Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masalah kesehatan gigi dan mulut menjadi perhatian yang sangat penting dalam
pembangunan kesehatan yang salah satunya disebabkan oleh rentannya kelompok anak usia
sekolah dari gangguan kesehatan gigi. Usia sekolah merupakan masa untuk meletakkan
landasan kokoh bagi terwujudnya manusia yang berkualitas dan kesehatan merupakan faktor
penting menentukan kualitas sumber daya manusia.
Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian integral dari kesehatan secara keseluruhan.
Hasil laporan Studi Morbilitas (2001), menunjukkan bahwa kesehatan gigi dan mulut di
Indonesia merupakan hal yang perlu diperhatikan, karena penyakit gigi dan mulut merupakan
penyakit tertinggi yang dikeluhkan oleh masyarakat yaitu sebesar 60%. Penyakit gigi dan
mulut yang terbanyak diderita masyarakat adalah penyakit karies gigi kemudian diikuti oleh
penyakit periodontal di urutan ke dua Sekolah adalah sebagai perpanjangan tangan
keluarga dalam meletakkan dasar perilaku untuk kehidupan anak selanjutnya, termasuk
perilaku kesehatan. Sementara itu populasi anak sekolah di dalam suatu komunitas cukup
besar. Oleh sebab itu promosi kesehatan di sekolah adalah usaha kesehatan sekolah
Kesehatan gigi dan mulut hingga kini masih belum menjadi perhatian utama. Akibatnya,
gigi berlubang atau karies menjadi masalah umum yang dihadapi sebagian besar masyarakat.
Padahal kondisi ini menjadi gerbang beragam penyakit. Selama ini penanganan masalah gigi
masih sebatas menambal lubang gigi. Tindakan tersebut sudah dianggap mampu mengontrol
karies. Padahal itu belum cukup mengatasi masalah secara menyeluruh.
Pada umumnya keadaan kebersihan mulut anak lebih buruk dan anak lebih banyak makan
makanan dan minuman yang menyebabkan karies dibanding orang dewasa. Anak-anak
umumnya senang permen, apabila anak terlalu banyak makan permen dan jarang
membersihkannya, maka gigi-giginya banyak yang mengalami karies.. Masalah utama dalam
rongga mulut anak adalah karies gigi. Di negara - negara maju prevalensi karies gigi terus
menurun sedangkan di negara-negara berkembang termasuk Indonesia ada kecenderungan
kenaikan prevalensi penyakit tersebut.

Data Kementrian Kesehatan tahun 2010 menunjukkan bahwa prevalensi karies di


Indonesia mencapai 60-80% dari populasi, serta menempati peringkat ke-6 sebagai penyakit
yang paling banyak di derita. Berdasarkan hasil survei Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)
tahun 2013 menyatakan bahwa proporsi penduduk bermasalah kesehatan gigi dalam 12 bulan
terakhir menurut karakteristik Indonesia pada kelompok umur < 1 tahun adalah 1,1% umur 1-
4 tahun 10,4%, umur 5-9 tahun 28,9 %, umur 10-14 tahun 52,2 %
Dengan demikian, karies pun tidak bisa terhindarkan pada anak sekolah dasar. Sehingga
beberapa sekolah dasar di Indonesia, termasuk di wilayah Bengkulu utara mengadakan
program Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS) sebagai upaya dalam pemeliharaan
kesehatan gigi.
Penelitian ini dilakukan pada murid Kelas V SD yang didasarkan pada minat belajar yang
tinggi didukung oleh ingatan anak yang mencapai intensitas paling besar dan paling kuat,
serta dalam menangkap dan memahami materi yang diberikan. (Eriska Riyanti, dkk. 2005).
Perkembangan epidemiologi dalam Ilmu Kesehatan Masyarakat menemukan, terjadinya
karies gigi disebabkan adanya peranan berbagai faktor yang saling berkaitan yang disebut
dengan multifaktorial. Faktor – faktor tersebut adalah faktor tuan rumah (ludah dan gigi),
faktor agen (mikroorganisme), (substrat atau diet mengandung gula), serta faktor waktu.
Upaya pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut serta pembinaan kesehatan gigi terutama
pada kelompok anak sekolah perlu mendapat perhatian khusus sebab pada usia ini anak
sedang menjalani proses tumbuh kembang. Keadaan gigi sebelumnya akan berpengaruh
terhadap perkembangan kesehatan gigi pada usia dewasa nanti. Bila ditinjau dari
berbagai upaya pencegahan karies gigi melalui kegiatan UKGS (Usaha Kesehatan Gigi
Sekolah) tersebut seharusnya pada usia-usia anak sekolah dasar memiliki angka karies
rendah, akan tetapi dilihat dari kenyataan yang ada dan berdasarkan laporan-laporan
penelitian yang telah dilakukan menunjukkan adanya tingkat karies gigi pada sekolah anak
yang cukup tinggi. Oleh karena itu, penulis mencoba meneliti untuk mengetahui apakah ada
perbedaan pengaruh kebersihan gigi dan mulut terhadap terjadinya karies pada murid Kelas V
di SD 80 Bengkulu Utara yang ber- UKGS dengan murid Kelas V SDN 88 Bengkulu utara
yang tidak ber-UKGS

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis merumuskan masalah sebagai
berikut :
“Belum diketahuinya perbedaan kebersihan gigi dan mulut terhadap terjadinya karies
pada murid Kelas V SDN 80 Bengkulu utara yang ber-UKGS dengan murid Kelas V
SDN 88
Bengkulu utara yang tidak ber-UKGS.
C. Pertanyaan penelitian
Apakah ada perbedaan kebersihan gigi dan mulut terhadap terjadinya karies pada murid
Kelas V SDN 80 Bengkulu utara yang ber-UKGS dengan murid Kelas V SDN 88
Bengkulu utarayang tidak ber-UKGS?

D. Tujuan Penelitian
Tujuan Umum
Untuk mengetahui perbedaan kebersihan gigi dan mulut serta jumlah karies pada Kelas V
di SDN 80 Bengkulu utara yang ber-UKGS dengan murid Kelas V SDN 88 Bengkulu utara
yang tidak ber-UKGS.

Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui kebersihan gigi dan mulut pada murid Kelas V SDN 80
Bengkulu utara yang ber-UKGS dengan murid Kelas V SDN 88 Bengkulu utara
yang tidak ber-UKGS.
2. Untuk mengetahui banyaknya jumlah karies gigi pada murid Kelas V SDN 80
Bengkulu utara yang ber-UKGS dengan murid Kelas V SDN 88Bengkulu utara
yang tidak ber-UKGS.
3. Untuk mengetahui perbedaan kebersihan gigi dan mulut terhadap banyaknya
karies yang terjadi pada murid Kelas V SDN 80 Bengkulu utara yang ber-UKGS
dengan murid Kelas V SDN 88 Bengkulu utara yang tidak ber-UKGS.

E. Manfaat Penelitian
1. Untuk Sekolah menjadi masukan untuk SDN 80 dan SDN 88 Bengkulu utara
dalam menjaga kesehatan gigi.
2. Untuk Masyarakat Menambah informasi dan pengetahuan masyarakat tentang
kesehatan gigi dan mulut sebagai salah satu upaya untuk mendapatkan derajat
kesehatan yang optimal.
3. Untuk Mahasiswa Menambah pengetahuan serta pengalaman dalam hal
penelitian sebagai bekal pengabdian profesi kepada masyarakat.
4. Untuk kampus, menambah bahan bacaan di perpustakaan Kampus Kesehatan Gigi
Poltekkes Palembang .
5. Untuk peneliti Sebagai bahan acuan untuk peneliti berikutnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Kebersihan Gigi dan Mulut


Untuk mengukur kebersihan gigi dan mulut dengan digunakan suatu index yang disebut
Oral Hygiene Index Simplifid (OHI-S). Nilai daripada OHI-S ini merupakan nilai yang
diperoleh dari hasil penjumlahan antara debris index dan kalkulus index (Herijulianti Eliza
dkk,
2001 : 101).
Sejumlah penelitian menunjukkan, penyebab dari beberapa masalah rongga mulut adalah
dental plaque atau plak gigi. Setelah kita menyikat gigi, pada permukaan gigi akan terbentuk
lapisan bening dan tipis yang disebutpelikel. Pelikel ini belum ditumbuhi kuman. Apabila
pelikel sudah ditumbuhi kuman disebutlah dengan plak. Plak berupa lapisan tipis bening yang
menempel pada permukaan gigi, terkadang juga ditemukan pada gusi dan lidah. Lapisan itu
tidak lain adalah kumpulan sisa makanan, segelintir bakteri dan air ludah. Plak selalu berada
dalam mulut karena pembentukannya selalu terjadi setiap saat, dan akan hilang bila
menggosok gigi atau menggunakan benang khusus. Plak yang dibiarkan, lama kelamaan akan
mengeras sehingga menjadi karang gigi. Karang gigi menyebabkan permukaan gigi menjadi
kasar dan menjadi tempat menempelnya plak kembali sehingga lama kelamaan karang gigi
akan semakin mengendap, tebal dan menjadi sarang kuman. Karang gigi dapat terlihat
kekuningan atau kehitaman (Mieke, 2008).

B. Karies Gigi
Karies dentis berasal dari bahasa Latin, berarti “lubang gigi” dan ditandai oleh rusaknya
email dan dentin yang progresif yang disebabkan oleh keaktifan metabolisme plak bakteri
(Pitt Ford, 1993 : 1).
Karies gigi adalah penyakit jaringan yang ditandai dengan kerusakan jaringan, dimulai
dari permukaan gigi (pits, fissure dan daerah interproximal) meluas ke arah pulpa. (Rasinta
Tarigan,
1990 : 1).
Karies gigi dialami oleh setiap orang dan dapat timbul pada satu permukaan gigi atau
lebih dan dapat meluas ke bagian yang lebih dalam dari gigi, misalnya : dari email ke dentin
atau ke pulpa. Karies karena berbagai sebab, diantaranya adalah :Karbohidrat
,Mikroorganisme dan air ludah
C. Permukaan dan bentuk gigi
Karbohidrat yang tertinggal di dalam mulut dan mikroorganisme, merupakan penyebab
dari karies gigi, penyebab karies gigi yang tidak langsung adalah permukaan dan bentuk dari
gigi tersebut. (Rasinta Tarigan, 1990 : 1).
Gigi dengan fissure yang dalam mengakibatkan sisa-sisa makanan mudah melekat dan
bertahan, sehingga produksi asam oleh bakteri akan berlangsung dengan cepat dan
menimbulkan karies gigi. Karies gigi terdapat di seluruh dunia, tanpa memandang umur,
bangsa ataupun keadaan ekonomi. (Rasinta Tarigan, 1990 : 1).

D. Proses Karies
Proses kerusakan gigi geligi diawali dengan adanya lubang gigi yang kerusakannya
terbatas pada jaringan gigi mulai dari email gigi hingga menjalar ke dentin. Penjalaran karies
mula-mula terjadi pada email. Bila tidak segera dibersihkan dan tidak segera ditambal, karies
akan menjalar ke bawah hingga sampai ke ruang pulpa yang berisi pembuluh darah, sehingga
menimbulkan rasa sakit dan akhirnya gigi tersebut bisa mati (Suardiana Utama, 2010).
Proses karies digambarkan secara singkat seperti berikut:
Substrat + Plak + Gigi + Waktu Karies (gula) (bakteri)
(email (metabolism) (demineralisasi) atau dentin) oleh bakteri) (Pitt Ford, 1993 :
1)
Faktor – faktor yang mempengaruhi terjadinya karies
Faktor di dalam mulut yang berhubungan langsung dengan proses terjadinya karies, antara
lain :
1. Substrat
Makanan sangat berpengaruh terhadap gigi dan mulut, pengaruh ini dapat dibagi menjadi
2:
1. Isi dari makanan yang menghasilkan energi.
Misalnya : karbohidrat, protein, lemak, vitamin serta mineral-mineral. Unsur-unsur
tersebut berpengaruh pada masa pra-erupsi serta pasca-erupsi dari gigi geligi.
2. Fungsi mekanis dari makanan yang dimakan.
Makanan-makanan yang bersifat membersihkan gigi, jadi merupakan gosok gigi
alami, tentu saja akan mengurangi kerusakan gigi.
Makanan yang bersifat membersihkan ini adalah : apel, jambu air, bengkuang dan lain
ssebagainya. Sebaliknya makanan-makanan yang lunak dan melekat pada gigi amat

merusak gigi seperti : coklat, biskuit dan lain sebagainya.(Rasinta Tarigan, 1990 : 18-
19).
2. Plak
Plak ini terbentuk dari campuran antara bahan-bahan air ludah seperti mucin, sisa-sisa sel
jaringan mulut, Leukosit, Limposit dengan sisa-sisa makanan serta bakteri. Plak ini mula-
mula berbentuk cair yang lama kelamaan menjadi cokelat, tempat bertumbuhnya dimana
bakteri. (Rasinta Tarigan, 1990 : 23).
3. Komposisi Gigi
Komposisi gigi terdiri dari email dan dentin. Dentin adalah lapisan di bawah email.
Permukaan email lebih banyak mengandung mineral dan bahan-bahan organik dengan air
yang relatif lebih sedikit. Permukaan email terluar lebih tahan karies dibanding lapisan di
bawahnya, karena lebih keras dan lebih padat. Struktur email sangat menentukan dalam
proses terjadinya karies (Sumarti, dikutip dari Ismu Suwelo, 2007).
4. Gigi dan Air Ludah
5. Waktu
Pengertian waktu di sini adalah kecepatan terbentuknya karies serta lama dan frekuensi
substrat menempel di permukaan gigi. (Ismu Suwelo, dikutip dari Newbrun dkk., 1992 : 27).
Faktor luar sebagai faktor predisposisi dan penghambat yang berhubungan tidak langsung
dengan proses terjadinya karies, antara lain :
a) Usia
Sejalan dengan pertambahan usia seseorang, jumlah kariespun akan bertambah. Hal
ini disebabkan karena faktor resiko terjadinya karies akan lebih lama berpengaruh
terhadap gigi (Sumarti, dikutip dari Ismu Suwelo, 2007).
b) Keturunan
Faktor keturunan dapat mempengaruhi terjadinya karies. Orang tua yang mempunyai
gigi geligi kuat dan tidak berlubang, kemungkinan anak-anaknya juga mengalami hal
yang sama. Namun keadaan ini tidak selalu terjadi, tetapi hanya merupakan
kecenderungan saja. (Dede Sutardjo, dikutip dari Tarigan, 2002).
Dari suatu penelitian terhadap 12 pasang orang tua dengan keadaan gigi yang baik,
terlihat bahwa anak-anak dari 11 pasang orang tua memiliki keadaan gigi yang cukup
baik. Di samping itu dari 46 pasang orang tua dengan prosentase karies yang tinggi,
hanya 1 (satu) pasang yang memiliki anak dengan gigi yang baik, 5 (lima) pasang
dengan prosentase karies sedang, selebihnya 40 pasang lagi, dengan prosentase karies
yang tinggi. (Rasinta Tarigan, 1990 : 17).
c) Letak geografis
Perbedaan prevalensi karies ditemukan pada penduduk yang geografis letak
kediamannya berbeda. Faktor-faktor yang menyebabkan perbadaan ini belum jelas
betul; kemungkinan karena perbedaan lamanya matahari bersinar, suhu, cuaca, air,
keadaan tanah, dan jarak dari laut. Kandungan flour 1 ppm dalam air akan
berpengaruh terhadap penurunan karies (Sumarti dikutip dari Ismu Suwelo, 2007).
Englander dan DePola (1979) meneliti daerah dengan kandungan fluor 5 ppm dimana
ternyata DMF- T sangat rendah. Hansen et al.(1984) menyatakan bahwa anak-anak
dengan keadaan sosial ekonomi tinggi tinggal di daerah dengan atau tanpa fluoridasi
air minum, prevalensi kariesnya rendah. Sedangkan anak dari kalangan sosial
ekonomi sedang dan rendah
E. Pengaruh Kebersihan Gigi dan Mulut
Kesehatan mulut tergantung kebersihan gigi. Banyak kuman dan bakteri penyakit hidup
di dalam sisa-sisa makanan yang menempel di sela-sela gigi. Dalam waktu singkat, sisa-sisa
makanan tersebut akan membusuk dan berubah menjadi sarang kuman. Dengan kata lain,
mengabaian kebersihan gigi akan membuat gigi berlubang dan keropos (Ali Thanthawi,
2010).
Setiap individu memiliki keadaan lingkungan rongga mulut yang berbeda yang dapat
mempengaruhi terjadinya proses karies (Yusi Heptorina, 2005).
Pada umumnya keadaan kebersihan mulut anak lebih buruk dan anak lebih banyak makan
makanan dan minuman yang menyebabkan karies dibanding orang dewasa. Anak-anak
umumnya senang permen, apabila anak terlalu banyak makan permen dan jarang
membersihkannya, maka gigi-giginya banyak yang mengalami karies. (Uji Kawuryan,
dikutip dari Machfoedz dan Zein, 2008).

F. Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS)


Pengertian UKGS
Usaha Kesehatan Gigi Sekolah adalah Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) yang
melaksanakan pelayanan kesehatan gigi dan mulut secara terencana pada siswa terutama
siswa Sekolah Tingkat Dasar dalam satu kurun waktu tertentu, diselenggarakan secara
berkesinambungan melalui paket UKS sebagai berikut (Linda Warni, dikutip dari Depkes RI,
2009).
1. Paket Minimal UKS yaitu UKGS Tahap I yang meliputi :
a) Pendidikan/penyuluhan kesehatan gigi dan mulut.
b) Pencegahan penyakit gigi dan mulut.
2. Paket Standar UKS yaitu UKGS Tahap II yang meliputi :
a) Pelatihan guru dan tenaga kesehatan dalam bidang kesehatan gigi dan mulut.
b) Pendidikan/penyuluhan kesehatan gigi dan mulut.
c) Pencegahan penyakit gigi dan mulut.
d) Penjaringan kesehatan gigi dan mulut siswa kelas I.
e) Pengobatan darurat untuk menghilangkan rasa sakit.
f) Pelayanan medik gigi dasar atas permintaan pada kelas I s/d kelas VI.
g) Rujukan bagi yang memerlukan.
3. Paket Optimal UKS yaitu UKGS Tahap III yang meliputi :
a) Pelatihan guru dan tenaga kesehatan dalam bidang kesehatan gigi dan
mulut.
b) Pendidikan/penyuluhan kesehatan gigi dan mulut.
c) Pencegahan penyakit gigi dan mulut.
d) Penjaringan kesehatan gigi dan mulut siswa kelas I.
e) Pengobatan darurat untuk menghilangkan rasa sakit.
f) Pelayanan medik gigi dasar atas permintaan pada kelas I sampai dengan kelas
VI.
g) Pelayanan medik gigi dasar sesuai kebutuhan pada kelas terpilih.

G. Tujuan UKGS
Tujuan umum dari pelaksanaan UKGS adalah tercapainya derajat kesehatan gigi dan
mulut siswa yang optimal. Adapun tujuan khususnya antara lain adalah memiliki sikap atau
kebiasaan pelihara diri terhadap kesehatan gigi dan mulut. (Linda Warni, dikutip dari Depkes
RI, 2009).
Program UKGS
1. Pencegahan (Preventif), wajib bagi semua siswa :
2. Penyuluhan Kesehatan Gigi.
3. Pemeriksaan berkala secara teratur.
4. Sikat gigi bersama 2 minggu 1 x.
5. Pemakaian disclosing solution.
6. Pembagian buku data pribadi siswa (raport) (Psb Penabur, 2010).
7. Perawatan (Kuratif), bagi siswa yang membutuhkan dan orang tua menyetujui :
8. Pencabutan gigi susu yang diperlukan.
9. Penambalan gigi susu dan gigi tetap dengan glassionomer cement. (Psb Penabur, 2010).
BAB III METODE
PENELITIAN

A. Desain Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
a) Tempat penelitian
Penelitian dilaksanakan di SDN 80 Bengkulu utara dan SDN 88 Bengkulu utara.
b) Waktu penelitian
Adapun waktu penelitian adalah dilaksanakan pada tanggal 25 Januari sampai
dengan 25 Februari 2019.
C. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi :
Seluruh siswa Kelas V SDN 80 Bengkulu utara dan seluruh siswa Kelas V SDN 88
Bengkulu utara.
Sampel :
Seluruh jumlah Murid Kelas V SDN 80 berjumlah 35 orang dan 35 murid Kelas V
SDN 88 diambil secara total sampling.

D Alat dan bahan


1. Alat – alat yang digunakan :
a) Sonde :Digunakan untuk mengetahui adanya karies
b) Kaca Mulut :Digunakan untuk melihat permukaan gigi yang tidak dapat
dilihat langsung oleh mata dan membantu menarik pipi.
c) Excavator : Digunakan untuk membersihkan karies dari sisa-sisa makanan.
d) Pinset :Digunakan untuk menjepit apas.
e) Nierbekken :Digunakan sebagai tempat alat.
f) Gelas kumur
2. Bahan yang digunakan :
a. Alkohol
b. Air untuk kumur
c. Kapas
E Prosedur kerja
1. Melakukan penyuluhan dan memberikan penjelasan kepada anak-anak tentang maksud dan
tujuan pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut.
2. Melakukan pemeriksaan gigi pada anak-anak tersebut serta mencatat def-t, DMF-T, debris
index, kalkulus index dan OHI-S.
3. Mengumpulkan hasil pemeriksaan, kemudian melakukan analisa data dengan menggunakan
metode deskriptif. Dimana untuk mengetahui perbandingan kebersihan gigi dan mulut di
antara kedua sekolah tersebut dilakukan langkah sebagai berikut :
a) Menentukan nilai OHIS
b) Menentukan jumlah karies
c) Melihat perbandingan antara nilai OHIS terhadap jumlah karies, apakah semakin
tinggi nilai OHIS maka semakin tinggi pula jumlah karies di antara SDN 80 dengan
SDN 88
Bengkulu utara.
F. Cara Pemeriksaan dan Kriteria Penelitian
1. Pengumpulan data kebersihan mulut
Untuk mengukur kebersihan gigi dan mulut dengan mempergunakan suatu index yang
disebut Oral Hygiene Index Simplifid (OHI-S) yang telah diselidiki oleh Green dan
Vermillion. Nilai daripada OHI-S ini merupakan nilai yang diperoleh dari hasil penjumlahan
antara debris index dan kalkulus index. Pemeriksaan klinis untuk dapat mengetahui
banyaknya kalkulus yang terdapat di dalam mulut seseorang dilakukan pada gigi tertentu
setiap sisi kanan, kiri, atas dan bawah dan hanya diperiksa pada permukaan tertentu dan gigi
tersebut, yaitu:
Pemeriksaan dilakukan secara sistematis pada :
a. Permukaan labial gigi insisif pertama kanan atas.
b. Permukaan labial gigi insisif pertama kiri bawah.
c. Permukaan bukal gigi molar pertama kanan atas.
d. Permukaan bukal gigi molar pertama kiri atas.
e. Permukaan lingual gigi molar pertama kiri bawah.
f. Permukaan lingual gigi molar pertama kanan bawah.
Pengukuran tingkat kebersihan gigi dan mulut dengan menggunakan indeks kebersihan
gigi dan mulut dari Greene dan Vermillion (Oral Hygiene Index Simplified OHI-S).
Tabel 1. Kriteria Pemeriksaan DI-S dan CI-S:
DEBRIS INDEKS- KALKULUS INDEKS-
NILAI
SKOR SKOR
Tidak terdapat kalkulus atau
Tidak terdapat debris atau
karang gigi
0 pewarnaan pada permukaan
mahkota gigi

Debris menutupi mahkota


Ada kalkulus supragingiva pada
gigi seluas 1/3 atau <1/3 bagian
1 1/3 atau <1/3 gingiva permukaan gigi.
atau ada pewarnaan gigi

Ada kalkulus >1/3 tetapi <2/3


Debris menutupi >1/3
gingival permukaan gigi atau
2 tetapi <2/3 mahkota permukaan
terdapat kalkulus subgingiva di
gigi
satu tempat sekitar leher gigi
Ada kalkulus >2/3 gingival
Debris menutupi >2/3 bagian
permukaan gigi atau terdapat kalkulus
3 mahkota permukaan gigi
subgingival melingkari leher gigi

DI-S = jumlah total nilai debris setiap gigI


jumlah permukaan yang diperiksa

CI-S = jumlah total nilai kalkulus setiap gigi


jumlah permukaan yang diperiksa
OHI-S = DI-S + CI-S

Kriteria kebersihan gigi dan mulut:


Baik, jika OHI-S = 0,0-1,2
Sedang, jika OHI-S = 1,3- 3,0
Buruk, jika OHIS = 3,1-6,0
(Eliza Herijulianti, 2001 : 104, 106)
2. Pemeriksaan index gigi
Index karies gigi adalah angka yang menunjukkan keadaan klinis penyakit karies
gigi. Index karies gigi yang biasa dipakai adalah :
a. Untuk gigi tetap : Index DMF-T
1) D=Decay :Jumlah gigi tetap yang terkena karies.
2) M=Missing :Jumlah gigi tetap yang dicabut.
3) F=Filling :Jumlah gigi tetap yang telah ditambal.
b. Untuk gigi sulung : Index def-t
1) d=decay :Jumlah gigi sulung yang terkena karies.
2) e=eksktraksi :Jumlah gigi sulung yang telah dcabut.
3) f=filling :Jumlah gigi sulung yang telah ditambal.
(Ismu Suwelo,1992 : 8).

Kerangka Konsep
1. Variabel terikat :
Karies Gigi
2. Variabel Bebas
Kebersihan Gigi dan Mulut (OHIS)
3. Variabel Pengganggu
Keturunan
Perilaku
Letak geografis

G. Defenisi Operasional
Kebersihan gigi dan mulut (OHIS) adalah tingkat kebersihan gigi dan mulut yang
diperoleh dari jumlah debris index dan kalkulus index.
Karies gigi adalah penyakit jaringan gigi yang ditandai dengan kerusakan jaringan,
dimulai dari permukaan gigi (Pit, Fissure, dan daerah Interproximal) meluas ke arah pulpa.
Keturunan diartikan sebagai hasil genetik yang dibawa orang tua yang mempengaruhi
keadaan kebersihan gigi dan mulut anak.
Perilaku diartikan sejauh mana anak menjaga kebersihan gigi dan mulutnya.
Letak geografis merupakan letak atau lokasi suatu daerah yang dijangkau dalam ruang
lingkup kebersihan gigi dan mulut.
H. Metode Pengumpulan Data
1. Jenis data adalah data primer yang diperoleh secara langsung dari objek yang diteliti.
2. Data diperoleh dengan cara memeriksa sampel untuk mengetahui ada tidaknya karies dan
untuk mengetahui Oral Hygiene Index Simplifed .
3. Pengolahan data secara manual.
4. Penyajian data dalam bentuk tabel distribusi.
Metode Analisis Data

Data Univariat
Mendeskripsikan setiap variabel penelitian dalam bentuk distribusi frekuensi danperse
ntase
Daftar Pustaka
Adin S.2009,Status Sosial Ekonomi.
http:/salsabilahafiraadin.blogsport.com/2009/07/status sosial. Ekonomi.html

Depkes, RI.2009. Undang-undangDasarKesehatan, No.36. Jakarta.

Edwina A.M Kidd, 1991. Dasar-dasarKaries, EGC.

Friedman, M. 2010.Buku Ajar Keperawatan keluarga:Riset,Teori,dan Praktek.Edisike-


5.Jakarta:EGC.

Hasbullah. 2003. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Hlm. 123.

H. Fuad Ihsan. 2003. Dasar-Dasar Kependidikan. Jakata: Rineka Cipta. Hlm. 107.

Herijulianti E, Indriani T,S, Artini S,2002, PendidikankesehatanGigi,EGC,Jakarta

Hongini, S. Y. Aditiawarman, M. (2012). Kesehatan Gigi dan Mulut. Bandung: Pusaka Reka
Cipta.

Kent, GG, 2005, Pengelola Tingkah Laku Pasienpada Praktik Dokter Gigi, EGC,Jakarta

Kidd, Edwina A.M. (1991) Dasar-dasar Karies Dan Penanggulangannya. Jakarta: EGC

Maliderou M. 2006.The effect of socialdemograpic factors,snack comsumptions and vending


machine us won oral health of childrend living in london.

Margareta Shinta, 2012, 101 Tips & Terapi Alami Agar Gigi Putih & Sehat, Pusaka Cerdas,
Yogjakarta

web:file:///D:/METODOLOGI%20PENELITIAN/pengaruh-kebersihan-gigi-dan-
mulut_files/comment-iframe.htm

Anda mungkin juga menyukai