Anda di halaman 1dari 16

Tugas Geologi wisata

TUGAS GEOLOGI WISATA


( Gedong Songo, Goa Kreo, Taman Buah )

Geologi Gunung Ungaran

1. Fisiografi Regional
Pulau Jawa secara fisiografi dan struktural, dibagi atas empat bagian utama
(Bemmelen, 1970) yaitu: – Sebelah barat Cirebon (Jawa Barat) – Jawa Tengah (antara
Cirebon dan Semarang) – Jawa Timur (antara Semarang dan Surabaya) – Cabang sebelah
timur Pulau Jawa, meliputi Selat Madura dan Pulau Madura Jawa Tengah merupakan bagian
yang sempit di antara bagian yang lain dari Pulau Jawa, lebarnya pada arah utara-selatan
sekitar 100 – 120 km. Daerah Jawa Tengah tersebut terbentuk oleh dua pegunungan yaitu
Pegunungan Serayu Utara yang berbatasan dengan jalur Pegunungan Bogor di sebelah barat
dan Pegunungan Kendeng di sebelah timur serta Pegunungan Serayu Selatan yang
merupakan terusan dari Depresi Bandung di Jawa Barat.

Pegunungan Serayu Utara memiliki luas 30-50 km, pada bagian barat dibatasi oleh
Gunung Slamet dan di bagian timur ditutupi oleh endapan gunung api muda dari Gunung
Rogojembangan, Gunung Prahu dan Gunung Ungaran.

Gunung Ungaran merupakan gunung api kuarter yang menjadi bagian paling timur
dari Pegunungan Serayu Utara. Daerah Gunung Ungaran ini di sebelah utara berbatasan
dengan dataran aluvial Jawa bagian utara, di bagian selatan merupakan jalur gunung api
Kuarter (Sindoro, Sumbing, Telomoyo, Merbabu), sedangkan pada bagian timur berbatasan
dengan Pegunungan Kendeng (Gambar 2.1). Bagian utara Pulau Jawa ini merupakan
geosinklin yang memanjang dari barat ke timur (Bemmelen, 1970).

Nama : Reza Febri R.


NIM : 111.090.065
Kelas : B Page 1
Tugas Geologi wisata

Sketsa fisiografi Pulau Jawa bagian tengah (Bemmelen,1943 vide Bemmelen,


1970, dengan modifikasi)
2. Stratigrafi Regional
Secara lebih rinci, fisiografi Pegunungan Serayu Utara dibagi menjadi tiga bagian
yaitu bagian barat (Bumiayu), bagian tengah (Karangkobar) dan bagian timur (Ungaran).
Dalam Bemmelen (1970) diuraikan bahwa stratigrafi regional Pegunungan Serayu Utara
bagian timur (Gunung Ungaran dan sekitarnya) dari yang tertua adalah sebagai berikut:
1. Lutut Beds Endapan ini berupa konglomerat dan batugamping dengan fosil berupa
Spiroclypeus, Eulipidina, Miogypsina dengan penyebaran yang sempit. Endapan ini
menutupi endapan Eosen yang ada di bawahnya.endapan ini berumur Oligo-Miosen.
2. Merawu Beds Endapan ini merupakan endapan flysch yang berupa perselangselingan
lempung serpihan, batupasir kuarsa dan batupasir tufaan dengan fosil Lepidocyclina dan
Cycloclypeus. Endapan ini berumur Miosen Bawah.
3. Panjatan Beds Endapan ini berupa lempung serpihan yang relatif tebal dengan
kandungan fosil Trypliolepidina rutteni, Nephrolepidina ferreroi PROV., N. Angulosa
Prov., Cycloclypeus sp., Radiocyclocypeus TAN., Miogypsina thecideae formis
RUTTEN. Fosil yang ada menunjukkan Miosen Tengah.
4. Banyak Beds Endapan ini berupa batupasir tufaan yang diendapkan pada Miosen Atas.
5. Cipluk Beds Endapan ini berada di atas Banyak Beds yang berupa napal yang berumur
Miosen Atas.
6. Kapung Limestone Batugamping tersebut diendapkan pada Pliosen Bawah dengan
dijumpainya fosil Trybliolepidina dan Clavilithes sp. Namun fosil ini kelimpahannya
sangat sedikit.
7. Kalibluk Beds Endapan ini berupa lempung serpihan dan batupasir yang mengandung
moluska yang mencirikan fauna cheribonian yang berumur Pliosen Tengah.
8. Damar Series Endapan ini merupakan endapan yang terbentuk pada lingkungan transisi.
Endapan yang ada berupa tuffaceous marls dan batupasir tufaan yang mengandung fosil
gigi Rhinocerous, yang mencirikan Pleistosen awal-Tengah.
9. Notopuro Breccias Endapan ini berupa breksi vulkanik yang menutupi secara tidak
selaras di atas endapan Damar Series. Endapan ini terbentuk pada Pleistosen Atas.
10. Alluvial dan endapan Ungaran Muda Endapan ini merupakan endapan alluvial yang
dihasilkan oleh proses erosi yang terus berlangsung sampai saat ini (Holosen). Selain itu

Nama : Reza Febri R.


NIM : 111.090.065
Kelas : B Page 2
Tugas Geologi wisata

juga dijumpai endapan breksi andesit yang merupakan produk dari Gunung Ungaran
Muda.

Menurut Budiardjo et. al. (1997), stratigrafi daerah Ungaran dari yang tua ke yang muda
adalah sebagai berikut:

a) Batugamping volkanik
b) Breksi volkanik III
c) Batupasir volkanik
d) Batulempung volkanik
e) Lava andesitik
f) Andesit porfiritik
g) Breksi volkanik II
h) Breksi volkanik I
i) Andesit porfiritik
j) Lava andesit
k) Aluvium

Peta geologi regional daerah Ungaran (Budiardjo, et. al., 1997)

3. Tatanan Tektonik
a. Tektonik Regional
Nama : Reza Febri R.
NIM : 111.090.065
Kelas : B Page 3
Tugas Geologi wisata

Perkembangan tektonik pulau Jawa dapat dipelajari dari pola-pola struktur geologi dari
waktu ke waktu. Struktur geologi yang ada di pulau Jawa memiliki pola-pola yang teratur.
Secara geologi pulau Jawa merupakan suatu komplek sejarah penurunan basin, pensesaran,
perlipatan dan vulkanisme di bawah pengaruh stress regime yang berbeda-beda dari waktu ke
waktu. Secara umum, ada tiga arah pola umum struktur yaitu arah Timur Laut –Barat Daya
(NE-SW) yang disebut pola Meratus, arah Utara – Selatan (N-S) atau pola Sunda dan arah
Timur – Barat (E-W). Perubahan jalur penunjaman berumur kapur yang berarah Timur Laut –
Barat Daya (NE-SW) menjadi relatif Timur – Barat (E-W) sejak kala Oligosen sampai
sekarang telah menghasilkan tatanan geologi Tersier di Pulau Jawa yang sangat rumit
disamping mengundang pertanyaan bagaimanakah mekanisme perubahan tersebut.
Kerumitan tersebut dapat terlihat pada unsur struktur Pulau Jawa dan daerah sekitarnya.

Pola Meratus di bagian barat terekspresikan pada Sesar Cimandiri, di bagian tengah
terekspresikan dari pola penyebarab singkapan batuan pra-Tersier di daerah Karang
Sambung. Sedangkan di bagian timur ditunjukkan oleh sesar pembatas Cekungan Pati,
“Florence” timur, “Central Deep”. Cekungan Tuban dan juga tercermin dari pola konfigurasi
Tinggian Karimun Jawa, Tinggian Bawean dan Tinggian Masalembo. Pola Meratus tampak
lebih dominan terekspresikan di bagian timur.

Pola Sunda berarah Utara-Selatan, di bagian barat tampak lebih dominan sementara
perkembangan ke arah timur tidak terekspresikan. Ekspresi yang mencerminkan pola ini
adalah pola sesar-sesar pembatas Cekungan Asri, Cekungan Sunda dan Cekungan Arjuna.
Pola Sunda pada Umumnya berupa struktur regangan.

Pola Jawa di bagian barat pola ini diwakili oleh sesar-sesar naik seperti sesar Beribis
dan sear-sear dalam Cekungan Bogor. Di bagian tengah tampak pola dari sesar-sesar yang
terdapat pada zona Serayu Utara dan Serayu Selatan. Di bagian Timur ditunjukkan oleh arah
Sesar Pegunungan Kendeng yang berupa sesar naik.

Dari data stratigrafi dan tektonik diketahui bahwa pola Meratus merupakan pola yang
paling tua. Sesar-sesar yang termasuk dalam pola ini berumur Kapur sampai Paleosen dan
tersebar dalam jalur Tinggian Karimun Jawa menerus melalui Karang Sambung hingga di
daerah Cimandiri Jawa Barat. Sesar ini teraktifkan kembali oleh aktivitas tektonik yang lebih
muda. Pola Sunda lebih muda dari pola Meratus. Data seismik menunjukkan Pola Sunda

Nama : Reza Febri R.


NIM : 111.090.065
Kelas : B Page 4
Tugas Geologi wisata

telah mengaktifkan kembali sesar-sesar yang berpola Meratus pada Eosen Akhir hingga
Oligosen Akhir.

Pola Jawa menunjukkan pola termuda dan mengaktifkan kembali seluruh pola yang
telah ada sebelumnya (Pulunggono, 1994). Data seismik menunjukkan bahwa pola sesar naik
dengan arah barat-timur masih aktif hingga sekarang.

Fakta lain yang harus dipahami ialah bahwa akibat dari pola struktur dan persebaran
tersebut dihasilkan cekungan-cekungan dengan pola yang tertentu pula. Penampang
stratigrafi yang diberikan oleh Kusumadinata, 1975 dalam Pulunggono, 1994 menunjukkan
bahwa ada dua kelompok cekungan yaitu Cekungan Jawa Utara bagian barat dan Cekungan
Jawa Utara bagian timur yang terpisahkan oleh tinggian Karimun Jawa.

Kelompok cekungan Jawa Utara bagian barat mempunyai bentuk geometri memanjang
relatif utara-selatan dengan batas cekungan berupa sesar-sesar dengan arah utara selatan dan
timur-barat. Sedangkan cekungan yang terdapat di kelompok cekungan Jawa Utara Bagian
Timur umumnya mempunyai geometri memanjang timur-barat dengan peran struktur yang
berarah timur-barat lebih dominan.

Pada Akhir Cretasius terbentuk zona penunjaman yang terbentuk di daerah


Karangsambung menerus hingga Pegunungan Meratus di Kalimantan. Zona ini membentuk
struktur kerangka struktur geologi yang berarah timurlaut-baratdaya. Kemudian selama
tersier pola ini bergeser sehingga zona penunjaman ini berada di sebelah selatan Pulau Jawa.
Pada pola ini struktur yang terbentuk berarah timur-barat.

Tumbukkan antara lempeng Asia dengan lempeng Australia menghasilkan gaya utama
kompresi utara-selatan. Gaya ini membentuk pola sesar geser (oblique wrench fault) dengan
arah baratlaut-tenggara, yang kurang lebih searah dengan pola pegunungan akhir Cretasisus.

Pada periode Pliosen-Pleistosen arah tegasan utama masih sama, utara-selatan. Aktifitas
tektonik periode ini menghasillkan pola struktur naik dan lipatan dengan arah timur-barat
yang dapat dikenali di Zona Kendeng.

Volkanisme
Posisi pulau Jawa dalam kerangka tektonik terletak pada batas aktif (zona
penunjaman) sementara berdasarkan konfigurasi penunjamannya terletak pada jarak
kedalaman 100 km di selatan hingga 400 km di utara zona Benioff. Konfigurasi memberikan

Nama : Reza Febri R.


NIM : 111.090.065
Kelas : B Page 5
Tugas Geologi wisata

empat pola busur atau jalur magmatisme, yang terbentuk sebagai formasi-formasibatuan beku
dan volkanik. Empat jalur magmatisme tersebut menurut Soeria Atmadja dkk., 1991 adalah :

a) Jalur volkanisme Eosen hingga Miosen Tengah, terwujud sebagai Zona Pegunungan
Selatan.
b) Jalur volkanisme Miosen Atas hingga Pliosen. Terletak di sebelah utara jalur Pegnungan
Selatan. Berupa intrusi lava dan batuan beku.
c) Jalur volkanisme Kuarter Busur Samudera yang terdiri dari sederetan gunungapi aktif.
d) Jalur volkanisme Kuarter Busur Belakang, jalur ini ditempati oleh sejumlah gunungapi
yang berumur Kuarter yang terletak di belakang busur volkanik aktif sekarang.

Magmatisme Pra Tersier


Batuan Pra-Tersier di pulau Jawa hanya tersingkap di Ciletuh, Karang Sambung dan
Bayat. Dari ketiga tempat tersebut, batuan yang dapat dijumpai umumnya batuan beku dan
batuan metamorf. Sementara itu, batuan yang menunjukkan aktifitas magmatisme terdiri atas
batuan asal kerak samudra seperti, peridotite, gabbro, diabase, basalt toleit. Batuan-batuan ini
sebagian telah menjadi batuan metamorf.

Magmatisme Eosen
Data-data yang menunjukkan adanya aktifitas magmatisme pada Eosen ialah adanya
Formasi Jatibarang di bagian utara Jawa Barat, dike basaltik yang memotong Formasi Karang
Sambung di daerah Kebumen Utara, batuan berumur Eosen di Bayat dan lava bantal basaltik
di sungai Grindulu Pacitan. Formasi Jatibarang merupakan batuan volkanik yang dapat
dijumpai di setiap sumur pemboran. Ketebalan Formasi Jatibarang kurang lebih 1200 meter.
Sementara di daerah Jawa Tengah dapat ditemui di Gunung Bujil yang berupa dike basaltik
yang memotong Formasi Karang Sambung, di Bayat dapat ditemui di kompleks Perbukitan
Jiwo berupa dike basaltik dan stok gabroik yang memotong sekis kristalin dan Formasi
Gamping-Wungkal.

Magmatisme Oligosen-Miosen Tengah


Pulau Jawa terentuk oleh rangkaian gunungapi yang berumur Oligosen-Miosen
Tengah dan Pliosen-Kuarter. Batuan penyusun terdiri atas batuan volkanik berupa breksi
piroklastik,breksi laharik, lava, batupasir volkanik tufa yang terendapkan dalam lingkungan
darat dan laut. Pembentukan deretan gunungapi berkaitan erat dengan penunjaman lempeng

Nama : Reza Febri R.


NIM : 111.090.065
Kelas : B Page 6
Tugas Geologi wisata

samudra Hindia pada akhir Paleogen. Menurut Van Bemmelen (1970) salah satu produk
aktivitas volkanik saat itu adalah Formasi Andesit Tua.

Magmatisme Miosen Atas-Pliosen


Posisi jalus magmatisme pada periode ini berada di sebelah utara jalur magmatisme
periode Oligosen-Miosen Tengah. Pada periode in aktivitas magmatisme tidak terekspresikan
dalam bentuk munculnya gunungapi, tetapi berupa intrusi-intrusi seperti dike, sill dan
volkanik neck. Batuannya berkomposisi andesitik.

Magmatisme Kuarter
Pada periode aktifitas kuarter ini magmatisme muncul sebagai kerucut-kerucut
gunungapi. Ada dua jalur rangkaian gunungapi yaitu : jalur utama terletak di tengah pulau
Jawa atau pada jalur utama dan jalur belakang busur. Gunungapi pada jalur utama ersusun
oleh batuan volkanik tipe toleitik, kalk alkali dan kalk alkali kaya potasium. Sedangkan
batuan volkanik yan terletak di belakan busur utama berkomposisi shoshonitik dan ultra
potasik dengan kandungan leusit.

Magmatisme Belakang Busur Gunung Ungaran merupakan magmatisme belakang busur


yang terletak di Kota Ungaran, Jawa Tengah dengan ketinggian sekitar 2050 meter di atas
permukaan laut. Secara geologis, Gunung Ungaran terletak di atas batuan yan tergabung
dalam Formasi batuan tersier dalam Cekungan Serayu Utara di bagian barat dan Cekungan
Kendeng di bagian utara-timur. Gunung Ungaran merupakan rangkaian paling utara dari
deretan gunungapi (volcanic lineament) Gunung Merapi-Gunung Merbabu-Gunung Ungaran.
Beberapa peneliti menyatakan bahwa fenomena itu berkaitan dengan adanya patahan besar
yan berarah utara-selatan.
Komposisi batuan yang terdapat di Gunung Ungaran cukup bervariasi, terdiri dari basal yang
mengandung olivin, andesit piroksen, andesit hornblende dan dijumpai juga gabro. Pada
perkembangannya, Gunung Ungaran mengalami dua kali pertumbuhan, mulanya
menghasilkan batuan volkanik tipe basalt andesit pada kala Pleistosen Bawah. Perkembangan
selanjutnya pada Kala Pleistosen Tengah berubah menjadi cenderung bersifat andesit untuk
kemudian roboh. Pertumbuhan kedua mulai lagi pada Kala Pleistosen Atas dan Holosen yang

Nama : Reza Febri R.


NIM : 111.090.065
Kelas : B Page 7
Tugas Geologi wisata

menghasilkan Gunung Ungaran kedua dan ketiga. Saat ini Gunung Ungaran dalam kondisi
dormant.

b. Tatanan Tektonik Daerah Ungaran


Gunung Ungaran selama perkembangannya mengalami ambrolan-tektonik yang
diakibatkan oleh pergeseran gaya berat karena dasarnya yang lemah (Gambar 2.3 dan 2.4).
Gunung Ungaran tersebut memperlihatkan dua angkatan pertumbuhan yang dipisahkan oleh
dua kali robohan (Zen dkk., 1983). Ungaran pertama menghasilkan batuan andesit di Kala
Pliosen Bawah, di Pliosen Tengah hasilnya lebih bersifat andesit dan berakhir dengan
robohan. Daur kedua mulai di Kala Pliosen Atas dan Holosen. Kegiatan tersebut
menghasilkan daur ungaran kedua dan ketiga.

Struktur geologi daerah Ungaran dikontrol oleh struktur runtuhan (collapse structure)
yang memanjang dari barat hingga tenggara dari Ungaran. Batuan volkanik penyusun pre-
caldera dikontrol oleh sistem sesar yang berarah barat laut-barat daya dan tenggara-barat
daya, sedangkan batuan volkanik penyusun post-caldera hanya terdapat sedikit struktur
dimana struktur ini dikontrol oleh sistem sesar regional (Budiardjo et al. 1997).

Nama : Reza Febri R.


NIM : 111.090.065
Kelas : B Page 8
Tugas Geologi wisata

Blok diagram struktur volkano-tektonik Ungaran Tua (akhir Pleistosen).


(Bemmelen,1943 vide Bemmelen, 1970 dengan perubahan)

Nama : Reza Febri R.


NIM : 111.090.065
Kelas : B Page 9
Tugas Geologi wisata

Peta Ungaran fault System dan antiklinorium utara Candi (Bemmelen, 1943 vide
Bemmelen, 1970 dengan perubahan

A. Candi Gedong Songo

Candi Gedong Songo adalah nama sebuah komplek bangunan candi peninggalan


budaya Hindu yang terletak di desa Candi, Kecamatan Bandungan, Kabupaten
Semarang, Jawa Tengah, Indonesia tepatnya di lereng Gunung Ungaran. Di kompleks candi
ini terdapat sembilan buah candi. Candi ini diketemukan oleh Raffles pada tahun 1804 dan
merupakan peninggalan budaya Hindu dari zaman Wangsa Syailendra abad ke-9 (tahun 927
masehi). Candi ini memiliki persamaan dengan kompleks Candi Dieng di Wonosobo. Candi
ini terletak pada ketinggian sekitar 1.200 m di atas permukaan laut sehingga suhu udara disini
cukup dingin (berkisar antara 19-27 °C). Lokasi 9 candi yang tersebar di lereng Gunung
Ungaran ini memiliki pemandangan alam yang indah. Selain itu, obyek wisata ini juga
dilengkapi dengan pemandian air panas dari mata air yang mengandung belerang, area
perkemahan, dan wisata berkuda.

Diatas ini indahnya puncak ungaran, dan kemegahan batuan andesit disertai dengan
pesona asri khas daerah pegunungan. Pesona Candi Gedongsongo bagi orang umum semata
mata hanya sebagai pariwisata saja, tapi setidaknya kita lihat bagaimana sejuta pesona
lainnya yang bakal menghiasi dan menghidupi warga Ungaran dan sekitarnya. Lihatlah

Nama : Reza Febri R.


NIM : 111.090.065
Kelas : B Page 10
Tugas Geologi wisata

pesona hutan gundul yang terlihat elok dimata para penebang yang tak memikirkan apa
jadinya kalau hutan itu dibabat habis padahal daerah gunung Ungaran mempunyai fungsi
penting dalam menjaga kestabilan alam ini. Sejuta Pesona lainnya adalah banyaknya sampah
sampah buatan yang sengaja dibuang oleh orang orang yang tak pernah belajar dengan alam
dan sebagian para pendaki gunung tersebut yang mengatasnamakan Pecinta Alam namun
kenyataannya mereka sedang menciptakan keresahan hati sang  ”Penjaga” Ungaran. Namun
Pesona yang menarik bagi seorang geologist tak lain adalah Potensi Geothermal yang ada di

Arca-Arca di komplek Candi Gedong Songo yang dibuat pada abad ke


8 Masehi tidak lagi lengkap. Arca-arca yang di jumpai hanya beberapa
yang tersisa, seperti Durga (Istri Siwa), Ghanesa (Anak Siwa), Agastya
(Seorang Resi) Serta dua pengawal dewa Siwa yaitu Nandiswara dan
Mahakala yang bertugas menjaga pintu candi.

Pada tahun 1916, Pemerintah Belanda secara


resmi mulai melakukan penelitian di komplek
candi yang diserahkan tugas pada saat itu adalah
oleh Dinas Purbakala Belanda. Pada tahun 1928-
1929, dilakukan pemugaran candi Gedong 1.
Pada tahun 1930-1932 dilakukan pemugaran
pada candi Gedong 2. Pemerintah Indonesia
memulai pemugaran pada tahun 1977-1983,
yang dipugar pada pada komplek candi gedong 3 , 4 dan 5.  Pada saat itu yang melakukan
tugas pemugaran adalah SPSP, pada saat ini namanya berubah menjadi Balai Pelestarian
Peninggalan Purbakala. Pada tahun 2009 Pemerintah Indonesia mulai melakukan pemetaan
ulang semua komplek candi Gedong Songo.

Setelah memasuki parkir, petualang akan


dibawa ke pintu masuk candi. Untuk petualang
Nama : Reza Febri R.
NIM : 111.090.065
Kelas : B Page 11
Tugas Geologi wisata

lokal dikenai biaya Rp. 6.000,- untuk petualang asal mancanegara harga tiketnya Rp.
25.000,-. Cukup terjangkau dengan sesuatu yang didapatkan nanti. Pandangan pertama
Petualang akan tertuju pada gapura masuk yang mirip candi, lalu berjalan sebentar akan
bertemu dengan tempat tempat pentas dan komplek candi Gedong Songo I . Kebanyakan para
petualang akan berfoto ria di komplek candi ini. Untuk yang satu ini Petualang wajib antri
dan sabar.

Untuk menuju komplek candi II, petualang harus ekstra kuat dan semangat. Letaknya sekitar
500 meter lebih dari komplek candi I. Pada saat ini, pengelola candi Gedong Songo membuat
jalur baru yang memisahkan antara jalur Hikingers dan jalur kuda. Jalur Hikingers akan di
belokkan ke kanan, melewati perbukitan dan warung makan. Beberapa Gazebo di siapkan
untuk tempat istirahat para Petualang yang lelah naik ke perbukitan. Jalannya cukup bersih
karena (maaf) tidak ada kotoran kuda disana-sini. Untuk jalur kuda berada di sebelah kiri
yang letaknya agak berjauhan.

Bagi para Petualang yang sangat capek dan lelah,


bisa menyewa kuda menuju candi-candi tertentu
atau semua komplit seluruh candi. Dengan harga
berkisar sekitar Rp. 25.000,- hingga Rp. 70.000,-
untuk mengintari seluruh komplek candi. Ketika
berada di komplek candi kedua, Petualang akan
merasakan perbedaan dengan candi yang kesatu.
Letaknya yang berada di ketinggian sangat bagus
untuk eksplore sejarah dan berfoto ria. Sama dengan candi yang kesatu, komplek candi kedua
juga hanya ada 1 buah candi. Beberapa bekas candi nampak sangat buruk karena
keberadaannya tidak nampak lagi. Entah belum jadi, atau ‘diamankan’ untuk tujuan tertentu.

Setelah puas dengan komplek candi yang kedua,


hanya berjarak beberapa meter ke atas. Petualang
akan menemukan komplek candi yang ketiga.
Komplek candi yang ketiga ini cukup lengkap
berjumlah 3 buah candi yang saling berdekatan.
Kalau petualang pernah ke Dieng, maka akan di
temukan kemiripan dengan komplek candi Arjuna
Nama : Reza Febri R.
NIM : 111.090.065
Kelas : B Page 12
Tugas Geologi wisata

di Dieng. Dengan beberapa candi yang mengerucut ke atas dan satu buah candi berbentuk
kotak di depannya. Di komplek candi ketiga ini beberapa patung masih ada seperti patung
Durga, Ganesa dan pengawal dewa siwa Nandiswara dan Mahakala yang berada di samping
kanan kiri pintu candi.

Di depan komplek candi ketiga tersebut juga


terdapat uap panas yang berasal dari dalam bum.
Pengelola Candi Gedong songo telah menyiapkan
tempat untuk petualang yang menikmati air
hangat dan uap panas yang konon dapat
menyembuhkan penyakit kulit. Hanya berjarak
sekitar 100 meter ke bawah, dengan jalanan yang
mudah dilalui maka petualang bisa menikmati
segarnya uap panas yang menyehatkan.

Namun petulang bisa melakukan perjalanan lagi menuju komplek candi keempat yang
letaknya agak jauh dari komplek candi ke dua dan ke tiga. Hanya perlu berjalan beberapa
menit mengintari bukit, maka pertualang akan tiba di komplek candi ke empat. Dan candi
kelima jaraknya juga tidak jauh dari tempat tersebut. Pada komplek candi yang kelima,
beberapa bangunan candi nampak rusak karena sesuatu sehingga hanya sebuah candi kecil
saja yang tersisa.

B. Goa Kreo

Selanjutnya kami melanjutkan perjalanan ke Goa


Kreo. Pada waktu kami tiba ditempat tersebut kami
tidak diperbolehkan untuk turun memasuki daerah
Goa tersebut, karena jalan menuju Goa tersebut
sedang dilakukan proyek yaitu pembuatan
bendungan. Kami akhirnya tidak dapat memasuki

Nama : Reza Febri R.


NIM : 111.090.065
Kelas : B Page 13
Tugas Geologi wisata

daerah tersebut dan hanya melihat pemandangan daerah sekitar dan banyak terdapat monyet-
monyet yang ada di daerah tersebut.

Goa Kreo ini terletak didukuh Talunkacang, Kelurahan Kandri, Kecamatan Gunung
Pati kurang lebih 8 Km dari Tugu Muda, dibuka untuk umum jam 08.00 s/d 18.00 WIB . Goa
Kreo adalah sebuah goa yang dipercaya sebagai petilasan Sunan Kalijaga saat mencari kayu
jati untuk membangun Mesjid Agung Demak . Ketika itu menurut legenda Sunan Kalijaga
bertemu dengan sekawanan kera yang kemudian disuruh menjaga kayu jati tersebut. Kata
“Kreo” berasal dari kata Mangreho yang berarti peliharalah atau jagalah. Kata inilah yang
kemudian menjadikan goa ini disebut Goa Kreo dan sejak itu kawanan kera yang menghuni
kawasan ini dianggap sebagai penunggu . Selain menikmati pemandangan alam yang indah
dan udara yang sejuk serta bercanda dengan kera penunggu kawasan ini, pengunjung juga
bisa menikmati aliran sungai yang dingin dan segar di bagian bawah daerah ini.

C. Taman Buah

Selanjutnya kami melakukan perjlan ke taman buah yang ada di sekitar daerah
semarang. Di Taman Buah tersebut kami melihat beberapa tanaman buah yang
beranekaragam. Misalnya ada tanaman buah Mangga, jeruk, kelengkeng, pepaya, buah naga,
durian, semangka, dan masih banyak lagi yang lain. Kami mengelilingi taman buah tersebut
dan kami juga melihat tempat penampungan air yang sangat besar.

Nama : Reza Febri R.


NIM : 111.090.065
Kelas : B Page 14
Tugas Geologi wisata

Gambar :

Nama : Reza Febri R.


NIM : 111.090.065
Kelas : B Page 15
Tugas Geologi wisata

Nama : Reza Febri R.


NIM : 111.090.065
Kelas : B Page 16

Anda mungkin juga menyukai