Anda di halaman 1dari 7

RESUME KOMUNITAS I

“PENGANTAR KEPERAWATAN KOMUNITAS”

DISUSUN OLEH:
HERDIANTY RAHAYU
70300116019

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2021
A. Konsep Sehat-Sakit
1. Sehat
Sehat adalah suatu keadaan yang lengkap dari sehat fisik, mental dan
sosial, serta tidak hanya bebas penyakit atau kecacatan, sehingga seseorang
dapat bekerja secara produktif.
Sehat menurut para ahli :
a. WHO ( 1947 )
Sehat suatu keadaan yang sempurna baik fisik, mentalmaupun sosial
serta tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan. Hal ini Mengandung
tiga karakteristik, yaitu :
1) merefleksikan perhatian pada individu sebagai manusia.
2) memandang sehat dalam konteks lingkungan internal ataupun
eksternal
3) sehat diartikan sebai hidup yang kreatif dan produktif
b. President‟s Communision On Health Need Of Nation Stated (1953 )
Sehat bukan merupakan suatu kondisi, tetapi merupakan
penyesuaian, bukan merupakan suatu keadaan tapi merupakan suatu
proses. Proses adaptasi individu yang tidak hanya terhadap fisik mereka,
tetapi terhadap lingkungan sosialnya.
c. Pender ( 1982 )
Sehat aktualisasi (perwujudan) yang diperoleh individumelalui
kepuasan dalam berhubungan dengan orang lain, perilaku yang sesuai
dengan tujuan, perawatan diri yang kompeten. Sedangkan penyesuaian
diperlukan untuk mempertahankan stabilitas dan integritas sosial.
[ CITATION Irw17 \l 1033 ]
2. Sakit
suatu keadaan yang tidak normal atau lazim pada diri seseorang.
Misalnya bila seseorang mempunyai keluhan tanda gejala sakit gigi yang
tidak tertahankan, demam, dan lain sebagainya ini yang dikatakan dengan
sakit atau bahkan mengalami penyakit bila telah didiagnosis oleh dokter
atau pun medis. Sakit adalah keadaan dimana fisik, emosional, intelektual,
sosial, perkembangan, atau seseorang berkurang atau terganggu, bukan
hanya keadaan terjadinya proses penyakit [ CITATION Irw17 \l 1033 ]
.
3. Indikator sehat-sakit
Indikator atau angka yang menyatakan suatu kondisi dari derajat
kesehatan yang dimiliki populasi memiliki sifat yang variative, artinya
indikator ditetapkan berdasakan standar penyelenggara layanan kesehatan dan
pembuat kebijakan kesehatan yang bertujuan untuk mengukur kesehatan
masyarakat di wilayahnya masing-masing. Contoh indikator kesehatan
komunitas atau masyarakat yang ada di Indonesia yaitu:
a. Riset kesehatan dasar atau RISKESDAS dikeluarkan oleh
Kementerian kesehatan Republik Indonesia.
b. Data kesehatan berdasarkan Badan Pusat Statistik (BPS), dikeluarkan
oleh Kementerian kesehatan Republik Indonesia.
c. Profil dinas kesehatan Kabutapen Kota, dikeluarkan oleh Dinas
Kesehatan di tingkat Kabupaten atau Kota.
d. Profil kesehtan Puskesmas, dikeluarkan oleh Puskemas di tingkat
Kecamatan maupun Kelurahan.
e. Survey sosial ekonomi nasional (SUSENA)
f. Survey Potensi Desa (PODES)
Di Indonesia, indikator sehat-sakit masyarakat diidentifikasi
berbagai informasi terkait masalah kesehatan dan lingkungan, diantaranya
yaitu prevalensi balita gizi buruk dan kurang, prevalensi balita sangat
pendek dan pendek, prevalensi balita sangat kurus dan kurus, prevalensi
balita gemuk, prevalensi diare, penomonia, hipertensi, gangguan mental,
asma, penyakti gigi dan mulit, disabilitas, cidera, penyakit sendi, ISPA,
perilaku cuci tangan, perokok, kondisi air bersih, sanitasi, cakupan
persalingan, cakupan imunisasi, penimbangan balita, serta rasio tenaga
kesehatan [ CITATION eka17 \l 1033 ].
4. Faktor yang mempengaruhi kesehatan
Menurut Hendrik L Blum (1980) ada 4 faktor utama yang
mempengaruhi kesehatan masyarakat diantaranya adalah:
a. Faktor Perilaku
Kebiasaan pola makan yang sehat dapat menghindarkan diri kita dari
banyak penyakit, diantaranya penyakit jantung, darah tinggi, stroke,
kegemukan, diabetes mellitus dan lain-lain. Perilaku/kebiasaan memcuci
tangan sebelum makan juga dapat menghindarkan kita dari penyakit saluran
cerna seperti diare dan lainnya.
b. Faktor Lingkungan
Lingkungan yang mendukung gaya hidup bersih juga berperan dalam
meningkatkan derajat kesehatan. Daerah yang kumuh dan tidak dirawat
biasanya banyak penduduknya yang mengidap penyakit seperti: gatal-gatal,
infeksi saluran pernafasan, dan infeksi saluran pencernaan. Penyakit demam
berdarah juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Lingkungan yang tidak
bersih, banyaknya tempat penampungan air yang tidak pernah dibersihkan
menyebabkan perkembangan nyamuk aedes aegypti penyebab demam
berdarah meningkat. Hal ini menyebabkan penduduk di sekitar memiliki
resiko tergigit nyamuk dan tertular demam berdarah.
c. Faktor Pelayanan Kesehatan
Ketersediaan pelayanan kesehatan, dan pelayanan kesehatan yang
berkualitas akan berpengaruh terhadap derajat kesehatan masyarakat.
Pengetahuan dan keterampilan petugas kesehatan yang diimbangi dengan
kelengkapan sarana/prasarana, dan dana akan menjamin kualitas pelayanan
kesehatan.
Pelayanan seperti ini akan mampu mengurangi atau mengatasi masalah
kesehatan yang berkembang di suatu wilayah atau kelompok masyarakat.
Misalnya, jadwal imunisasi yang teratur dan penyediaan vaksin yang cukup
sesuai dengan kebutuhan, serta informasi tentang pelayanan imunisasi yang
memadai kepada masyarakat akan meningkatkan cakupan imunisasi.
Tersedianya jasa pelayanan kesehatan (health service) tanpa disertai
perubahan tingkah laku (peran serta) masyarakat akan mengakibatkan masalah
kesehatan tetap potensial berkembang di masyarakat. Misalnya, Penyediaan
fasilitas dan imunisasi tidak akan banyak manfaatnya apabila ibu-ibu tidak
datang ke pos-pos imunisasi. Perilaku ibu-ibu yang tidak memanfaatkan
pelayanan kesehatan yang sudah tersedia adalah akibat kurangnya
pengetahuan ibu-ibu tentang manfaat imunisasi dan efek sampingnya.
Pengetahuan ibu-ibu akan meningkat karena adanya penyuluhan kesehatan
tentang imunisasi yang di berikan oleh petugas kesehatan.

d. Faktor Genetik
Seorang anak yang lahir dari orangtua penderita diabetas melitus akan
mempunyai resiko lebih tinggi dibandingkan anak yang lahir dari orang tua
bukan penderita DM. Untuk upaya pencegahan, anak yang lahir dari penderita
DM harus diberi tahu dan selalu mewaspadai faktor genetik yang diwariskan
orangtuanya .Oleh karenanya, ia harus mengatur dietnya, teratur berolahraga
dan upaya pencegahan lainnya sehingga tidak ada peluang faktor genetiknya
berkembang menjadi faktor resiko terjadinya DM pada dirinya. Jadi dapat di
umpamakan, genetik adalah peluru (bullet) tubuh manusia adalah pistol
(senjata), dan lingkungan/prilakun manusia adalah pelatuknya (trigger).
[ CITATION eka17 \l 1033 ]
B. Konsep Dasar Komunitas
1. Pengertian Keperawatan Komunitas
Komunitas adalah sekelompok masyarakat yang mempunyai
persamaan nilai (values), perhatian (interest) yang merupakan kelompok
khusus dengan batas-batas geografi yang jelas, dengan norma dan nilai yang
telah melembaga (Sumijatun,2006). Misalnya di dalam kesehatan dikenal
kelompok ibu hamil, kelompok ibu menyusui, kelompok anak balita,
kelompok lansia, kelompok masyarakat dalam suatu wilayah desa binaan dan
lain sebagainya. Sedangkan dalam kelompok masyarakat ada masyarakat
petani, masyarakat pedagang, masyarakat pekerja, masyarakat terasing dan
sebanyainya (Mubarak, 2006 dalam [ CITATION Akb19 \l 1033 ]
Keperawatan kesehatan komunitas adalah praktik melakukan promosi
kesehatan dan melindungi kesehatan masyarakat dengan menggunakan
pendekatan ilmu keperawatan, ilmu sosial dan ilmu kesehatan masyarakat
yang berfokus pada tindakan promotif dan pencegahan penyakit yang sehat
(Anderson & McFarlane, 2007 dalam Akbar, 2019)

2. Ruang Lingkup Berdasarkan Tingkat Pencegahan


Dalam pencegahan penyakit disajikan tiga tingkat pencegahan
penyakit, yaitu:
a. Pencegahan primer
Pencegahan primer merupakan upaya mencegah berkembangkanya
faktor resiko, sebelum dimulainya perubahan patologis, dilakukan pada
tahap suseptibel dan induksi penyakit, dengan tujuan mencegah atau
menunda terjadinya kasus baru panyakit. Contoh: program eliminasi
global cacar (variola), sehingga tidak diperlukan imunisasi cacar;
penciptaan lingkungan bersih sehingga tidak diperlukan pengabutan
nyamuk aedes agypti; program eliminasi garam dari semua makanan yang
jika tercapai sangat efektif untuk mencegah hipertensi. Pendidikan
kesehatan, gizi yang cukup sesuai dengan aktivitas tubuh, pemeriksaan
kesehatan berkala. Perlindungan khusus: imunisasi, kebersihan
perorangan, sanitasi lingkungan, penggunaan gizi/suplemen tertentu.
b. Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder merupakan upaya pencegahan pada fase
penyakit asimtomatis, tepatnya pada tahap preklinis, terhadap timbulnya
gejala-gejala penyakit secara klinis melalui deteksi dini. Jika deteksi dini
tidak dilakukan dan terapi tidak diberikan segera maka akan terjadi gejala
klinis yang merugikan.
Deteksi dini penyakit sering disebut “skrining”. Skrining adalah
identifikasi yang menduga adanya penyakit atau kecacatan yang belum
diketahui dengan menerapkan suatu tes, pemeriksaan, atau prosedur
lainnya., yang dapat dilakukan dengan cepat. Deteksi dini pada tahap
preklinis memungkinkan dilakukan pengobatan segera (prompt treatment)
yang diharapkan memberikan prognosis yang lebih baik tentang
kesudahan penyakit dari pada diberikan terlambat.
c. Pencegahan tersier
Pencegahan penyakit pada tahap ini dapat dilakukan dengan dua
aspek pertama Penanganan komplikasi dan Pembatasan cacat yang
bertujuan untuk untuk menghentikan proses penyakit dan mencegah
komplikasi, penyediaan fasilitas untuk membatasi ketidakmampuan dan
mencegah kematian. Aspek kedua yaitu dengan melaukan rehabilitasi
langkah ini dilakukan dalam rangka Penyediaan fasilitas untuk pelatihan
hingga fungsi tubuh dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya [ CITATION Irw17 \l
1033 ].

Referensi
Akbar, A. (2019). Buku Ajar: Konsep-Konsep Dasar Dalam Keperawatan
Komunitas. Yogyakarta: Deepublish Publisher.

Eka, d. k., & dkk. (2017). Konsep Dasar Keperawatan Komunitas. Mojokerto:
STIKes Majapahit Mojokerto.

Irwan. (2017). Etika dan Perilaku Kesehatan. Yogyakarta: CV. Absolute Media.

Anda mungkin juga menyukai