Anda di halaman 1dari 15

Prinsip pengukuran BOD5 pada dasarnya cukup sederhana, yaitu mengukur

kandungan oksigen terlarut awal (DOi) dari sampel segera setelah pengambilan
contoh, kemudian mengukur kandungan oksigen terlarut pada sampel yang telah
diinkubasi selama 5 hari pada kondisi gelap dan suhu tetap (20 C) yang sering
disebut dengan DO5. Selisih DOi dan DO5 (DOi-DO5) merupakan nilai BOD
yang dinyatakan dalam miligram oksigen per liter (mg/L)
IV. TINJAUAN PUSTAKA
1. AIR LIMBAH
Air limbah/buangan adalah kombinasi dari cairan dan sampah-sampah cair
yang berasal dari daerah pemukiman, perkotaan, perdagangan, dan
industri, bersama-sama dengan air tanah, air permukaan, dan air hujan
yang mungkin ada (Metcalf and Eddy, 2009). Air limbah banyak
mengandung senyawa organic yang dapat diuraikan oleh beberapa
organisme terutama organisme yang terdapat di lingkungan.Organisme
pengurai aerobic, umumnya terdiri dari mikroorganisme seperti bakteri
yang bekerja dalam air mengurai senyawa organik menjadi karbondioksida
dan air (Rahmat B dan Anwar Mallongi, 2018).
Limbah adalah bahan buangan tidak terpakai yang berdampak negatif
terhadap masyarakat jika tidak dikelola dengan baik. Limbah adalah sisa
produksi baik dari alam maupun hasil dari kegiatan manusia. Limbah cair
atau buangan merupakan air yang tidak dapat dimanfaatkan lagi serta
dapat menimbulkan dampak yang buruk terhadap manusia dan
lingkungan. Keberadaan limbah cair tidak diharapkan di lingkungan
karena tidak mempunyai nilai ekonomi. Pengolahan yang tepat bagi
limbah cair sangat diutamakan agar tidak mencemari lingkungan (Niswita,
2016).
2. SUMBER AIR LIMBAH
Menurut Said (2017), air limbah ini berasal dari berbagai sumber, secara
garis besar dapat dikelompokkan menjadi sebagai berikut:
1) Air buangan yang bersumber dari rumah tangga (domestic wastes
water), yaitu air limbah yang berasal dari pemukiman penduduk. Pada
umumnya air limbah ini terdiri dari ekskreta (tinja dan air seni), air
bekas cucian dapur dan kamar mandi, dan umumnya terdiri dari bahan-
bahan organik.
2) Air buangan industri (industrial wastes water), yang berasal dari
berbagai jenis industri akibat proses produksi. Zat-zat yang terkandung
di dalamnya sangat bervariasi sesuai dengan bahan baku yang dipakai
oleh masing-masing industri, antara lain: nitrogen, sulfida, amoniak,
lemak, garam-garam, zat pewarna, mineral, logam berat, zat pelarut,
dan sebagainya. Oleh sebab itu, pengolahan jenis air limbah ini, agar
tidak menimbulkan polusi lingkungan menjadi lebih rumit.
3) Air buangan kotapraja (municipal wastes water), yaitu air buangan
yang berasal dari daerah: perkantoran, perdagangan, hotel, restoran,
tempat-tempatumum, tempat-tempat ibadah, dan sebagainya. Pada
umumnya zat-zat yang terkandung dalam jenis air limbah ini sama
dengan air limbah rumah tangga.
limbah berdasarkan sumbernya terbagi menjadi limbah domestik dan
limbah non-domestik.
1. Limbah domestik Limbah domestik merupakan semua limbah yang
berasal dari kamar mandi, dapur, tempat cuci pakaian, dan lain-lain
yang secara kuantitatif terdiri atas zat organik, baik padat maupun
cair, bahan berbahaya dan beracun (B3), garam terlarut, dan lemak.
2. Limbah non-domestik Limbah non-domestik merupakan limbah
yang berasal dari pabrik, industri, pertanian, peternakan, perikanan,
dan transportasi serta sumber-sumber lainnya.
limbah cair domestik mengandung 99,9% air dan 0,1% zat padat. Zat
padat terdiri dari 85% protein; 25% karbohidrat; 10% lemak dan sisanya
zat anorganik terutama butiran pasir, garam-garam dan logam (Leonardo.
2016).
3. KARAKTERISTIK AIR LIMBAH
Limbah cair baik domestik maupun non domestik mempunyai beberapa
karakteristik sesuai dengan sumbernya, dimana karakteristik limbah cair
dapat digolongkan pada karakteristik fisik, kimia, dan biologi yang
diuraikan sebagai berikut (Metcalf and Eddy, 2008).
1. Karakteristik Fisik
Karakteristik fisika air limbah yang perlu diketahui adalah total
solid, bau, temperatur, densitas, warna, konduktivitas, dan
turbidity.
 Total Solid (TS)
Total solid adalah semua materi yang tersisa setelah proses
evaporasi pada suhu 103-105°C. Karakteristik yang bersumber
dari saluran air domestik, industri, erosi tanah, dan infiltrasi ini
dapat menyebabkan bangunan pengolahan penug dengan
sludge dan kondisi anaerob dapat tercipta sehingga
mengganggu proses pengolahan.
 Bau
Disebabkan oleh udara yang dihasilkan pada proses
dekomposisi materi atau penambahan substansi pada limbah.
 Temperatur
Temperatur ini mempengaruhi konsentrasi oksigen terlarut di
dalam air. Air yang baik mempunyai temperatur normal 8°C
dari suhu kamar 27°C. Semakin tinggi temperatur air (>27°C)
maka kandungan oksigen dalam air berkurang atau sebaliknya.
 Density
Density adalah perbandingan anatara massa dengan volume
yang dinyatakan sebagai slug/ft3 (kg/m3 ).
 Warna.
Pada dasarnya air bersih tidak berwarna, tetapi seiring dengan
waktu dan meningkatnya kondisi anaerob, warna limbah
berubah dari yang abu–abu menjadi kehitaman.
 Kekeruhan
Kekeruhan diukur dengan perbandingan antara intensitas
cahaya yang dipendarkan oleh sampel air limbah dengan
cahaya yang dipendarkan oleh suspensi standar pada
konsentrasi yang sama (syafitri, 2017).
2. Karateristik Kimia
Pada air limbah ada tiga karakteristik kimia yang perlu
diidentifikasi yaitu bahan organik, anorganik, dan gas.
a. Bahan organic
Pada air limbah bahan organik bersumber dari hewan,
tumbuhan, dan aktivitas manusia. Bahan organik itu
sendiri terdiri dari C, H, O, N yang menjadi
karakteristik kimia adalah protein, karbohidrat, lemak
dan minyak, surfaktan, pestisida dan fenol, dimana
sumbernya adalah limbah domestik, komersil, industri
kecuali pestisida yang bersumber dari pertanian.
b. Bahan anorganik
Jumlah bahan anorganik meningkat sejalan dan
dipengaruhi oleh asal air limbah. Pada umumnya berupa
senyawa-senyawa yang mengandung logam berat (Fe,
Cu, Pb, dan Mn), asam kuat dan basa kuat, senyawa
fosfat senyawa-senyawa nitrogen (amoniak, nitrit, dan
nitrat), dan juga senyawa- senyawa belerang (sulfat dan
hidrogen sulfida).
c. Gas
Gas yang umumnya ditemukan dalam limbah cair yang
tidak diolah adalah nitrogen (N2), oksigen (O2), metana
(CH4), hidrogen sulfida (H2S), amoniak (NH3), dan
karbondioksida (syafitri, 2017).
3. Karakteristik Biologi
Pada air limbah, karakteristik biologi menjadi dasar untuk
mengontrol timbulnya penyakit yang dikarenakan organisme
pathogen. Karakteristik biologi tersebut seperti bakteri dan
mikroorganisme lainnya yang terdapat dalam dekomposisi dan
stabilitas senyawa organik (syafitri, 2017).
4. Dampak negative AIR LIMBAH
Dampak atau efek negatif yang dapat ditimbulkan oleh limbah, adalah:
1. Gangguan terhadap kesehatan
Air limbah sangat berbahaya bagi manusia karena terdapat banyak
bakteri patogen dan dapat menjadi media penularan penyakit.
Selain itu air limbah juga dapat mengandung bahan beracun,
penyebab iritasi, bau, suhu yang tinggi serta bahan yang mudah
terbakar.
2. Gangguan terhadap kehidupan biotik
Banyak zat yang terkandung di dalam limbah menyebabkan kadar
oksigen terlarut menurun sehingga kehidupan di dalam air yang
membutuhkan oksigen akan terganggu. Kematian bakteri akan
menyebabkan penjernihan air limbah menjadi terhambat dan sukar
diuraikan.
3. Gangguan terhadap keindahan
Limbah yang mengandung ampas, lemak, dan minyak akan
menimbulkan bau, wilayah sekitar akan licin oleh minyak,
tumpukan ampas yang mengganggu, dan gangguan pemandangan.
4. Gangguan terhadap benda
Air limbah yang mengandung gas CO2 akan mempercepat proses
terbentuknya karat pada benda yang terbuat dari besi dan
bangunan. Kadar pH limbah yang terlalu rendah atau tinggi dapat
menyebabkan kerusakan pada benda yang dilaluinya. Lemak pada
air limbah akan menyebabkan terjadinya penyumbatan dan
membocorkan saliran air limbah, hal tersebut dapat menyebabkan
kerusakan materil karena biaya perawatan yang semakin besar
(Leonardo. 2016).
5. Pengolahan limbah cair
Pengolahan adalah proses yang dilakukan sehingga menyebabkan
terjadinya perubahan akibat proses fisika, kimia, dan biologi dengan
melibatkan satuan operasi atau satuan proses pada unit-unit bangunan
pengolahan (indrayani dan rahmah, 2018). Pengolahan air limbah dapat
dilakukan secara alamiah maupun dengan bantuan peralatan. Pengolahan
air limbah secara alamiah biasanya dilakukan dengan bantuan kolam
stabilisasi. Sedangkan pengolahan air limbah dengan bantuan peralatan
biasanya dilakukan pada Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL). Dalam
IPAL ini terdapat tangki pembusukan yang merupakan sarana paling
bermanfaat dan memuaskan diantara unit sarana pembuangan tinja dan
limbah cair yang lain yang menggunakan system aliran air, yang
digunakan untuk menangkap buangan dari rumah perorangan , kelompok
rumah kecil, atau kantor yang terletak di luar jangkauan system saluran
limbah cair. Adapun bagian yang lain yaitu bak kontrol, bak pengendap
(settler), bak Anaerobic Baffled Reactor (ABR), dan bak Anaerobic Filter
atau Biofilter(Rahmawati,2014).
Dilihat dari komposisi dan karakteristik limbah tersebut maka diperlukan
penanganan limbah dengan baik agar air buangan ini tidak menjadi
polutan. Tujuan pengaturan pengolahan limbah cair ini adalah Untuk
mencegah pengotoran air permukaan (sungai, waduk, danau, rawa dan
lain-lain), Untuk melindungi biota dalam tanah dan perairan, Untuk
mencegah berkembangbiaknya bibit penyakit dan vektor penyakit seperti
nyamuk, kecoa, lalat dan lain-lain dan Untuk menghindari pemandangan
dan bau yang tidak sedap ( purwanti, 2018). Pengolahan limbah cair dapat
dilakukan dengan cara-cara:
a. Cara Fisika, yaitu pengolahan limbah cair dengan beberapa tahap proses
kegiatan yaitu: 1) Proses Penyaringan (screening), yaitu menyisihkan
bahan tersuspensi yang berukuran besar dan mudah mengendap seperti
sampah, serpihan kertas, dan benda kasar lainnya dalam limbah. 2) Proses
Flotasi, yaitu menyisihkan padatan tersuspensi dan minyak dari air
buangan serta pemisahan dan pengumpulan lumpur. 3) Proses Filtrasi,
yaitu menyisihkan sebanyak mungkin partikel tersuspensi dari dalam air
atau menyumbat membran yang akan digunakan dalam proses osmosis. 4)
Proses adsorbsi, yaitu menyisihkan senyawa anorganik dan senyawa
organik terlarut lainnya, terutama jika diinginkan untuk menggunakan
kembali air buangan tersebut, biasanya menggunakan karbon aktif. 5)
Proses reverse osmosis (teknologi membran), yaitu proses yang dilakukan
untuk memanfaatkan kembali air limbah yang telah diolah sebelumnya
dengan beberapa tahap proses kegiatan. Biasanya teknologi ini
diaplikasikan untuk unit pengolahan kecil dan teknologi ini termasuk
mahal.
b. Cara kimia, yaitu pengolahan air buangan yang dilakukan untuk
menghilangkan partikel-partikel yang tidak mudah mengendap (koloid),
logam-logam berat, senyawa fosfor dan zat organik beracun dengan
menambahkan bahan kimia tertentu yang diperlukan. Metode kimia
dibedakan atas metode non degradatif misalnya koagulasi dan metode
degradatif misalnya oksidasi polutan organik dengan pereaksi lemon,
degradasi polutan organik dengan sinar ultraviolet dan lainlain.
c. Cara biologi, yaitu pengolahan air limbah dengan memanfaatkan
mikroorganisme alami untuk menghilangkan polutan baik secara aerobik
maupun anaerobik. Pengolahan ini dianggap sebagai cara yang murah dan
efisien (Asmadi,2012).
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan
Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air, beban pencemaran adalah
jumlah suatu unsur pencemaran yang terkandung dalam air atau air
limbah. Kualitas air adalah sifat air dan kandungan mahluk hidup, zat,
energi, atau komponen lain di dalam air. Kualitas air dinyatakan dalam
beberapa parameter, yaitu parameter fisika (suhu, kekeruhan, padatan
terlarut, dan sebagainya), parameter kimia (pH, oksigen terlarut, BOD,
kadar logam, dan sebagainya), dan parameter biologi (keberadaan
plankton, bakteri, dan sebagainya) (Peraturan Pemerintah RI No. 20 Tahun
1990 tentang Pengendalian Pencemaran Air).
6. BOD
BOD adalah banyaknya oxygen dalam ppm atau milligram/liter (mg/l)
yang diperlukan untuk menguraikan benda organic oleh bakteri sehingga
limbah tersebut menjadi jernih kembali. BOD atau kebutuhan oxygen
biologis, adalah jumlah oxygen yang dibutuhkan oleh mikroorganisme di
dalam air lingkungan untuk memecah (mendegradasi) bahan buangan
organic yang ada didalam air lingkungan tersebut. Sebenarnya peristiwa
penguraian bahan buangan organic melalui proses oksidasi oleh
mikroorganisme didalam air lingkungan adalah proses alamiah yang
mudah terjadi apabila air lingkungan mengandung oxygen yang cukup.
BOD merupakan indikator pencemaran air,semakin tinggi BOD berarti
derajat pengotoran limbah cair semakin besar. Semakin banyak zat organic
yang terkandung dalam air limbah, maka kebutuhan oksigen oleh bakteri
untuk menguraikan akan semakin tinggi pula, sehingga oksigen terlarut
dalam air akan menurun bahkan mungkin akan habis (Rahmat B dan
Anwar Mallongi, 2018).
BOD atau disebut juga Biochemical Oxygen Demand merupakan
suatu sifat atau karakteristik yang menunjukkan jumlah oksigen terlarut
yang diperlukan oleh mikroorganisme (bakteri) untuk mengurai atau
mendekomposisi bahan organik dalam kondisi aerobic (Umaly, 1988).
Bahan organik yang terdekomposisi dalam BOD merupakan bahan
organik yang siap terdekomposisi (readily decomposable organic matter)
(Boyd,1990). nilai BOD tidak menunjukkan jumlah bahan organik yang
sebenarnya, tetapi hanya mengukur secara relatif jumlah oksigen yang
dibutuhkan untuk mengoksidasi bahan buangan tersebut (Rachmawati,
2017). Nilai BOD dipengaruhi oleh jenis limbah, derajad keasaman (pH)
dan kondisi air secara keseluruhan (Nuraini, dkk, 2019).
7. DO
Dissolved oxygen (DO) merupakan sebuah ukuran banyaknya kandungan
oksigen yang terlarut dalam air. Oksigen terlarut ini merupakan hal yang
paling penting untuk ikan. Kandungan DO optimum untuk ikan adalah 5-6
mg/L, sedangkan kadar DO minimum adalah 3 mg/L (indrayani dan
rahmah, 2018).
Oksigen Terlarut/DO merupakan banyaknya oksigen yang terkandung di
dalam air dan diukur dalam satuan miligram per liter. Oksigen yang
terlarut ini dipergunakan sebagai tanda derajat pengotoran limbah yang
ada (Sugiharto, 1987).
V. METODOLOGI
5.1 ALAT
1. BOTOL SAMPEL BOD KAPASITAS 250-300ML
2. TABUNG INKUBASI
3. BURET
4. PIPET VOLUME
5. TABUNG ERLENMEYER
6. GELAS UKUR
7. INKUBATOR
8. PIPET TETES
9. STATIF
10. GELAS BEAKER
5.2 BAHAN
1. LARUTAN PENYANGGA FOSFAT
2. MGSO4
3. CACL2
4. FECL2
5. AKUADES
6. NA2SO3
7. r
5.3 ANALISIS BAHAN
1. LARUTAN PENYANGGA FOSFAT
Larutan penyangga atau Buffer adalah larutan yang bila ditambahkan
sedikit asam, basa atau air tidak mengubah pH secara berarti. Larutan
buffer dapat mempertahankan pH-nya karena mengandung ion garam,
kesetimbangan asam lemah, dan kesetimbangan air, yang membentuk suatu
sistem. Buffer fosfat, adalah kesetimbangan antara asam H2PO4 - dengan
basa konjugasinya HPO4 -2
H2PO4 - + H + ⇌ HPO4 -2
Jika diberikan OH-, kesetimbangan bergeser ke kiri, karena OHdiikat oleh
H+ menjadi H2O. Sebaliknya, jika ditambah OHkesetimbangan bergeser ke
kanan sehingga [H+ ] relatif tetap (Fatma, 2018).
2. MGSO4
Magnesium sulfat adalah garam anorganik yang mengandung unsur
magnesium, sulfur dan oksigen, dengan rumus MgSO4. Magnesium sulfat
termasuk senyawa ionik karena terjadi ikatan antara logam magnesium
dengan spesi non logam sulfat. Magnesium sulfat bersifat polar, bentuk
anhidratnya sangat higroskopik dan mudah memiliki koordinasi dengan air.
Dalam molekul sulfat terdapat ikatan kovalen antara atom belerang (sulfur)
dengan atom oksigen (yuliani dan zainul, 2018).
MgSO4 umumnya dapat dijumpai dalam garam epsomite yakni
MgSO4.7H2O. Di alam senyawa ini terdapat dalam bentuk mineral sulfat.
Magnesium sulfat (MgSO4) atau yang sering disebut dengan garam Inggris
yang dapat dijumpai dalam bentuk magnesium sulfat heptahidrat
(MgSO4.7H2O) merupakan salah satu produk industry. Magnesium sulfat
ialah padatan tak berbau yang umumnya dijumpai sebagai kristal tak
berwarna atau padatan kristalin putih. Senyawa ini sangat mudah larut pada
air panas (yuliani dan zainul, 2018).
3. CACL2
Kalsium Klorida dengan rumus molekul CaCl2 sering juga disebut
Kalsium(II) klorida, dan Kalsium diklorida. Senyawa ini memiliki nama
IUPAC yaitu calcium chloride yang biasanya berguna dalam penurunan
titik beku, pengolahan air, medis, sterilisasi hewan, sumber ion kalsium,
pengering, dan proses industri. Senyawa ini berbentuk serbuk putih, yang
bersifat higroskopis dan tidak berbau. Kalsium klorida ini larut dalam
CH3COOH, alkohol, etanol, metanol, aseton, dan piridin. Tetapi tidak larut
dalam NH3 cair, DMSO, CH3COOC2H5 (alfionita dan zainul, 2019).
Sebuah senyawa alami merupakan kalsium klorida cair yang dapat
ditemukan dalam air laut dan mata air mineral. Kemampuan kalsium
klorida menyerap banyak cairan merupakan salah satu keistimewaan yang
begitu serbaguna (Sahu KK, Law AD, Jain N, Khadwal A, Suri V, et al.
2016).
Kalsium klorida merupakan bahan yang mempunyai banyak kegunaan
dalam industri, antara lain untuk menghilangkan zat terlarut dalam larutan
hidrokarbon, menghilangkan kandungan fluoride dan zat lain yang tidak
diinginkan dalam limbah industri dan sebagai pengawet dalam industri
makanan kalengan. Selain itu kalsium klorida juga memiliki kegunaan
sebagai pencair es dan pengendali debu di jalan. Kalsium klorida
diproduksi dengan cara mereaksikan kalsium karbonat dan asam klorida
pada reaktor alir tangki berpengaduk (RATB) dengan suhu operasi 60oC
dengan tekanan 1 atm (ihsanudin, 2017).
4. FECL3
Feri klorida merupakan suatu bahan kimiaa komoditas sklala industri yang
umunya digunakan pengolahan limbah, sebagai bahan untuk air minum dan
juga sebagai katalis, baik di industri ataupun di laboratorium. Keuntungan
dari feri klorida ini antara lain : proses koagulasi dapat dilakukan pada
segala pH yang lebih besar antara 4-9, dapat menghilangkan warna, bau,
dan rasa, flok akan cepat terbentuk sehingga cepat mengendap (AYNI
DAN NINGSIH, 2021).
5. AKUADES
Akuades merupakan air hasil penyulingan yang bebas dari zat-zat pengotor
sehingga bersifat murni dalam laboratorium. Akuades berwarna bening,
tidak berbau, dan tidak memiliki rasa. Akuades merupakan pelarut yang
jauh lebih baik dibandingkan hampir semua cairan yang umum dijumpai.
Senyawa yang segera melarut di dalam akuades mencakup berbagai
senyawa organik netral yang mempunyai gugus fungsional polar seperti
gula, alkohol, aldehida, dan keton. Kelarutannya disebabkan oleh
kecenderungan molekul akuades untuk membentuk ikatan hidrogen dengan
gugus hidroksil gula dan alkohol atau gugus karbonil aldehida dan keton
(Adani dan Pujiastuti, 2017).
6. NA2SO3
7. ASAM SULFAT
Asam sulfat atau sulphuric acid adalah asam mineral kuat tak berwarna
dengan sifat korosif yang tinggi. Asam sulfat dapat larut dalam air dalam
berbagai perbandingan. Asam sulfat sangat berbahaya bila terkena jaringan
kulit karena sifatnya yang korosif, dan dengan sifatnya sebagai penarik air
yang kuat (pendehidrasi) akan menimbulkan luka seperti luka bakar pada
jaringan kulit. Semakin tinggi konsentrasi asam sulfat semakin bertambah
bahayanya. Walaupun asam sulfat tersebut encer, akan tetap mampu
mendehidrasi kertas jika tetesan asam sulfat dibiarkan di kertas dalam
waktu lama.( Tya Dwi Rahayu.W, 2018 )
8. NATRIUM HIDROKSIDA
Natrium Hidroksida atau NaOH, atau terkadang disebut soda api
merupakan senyawa kimia dengan alkali tinggi. Sifat-sifat kimia
membuatnya ideal untuk digunakan dalam berbagai aplikasi yang berbeda.
Natrium hidroksida adalah bahan dasar populer yang digunakan di industry
(Nahri dan Bachmind, 2018).
DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Jainal dan Hasibuan, Ferawati Artauli. 2019 . PENGARUH DAMPAK


PENCEMARAN UDARA TERHADAP KESEHATAN UNTUK
MENAMBAH PEMAHAMAN MASYARAKAT AWAM TENTANG
BAHAYA DARI POLUSI UDARA. Prosiding Seminar Nasional Fisika
Universitas Riau IV (SNFUR-4) Pekanbaru
Nuraini, eko, dkk. 2019. PENENTUAN NILAI BOD DAN COD LIMBAH CAIR
INLET LABORATORIUM PENGUJIAN FISIS POLITEKNIK ATK
YOGYAKARTA. Integrated Lab Journal, Vol. 07, No. 02
Umaly, R. d. (1988). Limnology : Laboratory and Field guide,Physico-chemical
Factors,Biological Factors. Metro Manila: National Book Store,Inc.
Rachmawati, S. C. (2017). Analisa Penurunan Kadar COD dan BOD limbah Cair
Laboratorium Biokimia UIN Makasar Menggunakan Fly Ash (Abu
Terbang) Batubara. Al- Kimia, 64-75.
Boyd, C. (1990). Water quality in ponds for aquaculture. Alabama: Auburn
University
Metcalf dan Eddy, 2009, “Wastewater Engineering Treatment Disposal Reuse“,
3th ed. McGraw-Hill Book Co: Singapore.
Rahmat, B dan Anwar Mallongi. 2018. STUDI KARAKTERISTIK DAN
KUALITAS BOD DAN COD LIMBAH CAIR RUMAH SAKIT
UMUM DAERAH LANTO DG. PASEWANG KABUPATEN
JENEPONTO. JURNAL NASIONAL ILMU KESEHATAN (JNIK)
Vol.1
NISWITA, RIZKY HERLIANA (2016) PENGELOLAAN LIMBAH CAIR
DOMESTIK DENGAN PROSES ELEKTROKOAGULASI. POLITEKNIK
NEGERI SRIWIJAYA : Palembang
Metcalf dan Eddy, Inc. 2008. Wastewater Engineering: Treatment, Disposal and
Reuse. McGraw-Hill, Inc: USA.
SYAFITRI, FADILLA (2017) PENGOLAHAN LIMBAH CAIR BENGKEL
MOTOR DENGAN PROSES ELEKTROKOAGULASI MENGGUNAKAN
ELEKTRODA STAINLESS STEEL. POLITEKNIK NEGERI
SRIWIJAYA : Palembang
Nusa Idaman Said. 2017. Teknologi Pengolahan Air Limbah Teori & Aplikasi.
Erlangga.
Leonardo, (2016) ISOLASI DAN UJI KEMAMPUAN BAKTERI INDIGENUS
DALAM PERBAIKAN KUALITAS LIMBAH DOMESTIK. UAJY :
Yogyakarta
Indrayani, lilin dan rahmah, nur. 2018. Nilai Parameter Kadar Pencemar sebagai
Penentu Tingkat Efektivitas Tahapan Pengolahan Limbah Cair Industri
Batik. JURNAL REKAYASA PROSES, Vol. 12, No. 1
Peraturan Pemerintah No 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air
Peraturan Pemerintah RI No. 20 Tahun 1990 tentang Pengendalian Pencemaran
Air
Sugiharto. 1987. Pengelolaan Air Limbah. Jakarta : Universitas Indonesia.
RAHMAWATI, PRILLIA. 2014.  Pengelolaan Metode Ipal ( Instalasi
Pengolahan Air Limbah ) Dalam Mengatasi Pencemaran Air Tanah Dan
Air Sungai. Universitas Muhammadiyah : Surakarta.
Asmadi, S. (2012). Dasar-Dasar Teknologi Pengolahan Air Limbah. Yogyakarta:
Gosyen Publishing.
Purwanti, Yani Indah. 2018. PENGARUH KOMPOSISI CAMPURAN PERASAN
DAUN BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbi) DAN JERUK NIPIS
(Citrus aurantiifolia) TERHADAP KADAR MINYAK DAN LEMAK
PADA LIMBAH CAIR DAPUR. Poltekkes Kemenkes Yogyakarta
:Yogyakarta
ELTARIZKY FATMA (2018) STUDI KOMPARASI METODE
PEMBELAJARAN EKSPERIMEN BERBASIS INKUIRI TERBIMBING
DAN VERIFIKASI TERHADAP KETERAMPILAN GENERIK SAINS
SISWA PADA MATERI LARUTAN PENYANGGA. Universitas Islam
Negeri Sultan Syarif Kasim : Riau.
Yuliani, febri dan zainul, rahadian. 2018. Analisis Termodinamika Molekul
Magnesium Sulphate (MgSO4).Universitas Negeri Padang
Ihsanudin, Muhammad. 2017. PRARANCANGAN PABRIK KALSIUM
KLORIDA DARI KALSIUM KARBONAT DAN ASAM KLORIDA
KAPASITAS 20.000 TON/TAHUN. UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH : SURAKARTA
Sahu KK, Law AD, Jain N, Khadwal A, Suri V, et al. 2016. Fanconi Syndrome: A
Rare Initial Presentation of Acute Lymphoblastic Leukemia. Indian
journal of hematology & blood transfusion : an official journal of Indian
Society of Hematology and Blood Transfusion 32:5-7
Alfionita, tica dan zainul rahadian. 2019. Calcium Chloride (CaCl2) :
Characteristics and Molecular Interaction in Solution. Universitas Negeri
Padang
AYNI, LUTVIANA NUR DAN NINGSIH, ERLINDA. 2021. Pengolahan
Limbah Cair Tekstil dengan Menggunakan Koagulan FeCl. Seminar
Nasional Teknologi Industri Berkelanjutan I (SENASTITAN I)
:SURABAYA
Tya Dwi Rahayu Waningsih, 2018, Analisa Risiko kebocoran pada sulfur di
Furnace pabrik Asam Sulfat di perusahaan penghasil pupuk, Jurnal
Teknik Permesinan, Prodi Teknik Keselamatan dan Kesehatan kerja :
Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya.
Nahri, B. L dan Bachmid, N. M. 2018. PRARANCANGAN PABRIK NATRIUM
HIDROKSIDA DARI LIMBAH BRINE DENGAN KAPASITAS
10.000 TON/ TAHUN PERANCANGAN PABRIK. UNIVERSITAS
ISLAM INDONESIA

Anda mungkin juga menyukai