yang


memadai untuk menjamin bahwa informasi yang dihasilkan dapat dipercaya, aktivitas
bisnis yang dilaksanakan secara efesien dan sesuai dengan tujuan manajemen, serta
sejalan dengan peraturan yang telah digariskan, melindungi dan menjaga aktiva
organisasi termasuk data yang diberikan perusahaan.

Sistem informasi akuntansi ini dirancang sedemikian rupa oleh suatu perusahaan
sehingga dapat memenuhi fungsinya yaitu menghasilkan informasi akuntansi yang tepat
waktu, relevan dan dapat dipercaya. Dalam suatu sistem informasi akuntansi
terkandung unsur-unsur pengendalian, maka baik buruknya sistem informasi akuntansi
sangat mempengaruhi fungsi manajemen dalam melakukan pengendalian internal,
karena informasi yang dihasilkannya akan dijadikan salah satu dasar dalam
pengambilan keputusan yang berkaitan dengan aktivitas perusahaan. Mengingat begitu
pentingnya penerapan sistem informasi akuntansi dalam suatu perusahaan, maka tidak
dapat dibayangkan bagaimana jadinya kalau suatu perusahaan tidak memiliki sistem
informasi akuntansi yang memadai. Perusahaan tersebut mungkin tidak dapat
memproses transaksinya secara jelas, terinci dan terstruktur. Kemudian perusahaan
tersebut mungkin tidak akan memperoleh informasi yang relevan dan dapat dipercaya
yang diperlukannya untuk dijadikan dasar dalam mengambil keputusan yang
menyangkut aktivitas dan kelangsungan hidup perusahaan.

Sistem informasi akuntansi didalamnya mengandung unsur-unsur pengendalian,


maka perusahaan mungkin tidak dapat menjalankan pengendalian-pengendalian yang
diterapkannya dengan baik. Karena pengendalian tidak dijalankan dengan baik, tidak
menutup kemungkinan terjadinya penyimpangan-penyimpangan dan kecurangan-
kecurangan yang dilakukan dengan sengaja atau tidak sengaja. Jika penyimpangan dan
kecurangan sudah terjadi otomatis aktiva yang dimiliki perusahaan terancam
keselamatannya dan aktivitas yang dilakukan menjadi tidak efektif dan efisien.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pengendalian intern merupakan alat untuk meletakkan kepercayaan auditor


mengenai bebasnya laporan keuangan dari kemungkinan kesalahan dan kecurangan.
Pemerintah berusaha untuk membuat struktur pengendalian intern dengan baik,
melaksanakan, dan mengawasinya agar efektivitas perusahaan bisa tercapai,
pengendalian intern yang baik akan menjamin ketelitian data akuntansi yang dihasilkan
sehingga data tersebut dapat dipercaya.

Pengendalian intern mempunyai tujuan untuk mendapatkan data tepat dan dapat
dipercaya, melindungi harta atau aktiva perusahaan atau lembaga, dan meningkatkan
efektivitas dari seluruh anggota perusahaan atau lembaga sehingga perusahaan dapat
berjalan sesuai dengan tujuan yang ditetapkan. Suatu informasi akuntansi memberikan
informasi kepada orang-orang yang ada di dalam maupun di luar perusahaan. Para
pemakai informasi sangat memeprhatikan kualitas informasi yang dilaporkan melalui
kertas maupun yang ditayangkan melalui layar komputer (monitor). Suatu organisasi
menerapkan kebijakan dan prosedur pengendalian (pengendalian intern) dengan maksud
untuk memelihara kualitas informasi dan operasi (rangkaian aktivitas) dalam rangka
pencapaian tujuan. Pengendalian intern memiliki lima komponen yang membentuk
struktur pengendalian intern. Dari lima komponen tersebut, pengendalian lingkungan
menjadi dasar yang memayungi ke-empat pengendalian lainnya.

Apabila suatu sistem pengendalian internal telah dirancang dengan baik,


penyimpangan tetap mungkin terjadi sepanjang waktu. Oleh karena itu perlu pengkajian
ulang secara teratur untuk memastikan bahwa prosedur-prosedur telah diikuti dengan
benar. Pengkajian ulang ini harus dilakukan oleh pemeriksa internal yang tidak terlibat
langsung dalam operasi suatu organsasi. Apabila pemeriksa internal berkedudukan
independen, maka dapat melakukan evaluasi mengenai efisiensi operasi secara
menyeluruh dan efektif tidaknya sistem pengendalian internal.
DAFTAR PUSTAKA

Bambang Hartadi. (1997).  Sistem Pengendalian Intern (dalam hubungannya dengan manajemen
dan audit). Yogyakarta: BPFE.

Mulyadi, 2001, Sistem Akuntansi, Yogyakarta: Penerbit Salemba Empat.

The Committee of Sponsoring Organization of the treadway Commission, COSO (1992): COSO
– Internal Control Integrated Framework, The Committee of Sponsoring Organization of
the treadway Commission.

The Committee of Sponsoring Organization of the treadway Commission, COSO (2006):


Executive Summary: Internal Control over Financia l Reporting – Guidance for Smaller
Public Companies, The Committee of Sponsoring Organization of the treadway
Commission.

https://mohammadfadlyassagaf.wordpress.com/2016/12/05/internal-control/

Anda mungkin juga menyukai