Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PENDAHULUHAN PRAKTEK KLINIK

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH (KMB)


DENGAN HIPERTENSI

CHIKA YULIANA NISARDI


202014025

PRODI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH SURAKARTA
2020/2021
KONSEP DASAR

A. PENGERTIAN
Tekanan Darah Tinggi (hipertensi) adalah suatu peningkatan tekanan darah
di dalam arteri. Secara umum, hipertensi merupakan suatu keadaan tanpa gejala,
dimana tekanan yang abnormal tinggi di dalam arteri menyebabkan meningkatknya
resiko terhadap stroke, aneurisma, gagal jantung, serangan jantung dan kerusakan
ginjal. (Wahyu Rahayu, 2015)
Hipertensi dapat didefiniskan sebagai tekanan darah persisten dimana
tekanan sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya diatas 90 mmHg.
Hipertensi diakatakan ringan apabila tekanan diastoliknya antara 95-104 mmHg,
hipertensi sedang jika tekanan diastoliknya antara 105 dan 114 mmHg dan
hipertensi beraat bila tekanan diastoliknya 115 mmHg atau lebih. Pembagian ini
berdasarkan peningkatan tekanan diastolik karena dianggap lebih serius dari
peningkatan sistolik (Padila, 2013).

B. ETIOLOGI

Padila (2013), hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi 2

golongan besar yaitu : 1. Hipertensi essensial (hipertensi primer) yaitu hipertensi

yang tidak diketahui penyebabnya. 2. Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang

disebabkan oleh penyakit lain. Hipertensi primer terdapat pada lebih dari 90%

penderita hipertensi, sedangkan 10% sisanya disebabkan oleh hipertensi sekunder.

Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya, data-data

penelitian telah menemukan beberapa faktor yang sering menyebabkan terjadinya

hipertensi. Faktor tersebut adalah sebagai berikut :


1. Faktor keturunan

Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan lebih

besar untuk mendapatkan hipertensi jika oranan tuanya adalah penderita

hipertensi.

2. Ciri perseorangan

Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah umur (jika

umur bertambah maka TD meningkat), jenis kelamin (laki-laki lebih tinggi

daripada perempuan) dan ras (ras kulit hitam lebih banyak daripada kulit

putih)

3. Kebiasaan hidup

Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah

konsumsi garam yang tinggi (melebihi sari 30 gr), kegemukan atau makan

berlebihan, stress dan pengaruh lain misanya merokok. Minum akohol, minum

obat-obatan (ephedrine, prednison, epineprin).

C. MANIFESTASI KLINIS

Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi : (Menurut, Padila, 2013)

1. Tidak ada gejala

Tidak ada gejala yang soesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan

tekanan darah, selain penentuan tekanan arteru oleh dokter yang memeriksa.

Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan

arteri tidak terukur.

2. Gejala yang lazim

Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi

nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan gejala


terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis.

Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala, meskipun

secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya

berhubungan dengan tekanan darah tinggi (padahal sesungguhnya tidak).

Gejala yang dimaksud adalah sakit kepala, pendarahan dari hidung, pusing,

wajah kemerahan dan kelelahan; yang bisa saja terjadi baik pada penderita

hipertensi maupun seseorang dengan tekanan darah yang normal. Jika

hipertensinya berat atau menahun dan tidak diobati, bisa timbul gejala sebagai

berikut :

a. Sakit kepala

b. Kelelahan

c. Mual

d. Muntah

e. Sesak nafas

f. Gelisah

g. Pandangan menjadi kabur yang terjadi karena adanya kerusakan pada otak,

mata, jantung dan ginjal.

Kadang penderita hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran

dan bahkan koma karena terjadi pembengkakan otak. Keadaan ini disebut

ensefalopati hipertensif, yang memerlukan penanganan segera


D. PATHWAYS

Obesitas Merokok Stress Konsumsi Alkohol Kurang olah Usia di atas 50 Kelainan fungsi
ginjal Feokromositoma
garam berlebih raga tahun

Penimbunan Nikotin dan karbon Pelepasan Peningkatan Menghasilkan


Tidak mampu
kolesterol monoksida masuk adrenalin dan Retensi cairan kadar kortisol Meningkatnya Penebalan hormon epinefrin
membuang
aliran darah kortisol tahanan perifer dinding aorta & dan norepinefrin
sejumlah garam
arteri pembuluh darah
dan air di dalam
Peningkatan Meningkatnya besar
Penyempitan tubuh Memacu stress
Merusak lapisan Vasokonstriksi volume darah sel darah merah
pembuluh darah endotel pembuluh Elastisitas
pembuluh dan sirkulasi Efek konstriksi
darah darah pembuluh
arteri perifer Volume darah
Meningkatnya darah menurun
dalam tubuh
viskositas
Aterosklerosis Tahanan meningkat
perifer
meningkat

Jantung bekerja keras


untuk memompa

HIPERTENSI

Otak Ginjal Indera Kenaikan beban


kerja jantung

Vasokonstriksi Retina Hidung


Suplai O2 ke Retensi Telinga
pembuluh darah Hipertrofi otot
otak menurun pembuluh darah ginjal jantung
otak meningkat Spasme Perdarahan Suara
Sinkope arteriole berdenging
Blood flow Penurunan
Tekanan menurun fungsi otot
pembuluh darah Diplopia Gangguan jantung
Resiko tinggi meningkat
keseimbangan
cidera Respon RAA
Nyeri Resiko tinggi Resiko
kepala cidera penurunan curah
Resiko terjadi Vasokonstriksi jatung
gangguan
perfusi jaringan
serebral Gangguan rasa Rangsang
nyaman nyeri aldosteron

Retensi
natrium

Oedem

Gangguan
keseimbangan
volume cairan

Sumber : Sodoyo, 2013; Ruhyanuddin, 2014.


E. KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat terjadi pada penderita hipertensi menurut ( Nuraini, 2016)

1. Jantung koroner
2. Gagal jantung
3. Stroke
4. Gagal ginjal kronik
5. retinopati

6. PENATALAKSANAAN

1. Terapi tanpa obat


a. Mengendalikan berat badan
Penderita hipertensi yang mengalami kelebihan berat badan dianjurkan untuk
menurunkan berat badannya sampai batas normal.

b. Pembatasan asupan garam (sodium/Na)


mengurangi pamakaian garam sampai kurang dari 2,3 gram natrium atau 6
gram natrium klorida setiap harinya (disertai dengan asupan kalsium,
magnesium, dan kalium yang cukup).

c. Berhenti merokok
Penting untuk mengurangi efek jangka panjang hipertensi karena asap rokok
diketahui menurunkan aliran darah keberbagai organ dan dapat meningkatkan
kerja jantung.

d. Mengurangi atau berhenti minum minuman beralkohol.


e. Mengubah pola makan pada penderita diabetes, kegemukan atau kadar
kolesterol darah tinggi.
f. Olahraga aerobic yang tidak terlalu berat.
Penderita hipertensi esensial tidak perlu membatasi aktivitasnya selama
tekanan darahnya terkendali.

g. Teknik-teknik mengurangi stress


Teknik relaksasi dapat mengurangi denyut jantung dan TPR dengan cara
menghambat respon stress saraf simpatis.
h. Manfaatkan pikiran
Kita memiliki kemampuan mengontrol tubuh, jauh lebih besar dari yang kita
duga. dengan berlatih organ-organ tubuh yang selama ini bekerja secara
otomatis seperti; suhu badan, detak jantung, dan tekanan darah, dapat kita atur
gerakannya.

2. Terapi dengan obat


a. Penghambat saraf simpatis
Golongan ini bekerja dengan menghambat akivitas saraf simpatis sehingga
mencegah naiknya tekanan darah, contohnya: Metildopa 250 mg (medopa,
dopamet), klonidin 0,075 & 0,15 mg (catapres) dan reserprin 0,1 &0,25 mg
(serpasil, Resapin).

b. Beta Bloker
Bekerja dengan menurunkan daya pompa jantung sehingga pada gilirannya
menurunkan tekanan darah. Contoh: propanolol 10 mg (inderal, farmadral),
atenolol 50, 100 mg (tenormin, farnormin), atau bisoprolol 2,5 & 5 mg
(concor).

c. Vasodilator
Bekerja langsung pada pembuluh darah dengan merelaksasi otot pembuluh
darah.

d. Angiotensin Converting Enzym (ACE) Inhibitor


Bekerja dengan menghambat pembentukan zat Angiotensin II (zat yang dapat
menyebabkan peningkatan tekanan darah). Contoh: Captopril 12,5, 25, 50 mg
(capoten, captensin, tensikap), enalapril 5 &10 mg (tenase).

e. Calsium Antagonis
Golongan obat ini menurunkan daya pompa jantung dengan cara menghambat
kontraksi jantung (kontraktilitas). Contohnya: nifedipin 5 & 10 mg (adalat,
codalat, farmalat, nifedin), diltiazem 30,60,90 mg (herbesser, farmabes).

f. Antagonis Reseptor Angiotensin II


Cara kerjanya dengan menghalangi penempelan zat angiotensin II pada
reseptornya yang mengakibatkan ringannya daya pompa jantung. Contoh :
valsartan (diovan).
g. Diuretic
Obat ini bekerja dengan cara mengeluarkan cairan tubuh (lewat urin) sehingga
volume cairan tubuh berkurang, sehingga mengakibatkan daya pompa jantung
menjadi lebih ringan. Contoh: Hidroklorotiazid (HCT) (Muttaqin, 2012).

7. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Urinalisis untuk darah dan protein, elektrolit dan kreatinin darah


Dapat menunjukkan penyakit ginjal baik sebagai penyebab atau disebabkan oleh
hipertensi.
2. Glukosa darah
Untuk menyingkirkan diabetes atau intoleransi glukosa.
3. Kolesterol, HDL dan kolesterol total serum
Membantu memperkirakan risiko kardiovaskuler di masa depan.
4. EKG
Untuk menetapkan adanya hipertrofi ventrikel kiri.
5. Hemoglobin/Hematokrit
Bukan diagnostik tetapi mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan
(Viskositas) dan dapat mengindikasikan faktor-faktor risiko seperti
hiperkoagulabilitas, anemia.
6. BUN/kreatinin
Memberikan informasi tentang perfusi/fungsi ginjal.
7. Glukosa Hiperglikemia (diabetes melitus adalah pencetus hipertensi) Dapat
diakibatkan oleh peningkatan kadar katekolamin (meningkatkan hipertensi).
8. Kalium serum
Hipokalemia dapat mengindikasikan adanya aldosteron utama (penyebab) atau
menjadi efek samping terapi diuretic.
9. Kalsium serum
Peningkatan kadar kalsium serum dapat meningkatkan hipertensi.
10. Kolesterol dan trigliserida serum
Peningkatan kadar dapat mengindikasikan pencetus untuk/adanya pembentukan
plak atero matosa (efek kardiovaskuler).
11. Pemeriksaan tiroid
Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi dan hipertensi.
12. Kadar aldosteron urin/serum
Untuk mengkaji aldosteronisme primer (penyebab).
13. Urinalisa
Darah, protein, glukosa, mengisyaratkan disfungsi ginjal dan/atau adanya
diabetes.
14. Asam urat
Hiperurisemia telah menjadi implikasi sebagai faktor risiko terjadinya hipertensi.
15. Foto dada
Dapat menunjukkan abstraksi kalsifikasi pada area katup, deposit pada dan atau
takik aorta, pembesaran jantung.
16. CT Scan
Mengkaji tumor serebral, ensefalopati, atau feokromositama (Sodoyo, 2013).
DAFTAR PUSTAKA

Friedman, M. 2010. Buku Ajar Keperawatan keluarga : Riset, Teori, dan Praktek. Edisi ke-5.
Jakarta: EGC.
Muttaqin, A. (2012). Pengantar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba Medika.

Nurnaini, Bianti. 2016. Risk Factors Hipertension. Jurnal Majority: 4(5)

Padila. 2013. “Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam”. Yogyakarta: Nuha Medika

Ruhyanudin, F. (2014). Asuhan keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem


Kardiovaskuler. Jakarta: UPT Penerbitan Universitas Muhammadiyah Malang.

Sudoyo, A. W; Bambang, S & Idrus, A, et al. (2013). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Wahyu, Rahayu. 2015. “Mengenal dan Mencegah Penyakit Diabetes, Hipertensi, Jantung dan
Stroke Untuk Hidup Lebih Berkualitas”. Yogyakarta: Media Ilmu
LAPORAN KASUS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
PADA PASIEN DENGAN HIPERTENSI

Oleh :

CHIKA YULIANA NISARDI


202014025

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH SURAKARTA
2020/2021
PENGKAJIAN

Nama : Ny.B

Tanggal : 23 Maret 2021

Waktu : 09.00 WIB

Tempat : Ds. Jagan

A. IDENTITAS
Identitas Pasien
Nama : Ny.B
Umur : 47 Thn
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Indonesia / Jawa
Pendidikan : SMA
Pekerjaan :-
Alamat : Ds. Jagan salak Kec. Ceper Klaten

Catatan Masuk
Tanggal : 23 Maret 2021
Jam : 09.00 WIB
Dikirim Oleh : Keluarga
Diagnosa : Hipertensi

B. RIWAYAT KESEHATAN
1. Keluhan Utama :
Pasien menagatakan pusing susah tidur dan sakit di bagian kepala belakang
menjaar ke leher.
2. Riayat Penyakit Sekarang :
Pasien mengatakanpusing sudah 3 hari sulit tidur sejak dua hari yang lalu dan
nyeri skala 5 di bagian belakang kepala sampai ke leher.
3. Riwayat Penyakit Dahulu :
Pasien mengatakan bahwa memiliki riwayat hipertensi.
4. Riwayat Kesehatan Keluarga :
Pasien mengatakan bahwa Almarhumah orangtuanya juga mengidap hipertensi.

Genogram :
Keterangan :

Meninggal : Laki-laki: perempuan :

Menikah : Keturunan : Tinggal satu rumah :

5. Pola Kebiasaan Sehari-hari


a. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan :
pasien mengatakan sebelum sakit pasien sering konsumsi makanan yang tinggi
lemak dan menyukai makanan asin.
b. Pola nutrisi :
Pengkajian Nutrisi ABCD
A (Antropometri) : BB : 58 kg sebelum sakit BB : 58 kg, TB : 160 cm
IMT : 22,85( Pasien termasuk kedalam normal weight)
B (Biocemical) :

Jenis Pemeriksaan Hasil Rentang Normal Status Keterangan


Hb 13,7 L : 13-18 g/dl Normal
P : 11-16,5

C (Cemical) : klien tampak lemah.


D (Diet) : pasien makan 3x sehari dengan nasi,sayur, lauk dan buah. Makanan
dihabiskan 1
Pengkajian Pola Nutrisi

Sebelum Sakit Saat Sakit


Frekuensi 3x/Hari 3x/Hari
Jenis Nasi, Lauk, Sayur, Buah Nasi, Lauk, Sayur, Buah
Porsi Habis Habis
Keluhan Tidak Ada Tidak Ada

c. Pola eliminasi
1) BAB

Sebelum Sakit Saat Sakit


Frekuensi 1-2 x/Hari 1x/Hari
Konsistensi Lunak lunak
Warna coklat Coklat
Pengguanaan Tidak ada Tidak ada
pencahar (laksatif)
Keluhan Tidak ada Tidak ada

2) BAK

Sebelum Sakit Saat Sakit


Frekuensi 5-6 x/Hari 4-5 x/Hari
Jumlah volume Lebih kurang 1000 Lebih kurang 800
cc/hari cc/hari
Warna Kuning cerah Kuning cerah
Pancaran Normal Normal
Keluhan Tidak ada Tidak ada

d. Pola aktifitas dan latihan:

Kemampuan perawatan diri 0 1 2 3 4


Makan/Minum √
Mandi √
Toileting √
Berpakaian √
Mobilisasi di tempat tidur √
Berpindah √
Ambulasi ROM √
Ket :
0 = mandiri, 1 = dengan alat bantu, 2 = dibantu orang lain, 3 = dibantu orang
lain dan alat, 4 = tergantung total.

e. Pola aktifitas dan latihan :

Sebelum sakit Saat sakit


Jumlah lama tidur siang 2 jam Tidak tidur siang
Jumlah lama tidur 6 jam 5 jam
malam
Penggunaan obat tidur Tidak ada Tidak ada
Gangguan tidur Tidak Ya
Perasaan waktu bangun Segar lemas
Kebiasaan sebelum tidur Berdoa Berdoa

f. Pola Kognitif – Perseptual :


Status mental pasien baik, kurang lebih pasien mengetahui penyakit yang
dialaminya. Sekarang psien memahami cara pencegahan agar penyakitnya
tidak berulang lagi. Pasien mengeluh nyeri di bagian Kepala belakang
menjalar ke leher.
g. Pola konsep diri
1) Gambaran diri : pasien tampak lemah gelisah dan tidak rileks.
2) Harga diri : pasien ingin cepat sembuh dan beraktifitas seperti biasa.
3) Ideal diri : pasien dapat berinteraksi dengan perawat
4) Identitas diri : pasien adalah seorang ibu rumah tangga.
5) Peran diri : pasien adalahibu di keluarganya.

h. Pola hubungan pasien :


Pasien memiliki hubungan yang baik dengan keluarganya. Pasien tampak
sangat dekat dengan anak-anak perempuannya.
i. Pola seksual dan reproduksi :
Pasiens udah menikah.
j. Pola koopin dan toleransi strees :
Pasien memiliki kooping diri yang baik.
k. Pola nilai dan kepercayaan :
Pasien selalu berdoa meminta kesembuhan, dan beristigfar saat merasakan
sakit.

6. Pemeriksaan Fisik :
a. Keadaan umum : Kondisi pasien sedang tampak lemah dengan keadaan
Composmentis.
b. Pemeriksaan TTV : TD : 150/100 mm/hg, N : 94x/menit, RR : 20x/menit, S :
37,5◦c.
c. Pemeriksaan kepala : bentuk kepala pasien simetris tidak ada bekas luka,
pertumbuhan rambut merata dan bersih.
Mulut : mukosa mulut kering, tidak ada stomatitis
Gigi : gigi lengkap, graham belakang pasien bolong dan terdapat karies gigi.
Lidah : lidah pasien bersih, tidak ada bau mulut
Telinga : fungsi pendengaran normal, tidak ada serumen, bentuk simetris
tidak ada nyeri telinga.
d. Pemeriksaan leher : bentuk leher pasien simetris tidak ada bekas luka dan
tidak ditemukan adanya pembesaran kelenjar tiroid dan limfe.

e. Pemeriksaan fisik paru (IPPA)


I : pengembangan didnding dada kanan kiri simetris. Respirasi normal
24x/menit. Tidak ada retraksi dinding dada dan tidak ada bekas luka.
P : Vokal premitus teraba
P : sonor
A : Suara Vesikuler

f. Pemeriksaan fisik Jantung (IPPA)


I : ictus cordis tidak tampak kuat angkat.
P : ictus cordis teraba tidak kuat angkat pada ics 4-5.
P : ics 4-5 pekak.
A : terdengar bunyi lupdup pada batas jantung tanpa ada bunyi jantung
tambahan.

g. Pemeriksaan fisik Abdomen (IAPP)


I : abdomen simetris tidak ada bekas luka.
A : pristaltik (bising usus meningkat 40x/menit.
P : hipertimpani, perut kembung.
P : turgor kulit >1 detik, terdapat nyeri tekan.
h. Pemeriksaan ekstremitas :

Ekstremitas kanan atas : Ekstremitas kiri atas :


5 5

Ekstremitas kanan Esktremitas kiri


bawah : 5 bawah : 5

i. Pemeriksaan Genitalia :
Jenis kelamin perempuan tidak ada lesi tidak ada odem, tidak ada kelainan dan
tidak menggunakan selang kateter.
j. Pemeriksaan Anus :
Tidak ada hemoroid/wasir.

7. Pemeriksaan Penunjang : -
C. ANALISA DATA

No. Data Etiologi problem


1. Ds : Pasien mengatakan pusing, Gejala Terkait Gangguan Rasa
sakit kepala dan tidak bisa tidur. Penyakit Nyaman
Do : -Tampak tidak rileks (Hipertensi)
- Merasa tidak nyaman dan
- Berkeluh kesah

2. Ds : pasien mengatakan nyeri, Agen cidera Nyeri Akut


P :Kepala belakang menjalar ke biologis
leher
Q : seperti ditekan benda berat
R : dikepala
S : skala 5
T : Hilang Timbul
Do : - ekspresi wajah tampak
menahan sakit.
- Pasien tampak memegangi
bagian Leher belakangnya.
.
3. Ds : Pasien mengatakan sulit tidur Ketidaknyamanan Insomnia
dan tidak nyenyak. Fisik
Do : - pasien tampak lemah.
- Mengalami gangguan pola
tidur
- Mengalami Perubahan Mood

D. DIAGNOSA KEPERAWATAN

No Diagnosa keperawatan
.
1. Gangguan Rasa Nyaman b.d Gejala Terkait Penyakit (Hipertensi)
2. Nyeri Akut b.d Agen Cidera Biologis.
3. Insomnia b.d Ketidaknyamanan Fisik

E. INTERVENSI

No Waktu Dx Tujuan & Intervensi Rasional Nama


(H/T/J kriteria hasil &
) TTD
1. Selasa, Gang Setelah -Kaji TTVpasien -Mengetahui
23-03- guan dilakukan Tekanan CHIKA
2021/ Rasa tindakan darah pasien.
10.00 Nyam keperawatan -Anjurkan pasien -Menjaga
WIB an b.d selama 3x24 jam untuk mengurangi kestabilan
CHIKA
Gejal diharapkan konsumsi garam tekanan
a Gangguan rasa dan rutin darah.
Terka nyaman pasien mengkonsumsi
it dapat teratasi buah pisang.
Penya dengan kriteria -Ajarkan tekhnik -Menurunkan
kit hasil : relaksasi otot tekanan
(Hipe -Pasien tampak progresif darah pasien
CHIKA
rtensi lebih rileks dan
) merasa lebih
nyaman. -Kolaborasi (-)

2. Selasa, Nyeri Setelah -Kaji skala nyeri -Mengetahui


23-03- Akut dilakukan pasien perubahan
2021/ b.d tindakan skala nyeri CHIKA
10.00 Agen keperawatan pasien
WIB Cider selama 3x24 jam -Berikan posisi -Memeni
a diharapkan nyeri senyaman malisir
Biolo akut pasien mungkin dan timbulnya
gis. berkurang lingkungan yang nyeri. CHIKA

dengan kriteria tenang


hasil: -Ajarkan pasien -Membantu
- Skala nyeri 3 untuk melakukan pasien lebih
-Pasien tidak relaksasi nafas rileks. CHIKA
memegangi dalam.
bagian leher
belakangnya. -Kolaborasi (-)

3. Selasa, Inso Setelah -Observasi pola-Pemantauan


23-03- mnia dilakukan tidur pasien. berkala
2021/ b.d tindakan -Anjurkan pasien -membantu CHIKA

10.00 Ketid keperawatan minum susu meningkatka


WIB aknya selama 3x24 jam hangat sebelum n kualitas
mana diaharpak tidur. tidur dan CHIKA
n masalah lebih
Fisik kekurangan nyenyak.
INSOMNIA -Ajarkan pasien -Membantu
pasien dapat untuk melakukan pasien lebih CHIKA
teratasi dengan rileksasi nafas rileks.
kriteria hasil : dalamsebelum
-Pasien tidak tidur
sulit tidur -Kolaborasi -Mendukung
-Pasien tidak dengan keluarga pasien secara
mengalami untuk menciptakan psikologis.
CHIKA
perubahan mood suasana yang
tenang dan
nyaman.

F. IMPLEMENTASI

No Waktu Dx Implementasi Respon Nama


. (H/T/J) &
TTD
1. Selasa, 1 -Kaji TTV pasien S : TD : 150/100 mm/hg,
23-03- N : 94x/menit, RR : CHIKA
2010/ 20x/menit, S : 37,5◦C.
10.00 O :Pasien masih pusing
WIB -Anjurkan pasien untuk S : pasien mengatakan
CHIKA
mengurangi konsumsi masih Pusing.
garam dan rutin O : Pasien nampak tidak
mengkonsumsi buah nyaman.
pisang.
-Ajarkan tekhnik relaksasi S : pasien bisa mengerti CHIKA

otot progresif O : Pasien mampu


mempraktekkan.

11.00 2 -Kaji skala nyeri pasien. S : pasien masih


CHIKA
WIB merasakan nyeri
P :Kepala belakang
menjalar ke leher.
Q : seperti ditekan
R : diKepala
S : skala 5
T : Hilang timbul
O : pasien tampak
memegani leher
belakannya.
11.20 -Berikan posisi senyaman S : pasien merasa sedikit
WIB mungkin dan lingkungan nyaman
CHIKA
yang tenang O : pasien masih tampak
memegangi leher
belakangnya.
11.25 -Ajarkan pasien untuk S : pasien merasa nyaman
WIB melakukan relaksasi nafas O : pasien lebih rileks. CHIKA
dalam.

12.10 3 -Observasi pola tidur S : Pasien masih belum


WIB pasien. bisa tidur. CHIKA
O : Pasien terlihat
mengantuk.
12.20 -Anjurkan pasien minum S : pasien mengatakan
CHIKA
WIB susu hangat sebelum akan mencobanya
tidur. O : pasien memahami
tujuan dan alasanya.
12.30 -Ajarkan pasien untuk S : pasien nampak lebih
WIB melakukan rileksasi nafas rileks CHIKA
dalamsebelum tidur O :Pasien mulai
mengantuk.
12.40 -Kolaborasi dengan S : pasien nampak senang CHIKA
WIB keluarga untuk O :Pasien mulai
menciptakan suasana mengantuk.
yang tenang dan nyaman.

2. Rabu, 1 -Kaji TTV pasien S : TD : 140/90 mm/hg,


24-03- N : 88x/menit, RR :
2010/ 20x/menit, S : 36,5◦C.
10.00 O :Pasien masih pusing
WIB -Anjurkan pasien untuk S : pasien mengatakan
mengurangi konsumsi masih Pusing.
garam dan rutin O : Pasien nampak tidak
mengkonsumsi buah nyaman.
pisang.
-Ajarkan tekhnik relaksasi S : pasien bisa mengerti
otot progresif O : Pasien mampu
mempraktekkan.

11.00 2 -Kaji skala nyeri pasien. S : pasien masih


WIB merasakan nyeri
P :Kepala belakang
menjalar ke leher.
Q : seperti ditekan
R : diKepala
S : skala 4
T : Hilang timbul
O : pasien tampak
memegani leher
belakannya.
11.20 -Berikan posisi senyaman S : pasien merasa sedikit
WIB mungkin dan lingkungan nyaman
yang tenang O : pasien masih tampak
memegangi leher
belakangnya.
11.25 -Ajarkan pasien untuk S : pasien merasa nyaman
WIB melakukan relaksasi nafas O : pasien lebih rileks.
dalam.

12.10 3 -Observasi pola tidur S : Pasien sudah bisa tidur.


WIB pasien. O : Pasien terlihat segar.

3. Kamis, 1 -Kaji TTV pasien S : TD : 130/80 mm/hg,


25-03- N : 88x/menit, RR : CHIKA
2010/ 20x/menit, S : 36,5◦C.
10.00 O :Pasien masih pusing
WIB -Anjurkan pasien untuk kadang
mengurangi konsumsi S : pasien mengatakan CHIKA
garam dan rutin masih sedikit Pusing.
mengkonsumsi buah O : Pasien nampak tidak
pisang. nyaman.

-Ajarkan tekhnik relaksasi S : pasien bisa mengerti


otot progresif O : Pasien mampu CHIKA

mempraktekkan.

11.00 2 -Kaji skala nyeri pasien. S : pasien sudah tidak


WIB merasakan nyeri CHIKA
P :Kepala belakang
menjalar ke leher.
Q : seperti ditekan
R : diKepala
S : skala 3
T : Hilang timbul
O : pasien tampak
rileks

S : Pasien sudah bisa tidur.


11.10 3 -Observasi pola tidur O : Pasien terlihat segar. CHIKA
pasien.
4. Jumat, 1 -Kaji TTV pasien S : TD : 110/80 mm/hg,
26-11- N : 88x/menit, RR : CHIKA
2020/ 20x/menit, S : 36,5◦C.
10.00 O :Pasien tidak pusing
WIB

11.00 2 -Kaji skala nyeri pasien. S : pasien sudah tidak


WIB merasakan nyeri CHIKA
P :Kepala belakang
menjalar ke leher.
Q : seperti ditekan
R : diKepala
S : skala 3
T : Hilang timbul
O : pasien tampak
rileks

11.20 3 -Observasi pola tidur S : Pasien sudah bisa tidur.


WIB pasien. O : Pasien terlihat segar.
CHIKA
G. EVALUASI FORMATIF

No. Waktu Dx Evaluasi Nam


(H/T/J) a&
TTD
1 Selasa, Gangguan S : Pasien mengatakan pusingdi bagian ke[ala
23-03- Rasa belang menjalar ke leher. CHIKA
2021/ Nyaman O : TD : 150/100 mm/hg,
10.45 b.d Gejala N : 88x/menit, RR :
WIB Terkait 20x/menit, S : 36,5◦C
Penyakit A : masakah beun teratasi
(Hiperten P : Intervensi dilanjutkan :
si) - Kaji TTVpasien
- Anjurkan pasien untuk mengurangi
konsumsi garam dan rutin mengkonsumsi
buah pisang
- Ajarkan tekhnik relaksasi otot progresif

11.40 Nyeri S : pasien mengatakan masih nyeri


WIB Akut b.d P : Kepala belakang menjalar ke leher
Agen Q : Seperti Ditekan benda berat CHIKA
Cidera R : Dikepala
Biologis. S : skala 5
T : Hilang timbul
O : pasien masih tampak memegangi leher
belakangnya.
A : masalah belum teratasi pasien masih nyeri
P :intervensi dilanjutkan
- Kaji skala nyeri
- Berikan posisi senyaman mungkin
- Ajarkan pasien untuk melakukan relaksasi
nafas dalam.

13.00 Insomnia S : Pasien mengatakan sulit tidur dan tidak


WIB b.d nyenyak
Ketidakny O : pasien tampak lesu dan mengantuk
amanan A : maasalah belum teratasi
Fisik P :intervensi dilanjutkan
- Observasi pola tidur pasien. CHIKA
- Anjurkan pasien minum susu hangat
sebelum tidur.
- Ajarkan pasien untuk melakukan rileksasi
nafas dalamsebelum tidur

2. Rabu, Gangguan S : Pasien mengatakan pusingdi bagian ke[ala


25-03- Rasa belang menjalar ke leher. CHIKA
2021/ Nyaman O : TD : 140/90 mm/hg,
10.55 b.d Gejala N : 88x/menit, RR :
WIB Terkait 20x/menit, S : 36,5◦C
Penyakit A : masakah beun teratasi
(Hiperten P : Intervensi dilanjutkan :
si) - Kaji TTVpasien
- Anjurkan pasien untuk mengurangi
konsumsi garam dan rutin mengkonsumsi
buah pisang
- Ajarkan tekhnik relaksasi otot progresif

Nyeri S : pasien mengatakan masih nyeri


11.45 Akut b.d P : Kepala belakang menjalar ke leher CHIKA
WIB Agen Q : Seperti Ditekan benda berat
Cidera R : Dikepala
Biologis. S : skala 4
T : Hilang timbul
O : pasien masih tampak memegangi leher
belakangnya terkadang.
A : masalah belum teratasi pasien masih nyeri
P :intervensi dilanjutkan
- Kaji skala nyeri
- Berikan posisi senyaman mungkin
- Ajarkan pasien untuk melakukan relaksasi
nafas dalam.
13.05
WIB

Insomnia S : Pasien mengatakan sudah bisa tidur dengan


b.d nyenyak CHIKA
Ketidakny O : pasien tampak segar
amanan A : maasalah teratasi
Fisik P :intervensi dihentikan
3. Kamis, Gangguan S : Pasien mengatakan masih sedikit pusing di
25-03- Rasa bagian ke[ala belang menjalar ke leher. CHIKA
2021/ Nyaman O : TD : 130/80 mm/hg,
10.55 b.d Gejala N : 88x/menit, RR :
WIB Terkait 20x/menit, S : 36,5◦C
Penyakit A : masakah beum teratasi
(Hiperten P : Intervensi dilanjutkan :
si) - Kaji TTVpasien
11.45
WIB

Nyeri S : pasien mengatakan sudah tidak nyeri


Akut b.d P : Kepala belakang menjalar ke leher CHIKA
Agen Q : Seperti Ditekan benda berat
Cidera R : Dikepala
Biologis. S : skala 3
T : Hilang timbul
O : pasien tampak lebih rileks
A : masalah belum teratasi
P :intervensi dihentikan

Insomnia S : Pasien mengatakan sudah bisa tidur dengan


b.d nyenyak
Ketidakny O : pasien tampak segar CHIKA
amanan A : maasalah teratasi
Fisik P :intervensi dihentikan
H. EVALUASI SUMATIF

No. Waktu Dx Evaluasi Nama


(H/T/J) &
TTD
1 Jumat, 1 S : Pasien mengatakan sudah tidak pusing.
26-03- O : TD : 110/80 mm/hg, CHIKA
2020/ N : 88x/menit, RR :
10.50 20x/menit, S : 36,5◦C
WIB A : masakah teratasi
P : Intervensi dihentikan

11.50 2 S : pasien mengatakan sudah tidak nyeri


WIB P : Kepala belakang menjalar ke leher
CHIKA
Q : Seperti Ditekan benda berat
R : Dikepala
S : skala 3
T : Hilang timbul
O : pasien tampak lebih rileks
A : masalah belum teratasi
P :intervensi dihentikan

13.10 3 S : Pasien mengatakan sudah bisa tidur dengan


WIB nyenyak CHIKA
O : pasien tampak segar
A : maasalah teratasi
P :intervensi dihentikan

Anda mungkin juga menyukai