Anda di halaman 1dari 8

PROPOSAL

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK)


STIMULASI PERSEPSI RESIKO PRILAKU KEKERASAN SESI 4

Dosen pembimbing :

Ns Ernauli Meliyana. S.Kep.,M.Kep

Disusun Oleh :

Lulu Diya’ul Auliya

NPM : 201560311059

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

SEKOLAH TIGGI ILMU KESEHATAN MEDISTRA INDONSIA

TAHUN 2021
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Landasan teori
1. Prilakuk kekerasan
Prilaku kekerasan ialah bentuk prilaku yang dapat melui seseorang
secara fisi maupun psikologis. Berdasarkan definisi ini maka prilaku
kekerasan dapat di lakukan secara verbal, diarahkan pada diri sendiri,
orang lain dan lingkungan. Prilaku kekerasan bisa terjadi dalam dua
bentuk yakni saat berlangsung kekeraasan atau riwayat prilaku kekerasan
(Dermawan dll 2013).
Prilaku kekerasan merupakan suatu keadaan dimana seseorang
menunjukan bahwa ia dapat membahayakan diri sendiri, orang lain,
lingkungan, baik secara fisik, emosional, sesual dan verbal. (Heardman
2011 dalam jurnal (Salamah and Nyumirah, 2018)
2. Tujuan
Tujuan kelompok adalah membantu anggotanya berhubungan
dengan orang lain serta mengubah prilkau yang deskriptif dan maladaptif.
Kekuatan kelompok ada pada konstribusi dari setiap anggota dan
pemimpin dala menjalankan tujuannya.
  Kelompok adalah kumpulan individu yang memilih hubungan satu
dengan yang lain. Anggota kelompok mungkin datang dari berbagai latar
belakang yang harus ditangani sesuai dengan keadaannya, seperti agresif,
takut, kebencian, kompetitif, kesamaan ketidaksamaan, kesukaan dan
menarik diri (Stuart dan Laraia, 2006). Terapi kelompok adalah suatu
psikoterapi yang dilakukan oleh sekelompok  penderita bersama-sama
dengan jalan diskusi satu sama lain yang dipimpin, diarahkan oleh
terapis/petugas kesehatan yang telah dilatih (Keliat, 2009).
Terapi aktivitas kelompok itu sendiri mempermudah psikoterapi
dengan sejumlah pasien dalam waktu yang sama. Manfaat terapi aktivitas
kelompok yaitu agar pasien dapat belajar kembali bagaimana cara
bersosialisasi dengan orang lain, sesuai dengan kebutuhannya
memperkenalkan dirinya. Menanyakan hal-hal yang sederhana dan
memberikan respon terhadap pertanyaan yang lain sehingga pasien dapat
berinteraksi dengan orang lain dan dapat merasakan arti berhubungan
dengan orang lain (Bayu, 2011).
Terapi aktivitas kelompok sering dipakai sebagai terapi tambahan.
Wilson dan Kneisl menyatakan bahwa terapi aktivitas kelompok adalah
manual, rekreasi, dan teknik kreatif untuk memfasilitasi pengalaman
seseorang serta meningkatkan repon social dan harga diri (Keliat, 2009)
Pada pasien dengan perilaku kekerasan selalu cenderung untuk
melakukan kerusakan atau mencederai diri, orang lain, atau lingkungan.
Perilaku kekerasan tidak jauh dari kemarahan. Kemarahan adalah
perasaan jengkel yang timbul sebagai respon terhadap kecemasan yang
dirasakan sebagai ancaman. Ekspresi marah yang segera karena suatu
sebab adalah wajar dan hal ini kadang menyulitkan karena   secara
kultural ekspresi marah yang tidak diperbolehkan. Oleh karena itu, marah
sering diekspresikan secara tidak langsung (Sumirta, 2013)
Prilaku kekerasan dapat dicegah dengan cara yang sehat dan baik.
Dengan Tak resiko prilsku kekerasan diharapkan mampu memberikan
pemahaman kepada klien tentang cara mengontrol kemarahan sehingga
prilsku kekerasan dapat di cegah.
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Klien dapat melakukan ibadah secara teratur
2. Tujuan khusus
a. Klien dapat mengidentifikasi kegiatan ibadah yang sering dilakukannya
b. Klien dapat melakukan kegiata ibadah secara teratur
BAB II
MEKANISME KEGIATAN

Sesi 4 Mencegah prilaku kekerasan spiritual


A. Tujuan
Klien dapat melakkan ibadah secara teratur
B. Settingan
1. Terapis dan klien duduk bersama dan dalam lingkungan
2. Rungan nyaman dan tenang
C. Alat
1. Papan tulis/ white board tulis
2. Buku catatan dan pulpen
3. Jadwal kegiatan klien
D. Pengorganisasian
Tim perawat
Leader (Lulu diyaul auliya)
 Menjelaskan maksud dan tujuan terapi aktivitas kelompok
 Memotivasi anggota untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan
 Mengatasi masalah yang mungkin timbul antar klien dalam kelompok
 Memimpin jalannya erapi aktivitas kelompok dengan tertib
 Memberikan reinforcement positif kepada klien

Co leader (Fera Julia)


 Menyampaikan info fasilitator kepada leader
 Mengingatkan leader bila permainan menyimpang
 Mengingatkan leader lama waktu pelaksanaan kegiatan
 Bersama leader menjadi contoh bentuk kerja sama yang baik
 Membacakan peraturan kegiatan
 Memberikan reinforcement positif kepada klien

Fasilitator (Mila Nurmala, Nurahma Hidayah)


 Memotivasi klien yang kurang/ tidak aktif dalam kegiatan
 Membeikan contoh posisi duduk tegak, tatapan mata dan cara
berkomunikasi yang baik kepada klien
 Memberikan reinforcement positif kepada klien

Observer (Dwi Novebriliani, Eka)


 Mengamati lamanya proses kegiatan sebagi acuan untuk mengevaluasi
 Mengamati jalannya kegiatan, kekurangan dan kelebihan sesuai dengan
tujuan
 Mencatat prilaku verbal/ nor verba; klien selama berlangsungnya kegiatan
dan dilaporkan kepada leader
E. Langkah Kegiatan
1. Persiapan
a. Mengingatkan kontrak dengan klien yang telah ikut sesi
b. Menyiapkan alat dan tempat
2. Orientasi
a. Salam terapeutik
1) Salam dari terapien kepada klien
2) Klien dan terapis pakai papan nama
b. Eavaluasi/validasi
1) Menanyakan prasaan klien saat ini
2) Menanyakan apakah ada penyebab marah, tanda dan gejala marah
serta prilakuk kekerasan
c. Kontrak
1) Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu kegiatan ibadah untuk
mencegah prilaku kekerasan
2) Menjelaskan aturan main berikut
a) Jika ada klien yang meninggalkan kelompok, atau ketoilet
harus meminta izin terlebih dahulu kepada terapis/perawat
b) Lama kegiatan dilakukan 15-20 menit
c) Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai dengan
selesai
3. Tahap kerja
1) Menanyakan agama dan kepercayaan masing-masing klien
2) Mendiskusikan kegiatan ibadah yang bisa dilakukan masing-masing
klien
3) Menuliskan kegiatan ibadah masing-masing klie.
4) Meminta klien untuk memilih satu kegiatan ibadah
5) Meminta klien mendemostrasikan kegiatan ibadah yang dipilih
6) Memberi pujian pada penampilan kllien

4. Tahap terminasi
a. Evaluasi
1) Perawat/terapis menanyakan prasaan klien setelah mengikuti TAK
2) Menayakan jumlah cara pencegahan prilaku kekerasan yang telah
dipelajari
3) Memberikan pujian dan penghargaaan atas jawaban yang benar
b. Tindak lanjut
1) Menganjurkan klien melatih kegiatan fiisik, dan kegiatan ibadah
jika stimulus peneyebab prilaku kekerasan terjadi
2) Menganjurkan klien melatih kegiatan fiisk dan kegiatan ibadah
secara teratur
3) Memasukan kegiatan ibadah pada jadwal kegiatan harian klien
c. Salam penutup
1. Evaluasi dan Dokumentasi
a. Evaluasi
Evaluasi di lakukan pada saat proses TAK berlangsung khususnya pada tahap
kerja. Spek yang dievaluasi adalah kemapuan klien sesuai dengan tujuan TAK.
Untuk TAK stimulasi persepsi prilaku kekerasan sesi 4, kemapuan klien yang
diharapkan ad;ah prilaku 2 kegiatan ibadadah untuk mencegah kekerasan.
Formulir evaluasi
Sesi 4 : TAK
Stimulasi persepsi prilaku kekerasan
Kemapuan mencegah prilaku kekerasan spiritual
No Nama klien Mempraktikan Mempraktikan
kegiatan ibadah pertama kegiatan ibadah kedua
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Petunjuk :
1. Tuliskan nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien
2. Untuk tiap klien, beri penelian tentang kemapuan mempraktikan dua kegiatan
ibadah pada ppasien TAK. Beri tanda centang jika klien mampu dan tanda
silang jika tidak mampu

b. Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yangdimiliki klien saat TAK pada catat proes
keperawatan tiap klien. Contoh : klien menguikuti sesi 4, TAK stimulasi
persepsiprilaku kekerasan. Klien mampu mempergakan dua cara ibadah.

Anda mungkin juga menyukai