Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ada berbagai teori yang membahas tentang keterkaitan antara bahasa dan budaya. Ada
yang mengatakan bahwa bahasa adalah merupakan produk budaya, ada pula yang
mengatakan bahwa kebudayaan sangat dipengaruhi oleh bahasa yang mana bahasa inilah
yang menggambarkan pikiran seseorang karena pada dasarnya bahasa merupakan alat
komunikasi untuk menyampaikan gagasan atau ide dalam pikiran seseorang. Perbedaan
tersebut menunjukkan bahwa antara keduanya mempunyai hubungan sangat erat. Selain itu
bahasa juga erat kaitannya dengan pikiran seseorang, karena dia merupakan jawaban dari
sebuah pikiran. Setelah berpikir, seseorang akan mengungkapkan idenya melalui sebuah
bahasa, dan bahasa yang mereka keluarkan akan berpengaruh dengan budaya yang ada di
sekitarnya.

Antara bahasa, budaya dan pikiran mempunyai kaitan yang sangat erat, namun terkadang
kita masih belum tahu secara persis hubungan antara ketiganya. Oleh karena itu sebelum kita
beranjak lebih jauh, ada baiknya kita mengetahui maksud dari ketiganya.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian bahasa, budaya dan pikiran ?

2. Apa hubungan antara ketiganya ?

3. Bagaimana jika salah satunya tidak terpenuhi ?

C. Tujuan Pembahasan

1. Memahami pengertian bahasa, budaya dan pikiran

2. Mengetahui hubungan antara ketiganya

3. Agar bisa mengapresiaskannya secara lengkap dalam kehidupan sehari-hari


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Bahasa, Budaya dan pikiran

Sebelum kita melangkah lebih jauh, ada baiknya kita mengetahui terlebih dahulu
pengertian dari bahasa, budaya dan pikiran.

Secara teknis, bahasa adalah seperangkat ujaran yang bermakna yang dihasilkan oleh
alat ucap manusia. Secara praktis, bahasa merupakan alat komunikasi antar anggota
masyarakat yang berupa system lambang bunyi yang bermakna dan dihasilkan oleh alat
ucapa manusia.1

Menurut ilmu Antropologi, kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan,tindakan


dan hasil karya manusia dalam kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia
dengan belajar.2

Pikiran adalah ide ataupun gagasan yang ada di dalam otak manusia

B. Hubungan Bahasa dengan Pikiran

Pikiran dan bahasa, sesungguhnya merupakan tempat terjadinya peristiwa realitas.


Berfikir adalah suatu tanggapan. Kegiatan berfikir sebagai jawaban terhadap kata suara
realitas mencari ungkapannya yang tepat sehingga realitas dapat menjadi bahasa dan
selanjutnya dapat dikomunikasikan. Bahasa adalah jawaban manusia terhadap panggilan
realitas kepadanya.

Fungsi-Fungsi Bahasa

1. Fungsi informatif yaitu meng-iya-kan dan menolak proposisi atau pulamenyuguhkan


argumen/argumentasi. Ilmu adalah contoh yang jelas dari realisasi fungsi informatif
bahasa
2. Fungsi ekspresif yakni dipakai sebagai alat pengungkapan rasa perasaan dan sikap

1
Winci Firdaus, dkk, Bahasa Indonesia, (Banda Aceh :CV. Mita Mulia,2009) hlm. 1
2
Koentjaraninggrat.Pengantar Ilmu Antropologi.(Bandung: Rineka Cipta.2009).Hal. 144.
3. Fungsi direktif yakni pemakaian bahasa untuk menyebabkan atau menghalangi suatu
perilaku. Perintah atau permintaan merupakan contoh jelas fungsi direktif bahasa.

PEMIKIRAN

Pemikiran adalah aksi (act) yang menyebabkan pikiran mendapatkan pengertian baru
dengan perantaraan hal yang sudah diketahui. Berpikir yang pada hakikatnya bersifat
membangun (konstruktif) tidak berhenti pada pola-pola, pada teori-teori, pada pagar (yang
disebut) “conventional wosdom”, atau pada tembok-tembok sistem.3

Pikiran adalah benda kodrat


Dalam kehidupan sehari-hari, kita melakukan komunikasi. Kita menggunakan bahasa
untuk berkomunikasi, dengan bahasa kita mampu mengkomunikasikan ide-ide kita. Apakah
bahasa merupakan satu-satunya instrumen untuk berkomunikasi? Tidak terasa kita memang
menganut paham tersebut, bahwa “bahasa adalah alat yang digunakan oleh manusia
untuk berkomunikasi”. Dan memang itu benar adanya.
Gadamer pernah mengatakan bahwa “Ada (sein) yang dapat dipahami adalah bahasa”.
Hanya sejauh “terbahasakan” sesuatu dapat ditangkap. Ini berarti Gadamer berpendapat
bahwa manusia hanya dapat memahami realitas sepanjang realitas itu terbahasakan. Dengan
kata lain, yang disebut dengan realitas adalah hal-hal yang dapat dibahasakan.

Sayangnya, sampai saat ini, sangat sulit kita temukan pemikiran-pemikiran yang
secara khusus membahas korelasi antara bahasa dan pikiran. Tesis Gadamer di atas tentu saja
terbatas pada bahasa dan realitas, sedangkan bahasa (yang merealisir realitas) itu merupakan
realisasi ide-ide. Ide terletak dalam pikiran. Bahkan tidak ada garis pembeda yang tegas, yang
„meng-antara-kan‟ ide dan pikiran.
Kita bisa melihat jelas seseorang yang pikirannya kacau mengakibatkan bahasanya
kacau juga. Kadang juga jika seseorang sedang memikirkan sesuatu yang berat, yang
bersangkutan tidak berselera untuk bicara. Ada juga yang berpendapat bahwa bahasa
merupakan cermin pikiran, apa yang dibicarakan adalah apa yang dipikirkan. Bahasa
terbentuk dari pikiran, atau bentuk bahasa (secara individual dan spontan) meniru atau
mengikuti bentuk pikiran atau ide.

3
W,Poespoprodjo. Logika Scientika Pengantar Dialektika dan Ilmu. Pustaka Grafika: Bandung.2007
Akan tetapi jika kita mau lebih jeli melihat, sesungguhnya bahasa itu hanyalah
“wujud” dari ide atau pikiran saja. Sehingga analisa bahasa dengan melepaskannya dari
analisa ide adalah kesesatan. Artinya, tidak mungkin ada bahasa tanpa ada ide, begitu pula
sebaliknya.

Kita malah tidak dapat berpikir atau menangkap kesan dan membentuk sebuah ide,
tanpa bahasa. Di satu sisi juga, bahasa merupakan sangkar bagi realitas, yang mana dengan
bahasa realitas dapat dikongkretisasikan. Bahasa merupakan indra manusia yang sangat vital,
tanpa bahasa yang dipahami, meskipun telinga anda sehat, anda tidak akan dapat memahami
apa yang dibicarakan orang. Tanpa bahasa, anda tidak akan memahami apa yang anda baca,
apa yang anda lihat dapa yang anda amati. Bahasa bukan apresiasi lidah, tetapi apresiasi
pikiran saat berhadapan atau bergelut dengan kenyataan. Oleh karena itu kenyataan hanya
dapat terungkap ketika kenyataan tersebut terbahasakan.
Bahasa dan ide seperti halnya es dengan sifat dinginnya, api dengan sifat panasnya,
peluru dengan sifat menghancurkannya, pedang dengan sifat melukainya. Bahasa memuat
ide, sekaligus menyingkap ide mengenai kenyataan yang ada. Bahasa tidak hanya instrumen
untuk merepresentasikan ide mengenai kenyataan, tetapi bahasa adalah apa yang diistilahkan
oleh Heidegger sebagai “Sangkar Ada”, kenyataan atau realitas tidak berada di luar bahasa,
melainkan bersemayam di dalam bahasa. Bahasa bagi saya merupakan jasad bagi ide, ide
merupakan ruh bagi bahasa. Gerak bahasa merupakan gerak ide sebagaimana gerak jasad
merupakan manifestasi gerak ruh.4

C. Hubungan Bahasa dengan Budaya

Walau ada sebagian yang mengatakan bahwa hubungan antara bahasa dan budaya
adalah hubungan koordinatif, Namun dari berbagai tanggapan para pakar linguistik hampir
semuanya bersepakat bahwa hubungan antara bahasa dan budaya tersebut bersifat sub
ordinatif dengan menjadikan kebudayaan sebagi main system (sistem atasan) dan bahasa
adalah subsystemnya (sistem bawahan).

Kalau hubungan antara bahasa dan kebudayaan disepakati bersifat secara subordinatif
maka secara otomatis ada hubungan dengan pikiran. Karena pikiran inilah yang membentuk
sebuah kebudayaan, sedangkan didalam kebudayaan terdapat bahasa. Jadi antara pikiran,
4
http://rinacahyaningsih.blogspot.com/2011/02/hubungan-bahasa-dan-pikiran.Html
bahasa dan kebudayaan ada keterkaitan atau hubungan yang saling berkesinambungan.
Secara sederhana dapat digambarkan sebagai berikut : kebudayaan orang barat berbeda
dengan kkebudayaan orang indonesia. Perbedaan tersebut disebabkan perbedaan pandangan
(pikiran) masing-masing yang kemudian tertuang dalam bahasa. Misalnya orang barat
menyebut “meja” dengan sebutan “table” baik meja itu bundar, persegi, atau bentuk yang
lainya mereka tetap menyebut dengan sebutan yang sama tanpa memandang bentuk, warna,
dan rupa. Berbeda halnya dengan orang indonesia yang memperhatikan bentuk, warna, dan
rupa walau secara fungsinya sama. Misalkan orang indonesia menyebut meja yang bentuknya
bundar dengan sebutan “meja bundar”. Karena menurut pikiran orang indonesia perbedaan
bentuk akan menimbulkan perbedaan nama dalam bahasa. Wal hasil, Kaitanya dengan
pembelajaran bahasa arab perlu kiranya mengetahui kebudayaan bangsa arab karena bahasa
ini adalah merupakan bagian dari budaya mereka.5

5
Op.cit, W.Poespoprodjo
BAB III

KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Bahasa dan pikiran mempunyai ikatan yang kuat yang tidk bisa dipisahkan antara
keduanya, karana bahasa merupakan jawaban realitas dari suatu pikiran. Begitu juga dengan
budaya, karena bahasa seseorang dapat memberikan suatu gambaran tentang kebudayaan
yang dia miliki. Misalnya, orang yang berbicara dengan logat yang berbeda, logat itu yang
akan menunjukkan budaya dia sendiri.
DAFTAR PUSTAKA

Firdaus Winci, dkk. Bahasa Indonesia,Banda Aceh : CV. Mita Mulia, 2009.

Koncoroningrat, Pengantar Ilmu Antropologi, Bandung : Rineka Cipta. 2009.

Poespoprojo w, Logika Scientika Pengantar Dialektika dan Ilmu, Bandung : Pustaka


Grafika, 2007.

Http://rinacahyaningsih.blogspot.com/2011/02/hubungan-bahasa-dan-pikiran.Html

Anda mungkin juga menyukai