Anda di halaman 1dari 14

TUGAS PATOLOGI SISTEMIK I

“Definisi-Definisi Umum yang Ada dalam Patologi”

Dosen Pembimbing:
Dr. drh. Dwi Kesuma Sari

Disusun Oleh:
Septiadi Yusuf Sulaiman (C031181324)

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN HEWAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2020
1. Patologi
Ilmu yang mempelajari penyakit dan bagaimana suatu penyakit terjadi.
2. Penyakit
Kondisi abnormal tertentu yang secara negatif memengaruhi struktur atau
fungsi sebagian atau seluruh tubuh suatu makhluk hidup.
3. Etiologi
Kausa atau penyebab penyakit (mikroorganisme, dan sebagainya).
4. Gejala Klinik (Symptom)
Merupakan akibat dari masuknya agen ke dalam/pada sel (infeksi).
5. Patogenesa
Proses terjadinya penyakit.
6. Diagnosis
Cara menentukan jenis/status penyakit .
7. Epidemiologi
Mempelajari frekuensi dan distribusi suatu penyakit dan faktor-faktor yang
mempengaruhinya dalam suatu populasi.
8. Prognosis
Prediksi mengenai perkembangan suatu penyakit, misalnya mengenai apakah
tanda dan gejala suatu penyakit akan membaik atau malah memburuk (dan
seberapa cepat), atau apakah akan terjadi komplikasi atau apakah pasien akan
sembuh.
9. Tindakan
a. Preventive (pencegahan): Imunisasi (aktif = vaksinasi dan pasif = serum
kebal).
b. Currative (Perawatan): Pengobatan.
10. Emerging Disease
Suatu infeksi baru, dihasilkan dari evolusi atau perubahan agen patogenik yang
telah ada, dan infeksi diketahui menyebar ke wilayah atau populasi baru, atau
suatu agen patogenik yang sebelumnya tidak dikenal atau penyakit yang
pertama sekali di diagnosa dan yang secara nyata berakibat pada kesehatan
hewan dan masyarakat.
11. Sistem Deteksi Dini (Early Detection System)
Sistem dibawah pengawasan pelayanan kesehatan (veterinary services) hewan
untuk setiap saat mendeteksi dan identifikasi penyakit hewan.
12. Penyakit Infeksius
Penyakit yang disebabkan oleh kehadiran suatu organisme asing di dalam atau
pada tubuh penderita yang menimbulkan gejala klinis.
13. Infeksi
Masuknya agen penyakit dan menimbulkan gangguan fungsi organ.
14. Penyakit Noninfeksius
Penyakit non infeksi adalah penyakit yang disebabkan bukan oleh bakteri,
bukan oleh virus, bukan oleh jamur, bukan oleh parasit, dan juga bukan oleh
mikroba yang lain.
a. Trauma Mekanik
 Abrasi: Perlukaan akibat scrapping atau garukan atau gesekan,
menghasilkan pengelupasan bagian superfisial (permukaan) pada
kulit.
 Contusion/Memar: Akibat benda tumpul dimana struktur kulit tidak
mengalami perlukaan tetapi jaringan dibawah kulit
yang mengalami perlukaan.
 Laserasi: Tertariknya atau merenggangnya jaringan akibat beda tajam
atau tumpul, dimana bentuk perlukaan tidak teratur.
 Luka Insisi/Irisan: Perlukaan akibat benda tajam, berbentuk panjang,
kecil, serta bersih. Kerusakan jaringan sedikit namun terjadi
pendarahan.
 Luka Puncture/Lubang: Perlukaan akibat benda panjang dan kecil
dimana terbagi menjadi dua bagian, yaitu
penetrasi dan perforasi.
 Rupture: Perlukaan akibat merenggangnya jaringan hingga serat pecah
atau rusak, biasanya disebabkan oleh benturan parah atau
distensi (pembesaran) secara berlebihan.
 Fracture/Patah: Kerusakan pada tulang, kartilago, gigi, teracak, tanduk,
atau cakar.
 Konkusi: Gangguan fungsional dari SSP dimana dapat atau tidak dapat
dihubungkan dengan kehilangan kesadaran yang ditandai
dengan perlukaan parah pada otak.
 Sprain atau Strain: Kerusakan pada persendian dimana ligamen
pendukung sekitar persendian merenggang atau
robek.
 Luksasio atau Dislokasi: Kerusakan pada persendian dimana hubungan
anatomi dari struktur tulang tidak terhubung
dan ligamen pendukung pada persendian putus.
b. Pengaruh Obstruksi
 Volvulus: Rotasi usus halus disekitar perlekatan mesenterikus.
 Torsio: Terputarnya organ dengan sendirinya.
 Intussuseption: Invaginasi satu bagian usus ke bagian posterior sistem
pencernaan.
 Prolapse: Terlihatnya organ atau beberapa bagian dari organ, secara
alami atau karena ada unsur lain.
 Eversion: Keluarnya rektum dan menonjol melalui anus, atau keluarnya
vagina dan menonjol melalui vulva.
 Eventration: Bagian dari usus atau organ lainnya yang menonjol melalui
celah dari dinding abdomen ventral, dimana keluarnya dari
viscera.
 Hernia: Keluarnya organ, atau bagian organ, melalui dinding rongga,
yang umumnya dibagi menjadi inguinal, ventral, umbilical, dan
diafragmatika.

A. Kematian Jaringan dan Sel


1. Nekrosis
Kondisi cedera pada sel yang mengakibatkan kematian dini sel-sel dan jaringan
hidup. Penyebabnya oleh faktor-faktor eksternal seperti infeksi, racun, atau
trauma yang menyebabkan pencernaan komponen-komponen sel menjadi tidak
teratur.
a. Jenis Nekrosis
 Nekrosis Coagulativa: Protoplasma membeku akibat koagulasi protein,
terjadi pada nekrosis iskemik akibat berkurangnya
suplai darah. Jaringan menjadi padat dan pucat,
dikelilingi jaringan yang berdarah. Dapat pula
disebabkan oleh toksin bakteri. Prosesnya
berlangsung selama berminggu-minggu.
 Nekrosis Colliquativa: Terjadi karena pengaruh kerja enzim yg bersifat
litik (memecah). Umumnya pada jaringan otak.
 Nekrosis Caseosa: Jaringan nekrotik seperti massa berlemak, rapuh, putih
kekuningan seperti keju.
 Gangren: Iskemi disertai masuknya kuman/ infeksi bakteri saprofit.
 Nekrosis Enzimatik: Kerusakan jaringan disertai keluarnya enzim dari
jaringan, sehingga sel menjadi kosong. Umumnya
terjadi pada pankreas.
2. Apoptosis
Kematian sel terprogram dengan tujuan untuk menghilangkan sel yang tidak
diinginkan dan mengurangi jumlah sel yang terlalu banyak, sehingga jumlah
sel dalam jaringan organisme multiseluler dapat dikendalikan. Selain itu
apoptosis juga menghilangkan sel yang berbahaya bagi tubuh.
3. Autolisis
Proses penghancuran sel yang dilakukan oleh enzim dari dalam sel itu sendiri
yang berujung pada kematian sel.

B. Adaptasi Seluler
1. Degenerasi
Kemunduran sel oleh karena padanya terjadi gangguan metabolisme sehingga
tertimbun (akumulasi) bahan-bahan metabolit, yang normal tidak tampak
dalam jumlah sedikit, sehingga sel menjadi bengkak dan sakit.
2. Pigmentasi
Penimbunan pigmen pada tubuh, terjadi pada beberapa penyakit. Pigmen tubuh
dapat berasal dari dalam (endogen) atau dari luar (eksogen).
a. Jenis Pigmentasi Eksogen
 Anthracosis: Penimbunan debu pada paru. Secara makroskopis, tampak
garis kehitaman pada saluran limfe. Secara mikroskopis,
pigmen ditemukan pada septum alveolaris, jaringan ikat,
folikel limfe dan kelenjar limfe, juga pada sitoplasma pada
rongga alveoli. Pigmentasi tidak menimbulkan reaksi radang
dan tidak menimbulkan gangguan pernapasan.
 Siderosis: Berupa penimbunan debu besi, sehingga paru berwarna seperti
karat besi. Banyak ditemukan pada pekerja tambang besi.
Berbahaya jika debu silika ikut masuk, karena menimbulkan
reaksi radang.
 Argyria: Penimbunan perak, yang masuk melalui saluran pencernaan atau
obat tetes hidung. Kulit menjadi abu-abu. Tidak menyebabkan
reaksi radang.
b. Jenis Pigmentasi Endogen
 Hemosiderin: Berupa granula berwarna coklat kuning dan berisi besi
aktif. Berasal dari sel darah merah yang rusak (destruksi
eritrosit). Disebut Hemosiderosis jika pigmen ditemukan
dalam sel dan jaringan sebagai pigmentasi yang sistemik
atau lokal.
 Hematin: Terbentuk jika hemoglobin bereaksi dengan asam atau alkali
keras. Secara morfologik menyerupai hemosiderin.
 Porphyrin: Secara normal hematoporphyrin dapat ditemukan dalam air
kemih. Kadar porphyrin yg berlebihan menyebabkan urine
menjadi merah tua. Terjadi pada penyakit dengan gangguan
metabolisme hemoglobin.
 Bilirubin: Normal dibentuk dalam sel retikuloendotelial dari peruntuhan
Hb, pada hati, limpa dan sumsum tulang. Penimbunan
bilirubin akan menimbulkan icterus.
 Hemokromatosis: Penimbunan pigmen besi, karena tubuh tidak dapat
mengekskresi besi dalam jumlah yg banyak.
 Melanin: Normal pada kulit, adrenal, retina. Dibentuk oleh melanoblast.
Pada kulit di lapisan stratum germinativum, lalu disimpan
dalam fibroblast.
 Lipokrom: Hidrokrabon berwarna, yaitu karotenoid dan berasal dari
tumbuhan yang masuk melalui makanan.
 Lipofucsin: Pigmen berwarna kuning kecoklatan, yang terdapat pada
sitoplasma sel, berasal dari lemak terlarut dan telah
dioksidasi.
C. Radang dan Persembuhan
1. Inflamasi
Reaksi protektif dari sebuah jaringan setempat yang ditimbulkan oleh cedera
atau kerusakan jaringan. Radang dapat juga disebut sebagai reaksi jaringan dan
mikrosirkulasinya terhadap gangguan/patogen, ditandai adanya pergerakan
mediator radang dan akumulasi cairan serta leukosit dari pembuluh darah ke
jaringan ekstravaskuler. Radang bertujuan dalam rangka menghancurkan dan
mengeliminasi agen penyebab gangguan/patogen, sehingga dapat
memperbaikan jaringan yang cidera.
a. Ciri-Ciri Inflamasi
 Rubor (Redness) = Kemerahan
 Tumor (Swelling) = Pembengkakan
 Kalor (Heat) = Panas
 Dolor (Pain) = Nyeri
 Fungsio Laesa (Loss of Function) = Hilangnya Fungsi
b. Jenis Inflamasi
 Endocardium: Peradangan pada endocarditis.
 Hepatitis: Peradangan pada hati.
 Nephritis: Peradangan pada nephron.
 Pneumonia: Peradangan pada paru-paru
 Phlebitis: Peradangan pada pembuluh darah
2. Regenerasi
Usaha suatu jaringan untuk melakukan regenerasi pada jaringan yang terluka
atau rusak. Persembuhan dapat terjadi dengan cara regenerasi (pergantian sel
yang lama dengan sel yang baru) dan replacement (pergantian oleh jaringan
ikat).
3. Eksudat
Cairan radang ekstra sel yang mengandung protein konsentrasi tinggi, banyak
sel debris, dengan berat jenis diatas 1,020.
4. Transudat
Cairan dengan kadar protein rendah dengan berat jenis dibawah 1,020.
5. Giant Cell
Gabungan dari beberapa makrofag, sehingga menghasilkan satu sel dengan
banyak inti serta sitoplasma. Giant cell yang terkait peradangan disebut dengan
Foreign Body Giant Cell.
a. Jenis Giant Cells
 Langhans giant cells → nukleus tersusun mengitari tepi → horseshoe
 Foreign body giant cells, nuklus terdispersi lebih atau kurang merata
D. Immunopatholgy
1. Hipersensitivitas
Suatu respon antigenik yang berlebihan, yang terjadi pada individu yang
sebelumnya telah mengalami suatu sensitisasi dengan antigen atau alergen
tertentu.
2. Autoimun
Kondisi yang terjadi bila sistem imun gagal untuk mengenali dirinya sendiri,
sehingga sistem kekebalan tubuh seseorang akan menyerang tubuhnya sendiri.
3. Immunodefisiensi
Menurunnya fungsi dari sistem imun yang membuat tubuh lebih rentan
terhadap penyakit menular. Penyakit imunodefisiensi dapat terjadi akibat
kelainan genetik pada satu atau lebih komponen sistem kekebalan tubuh yang
disebut penyakit imunodefisiensi congenital (primer). Penyakit imunodefisiensi
yang disebabkan oleh cacat pada sistem kekebalan tubuh akibat infeksi,
kelainan nutrisi, atau perawatan medis yang menyebabkan fungsi berbagai
komponen sistem kekebalan tubuh tidak memadai disebut penyakit
imunodefisiensi acquired (sekunder).
4. Immunosupressi
Suatu kondisi di mana aktivasi sistem kekebalan tubuh dan responnya ditekan,
biasanya menggunakan obat dan terapi imunosupresif untuk menghambat
proses pembentukan limfosit di dalam tubuh.
5. Immunocompromised
Individu yang mengalami keadaan immundefisiensi.
6. Discoid lupus erythematosus (DLE)
Penyakit inflamasi kronik pada kulit yang menyebabkan kulit terlihat buruk.
Penyakit ini merupakan bentuk yang paling umum dari cutaneous lupus
erythematosus, yang ditandai dengan eritema, kulit yang mengeras, plak
bersisik dengan ukuran yang bermacam-macam yang menyebabkan atrofi,
jaringan parut, dan perubahan pigmen.
7. Pemphigous (vulgaris)
Penyakit autoimun dengan manifestasi berupa kondisi lepuhan pada permukaan
kulit atau mukosa. Hal ini dapat terjadi karena kerusakan atau hilangnya adhesi
intersel akibat autoantibodi IgG, kadang-kadang IgA dan IgM terutama
terhadap desmoglein 3, dapat juga pada desmoglein 1, sehingga menyebabkan
pelepasan sel epitel yang dikenal dengan akantolisis. Perluasan ulserasi yang
diikuti ruptur pada lepuhan dapat menyebabkan rasa sakit, kehilangan cairan
dan elektrolit.

E. Hematopathology
1. Hyperemia
Darah yang berlebihan pada kapiler/arteri bagian tubuh tertentu, dimana
kapiler/arteri meluas. Penyebab dapat berupa stadium awal peradangan (panas),
aktifitas fisiologis, wajah pada keadaan malu/marah, saluran pencernaan yang
sedang aktif mencerna, kelenjar susu yang laktasi.
2. Kongesti
Darah yang berlebihan dalam vena, dimana vena meluas dan bagian yang
terbendung menjadi bengkak, kebiruan, dingin. Penyebab dapat berupa
berkurangnya tekanan darah karena gagal jantung, gangguan aliran darah dari
paru-paru, gangguan katup-katup, sirosis hati, obstruksi partial vena, stadium
akhir kebuntingan.
3. Hemorrhage
Keluarnya darah dari vaskula (ekstravasasi) ke luar tubuh, ke dalam rongga
tubuh atau ke jaringan sekitarnya.
a. Jenis Pendarahan
 Petechiae (pendarahan titik): Sebesar ujung pensil, umum terjadi pada
keadaan sepsis.
 Purpura: Pendarahan dengan diameter noktah <1 cm.
 Ecchymoses: Diameter noktah >1 cm.
 Linier: Pendarahan berbentuk garis merah, sering terjadi pada mukosa
kolon dan rektum.
 Striae: Pendarahan seperti sapuan kuas, terjadi pada lapisan serosa organ
(peritoneum, pleura, serosa organ digesti, diafragma).
b. Pendarahan di Rongga Tubuh
 Epistaxis: Pendarahan akibat kerusakan mukosa hidung, darah kadang
menetes (mimisan).
 Hemothorax: Pendarahan yang terakumulasi di rongga dada.
 Hemopericardium: Pendarahan yang terakumulasi di kantung jantung.
 Hemoperitoneum: Pendarahan yang terakumulasi di rongga perut.
 Hemoptysis: Pendarahan dari mulut akibat kerusakan paru/saluran
pernafasan.
 Hematemesis: Muntah darah, darah keluar bersama muntahan/vomitus,
warna darah kecoklatan karena asam lambung.
 Melena: Feses yang keluar bercampur darah sehingga berwarna
merah/coklat/hitam, pendarahan saluran cerna bagian atas.
 Hemartrosis: Pendarahan yang terakumulasi ke dalam kantung sendi.
 Hematuria: Urin berdarah akibat pendarahan saluran urin (urethra hingga
ureter).
 Metrorrhagia: Pendarahan saluran reproduksi atas (uterus).
 Menorrhagia: Pendarahan saluran reproduksi bawah (vagina).
4. Hematoma
Pendarahan yang membentuk benjolan/kantong, karena gumpalan darah berada
di bawah lapisan penutup (kulit, serosa).
5. Thrombosis
Proses pembentukan gumpalan darah (thrombus), yang bertujuan untuk
menutupi luka endotel. Dapat terjadi di arteri, vena, limfatik, katup jantung,
kapiler.
6. Fibrinolisis
Pencairan/pelisisan sebagian anyaman fibrin agar sumbat luka sesuai dengan
besarnya luka dan permukaannya licin.
7. Thrombus (Thrombi)
Gumpala darah yang mempunyai aspek permukaan suram, berwarna merah-
kelabu dengan pola belang (berlapis-lapis seperti bawang), rapuh, mempunyai
bagian yang melekat dengan luka endotel, warna merah karena RBC, warna
kelabu karena WBC yang terperangkap oleh anyaman fibrin.
a. Jenis Thrombus
 Thrombus Postmortem: Gumpalan darah pada hewan yang telah mati
yang mempunyai aspek licin, elastis, permukaan
irisan homogen, tidak berlapis-lapis, warna
merah atau kuning, tidak melekat erat dengan
dinding endotel, warna merah karena RBC.
 Chicken Fat Clot: Gumpalan darah warna kuning, terjadi karena banyak
mengandung plasma darah dan WBC, hewan mati
karena sepsis, demam tinggi, •ditemukan di jantung
dan aorta.
b. Komplikasi Thrombus
 Ischemia: Anemia jaringan lokal.
 Infarct: Nekrosa koagulatif jaringan, bentuk segitiga, akibat arteri yg
tersumbat. Ginjal: bentuk segitiga, arteri arcuata; Myocard:
penyakit jantung koroner; atherosclerosis pada arteri coronaria;
Gangren saluran cerna; Invaginatio, torsio intestin.
8. Embolus
Gumpalan darah atau nondarah yang terjebak di dalam vaskula yang sempit
sehingga menyebabkan obstruksi.
a. Jenis Embolus
 Thrombus → thromboemboli
 Gumpalan kuman → pneumonia, pyometra
 Sel tumor → metastasis → sarang metastasis
 Parasit: Dirofilaria immitis; Strongylus vulgaris → aneurisma (pelebaran
lokal dinding vaskula) → kolik
 Cairan amnion
 Lemak: Patah tulang panjang, pankreatitis
 Gas: Euthanasia, penyakit dekompresi
9. Edema (Oedema)
Penimbunan cairan di jaringan interstitium atau di rongga-rongga tubuh. Cairan
berwarna bening kekuningan, dan Jaringan edema basah, gelatinous, berat.
10. Anasarca
Pembengkakan akibat penumpukan cairan berlebih di seluruh jaringan atau
rongga tubuh. Kondisi ini biasanya adalah gejala dari penyakit lain yang
tergolong parah, misalnya gangguan pada hati, ginjal, dan jantung.
11. Ascites
Penumpukan cairan di dalam rongga antara selaput yang melapisi dinding perut
dan organ dalam tubuh. Rongga ini disebut rongga peritoneal. Penumpukan
cairan di rongga peritoneal akan menyebabkan perut membesar.
12. Dehidratasi
Jumlah cairan di intersitium berkurang, terutama di bawah kulit, sehingga
elastisitas jaringan subkutis menurun, dan menyebabkan turgor buruk.
Penyebabnya dapat berupa pendarahan akut, diare parah, luka yang luas (bakar,
kecelakaan), vomitus, demam tinggi, kurang konsumsi cairan, dll.
13. Shock
Kondisi/sindrom kekurangan volume darah yang bersirkulasi. Penyebabnya
dapat berupa kehilangan darah, berkurangnya cardiac output, kehilangan
kontrol vasomotor perifer. Gejala utama yaitu hilangnya tekanan darah;
tekanan darah dipelihara oleh jumlah darah yang cukup dalam sistem sirkulasi,
cardiac output yang cukup dan ketahann vaskular; hypoxia sel dan jaringan.
a. Jenis Shock
 Hypovolemic Shock: Kehilangan volume darah akibat dari pendarahan
hebat, kekurangan cairan tubuh (akibat luka bakar hebat, trauma).
 Toxic Shock Toxin dari jaringan yang rusak, bisa menurunkan cardiac
output gangrene gastrointestinal.
 Shock akibat Bakteri Gram Negatif Endotoxemia (toksin produk agen
memasuki aliran darah) merusak endotel, mengaktifkan sistem
fibrinolitik, koagulasi (disseminated inravascular coagulation/DIC),
multifocal infark, gagal pernafasan karena perlekatan bronkus.
 Anaphylactic Shock. Kolaps sistem sirkulasi karena reaksi antigen-
antibodi dan produksi histamin, histamin menyebabkan vasodilatasi
kapiler, tekanan arterial dan darah vena sangat rendah.
 Shock Kardiogenik. Pada infarct myocard atau tamponade jantung, darah
yang dapat dipompa jantung ke sirkulasi perifer sedikit.

F. Gangguan Pertumbuhan dan Tumor


1. Hipertrofi
Peningkatan volume organ atau jaringan akibat pembesaran komponen sel.
2. Hiperplasi
Peristiwa meningkatnya jumlah sel yang terjadi pada organ tertentu akibat
peningkatan proses mitosis.
3. Atrofi
Perubahan ukuran sel dari normal menjadi lebih kecil akibat berkurangnya
substansi sel sehingga jaringan yang disusun oleh sel tersebut menjadi lebih
kecil.
4. Hipoplasia
Penurunan jumlah sel yang nyata dalam jaringan yang mengakibatkan
penurunan jaringan atau organ, akibatnya organ tersebut menjadi kerdil.
5. Metaplasia 
Perubahan satu jenis sel normal menjadi jenis sel normal lainnya. Metaplasia
sering terjadi sebagai suatu proses maturasi sel atau
sebagai mekanisme adaptasi terhadap stimulus dari luar tubuh.
6. Displasia
Pembentukan dan perkembangan sel secara tidak beraturan.
7. Neoplasia
Pertumbuhan sel yang baru, yang berbeda dari pertumbuhan sel-sel di
sekitarnya yang normal.
8. Tumor
Sekelompok sel-sel abnormal yang terbentuk sebagai hasil proses pembelahan
sel yang berlebihan dan tak terkoordinasi.

G. Dermatopathology
1. Kelainan pada Lapisan Epidermis
No Istilah Pengertian
Penebalan str. corneum. Berdasarkan bentuk
selnya dibagi menjadi:
a. Ortokeratotic Hyperkeratosis: lapisan keratin
1 Hyperkeratosis
berpigmen, keratinosis tidak berinti.
b. Parakeratotic Hyperkeratosis: keratinosis
berinti.
2 Hypokeratosis Lapisan keratin (str. corneum) menjadi tipis.
Kegagalan proses keratinisasi secara individu
3 Dyskeratosis
keratinosit.
Penebalan str. granulosum. Sering terjadi
4 Hypergranulosis menyertai dermatosis dengan orthokeratotic
hyperkeratosis dan hyperplasia epidermis.
Penebalan str. granulosum. Sering terjadi
5 Hypogranulosis menyertai dermatosis dengan parakeratotic
hyperkeratosis.
Penebalan lapisan epidermis yang tidak
mengandung keratin (tidak mengalami
kornifikasi), artinya terjadi pertambahan sel
6 Hyperplasia epidermal. Bentuknya bisa tidak beraturan,
beraturan (psoriasiformis), membentuk papil-papil
yang menjulur ke permukaan kulit, dan
pseudocarsinomateus (pseudoepitheliomateous).
Penebalan str. spinosum, kemungkinan besar
7 Achantosis
mengarah keperubahan kulit hyperplasia.
Penipisan lapisan epidermis yang mengalami
8 Hypoplasia kornifikasi, disebabkan oleh berkurangnya jumlah
sel.
Penipisan lapisan epidermis yang tidak memiliki
9 Atrophy
corneum mengecilnya ukuran sel.
Kematian sel atau jaringan pada suatu individu
yang ditandai oleh kayorrhexis (inti
10 Necrosis terpigmentasi), pyknosis (inti mengecil dan
hyperkhromatik) serta karyolysis (inti
menghilang).
Spongiosis
11 Jarak celah intercelluler meluas.
(Interceluler Edema)
Disebut juga degenerasi juga hydropis atau
degenerasi vacouler, terjadi perubahan yang khas
12 Intracelluler Edema
berupa pembengkakan sel, sitoplasma pucat dan
letak inti sel berubah.
Perubahan degeneratif yang khas terjadi pada
lapisan epidermis, ditandai dengan
Balloning
pembengkakkan yang nyata sel epitel epidermis,
13 Degeneration
sitoplasma berkesan eosinofilik tanpa ditandai
(Koilocytosis)
oleh pembentukkan vokuola. Spesifik ditemukan
pada infeksi virus.
Hilangnya daya perlekatan diantara sel-sel
epidermis, menyebabkan terbentuknya celah intra
14 Acantholysis epitel, pembentukan vesicel atau kantung dan
bullae. Jika dalam kantung terdapat sel, maka sel
tersebut adalah Acantholysis.
Edema intraselluler yang terbatas pada lapisan sel
Degenerasi Hydropis basal. dapat terjadi pada lapisan folikel rambut,
15
Sel Basal sehingga terbentuknya vesicle yang dapat
menyebabkan penipisan lapisan dermo-epidermal.
Suatu ruangan sempit yang pada epidermis atau
pada regio DEJ yang dapat disebabkan oleh
16 Cheft/Celah acantholysis atau degenerasi lapisan hidropis
lapisan sel-sel basal. Juga dapat terbentuk akibat
luka buatan waktu dilakukan biopsi.
Terminologi ini menunjukkan ukurannya
Mikrovesicle, merupakan satu ruangan yang berisi, ruangan
17
Vesicle, Bullae tersebut umumnya aselluler terbentuk pada lapisan
dermis atau dibawah lapisan epidermis.
Dua terminologi yang sama untuk
menggambarkan berubahan terbentuknya suatu
Mikoabses dan
18 ruangan interepidermal atau subepidural yang
Fustula
berisi sel radang. Tergantung ukuran ruangannya,
mikroabses bisa kecil dan bisa cukup besar.
Bila jumlah melanin terdapat berlebihan pada
Mikropigmentasi
19 lapisan epidermis dan sering ditemukan pada
(Hyperpigmentosis)
makrofag lapisan dermis.
20 Hypopigmentasi Melanin yang jumlahnya menurun.

2. Kelainan pada Lapisan Dermis


No Istilah Pengertian
1 Hyalinasi Terakumulasinya suatu material pada dermis yang
berwarna lebih eosinofilik, mengkilap dan
berkilat.
Terjadi deposit atau pergantian komponen dermis
2 Degenerasi Fibrosa dengan suatu substansi yang berwarna eosinofilik,
fibriler atau granular.
Terdapat suatu substansi homogenuos berwarna
3 Kolagenolisis eosinofilik pada suatu dermis yang mengantikan
struktur detail collagen yang menghilang.
Deposisi bahan yang mengandung garam kalsium
Mineralisasi tampak sebagai material yang berwarna basofilik,
4
Distrofik amorphus atau material bergranul disekitar jaring-
jaring collagen (calsinosis cutis).
Bila serat collagen badan fibroblas berkurang
5 Atrophy
jumlahnya, menyebabkan bagian dermis menipis.
Bila fibroplasia dirangsang oleh terbentuknya
6 Desmoplasia
neoplasma.
Pembentukkan dan pertumbuhan jaringan ikat
7 Fibroplasia fibrosa, sering disebut pembentukan jaringan
granulasi.
Kelanjutan proses fibrosplasia yang ditandai
8 Fibrosis dengan meningkatnya fibroblas dan jaringan ikat
collagen.
Terbentuknya scars/cicatrik merupakan titik akhir
(end point) fibrosis, terdapat banyak jaringan ikat
9 Sclerosis
collagen berwarna eosinifilik, fibroblas pada
keadaan ini sudah berkurang.
Papilae melanin tumbuh menjulur menyundul
10 Papallomatosis lapisan epidermis menyebabkan terjadinya kesan
undulasi yang irreguler pada permukaan kulit.
Granul melanin tampak bebas tersebar dibagian
11 Pigmentosis
subepidermal dan diingesti oleh melanophag.
Penimbungan cairan di dermal yang dikenali
dengan adanya dilatasi ruangan buluh limfatik
(umumnya tidak tampak) dan meluasnya ruangan-
12 Edema
ruangan diantara buluh darah dan collagen di
bagian perivaskular atau diantara jaringan-
jaringan collagen.
Terdapat sejumlah substansi berkesan amorphous,
Degenerasi menggantikan collagen yang bergenerasi dan
13
Mucinous terdapat disekitar buluh darah adnexa. Normal
ditemukan pada anjing jenis chinese shar pei.

3. Kelainan pada Folikel Rambut


No Istilah Pengertian
Hyperkeratosis pada epitel folikel ranbut, dapat
Poral (follicular menyebakan timbulnya sumbatan dan perluasan
1
keratosis) lumen folikel rambut dan berpotensi terjadinya
siste folikel rambut.
Peradangan jaringan (dermis) disekitar folikel
2 Perifolliculitis
rambut.
3 Folliculitis Peradangan folikel rambut.
folliculitis yang berkelanjutan hingga sering
terbentuk perforasi (lubang) dan terjadi penetrasi
hingga sering terbetuk deposisi keratin atau
4 Furunculosis
terdapat keratin atau terdapat keratin bebas
didalam lapisan dermis. bisanya selalu diikuti oleh
radang pyogranulomatous yang intensif.
Terjadinya involusi (bisanya granul) follikel
5 Follicular Atrophy
rambut.
Follikel rambut dalam keadan istirahat (fase
6 Telogenization
telogen).
Folikel rambut tidak tumbuh sempurna
7 Follicular Dystrophy
(abnormal).

4. Kelainan pada Kelenjar Rambut


No Istilah Pengertian
1 Sebacious Adenitis Peradangan kelenjar sebaceous
2 Hydradenitis Peradangan kelenjar keringat.

Anda mungkin juga menyukai