Anda di halaman 1dari 52

ANGGARAN PRODUKSI

DAN
ANGGARAN BIAYA PRODUKSI
METODE PENYUSUNAN ANGGARAN
PRODUKSI

Anggaran produksi adalah rencana perusahaan


untuk menghasilkan produk perusahaan dalam
jumlah yang sesuai dengan kebutuhan penjualan
dengan mempertimbangkan jumlah persediaan
pada awal dan akhir periode tertentu.
FORMULA VOLUME PRODUKSI

Volume Volume Persediaan Persediaan


Produksi = Penjualan + Akhir
- Awal
CONTOH SOAL

• Sebuah perusahaan merencanakan menjual produknya


sebanyak 142.000 unit dalam tahun 2020. Jumlah
persediaan barang pada awal Januari 2020
diperkirakan sebanyak 20.000 unit. Sedangkan jumlah
persediaan barang pada akhir tahun 2020 yang
diinginkan sebesar 15.000 unit.

• Dari total volume penjualan yang dianggarkan sebesar


142.000 unit dalam setahun tersebut, direncanakan akan
dijual dalam 12 bulan operasi, dengan rincian sebagai
berikut :
Bulan Volume

Januari 15.000
Februari 16.000
Maret 16.000
April 14.000
Mei 12.000
Juni 10.000
Juli 7.000
Agustus 6.000
September 9.000
Oktober 11.000
November 12.000
Desember 14.000

Total 142.000
MAKA UNTUK TAHUN 2020 PERUSAHAAN HARUS
MEMPRODUKSI BARANG SEBANYAK 137.000 UNIT,
YANG BERASAL DARI :

Volume Penjualan 142.000


Volume Persediaan, akhir tahun 15.000
Volume Persediaan, awal tahun (20.000)
Volume Produksi 137.000
METODE PRODUKSI

1. Metode Produksi Stabil

2. Metode Persediaan Stabil

3. Metode Fleksibel
METODE PRODUKSI STABIL

Metode Produksi Stabil adalah suatu metode


produksi dimana perusahaan menetapkan volume
produksi yang relatif sama dari bulan ke bulan,
kecuali untuk bulan tertentu yang volume
penjualannya lebih tinggi. Metode ini
mengakibatkan volume persediaan menjadi tidak
stabil dari bulan ke bulan. Berdasarkan ilustrasi di
atas, jika perusahaan menetapkan akan
menggunakan metode produksi stabil maka akan
terlihat seperti dalam tabel berikut dibawah ini.
Volume Persediaan Volume
Bulan Produksi
Penjualan Akhir Total Awal

Januari 15.000 17.000 32.000 20.000 12.000


Februari 16.000 13.000 29.000 17.000 12.000
Maret 16.000 9.000 25.000 13.000 12.000
April 14.000 6.000 20.000 9.000 11.000
Mei 12.000 5.000 17.000 6.000 11.000
Juni 10.000 6.000 16.000 5.000 11.000
Juli 7.000 10.000 17.000 6.000 11.000
Agustus 6.000 15.000 21.000 10.000 11.000
September 9.000 17.000 26.000 15.000 11.000
Oktober 11.000 17.000 28.000 17.000 11.000
November 12.000 17.000 29.000 17.000 12.000
Desember 14.000 15.000 29.000 17.000 12.000

Total 142.000 15.000 157.000 20.000 137.000


• Cara yang paling mudah untuk membuat produksi stabil adalah
dengan membagi 137.000 dengan 12 bulan. Dari pembagian ini
akan diperoleh jumlah volume produksi rata-rata sebesar 11.416,67
unit. Masalahnya, volume produksi rata-rata ini dapat menghasilkan
volume pecahan. Karena itu, lebih mudah jika dibulatkan pada angka
puluhan atau ratusan terdekat. Misalnya dibulatkan menjadi 11.000
unit. Jika 11.000 unit ini dikalikan 12 bulan akan diperoleh jumlah
sebesar 132.000 unit. Sedangkan volume totalnya adalah sebesar
137.000 unit, maka kurang sebesar 5.000 unit.

• Kekurangan ini dapat ditempatkan pada bulan-bulan yang volume


penjualannya relatif lebih tinggi. Dari data penjualan tersebut dapat
diketahui bahwa penjualan yang volumenya lebih tinggi adalah pada
bulan Januari, Februari, Maret, November dan Desember. Sisa
volume produksi sebesar 5.000 unit tersebut dibagi 5 bulan,
sehingga diperoleh jumlah 1.000 unit, yang ditambahkan pada
bulan-bulan tersebut diatas. Karena volume produksinya telah
diketahui setiap bulannya, yaitu sebesar 11.000 unit dan 12.000
unit untuk bulan-bulan tertentu, maka persoalannya selanjutnya
adalah menentukan volume persediaan akhir Januari. Volume
persediaan akhir bulan Januari adalah sebesar = ( 12.000 + 20.000
) - 15.000 = 17.000. Persediaan pada akhir bulan Januari menjadi
persediaan pada awal Februari, dan seterusnya.
METODE PERSEDIAAN STABIL

Metode Persediaan Stabil adalah adalah suatu metode


produksi di mana perusahaan menetapkan volume
persediaan yang relatif sama dari bulan ke bulan,
kecuali untuk bulan tertentu. Metode ini
mengakibatkan volume produksi menjadi tidak stabil
dari bulan ke bulan. Berdasarkan ilustrasi di atas, jika
perusahaan menetapkan akan menggunakan metode
persediaan stabil maka akan terlihat seperti dalam
tabel berikut ini :
Volume Persediaan Volume
Bulan Produksi
Penjualan Akhir Total Awal

Januari 15.000 19.000 34.000 20.000 14.000


Februari 16.000 18.000 34.000 19.000 15.000
Maret 16.000 17.000 33.000 18.000 15.000
April 14.000 16.000 30.000 17.000 13.000
Mei 12.000 15.000 27.000 16.000 11.000
Juni 10.000 15.000 25.000 15.000 10.000
Juli 7.000 15.000 22.000 15.000 7.000
Agustus 6.000 15.000 21.000 15.000 6.000
September 9.000 15.000 24.000 15.000 9.000
Oktober 11.000 15.000 26.000 15.000 11.000
November 12.000 15.000 27.000 15.000 12.000
Desember 14.000 15.000 29.000 15.000 14.000

Total 142.000 15.000 157.000 20.000 137.000


• Karena volume persediaan pada akhir tahun telah
diketahui, sedangkan perusahaan menetapkan tingkat
persediaan stabil, berarti jumlah persediaan pada awal
Desember dibuat sama dengan persediaan pada
akhir Desember. Maka cara yang mudah adalah
dengan menghitung volume produksi dari bulan
Desember, yaitu Penjualan ditambah Persediaan awal
bulan (yang dibuat sama dengan persediaan akhir bulan)
dikurangi Persediaan akhir bulan (yang telah
ditetapkan), yaitu sebesar = (14.000 + 15.000) - 15.000
= 14.000.
• Persediaan pada awal bulan Desember
adalah persediaan pada akhir bulan
November. Sehingga volume produksi
dapat dihitung dengan metode yang
sama di bulan Desember. Dan
seterusnya. Metode ini mengakibatkan
tingkat persediaan di bulan tertentu
melonjak lebih besar dari persediaan
pada bulan yang lain.
METODE FLEKSIBEL

Metode Fleksibel adalah suatu metode produksi


dimana perusahaan menetapkan volume produksi
yang berubah terus dari bulan ke bulan. Metode ini
mengakibatkan volume persediaan dan volume
produksi menjadi tidak stabil dari bulan ke bulan.
Berdasarkan ilustrasi diatas, jika perusahaan
menetapkan akan menggunakan metode produksi
stabil maka akan terlihat seperti dalam tabel berikut
ini :
• Pada dasarnya, metode ini dapat
menggunakan volume produksi dan
volume persediaan sesuai dengan
keinginan perusahaan. Dalam kasus di
atas, karena volume persediaan pada
akhir tahun telah ditetapkan maka
perusahaan dapat menetapkan pula
volume persediaan pada akhir Januari ,
misalnya 17.000.
Volume Persediaan Volume
Bulan Produksi
Penjualan Akhir Total Awal

Januari 15.000 17.000 32.000 20.000 12.000


Februari 16.000 13.000 29.000 17.000 12.000
Maret 16.000 11.000 27.000 13.000 14.000
April 14.000 11.000 25.000 11.000 14.000
Mei 12.000 13.000 25.000 11.000 14.000
Juni 10.000 15.000 25.000 13.000 12.000
Juli 7.000 15.000 22.000 15.000 7.000
Agustus 6.000 16.000 22.000 15.000 7.000
September 9.000 16.000 25.000 16.000 9.000
Oktober 11.000 17.000 28.000 16.000 12.000
November 12.000 17.000 29.000 17.000 12.000
Desember 14.000 15.000 29.000 17.000 12.000

Total 142.000 15.000 157.000 20.000 137.000


• Maka volume produksi di bulan Januari
adalah sebesar = (15.000 + 17.000) –
20.000 = 12.000. Persediaan pada
akhir Januari menjadi persediaan pada
awal Februari, sehingga volume
produksi dapat dihitung lagi dengan
terlebih dahulu menentukan volume
persediaan pada akhir Februari.
Demikian seterusnya.
ANGGARAN BIAYA PRODUKSI

• - Anggaran Biaya Bahan Baku ………………....xxx


• - Anggaran Biaya Tenaga Kerja Langsung……xxx
• - Anggaran Biaya Overhead ……………………..xxx
• ------ +
• # Anggaran Biaya Produksi …………………….. xxx
ANGGARAN BIAYA BAHAN BAKU
Penetapan anggaran biaya bahan baku, ditentukan oleh kebutuhan bahan
baku dari setiap unit produk yang dihasilkan perusahaan, dikalikan
dengan volume produksi. Sehingga ditemukan volume total bahan baku
untuk periode tersebut. Kebutuhan total bahan baku untuk produksi
tersebut, ditambah dengan persediaan bahan baku yang diinginkan pada
akhir periode tersebut dan dikurangi dengan persediaan bahan baku
yang direncanakan pada awal periode.

Dari penjumlahan dan pengurangan tersebut akan diperoleh volume bahan


baku yang direncanakan untuk dibeli, dikalikan dengan harga bahan
baku per unitnya akan diperoleh nilai pembelian bahan baku yang
direncanakan.
CONTOH SOAL

• PT.Terang Dunia adalah sebuah perusahaan produsen meja


yang berkedudukan di Bandung. Pada akhir tahun 2009
perusahaan ini merencanakan memproduksi tiga jenis produk,
yaitu meja tipe MK-1 sebanyak 10.000 unit, 10.000 unit meja
tipe MM-5 dan 10.000 unit MB-2 untuk tahun 2022 mendatang.
Setiap unit meja MK-1 membutuhkan 2 meter kayu, 1,5
meter melamin dan 1 meter pipa hias dan setiap unit MM-5
membutuhkan 3 meter kayu, 3 meter melamin dan 3 meter pipa
hias. Sedangkan setiap unit meja MB-2 membutuhkan 3 meter
kayu, 2 meter melamin dan 1,5 meter pipa hias. Sedangkan
harga beli kayu diperkirakan sebesar Rp 15.000 per meter,
harga beli melamin sebesar Rp 20.000 per meter dan
harga beli pipa hias adalah sebesar Rp 12.000 per meter.
CONTOH SOAL

• Untuk menjamin kelancaran proses produksi, perusahaan


merencanakan memiliki persediaan bahan baku pada akhir
tahun 2010 sebanyak 10% kebutuhan bahan baku tersebut
untuk proses produksi selama tahun 2022. Sedangkan
persediaan bahan baku pada awal tahun 2022 diperkirakan
sebanyak 700 meter kayu, 1.000 meter melamin dan 800
meter melamin. Diperkirakan, harga beli bahan baku
tersebut akan stabil sepanjang tahun 2022.
ANGGARAN BIAYA BAHAN BAKU

MK-1 MM-5 MB-2


Harga
Bahan Total Per Unit
Nilai
Per Per Per
Unit
Total Unit
Total Unit
Total

Kayu 2 20.000 3 30.000 3 30.000 80.000 15.000 1.200.000.000

Melamin 1,5 15.000 3 30.000 2 20.000 65.000 20.000 1.300.000.000

Pipa
1 10.000 3 30.000 1,5 15.000 55.000 12.000 660.000.000
Hias

Total Rp 3.160.000.000
Untuk memproduksi setiap unit MK-1 dibutuhkan kayu
sebanyak 2 meter, 1,5 meter melamin dan 1 meter pipa
hias. Karena MK-1 diproduksi sebanyak 10.000 unit
produk, maka MK-1 memerlukan sebanyak 20.000 meter
kayu, 15.000 meter melamin dan 10.000 meter pipa hias.
Untuk memproduksi setiap unit MM-5 dibutuhkan kayu
sebanyak 3 meter, 3 meter melamin dan 3 meter pipa hias.
Karena MM-5 diproduksi sebanyak 10.000 unit produk,
maka MM-5 memerlukan sebanyak 30.000 meter kayu,
30.000 meter melamin dan 30.000 meter pipa hias.
Sedangkan untuk memproduksi setiap unit MB-2
dibutuhkan kayu sebanyak 3 meter, 2 meter melamin dan
1,5 meter pipa hias. Karena MB-2 diproduksi sebanyak
10.000 unit produk, maka MB-2 memerlukan sebanyak
30.000 meter kayu, 20.000 meter melamin dan 15.000
meter pipa hias.
Sehingga total kebutuhan kayu sebanyak 80.000 meter
yang merupakan penjumlahan dari kebutuhan kayu untuk
MK-1, MM-5 dan MB-2 (20.000 + 30.000 + 30.000).
Karena harga beli kayu adalah sebesar Rp 15.000 per
meter, maka biaya bahan baku kayu untuk memproduksi
seluruh produk tersebut adalah sebesar Rp
1.200.000.000. Total kebutuhan melamin sebanyak
65.000 meter yang merupakan penjumlahan dari
kebutuhan melamin untuk MK-1, MM-5 dan MB-2 (15.000
+ 30.000 + 20.000). Karena harga beli melamin adalah
sebesar Rp 20.000 per meter, maka biaya bahan baku
kayu untuk memproduksi seluruh produk tersebut adalah
sebesar Rp 1.300.000.000. Sedangkan total kebutuhan
pipa hias sebanyak 55.000 meter yang merupakan
penjumlahan dari kebutuhan kayu untuk MK-1, MM-5 dan
MB-2 (10.000 + 30.000 + 15.000). Karena harga beli
kayu adalah sebesar Rp 12.000 per meter, maka biaya
bahan baku kayu untuk memproduksi seluruh produk
tersebut adalah sebesar Rp 660.000.000.
Gabungan biaya bahan baku per jenis bahan
tersebut akan menghasilkan biaya bahan baku
total sebanyak Rp 3.160.000.000. yang
merupakan gabungan dari biaya bahan baku
sebesar Rp 1.200.000.000. untuk
memproduksi 10.000 unit MK-1, sebanyak Rp
1.300.000.000. merupakan biaya bahan baku
untuk memproduksi 10.000 unit MM-5 dan
sebanyak Rp 660.000.000 untuk memproduksi
sebanyak 10.000 unit MB-2.
ANGGARAN BIAYA BAHAN BAKU PER UNIT
PRODUK

Kebutuhan
Harga Biaya Per Biaya Bahan
Bahan Bahan
Produk Beli Per Unit Jenis Per Unit
Baku Per Unit
Bahan Bahan Produk
Produk

Kayu 2 15.000 30.000


MK-1 Melamin 1,5 20.000 30.000 72.000
Pipa Hias 1 12.000 12.000
Kayu 3 15.000 45.000
MM-5 Melamin 3 20.000 60.000 141.000
Pipa Hias 3 12.000 36.000
Kayu 3 15.000 45.000
MB-2 Melamin 2 20.000 40.000 103.000
Pipa Hias 1,5 12.000 18.000
• Untuk memproduksi setiap unit MK-1 dibutuhkan kayu sebanyak
2 meter, 1,5 meter melamin dan 1 meter pipa hias. Itu berarti
setiap unit MK-1 membutuhkan kayu senilai Rp 30.000, karena
harga kayu tersebut Rp 15.000 per meter, membutuhkan
melamin sebanyak Rp 30.000 karena harga beli melamin
adalah sebesar Rp 20.000 per meter dan membutuhkan pipa
hias sebanyak Rp 12.000 karena harga beli pipa hias sebesar
Rp 12.000 per meter. Berarti untuk memproduksi satu uni MK-1
dibutuhkan biaya bahan baku sebesar Rp 72.000.
• Untuk memproduksi setiap unit MM-5 dibutuhkan kayu
sebanyak 3 meter, 3 meter melamin dan 3 meter pipa hias. Itu
berarti setiap unit MM-5 membutuhkan kayu senilai Rp 45.000,
karena harga kayu tersebut Rp 15.000 per meter,
membutuhkan melamin sebanyak Rp 60.000 karena harga beli
melamin adalah sebesar Rp 20.000 per meter dan
membutuhkan pipa hias sebanyak Rp 36.000 karena harga
beli pipa hias sebesar Rp 12.000 per meter. Berarti untuk
memproduksi satu uni MM-5 dibutuhkan biaya bahan baku
sebesar Rp 141.000.
• Untuk memproduksi setiap unit MB-2 dibutuhkan kayu
sebanyak 3 meter, 2 meter melamin dan 1,5 meter pipa
hias. Itu berarti setiap unit MB-2 membutuhkan kayu
senilai Rp 45.000, karena harga kayu tersebut Rp 15.000
per meter, membutuhkan melamin sebanyak Rp 40.000
karena harga beli melamin adalah sebesar Rp 20.000 per
meter dan membutuhkan pipa hias sebanyak Rp 18.000
karena harga beli pipa hias sebesar Rp 12.000 per
meter. Berarti untuk memproduksi satu uni MB-2
dibutuhkan biaya bahan baku sebesar Rp 103.000.

• Jadi untuk memproduksi 10.000 unit meja tipe MK-1,


10.000 unit MM-5 dan 10.000 unit MB-2 dibutuhkan
biaya bahan baku total sebanyak Rp 3.160.000.000.
Anggaran Pembelian Bahan Baku

Kebutuhan Persediaan Pembelian


Bahan
Produksi 1/1/2022 31/12/2022 Volume Harga Nilai

Kayu 80.000 700 8.000 87.300 15.000 1.309.500.000


Melamin 65.000 1.000 6.500 70.500 20.000 1.410.000.000
Pipa
55.000 800 5.500 59.700 12.000 716.400.000
Hias
Total Rp 3.435.900.000
Dari tabel biaya bahan baku yang telah disusun sebelumnya,
diketahui bahwa perusahaan memerlukan kayu sebanyak 80.000
meter untuk kebutuhan produksi selama satu tahun. Perusahaan
menghendaki jumlah persediaan pada akhir tahun sebanyak 10% dari
kebutuhan tersebut, itu berarti sebanyak 8.000 meter disediakan
sebagai persediaan kayu pada akhir tahun 2010. Sedangkan pada
awal tahun 2010, perusahaan memiliki kayu sebanyak 700 meter.
Berarti, perusahaan harus membeli kayu sebanyak 87.300 meter (
volume pembelian = 80.000 + 8.000 – 700 ). Dengan harga beli kayu
sebesar Rp 15.000 per meter, maka nilai pembeian kayu pada tahun
2010 adalah sebesar Rp 1.309.500.000.

Perusahaan juga memerlukan bahan baku berupa melamin sebanyak


65.000 meter untuk kebutuhan produksi selama satu tahun.
Perusahaan menghendaki jumlah persediaan pada akhir tahun
sebanyak 10% dari kebutuhan tersebut, itu berarti sebanyak 6.500
meter disediakan sebagai persediaan melamin pada akhir tahun
2010. Sedangkan pada awal tahun 2010, perusahaan memiliki
melamin sebanyak 1.000 meter. Berarti, perusahaan harus membeli
melamin sebanyak 70.500 meter ( volume pembelian = 65.000 +
6.500 – 1.000 ). Dengan harga beli melamin sebesar Rp 20.000 per
meter, maka nilai pembelian melamin pada tahun 2010 adalah
sebesar Rp 1.410.000.000.
• Selain itu, perusahaan juga memerlukan bahan baku berupa
pipa hias sebanyak 55.000 meter untuk kebutuhan produksi
selama satu tahun. Perusahaan menghendaki jumlah
persediaan pada akhir tahun sebanyak 10% dari kebutuhan
tersebut, itu berarti sebanyak 5.500 meter disediakan sebagai
persediaan pipa hias pada akhir tahun 2010. Sedangkan pada
awal tahun 2010, perusahaan memiliki pipa hias sebanyak 800
meter. Berarti, perusahaan harus membeli pipa hias sebanyak
59.700 meter ( volume pembelian = 55.000 + 5.500 – 800 ).
Dengan harga beli pipa hias sebesar Rp 12.000 per meter,
maka nilai pembelian pipa hias pada tahun 2010 adalah sebesar
Rp 716.400.000.
• Sehingga total nilai pembelian bahan baku pada tahun 2010
adalah sebesar Rp 3.435.900.000. yang merupakan gabungan
dari pembelian kayu sebanyak Rp 1.309.500.000. dan
pembelian melamin sebesar Rp 1.410.000.000. serta pembelian
pipa hias sebesar Rp 716.400.000.
ANGGARAN BIAYA TENAGA
KERJA
Anggaran biaya tenaga kerja merupakan
rencana pembayaran biaya tenaga kerja di
dalam suatu periode tertentu yang dibutuhkan
untuk memproduksi seluruh produk yang
direncanakan di dalam suatu periode terntentu.
Secara umum, untuk menghitung anggaran
tenaga kerja, perusahaan tinggal mengalikan upah
yang dibayarkan dengan suatu satuan tertentu.
Satuan yang digunakan untuk menghitung dasar
penetapan pembayaran tenaga kerja, tersebut
disebut tarif biaya tenaga kerja.
BIAYA TENAGA KERJA : TARIF PER
JAM KERJA.
Dengan metode ini perusahaan tinggal menghitung taksiran kebutuhan jam
kerja keseluruhan yang dibutuhkan untuk memproduksi seluruh produk
perusahaan dalam volume yang direncanakan. Jika pembayaran ditentukan
berdasarkan jam kerja, maka tinggal dihitung taksiran jam kerja yang
diperlukan untuk menyelesaikan satu unit produk, dikalikan dengan tarif per
jamnya. Hasil perkalian itu akan menghasilkan biaya tenaga kerja per unit
produk. Volume produksi dikalikan dengan biaya tenaga kerja per unit produk
akan menghasilkan biaya tenaga kerja total.
CONTOH SOAL

• PT.Terang Dunia adalah sebuah perusahaan


produsen meja yang berkedudukan di
Bandung. Pada akhir tahun 2009 perusahaan
ini merencanakan memproduksi tiga jenis
produk, yaitu meja tipe MK-1 sebanyak
10.000 unit, 10.000 unit meja tipe MM-5 dan
10.000 unit MB-2 tahun 2010 mendatang.
Setiap unit meja MK-1 membutuhkan 3 jam
kerja langsung, setiap unit MM-5
membutuhkan 4 jam kerja langsung dan setiap
unit meja MB-2 membutuhkan 5 jam kerja
langsung. Sedangkan untuk setiap pekerja
langsung dibayar sebesar Rp 3.000 per jam
kerja langsung.
Anggaran Biaya Tenaga Kerja Langsung Tahun 2022

Jam Kerja
Biaya TKL
Volume Tarif Per
Per Unit
Produk Produksi Per Jam
Total Produk Total
Unit

MK-1 10.000 3 30.000 3.000 9.000 90.000.000

MM-5 10.000 4 40.000 3.000 12.000 120.000.000

MB-2 10.000 5 50.000 3.000 15.000 150.000.000

Total Rp 360.000.000
BIAYA TENAGA KERJA : TARIF PER
HARI KERJA.

Jika pembayaran biaya tenaga kerja


ditetapkan berdasarkan hari kerja, maka
harus dihitung hari kerja dalam satu bulan
atau satu tahun, dikalikan dengan jumlah
tenaga kerja keseluruhan. Hasil perkalian itu
merupakan biaya tenaga kerja yang
dianggarkan untuk memproduksi seluruh
produk dalam satu periode.
CONTOH SOAL
PT.Terang Dunia dalam contoh di atas, adalah sebuah perusahaan
produsen meja yang berkedudukan di Bandung. Pada akhir tahun 2021
perusahaan ini merencanakan memproduksi tiga jenis produk, yaitu meja
tipe MK-1 sebanyak 10.000 unit, 10.000 unit meja tipe MM-5 dan 10.000
unit MB-2 untuk tahun 2022 mendatang. Untuk menghasilkan seluruh
produk tersebut perusahaan merencanakan bekerja selama 278 hari dalam
setahun dan mempekerjakan 30 tenaga kerja. Sebanyak 8 orang pekerja
digunakan untuk memproduksi MK-1, sebanyak 10 orang pekerja
digunakan untuk memproduksi MM-5 dan sebanyak 12 pekerja digunakan
untuk memproduksi MB-2. Setiap tenaga kerja dibayar Rp 40.000. per hari.
Anggaran Biaya Tenaga Kerja Langsung Tahun 2022

Upah Hari Kerja Jumlah Biaya


Produk Per Hari Total Pekerja Tenaga Kerja

MK-1 40.000 278 8 88.960.000

MM-5 40.000 278 10 111.200.000

MB-2 40.000 278 12 133.440.000

Total 30 Rp 333.600.000
BIAYA TENAGA KERJA : TARIF PER
UNIT PRODUK.

Jika pembayaran tenaga kerja ditetapkan


berdasarkan unit produksi yang dihasilkan, maka
tinggal dihitung tarif upah per unit produknya,
dikalikan dengan volume produksi total. Hasil
perkalian tersebut merupakan biaya tenaga kerja
total dalam periode tersebut.
CONTOH SOAL

PT.Terang Dunia dalam contoh diatas, adalah sebuah


perusahaan produsen meja yang berkedudukan di
Bandung. Pada akhir tahun 2021 perusahaan ini
merencanakan memproduksi tiga jenis produk, yaitu
meja tipe MK-1 sebanyak 10.000 unit, 10.000 unit meja
tipe MM-5 dan 10.000 unit MB-2 untuk tahun 2022
mendatang. Untuk menghasilkan seluruh produk
tersebut perusahaan merencanakan membayar setiap
pekerja sebesar Rp 11.000 per unit MK-1, sebesar Rp
12.000 per unit MM-5 dan sebesar Rp 14.000 per unit
MB-2.
Anggaran Biaya Tenaga Kerja

Upah Volume Biaya


Produk Per Unit Produk Produksi Tenaga Kerja

MK-1 11.000 10.000 110.000.000


MM-5 12.000 10.000 120.000.000
MB-2 14.000 10.000 140.000.000

Total Rp 370.000.000
ANGGARAN BIAYA OVERHEAD
Anggaran Biaya Overhead adalah seluruh biaya produksi selain biaya
bahan baku dan biaya tenaga kerja, yang direncanakan akan dibayarkan
dalam satu periode tertentu. Biaya overhead mencakup tiga kelompok biaya,
yaitu :

1. Biaya bahan penolong

2. Biaya tenaga kerja penolong

3. Biaya pabrikase lain


ANGGARAN BIAYA OVERHEAD :
BAHAN PENOLONG
Biaya bahan penolong, yaitu biaya yang
dikeluarkan untuk bahan-bahan yang dibutuhkan
di dalam suatu produk, tetapi bukan merupakan
komponen utama dari suatu produk.

Misalnya :
- Benang dan kancing di dalam perusahaan produsen
pakaian
- Paku, cat, plitur di dalam perusahaan produsen mebel
ANGGARAN BIAYA OVERHEAD :
TENAGA KERJA PENOLONG

Biaya tenaga kerja penolong, adalah gaji atau upah


untuk membayar para pekerja yang terlibat dalam
proses produksi tetapi tidak secara langsung
berperan di dalam proses menghasilkan produk
tersebut.

Misalnya :
- Gaji Satpam dan karyawan bagian kebersihan pabrik
ANGGARAN BIAYA OVERHEAD :
PABRIKASE LAIN

Biaya pabrikase lainnya adalah biaya overhead, yaitu


biaya selain biaya bahan penolong dan tenaga kerja
penolong. Biaya ini berkaitan erat dengan peralatan
dan fasilitas pendukung produksi. Biaya ini mencakup:

- Biaya depresiasi mesin pabrik


- Biaya depresiasi bangunan pabrik
- Biaya listrik pabrik
- Biaya air PAM pabrik
- Biaya telepon pabrik
- Dan sebagainya.
CONTOH SOAL

PT.Terang Dunia adalah sebuah perusahaan produsen


meja yang berkedudukan di Bandung. Pada akhir tahun
2009 perusahaan ini merencanakan memproduksi tiga
jenis produk, yaitu meja tipe MK-1 sebanyak 10.000
unit, 10.000 unit meja tipe MM-5 dan 10.000 unit MB-2
untuk tahun 2010 mendatang. Setiap jenis meja
membutuhkan cat, paku dan hiasan kaki meja sebagai
bahan penolong. Setiap unit meja membutuhkan cat
sebanyak 0,25 liter, sebanyak 0,1 kg paku dan 4
hiasan kaki meja. Diperkirakan harga beli dari cat
sebesar Rp 25.000 per liter, dan harga beli paku
diperkirakan sebesar Rp 18.000 per kg, dan harga 1
buah hiasan meja sebesar Rp 1.000. Gaji Satpam pabrik
dianggarkan sebesar Rp 24.000.000 per tahun. Gaji
mandor produksi dianggarkan sebesar Rp
48.000.000. per tahun. Sedangkan anggaran biaya
pabrikase lainnya, mencakup biaya depresiasi mesin
sebesar Rp 12.500.000, biaya depresiasi bangunan
pabrik sebesar Rp 24.000.000. dan biaya listrik, air &
telepon pabrik sebesar Rp 40.000.000.
Anggaran Biaya Overhead
Jumlah
Jenis Biaya Parsial Total

- Biaya Cat 187.500.000


- Biaya Paku 54.000.000
- Biaya Hiasan Kaki Meja 120.000.000
# Biaya Bahan Penolong 361.500.000
- Gaji Satpam Pabrik 24.000.000
- Gaji Mandor Produksi 48.000.000
# Biaya Tenaga Kerja Penolong 72.000.000
- Biaya Listrik, Air , Telepon 40.000.000
- Biaya depresiasi Aktiva Tetap 36.500.000
# Biaya Pabrikase Lainnya 76.500.000

Total Rp 510.000.000
TARIF OVERHEAD DAN MANFAATNYA
Tarif biaya overhead adalah biaya overhead yang ditetapkan
sebagai dasar menghitung biaya overhead per unit produk. Jadi
tanpa menetapkan tarif biaya overhead, maka perusahaan tidak
akan dapat menghitung biaya overhead dan biaya produksi per unit
produknya.

Dalam menentukan tarif biaya overhead, perusahaan dapat


menggunakan dasar:
1. Jumlah jam kerja :
a. Jumlah jam kerja langsung
b. Jumlah jam kerja mesin
2. Volume produk yang dihasilkan.
CONTOH SOAL

• Dalam kasus PT.Terang Dunia di atas, jika perhitungan


tarif biaya overhead menggunakan dasar jam kerja
langsung, sedangkan jumlah jam kerja total adalah
sebesar 120.000 jam kerja (lihat tabel anggaran biaya
tenaga kerja langsung berdasarkan tarif per jam diatas),
sedangkan biaya overhead total yang dianggarkan
adalah sebesar Rp 510.000.000. maka besarnya tarif
overhead tersebut adalah :

• Tarif Biaya Overhead = 510.000.000 : 120.000


= Rp 4.250. per jam kerja
langsung.
CONTOH SOAL

• Jika dasar perhitungan tarif menggunakan volume produksi


sebagai dasar perhitungan tarif, sedangkan jumlah volume
produksi adalah sebesar 30.000 unit produk untuk ketiga jenis
produk tersebut, maka besarnya tarif overhead tersebut adalah :
• Tarif Biaya Overhead = 510.000.000 : 30.000
= Rp 17.000. per unit produk.
FUNGSI TARIF BIAYA OVERHEAD

Fungsi dari penentuan tarif biaya overhead adalah


untuk menghitung anggaran biaya produksi atau
anggaran harga pokok produksi per unit produk.
Tanpa menentukan tarif biaya overhead, maka
perusahaan tidak akan dapat menghitung biaya
produksi per unit produknya.

Anda mungkin juga menyukai