Dosen Pengampu :
Disusun oleh :
2021/1443H
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi robbil 'alamin, segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam yang telah
menganugerahkan keimanan, keislaman, kesehatan, dan kesempatan sehingga penulis dapat
menyusun makalah ini dengan baik. Makalah dengan judul ”Pembagian Hadits Dari Segi
Kualitas Periwayatan”.
Adapun tujuan dibuatnya makalah ini adalah untuk menambah pengetahuan dan
wawasan tentang Ulumul Hadits bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Penyusunan makalah ini tak lepas dari campur tangan berbagai pihak yang telah
berkontribusi secara maksimal. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya.
Meski demikian, penulis meyakini masih banyak yang perlu diperbaiki dalam
penyusunan makalah ini, baik dari segi dalil, sumber hukum, tata bahasa, dan bahkan tanda
baca sehingga sangat diharapkan kritik dan saran dari pembaca sekalian sebagai bahan
evaluasi penulis.
Penulis
PENDAHULUAN
Kata hadist berasal dari bahasa Arab. Menurut Ibn Manzhur, kata ini berasal dari kata al-
Hadits, jamaknya: al-Hadits al-Haditsan dan al-Haditsan. Hadits adalah kata, bertindak,
ketetapan dan persetujuan dari Nabi Muhammad yang digunakan sebagai dasar hukum
Islam . Hadits digunakan sebagai sumber hukum Islam di samping al-Qur’an, hadits posisi
dalam hal ini adalah sumber hukum kedua setelah Al-Qur’an.
Sesuai dengan sejarah perjalanan hadits, ternyata tidak semua yang disebut hadits itu
benar-benar berasal dari Nabi Muhammad SAW. Apalagi kita mengetahui hadits palsu itu
memang ada. Benar bahwa tadinya, hadits itu segala sesuatu yang dinisbahkan kepada Nabi
Muhammad SAW. yang fungsinya sebagai rujukan dalam memahami dan melaksanakan
ajaran Islam. Selanjutnya, apa yang dinisbahkan kepada sahabat pun disebut hadits, bahkan,
yang disandarkan kepada tabi’in. Maka persoalannya, mana hadits yang dapat
diterima (maqbul) sebagai dalil agama karena “diduga keras” berasal dari Nabi Muhamad
SAW. dan mana pula yang ditolak (mardud). Sekarang kita akan membicarakan tentang
hadits-hadits yang mungkin dapat diterima dan mungkin ditolak informasinya.
PEMBAHASAN
Menurut bahasa, Shahih itu lawan dari Saqim (sakit atau lemah). Sedangkan
pengertian shahih menurut istilah adalah hadits yang sanadnya bersambung melalui (riwayat)
rawi yang adil lagi dlabith dan rawi yang semisal hingga akhir (sanad), tanpa ada syudzudz
maupun ‘ilat.
Dari penjelasan pengertian diatas, hadits shahih memiliki beberapa karakter sebagai berikut :
b. Adilnya para perawi. Yaitu, setiap rawi harus muslim, baligh, berakal, tidak fasik, dan
tidak buruk tingkah lakunya.
c. Dlabithnya para perawi. Yaitu, harus sempurna daya ingatnya, baik ingatan dalam
benak atau pun tulisan.
d. Tidak ada syadz. Yaitu, haditsnya tidak syadz.Syudzudz berarti haditsnya tidak
menyelisihi dnegan hadits yang diriwayatkan oleh orang yang lebih tsiqoh
dibandingkan dirinya.
e. Tidak ada ’ilat. Yaitu, haditsnya tidak ma’lul (cacat). ’Ilat adalah penyebab samar lagi
tersembunyi yang bisa mencemari shahihnya sebuah hadits, meski secara dhahir,
kelihatan terbebas dari cacat.
a. Hadits shahih Lidzatihi yaitu hadits yang bersambung sanadnya dengan penukilan
perawi yang ‘adl dan dhabith dari yang semisalnya sampai akhir sanad tersebut
serta hadits tersebut bukan hadits yang syadz dan bukan hadits
yang mu’allal (cacat).
b. Hadits shahih Li Ghairihi adalah hadits hasan li dzatihi apabila diriwayatkan dari
jalan lain yang setingkat atau lebih kuat darinya. Dan dinamakan hadits shahih li
ghairihi, karena keshahihannya tidak datang dari sanadnya sendiri, tetapi karena
bergabung dengan sanad yang lain.
Menurut bahasa, hadits hasan merupakan sifat musabbahah dari kata al-husn,yang
berarti al-jamal (bagus). Pengertian hadits hasan menurut istilah para ulama memiliki definisi
yang berbeda-beda, karena melihat melihat bahwa hadits hasan ini di tengah-tengah hadits
shahih dan dha’if, dan sebagian dari ulama-ulama itu mendefinisikannya dengan mencakup
salah satu dari dua kategori tersebut. Berikut definisi hadits hasan menurut para ulama :
a. Menurut al-Khathabi, yaitu hadits yang diketahui tempat keluarnya, para perawinya
masyhur (dikenal), menjadi tempat beredarnya hadits, diterima oleh banyak ulama,
dan digunakan oleh sebagian besar fuqaha.
b. Menurut at-Tarmidzi, yaitu setiap hadits yang diriwayatkan, yang dalam sanadnya
tidak ada rawi yang dituduh berdusta, haditsnya tidak syadz, diriwayatkan pula
haditsnya melalui jalan lain.
c. Menurut Ibnu Hajar, yaitu hadits ahad yang diriwayatkan oleh rawi yang adil
kedlabitannya sempurna, sanadnya bersambung, haditsnya tidak ’ilal maupun syadz;
hadits yang semacam ini adalah hadits shahih li dzatihi. Jika derajat kedlabitannya
lebih rendah, itulah hadits hasan li dzatihi.
Kesimpulan dari definisi hadits hasan diatas adalah, hadits hasan yaitu hadits yang
sanadnya bersambung, yang diriwayatkan oleh rawi yang adil, yang derajat dlabitnya lebih
ringan dari orang yang serupa hingga puncak (akhir) sanad, tidak ada syudzudz maupun ’ilat.
a. Hadits Maudhu'
Hadis maudhu’ adalah hadis kontroversial yang di buat seseorang dengan tidak
mempunyai dasar sama sekali. Menurut Subhi Shalih adalah khabar yang di buat oleh
pembohong kemudian dinisbatkan kepada Nabi.karena disebabkan oleh faktor
kepentingan.
b. Hadits Matruk
Hadis matruk adalah hadis yang diriwayatkan oleh perawi yang disangka suka
berdusta.
c. Hadits Munkar
Hadis munkar adalah hadits yang diriwatkan oleh perawi yang dhaif, yang menyalahi
orang kepercayaan perawi itu tidak memenuhi syarat biasa dikatakan seorang dhabit,
atau dengan pengetian hadits yang rawinya lemah dan bertentangan dengan riwayat
rawi tsiqah. Munkar sendiri tidak hanya sebatas pada sanad namun juga bisa terdapat
pada matan.
d. Hadits Majhul
Majhul 'aini : hanya diketahui seorang saja tanpa tahu jarh dan ta'dilnya
Majhul hali : diketahui lebih adari satu orang namun tidak
diketahui jarh dan ta'dilnya.
e. Hadits Mubham
Hadits mubham yaitu hadits yang tidak menyebutkan nama orang dalam
rangkaian sanad-nya, baik lelaki maupun perempuan.
f. Hadits Syadz
Hadis syadz yaitu hadis yang beretentangan dengan hadis lain yang riwayatnya
lebih kuat.
g. Hadits Maqlub
Hadis maqlub ialah yang memutar balikkan (mendahulukan) kata, kalimat, atau nama
yang seharusnya ditulis di belakang, dan mengakhirkan kata, kalimat atau nama yang
seharusnya didahulukan.
h. Hadits Mudraj
Secara terminologis hadits mudraj ialah yang didalamnya terdapat sisipan atau
tambahan, baik pada matan atau pada sanad. Pada matan bisa berupa penafsiran
perawi terhadap hadits yang diriwayatkannya, atau bisa semata-mata tambahan, baik
pada awal matan, di tengah-tengah, atau pada akhirnya.
i. Hadits Mushahaf
Hadits Mushahaf adalah yang terdapat perbedaan dengan hadits yang diriwayatkan
oleh orang kepercayaan, karena di dalamnya terdapat beberapa huruf yang di ubah.
Perubahan ini juga bisa terjadi pada lafadz atau pada makna, sehingga maksud hadits
menjadi jauh berbeda dari makna dan maksud semula.
Dan juga Ada beberapa sebab terjadinya daif dalam kategori kedua ini, yaitu :
1. Hadits dhaif yang ringan kedhaifannya, setiap hadits dhaif yang tidak masuk kategori
hadits palsu dan hadits yang sangat dhaif.
2. Hadits dhaif yang berat kedhaifannya, hadits yang di dalam sanadnya terdapat rawi
yang sangat buruk hifzh-nya, atau yang tertuduh berdusta, dan yang matruk, atau
dhaif karena menyelisihi riwayat orang-orang yang maqbul, dan ia adalah hadits
munkar, atau riwayat orang yang maqbul yang menyelisihi riwayat orang-orang yang
lebih rajih darinya, dan ia adalah hadits syadz.
3. Hadits palsu, hadits yang di dalam sanadnya terdapat seorang pendusta, bersama
dengan diingkarinya matan, atau yang di dalamnya terdapat tanda-tanda kepalsuan
hadits.