Anda di halaman 1dari 13

Kurikulum 2006/2013 K

e
l
a
s

sosiologi XI

MASYARAKAT MULTIKULTURAL

SEMESTER 2 KELAS XI SMA/MA/SMK/MAK – KTSP 2006 & Kurikulum 2013

Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mempunyai kemampuan sebagai berikut ini.
1. Memahami pengertian masyarakat multikultural dan bentuk multikulturalisme.
2. Memahami faktor pendorong pemikiran masyarakat multikulturalisme.
3. Memahami realitas sosial masyarakat Indonesia.
4. Memahami dampak keanekaragaman dan perubahan kebudayaan.
5. Memahami mewujudkan masyarakat multikultural.

A. Masyarakat Multikultural
1. Masyarakat Majemuk dan Masyarakat Multikultural
Istilah masyarakat majemuk dan masyarakat multikultural sebenarnya memiliki makna
yang berbeda. Masyarakat majemuk adalah dasar terbentuknya masyarakat multikultural.
Sementara masyarakat multikultural sudah pasti masyarakat majemuk. Jadi, perbedaan
pengertian masyarakat majemuk dan masyarakat multikultural adalah sebagai berikut.
a. Masyarakat majemuk adalah suatu kondisi di masyarakat yang terdiri dari berbagai
perbedaan (diferensiasi sosial) yang terdiri dari berbagai ras, suku bangsa, agama, dan
budaya yang berjalan apa adanya. Masyarakat ini masih umum seperti masyarakat
lainnya dengan berbagai realitas sosial, juga masih terdapat konflik dan realitas
lainnya.
b. Masyarakat multikultural adalah suatu kondisi masyarakat yang majemuk yang
telah tercapai sebuah keteraturan dan keharmonisan dalam masyarakat. Pada
masyarakat ini, dengan banyaknya diferensiasi sosial masyarakat, tercipta suatu
keharmonisan, saling menghargai, kesederajatan, dan mempunyai kesadaran
tanggung jawab sebagai satu kesatuan.

2. Ciri-Ciri Masyarakat Multikultural


Masyarakat multikultural adalah masyarakat yang terdiri atas beragam kelompok sosial
dengan sistem norma dan kebudayaan yang berbeda-beda. Masyarakat multikultural
merupakan bentuk dari masyarakat modern yang anggotanya terdiri dari berbagai
golongan, suku, etnis (suku bangsa), ras, agama, dan budaya.
Adapun ciri-ciri suatu masyarakat multikultural sebagai berikut.
a. Sarat kemajemukan, dalam masyarakat majemuk masih terdapat hubungan yang
tidak seimbang antarsuku bangsa dan budaya, berbentuk dominasi atau hegemoni.
b. Masyarakat multikultural dalam perkembangannya akan bersinggungan dengan
konsep hidup bersama untuk mencari kehidupan bersama.
c. Adanya semangat untuk hidup berdampingan secara damai dalam perbedaan kultur
yang ada.
d. Konflik yang muncul sebagai dampak kemajemukan, transformasi, dan reformasi
sosial dapat dikelola secara cerdas. Berpegang teguh pada toleransi sehingga konflik
dapat dicegah.
e. Dikembangkannya toleransi, saling memahami dan menghargai perbedaan yang
ada. Masyarakat yang mampu menghargai budaya sendiri dan budaya orang lain.
f. Dalam masyarakat multikultural terjadi proses pembelajaran nilai, pengetahuan, dan
keterampilan hdup bermasyarakat.

3. Sebab Terjadinya Masyarakat Multikultural


Menurut Kun Maryati dan Juju Suryawati, faktor penyebab terjadinya masyarakat
multikultural adalah sebagai berikut.
a. Iklim yang berbeda
Iklim yang berbeda antara daerah satu dan daerah yang lain menimbulkan kondisi
alam yang berbeda. Kondisi ini akhirnya membentuk pola-pola perilaku dan sistem
mata pencaharian yang berbeda-beda. Akibatnya, terjadi keragaman regional antara
daerah-daerah di Indonesia.

b. Pengaruh kebudayaan asing


Masuknya kebudayaan asing ke suatu wilayah atau negara memunculkan interaksi
dengan penduduk lokal/setempat sehingga terjadi amalgamasi dan asimilasi

2
kebudayaan. Akibatnya terbentuklah subras, agama, dan kepercayaan yang berbeda-
beda.

c. Kondisi geografis
Kondisi geografis mengakibatkan penduduk yang menempati suatu wilayah tumbuh
menjadi kesatuan-kesatuan suku bangsa yang terisolasi dengan yang lain

d. Pembangunan
Pembangunan di berbagai sektor memberi andil bagi keragaman masyarakat
Indonesia, khususnya secara vertikal. Kemajuan industrialisasi menghasilkan kelas-
kelas sosial yang didasarkan pada aspek ekonomi.

SUPER "Solusi Quipper"


Faktor penyebab terjadinya masyarakat multikultural

Ibu, Afi bangun!

Iklim Budaya Geografi Pembangunan

B. Multikulturalisme
1. Pengertian Multikulturalisme
Multikulturalisme ternyata bukanlah suatu pengertian yang mudah. Di dalamnya
terkandung dua pengertian yang sangat kompleks, yaitu “multi” yang berarti plural, banyak
atau beragam, dan “kultural” yang berarti kultur atau budaya. Multikulturalisme adalah
sebuah ideologi yang mengakui dan mengagungkan perbedaan dalam kesederajatan
baik secara individual maupun secara kebudayaan.

2. Bentuk Multikulturalisme
a. Multikulturalisme Isolasi
Masyarakat seperti ini, biasanya menjalankan hidup secara otonom dan terlibat dalam
interaksi yang saling mengenal satu sama lain. Kelompok tersebut pada dasarnya
menerima keberagaman, namun pada saat yang sama berusaha mempertahankan
budaya mereka secara terpisah dari masyarakat umum lainnya.

b. Multikulturalisme akomodatif
Masyarakat ini memiliki kultur dominan yang membuat penyesuaian-penyesuaian dan
akomodasi-akomodasi tertentu bagi kebutuhan kultural kaum minoritas. Masyarakat
multikultural akomodatif merumuskan dan menerapkan undang-undang, hukum,

3
dan ketentuan-ketentuan yang sensitif secara kultural serta memberikan kebebasan
kepada kaum minoritas untuk mengembangkan atau mempertahankan kebudayaan
mereka. Sebaliknya, kaum minoritas tidak menentang kultur dominan.

c. Multikulturalisme otonomi
Dalam model ini, kelompok-kelompok kultural utama berusaha mewujudkan
kesetaraan dengan budaya dominan dan menginginkan kehidupan otonom dalam
kerangka politik yang secara kolektif dapat diterima. Prinsip pokok kehidupan
kelompok-kelompok dalam multikultural jenis ini adalah mempertahankan cara
hidup mereka masing-masing yang memiliki hak-hak sama dengan kelompok
dominan. Mereka juga menentang kelompok dominan dan berusaha menciptakan
suatu masyarakat agar semua kelompok bisa sama.

d. Multikulturalisme kritikal
Jenis multikulturalisme ini terjadi pada masyarakat plural. Kelompok-kelompok
masyarakat plural sebenarnya tidak terlalu menuntut kehidupan otonom, akan tetapi
lebih menuntut penciptaan kultur kolektif yang menegaskan perspektif-perspektf
mereka. Kelompok dominan dalam hal ini tentunya menolak, bahkan berusaha
secara paksa menerapkan budaya dominan mereka dengan mengorbankan budaya
kelompok-kelompok minoritas.

e. Multikulturalisme kosmopolitan
Kehidupan dalam multikulturalisme jenis ini berusaha menghapus segala macam
batas-batas kultural untuk menciptakan masyarakat yang setiap individunya tidak
lagi terikat pada budaya tertentu. Bisa juga sebaliknya, yaitu tiap individu bebas
dengan kehidupan-kehidupan lintas kultural atau mengembangkan kehidupan
kultural masing-masing.

3. Faktor Pendorong Pemikiran Multikulturalisme


Faktor pendorong berkembangnya pemikiran multikulturalisme antara lain sebagai
berikut.
a. HAM (Hak Asasi Manusia)
Pengakuan terhadap hak-hak dasar manusia, seperti hak untuk merdeka, hak untuk
hidup layak, hak untuk beragama, hak berpolitik, dan lain sebagainya.

b. Globalisasi
Terdapat faham mengenai kesetaraan antarkeragaman budaya yang terdapat di
dunia.

4
c. Demokratisasi
Proses pengakuan dan penghargaan yang besar terhadap keragaman dan perbedaan.

Ketiga hal tersebut dapat diumpamakan sebagai segitiga sama sisi yang tidak dapat
dipisahkan dalam penerapan konsep masyarakat multikultural. HAM merujuk pada
pengakuan bahwa setiap manusia adalah sama. Oleh karena itu, tidak dibenarkan adanya
perlakukan tidak adil oleh budaya atau kelompok sosial manapun.
Hal ini berlaku tidak hanya dalam satu sistem sosial, seperti masyarakat daerah
atau negara, tetapi juga antarnegara. Masyarakat dan negara harus menjamin hak dan
kewajiban setiap warganya. Masyarakat dan negara juga harus menghargai perbedaan
sebagai bagian yang tak terpisahkan dari diri manusia. Inilah prinsip demokrasi. Dengan
adanya penghargaan terhadap perbedaan, maka multikulturalisme dapat tercipta dan
berjalan dalam masyarakat.
Namun kenyataannya, idealisme masyarakat multikultural sering menghadapi
hambatan. Berikut adalah sebagian hambatan yang harus dihadapi manusia dalam
menjunjung konsep multikulturalisme.
a. Menganggap budaya sendiri yang paling baik. Sikap ini merupakan warisan dari
kolonialisme yang menganggap bahwa bangsa jajahannya rendah dan memiliki
kebudayaan inferior. Sebaliknya, penjajah memiliki kebudayaan superior
b. Pertentangan antara budaya Barat dan budaya Timur. Dalam masyarakat dunia, ada
pandangan yang menganggap budaya Barat sebagai budaya progresif atau maju
yang sarat dengan kedinamisan. Sebaliknya, budaya Timur diidentikkan dengan
budaya yang dingin dan kurang dinamis.
c. Pluralisme budaya dianggap sebagai sesuatu yang eksotis. Pandangan yang banyak
dianut oleh para pengamat Barat terhadap pluralisme. Mereka memandang budaya
lain memiliki sifat eksotis dan menarik perhatian dan bukan dihargai sebagai budaya
yang memiliki kekhasan yang berbeda dengan budayanya.
d. Pandangan yang paternalistis. Ada banyak peneliti dan pengamat budaya dari kaum
laki-laki yang masih menganut paham paternalistis. Hal ini tentu saja menimbulkan
bias terhadap perempuan. Hingga saat ini masih banyak masyarakat memandang
status perempuan sebagai sesuatu yang minor dan disubordinasikan dari peran laki-
laki.
e. Mencari indigenous culture, yaitu mencari sesuatu yang dianggap asli. Di era
globalisasi, indigenous culture merupakan sikap yang mempertentangkan istilah
Barat dan non-Barat. Pada era tersebut, kerja sama internasional tidak mengharamkan
penggunaan unsur-unsur budaya lain yang dapat diadopsi dan disesuaikan dengan
lingkungan budaya yang berbeda.

5
f. Pandangan negatif penduduk asli terhadap orang asing yang yang menilai
kebudayaan penduduk asli. Banyaknya orang asing yang memiliki kemampuan lebih
untuk menelaah budaya suatu masyarakat, bahkan mengkritisinya cenderung tidak
disukai oleh penduduk asli.

C. Realitas Sosial Masyarakat Indonesia


1. Pengelompokan Masyarakat Indonesia
Masyarakat Indonesia yang berbhinneka dapat dilihat dari dua cara sebagai berikut.
a. Secara horizontal
1.) Perbedaan fisik atau ras.
2.) Perbedaan suku bangsa.
3.) Perbedaan agama.
4.) Perbedaan jenis kelamin.

b. Secara vertikal
Perbedaan secara vertikal adalah perbedaan individu atau kelompok dalam tingkatan
secara hierarki. Maksudnya adalah, individu atau kelompok tersebut ditempatkan
dalam kelas-kelas yang berbeda-beda tingkatannya dalam suatu sistem sosial.
Keanekaragaman dalam tingkat atau kelas sosial disebabkan oleh adanya sifat dalam
setiap anggota masyarakat yang menghargai atau menjunjung tinggi sesuatu. Hal-
hal yang dijunjung tinggi berkenaan dengan barang-barang kebutuhan, kekuasaan,
keturunan, dan pendidikan tertentu yang dapat dicapai seseorang.

2. Latar Belakang Kemajemukan Bangsa Indonesia


Ada tiga faktor utama yang mendorong terbentuknya kemajemukan bangsa Indonesia.
a. Latar belakang historis
Nenek moyang Indonesia yang berasal dari Yunan datang ke Indonesia dan mendiami
13.600 pulau. Perpindahan terjadi secara bertahap yang berbeda. Setelah tiba di
Nusantara, mereka berhenti di berbagai tempat dan menetap dalam jangka waktu
yang lama. Selama bermukim, mereka beradaptasi dengan lingkungannya. Perbedaan
jalur perjalanan, proses adaptasi di beberapa tempat persinggahan yang berbeda, dan
perbedaan pengalaman serta pengetahuan itulah yang menyebabkan timbulnya
perbedaan suku bangsa dengan budaya yang beranekaragam di Indonesia.

b. Kondisi geografis
Bangsa Yunan yang datang ke Indonesia dan menyebar serta mendiami pulau-
pulau yang ada di Indonesia secara terpisah-pisah mengakibatkan penduduk yang

6
menempati pulau-pulau itu tumbuh menjadi kesatuan-kesatuan suku bangsa yang
terisolasi dengan yang lain. Mereka kemudian mengembangkan pola perilaku,
bahasa, dan ikatan-ikatan lainnya yang berbeda satu sama lainnya.

c. Keterbukaan terhadap kebudayaan asing


Bangsa Indonesia adalah bangsa yang terbuka. Hal ini dapat dilihat dari besarnya
pengaruh asing dalam membentuk keanekaragaman masyarakat di wilayah
Indonesia. Pengaruh asing yang pertama kali mewarnai sejarah kebudayaan
Indonesia adalah India, Tiongkok, Arab, dan Eropa. Bangsa-bangsa tersebut datang
membawa kebudayaan yang beragam.

3. Realitas Sosial dan Budaya Masyarakat Indonesia


a. Ditinjau dari sikap pergaulannya terhadap masyarakat lain, masyarakat Indonesia
terbagi menjadi sebagai berikut.
1.) Masyarakat eksklusif, yaitu masyarakat yang merasa takut terhadap pengaruh
budaya lain yang mereka anggap dapat merusak budayanya. Untuk itu,
mereka membatasi pergaulannya dengan masyarakat lain, terutama dalam hal
kepercayaan/keyakinan agamanya serta dalam hal perkawinan.
2.) Masyarakat inklusif, yaitu masyarakat yang akomodatif terhadap budaya lain
sehingga mereka cenderung mudah berhubungan dengan masyarakat lain dan
menganggap bahwa setiap anggota masyarakat memiliki harkat yang sama.

b. Ditinjau dari sikapnya terhadap perubahan, masyarakat Indonesia terbagi menjadi


sebagai berikut.
1.) Masyarakat konservatif, yaitu masyarakat yang tidak suka terhadap perubahan
karena menganggap kebudayaannya telah sempurna.
2.) Masyarakat modern, yaitu masyarakat yang cenderung menyukai perubahan
sesuai dengan kebutuhannya yang semakin berkembang dan kompleks.

c. Ditinjau dari lokalitasnya, masyarakat Indonesia terbagi menjadi sebagai berikut.


1.) Masyarakat desa termasuk tipe kelompok sosial kecil. Masyarakat desa sering
diartikan sebagai masyarakat yang tinggal di suatu wilayah tertentu yang
biasanya disebut masyarakat setempat.
Masyarakat desa memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
• Anggota komunitasnya kecil.
• Hubungan antarindividu bersifat kekeluargaan.
• Ketergantungan dengan alam tinggi.

7
• Religius magis.
• Kontrol sosial antarwarga kuat.
• Patuh terhadap nilai-nilai dan norma yang berlaku di desanya (tradisi).
• Tingkat mobilitas sosialnya rendah.
2.) Masyarakat kota, memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
• Pola pikirnya cenderung rasional.
• Bersifat individualistis.
• Masyarakat cenderung sekuler.
• Mata pencaharian beragam.
• Sangat menghargai spesialisasi yang langka berdasarkan manfaatnya.

d. Ditinjau dari mata pencarian penduduknya, masyarakat Indonesia terbagi menjadi


sebagai berikut.
1.) Masyarakat pertanian, menggantungkan hidupnya pada kondisi alam (pertanian).
2.) Masyarakat nelayan, menggantungkan hidupnya pada alam (laut) dengan
peralatan sederhana dengan jala kecil untuk menangkap ikan.
3.) Masyarakat industri, pada umumnya ada di masyarakat kota.

e. Ditinjau dari segi laju perubahan, masyarakat Indonesia terbagi menjadi sebagai
berikut.
1.) Masyarakat tradisional adalah masyarakat yang memegang teguh tradisi
leluhurnya. Ketergantungan pada alam sangat besar. Alam merupakan alat
yang vital bagi kehidupan masyarakatnya karena semua kebutuhan hidup
diperoleh dari alam.
2.) Masyarakat modern adalah masyarakat yang telah mengalami transformasi
ilmu pengetahuan dan teknologi.
Ciri-ciri orang yang disebut modern sebagai berikut.
• Bersikap terbuka terhadap hal-hal baru.
• Menerima perubahan secara kritis.
• Berorientasi pada masa kini dan yang akan datang.
• Yakin akan manfaat iptek.
• Menghormati HAM.
• Berpikir rasional.

8
D. Dampak Keanekaragaman dan Perubahan Kebudayaan
1. Konflik
Sejarah perkembangan masyarakat Indonesia menunjukkan bahwa potensi konflik
antarberbagai kelompok masyarakat di Indonesia cukuplah besar. Bahkan, di beberapa
daerah, potensi itu muncul dalam bentuk kekerasan yang berakibat pada kerusakan harta
benda dan hilangnya nyawa manusia. Konflik dapat disebabkan oleh beberapa faktor.
a. Adanya perbedaan pendirian atau sikap.
b. Adanya perbedaan kebudayaan yang dimiliki setiap etnis.
c. Adanya benturan kepentingan (politik, ekonomi, kekuasaan).

Parsudi Suparlan, mengemukakan lima faktor yang menjadi penyebab berbagai


gejolak di Indonesia.
a. Kelompok-kelompok sosial di Indonesia yang terdiri dari beragam suku bangsa
tidaklah sederajat posisinya, tetapi berada dalam jenjang. Ada yang mayoritas serta
dominan secara nasional dan ada yang mayoritas lokal. Situasi ini memunculkan
prasangka dan stereotip.
b. Selama masa pemerintahan Orde Baru, orang Indonesia terbiasa menggunakan
kekerasan dalam upaya memperoleh sesuatu, yang menang dalam konflik dengan
kekerasan adalah yang dominan dan yang berkuasa. Dialah yang menguasai sumber-
sumber daya yang ada. Model kekerasan inilah yang menjadi pemicu konflik yang
terjadi saat ini.
c. Konflik terjadi karena ada persaingan untuk memperebutkan sumber-sumber
daya. Dalam persaingan tidak ada aturan baku dan adil bagi semua pihak. Dengan
demikian, identitas kesukuan atau kelompok diaktifkan dan dimanipulasi sebagai
cara untuk memperoleh kekuatan sosial dan politik.
d. Ketika identitas kesukuan diselimuti oleh keyakinan agama yang juga bercorak
primodial, maka kekuatan sosial politiknya menjadi lebih besar lagi.
e. Kesukuan di Indonesia tidak hanya terwujud dalam kehidupan lokal, tetapi juga
dalam kehidupan nasional yaitu dalam pranata yang ada dalam pemerintahan serta
kebijakan publik dari pusat sampai daerah.

2. Integrasi
Kata “integrasi” berasal dari kata dalam bahasa Inggris integration yang berarti keseluruhan
atau kesempurnaan. Di dalam integrasi, terjadi penyatuan atau mempersatukan hubungan
anggota-anggota masyarakat yang dianggap harmonis. Integrasi sangat penting,
tetapi keanekaragaman juga membanggakan kita. Masyarakat yang beranekaragam
(multikultural) memiliki beragam keinginan yang berbeda-beda sehingga sukar

9
mempersatukan semua potensi yang dimiliki untuk mencapai hasil pembangunan yang
maksimal. Oleh karena itu, diperlukan upaya yang sungguh-sungguh untuk menyatukan
perbedaan-perbedaan itu. Idealnya integrasi adalah penyatuan bangsa Indonesia yang
tetap menjaga keanekaragaman fisik dan sosial budaya sebagai bagian dari kekayaan
bangsa Indonesia.
Proses integrasi sosial akan berjalan dengan baik apabila anggota masyarakat merasa
bahwa mereka berhasil mengisi kebutuhan satu sama lain dan mencapai konsensus
mengenai norma-norma dan nilai-nilai sosial yang konsisten dan tidak berubah-ubah
dalam waktu singkat.

3. Disintegrasi
Disintegrasi atau disorganisasi adalah suatu keadaan ketika tidak ada keserasian pada
bagian-bagian dari suatu kesatuan. Misalnya agar masyarakat dapat berfungsi sebagai
organisasi, harus ada keserasian di antara bagian-bagiannya.
Disorganisasi tidak hanya terjadi karena pertentangan-pertentangan yang meruncing,
seperti peperangan, tetapi dapat juga akibat terhambatnya lalu lintas komunikasi atau
tidak berfungsinya seluruh komponen organisasi tersebut.
Ada beberapa gejala awal disintegrasi atau disorganisasi sosial, antara lain sebagai
berikut.
1.) Tidak adanya persamaan pandangan (persepsi) antara anggota masyarakat
mengenai tujuan semula dijadikan pegangan atau patokan oleh masing-masing
anggota masyarakat.
2.) Norma-norma masyarakat tidak dapat berfungsi dengan baik sebagai alat
pengendalian sosial untuk mencapai tujuan masyarakat.
3.) Terjadi pertentangan antara norma-norma yang ada di dalam masyarakat.
4.) Tindakan-tindakan para warga masyarakat tidak lagi sesuai dengan norma-norma
masyarakat.
5.) Terjadi proses sosial yang disosiatif, seperti persaingan, pertentangan, maupun
kontravensi.

Pada tahap selanjutnya, pola kehidupan yang tidak menyatu (disintegrasi) ini akan
menimbulkan gejala-gejala kehidupan sosial yang tidak normal yang disebut masalah-
masalah sosial.

4. Reintegrasi
Reintegrasi adalah suatu proses pembentukan norma-norma dan nilai-nilai baru agar
serasi dengan lembaga-lembaga kemasyarakatan yang telah mengalami perubahan.

10
Reintegrasi dilaksanakan apabila norma-norma dan nilai-nilai baru tersebut telah
melembaga dalam diri warga masyarakat. Berhasil tidaknya proses pelembagaan tersebut
mengikuti formula sebagai berikut.

Efektivitas - Kekuatan menentang


Proses Pelembagaan =
Kecepatan men nanam

Efektivitas menanam adalah hasil positif penggunaan tenaga manusia, alat,


organisasi, dan metode di dalam menanamkan lembaga baru. Jika efektivitas menanam
kecil sedangkan kekuatan menentang masyarakat besar, maka kemungkinan suksesnya
proses pelembagaan menjadi kecil atau malahan hilang sama sekali. Sebaliknya, apabila
efektivitas menanam besar dan kekuatan menentang masyarakat kecil, maka jalannya
proses pelembagaan menjadi lancar.

E. Mewujudkan Masyarakat Multikultural


Masyarakat Indonesia yang mengakui adanya beragam keunikan budaya, mengakui
adanya perbedaan, tetapi tidak mengekang kelompok lain. Perbedaan atau pluralitas
dianggap sebagai kekuatan yang luar biasa untuk membangun peradaban yang lebih
baik.

1. Pendidikan Multikultural
Pendidikan multikultural adalah pendidikan tentang keragaman kebudayaan dalam
menanggapi perubahan demografis dan kultural lingkungan masyarakat tertentu atau
dunia secara keseluruhan.
Ciri pendidikan multikultural antara lain sebagai berikut.
a. Bertujuan untuk membentuk manusia dan masyarakat yang berbudaya.
b. Materi yang diajarkan berupa nilai-nilai luhur kemanusiaan, kebangsaan,
keberagaman, HAM, dan penghapusan prasangka demi membangun suatu
kehidupan masyarakat yang adil dan tentram.
c. Metode pembelajaran bersifat demokratis, menghargai aspek keberagaman dan
perbedaan budaya dalam masyarakat.
d. Evaluasi dilakukan melalui penilaian terhadap tingkah laku, persepsi, apresiasi, dan
tindakan terhadap budaya lain.
e. Penerapan pendidikan multikultural tidak harus dalam mata pelajaran tersendiri,
melainkan disisipkan muatannya dalam pelajaran yang telah ada.

11
Ada tiga dasar yang dapat dijadikan acuan untuk pendidikan multikultural yaitu
sebagai berikut.
a. Pengakuan terhadap identitas budaya lain. Terkandung di dalamnya suatu pengakuan
terhadap kekuatan yang dimiliki sehingga akan muncul sikap jujur untuk mengakui
keunggulan yang dimiliki budaya tersebut.
b. Adat kebiasaan dan tradisi yang hidup dalam suatu masyarakat merupakan tali
pengikat kesatuan perilaku di dalam masyarakat.
c. Kemajuan-kemajuan yang diperoleh kelompok-kelompok tertentu di dalam
masyarakat dilihat juga sebagai sumbangan yang besar bagi kelompok yang lebih
luas, seperti negara.

Untuk mewujudkan masyarakat multikultural yang hidup dalam suasana harmonis,


diperlukan beberapa cara untuk memecahkan masalah yang sering timbul sebagai akibat
perbedaan budaya. Bales mengemukakan tiga tahap pemecahan masalah, yaitu sebagai
berikut.
a. Tahap orientasi
Dalam tahap ini, para anggota kelompok saling bertanya dan saling memberi
informasi sehingga terhindar dari pemahaman atau pengertian yang keliru
antarpihak yang berkepentingan.

b. Tahap evaluasi
Dalam tahap ini, tiap anggota kelompok membahas informasi dan saling bertukar
pendapat. Dari tahap ini, keterbukaan antarkelompok atau golongan terjadi sehingga
akan muncul berbagai alternatif baru dalam menyelesaikan masalah.

c. Tahap kontrol
Dalam tahap ini, para anggota kelompok menyarankan untuk mencari jalan keluar
dalam mencapai suatu kesimpulan akhir.

2. Manfaat Masyarakat Multikultural


Manfaat masyarakat multikultural adalah sebagai berikut.
a. Melalui hubungan yang harmonis antarmasyarakat, dapat digali kearifan budaya
yang dimiliki oleh setiap budaya.
b. Munculnya rasa penghargaan terhadap budaya lain sehingga muncul sikap toleransi
yang merupakan syarat utama dari masyarakat multikultural.
c. Merupakan benteng pertahanan terhadap ancaman yang timbul dari budaya
kapital yang cenderung melumpuhkan budaya yang beragam. Paham kapitalisme
cenderung diskriminatif dan cenderung mengabaikan eksistensi budaya setempat.

12
d. Multikulturalisme merupakan alat untuk membina dunia yang aman dan sejahtera.
Dengan multikulturalisme, bangsa-bangsa duduk bersama, saling menghargai, dan
saling membantu untuk menyelesaikan berbagai masalah yang dihadapi. Masalah
yang dihadapi oleh suatu masyarakat secara langsung atau tidak langsung akan
berpengaruh pada masyarakat lain.
e. Multikulturalisme mengajarkan suatu pandangan bahwa kebenaran itu tidak
dimonopoli oleh satu orang atau kelompok saja, tetapi kebenaran itu ada di mana-
mana, tergantung dari sudut pandang setiap orang. Masyarakat multikultural
menganggap bahwa dengan saling mengenal dan saling menghargai budaya orang
lain, dapat tercipta kehidupan yang penuh toleransi untuk terciptanya masyarakat
yang aman dan sejahtera.

3. Menyikapi Keanekaragaman Secara Kritis


Dalam keanekaragaman dan perubahan budaya, sikap kritis diperlukan untuk mengawasi
beberapa hal berikut.
a. Adanya kecenderungan alamiah yang muncul karena adanya ragam budaya yang
bersikap destruktif dalam kehidupan bersama.
b. Usaha-usaha pemanfaatan situasi keberagaman untuk kepentingan sendiri.
c. Masuknya unsur-unsur budaya asing yang dapat menghancurkan kebudayaan
sendiri.

13

Anda mungkin juga menyukai