Anda di halaman 1dari 102

Rentang Jejak LBH Jakarta,

Kisah-Kisah Penanganan Kasus


Penulis:
Ahmad Biky
Ahmad Hardi Firman
Alldo Fellix Januardy
Angga Miga Pramono
Arif Maulana
Febi Yonesta
Handika Febrian
Lana Teresa Siahaan
Muhamad Isnur
Revan T.H. Tambunan
Tunggul Sri Haryanti
Yunita

Penyunting:
Muhamad Isnur

Tata Letak dan Cover


Aditya Megantara
RENTANG JEJAK LBH JAKARTA,
KISAH-KISAH PENANGANAN KASUS

Penyunting:
Muhamad Isnur

Penulis:
Ahmad Biky, Ahmad Hardi Firman, Alldo Fellix Januardy, Angga Miga Pramono, Arif Maulana, Febi Yonesta,
Handika Febrian, Lana Teresa Siahaan, Muhamad Isnur, Revan T.H. Tambunan, Tunggul Sri Haryanti, Yunita

Desain dan Tata Letak:


Aditya Megantara

Foto:
Tim PDBH, dihimpun dari berbagai sumber

Cetakan ke-1, November 2015


100 hlm, 210 x 148 mm
©LBH Jakarta

Perpustakan Nasional RI: Katalog Dalam Terbitan (KDT)


ISBN 978-602-73451-1-9
Diterbitkan Oleh
LEMBAGA BANTUAN HUKUM JAKARTA Dengan Dukungan:
Jl. Diponegoro No. 74, Menteng, Australia Indonesia Partnership for Justice (AIPJ),
Jakarta Pusat, Indonesia 10320 International Financial Centre (IFC) Building, Lt 17
Telp.: (021) 3145518, Faks. (021) 3912377 Jl. Jend Sudirman Kav. 22-23, Jakarta 12920,
E-Mail: lbhjakarta@bantuanhukum.or.id www.aipj.or.id
Website: www.bantuanhukum.or.id
3 Daftar Isi
6 Pengantar Penyunting
7 Sambutan Direktur LBH Jakarta
9 Sambutan Australia Indonesia Partnership for Justice (AIPJ)

11 Bagian Satu Profil Kelembagaan


13 Jumlah Pencari Keadilan
14 History line
16 Sistem kaderisasi
17 Visi dan Misi

18 Bagian Dua Case Story


19 1970 - Penggusuran Simprug, Debut Bantuan Hukum Struktural
20 1970 - Penggusuran dan Perlawanan pembangunan Taman Mini Indonesia Indah (TMII):
Menggapai Keadilan di Rezim Otoriter
22 1973 - Vivian Rubyanti, Legitimasi Perubahan Jenis Kelamin Pertama di Indonesia
24 1980 - Tanah Tapos, Perjuangan 29 Tahun Merebut Keadilan
26 1980 - Pembelaan dan Gugatan Pelarangan Penggunaan Jilbab di Sekolah
27 1984 - Mendampingi A. M. Fatwa, yang dibungkam dengan tuduhan subversif
29 1984 - Tuduhan Subversi HR. Dharsono : Mengadili Kekritisan
31 1984 - Mendampingi Sahroni dan Alimin, Anggota NII yang dituduh Subversif
32 1985 - Mohammad Sirajuddin als Pak De: Peradilan Sesat terhadap perkara Terbunuhnya
Peragawati “Dice”
34 1987 - Membela Linda Maya, Korban Tidak Naik Kelas Akibat Rekayasa Nilai Rapor oleh
Sekolah
35 1987 - Petani Cimacan, Perlawanan Akar Rumput ditengah Represifitas
37 1992 - Pembungkaman Hak Politik dan Demokrasi : Pemenjaraan Mahasiswa Pendukung
Kemerdekaan Rakyat Timor Timur
39 1994 - Membungkam dan Memberangus Pers, Kriminalisasi Pengurus Aliansi Jurnalis
3
Independen : Ahmad Taufik dan Eko Maryadi
41 1995 - Mendampingi Sri Bintang Pamungkas, yang dibungkam Hak Politik dan
Demokrasinya.
43 1996 - Deklarasi PRD berbuntut Kriminalisasi Budiman Sudjatmiko dkk
45 1996 - Djamhari, Pemimpin Perjalanan Kereta Api di Tragedi Tabrakan Kereta Api Bintaro I
Mendapatkan Keadilan Dan Haknya Sebagai Pekerja.
47 1997 - Mogok Kerja, 189 Pekerja Hongkong Bank Menjadi Korban PHK Massal
48 2000 - 5000 Penarik Becak Menggugat Pemerintah DKI Jakarta
50 2000 - Serangan Balik Koruptor, Kriminalisasi Pengungkapan Korupsi: Endin Wahyudin yang
melaporkan penyuapan Hakim Agung dan Isnetty yang membongkar Korupsi di
Lab School.
52 2001 - Serikat Pekerja Hotel Shangri-La: Dari Negosiasi hingga Peninjauan Kembali
53 2002 - Korban Banjir Jakarta Menggugat
54 2002 - Pembelaan Terhadap Aktivis Mahasiswa Dibungkam dengan Pasal Penghinaan
Presiden
56 2003 - Pembelaan Terhadap Buruh Migran yang Berujung pada Perubahan Kebijakan
58 2003 - Nani Nurani, Penyanyi Istana Menggugat Negara demi Persamaan di Muka Hukum
60 2003 - Mengajukan Judicial Review UU Ketenagakerjaan, diawal berdirinya Mahkamah
Konstitusi.
61 2004 - PHK Massal Pekerja Hotel Indonesia
62 2004 - Warga Bojong-Bogor, menolak pembangunan Tempat Pembuangan Sampah Akhir,
dikriminalisasi, hingga kemudian dibatalkan pembangunannya.
64 2005 - Korban Stigma 65 mengajukan Gugatan Class Action
66 2005 - Penggusuran Areal Tanah Abang (Pemukiman dan PKL – Sogo Jongkok)
67 2005 - Pendampingan terhadap Kasus-kasus Ahmadiyah: Intoleransi dan Diskriminasi yang
Dibiarkan oleh Negara
69 2005 - Pendampingan terhadap Lia “Eden” Aminuddin dan Abdurahman Sallamullah
(Eden), Beribadah di Balik Jeruji Penjara
71 2006 - Mendampingi Warga Rumpin, Terancam Terusir dan Berkonflik TNI AU
4
72 2006 - Menggugat dan Mendorong Perubahan Kebijakan Ujian Nasional
73 2006 - Mendampingi Supir Angkot Doyok
74 2006 - Mendampingi Kriminalisasi Nahkoda di Kawasan Nelayan Selosindang
75 2007 - Warga Padarincang – Serang menolak Pabrik Aqua-Danone
76 2009 - Rekayasa Kasus : SR alias “Koko”, mengalami penyiksaan dan salah tangkap,
mendapatkan pendampingan hukum dan dinyatakan Bebas
77 2009 - LBH Jakarta mendampingi Janda Pahlawan yang dikriminalisasi karena persoalan
Rumah Negara
79 2009 - LBH Jakarta mendampingi 350 KK/1400 jiwa Warga Cina Benteng yang berhasil
menggagalkan rencana penggusuran oleh Walikota Tangerang
81 2009 - Mendampingi Warga Budi Dharma Jakarta Utara Merebut Haknya
82 2010 - LBH Jakarta membantu 1500 Keluarga di Petukangan Selatan untuk mendapatkan
kompensasi yang adil atas pengambilan tanah untuk pembangunan jalan tol.
83 2010 - Permohonan Judicial Review UU Penodaan Agama
85 2010 - Advokasi Penghapusan Undang-Undang Pelarangan Buku
86 2011 - Permohonan Uji Materiil Keputusan Presiden No. 28 Tahun 1975 Tentang Perlakuan
Terhadap Mereka Yang Terlibat G.30.S/PKI Golongan C
87 2012 - Menggugat Penguasaan Air Jakarta oleh Asing di Jakarta
89 2012 - Mendampingi Penyandang Difable Menuntut Aksesibilitas
90 2012 - Mendampingi Hasan Basri, tukang ojek yang mengalami penyiksaan dan salah
tangkap. Diputus bebas oleh Pengadilan dan mendapatkan Kompensasi
91 2013 - Mendamppingi Kasus Salah Tangkap dan Penyiksaan terhadap Anak-anak
Pengamen Cipulir
93 2014 - Mendampingi Nelayan Ujung Kulon yang dikriminalisasi
95 2014 - Nanik Sumarni, Seorang Ibu yang Dikriminalisasi akibat Tidak Bisa Bayar Hutang

97 Bagian Tiga Penutup

5
Pengantar Penyunting

S
ebagai pelopor bantuan hukum di Indonesia, bagi yang ingin mengenal sekelumit tentang LBH Jakarta.
dengan rentang jejak lebih dari 40 tahun dalam Tim Penyusun berharap ini adalah langkah awal dalam
kancah hukum dan keadilan di Indonesia. penulisan kisah-kisah advokasi yang dilakukan LBH Jakarta.
LBH Jakarta memiliki kekayaan data, sejarah, serta Sempitnya narasi tentu banyak mereduksi kisah-kisah, jika
pencapaian-pencapaian advokasinya. Maka penting untuk ada kekurangan dan kesalahan kami mohon maaf. Masukan
menghadirkan data dan narasi sejarah tersebut dalam dan catatan senantiasa kami harapkan untuk memperkaya
sebuah catatan yang bisa menjadi pembelajaran buat edisi berikutnya.
semua. Dalam penulisan ini sebagai penyunting, kami ucapkan
Tetapi menuliskan kembali advokasi yang pernah LBH terimakasih kepada para penulis yang sudah meluangkan
Jakarta ternyata bukanlah hal yang mudah. Melahirkan waktunya disela kesibukan melakukan pendampingan dan
kembali pengalaman dan cerita, bukan hanya sekedar pembelaan: Ahmad Biky, Ahmad Hardi Firman, Alldo Fellix
menelusuri kembali berkas-berkas lama, membacanya Januardy, Arif Maulana, Febi Yonesta, Handika Febrian,
kembali, lalu menuliskannya. Kami perlu menyusunnya Lana Teresa Siahaan, Revan T.H. Tambunan, Tunggul Sri
perlahan karena ia bagai keeping puzzle, melakukan Haryanti, dan Yunita. Kami ucapkan terimakasih kepada tim
verifikasi dan klarifikasi, mendalami konteks dan juga supporting juga telah membantu penyusunan Case Stories
bacaan situasi saat tersebut, serta merangkainya dalam LBH Jakarta ini, ada Aditya Megantara, Wulan Purnama,
narasi yang singkat namun dapat ditangkap dengan jelas. Pratiwi Febry, Andhika Prayoga, Andi Komara, Nadya
Banyak kasus-kasus penting yang ditangani oleh LBH Demadevina, Reindra Sinaga, Khairul dan lainnya.
Jakarta, tetapi Tim Penyusun menyepakati kasus-kasus Tak lupa kepada tim Australia Indonesia Partnership for
yang diangkat adalah kasus-kasus yang memiliki catatan Justice (AIPJ) yang bukan hanya mensupport pendanaan tapi
kuat dalam benak masyarakat, berdampak strategis, serta juga memberikan banyak masukan dan dukungan lainnya
dan berkasnya cukup lengkap. Mungkin banyak kasus melalui Pilot Program Criminal Defense Lawyer.
penting lainnya yang tidak masuk dalam penulisan kali ini,
dan berharap bisa dituangkan dalam catatan berikutnya. Jakarta, Oktober 2015
Buku case stories ini sengaja disusun sederhana, singkat Muhamad Isnur, S.H.I
dan tipis agar bisa dibaca dengan cepat langsung dipahami
6
Sambutan Direktur LBH Jakarta

D
ari buku cerita kasus ini, LBH Jakarta tidak memandang keyakinan dan pandangan politik
mengajak pembaca merasakan sejarah orang yang dibelanya. LBH Jakarta yang seringkali
panjang kontribusi LBH Jakarta dalam dicap negatif karena menjadi pengacara kelompok
memberikan akses terhadap keadilan di Indonesia. keagamaan yang dianggap sesat, justru seringkali
Walaupun telah berdiri sejak tahun 1970 dengan tampil terdepan dalam membela kasus seperti kasus
rata-rata 1200 kasus dengan rata-rata 30.000-50.000 pelarangan berjilbab, Komando Jihad, Negara Islam
pencari keadilan pertahun, masih banyak masyarakat Indonesia (NII) ataupun kasus lain yang melanggar
yang tidak mengetahui LBH Jakarta atau tidak paham hak kelompok Islam.
apa saja kerja LBH Jakarta. Bahkan, mungkin para Kedua adalah mengenai rentang isu. LBH Jakarta
Pengacara Publik atau Asisten Pengacara Publik yang tidak hanya menangani kasus-kasus terkait pidana
baru bergabung di LBH Jakarta baru mengetahui ataupun perdata biasa tapi memiliki rentang kasus
bahwa LBH Jakarta merupakan pengacara dari kasus- yang luas mencakup Hak-Hak Sipil dan Politik serta
kasus yang telah lama mereka ketahui sebelumnya. Hak-Hak Ekonomi, Sosial, dan Budaya. Mulai dari
Buku cerita kasus LBH Jakarta ini setidaknya kasus penyiksaan, salah tangkap, rekayasa kasus,
menjelaskan beberapa hal. Pertama, mengenai larangan berpendapat, larangan berorganisasi, stigma
profil klien LBH Jakarta yang tidak hanya membela 65, pelanggaran hak atas identitas hingga kasus
orang miskin secara ekonomi tapi juga membela penggusuran paksa, perampasan tanah, pemutusan
orang yang miskin secara politik atau miskin akses hubungan kerja dan pelanggaran hak normatif, dan
terhadap keadilan. Mulai dari tukang ojek, petani berbagai kasus lainnya. LBH Jakarta merupakan
miskin, ulama, hingga mantan pejabat negara pernah gudang berbagai macam masalah untuk diselesaikan.
menjadi klien LBH Jakarta. Selain itu LBH Jakarta Ketiga adalah mengenai cara kerja LBH Jakarta
7
dalam melakukan pembelaan yang melampaui Besar harapan siapapun yang membaca buku ini
bantuan hukum secara konvensional; terima kasus, dan mengetahui kerja-kerja LBH Jakarta kemudian
tangani dan selesai. LBH Jakarta menyebutnya sebagai memberikan dukungan kepada LBH Jakarta karena
bantuan hukum struktural, yaitu bantuan hukum yang kita sadar bahwa LBH Jakarta tidak mungkin bekerja
memiliki visi terhadap perubahan struktural dengan sendiri dalam memperjuangkan keadilan. Terlebih
pelibatan aktif masyarakat. Tidak heran kemudian metoda kerja LBH Jakarta, bantuan hukum struktural,
LBH Jakarta dianggap sebagai sebuah lembaga politik mensyarakatkan dukungan aktif masyarakat dalam
dan pengacaranya oleh Daniel S Lev dikategorikan pembelaan.
sebagai pengacara aktivis. Salam keadilan!
Keempat, LBH Jakarta dituntut untuk melakukan
terobosan hukum karena dalam banyak kasus banyak Alghiffari Aqsa, S.H,
terdapat kekosongan hukum ataupun hukum yang Direktur Lembaga Bantuan Hukum Jakarta
tidak adil kepada masyarakat lemah. Sebagai contoh
LBH Jakarta menjadi pionir dalam mendorong
diakuinya gugatan warga negara (citizen law suit)
dalam kasus penelantaran tenaga kerja Indonesia
yang dideportasi pemerintah Malaysia. Kemudian
dengan mekanisme gugatan warga negara juga LBH
Jakarta menggugat kontrak kerjasama pemerintah
dengan swasta dalam kasus privatisasi air. Fokus LBH
Jakarta adalah untuk memberikan keadilan dimana
hukum sebagai instrumen.
Dengan adanya buku cerita kasus ini, LBH Jakarta
ingin menjaga pengetahuan dan memori kolektif
untuk dijadikan pembelajaran ke depan. Keempat
penjelasan di atas tentunya masih kurang mengingat
ketidakadilan masih banyak di hadapan kita.Adanya
buku ini juga merupakan apresiasi terhadap kerja
para pekerja bantuan hukum di LBH Jakarta yang
seringkali abai menuliskan kasusnya karena setelah
menang atau kalah maka antrian kasus lain menunggu
di depan mata.
8
Sambutan Australia Indonesia Partnership for Justice (AIPJ)

I
ndonesia telah melalui suatu perubahan signifkan. Akan tetapi, hal ini tidak akan mencapai
positif yang luar biasa dalam bidang hukum hasil yang diinginkan, yakni peningkatan keadilan
dan peraturan perundang-undangan dalam aktual, tanpa dilakukannya suatu perbaikan yang
tahun-tahun terakhir. Dengan semakin akurat dan memadai dalam kemampuan para pencari keadilan –
kompleksnya hukum, kebutuhan akan spesialis yang khususnya yang miskin dan rentan – untuk mengakses
dapat menafsir hukum dan yang memenuhi kualifikasi layanan ini.
untuk menangani suatu kasus di pengadilan semakin Kesenjangan ini seringkali diisi oleh organisasi-
meningkat. Korporasi, bisnis dan pemilik tanah yang organisasi masyarakat madani seperti LBH Jakarta.
luas memiliki sumber daya untuk menyewa pengacara Para pengacara dan staf organisasi-organisasi ini
yang membantu mereka ketika dibutuhkan. Namun bekerja keras, siang dan malam, bahkan di akhir pekan,
bagaimana dengan yang miskin? Mereka yang tidak dengan upah yang kecil, karena mereka meyakini misi
mampu membayar bantuan hukum spesialis akan yang mereka jalankan – yakni untuk menjembatani
menghadapi permasalahan dan tantangan hukum kesenjangan tersebut, dan menyuarakan mereka
yang sama banyaknya, atau lebih besar dibandingkan yang selama ini tidak bisa bersuara di pengadilan dan
mereka yang memiliki sumber daya lebih. Jika dalam proses hukum.
masyarakat miskin dan marjinal tidak memiliki akses Saya cukup beruntung dapat melihat secara
atas bantuan hukum, ketimpangan sosial yang langsung pekerjaan mulia yang dilakukan oleh
melanda mereka akan menjadi semakin tajam. organisasi-organisasi semacam ini. Namun, masih
Potensi untuk menyediakan keadilan, melalui banyak orang lain yang belum cukup tahu tentang
peraturan perundang-undangan dan mekanisme pekerjaan mereka, tentang orang-orang yang
yang memberlakukannya, semakin meningkat secara dibantunya, nasihat hukum yang mereka berikan,
9
mediasi dan pelayanan lain serta jenis-jenis kasus merasa aman mengetahui bahwa tersedia bantuan
yang dijalankan di dalam maupun di luar pengadilan. ketika mereka menghadapi masalah hukum, bahwa
Pengacara bantuan hukum seringkali terlalu sibuk setiap persidangan akan berlangsung adil, dan bahwa
membantu orang lain, sehingga tidak ada waktu banyak sekali konflik dapat dihindarkan melalui sistem
untuk mengumpulkan informasi dan cerita tentang penyelesaian sengketa yang adil dimana semua pihak
kerja mereka sendiri secara sistematis. memiliki kekuatan yang imbang.
Kami berharap kerja sama antara Australia- Selamat kepada LBH Jakarta atas kasus-kasus
Indonesia Partnership for Justice (AIPJ) dengan LBH yang selama ini ditangani, meski seringkali harus
Jakarta dalam menyusun buku ini akan membantu berjuang melalui jalan terjal dan berliku. Terima kasih
kita semua untuk memahami lebih baik kerja sehari- telah membuka mata kami pada sekelumit kasus
hari yang dilakukan LBH-LBH tersebut. Di balik yang pernah anda tangani melalui cerita-cerita yang
berbagai cerita dalam buku ini ada tangisan anak- disajikan dalam buku ini.
anak miskin yang membutuhkan bantuan, perempuan
yang menjadi korban, dan pekerja yang diperlakukan Patrick Burgess, B.A., L.LB., L.LM.,
tidak adil. Ada pula orang-orang yang ditangkap oleh Penasehat Senior Bantuan Hukum dan Keadilan
aparat kepolisian, yang kebebasannya dicabut, dan Pidana Australia Indonesia Partnership for Justice
yang butuh bantuan ahli untuk membela mereka dari (AIPJ)
tuntutan di pengadilan.
Hukum internasional mengandung prinsip bahwa
tanpa suatu proses peradilan yang adil, tak seorang
pun boleh dihukum, dan tanpa pengacara yang
membela terdakwa suatu proses peradilan tidak
akan adil. Sebagian besar orang yang menghadapi
persidangan pidana adalah orang miskin yang tidak
mampu membayar pengacara. Organisasi seperti LBH
Jakarta adalah harapan bagi mereka untuk mendapat
putusan yang adil, kebebasan apabila mereka tidak
bersalah, vonis yang adil apabila mereka bersalah,
dan kesempatan untuk menjelaskan cerita versi
mereka dalam semua kasus yang dihadapi.
Aspirasi-aspirasi di balik cerita dan informasi
dalam buku ini adalah agar semua orang dapat
10
Bagian Satu
Tentang LBH Jakarta

L
embaga Bantuan Hukum (LBH) Jakarta adalah
organisasi masyarakat sipil yang lahir pada era
awal pemerintahan Orde baru. Pembentukan
lembaga ini tidak lepas dari nama seorang Adnan
Buyung Nasution yang mempunyai ide besar
pembelaan terhadap masyarakat tidak mampu.
Gagasan yang pertama kali disampaikan dalam
Kongres III Persatuan Advokat Indonesia (Peradin)
tahun 1969 ini mendapat persetujuan dari Dewan
Pimpinan Pusat Peradin melalui Surat Keputusan
Nomor 001/Kep/10/1970 tanggal 26 Oktober 1970
yang berisi penetapan pendirian Lembaga Bantuan
Hukum Jakarta dan Lembaga Pembela Umum  yang
kemudian menjadi pilot project Peradin. LBH Jakarta
secara resmi didirikan pada tanggal 28 Oktober 1970,
namun baru mulai beroperasi 6 bulan kemudian,
tepatnya pada tanggal 1 April 1971.

11
Dalam menjalankan organisasi diawal langkah, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).
dibentuk kepengurusan yang terdiri dari Dewan
Kurator yaitu: Gubernur DKI Jakarta (ex officio), Media masa atau pers juga memberikan dukungannya
Lukman Wiriadinata, S.H., Mochtar Lubis, P.K. Ojong, besar terhadap LBH Jakarta. Hal ini terlihat dari
S.H., Besar Mertokusumo, S.H., Adnan Buyung intensitas pemberitaan media tentang sepak terjang
Nasution, s.H. (ketua), Minang Warman, S.H. (wakil LBH Jakarta dalam berbagai kegiatan penanganan
ketua), Albert Hasibuan, S.H., dan F. Sukajat, S.H. kasus yang dilakukan. LBH Jakarta juga diberikan
(sekretaris). Nama besar lain yang tidak lepas dari porsi lebih dalam menyampaikan suara kritis terhadap
kepengurusan tersebut adalah Yap Thian Hien, S.H., kebijakan pemerintah. Dengan demikian, masyarakat
HJC. Princen, Rita Thung, S.H., Djamaluddin Datuk dengan mudah mengenal dan mengetahui LBH
Singomangkuto, S.H., dan Drs. Arief Budiman dan Jakarta sebagai lembaga pemberi layanan bantuan
dibantu oleh 10 orang pembela umum yang concern, hukum bagi masyarakat tidak mampu. Hal ini
mempunyai integritas, idealisme dan berprinsip ditunjukkan dengan jumlah pengaduan yang diterima
pada penghormatan terhadap hukum dan hak asasi LBH Jakarta tidak kurang dari 1000 kasus per tahun.
manusia.
Bukan hanya sekedar memberikan bantuan
Pembentukan Lembaga Bantuan Hukum Jakarta hukum secara cuma-cuma, namun membela tanpa
mendapatkan dukungan dari berbagai kalangan, membedakan jenis kelamin, agama, suku, etnis,
termasuk Ali Sadikin (Alm.) yang pada masa itu keyakinan politik telah menjadi prinsiputama LBH
menjabat Gubernur DKI Jakarta. Sebagai representasi Jakarta yang dipegang secara teguh. LBH Jakarta
dari pemerintah DKI Jakarta, Gubernur Ali Sadikin tidak hanya menjadi pembela dibidang hukum saja,
mengukuhkan secara resmi keberadaan LBH Jakarta namun memadukan dengan gerakan pemberdayaan
melalui SK Gubernur No. Ib.3/31/70 Tentang rakyat. Konsep pembelaan dan pemberdayaan
Pembentukan Lembaga Bantuan Hukum/Lembaga masyarakat tersebut oleh Prof. Paul Moedikdo
Pembela Umum (legal Aid/ Public Defender) dalam Moeliono dinamakan sebagai gerakan Bantuan
wilayah DKI Jakarta tertanggal 14 November 1970.1 Hukum Struktural (BHS)2 yang kemudian menjadi
Dukungan tersebut diberikan pula dalam bentuk “Pedoman Hidup” LBH Jakarta .
subsidi dana dan fasilitas lainnya yang bersumber dari
1
“Klinik Hukum”, TEMPO, 6 Maret 1971
2
Adnan Buyung Nasution, dalam “Bantuan Hukum di Indonesia,”LP3ES, 2007 hal. 136
12
1971 595
1972 646
1973 1862
1974 1117
1975 1382
1976 1228
1977 1691
1978 1902
1979 1751
1980 1381
1981 2124
1982 1921
1983 1694
1984 1465
1985 1531
1986 1258
1987-1994 (Tidak Terdokumentasi)
1995 1028
1996 1083
1997 1148
1998 1513
1999 1052
2000 1026
2001 1280
2002 1338
2003 1026
2004 1097
2005 1134
2006 1123
2007 1140
2008 1144
1971 - 2014

2009 1060
2010 1151
2011 959
Jumlah Pengaduan Kasus

2012 917
13

2013 1001
2014 1221
14
15 15
16
Visi
1. Terwujudnya suatu sistem masyarakat hukum yang terbina di atas tatanan hubungan sosial yg adil & beradab/
berprikemanusiaan secara demokratis;
2. Terwujudnya suatu sistem hukum & administrasi yg mampu menyediakan tata cara & lembaga-lembaga lain melalui
mana setiap pihak dapat memeroleh & menikmati keadilan hukum;
3. Terwujudnya suatu sistem ekonomi, poilitik & budaya yg membuka akses bagi setiap pihak untuk turut menentukan
setia keputusan yang berkenaan dengan kepentingan mereka & memastikan bahwa keseluruhan sistem itu tetap
menghormati & menjujung tinggi hak.

Misi
1. Menanamkan, menumbuhkan dan menyebarluaskan nilai-nilai Negara hukum yang demokratis, dan berkeadilan
sosial kepada seluruh lapisan masyarakat Indonesia, berdasarkan pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945;
2. Menanamkan dan menumbuhkan sikap kemandirian golongan masyarakat miskin, sehingga mereka sendiri dapat
merumuskan, menyatakan, memperjuangkan dan mempertahankan, baik secara individual maupun konflik hak-hak
dan kepentingan mereka;
3. Mengembangkan lembaga-lembaga pendukung bagi usaha-usaha untuk meningkatkan efektifitas pelaksanaan
hak-hak golongan masyarakat miskin;
4. Menciptakan kondisi awal yang akan mendukung usaha-usaha untuk mengadakan pembaharuan hukum yang
tanggap terhadap kebutuhan golongan masyarakat miskin.

17
Bagian Dua
Cerita Kasus

18
1970
Penggusuran Simprug, Debut Bantuan Hukum Struktural

S
imprug, sebuah wilayah di Jakarta Selatan. kotor, tapi para pengacara juga mempertaruhkan
Saat ini terkenal dengan kawasan perumahan profesinya untuk kasus ini. Mereka turun ke lapangan,
elitnya. Ternyata di balik kemegahan mengorganisir para penduduk pemilik tanah dan ikut
wilayah tersebut, tersimpan kisah duka yang sempat bernegosiasi dengan Pemerintah.
menyelimuti. Pada sekitar tahun 1970, 108 keluarga Adnan Buyung Nasution mencatat “Berbekal
dengan 700 jiwa warga Simprug yang tinggal disana sebuah papan Pengumuman ‘Ini Tanah Rakyat,
terancam diratakan untuk dijadikan perumahan dilarang masuk berdasarkan Pasal 155 dan 156
mewah tanpa ada kompensasi yang adil. KUHP’, batang Pohon Kelapa, bilah-bilah bambu
Tidak terima, warga Simprug mengadu ke LBH dan dan pagar hidup ratusan penduduk sekelompok
melakukan perlawanan. Di kala itulah pertama kalinya advokat menghadang laju buldozer-buldozer yang
pengacara berdasi LBH harus terjun ke komunitas. dikawal tentara bersenjata lengkap. Peristiwa yang
Mereka sebelumnya adalah Pengacara yang sepatunya mendapat liputan luas media dan berlanjut ke arah
tidak pernah kotor karena hanya bekerja dengan perundingan, lobby kiri-kanan, berujung happy ending.
toga, dasi dan baju rapi di ruang-ruang pengadilan. Warga mendapat lahan relokasi ditambah uang
Di Simprug, bukan hanya sepatu dan celana yang berkarung-karung”.3

3
Adnan Buyung Nasution, “Tak Lelah Mematangkan Demokrasi”, Kompas, 27 Oktober 2005

19
1970
Penggusuran dan Perlawanan pembangunan Taman Mini Indonesia
Indah (TMII): Menggapai Keadilan di Rezim Otoriter

20
G
agasan pembangunan Taman Mini Jakarta bersedia menjadi pendamping dan sebagai
Indonesia Indah dicetuskan oleh Ibu Tien salah satu lembaga yang berani bertindak. LBH
Soeharto pada suatu pertemuan di Jalan Jakarta tak gentar untuk menyuarakan pelanggaran
Cendana No. 8 Jakarta pada tanggal 13 Maret 1970. hak ini di ruang pengadilan, dan di luar pengadilan
Setelah itu dimulailah suatu proyek dilaksanakan oleh termasuk media, masyarakat, dan forum lainnya.
Yayasan Harapan Kita. Ali Sadikin sebagai pimpinan proyek kala itu
TMII mulai dibangun tahun 1972 dan diresmikan awalnya tidak bergeming, namun pada akhirnya
pada tanggal 20 April 1975 menempati areal seluas bersedia memberikan jalan keluar, dengan menaikkan
150 hektare. Akibat pembangunan ini, sekitar 500 harga ganti rugi menjadi Rp 110 per meter, ditambah
kepala keluarga terkena penggusuran paksa tanpa bantuan tempat penampungan, prioritas kerja bagi
adanya ganti rugi yang layak. warga setempat, dan memberikan ganti rugi terhadap
Di tengah represifitas rezim Soeharto, dengan tanaman, suatu hasil yang luar biasa.
seluruh resiko keamanan yang mungkin terjadi, LBH

21
1973
Vivian Rubyanti,
Legitimasi
Perubahan Jenis Kelamin
Pertama di Indonesia

V
ivian Rubyanti, menjadi seorang yang
mengubah jenis kelamin dan memiliki legalitas
dengan penetapan pengadilan pertama di
Indonesia. Ia terlahir berjenis kelamin laki-laki dengan
nama nama asli Khan Kok Hian atau Iwan Robbyanto
Iskandar setelah melepaskan kewarganegaraan
Tionghoanya.

22
Sejak usia 5 tahun, Iwan sudah menunjukkan perjanjian kerja, termasuk urusan pidana, hukum
kecenderungan sifat seorang perempuan dan pada hanya mengenal seseorang itu laki-laki atau
tahun 1973 memutuskan untuk melakukan operasi perempuan walaupun saat itu belum ada aturan
di Rumah Sakit Universitas Singapura. Ini dilakukan hukum apapun yang mengakomodir perubahan jenis
sebagai jalan untuk menyempurnakan diri sebagai kelamin.
seorang perempuan. Setelah kembali ke Indonesia, Melalui Penetapan Pengadilan Negeri Jakarta
Iwan mengajukan permohonan perubahan status Barat No. 546/Pdt.P/1973 Iwan resmi sebagai seorang
kelaminnya menjadi Perempuan ke Pengadilan perempuan. Ia mengubah namanya menjadi Vivian
Negeri Jakarta Barat. Rubianti Iskandar. Peristiwa ini pernah difilmkan
LBH Jakarta saat itu mendampingi permohonan pada tahun 1975 dengan judul ‘Akulah Vivian’ yang
perubahan status ini. Adnan Buyung Nasution yang disutradarai oleh M. Endraatmadja. Pada tahun
waktu itu mendampingi mendapat hujatan dari 1998 Vivian menikah dengan seorang bernama Felix
sejumlah organisasi Islam. Ia dituduh murtad dan Rumayar di Jakarta.
melawan kodrat Ilahi. Polemik pun terjadi di kalangan Setelah kasus ini, beberapa Pengadilan di
masyarakat. Pengadilan akhirnya mengabulkan Indonesia juga mengabulkan permohonan perubahan
permohonan Vivian. jenis kelamin, seperti PN Batang yang mengabulkan
Hakim yang memeriksa dan mengadili, dalam permohonan perubahan jenis kelamin dan perubahan
pertimbangan hukumnya menjelaskan bahwa nama dari Agus Widoyo menjadi Nadia Ilmira Arkedea
permohonan Iwan perlu diputuskan karena pada 22 Desember 2009. Juga PN Surabaya pada
menyangkut ketegasan statusnya di muka hukum Oktober 1998 mengabulkan permohonan perubahan
karena untuk mengurus pernikahan, warisan, atau jenis kelamin Dorce Gamalama.

23
1980
Tanah Tapos, Perjuangan 29 Tahun Merebut Keadilan
P
ada tahun 1970, Soeharto memanggil tidak menyerahkan lahan tersebut. Tidak ada ganti
gubernur Jawa Barat, Solichin GP untuk rugi apapun yang petani terima. Para petani akhirnya
membantunya mewujudkan mimpi berternak harus menjadi buruh tani, buruh bangunan, maupun
sapi sekaligus beristirahat. Solichin berhasil bekerja serabutan. Anak-anaknya putus sekolah dan
mendapatkan tanah seluas 2 Ha yang langsung akhirnya menjadi buruh serabutan.
ditolak. Kemudian diajukan pula daerah Tapos dan Petani Tapos tak tinggal diam, bersama LBH
Ciomas seluas 732 Ha. Karena merasa cocok Soeharto
Jakarta, mahasiswa dan masyarakat sipil lainnya
malah memperluas tanah itu menjadi 750 Ha.
melakukan perlawanan. Perlawanan mereka pada
Kemudian dibuatlah PT Rejo Sari Bumi, Ayah
1980-an dijawab dengan penembakan-penembakan
Ibu Tien Soemoharjomo tercatat sebagai Direktur.
misterius kepada petani lokal. Dan dengan enteng
Meskipun kondisi lahan Tapos lebih cocok digunakan
Soeharto berkata, bertindak tegas itu perlu karena
sebagai pertanian, Soeharto tetap bersikeras
untuk menegakkan wibawa pemerintah
membangun pertenakan dengan alasan “tanah yang
Setelah presiden Soeharto ditumbangkan pada
baik”. Mei 1998, keberanian petani tapos bangkit, sekitar 300
Penggusuran kepada sekitar 500 keluarga petani petani mencangkul kembali lahan mereka tersebut.
Tapos pun dimulai. Penggusuran dimulai dengan Namun, tidak lama dari itu mereka diciduk oleh Polisi,
tentara berkuda yang mengerahkan sapi-sapi dan digebuki oleh preman. Satu petani luka parah
untuk merusak sawah dan tanaman, tanaman besar dan dua mahasiswa harus dijahit. Petani Tapos pun
dibabat. Seluruh lahan diratakan oleh buldoser akhirnya mengadukan persoalan ke berbagai pihak
yang dikendarai oleh tentara bersenjata lengkap. dan melakukan aksi. Hingga pada September 2000,
Petani tidak boleh menyelamatkan tanamannya saat peternakan Tapos dinyatakan tidak beroperasi lagi
penggusuran terjadi, mereka diancam dicap PKI jika dan tanah dikembalikan untuk rakyat.

24
Ahmad, 35 tahun, ayah dua anak, mengiyakan kisah Mahmud.

“Orang tua saya menyerahkan tanahnya, karena takut dianggap PKI. Padahal, penduduk desa ini
semuanya taat beragama,”

Karena takut akan label PKI itulah yang menjadikan penduduk mau tak mau menyerahkan tanah
mereka yang sesungguhnya cukup subur itu. (http://tempo.co.id/ang/min/03/21/nas4.html)

25
1980
Pembelaan dan Gugatan Pelarangan Penggunaan Jilbab di Sekolah

K
elompok Islam pernah dipandang sebagai untuk turun tangan mengeluarkan siswi yang “nekat”
ancaman terhadap kestabilan politik mengenakan jilbab ke sekolah.
di era pemerintahan Orde Baru. Selain LBH Jakarta memandang ini adalah bentuk
menetapkan Pancasila sebagai asas tunggal – yang diskriminasi dan pelanggaran Hak Asasi Manusia, yaitu
menghalangi ruang gerak dan aktivitas politik hak atas Kebebasan beragama dan berkeyakinan.
banyak organisasi Islam – Presiden Soeharto juga LBH Jakarta menjadi pengacara bagi para siswi
melakukan upaya “intervensi” masuk dalam ekspresi yang dikeluarkan dari sekolah karena mengenakan
keagamaan dan kehidupan pribadi. Salah satunya, jilbab. Pada periode 1980an, beberapa siswi dari
dengan menerbitkan Surat Keputusan Departemen SMAN 28 Jakarta, SMAN 68 Jakarta, dan SMAN
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia 1 Bogor didampingi oleh LBH Jakarta agar dapat
Nomor 052/C/Kep/D/82 tentang Seragam Sekolah tetap melanjutkan pendidikan mereka sambil tetap
Nasional, pada tanggal 17 Maret 1982, yang tidak mengenakan jilbab. Advokasi ini advokasi bersama
mengakomodir hak siswi untuk mengenakan jilbab yang melibatkan berbagai organisasi Islam.
bersamaan dengan seragam sekolah. Advokasi yang dilakukan terus menerus bersama
Peraturan tersebut dijadikan landasan bagi seluruh stake holder berbuah manis. Pada tahun
sekolah-sekolah untuk menekan dan mengeluarkan 1991, Pemerintah Orde Baru, melalui SK Direktorat
siswinya yang tetap mengenakan jilbab di sekolah. Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Nomor
Mereka dianggap melanggar tata tertib berbusana. 100/C/Kep/D/1991, menghapus SK Nomor 052/C/
Para siswi pemakai jilbab juga kerap kali dipanggil Kep/D/82 dan memperbolehkan setiap siswi untuk
oleh guru pembimbing, orang tua dipanggil ke mengenakan jilbab ke sekolah.
sekolah, bahkan beberapa berujung pada skorsing Sekarang, tidak ada lagi larangan bagi siswi di
atau dikeluarkan. Dalam beberapa kasus, bahkan sekolah untuk mengenakan jilbab. Ini bagian dari
sekolah melibatkan pegawai negeri sipil di kantor Kebebasan beragama dan berkeyakinan, dimana
wilayah, aparat kepolisian, ataupun personil militer Negara harus menghormati dan melindungi.

26
1984
Mendampingi A. M. Fatwa,
yang Dibungkam dengan Tuduhan Subversif

A
.M. Fatwa, seorang aktivis Islam yang dikenal atas keberaniannya dalam bersikap kritis dan melakukan
perlawanan terhadap kesewenang-wenangan pemerintah. Di era Orde Lama, A.M. Fatwa pernah
menjadi tahanan politik karena mengorganisir aksi-aksi untuk mengritik kebijakan pemerintah. Di
masa itu melalui tulisan dan ceramah, dengan lantang ia mengkritik Presiden Soeharto yang memaksakan
asas tunggal Pancasila. A.M. Fatwa juga tercatat sebagai sekretaris Petisi 50, sebuah komunitas yang kerap
melakukan kritik terhadap Presiden Soeharto.

27
dituduh konseptor penyelewenngan
terhadap ideologi Pancasila serta merusak
kewibawaan pemerintah.
LBH Jakarta pun menjadi pembela
A.M. Fatwa, mendampingi dan menjadi
penasihat hukum. Para Pengacara
meyakini tuduhan subversif yang
menimpanya merupakan sebuah upaya
pembungkaman atas kekritisan dan
menyatakan bahwa status tahanan politik
yang disematkan kepada A.M. Fatwa
adalah sebuah bentuk pelanggaran Hak
Asasi Manusia. A.M. Fatwa kemudian
dijatuhi vonis 18 tahun. Ini menunjukkan
Pada tahun 1984, A. M. Fatwa, bersama dengan bahwa pengadilan dan kejaksaan sebagai subsumsi
21 tokoh lainnya, yaitu Ali Sadikin, H.R. Darsono, otomat – sebatas tombol penyalur kehendak dan
Hoegeng, Sjafruddin Prawiranegara, dan sekelompok kemauan – dari penguasa Orde Baru.
tokoh lain, mengeluarkan sebuah petisi berjudul Setelah menjalani penjara selama 9 tahun
Lembaran Putih yang berisikan kritik para tokoh dan 26 hari, A.M. Fatwa mendapatkan amnesti
terhadap kesewenang-wenangan militer pada dan rehabilitasi oleh Presiden B.J. Habibie yang
Peristiwa Berdarah Tanjung Priok tertanggal 12 menggantikan Soeharto pada tahun 1998. Setelah
September 1984. Ini kemudian menyeret dirinya rezim telah berganti, A.M. Fatwa kemudian tercatat
menjadi terdakwa dengan tuduhan subversif. Ia sebagai Anggota MPR/DPR dan kemudian DPD RI.
28
1984
Tuduhan Subversi HR. Dharsono : Mengadili Kekritisan

H
R. Dharsono, seorang Jenderal (Purnawirawan) TNI AD, pernah menjabat Panglima Kodam III
Siliwangi, dan juga termasuk dalam anggota Petisi 50, sekumpulan tokoh-tokoh yang kritis dan
membuat Petisi terhadap Pemerintahan Soeharto yang dinilai telah menyimpang dari semangat
UUD 1945. Sepanjang kehidupan mereka diasingkan dan dibatasi oleh Pemerintahan Soeharto.

29
Pada tahun 1984 terjadi pengeboman di beberapa tahun. Dikurangi menjadi 7 tahun oleh Pengadilan
kantor Bank Central Asia (BCA) di Jakarta, ini terjadi Tinggi. Ia dibebaskan dari LP Cipinang pada 16
di Jalan Pecenongan, kompleks pertokoan Glodok, September 1990  setelah 5 tahun di penjara.
dan di Jalan Gajah Mada. Beberapa orang ditangkap Para Pengacara LBH menyadari sedari awal ini
dan dipenjarakan. Beberapa tokoh Petisi 50 pun adalah proses Peradilan Sesat. Pidana subversif
ikut ditangkap, diantaranya adalah H.R. Dharsono. digunakan sebagai pasal karet yang menjadi alat
Ia dituduh ikut menghadiri rapat-rapat berkaitan untuk mengkriminalkan tokoh atau aktifis yang kritis.
Tetapi melawan adalah satu-satunya pilihan dan
dengan pengeboman tersebut, dan dikenakan Pasal
menjadikan pengadilan sebagai ajang pendidikan
delik politik dan melakukan Tindak Pidana Subversif. dan kampanye publik.
Pada saat tersebut, tidak ada yang mau dan Sebagai pembela, Lawyer LBH dihadapkan pada
berani mendampingi dan menjadi Penasehat resiko dan ancaman serius. Todung Mulya misalnya,
Hukum HR. Dharsono. LBH Jakarta memutuskan Ia tak boleh bepergian ke luar negeri, paspornya
untuk menangani dan mendampingi dari tingkat dirampas ketika hendak ke Manila. Dilarang
Pengadilan Negeri, sampai Kasasi di Mahkamah memberikan ceramah maupun mengajar, kantornya
Agung. Di Pengadilan Negeri dia dijatuhi putusan 10 pun dihancurkan.

30
1984-1987
Mendampingi Sahroni & Alimin, Anggota NII yang Dituduh Subversif
S
ahroni dan Alimin bin Siradjudin mengaku Penetapan Presiden RI Nomor 11 Tahun 1963 tentang
sebagai anggota Negara Islam Indonesia (NII). Pemberantasan Kegiatan Subversi.
Dalam rangka pencarian dana untuk mengelola Atas tuduhan tidak berdasar tersebut, LBH Jakarta
kegiatan organisasi, NII memiliki sebuah divisi khusus memutuskan untuk maju menjadi penasihat hukum Sahroni
pendanaan yang bertugas untuk mengumpulkan dana dan Alimin. Terlebih, keyakinan Sahroni dan Alimin terhadap
bagi kepentingan perjuangan organisasi NII, mencari infaq, aliran agamanya, seharusnya tidak dapat dipandang
sedekah, donasi, fa’i, dan lain-lain. sebagai sebuah ancaman terhadap pemerintahan karena
Tugas Sahroni dan Alimin adalah mengumpulkan hal tersebut merupakan bagian dari Hak Asasi Manusia
dana melalui metode fa’i, yaitu usaha untuk mencari dana setiap orang untuk merdeka di dalam memeluk agama dan
perjuangan dengan mengambil paksa dari orang “kafir” keyakinannya.
dan orang-orang yang dianggap sebagai “musuh” Islam. Sayangnya, akibat ketidakjujuran Sahroni kepada
Pada bulan Juni 1986, Sahroni dan Alimin ditangkap LBH Jakarta tentang duduk perkara yang dialaminya, tim
oleh aparat kepolisian setelah melakukan tindak pidana pengacara LBH Jakarta kemudian memutuskan untuk
pencurian disertai dengan pembunuhan terhadap dua mengundurkan diri sebagai penasihat hukum Sahroni.
pengendara mobil di Pondok Kelapa Kalimalang, Jakarta Terhadap Alimin bin Siradjudin, Pengadilan Negeri Jakarta
Timur, dan Jalan Terogong, Garut, Jawa Barat. Berdasarkan Selatan, di tengah tekanan rezim Orde Baru, memilih untuk
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, tindak pidana yang tidak berpihak kepada kebenaran dengan memutuskan
dilakukan oleh Sahroni dan Alimin seharusnya tergolong bahwa Alimin bersalah karena terbukti melakukan tindak
tindak pidana umum, tanpa unsur politik berupa tindak pidana subversi.
pidana subversi – perbuatan Sahroni dan Alimin tidak Kasus yang dialami oleh Sahroni dan Alimin cukup
dilakukan dalam rangka menjatuhkan pemerintahan, memberikan gambaran tentang situasi politik Orde Baru.
tetapi murni tindak pidana biasa. Tetapi, aparat kepolisian, Pemerintahan di bawah Presiden Soeharto begitu gencar
selain menjerat mereka dengan Pasal 340 KUHP sub. 339 melakukan upaya “deradikalisasi” terhadap kelompok-
KUHP, juga menetapkan mereka sebagai tersangka atas kelompok agama dan bahkan menjatuhkan tuduhan
pelanggaran Pasal 336 ayat (2) KUHP jo. Pasal 1 ayat (1) subversi atas tindak pidana umum.
31
1985
Mohammad Sirajuddin als Pak De:
Peradilan Sesat terhadap perkara Terbunuhnya Peragawati “Dice”

N
ama Mohamad Sirajuddin yang lebih
akrab dipanggil Pak De mendadak
muncul ke permukaan pada tahun
1985. Ia dikenal sebagai seorang paranormal
dan dituduh melakukan pembunuhan terhadap
seorang peragawati cantik bernama Dice
Budiasih Budimulyono dengan penembakan
menggunakan senjata api jenis Revolver
bermerek S&W kaliber 22.

32
Berdasarkan keterangan Pak De, Dice memiliki pembunuhan, Pak De tidak berada di tempat kejadian
hubungan dekat dengan orang ternama saat itu perkara. Tidak ada satupun bukti yang mengarah
seperti mantan KSAU dan keluarga Cendana. Empat bahwa Pak De adalah pelaku pembunuhan, namun
hari sebelum kematian Dice, terjadi pertengkaran majelis hakim yang diketuai Reni Retnowati pada
antara Dice dengan mantan KSAU Marsekal Suwoto putusannya memvonis hukuman seumur hidup Pak
Sukendar karena ia tidak diijinkan untuk mengikuti De atas tindakan pembunuhan berencana. Namun,
show peragaan busana di Hotel Borobudur. karena merasa tidak bersalah dan menganggap
Saat proses penyidikan di Kepolisian Pak De tidak bahwa ini adalah peradilan sesat, Pak De mengajukan
didampingi oleh kuasa hukum yang mengakibatkan banding. Namun, putusannya menguatkan putusan
ia mengalami penyiksaan oleh Polisi agar Pak De PN Jakarta Selatan. Atas putusan tersebut Pak De
mengaku telah melakukan pembunuhan. Pak De mengajukan kasasi, tetapi tetap saja keadilan belum
tidak gentar dan tidak mau mengaku karena ia bukan berpihak padanya karena Kasasi tersebut ditolak.
pelakunya. Namun karena anak Pak De juga ikut Hingga saat ini belum ada bukti kuat yang
disiksa dan mengalami patah rahang, akhirnya Pak mengarah pada Pak De. Akhirnya pada 13 Agustus
De mau mengikuti permintaan Polisi untuk mengaku 1999, ia menerima Grasi dari Presiden BJ Habibie
telah membunuh Dice. berupa keringanan hukuman dari seumur hidup
LBH Jakarta yang saat itu mendampingi Pak De menjadi 20 tahun. Ia pun dapat menghirup udara
di persidangan, berjuang menyampaikan alibi Pak segar akhir Desember 2000 setelah Pemerintah
De dalam perkara tersebut karena saat terjadinya memberikan pembebasan bersyarat kepada Pak De.

33
1987
Membela Linda Maya,
Korban Tidak Naik Kelas Akibat Rekayasa Nilai Rapor oleh Sekolah
L
inda Maya adalah siswi dari SMEA Negeri 17 Jakarta. 1987. Padahal, penyetoran nilai tersebut seharusnya
Pada tahun 1988, ia dinyatakan tidak naik kelas menjadi tugas dari guru yang bersangkutan. SMEA Negeri
oleh sekolahnya dengan alasan nilai mata pelajaran 17 Jakarta juga mempermasalahkan kehadiran Linda Maya
Agama Katolik buruk di rapor, yaitu mendapatkan di sekolah yang ia dalilkan tidak mencapai 90% sebagai
nilai 5. Linda Maya merasa tertekan dengan keputusan standar minimal kelulusan. Seolah tidak bergeming, SMEA
tersebut karena merasa bahwa perolehan nilai tersebut Negeri 17 Jakarta memaklumi kejadian yang menimpa
telah direkayasa. Linda Maya, menurut keterangan ayah Linda Maya sebagai sebuah proses pembelajaran.
kandungnya, Max Frans Tilaar, seharusnya mendapatkan Tentunya, tuduhan tersebut membuat Linda Maya – yang
nilai 7,5 dan layak naik kelas. pada masa itu masih berusia 16 tahun – sangat tertekan.
Atas diskriminasi yang dialami oleh Linda Maya, LBH Ia sempat menangis kepada pihak sekolah dan memohon
Jakarta bersama dengan Max Frans Tilaar, kemudian agar sekolah memberikan surat rekomendasi baginya
mengajukan gugatan terhadap SMEA Negeri 17 Jakarta untuk pindah sekolah, tetapi tetap tidak dikabulkan oleh
untuk memperbaiki nilai Linda Maya sesuai dengan aslinya SMEA Negeri 17 Jakarta. LBH Jakarta kemudian membela
dan membayar ganti rugi materiil dan immateriil sebesar hak Linda Maya untuk mendapatkan pendidikan dengan
5 juta Rupiah. Kasus ini tercatat pada register Pengadilan membeberkan fakta-fakta yang sesungguhnya, yaitu fakta
Negeri Jakarta Selatan dengan nomor perkara 367/ bahwa sekolah telah melakukan rekayasa terhadap status
Pdt/G/1987. tidak naik kelas Linda Maya.
Ironisnya, di dalam persidangan, SMEA 17, selaku Akhirnya, Pengadilan Negeri Jakarta Selatan
Tergugat, malah berdalih bahwa tindakannya sudah benar memenangkan Linda Maya dan mewajibkan kepada SMEA
dan menimpakan seluruh kesalahan pada Linda Maya. Negeri 17 untuk memberikan surat rekomendasi pindah
SMEA 17 menyatakan bahwa Linda Maya tidak pernah sekolah Linda Maya dan membayar sejumlah ganti rugi.
menyetorkan nilai mata pelajaran agama Katolik kepada Gugatan ini tercatat sebagai salah satu gugatan pertama
guru pengampu hingga dilangsungkannya rapat dewan dari seorang Murid di Indonesia atas tindakan Sekolah
guru guna membahas kenaikan kelas pada tahun ajaran yang dinilai salah.
34
1987
Petani Cimacan, Perlawanan Akar Rumput ditengah Represifitas

P
ada sekitar tahun 1987, LBH Jakarta menerima
pengaduan dari para petani rarahan (Cimacan),
sebuah kawasan di daerah kaki gunung Gede-
Pangrango, Pacet, Cianjur. Daerah yang subur dan
mampu menghidupi 287 petani dan sekitar 500 buruh
tani. Mereka kehilangan sekitar 31,6 ha tanah akibat
diambil alih paksa oleh PT Bandung Asri Mulia (BAM),
yang sebagian besar sahamnya dikuasai oleh anak
Soeharto. Penggusuran ini bertujuan untuk dijadikan
lapangan golf dan pariwisata. Proyek ini dimulai tanpa
AMDAL, dan kuat diduga merusak lingkungan dan
menyebabkan banjir, meskipun begitu proyek tetap
berjalan. Dalam pengambilalihan lahan ini, PT. BAM
memberikan uang kerohiman yang sangat tidak layak
kepada petani, hanya sebesar Rp. 30 permeternya,
jumlah yang sangat jauh dari kerugian yang petani
alami. Petani menolak tawaran ini.

35
Dalam musyawarah yang dilakukan dengan pemberdayaan masyarakat. Di tengah represivitas
Lembaga Keamanan Masyarakat Desa (LKMD), penguasa, pengadilan tidak bekerja dan penuh
Danramil turun dan memaksa warga untuk kejanggalan. Pengadilan Negeri Cianjur menolak
menerima tawaran tersebut. Tidak berhenti disana, gugatan para petani, Pengadilan Tinggi dan
pemimpin petani dicari dan dianiaya oleh oknum Mahkamah Agung pun menguatkan.
tentara dan Polsek Pacet. Tentara juga memaksa Pada 1998, petani Cimacan kembali menduduki
petani menandatangani surat pernyataan bersedia dan mencangkuli lapangan golf. Aksi pendudukan itu
menerima ganti rugi dan mencabut kuasa dari LBH dibalas secara brutal oleh aparat. Berbagai spanduk
Jakarta. Beberapa petani yang buta huruf ditipu dirusak, tujuh petani dan mahasiswa diancam,
dipukuli dan ditendang. Atas tindakan ini aparat
bahkan dipalsukan tandatangannya. Empat orang
dilaporkan pada Komnas Ham oleh LBH Ampera.
sempat dituduh PKI karena tidak mau menyerahkan Pada akhir juli 2000, warga Cimacan menggelar aksi di
lahannya. kantor pertanahan Cianjur, menuntut dikeluarkannya
Ketika menangani kasus ini, LBH Jakarta bersama sertifikat Hak Milik atas 287 petani yang lahannya
dengan Skephi (Sekretariat Pelestarian Hutan digusur. Dan pada tanggal 14 agustus 2000, keluar
Indonesia), LBH Bandung dan aktivis mahasiswa keputusan pemberian sertifikat tanah untuk petani
melakukan upaya-upaya, baik litigasi, non litigasi dan Cimacan.

36
1992
Pembungkaman Hak Politik dan Demokrasi: Pemenjaraan Mahasiswa
Pendukung Kemerdekaan Rakyat Timor Timur

F
ernando de Araujo adalah salah satu
mahasiswa Universitas Udayana Bali yang
berasal dari Timor Timur yang melakukan
aksi protes atas Pemerintahan Indonesia dalam
peristiwa penambakan para demonstran yang
mendukung kemerdekaan Timor Timur.

37
Pada tahun 1992, ia bersama dengan Joao Freitas da Jakarta dan IKADIN. Ia bersama rekannya diputus bersalah
Camara, Virqilio da Sila, Agapito Gordoso, Dominggus dan divonis penjara oleh Pengadilan Negeri Jakarta Pusat.
Barreto dan beberapa mahasiswa asal Timor lainnya Pada tahun 1999, pasca tumbangnya rezim Orde Baru,
melakukan aksi demonstrasi untuk melawan pendudukan Timor Timur merdeka melalui referendum dari rakyat dan
militer Indonesia di Timor Timur. Mereka diadili di Fernando de Araujo mendapatkan Amnesti dari Presiden
Pengadilan Negeri Jakarta Pusat atas aksi demonstrasi B.J Habibie. Fernando yang mendapatkan Amnesti tersebut
yang dilakukan karena dengan tuduhan melakukan memutuskan melanjutkan pendidikannya ke Universitas
tindakan subversif karena melakukan pemberontakan Melbourne. Pada tahun 2007-2012 ia menjabat sebagai
terhadap pemerintahan Orde Baru saat itu. Mereka diadili Presiden Palemen Timor Leste serta Wakil Perdana Menteri
di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat dan didampingi oleh Timor Leste 2012-2015. Ia meninggal di tahun 2015 pada
kuasa hukum gabungan dari Yayasan LBH Indonesia - LBH usia 52 tahun.
38
1994
Membungkam dan Memberangus Pers, Kriminalisasi Pengurus
Aliansi Jurnalis Independen (AJI): Ahmad Taufik dan Eko Maryadi
“LBH Jakarta berhasil membuat aparat
hukum tidak berbuat sewenang-wenang di
luar kemanusiaan dan proses hukum berjalan
dengan pembelaan.

Saat dikantor Polisi kami diintimidasi,


saya dipaksa makan makanan pedas,
ditodongkan pistol ke kepala saya. Saya juga
dimasukkan paksa ke sel bawah tanah berisi
banyak tumpukan orang dengan berbagai
kejahatan pidana lainnya, tai dan kencing
dimana-mana. Saya sempat juga tak bisa
disambangi. Barulah saat tim dari LBH
Jakarta mendampingi, pemeriksaan saya bisa
berjalan normal. Begitu juga saat besukan,
keluarga dan kawan-kawan bisa besuk kami
(saya, item dan danang) bersama-sama tim
LBH Jakarta. Berkat LBH Jakarta pula, di
Rutan dan di Lapas kami bisa dibesuk rekan-
rekan 3 hari dalam sepekan di luar hari besuk
biasa.” (Ahmad Taufik)

39
A
gustus 1994, sebulan sesudah pembredelan Danang K Widyoko (Office Boy AJI) ditangkap oleh
Detik, Editor dan Tempo, sekitar 100 Polisi. Penangkapan juga terjadi pada Liston P
wartawan asal Bandung, Jakarta, Jogjakarta Siregar, Sri Bintang Pamungkas, dll. Ahmad Taufik,
dan Surabaya, mendirikan Aliansi Jurnalis Independen Eko, dan Danang sempat ditahan di Rumah Tahanan
(AJI) di dusun Sirnagalih, kawasan Puncak. Salah satu Salemba, Jakarta Pusat.
tujuan AJI adalah memperjuangkan kebebasan pers. LBH Jakarta mendampingi proses pemeriksaan
Pada hari Kamis, 16 Maret 1995, di Hotel Wisata di Polda Metro Jaya, dan terus mendampingi dalam
Internasional, Jakarta diadakan halal bihalal Jurnalis proses peradilan. Taufik dan Eko diputus 2 tahun
yang dihadiri berbagai tokoh seperti Ali Sadikin, 8 bulan penjara Oleh PN Jakarta Pusat. Ditingkat
WS Rendra, Sri Bintang Pamungkas, dll. Dalam Banding Pengadilan Tinggi menaikkan hukuman
acara ini juga dilaunching Buletin Independen ke- menjadi 3 tahun, dan kasasi di Mahkamah Agung
12 yang diterbitkan AJI. Terbitan ini menurunkan menguatkan putusan banding.
berita diantaranya tentang saham-saham yang Selama setahun mereka ditahan di Rutan Salemba,
dmiliki oleh Menteri Penerangan Harmoko, dan Usai vonis MA, mereka dipindahkan ke LP Cipinang
keluarga di media massa. Serta kritik lainnya tentang Jakarta Timur. 3,5 bulan disana dipindahkan lagi ke LP
pemerintah. Penerbitan Independen ini kemudian Kesambi Cirebon. Lalu setelah 7 bulan dipindahlagi
dipermasalahkan oleh Pemerintah. Pemerintah ke LP Cijoho Kuningan, Jawa Barat, sehingga
menyatakan penerbitan Majalah Independen menghabiskan masa hukuman sampai selama 5
merupakan penghinaan terhadap Pemerintah serta bulan di LP Kuningan itu.
melawan hukum. Di tahun 1999 kemudian lahirlah Undang-Undang
Selesai acara ini, di depan hotel Ahmad Taufik Pers yang menjamin kebebasan Pers. Pers pun
(eks wartawan TEMPO, Ketua Presidium AJI), Eko tumbuh bak cendawan dimusim hujan dan menikmati
Maryadi (Kepala RumahTangga sekretariat AJI, kebebasannya.

40
1995
Mendampingi Sri Bintang Pamungkas,
yang dibungkam Hak Politik dan Demokrasinya.

41
P
ada tahun 1995, Dr. Ir. Sri Bintang Pamungkas hanyalah diskusi yang bersifat ilmiah di ruang kuliah.
dihadapkan ke Pengadilan Negeri Jakarta Namun, persidangan yang berlangsung sebanyak 28
Pusat dengan dakwaan telah melakukan kali ini tetap memutus bersalah Sri Bintang Pamungkas
tindak pidana subversi sesuai dengan pasal 1 (1) dan menghukum penjara dua tahun sepuluh bulan
a, b, dan c UU No. 11/PNPS/1963 karena dituduh pada tanggal 8 Mei 1996. Vonis hakim tersebut lebih
sebagai motor penggerak demonstrasi di Dresden ringan daripada tuntutan Jaksa Penuntut Umum yang
lewat ceramah yang disampaikannya di Technische
menuntut Sri Bintang empat tahun penjara.
Universitat Berlin, Jerman pada 9 April 1995 dan
Karena Sri Bintang Pamungkas menganggap
dianggap telah menghina Presiden Soeharto.
putusan ini tidak adil, ia bersama kuasa hukumnya
LBH Jakarta yang saat itu mendampingi, dari LBH Jakarta langsung menyatakan banding.
menunjukkan ke muka persidangan bahwa Pada tahun 1998 Sri Bintang Pamungkas dibebaskan
ada rekayasa kasus dalam perkara ini dengan dari tahanan dengan pemberian amnesti dari
menghadirkan saksi kunci dari perkara ini yaitu Presiden BJ Habibie bersamaan dengan pembebasan
moderator, notulis dan penyelenggara diskusi panel Muchtar Pakpahan. Ia yang sempat diberhentikan
yang juga menyampaikan pidato pembukaan pada dari pekerjaannya sebagai Dosen di Fakultas Teknik
acara tersebut. Dalam persidangan tidak satu pun Universitas Indonesia akhirnya diangkat kembali
dari saksi tersebut membenarkan tuduhan terhadap berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan pada
Terdakwa yang dianggap menghina Presiden, tetapi tahun 2000.

42
1996
Deklarasi PRD berbuntut Kriminalisasi Budiman Sudjatmiko dkk
P
ada 22 Juli 1996, bertempat di di kantor YLBHI-LBH Jakarta, lahir dan dideklarasikan
Partai Rakyat Demokratik (PRD). Partai yang berisikan para tokoh muda dan
memiliki asas sosial demokrasi kerakyatan. Mereka sering memberikan kritik
terhadap Pemerintahan Orde Baru saat itu dan memperjuangkan adanya kenaikan upah
buruh.

43
Kemudian, pada 27 Juli 1996, terjadi peristiwa
penyerangan Kantor DPP PDI di Jl. Diponegoro Jakarta
Pusat, lima hari setelah deklarasi PRD. Saat kejadian
tersebut para aktivis dan pengurus dari PRD dan Solidaritas
Mahasiswa Indonesia untuk Demokrasi (SMID) seperti
Budiman Sudjatmiko, Garda Sembiring, Eka Kurniawan,
dan Petrus Haryanto ditangkap secara sewenang-wenang.
Proses persidangan berjalan sangat jauh dari prinsip-
Mereka dituduh sebagai dalang dari peristiwa penyerangan
prinsip peradilan yang adil dan tidak memihak. Hakim
terhadap Kantor DPP PDI tersebut. Mereka ditahan di
hanya mengandalkan BAP dalam pemeriksaan saksi
kantor Badan Intelijen ABRI dan diperiksa tanpa ada
dan tidak memberikan kesempatan yang sama kepada
pendampingan kuasa hukum. Mereka dipaksa mengakui
para Terdakwa untuk mengajukan saksi dan ahli. Hal ini
perbuatan yang tidak mereka lakukan. PRD dianggap
membuat Budiman Sudjatmiko dkk mencabut kuasa dari
melakukan suatu persekongkolan makar.
tim pembela dan memutuskan untuk tidak lagi menghadiri
Saat itu YLBHI-LBH Jakarta yang tergabung dalam
persidangan karena menganggap pengadilan sudah tidak
Tim Pembela Hukum – Keadilan Indonesia mendampingi
lagi menjadi forum keadilan. Mereka menyarankan proses
di pengadilan. Mereka didakwa melakukan subversi,
persidangan dihentikan saja.
dianggap bertentangan dengan ideologi Pancasila dengan Akhirnya Budiman Sudjatmiko dkk dinyatakan bersalah
tidak mencantumkan Pancasila sebagai asas kepartaian dan divonis 13 tahun oleh Pengadilan Negeri Jakarta Pusat.
dan melakukan deklarasi partai, melakukan kritik terhadap Namun, karena kemenangan gerekan demokrasi, pada 10
pemerintahan Orde Baru serta memberikan penghargaan Desember 1999 Budi Sudjatmiko dkk dibebaskan karena
kepada orang-orang yang ‘vokal’ terhadap pemerintah. mendapatkan Amnesti dari Presiden B.J. Habibie.

44
1996
Djamhari, Pemimpin Perjalanan Kereta Api di Tragedi Tabrakan
Bintaro I Mendapatkan Keadilan dan Haknya sebagai Pekerja.
D
jamhari adalah Pemimpin Perjalanan Kereta Api (PPKA) Stasiun Sudimara, Bintaro, Jakarta. Ia bertugas
mengatur jalur kereta api, menyatakan tanda jalan atau berhenti, memberi perintah pindah lajur, dan
berkoordinasi dengan masinis dan PPKA stasiun kereta api lain demi kelancaran lalu lintas kereta api.

45
Pada 19 Oktober 1987, Djamhari bertugas diberhentikan sementara oleh Perusahaan Umum
mengatur lajur persilangan KA225 jurusan Stasiun Kereta Api dan mengalami pemotongan upah 50%.
Jakarta Kota dan KA220 jurusan Merak karena Bahkan, setelah bebas, Djamhari tidak diberi upah
kebetulan kedua kereta tersebut akan melewati lajur sama sekali sampai pada bulan Mei 1994.
dan waktu yang sama, salah satunya harus berpindah Pada tanggal 22 Mei 1996, tanpa alasan yang
lajur. Djamhari memberikan perintah kepada jelas, Menteri Perhubungan mengeluarkan Keputusan
Slamet Suradio, Masinis jurusan Jakarta Kota, untuk tentang pemberhentian dengan hormat Djamhari
melakukan perpindahan lajur. Tetapi naas, karena yang terhitung sejak bulan April 1994. SK tersebut
kereta penuh penumpang, Masinis salah membaca baru diterima dan diketahui oleh Djamhari pada
tanda. Slamet Suradio mengira bahwa tanda yang tanggal 15 Juli 1996. Saat itulah Djamhari datang ke
diberikan memperbolehkan untuk mengendalikan LBH Jakarta untuk meminta pendampingan hukum.
kereta di jalur yang sama. Menyadari kesalahan Djamhari bersama dengan LBH Jakarta kemudian
Masinis, Djamhari langsung berusaha menghentikan menggugat Menteri Perhubungan ke Pengadilan
kereta. Ia berlari sambil meniupkan pluit memanggil Tata Usaha Negara. Setelah menunggu 10 tahun,
masinis KA 225. Djamhari juga mengibas-ngibaskan pada tanggal 13 November 2007, Mahkamah
bendera merah menyuruh kereta berhenti. Kereta Agung mengabulkan gugatan Djamhari dengan
terus melaju, bahkan penumpang yang berada di membatalkan SK pemberhentian, dan memerintahkan
atap malah menyoraki Djamhari sambil tertawa-tawa. Menteri Perhubungan untuk merehabilitasi hak-
Akibat kesalahan tersebut, kedua kereta tersebut hak Djamhari selaku pekerja. Djamhari akhirnya
tabrakan dan mengakibatkan Tragedi Bintaro, yang mendapatkan tunggakan upah yang belum dibayar
menelan 139 korban tewas dan 123 korban luka berat. oleh Perusahaan Umum Kereta Api (sekarang PT. KAI)
Akibat tragedi ini, ia turut ditimpakan sejak menjadi kambing hitam Tragedi Bintaro dan
pertanggungjawaban dan divonis 10 bulan juga memperoleh haknya atas dana pensiun.
penjara oleh Pengadilan Negeri Jakarta Selatan. Ia

46
1997
Mogok Kerja, 189 Pekerja Hongkong Bank Menjadi Korban PHK Massal

P
ada tanggal 22 Januari 1996, 189 pekerja Perselisihan Perburuhan Daerah (P4D) dan Panitia
Hongkong Bank, melalui para pengurus Pennyelesaian Perselisihan Perburuhan Pusat (P4P).
serikat pekerja PUK SP – NISBA mengupayakan Bukannya melindungi hak para pekerja, P4D dan
pembaruan Kesepatakan Kerja Bersama (KKB) agar P4P malah memberikan izin kepada Hongkong Bank
mengakomodir hak-hak mereka sebagai pekerja, untuk melakukan PHK terhadap 189 pekerjanya.
berupa tunjangan pengobatan, fasilitas olahraga, dan Kejadian ini mengantarkan 189 pekerja Hongkong
rekreasi yang hendak dikurangi oleh pihak pengusaha. Bank untuk meminta pendampingan hukum ke LBH
Namun, sampai pada pertemuan ke-8, pada tanggal Jakarta.
17 April 1996, pihak pengusaha masih menolak Atas dasar ketidakadilan yang dialami oleh 189
untuk mengakomodir hak-hak pekerja dengan hanya pekerja Hongkong Bank, LBH Jakarta bersama
bersedia mengubah 5 Pasal dari 23 Pasal di dalam dengan PUK SP – NIBA Hongkong Bank mengajukan
KKB yang diajukan untuk diubah. gugatan ke Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara
Karena aspirasinya tidak didengarkan, 189 pekerja Jakarta untuk membatalkan izin PHK yang diberikan
Hongkong Bank kemudian sepakat untuk melakukan oleh P4D dan P4P kepada Hongkong Bank.
mogok kerja – yang juga merupakan hak mereka untuk Meski permohonan untuk pembatalan PHK tidak
menyatakan pendapat dan dilindungi oleh peraturan dikabulkan oleh PT TUN Jakarta dan Mahkamah
perundang-undangan. Upaya demokratis yang Agung Republik Indonesia, tetapi kedua institusi
mereka lakukan malah berujung pada permohonan peradilan tersebut memerintahkan kepada Hongkong
PHK oleh pengusaha terhadap para anggota PUK Bank untuk memberikan hak mereka atas pesangon
SP – NIBA Hongkong Bank ke Panitia Penyelesaian dan penghargaan masa kerja sebesar 2 kali lipat.

47
2000
5000 Penarik Becak
Menggugat Pemerintah DKI Jakarta
T
erbitnya Perda DKI Nomor 11 Tahun 1988 menjadi
salah satu penanda rezim Pembangunan Orde
Baru yang menggilas kelompok miskin, dan mulai
berdampak pada penarik becak sebagai masyarakat miskin
kota. Sebagai pelaksanaan dari Perda tersebut, Gubernur DKI
Jakarta mengeluarkan kebijakan 100 hari tanpa becak dengan
alasan becak adalah penyebab kemacetan Jakarta.

48
Akibat dari kebijakan tersebut, terjadi penggarukan gugatan perwakilan perbuatan melawan hukum
besar-besaran terhadap becak-becak di Jakarta. Gubernur DKI Jakarta atas kebijakannya dalam
Lebih parahnya, penggarukan tersebut disertai menjalankan Perda Nomor 11 Tahun 1988. Akhirnya
kekerasan terhadap penarik becak dan penyitaan pada 31 Juli 2000 Pengadilan Negeri Jakarta Pusat
tanpa alas hak. Penggarukan juga terjadi bukan hanya mengabulkan gugatan untuk sebagian, dimana dalam
terhadap becak yang sedang beroperasi melainkan putusan tersebut becak diperbolehkan beroperasi di
terhadap becak-becak yang disimpan di rumah lingkungan pasar dan pemukiman, serta pemerintah
pemilik, bahkan terhadap becak-becak yang telah dibebankan kewajiban untuk membangun jalur
dimodifikasi menjadi gerobak, padahal sebelumnya khusus untuk becak. Untuk beberapa bulan
telah diresmikan oleh walikota. becak kembali beroperasi di DKI. Namun putusan
LBH Jakarta bersama Tim Pembela Masyarakat Pengadilan Negeri Jakarta Pusat tersebut dibatalkan
Miskin Kota sebelumnya telah menempuh berbagai pada tingkat banding dan kasasi. Walaupun kalah
upaya hukum, diantaranya: upaya praperadilan di tingkat kasasi, putusan hakim Pengadilan Negeri
terhadap penyitaan becak yang digaruk; laporan Jakarta Pusat menjadi yurisprudensi bahwa putusan
ke kepolisian terhadap tindak kekerasan terhadap hakim bisa mengecualikan aturan dalam Perda tanpa
tukang becak saat penggarukan; dan upaya uji perlu upaya hukum uji materiil. Selain itu dengan
materiil Perda Nomor 11 Tahun 1988 ke Mahkamah pertimbangan “pengadilan sederhana, cepat, dan
Agung. Namun segala upaya tersebut diputus tidak biaya ringan”, hakim Pengadilan Negeri Jakarta Pusat
dapat diterima. makin menguatkan legalitas gugatan perwakilan di
Puncaknya, pada 17 Februari 2000, LBH Jakarta Indonesia.
mendampingi 5000 penarik becak mengajukan

49
2000
Serangan Balik Koruptor, Kriminalisasi Pengungkapan Korupsi: Endin
Wahyudin yang melaporkan penyuapan Hakim Agung dan Isnetty
yang membongkar Korupsi di Lab School.

50
P
ertengahan tahun 2000 Endin Wahyudin pemohon (Marnis Kahar dan Supratini Suharto)
melaporkan adanya Korupsi di Pengadilan ke karena penyidikan yang dilakukan secara hukum
Tim Gabungan Pemberantasan Tindak Pidana adalah tidak sah. Begitupun Dakwaan terhadap ketiga
Korupsi (TGPTPK) dan mendapat jaminan secara Hakim Agung yang dinyatakan tidak dapat diterima
tertulis dari Ketua TGPTPK Adi Andojo bahwa ia tidak oleh Majelis Hakim dalam putusan sela. Disisi lain
akan dituntut secara hukum bila bersedia memberikan Endin yang berupaya membongkar praktik korupsi
laporan atau data tentang adanya penyuapan yang peradilan justru dinyatakan bersalah dan dihukum
dilakukan terhadap Hakim Agung Yahya Harahap, selama 3 (tiga) bulan, masa percobaan 6 (enam)
Marnis Kahar dan Supratini Suharto. bulan.
Tidak terima dan merasa nama baiknya Lain lagi dengan Isnetty, seorang Guru di SDN
dicemarkan/difitnah, Marnis Kahar dan Supratini Percontohan Komplek IKIP/UNJ (sekarang LAB
Suharto melaporkan Endin ke Mabes Polri. Selain School). Dia membongkar praktik korupsi yang kerap
itu, kedua Hakim Agung tersebut juga berusaha terjadi di lingkungan tempatnya mengajar. Bukan
mematahkan laporan korupsi yang Endin buat di penghargaan atau perlindungan yang dia dapatkan,
TGPTPK. Judicial Review diajukan. Alhasil PP No. Isnetty malah di mutasi ke sekolah lain tanpa alasan
19 Tahun 2000 tentang Pembentukan TGPTPK yang jelas.
dinyatakan tidak sah dan dibatalkan oleh Majelis LBH Jakarta mendampingi keduanya di pengadilan.
Hakim Agung yang diketuai oleh Prof. Paulus Efendi Kasus Endin dan Isnetty ini membuka mata banyak
Lotulung yang notabene juga bertindak sebagai kuasa pihak tentang rentannya posisi orang yang ingin
hukum Marnis Kahar dan Supratini Suharto dalam membongkar kasus korupsi, LBH Jakarta kemudian
perkara yang dilaporkan Endin ke TGPTPK. mendorong agar dibentuk Lembaga Perlindungan
Ironis memang, terlebih lagi setelah hakim Saksi dan Korban, sehingga diharapkan tidak ada lagi
Praperadilan menyatakan TGPTPK tidak berwenang yang bernasib serupa dengan mereka di kemudian
untuk melakukan penyidikan terhadap perkara hari.

51
2001
Serikat Pekerja Hotel Shangri-La:
Dari Negosiasi hingga Peninjauan Kembali
H
otel Shangri-la pada tahun 2000, mem-PHK Serikat Pekerja Mandiri Shangrila. Demonstrasi
sekitar 579 pekerja. Buruh pun mengadakan terjadi di Hongkong, Newyork (Amerika) dan Toronto
demonstrasi penolakan PHK. Demonstrasi (Kanada). Solidaritas internasional terhadap Buruh
tersebut berujung pada Laporan Polisi dan gugatan Shangri-la tidak hanya dalam bentuk demo, tetapi
perdata. LBH Jakarta mendampingi para buruh juga dengan kunjungan. Sejumlah perwakilan
yang di PHK di Panitia Penyelesaian Perselisihan organisasi buruh Eropa, Australia, dan Asia Pasifik
Perburuhan Pusat (P4P). P4P mengabulkan PHK oleh berkunjung dan berkomitmen akan terus membantu.
Hotel, dan kemudian buruh mengajukan banding ke Kasus Shangri-la ini pun sampai ke meja organisasi
Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara. buruh sedunia atau ILO. Di ILO, sengketa pekerja
Atas laporan Shangri-la, 14 anggota serikat sempat Shangri-la bernomor kasus 2116. ILO menyurati
ditahan di Polres Jakarta Pusat. Hotel Shangrila pun Menakertrans RI agar segera menyelesaikan masalah
menggugat ke PN Jakarta Selatan dengan tuduhan di Shangri-la dan memberi waktu penyelesaiannya
pengrusakan fasilitas hotel dan meminta ganti rugi hingga Oktober 2001. ILO mengancam akan
sebesar 80 Milyar. PN Jakarta Selatan memutuskan membawa masalah Shangri-la ke Pertemuan tahunan
buruh harus membayar ganti rugi kepada perusahaan di Genewa dan mengancam penghentian suplai dana
sebesar Rp. 20,7 milyar rupiah. Dalam Proses Banding bantuannya bagi kegiatan Depnakertrans dan sektor
Pengadilan Tinggi menolak banding buruh karena perburuhan lainnya.
dianggap telah lewat waktu. Advokasi buruh Shangri-la yang menempuh jalur
Buruh pun terpaksa membuka membuka warung Internasional pun membuahkan hasil, Para pekerja di
tenda utnuk menghidupi keluarga mereka. Seruan Serikat Pekerja Mandiri Shangri-la tidak diharuskan
dan dukungan Internasional pun mengalir, terjadi membayar ganti rugi tersebut.
beberapa demonstrasi di luar negeri mendukung

52
2002
Korban Banjir Jakarta Menggugat

B
anjir merupakan hal yang biasa terjadi kini berkas kasasi tersebut belum diproses oleh
di Jakarta. Paradigma pemerintah yang Mahkamah Agung.
menganggap banjir adalah bencana alam Belum selesai upaya hukum atas kerugian pada
dan tidak terelakkan berdampak pada penanganan banjir 2002, pada tahun 2007 banjir kembali melanda
yang tidak serius dalam mengantisipasi dampak. Jakarta. LBH Jakarta kembali mendampingi 11 warga
Pada banjir tahun 2002, akibat birokrasi yang berbelit Jakarta yang menjadi wakil kelas dalam gugatan
dalam hal peringatan dini dan penanganan bencana, perwakilan Korban Banjir Jakarta 2007. Dasar gugatan
banyak warga Jakarta yang mengalami kehilangan dan jenis-jenis kerugian dalam gugatan mirip dengan
atau kerusakan harta benda , menderita sakit, sampai gugatan Banjir 2002. Namun gugatan dalam perkara
meninggal dunia. Pada 13 Maret 2002 LBH Jakarta Nomor 118/Pdt.G/2007/PN.JKT.PST ditolak. Atas
bersama Tim Advokasi Banjir Jakarta 2002 menjadi putusan tersebut diajukan banding namun hingga
kuasa atas beberapa orang warga Jakarta yang kini berkas belum diproses oleh Pengadilan Tinggi.
mengajukan diri sebagai perwakilan kelas dalam Meskipun ditolak, gugatan perwakilan korban
gugatan perwakilan Korban Banjir. banjir diproses oleh pengadilan, sehingga menjadi
Dalam perkara Nomor 83/PDT.G/2002/PN.JKT. yurisprudensi bahwa korban bencana alam dapat
PST, mereka menggugat Presiden RI dan Gubernur menggugat secara perwakilan. Selain itu, yang
DKI Jakarta sebagai Tergugat, serta Gubernur Jawa menarik dari gugatan perwakilan korban banjir
Barat sebagai Turut Tergugat, atas kerugian yang adalah adanya kerugian komunal akibat rusaknya
disebabkan oleh buruknya sistem peringatan dan fasilitas umum yang ada di Jakarta. Selain mengenai
penanggulangan bencana. Namun gugatan tersebut materi gugatan dan putusan, kasus banjir 2002 dan
ditolak. Putusan PN Jakpus tersebut juga dikuatkan 2007 menjadi refleksi bagi lembaga yudikatif atas
pada tingkat banding. Kemudian Tim Advokasi lambannya lembaga yudikatif dalam memproses
Banjir 2002 menempuh upaya kasasi, namun hingga perkara masuk.

53
2002-2006
Pembelaan Terhadap Aktivis Mahasiswa
Dibungkam dengan Pasal Penghinaan Presiden
S
ebelum dibatalkan Mahkamah Konstitusi, pasal-pasal Penghinaan Presiden di KUHP kerap digunakan
oleh rezim berkuasa untuk membungkam mereka yang menyampaikan pendapat atau ekspresinya,
baik secara lisan maupun tulisan. Monang Johanes Tambunan, Presidium Gerakan Mahasiswa
Nasional Indonesia, dan Fahrul Rohman, mahasiswa Universitas Nasional, adalah contoh dua orang korban
pembungkaman yang dikriminalisasi atas sikap kritis mereka.

54
Monang ditangkap pada tanggal 28 Januari yang diajukan penuntut umum sebagai alat bukti
2015 dalam sebuah aksi gabungan Liga Mahasiswa yang memberatkan, meskipun, pada saat itu, KUHAP
Nasional untuk Demokrasi (LMND), Front Mahasiswa tidak mengenal rekaman video sebagai bagian dari
Nasional (FMN), dan Aliansi Rakyat Bersatu (ARD). alat bukti.
Dalam orasinya, Monang mengkritisi 100 hari Begitu pula dengan Fahrul Rohman. Dalam
pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono kasus tersebut, Majelis Hakim mengesampingkan
yang dinilai tidak berhasil melaksanakan program- permintaan penasihat hukum untuk menghadirkan
programnya. presiden atau pihak pemerintahan yang merasa
Pada Juni tahun 2006, giliran Fahrul Rohman. Ia terhina atas perbuatan yang dilakukan oleh para
dituntut di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan terkait terdakwa.
orasi dalam unjuk rasa di depan Kampus Universitas Majelis hakim, akhirnya tetap menyatakan kedua
Nasional, Pasar Minggu pada 16 Juni 2006. Penuntut mahasiswa tersebut bersalah dan menjatuhkan vonis
Umum mendakwa Fahrul melakukan penghinaan masing-masing 6 bulan penjara. Putusan tersebut
terhadap Presiden SBY dan menuntutnya dengan seolah menjadi pesan dari majelis hakim pada masa
menggunakan Pasal 134 jo. 136 KUHP. Tragedi itu bagi masyarakat agar sama sekali tidak boleh
yang menimpa mereka adalah pelanggaran hak atas menyampaikan kritik apapun terhadap pemerintah
kebebasan berpendapat. atau Presiden.
LBH Jakarta melakukan pembelaan terhadap Meski telah terlanjur mengakibatkan banyak
Monang dan Fahrul. Dalam pembelaan, LBH Jakarta peristiwa pembungkaman, Pasal penghinaan
menyatakan pengadilan melanggar prinsip-prinsip Presiden akhirnya dibatalkan dan dinyatakan tidak
peradilan yang adil dan tidak memihak. Dalam kasus berlaku oleh Mahkamah Konstitusi pada tanggal 4
Monang, majelis hakim mengesampingkan keberatan Desember 2006.
penasehat hukum terkait penggunaan rekaman video

55
2003
Pembelaan Terhadap Buruh Migran,
Berujung pada Perubahan Kebijakan
P
ada Tahun 2003 ada sebuah persoalan buruh migran yang lebih dikenal dengan Tragedi Nunukan. Nunukan
dikenal sebagai gerbang Tenaga Kerja Indonesia (TKI)/Buruh Migran. Saat itu sekitar 300.000-an para buruh
migran dipulangkan dari Malaysia ke Indonesia melalui Nunukan karena dianggap masuk ke Malaysia secara
ilegal. Nunukan saat itu jumlah penduduknya baru 75.000-an. Terjadilah banyak permasalahan, karena tidak ada
penanganan yang serius dari Pemerintah.
56
Mereka hidup dengan sangat tidak layak. fasilitas dapur umum dibangun. Dari sisi hukum acara
Peristiwa ini akhirnya menggerakkan hati dan sendiri, mekanisme gugatan warga negara belum
solidaritas organisasi masyarakat sipil yang peduli dikenal dalam sistem hukum Indonesia. Gugatan
terhadap keberlangsungan hidup para buruh migran ini lebih banyak diadopsi oleh negara barat dengan
yang ditelantarkan oleh Pemerintah. Organisasi sistem hukum common law. Namun, melalui kasus ini,
masyarakat sipil seperti LBH Jakarta yang tergabung mekanisme tersebut telah diterima oleh Pengadilan.
dalam Tim Advokasi Tragedi Kemanusiaan Deportan Kebijakan lain yang muncul pasca gugatan ini
Buruh Migrant Indonesia di Nunukan ini akhirnya adalah UU No. 39 Tahun 2009 tentang Penempatan
mengajukan gugatan warga negara (Citizen Law Suit/ dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia. Dengan
CLS). lahirnya peraturan perundang-undangan ini,
Memang gugatan ini tidak dimenangkan di kewajiban Pemerintah lebih kuat dibandingkan
Pengadilan, namun banyak sekali perubahan sebelumnya yang sama sekali belum ada peraturan
kebijakan yang terjadi selama dan pasca gugatan perundang-undangan yang melindungi keberadaan
ini didaftarkan di Pengadilan. Beberapa perbaikan buruh migran kita.
seperti rumah sakit, tempat penampungan, dan

57
2003
Nani Nurani,
Penyanyi Istana Menggugat Negara
demi Persamaan di Muka Hukum
P
eristiwa tahun 1965 banyak melahirkan pelanggaran dan
penindasan, diantaranya Stigma yang begitu kuat, bahkan
kepada mereka yang sama sekali bukan anggota/simpatisan,
tidak tau dan tidak terlibat dengan PKI. Salah satu korban stigma
65 adalah Nani Nurani, seorang penyanyi di Istana Cipanas-Cianjur.
Ia dipenjara selama tujuh tahun tanpa proses peradilan, dan hingga
sekarang tidak memperoleh pemulihan dan rehabilitasi.
58
Belum selesai persoalan tersebut, pada tahun 2003 advokasi yang dilakukan bersama dengan LBH Jakarta
dimana ia berhak atas KTP seumur hidup mengingat dan juga Komnas HAM.
usianya yang sudah lanjut. Camat Koja-Jakarta Utara Tak berhenti disitu Pada Oktober 2011, ia kembali
tidak menerbitkan KTP seumur hidup baginya, namun mengajukan gugatan untuk mendapatkan pemulihan
hanya diperpanjang selama 5 (lima) tahun saja dan rehabilitasi terhadap Pemerintah di Pengadilan
dengan alasan bahwa Nani Nurani terlibat organisasi Negeri Jakarta Pusat. Namun, Majelis Hakim yang
terlarang. Untuk ini ia menggugat Pemerintah atas memeriksa perkara tersebut dalam amar putusannya
diskrimnasi yang diberikan. Bersama LBH Jakarta mengatakan bahwa Pengadilan tidak berwenang
Nani Nurani mengajukan gugatan ke Pengadilan mengadili gugatan ini karena seharusnya diajukan
Tata Usaha Negara Jakarta. Dalam amar putusannya, melalui Pengadilan Tata Usaha Negara karena yang
Majelis Hakim menilai bahwa tindakan Camat Koja digugat adalah Presiden sebagai Pejabat Negara.
yang tidak menerbitkan KTP seumur hidup atas Nani Bu Nani terus berjuang mendapatkan hak-haknya,
Nurani merupakan cacat hukum. Karena, Nani telah bukan sekedar melalui Gugatan Hukum, tapi juga
diputuskan bebas benuh oleh Komando Operasi konsolidasi korban/penyintas dan jalan budaya. Ia
Kemanan dan Ketertiban pada 1976 dan tidak ada bersama perempuan-perempuan penyintas lainnya
putusan pengadilan yang berkekuatan hukum tetap mendirikan paduan suara Wanodja Binangkit, mereka
yang menyatakan dirinya terlibat organisasi terlarang. sering diundang dalam berbagai penampilan, juga
Pada akhirnya, bu Nani berhasil mendapatkan KTP menginisiasi dan menyelenggarakan Pementasan
seumur hidupnya dari begitu panjangnya perjuangan Seni dan Budaya.

59
2003
Mengajukan Judicial Review UU Ketenagakerjaan,
diawal berdirinya Mahkamah Konstitusi.
K
elahiran Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2013 Buruh yang dituduh melakukan kesalahan berat tidak bisa
Tentang Ketenagakerjaan menuai kritik dan langsung di PHK, harus mendapatkan putusan Pengadilan
penolakan dari serikat buruh. UU ini dinilai tidak yang memiliki kekuatan hukum tetap (In Kracht).
dapat dilepaskan dari paket hukum perburuhan yaitu : Cukup banyak hambatan dan tantangan dalam
UU No. 21 Tahun 2000 Tentang Serikat Buruh/Pekerja dan konsolidasi dan proses pengajuan permohonan ini.
UU No. 2 Tahun 2004 Tentang Penyelesaian Perselisihan Berawal dari diskusi-diskusi informal, melibatkan langsung
Hubungan Industrial. Selain sebagai kelanjutan dari UU serikat-serikat pekerja, hingga para buruh bersama LBH
No.25 Tahun 1997 yang dikecam sangat keras oleh buruh, Jakarta berkeliling ke kantor-kantor serikat buruh untuk
Paket Perundangan ini bagian dari desakan pemodal dan mendapatkan dukungan dan tanda tangan. Cukup sulit,
utang luar negeri dari International Monetary Fund (IMF) mengingat di tahun 2003 tersebut ada perpecahan diantara
dan Bank Dunia melalui Letter Of Intent yang ditandatangani serikat buruh dalam menyikapi lahirnya UU No. 13 Tahun
Soeharto. Undang-Undang tersebut secara kasat mata 2003.
dirancang untuk menjawab kepentingan investor dan Permohonan ini selain menghasilkan putusan, juga
tuntutan ekonomi pasar bebas. menjadi pintu masuk untuk membangun aliansi dan
Tiga bulan setelah disahkan, Buruh-buruh memberikan konsolidasi. Permohonan diwakili oleh 37 pemohon yang
kuasa hukum ke LBH Jakarta untuk mengajukan Judicial berasal dari berbagai Serikat, Federasi, atau Konfederasi
Review ke Mahkamah Konstitusi dan teregister dalam Buruh. Walaupun MK hanya mengabulkan sebagian, tetapi
Perkara No. 012/PUU-I/2003. Setelah 11 bulan proses ada 2 hakim yang berpendapat bahwa Outsourcing harus
persidangan, pada tanggal 26 Oktober 2004 Mahkamah dihapuskan. MK diawal berdirinya menjadi harapan dan
Konstitusi mengabulkan sebagian permohonan, dan juga saluran yang signifikan dalam melakukan perubahan
menyatakan Pasal 158 UU No.13 Tahun 2003 Tentang hukum.
Ketenakerjaan beserta turunannya yang menyatakan bahwa

60
2004
PHK Massal Pekerja Hotel Indonesia
P
ada Tanggal 10 Maret 2004, Menteri Badan Anggota SP Hotel Indonesia, dalam perjalanannya
Usaha Milik Negara memberikan persetujuan yang terus bertahan untuk memperjuangkan haknya
Kerjasama Pengembangan PT. Hotel tinggal 11 orang. Pada Januari tahun 2013 LBH Jakarta
Indonesia & Inna Wisata dengan PT. Cipta Karya akhirnya mengajukan gugatan perselisihan hubungan
Bumi Indah. kerjasama tersebut dilakukan dengan industrial di Pengadilan Hubungan Industrial Pada
Pola Build (Bangun), Operate (Operasikan) dan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat. Gugatan para
Transfer (BOT). Atas Kerjasama tersebut dilakukan pekerja dapat dikabulkan oleh Majelis Hakim pada
Rasionalisasi atau Perampingan jumlah karyawan tingkat PHI. Isi putusan tersebut yang pada pokoknya
dan diberikan pesangon sebesar 1,5 Ketentuan Pasal memerintahkan pengusaha untuk membayarkan
156 UU Ketenagakerjaan Nomor 13 Tahun 2003. upah dan THR serta yang paling penting adalah
Dengan Tawaran ini sebanyak± 848 (delapan ratus perintah pengadilan kepada pengusaha untuk
empat puluh delapan) Pekerja menerima penawaran mempekerjakan kembali para pekerja. Tetapi
Pemutusan Hubungan Kerja tersebut. Sisanya yakni, Mahkamah Agung kemudian membatalkan putusan
sebanyak ±267 (dua ratus enam puluh tujuh) pekerja ini, dan menolak gugatan. Mereka pun mengajukan
menolak penawaran Pemutusan Hubungan Kerja upaya hukum peninjauan kembali.
tersebut; Konsistensi perjuangan para pekerja yang berani
Pekerja yang menolak PHK mengajukan upaya dan militan dalam menuntut hak-hak mereka yang
perundingan pada Tanggal 04 Mei 2004 di Dewan dilindungi oleh Undang-Undang. Semangat mereka
Perwakilan Rakyat, Senayan, Jakarta. Hasil kesepakatan yang ingin bekerja kembali menjadi pelajaran
tersebut sebanyak ± 214 Pekerja menerima penting bagi kasus-kasus pekerja yang lain karena
Pemutusan Hubungan Kerja. Sisanya dari ±53 orang hal itu bentuk pemulihan terhadap pelanggaran hak
menolak PHK yang ditawarkan Perusahaan Tersebut, atas pekerjaan mereka.
ke 53 Orang tersebut merupakan Pengurus dan

61
2004
Warga Bojong-Bogor,
Menolak Pembangunan Tempat Pembuangan Sampah Akhir,
Dikriminalisasi, hingga kemudian Dibatalkan Pembangunannya.
62
P
ada awalnya, sekitar tahun 2001 Warga mendatangkan truk-truk berisikan sampah.
Bojong-Bogor di minta persetujuan Bentrok ini mengakibatkan 5 (lima) warga Bojong
pembangunan Pabrik Keramik oleh PT. Wira terkena tembakan peluru tajam Polisi. Selain itu
Guna Sejahtera, tetapi izin tersebut disalahgunakan banyak warga yang di pukul dengan senjata lars
kemudian menjadi Pabrik Tempat Pembangunan panjang, ditendang memakai sepatu lars, dicekik,
Sampah terpadu menggantikan Bantar Gebang- ditampar dan diinjak-injak, serta dijambak rambutnya
Bekasi. Warga menolak karena tidak ingin daerahnya yang mengakibatkan warga memar-memar.
seperti di Bantar Gebang dimana fakta membuktikan Beberapa warga ditangkap kemudian dibawa ke
bahwa pencemaran lingkungan yang terjadi di lokasi TPST dan mendapat perlakuan penyiksaan
TPA Bantar Gebang mencapai radius 7 km. Warga dengan tangan terikat dan posisi tubuh terlungkup.
mendirikan paguyuban bernama Forum Komunikasi Tak berhenti di situ, setelah kejadian tersebut Polisi
Masyarakat Peduli Lingkungan. dan Brimob melakukan penyisiran, penangkapan dan
Penolakan dilakukan oleh warga melalui berbagai penggeledahan yang dilakukan dengan cara-cara
upaya hukum dan juga melakukan aksi-aksi ke kekerasan.
lembaga yang terkait. Warga mengungkapkan LBH Jakarta bersama Tim Advokasi Warga
berbagai kejanggalan-kejanggalan terkait pemalsuan Bojong (Walhi, Walhi Jakarta, PBHI, YLBHI, KontraS),
data dan dugaan kuat adanya Korupsi dan Suap. TAPAL, AGRA, SPR, APHI, dan HUMA) mendampingi
Kapolwil Bogor pun menjanjikan bahwa masalah warga, mengajukan gugatan Pra Peradilan, dan juga
Tempat Sampah adalah status quo dan ditunda mendampingi yang didakwa di Pengadilan karena
hingga sampai ada penyelesaian. Tapi pihak tuduhan perusakan. Warga diputus bersalah dan
perusahaan dengan dukungan dari pemerintah diberikan hukuman 5 (lima) bulan. Tetapi perjuangan
memaksakan dioperasikannya TPST Bojong tersebut. Warga berhasil, Pembangunan Tempat Pembuangan
Akhirnya timbul bentrokan antara aparat dengan Sampah tersebut dibatalkan dan ditutup untuk
warga bojong yang berupaya menghentikan upaya selamanya.

63
2005
Korban Stigma 65 mengajukan Gugatan Class Action
U
paya pemberangusan PKI pasca Peristiwa Gerakan 30 September 1965/G30S
menimbulkan banyak masalah. Stigma kepada mereka baik yang terlibat sebagai
pengurus, anggota, atau simpatisan PKI ataupun kepada orang-orang yang sama sekali
tidak terlibat menimbulkan penderitaan yang berkepanjangan.

64
Banyak Pegawai/pekerja tiba-tiba diberhentikan/ Pengadilan Negeri Jakarta Pusat bersama LBH Jakarta.
PHK Sepihak, tanpa tunjangan, dihambat jenjang Korban Stigma 65 diperkirakan berjumlah 20.000.000
kepangkatan, tanpa gaji, dan tanpa pesangon. (dua puluh juta) orang. Mereka menggugat
Keturunan mereka sangat sulit melamar pekerjaan Negara, Presiden Megawati, Presiden Abdurrahman
baik di instansi pemerintah, BUMN atau swasta. Wahid, Presiden BJ. Habibie, dan Soeharto sebagai
Para Veteran pun dihambat pemberian tanda jasa Pangkostrad, Pangkobkamtib, kemudian Presiden RI.
dan tunjangan. Dalam dunia pendidikan, banyak Pengadilan Negeri Jakarta Pusat memutuskan
yang tidak dapat mengikuti jenjang pendidikan dan tidak berwenang memeriksa dan mengadili gugatan
dikeluarkan dari sekolah. Tanah, bangunan dan rumah ini dan menyatakan gugatan tidak dapat diterima.
pun dirampas dan tidak dikembalikan. Akibat stigma Pengadilan Tinggi DKI Jakarta juga memperkuat
ini juga banyak dipenjara tanpa proses peradilan, putusan PN Jakarta Pusat tersebut.
di dalam penjara mereka kesulitan mendapat akses Proses Gugatan ini menunjukkan bahwa hukum
kesehatan dan kunjungan dokter. Para seniman yang yang ada dan diproduksi selama ini tidak netral,
distigma karya dan kreasinya dihancurkan, dilarang, menjadi legitimasi pelanggaran hak asasi manusia.
dirampas dan tidak lagi bisa mengeluarkan pemikiran Tetapi proses gugatan menjadi ajang konsolidasi
dan karya seninya. para korban, dari berbagai tempat, profesi, dan latar
Para Korban, baik perseorangan maupun belakang. Korban dari berbagai penjuru datang dan
kelompok, berulangkali memohon rehabilitasi hak- bisa bertemu, bersuara dan saling menguatkan.
hak mereka ke semua pihak, instansi pemerintahan, Selain itu surat dari Mahkamah Agung, DPR RI, dan
lembaga tinggi Negara, bahkan Presiden, tetapi juga Komnas Ham yang meminta Presiden agar
semua tidak mendapatkan respon. Akhirnya para memberikan pemulihan juga sebuah pencapaian
korban pun memilih menggunakan jalur hukum yang baik.
dengan mengajukan Gugatan Class Action ke

65
2005
Penggusuran Areal Tanah Abang (Pemukiman & PKL – Sogo Jongkok)

P
ada tahun 1978, di daerah Tanah Abang pedagang Sogo Jongkok dapat berjualan. Izin ini
tepatnya Kelurahan Kampung Bali ada sekitar dikerluarkan bertepatan dengan krisis ekonomi yang
850 pedagang yang berjualan hanya pada menyebabkan banyak pemutusan hubungan kerja.
hari Minggu saja. Di tahun tersebut muncul sebuah Pada tahun 2005, Walikota Jakarta Pusat Muhayat
nama yang sampai hari ini masih kita dengar yaitu memutuskan untuk menutup saja lokasi perbelanjaan
Sogo Jongkok. Istilah ini lahir karena produk yang ini. Mereka dianggap sudah menyalahi aturan.
ditawarkan seringkali merupakan barang ekslusif Permasalahan ini dibawa oleh Asosiasi Pegagang
seperti yang dijual pada pusat perbelanjaan mewah Sogo Jongkok ke LBH Jakarta. Bersama LBH Jakarta,
Sogo yang lokasinya bertetangga. Asosiasi Pedagang Sogo Jongkok melakukan banyak
Selama berjualan disana, para pedagang kerap serangkaian aksi untuk memperjuangkan hak atas
membayar retribusi sebesar Rp. 3.000,- (tiga ribu penghidupan yang layak bagi mereka dengan
rupiah) kepada beberapa oknum. Seiring berjalannya meminta Pemerintah tetap mengijinkan mereka
waktu, para pedagang semakin bertambah banyak untuk tetap berdagang, bukan hanya untuk warga
sehingga membuat arus lalu lintas di jalan tersebut lokal tetapi juga warga lain yang bukan penduduk
semakin padat. Di tahun 1997, Walikota Jakarta Kampung Bali.
Pusat mengeluarkan izin sementara agar para

66
2005-2014
Pendampingan terhadap Kasus-kasus Ahmadiyah:
Intoleransi dan Diskriminasi yang Dibiarkan oleh Negara

J
emaat Ahmadiyah Indonesia (JAI) merupakan tensi kekerasan yang diterima setelah pada tahun 2005
organisasi keagamaan yang telah terdaftar di MUI kembali mengeluarkan Fatwa penegasan. Pasca
Kementerian Kehakiman sejak tahun 1953. Telah diterbitkannya fatwa MUI tersebut, Kekerasan melonjak
hidup dan berkembang sejak sebelum Indonesia merdeka tajam dan tersebar di berbagai penjuru nusantara.
hingga kemudian menjadi ramai pada tahun 2000-an. Penyebaran kebencian dan konsolidasi massa untuk
Ahmadiyah telah dicap sesat pada tahun 1985 oleh menyerang Jemaat Ahmadiyah terjadi dengan sistematis
Majelis Ulama Indonesia, tetapi naik dan menjadi tinggi dan meluas.

67
Ada beberapa kasus dimana LBH Jakarta di Pengadilan Negeri Serang. LBH Jakarta menjemput
mendampingi langsung dan juga melakukan upaya dan mengevakuasi korban dan juga mendampingi
hukum atas kekerasan tersebut. Diantaranya peristiwa Pak Deden yang dikriminalisasi.
penyerbuan Kampus Mubarak di Parung Kabupaten Bukan hanya kekerasan tapi juga diskriminasi,
Bogor pada bulan Juni 2005. Amin Djamaluddin dan pada Tahun 2013 Pemerintah Kota Bekasi, melakukan
Abdurrahman Assegaf merupakan aktor sentral dalam Penyegelan dan Pengesengan Masjid, sehingga
penyerbuan yang melibatkan ribuan orang di Parung. membuat pengikut JAI tidak dapat melaksanakan
Kepolisian Resor Bogor melakukan evakuasi paksa ibadahnya. Atas tindakan ini LBH Jakarta menjadi kuasa
terhadap ratusan anggota JAI yang saat itu sedang hukum menggugat di Pengadilan Tata Usaha Negara
mengadakan pertemuan tahunan dan bertahan Bandung. Di PTUN Surat Keputusan Pengesengan
di dalam Kampus. Tidak lama setelah peristiwa dibatalkan, tetapi dianulir oleh Pengadilan Tinggi
tersebut, beberapa pimpinan Daerah Kabupaten yang menolak Gugatan dan dikuatkan oleh Putusan
Bogor mengeluarkan Surat Pernyataan Bersama (SPB) Mahkamah Agung.
yang pada intinya melarang kegiatan Ahmadiyah di Hingga saat ini, JAI masih terus mengalami
wilayah Kabupaten Bogor. Bersama dengan beberapa tindakan intoleransi dan diskriminasi. Ironisnya,
Advokat lain dari kantor hukumAdnan Buyung tindakan tersebut seolah dilegitimasi dengan
Nasution & Partners, YLBHI, dan LBH Bandung, LBH adanya fatwa MUI dan juga kebijakan-kebijakan dari
Jakarta mewakili JAI untuk menggugat SPB tersebut pemerintah daerah dan pusat yang membatasi hak
di PTUN Bandung. beragama. Institusi penegak hukum juga melegitimasi
Menyusul peristiwa tersebut, kasus kekerasan pelanggaran hak terhadap JAI, ditandai dengan
terhadap JAI kembali terjadi pada Oktober 2010 di putusan-putusan pengadilan yang menolak gugatan
Cisalada, Ciampea, Kabupaten Bogor. Dusun yang JAI atas diskriminasi yang dialami oleh mereka,
mayoritas dihuni oleh para anggota JAI, diserbu, terus melakukan tindakan pengkriminalan terhadap
dibakar dan dijarah oleh masyarakat yang tinggal di anggota JAI, dan menjatuhkan hukuman yang ringan
sekitar dusun. LBH mendampingi seorang anggota terhadap para pemicu konflik dan pelaku kekerasan
jemaat dikriminalisasi karena melakukan perlawanan. sesungguhnya terhadap kelompok JAI.
LBH Jakarta juga mendampingi JAI pasca peristiwa Tidak ada satupun mekanisme pemulihan yang
penyerbuan di Cikeusik, Pandeglang, Banten. efektif yang tersedia bagi anggota JAI yang menjadi
Peristiwa ini menyebabkan 3 anggota JAI meninggal korban intoleransi dan diskriminasi. Negara memilih
dan 6 (enam) orang luka parah. Salah seorang korban diam.
luka, Deden Sujana, malah dikriminalisasi dan dituntut
68
2005-2006
Pendampingan terhadap Lia “Eden” Aminuddin dan Abdurahman
Sallamullah (Eden), Beribadah di Balik Jeruji Penjara

L
ia “Eden” Aminuddin, pimpinan komunitas keagamaan “Kerajaan Tuhan Eden”. Pada tahun 1997, Lia mengaku
mendapat pencerahan bahwa dirinya adalah jelmaan malaikat Jibril yang membawa pesan-pesan Tuhan. Kemudian
ia mendirikan Komunitas Salamullah . Majelis Ulama Indonesia kemudian merespon dengan menerbitkan fatwa
sesat. Fatwa ini kemudian memicu berbagai bentuk pelecehan, intimidasi, dan bahkan serangan fisik dari berbagai
kelompok masyarakat.
69
Pada, 2006 mereka menjadi sasaran kebencian Menteri Dalam Negeri, dan Jaksa Agung, telah
dan intimidasi dari ratusan orang yang berkerumun di dilakukan terlebih dahulu. Prosedur ini tidak pernah
luar pusat perkumpulan. Ironisnya, Polda Metro Jaya ditempuh. Pengadilan terlihat tidak fair, Majelis
malah membubarkan kegiatan komunitas, menahan hakim di persidangan lebih cenderung menghakimi
dan menetapkan Lia Eden sebagai tersangka atas keyakinan Lia Eden melalui pemeriksaan ajaran
tindak pidana penodaan agama. Ini disayangkan, yang dibawanya, bahkan membiarkan keterangan
karena seharusnya negara melindungi setiap warga Amin Djamaluddin yang memiliki potensi konflik
negara dari ancaman kekerasan yang disebabkan kepentingan, oleh karena ia merupakan pelapor yang
oleh kelompok masyarakat manapun. Kriminalisasi sekaligus menjadi ahli di dalam persidangan kasus ini.
pun dilakukan terhadap Muhammad Abdul Rachman, Dengan kondisi peradilan yang tidak adil tersebut, Lia
salah satu anggota Komunitas. Eden akhirnya divonis 2 tahun penjara. Di Pengadilan
LBH Jakarta – bersama beberapa Advokat lain Negeri Abdurrahman diputus bebas, tetapi
yang tergabung dalam Koalisi Pembela Kebebasan Mahkamah Agung, pada tahun 2008, menjatuhkan
Beragama (KPKB) – segera melakukan pendampingan vonis 3 tahun penjara kepada Eden. Pemidaanaan
hukum mulai dari tahap penyidikan hingga tahap pun berulang Pada Lia Eden dan Pengikutnya.
persidangan. Pada Juni 2009, Pengadilan Negeri Jakarta Pusat
Di persidangan, Penasihat Hukum mengajukan kembali menjatuhkan vonis 2 tahun 6 bulan kepada
keberatan (eksepsi). Penasihat Hukum menyatakan Lia Eden, atas perbuatannya mengirimkan risalah
bahwa perbuatan Lia Eden merupakan hak atas wahyu Tuhan ke empat pejabat Negara diantaranya
kemerdekaan beragama yang dijamin oleh Konstitusi Presiden dan pihak Kepolisian. Penegak hukum tak
dan peraturan perundang-undangan – sehingga belajar bahwa penghukuman berulangkali terhadap
tidak ada sedikitpun unsur kesalahan di dalam Lia Eden dan pengikutnya adalah sebuah pembuktian
perbuatannya. Penasihat Hukum juga menilai bahwa bahwa keyakinan seseorang tidak dapat dibatasi
dakwaan prematur. Karena penuntutan atas penodaan dalam keadaan apapun dan seharusnya tidak dipidana
Agama hanya bisa dilakukan apabila prosedur karena kemerdekaan beragama dan berkeyakinan
pemberian peringatan bersama oleh Menteri Agama, merupakan Hak Asasi Manusia.

70
2006
Mendampingi Warga Rumpin, Terancam Terusir & Berkonflik TNI AU
K
onflik antara warga Rumpin, Bogor, dengan warga. Akibatnya ratusan warga terpaksa keluar
Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara dan mengungsi dari desa mereka. Beberapa bulan
(TNI AU) bermula pada tahun 2006. Pihak kemudian, TNI AU kembali melakukan penyerobotan
TNI AU secara sewenang-wenang mengklaim tanah pemukiman dan kebun warga seluas 24 Ha
kepemilikan tanah seluas 1000 Hektar (Ha) yang dengan melakukan intimidasi terhadap warga.
sudah ditempati oleh warga secara turun temurun Intimidasi, penyerobotan lahan terus berlanjut
sejak tahun 1958, ini akan berdampak pada 12.000 sampai sekarang. Di 2009, TNI AU kembali
warga yang mendiami satu desa. Penyerobotan lahan mengganggu warga dengan membuat lapangan
yang dilakukan TNI AU dilakukan dengan dalih akan latihan tembak yang lokasinya sangat berdekatan
membangun fasilitas latihan water training yang dengan perkampungan warga Desa Malahpar dan
direncanakan melakukan pengerukan sawah dan Cibitung. Di 2010, TNI AU kembali menggunakan
penambangan pasir di wilayah lahan milik warga. tanah warga dengan sewenang-wenang dengan
Tindakan tersebut langsung mendapat perlawanan melakukan penanaman pohon sengon di atas tanah
dari 2 orang warga desa, yaitu Rumpin dan Surita, warga Kampung Malahpar seluas 2400 m2.
yang melakukan aksi pemblokiran jalan keluar- Atas tindakan sewenang-wenang yang dilakukan
masuk desa sebagai bentuk protes terhadap TNI AU. oleh TNI AU, LBH Jakarta bersama Jaringan, terus
LBH Jakarta bersama jaringan seperti KontraS, Agra, melakukan pendampingan bagi warga agar berdaya
dan Walhi kemudian mendampingi warga untuk di dalam membela hak-hak mereka. Secara rutin
menghadapi kesewenang-wenangan yang menimpa warga berdiskusi dengan LBH Jakarta tentang hak
mereka. warga Negara, perlindungan warga Negara, hak atas
Konflik memuncak pada Januari 2007. Saat tanah dan tempat tinggal serta kewajiban Negara
ratusan pasukan TNI AU menerobos masuk Desa terhadap warga negaranya. Warga hingga kini masih
Cibitung melakukan sweeping dan penangkapan bertahan dan terus mendiami tanah yang merupakan
terhadap warga. Peristiwa tersebut juga diwarnai hak milik mereka sendiri.
dengan aksi pemukulan dan penembakan terhadap
71
2006
Menggugat dan Mendorong Perubahan Kebijakan Ujian Nasional
R
atusan Ribu Siswa SMP dan SMA pada tahun 2006 Negeri Jakarta Pusat mengabulkan gugatan Ujian Nasional
tidak lulus Ujian Nasional (UN) karena kesalahan sistem dengan menyatakan bahwa Pemerintah “telah lalai dalam
yang dibuat pemerintah. Pelaksanaan UN yang sangat memberikan pemenuhan dan perlindungan Hak Asasi Manusia
diskriminatif, rawan kecurangan mengakibatkan kerugian terhadap warga negaranya yang menjadi korban Ujian Nasional (UN),
terutama bagi peserta didik. Hasil belajar peserta didik selama khususnya pada hak atas pendidikan dan hak-hak anak”. Pengadilan
tiga tahun penuh, hanya diukur berdasarkan ujian yang hanya memerintahkan kepada Pemerintah untuk meningkatkan
berlangsung selama tiga hari. Tentunya, hal ini merupakan kualitas guru, kelengkapan sarana dan prasarana sekolah,
bentuk kelalaian pemerintah di dalam membentuk sistem menyediakan akses informasi yang lengkap di seluruh daerah
pendidikan yang adil bagi para peserta didik dan berpotensi di Indonesia, mengambil langkah-langkah konkret untuk
melanggar hak siswa atas pendidikan. mengatasi ganguan psikologi dan mental peserta didik dalam
Akibat pelaksanaan UN, tidak sedikit peserta didik yang usia anak akibat penyelenggaraan UN, dan juga memerintahkan
terhambat aksesnya ke pendidikan tinggi, mengalami gangguan kepada untuk meninjau kembali Sistem Pendidikan Nasional.
kejiwaan, hingga melakukan tindakan ekstrim, seperti bunuh Putusan Pengadilan Jakarta Pusat tersebut juga dikuatkan oleh
diri. Ironisnya, banyak peserta didik yang sesungguhnya Pengadilan Tinggi dan Mahkamah Agung.
memiliki prestasi gemilang, seperti juara olimpiade ilmiah, Upaya advokasi yang panjang bersama seluruh pihak juga
hingga telah diterima di universitas-universitas bergengsi, baik berhasil membuat pemerintah mengubah kebijakan Ujian
di dalam maupun di luar negeri, tetap dinyatakan tidak lulus Nasional. Pada tahun 2010 UN tidak lagi menjadi satu-satunya
Ujian Nasional. UN menjadi ajang memupuk kecurangan dan penentu kelulusan bagi peserta didik. Kelulusan ditentukan
ketidakjujuran bagi Sekolah dan Siswa. dengan mempertimbangkan capaian seluruh mata pelajaran,
. LBH Jakarta kemudian bersama dengan Tim Advokasi keterampilan, maupun sikap dan perilaku siswa selama duduk
Korban Ujian Nasional (TeKUN) mendampingi dan mewakili di bangku sekolah. Perubahan pun berlanjut, pada tahun 2015,
para pemerhati, aktivis, pendidik, dan orang tua murid dari UN kemudian tidak lagi menjadi alat untuk penilaian kelulusan,
korban UN mengajukan gugatan Citizen Law Suit terhadap dan dapat diulang lewat ujian perbaikan pada tahun berikutnya.
Pemerintah Republik Indonesia.Selain mengajukan gugatan Pemerintah berencana menjadikan UN sebagai pemetaan
Tim Advokasi juga gencar melakukan pemberdayaan hukum kondisi serta kompetensi daerah dan sekolah. Bukan sekedar
kepada siswa-siswi peserta Ujian Nasional dan juga aksi- perubahan kebijakan, gugatan ini semakin mengukuhkan
aksi kampanye untuk menuntut Pemerintah agar segera pengakuan mekanisme Gugatan Warga Negara (Citizen Law
membatalkan pelaksanaan Ujian Nasional. Suit) dalam sistem peradilan.
72 Perjuangan berbuah manis, Majelis Hakim pada Pengadilan
2006
Mendampingi Supir Angkot Doyok

M
oda transportasi DKI Jakarta yang beraneka wilayah tersebut.
ragam menjadi salah satu daya tarik Permasalahan ini akhirnya dibawa oleh Paguyuban
bukan hanya bagi warga lokal tetapi juga Angkot Doyok ke LBH Jakarta karena bukan saja
internasional. Moda transportasi unik yang sering karena trayek yang dijanjikan Pemerintah tidak ada
digunakan oleh warga DKI Jakarta adalah angkutan namun juga karena para sopir angkot Doyok yang
kota (Angkot). Di Selatan Jakarta ada sebutan untuk mobilnya ditarik oleh Dealer tidak pernah menerima
angkutan kota dengan sebutan Angkot Doyok. salinan Perjanjian Kredit antara mereka dengan
Angkutan ini sudah beroperasi sejak tahun 90- pihak Bank. LBH Jakarta bersama dengan Paguyuban
an ini, pada tahun 2005 Pemerintah DKI Jakarta Angkot Doyok sempat melaporkan dugaan tindak
berencana mengganti dengan kendaraan baru pidana penipuan terkait denga proyek peremajaan
karena dinilai sudah tidak layak. Para pemilik yang angkota kota di kawasan Pondok Labu Jakarta Selatan
saat itu trayeknya adalah Pondok Labu-Pasar Jumat yang diduga melibatkan pihak CV Samarantu, Bank
menyambut baik program tersebut dengan catatan Yudha Bhakti dan Dinas Perhubungan Kotamadya
agar trayek mereka diperpanjang. Jakarta Selatan.
Pemerintah DKI Jakarta melalui Sudin Perhubungan Buntut dari kasus ini LBH Jakarta bersama
Jakarta Selatan mengatakan bahwa perpanjangan Paguyuban Angkot Doyok berhasil membawa masalah
trayek akan diberikan. Namun, setelah para supir ini ke meja hijau dengan\dipidananya Pimpinan CV
menyanggupi program tersebut dan membentuk Samarantu selama 1 tahun 6 bulan karena dianggap
Koperasi untuk pengajuan Aplikasi Permohonan terbukti secara sah dan meyakinkan melakukan tindak
Kredit mobil baru, trayek yang telah dijanjikan pidana penipuan melaui Putusan Pengadilan Negeri
tersebut tidak pernah ada. Bahkan malah muncul Jakarta Selatan No. 355/PID.B/2009/PN.Jkt.Sel.
angkot dari daerah Tangerang yang beroperasi di

73
2006
Kriminalisasi Nahkoda di Kawasan Nelayan Selosindang
W
arsidi adalah nahkoda dan ahli kapal nelayan Selosindang kemudian datang kepada LBH
yang diminta bantuan oleh Paguyuban Jakarta.
Masyarakat Selosindang, Tangerang LBH Jakarta menemukan banyak pelanggaran
untuk membantu mengoperasikan kapal yang dibuat terhadap prinsip-prinsip peradilan yang adil dan tidak
atas kerjasama masyarakat dengan United Nations memihak. Penahanan melebihi batas waktu, Penuntut
Development Program (UNDP) terkait pemberdayaan Umum menggunakan KUHP, bukan Undang-Undang
masyarakat miskin. Pembuatan kapal tersebut Perikanan. Aparat penegak hukum juga merekayasa
dilakukan secara kolektif oleh paguyuban mulai dari fakta dengan menuduh Warsidi melakukan pencurian
proses perakitan sampai dengan pengurusan izin. ikan, ketika apa yang ia lakukan sesungguhnya adalah
Kapal tersebut diberi nama Kapal Motor (KM) Putra melakukan uji coba kapal agar dapat lekas digunakan
Banten. dalam keadaan baik oleh 257 orang nelayan miskin
Masyarakat kemudian melakukan uji coba kegiatan di kawasan Selosindang untuk meningkatkan mata
di laut, untuk memastikan bahwa kapal berfungsi pencahariannya. Bahkan Aparat membuat surat
dengan baik. Setelah uji coba, Warsidi menilai masih penahanan palsu yang telah diberi tanggal mundur
banyak terdapat kelemahan. Atas kesepakatan warga, untuk menjustifikasi tindakannya.
Warsidi diminta untuk memperbaiki kinerja kapal di Sayangnya, majelis hakim Pengadilan Negeri
Pelabuhan Muara Angke. Jakarta Utara tidak menegakkan kebenaran dengan
Pada tanggal 13 Januari 2015, KM Putra Banten menjatuhkan hukuman pidana penjara 5 bulan 15
sedang melakukan ujicoba perairan di Kepulauan hari dan denda sebesar 2 juta Rupiah subsidair 1
Seribu. Ketika sedang berlayar dan dinahkodai oleh bulan kurungan. Pengadilan Tinggi DKI Jakarta pun
Warsidi, ditangkap dan ditahan oleh TNI AL. Warsidi menguatkan putusan tersebut. Kasus yang dialami
dituduh melakukan penangkapan ikan tanpa dokumen oleh Warsidi menjadi pelajaran bahwa hukum saat
yang sah. Meski sudah berupaya menjelaskan duduk ini masih dijadikan alat kesewenang-wenangan untuk
perkaranya, TNI AL tetap memproses peristiwa menindas masyarakat miskin.
tersebut sampai tahap pengadilan. Perwakilan
74
2007-2009
Warga Padarincang – Serang Menolak Pabrik Aqua-Danone
P
ada tahun 2007, warga Kecamatan membentuk Gerakan Rakyat Anti Pembangunan
Padarincang, Kabupaten Serang, yang Pabrik Aqua Danone (GRAPPAD). Pada aksi besar
terdiri dari 14 desa, menghadapi ancaman pertamanya, warga berhasil mengumpulkan puluhan
kehilangan sumber air. Ancaman tersebut datang ribu warga untuk menduduki kawasan pembangunan
dari perusahaan Aqua-Danone yang berencana untuk pabrik. Warga juga melanjutkan advokasinya dengan
membangun sebuah pabrik air di daerah tersebut. dengan mendatangi Kedutaaan Besar Perancis dan
Pada tahap perencanaan, pembangunan tersebut Kantor Kementrian Lingkungan Hidup di Jakarta
telah mengubah 100 hektar sawah yang subur di untuk meminta pertanggungjawaban atas potensi
Padarincang untuk dikonversi menjadi sumur arthesis pelanggaran yang akan dilakukan oleh perusahaan
penghasil air. Demi memuluskan rencana tersebut, besar dari negara tersebut. Seluruh proses advokasi
Danone hanya akan mengambil air permukaan. tersebut dilakukan dengan pendampingan LBH
Tetapi, kemudian, warga mendapatkan fakta bahwa Jakarta.
Danone akan mengambil air bawah tanah dengan LBH Jakarta juga menjadi penyambung warga
pengeboran sedalam 800 meter. Apabila rencana dengan berbagai lembaga negara untuk melakukan
tersebut berhasil dilaksanakan, 6200 hektar sawah di proses advokasinya, misalnya Komisi Nasional
Padarincang akan terancam kekeringan dan menjadi Hak Asasi Manusia dan Ombudsman. Berkat
tidak produktif lagi. Demi membela hak-hak warga, pendampingan LBH Jakarta, warga juga mendapatkan
LBH Jakarta bersama Jaringan hadir di Padarincang dukungan dari kedua lembaga negara tersebut.
untuk melakukan pemberdayaan dan pendidikan Kerja keras warga Padarincang berbuah manis.
hukum, terutama pengembangan kapasitas warga Berkat aksi-aksi yang mereka lakukan, Danone,
terkait langkah advokasi memperjuangkan haknya melalu PT. Tirta Investama selaku perwakilannya di
untuk mendapatkan lingkungan yang sehat dan layak. Indonesia, mengeluarkan pernyataan media bahwa
Aksi penolakan kemudian digagas oleh warga manajemen perusahaan memutuskan untuk tidak
Padarincang. Warga mempersiapkan rencana aksi membangun pabrik di daerah Padarincang dan
untuk menolak pembangunan pabrik tersebut dengan mengalihkan bisnisnya di daerah lain.
75
2009
Rekayasa Kasus : SR alias “Koko”, mengalami penyiksaan dan salah
tangkap, mendapatkan pendampingan hukum dan dinyatakan Bebas
S
R, anak berusia 15 tahun setiap dini hari harus hukum, LBH Jakarta melakukan tindakan cepat. Sehari
berangkat ke Pasar Citayam atau Bojong Gede setelah mendatangi Polsek, tahanan SR dititipkan ke
- Bogor berjualan plastik membantu orang ruang tahanan Polsek Cimanggis yang memiliki ruang
tua. Sekitar Juni 2009 ia dilaporkan tetangganya yang tahanan anak. LBH Jakarta juga segera melaporkan
kehilangan barang-barang akibat pencurian. Awalnya kejadian ini ke Propam POLRI, KPAI, dan Kompolnas.
ia dan Ibunya beritikad baik memenuhi panggilan Sempat mengajukan Pra Peradilan, tetapi digugurkan
Polsek Bojong Gede sebagai saksi. Sesampainya di karena siasat mempercepat sidang pokok perkara,
Kantor Polisi, SR justru langsung ditangkap, diperiksa, Jaksa menyerahkan berkas penuntutan pada hari
dan ditahan tanpa didampingi orang tua, petugas yang sama dengan pelimpahan dari Penyidik ke Jaksa
bapas atau penasihat hukum atas tindakan yang tidak Penuntut Umum.
diketahuinya sama sekali. Setelah melalui rangkaian persidangan tertutup,
SR ditahan diruang tahanan Kepolisian bersama hakim tunggal pada PN Cibonong Suparman, S.H.,
dengan orang dewasa selama 6 hari. Pada saat M.H. memutuskan SR Bebas, tidak bersalah dan
proses pemeriksaan, SR mengalami penyiksaan tidak terbukti terlibat. SR pun berhak atas rehabilitasi
yang luar biasa, ia di pukul, ditampar, dijenggut, dengan memulihkan kemampuan, kedudukan, dan
dipaksa menggit sendal dan disundut rokok. Tidak harkat serta martabatnya. Jaksa mengajukan Kasasi,
kuat menahan tekanan dan siksaan akhirnya sang tetapi Mahkamah Agung tidak menerima Kasasi
anak terpaksa mengikuti skenario yang dibuat tersebut. SR kemudian mengajukan gugatan ganti rugi
penyidik. Beberapa hari kemudian pelaku sebenarnya ke PN Cibinong dengan menggunakan mekanisme
tertangkap, tetapi Kepolisian terus memaksakan Perbuatan Melawan Hukum. Tetapi gugatan ini
menahan dan meneruskan penyidikan. ditolak karena bukan gugatan Pra Peradilan.
Mendapat pengaduan dan permohonan bantuan

76
2009
Kriminalisasi Janda Pahlawan karena persoalan Rumah Negara

77
N
y. Soetarti Soekarno (78), Ny. Rusmini yang dilakukan Jaksa Penuntut Umum. Selain
Kusaini (78 tahun), Ny. Timoria BR menghadirkan saksi, LBH Jakarta juga menghadirkan
Manurung (78 tahun) sejak tahun 60-an, ahli tentang perumahan Panangian Simanungkalit dan
bertempat tinggal di Komplek Perum Pegadaian, ahli hukum Pidana Rudy Satrio Mukantardjo. Majelis
Jakarta Timur. Menempati rumah suaminya yang Hakim pada Pengadilan Negeri Jakarta Timur yang di
merupakan pensiunan Pegawai Pegadaian. Nenek Ketuai Djumati memutuskan mereka lepas dari segala
Soetarti dan Nenek Rusmini merupakan janda tuntutan hukum (ontslag van alle rechtsvervolging),
dari pahlawan yang telah diberi penghargaan dan dan mereka berhak atas rehabilitasi dengan
tanda jasa oleh pemerintah karena merupakan memulihkan hak Terdakwa dalam kemampuan,
tentara pelajar yang terlibat dalam berbagai perang kedudukan, dan harkat serta martabatnya. Disamping
mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Sesuai langkah litigasi, LBH Jakarta membantu memfasilitasi
dengan Peraturan Pemerintah tentang Rumah Negara terbentuknya Aliansi Penghuni Rumah Negara yang
yang memperbolehkan pengalihan hak rumah dinas melakukan serangkaian aksi, demonstrasi, serta
dengan cara sewa beli namun ditolak, mereka pun upaya non litigasi lainnya.
menggugat di Pengadilan Tata Usaha Negara. Kriminalisasi terhadap para penghuni rumah
Mereka ditetapkan tersangka dengan tuduhan Negara menjadi alat bagi puluhan kasus lainnya
melakukan penyerobotan lahan/tanah orang lain dan seperti Perumahan Negara PT. Angkasa Pura, PT.
menempati rumah yang bukan haknya, dan harus Kereta Api Indonesia dan lainnya. Kemenangan ini
menjalani persidangan di Pengadilan Negeri Jakarta menjadi batu loncatan dimana kasus-kasus lain yang
Timur. LBH Jakarta tangani mendapatkan putusan Bebas
LBH Jakarta pun melakukan pendampingan dan atau Lepas.
pembelaan, mematahkan dakwaan dan tuntutan

78
2009
Mendampingi 350 KK/1400 Jiwa Warga Cina Benteng yang Berhasil
Menggagalkan Rencana Penggusuran oleh Walikota Tangerang
79
P
ada tahun 2010, Sekitar 350 Kepala Keluarga dan pembongkaran pun dilakukan pada pada tanggal
atau sekitar 1400 jiwa Warga Desa Neglasari di 13 April 2010 dengan menerjunkan ratusan Satuan
dekat sungai Cisadane-Tangerang, atau yang Polisi Pamong Praja beserta alat berat.
lebih akrab disebut warga Cina Benteng terancam Warga dengan didampingi LBH Jakarta dan para
digusur dan terusir oleh Pemerintah Kota Tangerang. pendamping lainnya menghadang, Ratusan Ibu-
Padahal mereka telah tinggal dan mendiami lahannya ibu, anak-anak, bapak-bapak dan para pemuda
sejak abad ke 17. Rencana penggusuran dilakukan turun dan mencoba mencegah dengan aksi diam,
tanpa musywarah dan tawaran solusi apapun. berbaring dan bertahan. Tindakan represif dari
Kabar akan dilakukannya penggusuran telah Satpol PP mengakibatkan 9 warga luka-luka. Upaya
warga terima sejak tahun 2009, bersama LBH Jakarta penolakan pun diadakan dengan mengadakan malam
warga mendatangi DPRD, berupaya musyawarah Solidaritas Budaya Cina Benteng dan acara malam
dengan Walikota, mengadu ke Komnas HAM, Seribu Lilin. Penggusuran gagal dilakukan, dan warga
Komisi II dan Komisi III DPR RI, DPRD Banten, juga masih bertahan dan mendiami rumah tinggalnya
Gubernur Banten. Berbagai Pihak menyerukan untuk hingga kini, Warga kemudian mendirikan Paguyuban
menghentikan rencana penggusuran tersebut. Tetapi Forum Komunikasi Masyarakat Benteng dan menjadi
Pemerintah Kota Tangerang dan juga Walikotanya Paralegal LBH Jakarta, membantu wilayah-wilayah
Wahidin Halim tetap dalam rencana akan menggusur lain yang akan digusur oleh Pemerintah.
tanpa solusi atau ganti rugi. Rencana Penggusuran

80
2009
Mendampingi Warga Budi Dharma Jakarta Utara Merebut Haknya
T
inggal sejak tahun 1980an, Warga Budi Dharma, yang tiba-tiba tak memiliki rumah untuk berteduh.
Jakarta Utara. Pada 2009 terkejut, ketika PT. LBH Jakarta mendampingi warga dengan melakukan
Pulomas Jaya tiba-tiba datang mengklaim tanah pemberdayaan hukum dan pengorganisiran untuk
milik warga dan menyatakan bahwa mereka semua harus mendorong warga memperjuangkan haknya. Warga
digusur sehubungan dengan sebuah proyek pembangunan sepakat untuk mengajukan gugatan dengan metode
rumah susun. Meski warga menolak, PT. Pulomas Jaya gugatan perwakilan (class action). Warga tampil mewakili
bersama dengan Walikota Jakarta Utara tetap bersikukuh diri sendiri dan komunitasnya sebagai penggugat, LBH
bahwa mereka akan melanjutkan pembangunan dan Jakarta mendampingi kasus ini di belakang layar. Strategi
menggusur warga. tersebut dipilih sebagai bentuk pemberdayaan korban dan
18 November 2009, ketika hari masih gelap, sekitar untuk menarik simpati dari masyarakat luas.
pukul 05.00 WIB – Walikota Jakarta Utara, bersama dengan Warga pun memenangkan gugatan di Pengadilan Negeri
ratusan aparat Pamong Praja (Satpol PP), tiba-tiba datang Jakarta Utara dan dikuatkan oleh Pengadilan Tinggi. Warga
menggeruduk lahan pemukiman warga. Satpol PP juga berhak mendapatkan ganti rugi 1 Milyar Rupiah. Dalam
melakukan intimidasi dan kekerasan terhadap warga pertimbangannya, hakim menyatakan penggusuran paksa
meski banyak anggota warga perempuan dan anak-anak. bertentangan dengan sila ke-2 Pancasila ‘Kemanusiaan
Penggusuran juga dilakukan saat hujan deras dan warga yang adil dan beradab’. Sayangnya, perjuangan warga
seketika tidak memiliki tempat untuk berteduh. dikalahkan ditingkat Mahkamah Agung.
Penggusuran tersebut mengakibatkan kerugian besar Meski demikian, warga berhasil mendorong PT. Pulomas
bagi warga karena, pada saat penggusuran paksa dilakukan, Jaya untuk membuat perjanjian pembagian lahan dengan
warga belum sempat memindahkan segala harta bendanya. menetapkan batas-batas yang jelas mana tanah untuk
Penggusuran paksa oleh Walikota Jakarta Utara dan PT. tempat tinggal dan mana tanah yang akan digunakan oleh
Pulomas Jaya tersebut mengakibatkan 77 kepala keluarga PT. Pulomas Jaya untuk membangun proyek rumah susun.
(KK) yang terdiri dari 478 jiwa kehilangan bangunan rumah Sampai saat ini, warga Budi Dharma masih bertempat
dan harta bendanya – juga akses mereka terhadap mata tinggal di tanah milik mereka.
pencaharian dan kelanjutan pendidikan anak-anak mereka
81
2010
Membantu 1500 Keluarga di Petukangan Selatan,
Mendapatkan Kompensasi yang Adil Atas Pengambilan Tanah untuk
Pembangunan Jalan Tol.

L
BH Jakarta memberikan bantuan kepada 1500 mekanisme Pengadilan Tata Usaha Negara. PTUN
keluarga dari Petukangan Selatan, Jakarta, yang Jakarta memenangkan warga, bahkan hingga sampai
menuntut bahwa lahan dan bangunan mereka mahkamah agung, Mahkamah Agung menguatkan
diambil paksa oleh pemerintah dengan kompensasi putusan PTUN Jakarta menyatakan bahwa keputusan
yang jauh di bawah harga pasar. Intervensi awal LBH Gubernur yang mengatur kompensasi yang diberikan
Jakarta dengan pemerintah Jakarta menghasilkan untuk pembangunan jalan tol bertentangan dengan
kenaikan jumlah kompensasi dari yang awalnya Rp. hukum.
900.000 per meter menjadi Rp. 2.000.000 per meter. Sebagai hasilnya, gubernur menunjuk Panitia
Sebagaian besar keluarga menerima penawaran PengadaanTanah untuk meninjau isu ini dan
ini.Namun, 140 keluarga menolak tawaran ini dan mengadakan konsultasi dengan warga. Pada
meminta LBH Jakarta untuk mengambil langkah hokum Desember 2013, 140 keluarga menerima jumlah ganti
lebih lanjut, sehingga LBH Jakarta menggunakan rugi yang jauh meningkat untuk property mereka.

82
2010
Judicial Review UU Penodaan Agama
“Bagaimanapun, persoalan iman dan keyakinan seseorang, adalah persoalan yang sakral.
Oleh karenanya, tidak akan bisa direspons dengan hukum dan perundang-undangan yang
profan. Menghadapkan keimanan dengan undang-undang, tidak saja mengambil alih
otoritas Tuhan, tetapi juga mendesakralisasi agama dan keimanan. Upaya permohonan
uji materi UU No. 1/PNPS/1965, merupakan langkah monumental untuk menjaga dan
melindungi keimanan setiap orang”. (Shinta Nurriyah Abdurrahman Wahid)
83
U
U No. 1/PNPS/1965 Tentang Pencegahan, ahli filsafat dan ahli hukum untuk terlibat dalam
Penyalahgunaan, Dan/Atau Penodaan pembahasannya. Keseluruhannya mencoba untuk
Agama dalam penerapannya selama ini membahas dan menjawab mengenai bagaiamana
menjadi dasar kriminalisasi atas hak kebebasan cara memformulasikan posisi dan relasi negara, agama
beragama, berkeyakinan, dan berekspresi. UU ini dan HAM yang terbaik. Persidangan ini melibatkan 24
juga digunakan untuk mendiskriminasi penghayat Pihak terkait yang mayoritas merupakan Ormas-Ormas
kepercayaan serta minoritas lainnya. Juga menjadi yang membawa nama Islam. Juga mendengarkan 49
alasan atau legitimasi untuk melakuan pelarangan Ahli, dimana MK sendiri menghadirkan 18 Ahli. Dalam
kelompok minoritas keagamaan dan melakukan putusannya MK menolak permohonan ini.
kekerasan dan persekusi terhadap mereka. Terlepas dari hasil akhirnya, salah satu sumbangan
LBH Jakarta, ILRC, KontraS, HRWG, YLBHI, dll yang terbesar dari pengajuan Judicial review ini, yakni
tergabung dalam Tim Advokasi Kebebasan Beragama kembali mengusik dan memaksa semua pihak
kemudian melakukan Judicial Review ke MK dimana untuk mendiskusikan bagaimana relasi itu sebaiknya
LBH Jakarta dipilih sebagai sekretariat bersama. dibangun. Tentunya jawabannya tidaklah seragam.
Pemohonnya adalah K.H. Abdurahman Wahid, Selama proses persidangan kita bisa melihat
Prof. DR. Musdah Mulia, Prof. M. Dawam Rahardjo, bagaimana peta pemikiran, perspektif dari berbagai
KH. Maman Imanul Haq, IMPARSIAL, ELSAM, PBHI, kelompok masyarakat, organisasi keagamaan,
DEMOS, Setara Institute, Desantara, dan YLBHI cendikiawan, ahli hukum dan tokoh-tokoh bangsa
Pada perkembangannya pemeriksaan di menyampaikan pandangannya di depan MK.
pengadilan MK telah menarik para pihak dan seluruh keseluruhannya menjadi perdebatan yang menarik
pihak diluar persidangan pada perdebatan hukum dan bermartabat, selain dinamika diluar persidangan
di wilayah yang lebih dasar mengenai bagaimana yang dihiasi oleh praktik-praktik tercela dari pihak-
posisi negara dan agama, bagaimana posisi dan pihak yang kerap kali memaksakan kehendak dan
peran hukum dan secara khusus HAM mengatur melakukan teror dan kekerasan atas nama agama
relasi keduanya. Dalam proses ini, MK mengundang dan Tuhan.
berbagai kalangan, dari rohaniawan, budayawan,

84
2010
Advokasi Penghapusan Undang-Undang Pelarangan Buku
S
elama puluhan tahun sejak tahun 1963 sampai Jakarta tergabung didalamnya. Langkah litigasi dilakukan
dengan tahun 2010 Indonesia memiliki Undang- dengan mengajukan permohonan Judicial Review ke
Undang Nomor 4/PNPS/1963 Tentang Pengamanan Mahkamah Konstitusi dengan Pemohon yaitu Institut
Barang Cetakan Yang Isinya Dapat Mengganggu Ketertiban Sejarah Sosial Indonesia yang diwakili oleh I Gusti Agung
Umum. Undang-Undang ini selama masa hidupnya Ayu Ratih, M.A., dan juga Rhoma Dwi Aria Yuliantri. Ada
dipakai oleh Kejaksaan Agung menjadi alat politik dengan juga pemohon lain yakni Darmawan, M.M, M. Chozin
melarang dan memberangus buku-buku yang dianggap Amirullah, dan kawan-kawan HMI MPO.
berbeda dan membahayakan Kekuasaan. Akhirnya kemudian Mahkamah Konstitusi Pada Tanggal
Pelarangan sempat berhenti sejak 1998 – 2005, tetapi 13 Oktober 2010 memutuskan bahwa Undang-Undang
sejak tahun 2006 sampai 2009, Kejaksaan Agung melarang Nomor 4/PNPS/1963 Tentang Pengamanan Barang
setidaknya dua puluh dua buku, sebagian besar buku Cetakan Yang Isinya Dapat Mengganggu Ketertiban Umum
adalah akademik. Pada Tahun 2009, Kejaksaan Agung bertentangan dengan UUD 1945 dan tidak lagi memiliki
kembali melarang enam buku diantaranya Buku karya John kekuatan hukum yang mengikat.
Roosa, yang berjudul Dalih Pembunuhan Massal: Gerakan 30 Dengan Putusan MK ini berdampak tidak ada lagi
September dan Kudeta Suharto. kewenangan bagi Jaksa Agung untuk melarang buku tanpa
Atas Pelarangan Tersebut, kemudian dilakukanlah adanya Proses Pengadilan. Tidak ada lagi proses yang
serangkaian advokasi baik litigasi maupun non litigasi yang sewenang-wenang seperti penyitaan, atau pemberangusan
dilakukan oleh Tim Advokasi Pelarangan Buku dimana LBH buku secara sepihak.

“Melarang buku itu sebetulnya kebalikan dari pencerdasan kehidupan bangsa. Dengan kata lain, melarang buku adalah pembodohan
bangsa. Dan selama bergenerasi-generasi, bangsa ini akan menanggung ke-mandeg-an dalam kemajuannya”. (Prof. Dr. Frans
Magnis Suseno)

85
2011
Uji Materiil Keputusan Presiden No. 28 Tahun 1975 Tentang Perlakuan
Terhadap Mereka yang Terlibat G.30.S/PKI Golongan C
P
eristiwa yang terjadi pada tahun 1965 atau Yang Terlibat G.30.S/PKI Golongan C. Aturan ini
Rezim Orde Baru menyebutnya G30.S/PKI menghalangi pemberian hak pensiun bagi orang
sampai saat ini menyisakan pertanyaan dan yang diduga terkait dengan PKI dan masuk Golongan
perdebatan. Hal ini terjadi karena Pemerintah tidak C, meskipun tidak ada keputusan pengadilan atau
melakukan upaya-upaya pengungkapan kebenaran hasil pemeriksaan yang membuktikan orang-orang
dan keadilan untuk kasus ini. Akibat peristiwa 1965 tersebut terlibat. Pada masa tersebut banyak PNS
ini, Jutaan orang dituduh berafiliasi atau menjadi yang ‘dianggap’ bermasalah, dan diberhentikan
simpatisan atau memiliki keterkaitan dengan Partai tanpa prosedur hukum dan kepastian hukum.
Komunis Indonesia (PKI). LBH Jakarta bersama dengan KontraS, Elsam,
Mereka mengalami rentang panjang pelanggaran Yayasan Penelitian Korban Pembunuhan 1965/1966
HAM, berupa pembunuhan, penangkapan, (YPKP), Lembaga Perjuangan Rehabilitasi Korban
penyiksaan penahanan, pengasingan, pemerkosaan, Rezim Orde Baru (LPR-KORB) dan sejumlah
kekerasan seksual, perampasan hak milik, tanah, perseorangan menjadi Kuasa Hukum 12 (dua belas)
pemecatan pekerjaan, stigmatisasi sosial dan politik pemohon untuk mengajukan Uji Materi ke Mahkamah
baik bagi mereka langsung maupun bagi keluarga Agung. Ini memanfaatkan perubahan Peraturan
dan keturunannya. Sampai sat ini juga belum ada Mahkamah Agung No. 1 Tahun 2011 Tentang Hak Uji
proses hukum atau putusan pengadilan terhadap Materiil yang menghilangkan batas waktu pengujian.
mayoritas orang-orang yang mengalami pelanggaran Akhirnya Mahkamah Agung pun mengabulkan
HAM tersebut. Permohonan ini, dan menjadi angin segar dalam upaya
Salah satu diskriminasi yang dilakukan melalui pemulihan korban. Walau kemudian menghadapi
Peraturan dan menjadi dasar pelanggaran HAM kesulitan berikutnya yaitu dalam eksekusi dan
adalah Keputusan Presiden (Kepres) No. 28 Tahun meminta Pemerintah melakukan putusan ini dan
1975 tentang Perlakukan Terhadap Mereka memberikan pemulihan kepada para Korban.
86
2012
Menggugat Penguasaan Air Jakarta oleh Asing di Jakarta
87
S
ejak tahun 1997, pengelolaan air di DKI Jakarta Koalisi Masyarakat Menolak Swastanisasi Air Jakarta
yang seharusnya dikelola oleh pemerintah (KMMSAJ). Gugatan warga negara (citizen law suit)
melalui Badan Usaha Milik Daerah PAM Jaya dipilih sebagai strategi advokasi. Pilihan tersebut
justru diserahkan penguasaannya kepada Palyja dan diambil setelah berbagai upaya non-litigasi gagal
Aetra, dua perusahaan asing dari Perancis dan Inggris. membuahkan hasil. Dalam gugatan ini, Presiden,
Perjanjian tersebut bertentangan dengan Undang- wakil Presiden, Menteri keuangan, Menteri pekerjaan
Undang Dasar dan peraturan perundang-undangan Umum, Gubernur DKI Jakarta, DPRD DKI Jakarta, PAM
lainnya. Jaya Menjadi Tergugat, sementara PT. Palyja dan PT.
Sejak pertama , perjanjian dibuat dengan sangat Aetra ditarik menjadi turut tergugat.
merugikan negara dan masyarakat. Hasilnya, Kerja keras bersama pun membuah hasil. Majelis
selama dikuasai oleh swasta, masyarakat tidak hakim Pengadilan Negeri Jakarta Pusat memenangkan
mendapatkan akses air secara merata. Sampai hari gugatan warga negara melawan Pemerintah Pusat
ini, hanya 50 persen warga di wilayah DKI Jakarta dan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Pengadilan
yang mendapatkan jangkauan layanan air bersih, itu Negeri Jakarta Pusat menyatakan bahwa perjanjian
pun dengan harga yang sangat tinggi, tetapi dengan tersebut batal, air merupakan bagian dari Hak
kualitas air yang buruk. Apabila perjanjian tersebut Asasi Manusia dan pengelolaan air harus segera
dipertahankan sampai tahun 2023 – sesuai dengan dikembalikan ke Negara. Peristiwa yang bersejarah
rencana konsesi – negara akan mengalami kerugian dalam pertarungan melawan penjajahan kapitalisme
hingga 18,2 Triliun Rupiah. Anehnya, terhadap asing. Gugatan ini juga semakin meneguhkan
situasi tersebut, periode demi periode Presiden pengakuan terhadap gugatan warga negara dalam
dan Gubernur memilih tunduk dan lemah mengikuti sistem peradilan di Indonesia.
program privatisasi tersebut. Saat tulisan ini dibuat, beberapa pihak Tergugat
Kasus ini sengaja disembunyikan dari perhatian dan Turut Tergugat masih mengajukan banding
publik. Sampai akhirnya, pada tahun 2011, LBH Jakarta terhadap putusan tingkat pertama Pengadilan Negeri
bersama dengan beberapa lembaga lain membentuk Jakarta Pusat.

88
2012
Mendampingi Difable Menuntut Aksesibilitas
P
ada tahun 2011, Indonesia meratifikasi dimana tidak terbuka untuk mereka yang tunanetra,
Konvensi Hak-hak Penyandang Disabilitas tunarungu, tunawicara, tunadaksa, dan butawarna
melalui UU No. 19 Tahun 2011. Tetapi, dengan baik sebagian maupun keseluruhan.
telah diratifikasinya konvensi tersebut, bukan berarti LBH Jakarta bersama dengan rekan-rekan jaringan
bahwa Indonesia sudah sepenuhnya menjalankan disabilitas maupun pendidikan melakukan advokasi
kewajibannya sebagai Negara yang melakukan bersama agar segera terjadi perubahan kebijakan
pemenuhan, perlindungan, dan pemajuan hak asasi terhadap pelayanan public tersebut. Setelah dilakukan
penyandang disabilitas. somasi dan beberapa kali pertemuan, kebijakan di
Pada tahun 2014, dimana sudah tiga tahun bidang transportasi khususnya untuk kasus Dani
ratifikasi konvensi tersebut oleh Indonesia, LBH tadi, pihak Garuda Indonesia sudah meminta maaf
Jakarta masih terus menerima pengaduan adanya secara tertulis kepada Dani Suntoro dan berjanji
praktik diskriminasi terhadap penyandang disabilitas memperbaiki SOP bagi penumpang disabilitas.
khususnya di bidang pendidikan dan transportasi. Ada Selain itu juga, para penyandang disabilitas yang
dua kasus yang tiap kasus mewakili isu pendidikan ingin mengikuti SNPMTN dan SBMPTN tidak perlu
dan transportasi merasa kecil hati lagi karena setelah dilayangkannya
Pertama, kasus Dani Suntoro dimana ia yang somasi (peringatan) dan dilakukan beberapa
hendak melakukan perjalanan dari Surabaya kali pertemuan untuk mediasi, akhirnya pihak
menuju Jakarta menggunakan maskapai BUMN Panita Pelaksana SNMPTN 2014 menghapuskan
Garuda Indonesia. Ia diharuskan petugas Garuda persyaratan diskriminatif tersebut dan membuka
menandatangani pernyataan memiliki penyakit kembali kesempatan bagi penyandang disabilitas
karena menggunakan kursi roda dan menyatakan dengan melakukan perpanjangan waktu pendaftaran
bahwa Garuda terbebas dari tanggung jawab apabila dan akan meminta Kementerian Pendidikan dan
penyakit bertambah parah. Kedua, adanya kebijakan Kebudayaan untuk memfasilitasi pendidikan tinggi
yang mensyaratkan bahwa calon peserta Seleksi yang lebih aksesibel bagi penyandang disabilitas.
Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri dibatasi,
89
2012
Hasan Basri,
Tukang Ojek yang Mengalami Penyiksaan dan Salah Tangkap.
Diputus Bebas oleh Pengadilan dan Mendapatkan Kompensasi
H
asan Basri seorang tukang ojek, pada 9 November berusaha menutupi kebutuhan rumah tangga dengan
2011 tiba-tiba ditangkap aparat Kepolisian Resort menggantikan mengojek.
Jakarta Pusat. Ia dituduh terlibat pencurian LBH Jakarta melakukan serangkaian pendampingan dan
dengan kekerasan. Penangkapan dilakukan tanpa surat pembelaan, Selain mengadu ke Komnas HAM, kampanye
tugas dan surat penangkapan. Setelah Penangkapan, Polisi melalui media mainstream dan media sosial. LBH Jakarta
tidak langsung membawa Hasan Basri ke Kantor Polres mengajukan Pra Peradilan, tetapi digugurkan karena siasat
Jakarta Pusat, tapi justru dibawa ke Pos Polisi Gambir. Di menyegerakan sidang pokok perkara. Setelah melalui
sini, ia mengalami penyiksaan-matanya dilakban, dipukul, rangkaian sidang Majelis Hakim Pengadilan Negeri Jakarta
ditendang dan dipaksa mengaku sebagai pelaku pencurian. Pusat pada 18 Juni 2012 akhirnya memutuskan Hasan
Akibat ini ia menderita sesak napas dan batuk darah. Basri bebas, tidak bersalah dan tidak terbukti terlibat.
Hasan Basri membantah terlibat kejahatan tersebut. Jaksa mengajukan Kasasi atas Putusan Bebas ini, tetapi
Reza, tersangka sebenarnya menyatakan Hasan Basri Mahkamah Agung tidak menerima Kasasi tersebut.
bukanlah pelaku. Reza tidak mengenal dan tidak pernah Setelah dibebaskan, LBH Jakarta menuntut agar Kapolres
berkomunikasi dengan Hasan Basri. Namun pihak kepolisian Jakarta Pusat meminta maaf atas kejadian salah tangkap
tak menggubris hal tersebut. Hasan Basri ditahan 2 bulan tersebut. Setelah disomasi, akhirnya Kapolres Jakarta Pusat
di Mapolresta Jakarta Pusat, kemudian di Rumah Tahanan Kombes Pol Drs. AR. Yoyol meminta maaf. Hasan Basri
Negara Salemba. Di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, pun mendapatkan kompensasi, dan para Penyidik yang
Ia didakwa melakukan tindak pidana pencurian dengan melakukan penyidikannya dihentikan dari jabatan serta
kekerasan. Ia pun dituntut pidana penjara selama 3 (tiga) dimutasi.
tahun oleh Penuntut Umum. Selama Ia ditahan, Istrinya
90
2012
Kasus Salah Tangkap & Penyiksaan Anak-anak Pengamen Cipulir
91
3
0 Juni 2013 Andro Supriyanto dan Nurdin menghiraukan fakta persidangan. Dengan mengacu
Prianto beserta 4 temannya sesama pengamen pada BAP tersangka yang diperoleh dengan paksaan
yang masih dibawah umur yakni FP, AP, F dan dan penyiksaan, hakim memutus hukuman 7 tahun
BF, mendapati seseorang bernama Dicky Maulana penjara bagi Andro dan Nurdin.
tergeletak di bawah jembatan Cipulir. Korban saat Upaya banding diajukan, putusan pengadilan
itu dalam kondisi terluka di leher dan perut. Para negeri dianulir oleh Pengadilan Tinggi DKI Jakarta.
pengamen itu langsung melaporkan temuan mereka Hakim Tinggi menyatakan Andro dan Nurdin
ke polisi dan puskesmas terdekat. bebas, karena tidak ada satu saksi pun yang dapat
Sayangnya nyawa Dicky tidak tertolong. Lebih membuktikan Andro dan Nurdin merupakan pelaku
nahas, Andro, Nurdin, FP, AP, F dan BF yang berusaha pembunuhan Dicky. Lebih lanjut hakim tinggi
menolong korban justru ditetapkan sebagai tersangka. menyatakan pembuktian yang diajukan LBH Jakarta
Mereka semua mengakui bahwa polisi melakukan berhasil membuktikan pelaku sebenarnya adalah
penyiksaan terhadapnya. Tanpa didampingi kuasa Iyan Pribadi. Putusan ini kemudian dikuatkan oleh
hukum, mereka dipukuli dan disetrum. Tujuan polisi Mahkamah Agung sehingga fakta hukum Andro dan
tidak lain untuk mendapatkan keterangan secara Nurdin merupakan korban salah tangkap polisi telah
paksa bahwa merekalah yang membunuh Dicky. berkekuatan hukum tetap.
Selanjutnya dengan didampingi LBH Jakarta, para Sedangkan FP, AP, F dan BF saat ini masih
pengamen ini melakukan upaya hukum. Segala cara berjuang untuk keluar dari jeruji besi. Dengan
ditempuh, mengadu ke Komnas HAM, melaporkan tetap didampingi LBH Jakarta, mereka mengajukan
penyiksaan ke Propam Polri, hingga berhasil Peninjauan Kembali dengan alasan adanya novum
menemukan pelaku sebenarnya bernama Iyan Pribadi atau bukti baru, pertentangan putusan serta adanya
yang mengaku membunuh Dicky. Rupanya Majelis kekhilafan hakim.
Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Selatan tidak

92
2014
Mendampingi Nelayan Ujung Kulon yang Dikriminalisasi

93
I
ndonesia merupakan negara yang memiliki Selanjutnya petugas menggiring ketiganya ke Polsek
jumlah pulau terbanyak di dunia dengan Sumur.
13.466 pulau (Data Badan Informasi Geospasial Tindakan petugas TNUK sontak membuat warga
2013). Selain itu Indonesia juga memiliki garis Ujung Kulon bergolak. Masyarakat merasa tidak
pantai terpanjang nomor dua di dunia (setelah pernah dilibatkan dalam pembentukan dan sosialisasi
Kanada), dengan panjang 99.093 kilometer. Nelayan zona wilayah TNUK. Selain itu TNUK dianggap lalai
merupakan salah satu mata pencaharian utama bagi
karena tidak memasang tanda batas wilayah di
sebagian masyarakat Indonesia.
perairan, sehingga nelayan setempat merasa rentan
Menjadi nelayan di negeri maritim tak selamanya
dikriminalisasi. Perlawanan warga Ujung Kulon
berjalan mulus. Damo, Rahmat dan Misdan misalnya,
terhadap kriminalisasi nelayan ditunjukkan dengan
tiga nelayan Ujung Kulon ini harus meringkuk di balik
melakukan unjuk rasa di depan pengadilan setiap
jeruji besi karena menangkap ikan, udang, kerang
persidangan digelar.
dan kepiting di perairan Blok Jamang Ujung Kulon.
Perjuangan nelayan Ujung Kulon yang didampingi
Petugas Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK)
LBH Jakarta membuahkan hasil positif. Majelis Hakim
mengklaim kegiatan ketiga nelayan itu merupakan
Pengadilan Negeri Pandeglang membebaskan
kegiatan yang terlarang. Dengan berbekal alat
Damo, Rahmat dan Misdan karena Jaksa dinilai
GPS, petugas menunjukkan zona wilayah tempat
tidak mampu membuktikan dakwaannya. Fakta
ketiganya berada, sembari menjelaskan bahwa disana
persidangan membuktikan tanda batas zona TNUK
tidak diperbolehkan menangkap biota laut karena
tidak jelas sehingga dapat menimbulkan kerugian
melanggar UU No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi
bagi masyarakat sekitar yang juga memiliki hak
Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya
memanfaatkan hasil alam untuk kesejahteraan
Juga PP No. 28 Tahun 2011 tentang Pengelolaan
mereka.
Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam.

94
2014
Nanik Sumarni,
Seorang Ibu yang Dikriminalisasi akibat Tidak Bisa Bayar Hutang

95
P
asal 19 ayat (2) UU No. 39 Tahun 1999 tentang bangkrut. Akhirnya Nanik Sumarni ikut terseret
Hak Asasi Manusia berbunyi “Tidak seorangpun ke permasalahan, lalu Haryati melaporkannya ke
atas putusan pengadilan boleh dipidana penjara Polres Jakarta Timur dengan tuduhan Penipuan dan
atau kurungan berdasarkan atas alasan ketidakmampuan Penggelapan.
untuk memenuhi suatu kewajiban dalam perjanjian utang- Proses hukum ini terkesan dipaksakan karena
piutang”, faktanya Polisi dan Jaksa kerap memaksakan jelas hubungan hukum antara mereka merupakan
seseorang yang gagal membayar hutang untuk
hubungan keperdataan. Namun Jaksa tak bergeming,
diproses pidana dengan tujuan jahat.
Nanik Sumarni dijebloskan ke tahanan. Parahnya lagi
Kasus ini bermula pada awal Agustus 2011.
Jaksa memeras keluarganya sebesar tiga puluh juta
Sri Amiati Hastuti meminta agar Nanik Sumarni
rupiah dengan janji akan meringankan tuntutan.
menyampaikan niatnya untuk meminjamkan modal
Yakin bahwa proses hukum ini bukan untuk tujuan
usaha katering sebesar enam puluh juta rupiah
penegakan hukum, namun untuk melancarkan niat
kepada Haryati. Haryati setuju karena sebelumnya,
jahat Jaksa dalam melakukan pemerasan, keluarga
tahun 2009, dia pernah memberikan pinjaman modal
Nanik Sumarni beserta LBH Jakarta dengan bermodal
untuk usaha katering milik Sri Amiati Hastuti sebesar
bukti percakapan pemerasan yang berhasil direkam,
Sembikan Puluh Juta Rupiah dan telah mendapatkan
melaporkan oknum Jaksa tersebut ke Jamwas
modalnya kembali serta bagi hasil keuntungan
Kejaksaan Agung serta Komisi Pemberantasan
sebesar Rp. 18.440.000,-.
Korupsi (KPK).
Ternyata pinjaman modal kedua ini, sebesar
Di persidangan, Majelis Hakim Pengadilan
enam puluh juta rupiah tidak berjalan mulus. Ketika
Negeri Jakarta Timur memutuskan Nanik Sumarni
dimintakan kembali oleh Haryati berikut bagi hasil
tidak bersalah karena perbuatan yang didakwakan
keuntungannya, Sri Amiati Hastuti tidak mampu
Jaksa bukan merupakan tindak pidana melainkan
mengembalikan sepeser pun dengan alasan usahanya
perbuatan perdata.

96
Bagian Tiga
Penutup

97
L
embaga Bantuan Hukum (LBH) Jakarta, adalah sebuah Lembaga yang didirikan dengan fondasi yang
berisikan nilai-nilai kemanusiaan. LBH Jakarta lahir sebagai usaha untuk menyambung kembali nafas
masyarakat miskin, buta hukum, dan tertindas. LBH Jakarta berjuang bersama mereka yang direnggut
hak-haknya, yang dikebiri kebebasannya, yang dihalang-halangi ibadahnya, yang dirampas tanahnya, yang
diperbudak perusahaan, yang direkayasa kesalahannya.

Sejak awal berdirinya LBH Jakarta memang telah difitrahkan sebagai kantor pengacara yang mengharuskan
para pengacaranya untuk mendampingi kliennya secara langsung. LBH Jakarta bukan tempat bagi pengacara
yang rapih dan berdasi. Sebagai sebuah lembaga yang mengusung nilai Bantuan Hukum struktural (BHS),
para pengacara LBH Jakarta memang diwajibkan untuk turun langsung ke komunitas atau kliennya, sebagai
sebuah usaha untuk mendalami kasus yang terjadi. Selain itu, para pengacara LBH Jakarta juga diwajibkan
untuk memberikan pembelajaran bagi masyarakat agar mereka tak lagi buta hukum.

Tak hanya membantu menyelesaikan permasalahan seseorang atau sekelompok masyarakat yang berhadapan
dengan hukum, LBH Jakarta juga memperjuangkan kebijakan agar penindasaan tak terulang lagi. Hal tersebut
menjadi tanggung jawab LBH Jakarta dan ciri dari BHS. Sebagai sebuah contoh, LBH Jakarta bersama Koalisi
Masyarakat Menolak Swastanisasi Air Jakarta mengajukan Gugatan Warga Negara agar Pemerintah Provinsi
DKI Jakarta memutus kontrak dua perusahaan asing yang mengelola penyediaan air bersih Jakarta. Sejak
kedua perusahaan tersebut mengelola air bersih di Jakarta banyak masyarakat yang mengeluh karena
merasakan buruknya pengelolaan air dari kedua perusahaan tersebut. LBH Jakarta bersama masyarakat yang
terdampak bukan hanya menuntut perbaikan pelayanan, namun LBH Jakarta bersama masyarakat menuntut
Pemprov DKI agar memutus kontrak dengan kedua perusahaan tersebut.

Kasus diatas hanya satu contoh kecil dorongan LBH Jakarta untuk merubah suatu kebijakan melalui sebuah
kasus. Hal tersebut telah LBH Jakarta lakukan sejak tahun 1970, mulai dari kasus Simprug hingga kasus
kriminalisasi (rekayasa kasus) yang marak terjadi di tahun 2015 ini. LBH Jakarta masih konsisten berdiri
berdampingan bersama rakyat. Bersama mereka masyarakat yang menjadi korban dari kelalaian negara,
dari penguasa yang lalim, dari sistem yang menindas dan hanya mementingkan keuntungan bagi segelintir
kelompok saja. Untuk itu, mari bersama LBH Jakarta kita wujudkan keadilan bagi semua.

Salam Keadilan!
98
Terbitan LBH Jakarta

99
100

Ged
ungi
nidi
maks
udk
anse
baga
imu menp t
amadiI
ndesi
abagi
pj u
anga
n
men
ega
kka
nhuku
m,keb
ena ndank
ead
il
anya
ngsa
mabagi
semuaa n
gtan
pa
me
mbed
a-b
eda
kansu
ku,a
gama,a
salk
etunan
,ke
yak
ina
npitik
,mau
punl
at
b
el
akan
gsos
ia
ldanb
uda
ya.

Di s
in
ipul
ap ape
mbel
adanpe
mikb a
nt
uanhuk
umakanbjuan
gd e
nga
njuj
ikh
lasdant
anp
apamr
ihstase
iy
asek
atad
enga
nmayi t
asba
ngs
ayangpap
aunt
uk
t
i
daksaj
amembe
lap k a
-p k ayan
gmenya
ngku
tkep
ent
i
nganr
aky
at,t
api
jug
aiku
t
m b a
kta
tan
any
angmen
yeb
abk
anm ekatu s
-me
nu stbel
aka
ng,mi
ski
n,
tti
nda
sdantlupak
an.

Di si
nipul
aa k
andi
ke
mban
gka
npikan-p
ikanyan
gba ni
,k sukt
ifd
an
btang
gungj
a wa
bhi
ngg
amenj
adiplamb
angke
be
bas
anbfik,keb
eba
san
me
nya
tak
anpe
n d
apatda
nawal
di bang
ki
tn
yakaummi
sk
inme
nunt
utp
el
aks
anaa
nha
k
yangsamadal
amhuk
umdanke
adi
la
ndibu
miptiw
iin
de si
a.

Anda mungkin juga menyukai