Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
A. Pengertian
Nifas (puerperium) adalah masa mulai setelah partus dan berakhir kira – kira 6
minggu. Akan tetapi, alat genetalia baru pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil
membutuhkan waktu 3 bulan (Prawiroharjo, 2000). Manjoer 2000 Hal 316. Masa nifas
atau puerperium adalah masa setelah partus selesai dan berakhir setelah 6 minggu.
Hanifa 2006. Puerperium atau masa nifas mulai setelah partus selesai dan berakhir
B. Klasifikasi
Masa nifas dibagi dalam 3 periode :
1. Puerperium dini, (immediate puerperium) : Dimana ibu telah diperbolehkaan berdiri
dan berjalan – jalan yaitu 0 – 24 jam post partum.
2. Puerperium intermediate. Waktu 1 – 7 hari post partum yaitu pulihnya alat – alat
genetalia yang lamanya 6 – 8 minggu.
3. Remote puerperium waktu 1 – 6 minggu post partum yaitu waktu yang diperlukan
untuk pulih dan sehat sempurna.
C. Perubahan fisiologi pada masa nifas
1. Alat genetalia
Alat – alat genetalia interna maupun eksterna akan berangsur – angsur pulih
kembali seperti keadaan sebelum hamil atau sering disebut involusi, selain itu juga
perubahan – perubahan penting lain, yakni hemokonsentrasi dan timbulnya laktasi
karena lactogenik hormone dari kelenjar hipofisis terhadap kelenjar mammae.
2. Fundus uteri
Setelah janin lahir, tinggi fundus uteri kira – kira setinggi pusat, segera setelah
lahirnya plasenta TFU kurang lebih 2 jari diatas pusat, pada hari ke – 5 post partum
tinggi uterus yaitu 7 cm di atas simphysis. Sesudah 12 hari post partum uterus tidak
dapat diraba lagi diatas symphisis. Tebal Dinding uterus sendiri adalah 1,25 cm,
sedangkan pada bekas implantasi plasenta lebih tipis dari bagian lain. Bagian bekas
implantasi plasenta merupakan penanganan suatu luka yang kasar dan menonjol ke
dalam kavum uteri, segera setelah persalinan otot – otot uterus berkontraksi setelah
post partum, pembuluh – pembuluh darah yang berada diantara anyaman otot uterus
akan terjepit, proses ini yang mengakibatkan perdarahan dapat berhenti setelah
plasenta dilahirkan.
Proses involusi :
Involusi TFU
Segera setelah persalinan 2 cm di bawah pusar
E. Pemeriksaan Penunjang
1. Darah lengkap : Hb, Ht, leukosit, trombosit
2. Urine lengkap : Makroskopik (glukosa, prtein, bilirubin, urobilinogen, keasaman,
keton)
F. Komplikasi
1. Infeksi Nifas
Infeksi nifas mencakup semua peradangan yg disebabkan oleh masuknya kuman-
kuman kedalam alat genetalia pada waktu persalinan dan nifas.
Demam dalam nifas sering disebabkan infeksi nifas, ditandai dengan suhu 38 ºC
yg terjadi selama 2 hari berturut-turut.
Kuman2 penyebab infeksi dapat berasal dari eksogen atau endogen, kuman -
kumannya seperti streptococcus, bacil coli, staphylococcus.
2. Faktor Predisposisi
Perdarahan
Trauma persalinan
Partus lama
Retensio plasenta
KU ibu (anemia dan malnutrition)
3. Macam-macam infeksi nifas :
1) Endometritis
Merupakan jenis infeksi yg paling sering, kuman-kuman memasuki
endometrium biasanya pada luka bekas insersio plasenta & dalam waktu singkat
mengikutsertakan seluruh endometrium.
2) Peritonitis
Infeksi nifas dapat menyebar melalui pembuluh limfe di dalam uterus
langsung mencapai peritonium sehingga menyebabkan peritonitis.
4. Bendungan asi
Bendungan ASI adalah pembendungan air susu karena penyempitan duktus
laktiferi atau oleh kelenjar yang tidak dikosongkan dengan sempurna atau karena
kelainan pada putting susu (Mochtar, 1996).
Menurut Huliana (2003) payudara bengkak terjadi karena hambatan aliran
darah vena atau saluran kelenjar getah bening akibat ASI terkumpul dalam payudara.
Kejadian ini timbul karena produksi yang berlebihan, sementara kebutuhan bayi pada
hari pertama lahir masih sedikit.
5. Infeksi payudara
Dalam masa nifas dapat terjadi infeksi dan peradangan pada mammae
terutama pada primipara. Tanda-tanda adanya infeksi adalah rasa panas dingin
disertai dengan kenaikan suhu, penderita merasa lesu dan tidak ada nafsu makan.
Penyebab infeksi adalah staphilococcus aureus. Mamae membesar dan nyeri dan pada
suatu tempat, kulit merah, membengkak sedikit, dan nyeri pada perabaan. Jika tidak
ada pengobatan bisa terjadi abses.
6. Thrombophlebitis
Penjalaran infeksi melalui vena. Sering terjadi dan menyebabkan kematian.
Dua golongan vena yg memegang peranan yaitu:
Vena-vena dinding rahim ligamentum. Latum (vena ovarica, vena uterina, dan
vena hipogastrika) atau disebut tromboplebitis pelvic
Vena-vena tungkai (vena femoralis, poplitea, dan saphena) atau disebut
tromboplebitis femoralis
7. Perdarahan post partum
Perdarahan post partum adl perdarahan lebih dari 500-600 ml selama 24 jam
setelah anak lahir.
Tahap perdarahan Post Partum :
Early post partum (primer), terjadi 24 jam pertama setelah bayi lahir
Late post partum (sekunder), terjadi lebih dr 24 jam pertama setelah bayi lahir
Hal-hal yang menyebabkan perdarahan Post Partum
1) Atonia uteri : Gagalnya uterus berkontraksi dgn baik setelah persalinan
2) Retenio plasenta : Keadaan dimana plasenta belum lahir dlm waktu lebih dr 30
menit setelah bayi lahir
3) Inversio Uteri : Keadaan dimana keadaan fundus uteri terbalik sebagian atau
seluruhnya ke dalam kavum uteri
4) Robekan jalan lahir : Robekan jalan lahir merupakan penyebab ke2 tersering dari
perdarahan Post Partum
Gejala : perdarahan segera, darah segar mengalir segera setelahh bayi lahir, kontraksi
uterus baik, plasenta baik, kadang ibu terlihat pucat, lemah , menggigil
Robekan perinium di bagi 4 :
Tingkat 1 : Robekan hanya pada selaput lender vagina atau tanpa mengenai, kulit
perineum
Tingkat 2 : Robekan mengenai selaput lender vagina & otot perinea transversalis
tapi tidak mengenai sfingter ani
Tingkat 3 : Robekan mengenai seluruh perinium & otot springter ani
Tingkat 4 : Robekan sampai mukosa rectum
G. Penanganan
Tindakan yang dibeikan untuk asuhan masa nifas normal pada ibu, yaitu :
1. Kebersihan diri
a. Anjurkan kebersihan seluruh tubuh
b. Mengajarkan ibu bgaiman membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air ,
pastikan bahwa ia mengerti untuk membersihkan daerah sekitar vulva terlebih
dahulu dari depan ke belakang baru kemudian membersihkan daerah sekitar anus
c. Sarankan ibu untuk mengganti pembalut atau kain pembalut setidaknya 2x sehari,
kain dapat digunakan ulang jika telah dicuci dengan baik, dan dikeringkan
dibawah matahari atau disetrika
d. Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan abun dan air sebelum dan sesudah
membersihkan daerah kelaminnya
e. Jika ibu mempunyai luka episiotomy atau laserasi sarankan kepada ibu untuk
menghindari menyentuh daerah lu
2. Istirahat
a. Anjurkan ibu untuk istirahat cukup untuk mencegah kelelahan yang berlebihan
b. Sarankan ibu untuk kembali ke kegiatan - kegiatan rumah tangga biasa secara
perlahan – lahan, serta untuk tidur siang atau beristirahat selagi bayi tidur
c. Kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dalam berbagai hal :
1) Mengurangi jumlah produksi ASI
2) Memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak perdarahan
3) Menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk merawat bayi dan dirinya
sendiri
3. Latihan
a. Diskusikan pentingnya mengembalikan otot – otot perut dan panggul kembali
normal. Ibu akan merasa lebih kuat dan ini menyebabkan otot perutnya menjadi
kuat sehingga rasa sakit pada punggung
b. Jelaskan bahwa latihan – latihan tertentu beberapa menit setiap hari dapat
membantu mempercepat mengembalikan otot – otot perut dan panggul kembali
normal seperti :
1) Tidur terlentang dengan lengan samping, menarik nafas, tahan nafas ke dalam
dan angkat dagu ke dada, tahan satu hitungan sampai 5. Rieks dan ulangi 10
kali
2) Untuk memperkuat otot vagina, berdiri dengan tungkai dirapatkan.
Kencangkan otot – otot pantat dan panggul tahan sampai 5 kali hitungan.
Kendurkan dan ulangi latihan sebanyak 5 kali
3) Mulai dengan mengerjakan 5 kali latihan untuk setiap gerakan. Setiap minggu
naikkan jumlah latihan 5 kali lebih banyak. Pada minggu ke – 6 setelah
persalinan ibu harus mengerjakkan latihan sebanyak 30 kali
4. Gizi
ibu menyusui harus :
a. Mengkonsumsi makanan tambahan 500 kalori setiap hari
b. Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein, mineral dan vitamin
yang cukup
c. Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari (anjurkan ibu untuk minum setiap kali
menyusui)
d. Tablet zat gizi setidaknya selama 40 hari pasca bersalin
5. Perawatan Payudara
a. Menjaga payudara tetap bersih dan kering
b. Menggunakan bra yang menyokong payudara
c. Apabila puting susu lecet, oleskan colostrum atau asi yang keluar pada sekitar
putting susu setiap kali menyusui. Menyusui tetap dilakukan dari puting susu
yang tidak lecet
d. Apabila lecet sangat berat, dapat diistirahatkan selama 24 jam. Asi di keluarkan
dan diminumkan dengan sendok
e. Apabila payudara bengkak, akibat bendungan asi, lakukan :
1) Pengompresan payudara dengan menggunakan kain basah dan hangat selama
5 menit
2) Urut payudara dari arah pangkal menuju areola atau gunakan sisir untuk
mengurut payudara dengan arah “Z” menuju putting
3) Keluarkan asi sebagian dari bagian depan payudara sehingga puting susu
menjadi lunak
4) Susukan bayi setiap 2 – 3 jam sekali. Apabila tidak dapat menghisap seluruh
asi, keluarkan dengan tangan
5) Letakkan kain dingin pada payudara setelah menyusui
6) Payudara dikeringkan
6. Hubungan Perkawinan atau Rumah Tangga
Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri begitu darah merah
berhenti dan ibu dapat memasukkan satu atau dua jarinya ke dalam vagina tanpa rasa
nyeri. Begitu darah merah berhenti dan tidak merasakan ketidaknyamanan, aman
untuk memulai melakukan hubungan suami istri kapan saja ibu siap.
Banyak budaya mempunyai tradisi menunda hubungan suami istri sampai
masa waktu tertentu, misalnya setelah 40 hari atau 6 minggu setelah persalinan.
Keputusan tergantung pada pasangan yang bersangkutan.
7. Keluarga Berencana
Idealnya pasangan harus menunggu sekurang-kurangnya 2 tahun sebelum ibu
hamil kembali. Setiap pasangan harus menentukan sendiri kapan dan bagaimana
mereka ingin merencanakan tentang keluarganya. Namun, petugas kesehatan dapat
membantu merencanaka keluarganyadengan mengajarkan kepada mereka cara
mencegah kehamilan yang tidak diinginkan.
Biasanya wanita tidak menghasilkan telur (ovulasi) sebelum ia mendapatkan
lagi haidnya selama menyusui. Oleh karena itu, metode amenore laktasi dapat dipakai
sebelum haid pertama kembali untukmencegah terjadinya kehamilan baru. Resiko
cara ini adalah 2 % kehamilan. Meskipun beberapa metode KB mengandung resiko,
menggunakan kontrasepsi tetap lebih aman, terutama apabila ibu telah haid lagi
ASUHAN KEPERAWATAN POST PARTUM
A. PENGKAJIAN
1. Identitas
Nama Pasien :
Umur :
Suku/bangsa :
Agama :
Pendidikan :
Alamat :
Status perkawinan :
Lama perkawinan :
B. Pemeriksaan fisik
1. Pengamatan umum
a. Keadaan umum : Baik
b. Tingkat kesadaran : compos mentis
2. Tanda – tanda vital
a. Suhu : 36ºc
b. Nadi : 80x/menit
c. Respirasi : 20x/menit
d. Tekanan darah : 120/70 mmHg
3. Pengukuran Antropometri
a. Berat Badan : 49 kg
b. Tinggi Badan : 154 cm
4. Pemeriksaan fisik
a. Kepala
1) Bentuk : Simetris
2) Keadaan rambut : Bersih
3) Warna : Hitam
4) Nyeri kepala : Tidak ada
5) Wajah : ekspresi tampak meringis jika bergerak
b. Mata
1) Bentuk : simetris kiri dan kanan
2) Konjungtiva : anemis
3) Sklera : tidak icterus
4) Fungsi penglihatan : baik
c. Hidung
1) Struktur : simetris kiri dan kanan
2) Fungsi penciuman : baik
d. Telinga
1) Struktur : simetris kiri dan kanan
2) Fungsi pendengaran : baik
e. Leher
1) Vena jugularis : teraba
2) Arteri karotis : teraba
3) Kelenjar limfe / tiroid : tidak ada pembesaran
f. Dada
Payudara
Bentuk : simetris kiri dan kanan
Areola : hiperpigmentasi
Colostrum : ada kolostrum yang keluar
Puting susu : tidak ada kelainan
Keluhan : tidak ada
g. Abdomen
1) Inspeksi
Striae livida : ada
Linea nigra : ada
2) Palpasi
Tinggi fundus uteri : 2 jari di bawah pusar
Kontraksi uterus : baik (teraba bundar dan keras)
h. Genetalia
1) Genetalia eksterna
Labia mayora : lecet
Labia minora : lecet
2) Genetalia interna
Vagina : pengeluaran lochia rubra hari ke -1warna merah kehitaman,
bau amis, banyaknya ±50 cc (setiap ganti duk)
Perineum : terdapat luka jahitan perineum dengan D: 4 jahitan, L : 4
jahitan
C. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan lanoratorium
Jenis Pemeriksaan Hasil dan Nilai Normal Analisis
Saran
-
- - -
2. Pemeriksaan diagnostik
D. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut
2. Risiko infeksi
3. Gangguan pola tidur
4. Risiko kekurangan volume cairan
5. Risiko ketidakmampuan menjadi orangtua
6. Ketidakefektifan pemberian ASI
DAFTAR PUSTAKA