Definisi Umum Yang Ada Dalam Patologi
Definisi Umum Yang Ada Dalam Patologi
Dosen Pembimbing:
Dr. drh. Dwi Kesuma Sari
Disusun Oleh:
Septiadi Yusuf Sulaiman (C031181324)
B. Adaptasi Seluler
1. Degenerasi
Kemunduran sel oleh karena padanya terjadi gangguan metabolisme sehingga
tertimbun (akumulasi) bahan-bahan metabolit, yang normal tidak tampak
dalam jumlah sedikit, sehingga sel menjadi bengkak dan sakit.
2. Pigmentasi
Penimbunan pigmen pada tubuh, terjadi pada beberapa penyakit. Pigmen tubuh
dapat berasal dari dalam (endogen) atau dari luar (eksogen).
a. Jenis Pigmentasi Eksogen
Anthracosis: Penimbunan debu pada paru. Secara makroskopis, tampak
garis kehitaman pada saluran limfe. Secara mikroskopis,
pigmen ditemukan pada septum alveolaris, jaringan ikat,
folikel limfe dan kelenjar limfe, juga pada sitoplasma pada
rongga alveoli. Pigmentasi tidak menimbulkan reaksi radang
dan tidak menimbulkan gangguan pernapasan.
Siderosis: Berupa penimbunan debu besi, sehingga paru berwarna seperti
karat besi. Banyak ditemukan pada pekerja tambang besi.
Berbahaya jika debu silika ikut masuk, karena menimbulkan
reaksi radang.
Argyria: Penimbunan perak, yang masuk melalui saluran pencernaan atau
obat tetes hidung. Kulit menjadi abu-abu. Tidak menyebabkan
reaksi radang.
b. Jenis Pigmentasi Endogen
Hemosiderin: Berupa granula berwarna coklat kuning dan berisi besi
aktif. Berasal dari sel darah merah yang rusak (destruksi
eritrosit). Disebut Hemosiderosis jika pigmen ditemukan
dalam sel dan jaringan sebagai pigmentasi yang sistemik
atau lokal.
Hematin: Terbentuk jika hemoglobin bereaksi dengan asam atau alkali
keras. Secara morfologik menyerupai hemosiderin.
Porphyrin: Secara normal hematoporphyrin dapat ditemukan dalam air
kemih. Kadar porphyrin yg berlebihan menyebabkan urine
menjadi merah tua. Terjadi pada penyakit dengan gangguan
metabolisme hemoglobin.
Bilirubin: Normal dibentuk dalam sel retikuloendotelial dari peruntuhan
Hb, pada hati, limpa dan sumsum tulang. Penimbunan
bilirubin akan menimbulkan icterus.
Hemokromatosis: Penimbunan pigmen besi, karena tubuh tidak dapat
mengekskresi besi dalam jumlah yg banyak.
Melanin: Normal pada kulit, adrenal, retina. Dibentuk oleh melanoblast.
Pada kulit di lapisan stratum germinativum, lalu disimpan
dalam fibroblast.
Lipokrom: Hidrokrabon berwarna, yaitu karotenoid dan berasal dari
tumbuhan yang masuk melalui makanan.
Lipofucsin: Pigmen berwarna kuning kecoklatan, yang terdapat pada
sitoplasma sel, berasal dari lemak terlarut dan telah
dioksidasi.
C. Radang dan Persembuhan
1. Inflamasi
Reaksi protektif dari sebuah jaringan setempat yang ditimbulkan oleh cedera
atau kerusakan jaringan. Radang dapat juga disebut sebagai reaksi jaringan dan
mikrosirkulasinya terhadap gangguan/patogen, ditandai adanya pergerakan
mediator radang dan akumulasi cairan serta leukosit dari pembuluh darah ke
jaringan ekstravaskuler. Radang bertujuan dalam rangka menghancurkan dan
mengeliminasi agen penyebab gangguan/patogen, sehingga dapat
memperbaikan jaringan yang cidera.
a. Ciri-Ciri Inflamasi
Rubor (Redness) = Kemerahan
Tumor (Swelling) = Pembengkakan
Kalor (Heat) = Panas
Dolor (Pain) = Nyeri
Fungsio Laesa (Loss of Function) = Hilangnya Fungsi
b. Jenis Inflamasi
Endocardium: Peradangan pada endocarditis.
Hepatitis: Peradangan pada hati.
Nephritis: Peradangan pada nephron.
Pneumonia: Peradangan pada paru-paru
Phlebitis: Peradangan pada pembuluh darah
2. Regenerasi
Usaha suatu jaringan untuk melakukan regenerasi pada jaringan yang terluka
atau rusak. Persembuhan dapat terjadi dengan cara regenerasi (pergantian sel
yang lama dengan sel yang baru) dan replacement (pergantian oleh jaringan
ikat).
3. Eksudat
Cairan radang ekstra sel yang mengandung protein konsentrasi tinggi, banyak
sel debris, dengan berat jenis diatas 1,020.
4. Transudat
Cairan dengan kadar protein rendah dengan berat jenis dibawah 1,020.
5. Giant Cell
Gabungan dari beberapa makrofag, sehingga menghasilkan satu sel dengan
banyak inti serta sitoplasma. Giant cell yang terkait peradangan disebut dengan
Foreign Body Giant Cell.
a. Jenis Giant Cells
Langhans giant cells → nukleus tersusun mengitari tepi → horseshoe
Foreign body giant cells, nuklus terdispersi lebih atau kurang merata
D. Immunopatholgy
1. Hipersensitivitas
Suatu respon antigenik yang berlebihan, yang terjadi pada individu yang
sebelumnya telah mengalami suatu sensitisasi dengan antigen atau alergen
tertentu.
2. Autoimun
Kondisi yang terjadi bila sistem imun gagal untuk mengenali dirinya sendiri,
sehingga sistem kekebalan tubuh seseorang akan menyerang tubuhnya sendiri.
3. Immunodefisiensi
Menurunnya fungsi dari sistem imun yang membuat tubuh lebih rentan
terhadap penyakit menular. Penyakit imunodefisiensi dapat terjadi akibat
kelainan genetik pada satu atau lebih komponen sistem kekebalan tubuh yang
disebut penyakit imunodefisiensi congenital (primer). Penyakit imunodefisiensi
yang disebabkan oleh cacat pada sistem kekebalan tubuh akibat infeksi,
kelainan nutrisi, atau perawatan medis yang menyebabkan fungsi berbagai
komponen sistem kekebalan tubuh tidak memadai disebut penyakit
imunodefisiensi acquired (sekunder).
4. Immunosupressi
Suatu kondisi di mana aktivasi sistem kekebalan tubuh dan responnya ditekan,
biasanya menggunakan obat dan terapi imunosupresif untuk menghambat
proses pembentukan limfosit di dalam tubuh.
5. Immunocompromised
Individu yang mengalami keadaan immundefisiensi.
6. Discoid lupus erythematosus (DLE)
Penyakit inflamasi kronik pada kulit yang menyebabkan kulit terlihat buruk.
Penyakit ini merupakan bentuk yang paling umum dari cutaneous lupus
erythematosus, yang ditandai dengan eritema, kulit yang mengeras, plak
bersisik dengan ukuran yang bermacam-macam yang menyebabkan atrofi,
jaringan parut, dan perubahan pigmen.
7. Pemphigous (vulgaris)
Penyakit autoimun dengan manifestasi berupa kondisi lepuhan pada permukaan
kulit atau mukosa. Hal ini dapat terjadi karena kerusakan atau hilangnya adhesi
intersel akibat autoantibodi IgG, kadang-kadang IgA dan IgM terutama
terhadap desmoglein 3, dapat juga pada desmoglein 1, sehingga menyebabkan
pelepasan sel epitel yang dikenal dengan akantolisis. Perluasan ulserasi yang
diikuti ruptur pada lepuhan dapat menyebabkan rasa sakit, kehilangan cairan
dan elektrolit.
E. Hematopathology
1. Hyperemia
Darah yang berlebihan pada kapiler/arteri bagian tubuh tertentu, dimana
kapiler/arteri meluas. Penyebab dapat berupa stadium awal peradangan (panas),
aktifitas fisiologis, wajah pada keadaan malu/marah, saluran pencernaan yang
sedang aktif mencerna, kelenjar susu yang laktasi.
2. Kongesti
Darah yang berlebihan dalam vena, dimana vena meluas dan bagian yang
terbendung menjadi bengkak, kebiruan, dingin. Penyebab dapat berupa
berkurangnya tekanan darah karena gagal jantung, gangguan aliran darah dari
paru-paru, gangguan katup-katup, sirosis hati, obstruksi partial vena, stadium
akhir kebuntingan.
3. Hemorrhage
Keluarnya darah dari vaskula (ekstravasasi) ke luar tubuh, ke dalam rongga
tubuh atau ke jaringan sekitarnya.
a. Jenis Pendarahan
Petechiae (pendarahan titik): Sebesar ujung pensil, umum terjadi pada
keadaan sepsis.
Purpura: Pendarahan dengan diameter noktah <1 cm.
Ecchymoses: Diameter noktah >1 cm.
Linier: Pendarahan berbentuk garis merah, sering terjadi pada mukosa
kolon dan rektum.
Striae: Pendarahan seperti sapuan kuas, terjadi pada lapisan serosa organ
(peritoneum, pleura, serosa organ digesti, diafragma).
b. Pendarahan di Rongga Tubuh
Epistaxis: Pendarahan akibat kerusakan mukosa hidung, darah kadang
menetes (mimisan).
Hemothorax: Pendarahan yang terakumulasi di rongga dada.
Hemopericardium: Pendarahan yang terakumulasi di kantung jantung.
Hemoperitoneum: Pendarahan yang terakumulasi di rongga perut.
Hemoptysis: Pendarahan dari mulut akibat kerusakan paru/saluran
pernafasan.
Hematemesis: Muntah darah, darah keluar bersama muntahan/vomitus,
warna darah kecoklatan karena asam lambung.
Melena: Feses yang keluar bercampur darah sehingga berwarna
merah/coklat/hitam, pendarahan saluran cerna bagian atas.
Hemartrosis: Pendarahan yang terakumulasi ke dalam kantung sendi.
Hematuria: Urin berdarah akibat pendarahan saluran urin (urethra hingga
ureter).
Metrorrhagia: Pendarahan saluran reproduksi atas (uterus).
Menorrhagia: Pendarahan saluran reproduksi bawah (vagina).
4. Hematoma
Pendarahan yang membentuk benjolan/kantong, karena gumpalan darah berada
di bawah lapisan penutup (kulit, serosa).
5. Thrombosis
Proses pembentukan gumpalan darah (thrombus), yang bertujuan untuk
menutupi luka endotel. Dapat terjadi di arteri, vena, limfatik, katup jantung,
kapiler.
6. Fibrinolisis
Pencairan/pelisisan sebagian anyaman fibrin agar sumbat luka sesuai dengan
besarnya luka dan permukaannya licin.
7. Thrombus (Thrombi)
Gumpala darah yang mempunyai aspek permukaan suram, berwarna merah-
kelabu dengan pola belang (berlapis-lapis seperti bawang), rapuh, mempunyai
bagian yang melekat dengan luka endotel, warna merah karena RBC, warna
kelabu karena WBC yang terperangkap oleh anyaman fibrin.
a. Jenis Thrombus
Thrombus Postmortem: Gumpalan darah pada hewan yang telah mati
yang mempunyai aspek licin, elastis, permukaan
irisan homogen, tidak berlapis-lapis, warna
merah atau kuning, tidak melekat erat dengan
dinding endotel, warna merah karena RBC.
Chicken Fat Clot: Gumpalan darah warna kuning, terjadi karena banyak
mengandung plasma darah dan WBC, hewan mati
karena sepsis, demam tinggi, •ditemukan di jantung
dan aorta.
b. Komplikasi Thrombus
Ischemia: Anemia jaringan lokal.
Infarct: Nekrosa koagulatif jaringan, bentuk segitiga, akibat arteri yg
tersumbat. Ginjal: bentuk segitiga, arteri arcuata; Myocard:
penyakit jantung koroner; atherosclerosis pada arteri coronaria;
Gangren saluran cerna; Invaginatio, torsio intestin.
8. Embolus
Gumpalan darah atau nondarah yang terjebak di dalam vaskula yang sempit
sehingga menyebabkan obstruksi.
a. Jenis Embolus
Thrombus → thromboemboli
Gumpalan kuman → pneumonia, pyometra
Sel tumor → metastasis → sarang metastasis
Parasit: Dirofilaria immitis; Strongylus vulgaris → aneurisma (pelebaran
lokal dinding vaskula) → kolik
Cairan amnion
Lemak: Patah tulang panjang, pankreatitis
Gas: Euthanasia, penyakit dekompresi
9. Edema (Oedema)
Penimbunan cairan di jaringan interstitium atau di rongga-rongga tubuh. Cairan
berwarna bening kekuningan, dan Jaringan edema basah, gelatinous, berat.
10. Anasarca
Pembengkakan akibat penumpukan cairan berlebih di seluruh jaringan atau
rongga tubuh. Kondisi ini biasanya adalah gejala dari penyakit lain yang
tergolong parah, misalnya gangguan pada hati, ginjal, dan jantung.
11. Ascites
Penumpukan cairan di dalam rongga antara selaput yang melapisi dinding perut
dan organ dalam tubuh. Rongga ini disebut rongga peritoneal. Penumpukan
cairan di rongga peritoneal akan menyebabkan perut membesar.
12. Dehidratasi
Jumlah cairan di intersitium berkurang, terutama di bawah kulit, sehingga
elastisitas jaringan subkutis menurun, dan menyebabkan turgor buruk.
Penyebabnya dapat berupa pendarahan akut, diare parah, luka yang luas (bakar,
kecelakaan), vomitus, demam tinggi, kurang konsumsi cairan, dll.
13. Shock
Kondisi/sindrom kekurangan volume darah yang bersirkulasi. Penyebabnya
dapat berupa kehilangan darah, berkurangnya cardiac output, kehilangan
kontrol vasomotor perifer. Gejala utama yaitu hilangnya tekanan darah;
tekanan darah dipelihara oleh jumlah darah yang cukup dalam sistem sirkulasi,
cardiac output yang cukup dan ketahann vaskular; hypoxia sel dan jaringan.
a. Jenis Shock
Hypovolemic Shock: Kehilangan volume darah akibat dari pendarahan
hebat, kekurangan cairan tubuh (akibat luka bakar hebat, trauma).
Toxic Shock Toxin dari jaringan yang rusak, bisa menurunkan cardiac
output gangrene gastrointestinal.
Shock akibat Bakteri Gram Negatif Endotoxemia (toksin produk agen
memasuki aliran darah) merusak endotel, mengaktifkan sistem
fibrinolitik, koagulasi (disseminated inravascular coagulation/DIC),
multifocal infark, gagal pernafasan karena perlekatan bronkus.
Anaphylactic Shock. Kolaps sistem sirkulasi karena reaksi antigen-
antibodi dan produksi histamin, histamin menyebabkan vasodilatasi
kapiler, tekanan arterial dan darah vena sangat rendah.
Shock Kardiogenik. Pada infarct myocard atau tamponade jantung, darah
yang dapat dipompa jantung ke sirkulasi perifer sedikit.
G. Dermatopathology
1. Kelainan pada Lapisan Epidermis
No Istilah Pengertian
Penebalan str. corneum. Berdasarkan bentuk
selnya dibagi menjadi:
a. Ortokeratotic Hyperkeratosis: lapisan keratin
1 Hyperkeratosis
berpigmen, keratinosis tidak berinti.
b. Parakeratotic Hyperkeratosis: keratinosis
berinti.
2 Hypokeratosis Lapisan keratin (str. corneum) menjadi tipis.
Kegagalan proses keratinisasi secara individu
3 Dyskeratosis
keratinosit.
Penebalan str. granulosum. Sering terjadi
4 Hypergranulosis menyertai dermatosis dengan orthokeratotic
hyperkeratosis dan hyperplasia epidermis.
Penebalan str. granulosum. Sering terjadi
5 Hypogranulosis menyertai dermatosis dengan parakeratotic
hyperkeratosis.
Penebalan lapisan epidermis yang tidak
mengandung keratin (tidak mengalami
kornifikasi), artinya terjadi pertambahan sel
6 Hyperplasia epidermal. Bentuknya bisa tidak beraturan,
beraturan (psoriasiformis), membentuk papil-papil
yang menjulur ke permukaan kulit, dan
pseudocarsinomateus (pseudoepitheliomateous).
Penebalan str. spinosum, kemungkinan besar
7 Achantosis
mengarah keperubahan kulit hyperplasia.
Penipisan lapisan epidermis yang mengalami
8 Hypoplasia kornifikasi, disebabkan oleh berkurangnya jumlah
sel.
Penipisan lapisan epidermis yang tidak memiliki
9 Atrophy
corneum mengecilnya ukuran sel.
Kematian sel atau jaringan pada suatu individu
yang ditandai oleh kayorrhexis (inti
10 Necrosis terpigmentasi), pyknosis (inti mengecil dan
hyperkhromatik) serta karyolysis (inti
menghilang).
Spongiosis
11 Jarak celah intercelluler meluas.
(Interceluler Edema)
Disebut juga degenerasi juga hydropis atau
degenerasi vacouler, terjadi perubahan yang khas
12 Intracelluler Edema
berupa pembengkakan sel, sitoplasma pucat dan
letak inti sel berubah.
Perubahan degeneratif yang khas terjadi pada
lapisan epidermis, ditandai dengan
Balloning
pembengkakkan yang nyata sel epitel epidermis,
13 Degeneration
sitoplasma berkesan eosinofilik tanpa ditandai
(Koilocytosis)
oleh pembentukkan vokuola. Spesifik ditemukan
pada infeksi virus.
Hilangnya daya perlekatan diantara sel-sel
epidermis, menyebabkan terbentuknya celah intra
14 Acantholysis epitel, pembentukan vesicel atau kantung dan
bullae. Jika dalam kantung terdapat sel, maka sel
tersebut adalah Acantholysis.
Edema intraselluler yang terbatas pada lapisan sel
Degenerasi Hydropis basal. dapat terjadi pada lapisan folikel rambut,
15
Sel Basal sehingga terbentuknya vesicle yang dapat
menyebabkan penipisan lapisan dermo-epidermal.
Suatu ruangan sempit yang pada epidermis atau
pada regio DEJ yang dapat disebabkan oleh
16 Cheft/Celah acantholysis atau degenerasi lapisan hidropis
lapisan sel-sel basal. Juga dapat terbentuk akibat
luka buatan waktu dilakukan biopsi.
Terminologi ini menunjukkan ukurannya
Mikrovesicle, merupakan satu ruangan yang berisi, ruangan
17
Vesicle, Bullae tersebut umumnya aselluler terbentuk pada lapisan
dermis atau dibawah lapisan epidermis.
Dua terminologi yang sama untuk
menggambarkan berubahan terbentuknya suatu
Mikoabses dan
18 ruangan interepidermal atau subepidural yang
Fustula
berisi sel radang. Tergantung ukuran ruangannya,
mikroabses bisa kecil dan bisa cukup besar.
Bila jumlah melanin terdapat berlebihan pada
Mikropigmentasi
19 lapisan epidermis dan sering ditemukan pada
(Hyperpigmentosis)
makrofag lapisan dermis.
20 Hypopigmentasi Melanin yang jumlahnya menurun.