Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN HASIL PRAKTIKUM

SISTEMATIKA CHORDATA

Nama Firda Ramadani Putri


NIM 1800017080
Golongan 1
Asisten Pijar Ridho

LABORATORIUM BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI TERAPAN
UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN
2020

ACARA 4
KELAS AVES
BAB I. PENDAHULUAN

1
A. Latar Belakang
Negara Indonesia memiliki keanekaragaman burung yang sangat tinggi,
menurut Sukmantoro (2007), jumlah jenis burung di Indonesia tak kurang dari 1598
jenis. Secara Global Burung di dunia Indonesia menempati posisi ke empat jenis
burung dan peringkat pertama yang memilki jumlah burung endemik tertinggi di dunia
tercatat lebih dari 372 jenis burung endemik. Berbagai kepulauan di Indonesia,
terutama Nusa Tenggara dan Maluku di kenal memiliki tingkat endemisitas burung
yang tinggi. Burung adalah golongan binatang yang mempunyai sifat unik menarik di
bandingkan dengan jenis-jenis binatang berbulu lainnya. Karena burung jumlahnya
banyak dan memiliki keanekaragaman dalam bentuk, warna dan tingkah laku. Ilmu
pengetahuan yang mempelajari berbagai aspek tentang burung dinamakan ornitologi
(ornithology).

B. Tujuan
Tujuan pada praktikum acara 3 adalah :
1. Mengetahui Mengetahui ciri-ciri umum kelas aves
2. Mengetahui karakter morfologi Lonchura punctulata
3. Mengetahui karakter morfologi Nisaetus bartelsi

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA


Kelas Aves adalah kelas hewan vertebrata berdarah panas yang memiliki
bulu dan sayap. Tulang dada tumbuh membesar dan memipih, anggota gerak belakang
beradaptasi untuk berjalan, berenang dan bertengger. Mulut sudah termodiikasi menjadi
paruh, punya kantong hawa, jantung terdiri dari 4 ruang, rahang bawah tidak mempunyai
gigi karena gigi-gginya telah menghilag yang digantikan oleh paruh ringan dari zat tanduk
dan berkembang biak dengan bertelur. Kelas ini dimanfaatkan oleh manusia sebagai
sumber makanan, hewan ternak, hobi dalam peliharaan. Dalam bidang industri bulunya
dapat dimanfaatkan contohnya baju, hiasan dinding dan lainnya (Mukayat,1990). 
Menurut Jasin (1996), kelas aves memiliki ciri-ciri khusus yakni antara lain
sebagai berikut:

2
1. Tubuh terbungkus oleh bulu.
2. Tubuh dibedakan atas caput (kepala), cervix (leher) yang biasanya panjang, truncus
(badan) dan cauda (ekor).
3. Mempunyai dua pasang ekstremitas, anggota depan (anterior) mengalami modifikasi
menjadi sayap (ala) yang terlipat seperti huruf Z pada tubuh ketika tidak terbang,
sedangkan sepasang anggota posterior (depan) disesuaikan untuk hinggap dan
berenang, masing-masing kaki berjari 4 buah, cakar tebungkus oleh kulit yang
menanduk dan bersisik.
4. Mulut mempunyai rostrum (paruh).
5. Organon visus relatif besar dan terletak sebelah lateral pada kepala dengan kelopak
mata yang berbulu.
6. Sekeleton kecil dan baik, kuat dan penulangannya sempurna. Pada mulut terdapat
bagian yang berproyeksi sebagai paruh atau sudu yang terbungkus oleh lapisan zat
tanduk. Pada burung tempurung kepala memiliki sepasang condylus occipitalis,
lehernya sangat fleksibel.
7. Cor (Jantung) terdiri dari 4 ruang yakni dua auricular dan 2 ventricula, hanya arcus
anterioeus kanan yang masih ada, erytrocitnya berinti, berbentuk oval, dan conveks.
8. Respirasi dilakukan dengan paru-paru yang kompak yang menempel pada Costae dan
berhubungan dengan kantung udara (saccus pnematicus) yang meluas pada alat-alat
dalam, memiliki kotak suara atau syrinx pada dasar tracea.
9. Tidak memiliki vesica urinaria. Zat-zat eksresi setengah padat. Pada hewan betina
biasanya hanya memiliki ovarium kiri dan oviduct kiri.
10. Telah memiliki 12 nervi cranualis.    
11. Suhu tubuh tetap (homoiothermis)
12. Fertilisasi terjadi di dalam tubuh. Telur memiliki yolk besar terbungkus oleh cangkang
yang keras, untuk menetas diperlukan pengeraman.

A. Kenampakan Luar
1. Caput

3
Caput terdapat rostrum (paruh), terbentuk dari maxilla pada ruang atas dan
mandibula pada ruang bawah. Bagian dalam rostrum (paruh) dilapisi oleh lapisan
yang disebut cera, sedangkan sebelah luar dilapisi oleh pembungkus selaput zat
tanduk. Nares externa (lubang hidung), Acusticus externus (lubang telinga luar),
terletak di sebelah mata (Visus) sedangkan membrana tymphani yang terdapat di
sebelah dalamnya untuk menangkap getaran suara (Campbell, 2014).
2. Paruh
Paruh burung merupakan modifikasi dari rahang atas dan rahang bawah. Paruh
memberi banyak manfaat di antaranya untuk mencari makan, pertahanan, membuat
sarang dan menjilati bulu (Sukiya, 2001). Menurut Harrison dan Greensmith (1993),
Paruh dapat di bedakan berdasarkan jenis makananya :
a. Paruh tajam untuk burung pemakan ikan.
b. Paruh panjang dan melengkung untuk menghisap nectar pada bunga.
c. Paruh kuat dan berbentuk seperti pisau belati digunakan untuk menusuk dan
merebut makanannya.
d. Paruh berbentuk ramping untuk burung pemakan serangga.
e. Paruh kuat dengan pangkal yang melebar untuk memecahkan biji pada burung
pemakan biji.
f. Paruh panjang yang digunakan untuk menjangkau buahbuahan pada burung
pemakan buah.
g. Paruh pipih untuk memfilter makanan dari air.
h. Paruh kuat dan pada ujung paruh seperti pengait digunakan untuk mencabik-cabik
makanannya untuk burung pemakan daging.
3. Badan
Truncus (badan) sebagian besar ditutupi oleh bulu. Pada bagian ekor hanya terdiri
dari bulu-bulu yang di bawahnya terdapat kloaka. Truncus (badan) yaitu Truncus
pada burung merpati dibungkus oleh kulit yang seolah-olah tak melekat pada otot.
Bagian uropygium merupakan pangkal dari bulu-bulu ekor (rectrices). Bagian facies
dorsalis uropygium terdapat papilla berlubang yang merupakan muara kelenjar
minyak (glandula uropygialis) ang terdiri atas 4 lobi (Campbell, 2014).
4. Bulu

4
Menurut Jasin (1996), menurut letaknya, bulu aves dibedakan menjadi:
a. Tectrices, bulu yang menutupi badan.
b. Rectrices, bulu yang berada pada pangkal ekor, vexilumnya simetris dan berfungsi
sebagai kemudi.
c. Remiges, bulu pada sayap yang dibagi lagi menjadi: remiges primarie yang
melekatnya secara digital pada digiti dan secara metacarpal pada metacarpalia dan
Remiges secundarien yang melekatnya secara cubital pada radial ulna.
d. Parapterum, bulu yang menutupi daerah bahu.
e. Ala spuria, bulu kecil yang menempel pada ibu jari.
5. Sayap
Ekstremitas kranialis atau membrum superior merupakan sayap yang ditutupi
bulu. Menurut Jasin (1996), ciri-ciri sayap burung antara lain: 
a. Panjang: bila ukuran dari bengkokan kedua sampai ke ujung, lebih panjang dari
pada badan. 
b. Pendek: bila bagian itu lebih pendek dari pada badan. 
c. Bulat: bila primarius bagian tengah merupakan yang paling bulu-bulu panjang,
sisinya berangsur-angsur memendek berpangkal dan ke ujung sayap. 
d. Runcing: bila primarius paling ujung merupakan bulu-bulu yang Panjang.
6. Kaki
Menurut Proctor dan Lynch (1993), Kaki burung diklasifikasikan menjadi :
a. Anisodactyl iga jari di depan dan satu di belakang. Bentuk seperti ini banyak
ditemui di burung penyanyi, burung pengicau, elang, rajawali, dan falcon.
b. Syndactyl yakni bentuk kaki yang menyerupai anisodactyl namun jari ke tiga dan ke
empat atau ketiga jari depan menyatu seperti yang terdapat pada burung Raja udang.
Jenis kaki ini merupakan karakteristik burung dari ordo Coraciiformes.
c. Zygodactyl adalah bentuk kaki burung, dengan dua jari kaki menghadap ke depan
(jari 2 dan 3) dan dua jari menghadap ke belakang (jari 1 dan 4). Pengaturan ini
paling sering terjadi pada spesies arboreal, terutama spesies yang naik batang pohon
atau memanjat melalui dedaunan.
d. Heterodactyl menyerupai zygodactyl, yang membedakan hanya pada heterodactyl
jari 3 dan 4 menghadap ke depan sedang jari 1 dan 2 menghadap ke belakang.

5
e. Pamprodactyl adalah susunan jari kaki dimana keempat jari dapat menghadap ke
depan, atau burung dapat memutar kedua jari belakang. Bentuk kaki seperti ini
merupakan karakteristik dari burung walet.
7. Ekor
Menurut Jasin (1996), ekor adalah bulu-bulu ekor (Rectriches). Panjang pendeknya
rectriches pada tepi posterior ekor berbeda-beda dan memiliki ciri yang spesifik. berapa
ciri ekor pada burung yakni:
a. Panjang apabila ukurannya lebih panjang dari badan.
b. Pendek apabila ukurannya lebih pendek atau sama dengan panjang badan 
c. Rata apabila semua bulu sama panjang 
d. Bulat apabila bulu tengah jauh lebih panjang, makin ke tepi berangsur memendek. 
e. Runcing apabila bulu tengah jauh lebih panjang dari pada bulu yang lain berbentuk.
B. Kenampakan Dalam
Menurut Suprijatna (2005), kenampakan bagian dalam dari burung terdiri atas:
1. Sistem Pencernaan, saluran pencernaan memiliki tiga bagian yaitu bagian terdepan
adalah foregut yang dimulai dari rongga mulut, faring, esofagus, lambung dan sebagian
usus halus, bagian tengah adalah midgut yang dimulai setelah foregut sampai usus
besar awal dan bagian terakhir adalah hindgut dimulai setelah midgut sampai dengan
kloaka
2. Sistem Respirasi, rangkaian saluran respirasi unggas pada umumnya dimulai dari
lubang hidung luar dan dalam (external dan internal nares), glottis, larynx, trachea,
syrinx (rongga suara), bronchi, paru-paru dan kantong udara. Paru-paru terletak di
antara tulang rusuk dan vertebrae dorsalis yang berfusi dengankantong udara
3. Sistem Peredaran Darah, Peredaran darah burung tersusun oleh jantung sebagai pusat
peredaran darah, darah, dan pembuluh-pembuluh darah. Sistem peredaran darah pada
aves termasuk sistem peredaran ganda. jantung burung terdiri dari 4 ruang yaitu
2 atrium dan 2 bilik. Sistem peredaran darahnya adalah ganda dan tertutup.

BAB III. METODE


B. Alat dan Bahan
1. Alat

6
Adapun alat yang digunakan pada praktikum acara 4 adalah bak paraffin,
perangkat bedah, pin, nampan, millimeter block dan penggaris.
2. Bahan
Adapun bahan yang digunakan pada praktikum acara 4 adalah Lonchura
punctulatea dan Nisaetus bartelsi.

C. Cara Kerja
1. Kenampakan bagian luar (morfologis eksternal), kenampakan bagian dalam
(makroanatomi) serta bulu diamati secara bergantian.
2. Morfologis eksternal yang diamati meliputi :
a. Karakter morfologi berupa bulu, karakter di kepala, paruh, sayap, sisik, tipe
kaki serta ekor..
b. Karakter meristik berupa jumlah bulu sayap primer dan sekunder pada sayap.
c. Karakter morfometi berupa Panjang tubuh, Panjang sayap, dan Panjang
tungkai.
3. Makroanatomi diamati meliputi seluruh organ yang nampak.
4. Struktur bulu yang diamatai meliputi (calamus, rachis, barbae, barbulae,
hamuli), serta plumae, plumulae dan filoplumeae.
5. Masing-masing karakter morfologis eksternal dan makroanatomi digambar dan
didokumentasikan.
6. Masing-masing spesimen dideskripsi dan dibahs menggunakan referensi yang
relevan.
7. Kunci determinasi dibuat sederhana dari spesimen yang diamati.

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

7
A. Hasil
1. Lonchura punctulata
a. Morfologi eksternal
Gambar dan keterangan

Karakter morfologi
Karakter bulu: remiges, rectrices, tecrices
Karakter di kepala: tidak memiliki jambul
Karakter paruh: seed cracker / paruh pendek
Karakter sisik: reticullata pada bagian kaki
Tipe kaki: petengger (passarine)
Tipe ekor: pendek

b. Makroanatomi

8
Gambar dan keterangan

2. Nisaetus bartelsi
a. Morfologi eksternal
Gambar dan keterangan

9
Karakter morfologi
Karakter bulu: remiges, rectrices, tecrices, alula
Karakter di kepala: terdapat jambul yang menonjol tinggi
Karakter paruh: melengkung dan tajam sertadilengkapi dengan cere (tipe
paruh berkait)
Tipe kaki: tipe petengger (anisodactyl)
Tipe ekor: bulat

b. Makroanatomi
Gambar dan keterangan

10
B. Pembahasan
Menurut Jasin (1992), Aves adalah salah satu kelompok yang paling
banyak dan paling mudah ditemui dan merupakan salah satu kelas hewan
vertebrata yang memiliki bentuk tubuh yang khas. Aves aktif pada siang hari dan
ada juga yang aktif pada malam hari, serta memiliki bulu yang unik sebagai
penutup tubuh. Bulu pada tubuh aves dapat mengatur suhu dan terbang. Dengan
kemampuan terbang itu aves mendiami semua habitat. Warna dan suara beberapa
aves merupakan daya tarik mata dan telingan manusia. Banyak diantaranya
mempunyai arti penting dalam ekonomi, sebagian merupakan bahan makanan,
sumber protein dan beberapa diantaranya diternakkan.
1. Lonchura punctulata
Lonchura punctulata  termasuk ke dalam ordo Passeriformes karena
burung ini berukuran kecil sampai sedang, memiliki kaki yang khas berukuran
sedang bertipe anisodactyl yang digunakan untuk bertengger. Tipe paruh pendek
dan seed crakcer yang berfungsi untuk memakan bji-bijian berupa padi atau biji
lainnya. Lonchura punctulata memiliki kepala yang berukuran kecil dengan leher
pandek, sayap bulat memanjang, ekor panjang, kelompok burung memiliki suara
yang sangat indah (Pranoto, 2015).

11
Burung ini sering ditemukan dimana-mana terutama dihutan, baik hutan
pesisir sampai hutan ketinggian. Namun secara keseluruhan burung Lonchura
punctulata memiliki habitat yang beragam seperti padang rumput yang luas,
hutan alami, hutan masyarakat, lahan pertanian, perkebunan, dan daerah
pemukiman. Lonchura punctulata  umumnya memiliki sifat yang sama yaitu
menyesuaikan dengan cepat terhadap habitat yang dikunjunginya (Restal, 1996).
Kelompok burung umumnya merupakan hewan ovipar (bertelur). Walaupun
kelompok burung tidak memiliki alat kelamin luar, fertilisasi tetap terjadi di
dalam tubuh. Hal ini dilakukan dengan cara saling menempelkan kloaka
(Budiana, 2012).
2. Nisaetus bartelsi
Nisaetus bartelsi masuk kedalam ordo Accipitriformes karena merupakan
hewan pemangsa yang memiliki paruh tajam dan melengkung yang dilengkapi
dengan cere, sayap panjang dan lebar dengan 4-6 bulu di bagian tepi luarnya.
Memiliki kaki dan cakar kuat, juga merupakan karnivora diurnal (aktif pada siang
hari). Nisaetus bartelsi atau Elang Jawa merupakan jenis burung elang yang
berukuran sedang. Panjang tubuhnya mencapai 60-70 cm (dari paruh hingga
ujung ekor). Bulu umumnya berwarna cokelat kemerahan pada bagian kepala dan
perut, keemasan atau cokelat kekuningan pada bagian tengkuk, pada bagian sayap
cokelat gelap atau kehitaman (Wisnubudi, 2009).
Elang Jawa dapat berkembang biak kapan saja sepanjang tahun umumnya
diantara bulan Januari dan Juli. Burung ini matang secara seksual pada umur
sekitar tiga sampai empat tahun dan hanya menghasilkan 1 telur setiap satu kali
perkawinan. Inkubasi telur tersebut hanya berlangsung selama 47-48 hari dan
mampu terbang pada umur 70 hari. Kedua induknya 14 tinggal menjaga sarang.
Beberapa Elang Jawa remaja tinggal di sekitar wilayah induknya hingga musim
kawin berikutnya (Prawiradilaga, 2006).
Hutan alam dataran rendah merupakan area hidup Elang Jawa sekaligus
tempat istirahat dan sarang. Karakteristik habitat Elang Jawa berupa dataran
rendah dan memiliki keanekaragaman fauna kecil yang melimpah sebagai sumber
pakannya. Sebaran Elang Jawa secara acak di hutan tanaman karena hanya

12
sesekali dijumpai di tipe habitat ini dikarenakan ketersedian pakan yang rendah
(Utami, 2002).
Kunci determinasi yang dapat dibuat pada praktikum kali ini adalah
sebagai berikut :
1. a. Paruh pendek bentuk cone ...…………….( Lonchura punctulata)
b. Paruh tajam dan melengkung……………….( Nisaetus bartelsi)

BAB V. SIMPULAN
Kesimpulan dari praktikum acara 4 kelas Aves adalah:
1. ciri-ciri umum kelas aves yakni memiliki dua pasang ekstremitas, mulut
mempunyai rostrum (paruh), organon visus relatif besar, sekeleton kecil dan
baik, lehernya sangat fleksibel, Cor (Jantung) terdiri dari 4 ruang, respirasi
dengan paru-paru, memiliki 12 nervi cranualis, suhu tubuh tetap
(homoiothermis) dan fertilisasi terjadi di dalam tubuh.
2. Karakter morfologi Lonchura punctulata yakni berukuran kecil sampai sedang,
memiliki kaki yang khas berukuran sedang bertipe anisodacty, tipe
paruh pendek dan seed cracker. kepala berukuran kecil dengan leher pandek,
sayap bulat memanjang, ekor panjang dan memiliki suara yang sangat indah.
3. Karakter morfologi Nisaetus bartelsi yakni memiliki paruh tajam dan
melengkung yang dilengkapi dengan cere, sayap panjang dan lebar dengan 4-6
bulu di bagian tepi luarnya, memiliki kaki dan cakar kuat, panjang tubuhnya
mencapai 60-70 cm, bulunya berwarna cokelat kemerahan pada bagian kepala
dan perut, keemasan atau cokelat kekuningan pada bagian tengkuk, pada bagian
sayap cokelat gelap atau kehitaman.

DAFTAR PUSTAKA

13
Budiana, N. 2012. Karakteristik Sarang Burung Gereja (Passer montanus) di lingkungan
Urban.Skripsi. Padang: UniversitasAndalas.
Campbell. N. A. 2014. Biologi. Jakarta : Erlangga.
Harrison, C., Alan, Greensmith. 1993. Bird of the World. New York: DK Publisshing Inc.
Jasin, M. 1996. Zoologi Vertebrata. Surabaya: Penerbit Sinar Wijaya.
Mukayat, D. 1990. Zoologi Vertebrata. Jakarta: Erlangga.
Pranoto, Eko., Wahyu, Prihanta. 2015. Identifikasi Burung di Kepulauan Kai Maluku
Tenggara. Jurnal Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Biologi UMM. 27(2).
Prawiradilaga, D. M. 1999. Elang Jawa: Satwa Langka. Seri Pendidikan Konservasi
Keanekaragaman Hayati. Bogor: Biodiversity Conservation Project. P3B-LIPIJICA-
PKA/DEPHUTBUN.
Proctor N,S., Lynch, P.J. 1993. Manual of Ornithology. London: Yale University Press.
Restal, R.1996. Munias and Mannikins. London: Pica Press.
Sukiya. 2001. Biologi Vertebrata. Yogyakarta : JICA.
Sukmantoro, W., Irham, M. 2007. Daftar Burung Indonesia (Ornothologists). Bogor :
Onion.
Suprijatna, E. U., Atmomarsono., dan K, Ruhyat. 2005. Ilmu Dasar Ternak Unggas. Jakarta:
Penebar Swadaya.
Utami, B. D. 2002. Kajian potensi pakan elang jawa (Spizaetus bartelsi) di Gunung Salak.
Skripsi. Bogor: IPB.
Wisnubudi, G. 2009. Penggunaan Strata oleh Burung di Kawasan Wisata Taman Nasional
Gunung Halimun-Salak. Jurnal Konservasi. (2)2.

14

Anda mungkin juga menyukai