Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Farmasi adalah ilmu yang mempelajari tentang cara membuat, mencampur,
memformulasi dan melakukan pembakuan senyawa obat. Obat adalah bahan
tunggal atau campuran yang digunakan semua makhluk untuk bagian luar maupun
dalam guna mencegah mapun mengobati penyakit.
Bentuk sediaan obat merupakan sediaan farmasi dalam bentuk tertentu
sesuai dengan kebutuhan, mengandung satu zat aktif atau lebih dalam pembawa
yang digunakan sebagai obat dalam ataupun obat luar. Ada berbagai bentuk
sediaan obat di bidang farmasi, yang dapat diklasifikasikan menurut wujud zat
dan rute pemberian sediaan. Berdasarkan wujud zat, bentuk sediaan obat dapat
dibedakan menjadi tiga, yaitu sediaan bentuk cair (larutan sejati, suspensi, dan
emulsi), bentuk sediaan semipadat (krim, lotion, salep, gel, supositoria), dan
bentuk sediaan solida/padat (tablet, kapsul, pil, granul, dan serbuk).
Perkembangan dalam bidang industri farmasi telah membawa banyak kemajuan
khususnya dalam formulasi suatu sediaan, salah satunya adalah bentuk sediaan liq
uida dan semisolida. Sediaan liquida dan semisolidamemiliki beberapa
keunggulan dibandingkan dengan sediaan bentuk padat, Sediaan larutan adalah
sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia yang terlarut, terdispersi
secara molekuler dalam pelarut yang sesuai atau campuran pelarut yang saling
campur..
Mouthwash merupakan suatu larutan air yang digunakan sebagai pembersih
untuk meningkatkan kesehatan rongga mulut, estetika, dan kesegaran nafas
(Power dan Sakaguchi, 2006). Mouthwash dapat digunakan juga sebagai agen
anti-inflamasi dan analgesik topikal (Farah et al., 2009).
Keefektifan obat kumur yang lain adalah kemampuannya menjangkau
tempat yang paling sulit dibersihkan dengan sikat gigi dan dapat merusak
pembentukan plak, tetapi penggunaanya tidak bisa sebagai subtitusi sikat gigi
(Claffey, 2003)

1
1.2 Tujuan Praktikum
1. Mahasiswa mampu mengetahui cara preformulasi
2. Mahasiswa mampu mengetahui evaluasi dari mutu zat aktif
3. Mahasiswa mampu mengetahui pembuatan sediaan mouthwash daun
jambu biji
1.3 Maksud Percobaan
Mengetahui bagaimana formulasi sediaan obat kumur (Mouthwash) ekstrak
jambu biji

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Dasar Teori
Obat adalah semua bahan tunggal atau campuran yang digunakan oleh
semua mahluk hidup bagian dalam maupun bagian luar, guna mencegah,
meringankan, maupun menyembuhkan penyakit. Secara umum menurut bentuk
sediaannya, obat terbagi atas 3 macam yaitu sediaan cair, sediaan semi padat
dan sediaan padat. (Batubara, 2008)
Rongga mulut merupakan salah satu tempat dalam tubuh yang
mengandung mikroorganisme dengan populasi dan keanekaragaman paling
tinggi disbanding tempat lain. Mikroorganisme yang paling banyak di rongga
mulut yaitu Streptococcus sp (Kidd dan Bechal, 1992; Forld, 1993; Rahardja,
1996). Salah satu tujuan kumur dengan antiseptic yaitu menurunkan jumlah
koloni bakteri pathogen dalam rongga mulut dan mengurangi terjadinya plak
dan karies gigi dengan jalan berinteraksi dengan protein bakteri
(Lakshminingsih, 2000).
Pelayanan kesehatan memanfaatkan tanaman obat, salah satunya adalah
daun salm (Eugenia polyanthaW) sebagai obat kumur. Winarto (2004)
menyatakan bahwa daun salam mempunyai kandungan kimia yaitu tannin,
flavonoid dan minyak atsiri 0,05% yang terdiri dari eugenol dan sitral.
Kandungan Eugenia polyantha merupakan bahan aktif yang diduga memiliki
efek farmakologis. Tannin dan flavonoid merupakan bahan aktif yang
mempunyai efek anti-inflamasi dan antimikroba, sedangkan minyak atsiri
mempunyai efek analgesic (Robinson, 1995)
Ekstrak etanol daun salam dibuat dalam konsentrasi 0,5, 5,7 dan 10%.
dengan yang secara berturut turut memberikan daya hambat pada bakteri
streptococcus mutans, penelitian ini berkumur menggunakan daun salam pada
konsentrasi 10% dimana lebih efektif dapat menghambat bakteri streptococcus
mutans. (Dalimartha, 2005)

3
2.1.1 Definisi Larutan
Larutan adalah sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia yang
terlarut (FI ed IV, 1995). Larutan adalah sediaan cair yang mengandung satu atau
lebih zat kimia yang dapat larut, biasanya dilarutkan dalam air yang karena bahan-
bahannya, cara peracikan dan penggunaannya tidak dimasukkan kedalam
golongan produk lainnya. (Ansel, 1989)
Macam-macam bentuk sediaan:
a. Larutan Oral
Sediaan cair yang dibuat untuk pemberian oral, mengandung satu atau lebih
zat dengan atau tanpa bawah pengarom, pemanis, atau pewarna yang larut dalam
air atau campuran kosolven air (FI ed IV, 1995).
b. Larutan Topikal
Larutan yang biasanya mengandung air, tetapi sering kali mengandung
pelarut lain seperti etanol dan poliol untuk penggunaan kulit atau dalam larutan
lidokain oral topical untuk penggunaan pada permukaan mukosa mulut.
(Syamsuni, 2006. Hal 83)
Macam-macam larutan oral:
a. Potiones (Obat Minum)
Larutan yang dimaksud untuk pemakaian dalam. Selain berbentuk larutan,
potio dapat juga dapat berbentuk emulsi atau suspense
b. Eliksir
Larutan oral yang mengandung etanol 90% yang berfungsi sebagai kosolven
(pelarut) dan untuk mempertinggi kelarutan obat.
c. Sirup
Larutan oral yang mengandung sukrosa atau gula lain yang berkadar tinggi.
d. Netralisasi
Obat minum yang dibuat dengan mencampurkan bagian asam dan bagian
basa sampai reaksi selesai dan larutan bersifat netral. Pembuatan netralisasi
seluruh bagian asam direaksikan dengan bagian basa, jika perlu reaksi dipercepat
dengan pemanasan.

4
e. Saturatio
Obat minum yang dibuat dengan mereaksikan asam dengan basa tetapi gas
yang terbentuk ditahan dalam wadah sehingga larutan menjadi jenuh dengan gas.
2.1.2 Mouthwash
Mouthwash (Obat kumur) adalah formula berupa larutan, umumnya dalam
bentuk pekat yang harus diencerkan dahulu sebelum digunakan, dimaksudkan
untuk digunakan sebagai pencegah atau pengobatan infeksi tenggorokan. Menurut
definisi yang lain mouthwash adalah larutan yang biasanya mengandung bahan
penyegar nafas astringen, demulsen, atau surfaktan atau antibakteri untuk
menyegarkan dan membersihkan saluran pernafasan yang pemakaianannya
dengan berkumur. (Akarina, 2011).
Berdasakan bahan aktif yang terkandung di dalamnya, obat kumur digolongkan
menjadi beberapa jenis, yaitu:
1. Obat kumur yang mengandung bahan aktif antimikroba. Produk jenis ini
memiliki fungsi mengontrol pertumbuhan bakteri pada mulut. Selain itu, obat
kumur jenis ini dapat mengurangi plak, meminimalkan keparahan gingivitis
atau radang gusi, dan menghilangkan bau napas tidak sedap
2. Obat kumur juga ada yang dipersenjatai dengan bahan aktif fluoride. Fungsi
utama dari produk dengan bahan aktif ini adalah untuk membantu mencegah
kerusakan gigi.
3. Bahan pewangi bias menjadi salah satu kandungan pada obat kumur. Bahan
aktif ini akan berperan sebagai bahan kimia yang mampu menetralisisr bau
mulut.
Bahan aktif formula mouthwash yang bersifat antibakteri dapat berasal
dari bahan kimia maupun bahan alam. Namun karena slogan “back to nature”
yang sering terdengar dimasyarakat, maka bahan alampun menjadi sorotan yang
sangat popular. Salah satu bahan alam yang dapat digunakan sebagai bahan aktif
mouthwash adalah daun salam (syzygium poliantha) (Akarina, 2011).

5
2.2 Uraian Tanaman (Menurut Ikhwan, 2015)

Gambar 2.2.
Daun Jambu biji (Psidium
guajava )

Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Bangsa : Myrtales
Suku : Myrtaceae
Marga : Psidium
Jenis : Psidium guajava L.
2.2.1 Morfologi Tanaman Daun jambu biji
 Daun jambu biji tergolong daun tidak lengkap karena hanya terdiri dari
tangkai (Petiolus) dan helaian (Lamina) saja yang disebut daun bertangkai.
Dilihat dari letak bagian terlebarnya pada daunnya bagian terlebar daun jambu
biji (P. Guajava L.) berada ditengah-tengah dan memiliki bagian jorong
karena perbandingan panjang : lebarnya adalah 1,5 - 2 : 1 (13 - 15 : 5,6 - 6
Cm). Daun jambu biji (P. Guajava L.) memiliki tulang daun yang menyirip
yang mana daun ini memiliki 1 ibu tulang yang berjalan dari pangkal ke ujung
dan merupakan terusan tangkai daun dari ibu tulang ke samping,keluar tulang-
tulang cabang, sehingga susunannya mengingatkan kita pada susunan sirip
ikan. Jambu biji memiliki ujung daun yang tumpul, pada umumnya warna
daun bagian atas tampak lebih hijaujika dibandingkan sisi bawah daun.

6
Tangkai daun berbentuk selindris dan tidak menebal pada bagian tangkainya.
(Renata Ayuni,2012)

2.2.2 Kandungan Kimia Tanaman Daun Jambu Biji


Daun jambu biji memiliki kandungan flavonoid yang sangat tinggi,
terutama quercetin. Senyawa tersebut bermanfaat sebagai antibakteri,
kandungan pada daun Jambu biji lainnya seperti saponin, minyak atsiri, tanin,
anti mutagenic, flavonoid, dan alkaloid.(Renata Ayuni,2012)
2.2.3 Manfaat Daun Jambu Biji
Daun jambu biji ternyata memiliki khasiat tersendiri bagi tubuh kita, baik
untuk kesehatan ataupun untuk obat penyakit tertentu. Dalam penelitian yang
telah dilakukan ternyata daun jambu biji memiliki kandungan yang banyak
bermanfaat bagi tubuh kita. Diantaranya, anti inflamasi, anti mutagenik, anti
mikroba dan analgesik.8 Pada umumnya daun jambu biji (P. Guajava L.)
digunakan untuk pengobatan seperti diare akut dan kronis, perut kembung pada
bayi dan anak, kadar kolesterol darah meninggi, sering buang air kecil, luka,
sariawan, larutan kumur atau sakit gigi dan demam berdarah.9 Berdasarkan hasil
penelitian, telah berhasil diisolasikan suatu zat flavonoid dari daun jambu biji
yang dapat memperlambat penggandaan (replika) Human Immunodeficiency
Virus (HIV) penyebab penyakit AIDS. Zat ini bekerja dengan cara menghambat
pengeluaran enzim reserved transriptase yang dapat mengubah RNA virus
menjadi DNA di dalam tubuh manusia.(Retno AriaNingrum,2013)
2.3 Studi Preformulasi
Zat aktif : Ekstrak Tanin Daun Jambu Biji
Nama Resmi : Methyl 3,4,5- tryhydroxybenzoate
Nama Lain : Acidum tannicum
Rumus Molekul : C16H52O46
Berat Moelkul : 170,22
pKa :-
pH : 4-7

7
Kelarutan : Larut dalam air dan pelarut organic lainnya (meliputi
as.asetat, gliserol, dietil eter dan lain-lain)
Stabilitas : Stabilitas warna dari tanin di pengaruhi oleh sinar
matahari
Inkompatibilitas : -
Farmakologi : Tanin juga dapat menekan jumlah beberapa enzim seperti
glukosiltransferase. tanin juga dapat berikatan dengan
asam lipoteikoit pada permukaan sel S. mutans. Hal inilah
yang mendukung daya antibakteri tanin terhadap S.
mutans. (Wolinsky et al)

8
BAB III
PENDEKATAN FORMULA
3.1 Pemanis
3.1.1 Sakarin (Rowe,2009)
Nama Resmi : Saccharinum
Nama Lain : Sakarin
Rumus Molekul : C7H5NO3C
Rumus Struktur :

Berat Molekul : 183,18 g/mol


Pka : 1,3
pH :-
Kelarutan : Serbuk atau hablur putih, atau berbau aromatik
lemah, larutan encer sangat manis, larutan
bereaksi asam terhadap lakmus.
Inkompatibilitas : Sakarin dapat berekasi dengan besar, yang dapat
memicu atau menyebabkan reaksi tersebut
terbentuk..
Stabilitas : Stabil di bawah kondisi kisaran normal yang di
gunakan dalm formulasi dalam bentuk serbuk
tidak terdeteksi dekomposisinya. Sakarin hancur

9
di simpan dalam wadah tertuup baik di tempat
sejuk dan kering.
Alasan penambahan : Sakarin di gunakan sebagai pemanis, yang
mempunyai sifat yan stabil, narkosinogenik, nilai
kaori rendah dan harganya relatih murah.
3.2 Pengaroma/perasa
3.2.1 Menthol (Rowe,2009)
Nama Resmi : Mentholum
Nama Lain : Mentol
Rumus Molekul : C10H20O
Rumus Struktur :

Berat Molekul : 156,30 g/mol


Pka :-
pH :-
Kelarutan : Sukar larut dalam air, sangat mudah dalam etanol
(95%) adalah kloroform P dan eter P mudah larut
dalam parafin cair P dan dalam minyak atsiri.
Inkompatibilitas : Tidak bercampur dengan bithylchloral hydrate ;
kamper kloral hidrat, kromium trioksida benafol,
fenol, kalium permanganat.
Stabilitas : Stabil pada tekanan dan suhu normal.
Alasan penambahan : Sebagai pemberi dan pengaroma di dalam sediaan
farmasi.
3.3 Pengawet

10
3.3.1 Natrium Benzoat (Rowe,2009)
Nama Resmi : Sodium Benzoate
Nama Lain : Benzoic acid sodium salf
Rumus Molekul : C7H5 NaO2

Rumus Struktur :

Berat Molekul : 144,11 g/mol


Pka :-
pH : 2-4
Kelarutan : mudah larut dalam air, agak sukar larut dalam
etanol, dan lebih mudah larut dalam etanol 90%.
Inkompatibilitas : Inkom dengan quarter, gelatin, garam, garam
kalsium aktivitas preruktive mungkin jarang jika
berinteraksi dengan kaolin atau pun surfaktan
nonionik.
Stabilitas : Larutan berairnya mungkin harus di sterilisasi
dengan auroklaf.
Alasan penambahan : Sebagai pengawet.
3.4 Humektan
3.4.1 Propilenglikol (Rowe,2009)
Nama Resmi : Propylene Glycol
Nama Lain : 1,2- Propaniediol, 1,2- dihydroxypropane
Rumus Molekul : CH3 H8O2
Rumus Struktur :

11
Berat Molekul : 76,09 g/mol
Pka :-
pH : 3-6
Kelarutan : dalam air dapat bercampur dengan air dengan pelarut
larut dalam 1-6 bagian eter, tidak tercampur
etanol, kloroform, aseton, dan gliserin.
Inkompatibilitas : Inkom dengan agen pereduksi seperti kalium
permanganat.
Stabilitas : Stabil dalam keadaan tertutup, kontaier, tetapi pada
suhu tinggi di tempat yang cenderng
mengoksidasi, propilenglikol stabil secara kimia
(95%) Gliserin atau air.
Alasan penambahan : Sebagai humektan/pelembab atau dapat
meningkatkan kelarutan obat dan
mempertahankan kandungan air.
3.5 Pembawa
3.5.1 Aquadest (FI Ed III, Hal 96)
Nama Resmi : Aqua Destilata
Nama Lain : Aquadest/Air Suling
Rumus Molekul : H2O
Rumus Struktur :

Titik Lebur : 950C – 960C


Berat Molekul : 18,2 g/mol
pKa : -
pH : 7,0
Kelarutan : Larut dengan semua jenis pelarut
Inkompatibilitas : Bahan yang mudah terhidrolisis, bereaksi dengan

12
gram-gram. Anhidrat menjadi hidrat, material
organic dan kasium klorida.
Stabilitas : Lebih mudah terurai dengan adanya udara dari
luar.
Alsan penambahan : Pembawa

13
BAB IV
FORMULASI DAN PERHITUNGAN
4.1 Formulasi
R/ Ekstrak daun jambu biji 3,5% (Zat Aktif)
Sukrosa 0,02% (Pemanis)
mentol 2,0% (Pengaroma)
natrium benzoat 2% (Pengawet)
propilen glikol 5% (Pembawa)

4.2 Perhitungan
3,5
1. Ekstrak daun jambu biji 10% = x 30 ml = 10 g
100
0,2
2. Sukrosa 8% = 100 x 30 ml = 0,006 g

2,0
3. menthol 5% = x 30 ml = 0,6 g
100
2
4. natrium benzoat 0,15% = 100 x 30 ml = 0,15 g

5
5. propilen glikol 0,15% = x 30 ml = 1,5 mL
100

14
BAB V
CARA KERJA DAN EVALUASI
5.1 Cara kerja
5.1.1 Cara kerja pembuatan ekstrak daun jambu biji
1. Digunakan metode maserasi dengan pelarut etanol 96% kemudian
dikeringkan
2. Dibuat serbuk 200 gr
3. Dimasukan keadalam wadah kaca dan direndam dengan etanol 96%
dengan perbandingan 1:10
4. Ditutup dengan menggunakan aluminium foil
5. Didiamkan selama 24 jam
6. Disaring proses penyarian dilakukan sekurang-kurangnya 2 kali dengan 3
jenis jumlah yang berbeda
7. Dikumpulkan dan diuapkan sehingga diperoleh ekstrak kental
5.1.2 Cara kerja pembuatan mouthwash
1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Ditimbang semua bahan yang akan digunakan
3. Dibersihkan alat menggunakan alkohol 70%
4. Dimasukkan ekstrak daun jambu biji dan ditambahkan propilenglikol
hingga larut
5. Ditambahkan sakarin dan mortar kedalam mortar kemudian digerus hingga
homogen
6. Ditambahkan natrium benzoate lalu gerus hingga homogen
7. Ditambahkan aquadest kedalam mortar lalu digerus
8. Disaring dan dimasukkan kedalam botol kemudian ditambahkan aquadest
hingga 100 ml
9. Ditutup botol tersebut dan disimpan pada suhu 4oc

15
5.2 Evaluasi
Evaluasi:
Jenis evaluasi Prinsip Syarat Hasil
Uji organoleptis Pemeriksaan Memenuhi Bau : menthol
organoleptis yang Spesifikasi Warna :
dilakukan secara formula (Saleh, bening
visual meliputi bau, 2004) Rasa : pahit
rasa, dan warna
penjerniha (Saleh,
2004)
Uji ph Dimasukkan kertas Sesuai dengan Phnya sesuai
pH dalam sediaan, pH stabilitas zat dengan
pengukuran aktif (Derry, stabilitas zat
dilakukan 25-2 2007) aktif
menggunakan alat
potensiometrik (pH
meter yang sesuai)
(Derry, 2007)
Uji viskositas Pengukuran Menentukan nilai Viskositasnya
menggunakan viskositas sesuai dengan
viskositas blok field sediaan suspense sediaan
(Titaley, 2014) yang baik mouthwash
(Martin, 1993)
Uji daya hambat Uji daya hambat memiliki daya Daya lambat
menurut Davis dan hambat yang kuat zona sedang
Stout (1971) dibagi terhadap
atas: sangat kuat antibakteri
(zona jernih > 20 Streptococcus

16
mm), kuat (zona mutans.
jernih 10-20 mm),
sedang (zona jernih
5-10 mm) dan
slemah (zona jernih
< 5 mm)
Uji daya hambat Uji daya hambat memiliki daya Daya lambat
menurut Davis dan hambat yang kuat zona sedang
Stout (1971) dibagi terhadap
atas: sangat kuat antibakteri
(zona jernih > 20 Streptococcus
mm), kuat (zona mutans.
jernih 10-20 mm),
sedang (zona jernih
5-10 mm) dan
slemah (zona jernih
< 5 mm)
Uji kelarutan melarutkan ekstrak Memenuhi syarat Kelarutan
daun salam yang kelrutan memenuhi
dimasukkan mouthwash standar
kedalam gelas ketentuan
beaker kemudian mouthwash
masing masing
ditambahkan
aquadest dan etanol
70% dan didapatkan
hasil pengujian
kelarutan bahwa
ekstrak daun salam
sangat mudah larut
dalam aquadest dan

17
etanol 70% yang
ditambahkan kurang
dari 10 bagian
pelarut. (Agoes A,
2010).

BAB VI

18
HASIL DAN PEMBAHASAN
6.1 Hasil

Hasil mouthwash

6.2 Pembahasan
Pada praktikum kali ini kami melakukan percobaan mengenai mouthwash
dimana mouthwash adalah larutan yang biasanya mengandung bahan penyegar
nafas, astringen, demulsen, atau surfaktan, atau antibakteri untuk menyegarkan
dan membersihkan saluran pernafasan yang pemakaiannya dengan berkumur
(Akarina, 2011).
Adapun tujuan praktikum dari percobaan ini yaitu agar mahasiswa dapat
mengetahui cara formulasi sediaan mouthwash, cara pembuatan sediaan
mouthwash serta mengetahui cara evaluasi pada sediaan mouthwash. Pada
percobaan kali ini kami menggunakan zat aktif ekstrak daun jambu biji dimana
manfaat dari daun jambu biji itu sendiri yaitu terdapat zat aktif tanin dimana
Tannin yang terdapat pada daun jambu biji bersifat antiseptik yaitu dapat
mencegah atau mematikan pertumbuhan Streptococcus mutans. Hal ini
disebabkan oleh adanya gugus pirogalol dan gugus galoil yang merupakan gugus
fenol, yang dapat bereaksi dengan protein membran 4 bakteri dan
mengkoagulasinya. Adanya koagulasi protein dinding sel menyebabkan gangguan
metabolisme dan kerusakan dinding sel yang akhirnya menyebabkan sel lisis
(Ariyani dkk, 2007).
Langkah kerja dalam pembuatan mouthwash kali ini yaitu dengan membuat
terlebih dahulu ekstrak dari daun jambu biji itu sendiri Tujuan dari ekstraksi
adalah untuk menarik semua zat aktif dan komponen kimia yang terdapat dalam
simplisia. Dalam menentukan tujuan dari suatu proses ekstraksi, perlu
diperhatikan beberapa kondisi dan pertimbangan berikut ini menurut Marjoni

19
(2016) untuk cara kerja dari pembuatan ekstrak daun jambu biji yaitu dengan
melakukan metode maserasi terlebih dahulu dengan menggunakan pelarut etanol
96% kemudian dikeringkan menurut hayani (2006) etanol merupakan pelarut
paling aman karena tidak beracun. Menurut Hayani lalu langkah selanjutnya yaitu
membuat serbuk daun jambu biji sebanyak 200 gr, setelah itu dimasukkan
keadalam wadah kaca dan direndam dengan etanol 96% dengan perbandingan
1:10 langkah selanjutnya ditutup dengan menggunakan aluminium foil lalu
didiamkan selama 24 jam selanjutnya disaring proses penyarian dilakukan
sekurang-kurangnya 2 kali dengan 3 jenis jumlah yang berbeda langkah terakhir
yaitu dikumpulkan dan diuapkan sehingga diperoleh ekstrak kental.
Setalah pembuatan ekstrak selanjutnya langkah pembuatan mouthwash itu
sendiri pertama tama yang harus dilakukan yaitu menyiapkan alat dan bahan yang
akan kami gunakan lalu menimbang bahan yang akan kami gunakan selanjutnya
dibersihkan alat menggunakan alkohol 70% menurut Katzung et al (2012) alkohol
70% dapat mengurangi jumlah bakteri setelah penggunan 1 menit. Lalu
Dimasukkan ekstrak daun jambu biji dan ditambahkan propilenglikol dimana
Propilenglikol (C3H8O2) merupakan cairan bening, tidak berwarna, kental,
praktis tidak berbau, manis, dan memiliki rasa yang sedikit tajam menyerupai
gliserin. Propilenglikol larut dalam 6 bagian eter, tidak larut dengan minyak
mineral ringan atau fixed oil, tetapi akan melarutkan beberapa minyak esensial 12
(Rowe et al., 2009) alasan penambahan propilenglikol ekonomis dan dapat
berperan sebagai cosolven. Secara teoritis penambahan propilen glikol pada
sediaan dapat menurunkan viskositas serta dapat menaikkan daya sebar dari
sediaan (Chem, 2008). hingga larut langkah selanjutnya ditambahkan sakarin
dimana sakarin merupakan pemanis makanan atau sediaan farmasi alasan
penaambahan sakarin sebagai pemanis dan mempunyai sifat yang stabil non
karsinogenik, nilai kalori rendah dan harganya relatif murah (Fi III) kedalam
mortar kemudian digerus hingga homogen selanjutnya ditambahkan natrium
benzoate dimana natium benzoate itu sendiri yaitu pengawet alasan kami
menambahkan natrium benzoate karena natrium benzoate memiliki fungsi sebagai
antimikroba yang dapat menghambat pertumbuhan kapang dan khamir dengan

20
cara menghancurkan sel sel mikroba terutama kapang (Nurhayati Dkk, 2012). lalu
gerus hingga homogen langkah selanjutnya yaitu ditambahkan aquadest kedalam
mortar lalu digerus lalu Disaring dan dimasukkan kedalam botol kemudian
ditambahkan aquadest Aquadest adalah sebuah zat yang ada di alam yang dalam
kondisi normal di atas permukaan bumi berbentuk cair, akan membeku pada suhu
di bawah nol derajat celcius dan mendidih pada suhu seratus derajat celcius.
hingga 100 ml (Pitoyo Amrih, 2007). Alasan ditambahkannya aquadest yaitu
sebagai pelarut langkah terakhir ditutup botol tersebut diberi etiket dan brosur lalu
disimpan pada suhu 4oc
Adapun kemungkinan kesalahan yang terjadi yaitu kurangnya ketelitian
dalam membersihkan alat-alat sehingga bahan yang digunakan terkontaminasi,
adanya kesalahan dalam menimbang serta menentukan dosis sediaan mouthwash
serta kurangnya ketelitian dalam melakukan evaluasi sediaan mouthwash.

BAB VII

21
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1.   Cara Preformulasi yaitu dengan memilih bahan tambahan yang tidak
inkom dengan zat aktif seperti gliserin, sorbitol, pappermint oil dan pelarut
yaitu aquades/air suling. Kemudian menyusun kerangka preformulasi zat
aktif sari daun salam dengan bahan kosolven lainnya.
2. Evaluasi mutu zat aktif meliputi Uji Evaluasi Organoleptik yaitu dengan
melihat bau, rasa, dan warna serta kejernihan dari sediaan mouthwash. Uji
Kelarutan dengan melihat apakah sediaan larut atau sukar larut dalam air.
Uji Daya Hambat meliputi sterilisasi, Media Mueller Hnton Agar (MHA),
pembuatan medium agar miring dan Inokulasi bakteri pada media agar
miring.
3. Cara pembuatan Mouthwash sari daun salam yaitu pertama tama
mengambil ekstrak daun salam, yang diambil pada sari daun salam yaitu
flavonoid yang berfungsi untuk membunuh aktivitas antimikroba pada
mulut. Kemudian mencampurkan zat tambahan pada sediaan mouthwash
yaitu gliserin, sorbitol, peppermint oil dan air.
5.2 Saran
5.2.1 Untuk Jurusan
Diharapkan agar dapat melengkapi fasilitisnya berupa alat-alat dan bahan-
bahan yang menunjang dalam proses praktikum, agar praktikum yang
dilaksanakan dapat berjalan dengan lancar.
5.2.2 Untuk Asisten
Diharapkan agar kerja sama antara asisten dengan praktikan lebih
ditingkatkan dengan banyak memberi wawasan tentang mouthwash. Asisten dan
praktikan diharapkan tidak ada missed communication selama proses praktikum
agar hubungan asisten dan praktikan diharapkan selalu terjaga keharmonisannya
agar dapat tercipta suasana kerja sama yang baik.

5.2.3 Untuk Praktikan

22
Praktikan diharapkan dipraktikum selanjutnya bisa melaksanakan praktikum
lebih baik lagi dan tidak membuatkan kesalahan dalam menghitung dosis obat
yang diminta. Selain itu, berhati-hatilah dalam mencampur obat dan juga didalam
praktikum keseriusan diutamakan.

23

Anda mungkin juga menyukai