Anda di halaman 1dari 19

EKONOMI DAN AKUNTANSI SYARIAH

Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas


Mata Kuliah: Akuntansi Syariah
Dosen: Ahmad Rama Purnomo, S.E., M.E.

Oleh:
ANDINI
1904120138
MUHAMMAD YUSUP
1904120027

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PALANGKA RAYA


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
PRODI EKONOMI SYARIAH
TAHUN 2021/1442 H
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. Shalawat serta salam selalu
tercurah atas junjungan kita Nabi Muhammad, berkat limpahan dan rahmat-Nya
kami selaku penyusun mampu menyelesaikan makalah yang berjudul “Ekonomi
dan Akuntansi Syariah” untuk memenuhi tugas mata kuliah Akuntansi Syariah.
Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang kami
hadapi. Namun, kami menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan makalah
ini tidak lain berkat bantuan, dorongan, dan bimbingan orang tua, sehingga
kendala-kendala yang kami hadapi dapat teratasi.

Kami juga menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan
jauh dari sempurna. Untuk itu, kami meminta masukan kepada dosen demi
mengevaluasi pembuatan makalah ini di masa yang akan datang dan sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca. Terakhir,
kami mengucapkan banyak terimakasih, semoga Allah senantiasa memberkahi
kehidupan kita dan mudah-mudahan makalah ini bermanfaat untuk kita semua.
Aamiin ya rabbal’ alamin.

Palangka Raya, 12 Maret 2021

Kelompok 2

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................ii

DAFTAR ISI..............................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN...........................................................................1

A. Latar Belakang...........................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................1
C. Tujuan Masalah..........................................................................2
D. Metode Penulisan.......................................................................2

BAB II PEMBAHASAN............................................................................3

A. Pinsip Dasar Ekonomi Syariah...................................................3


B. Ekonomi Kapitalis dan Ekonomi Syariah..................................7
C. Faktor Pendorong Akuntansi Syariah.......................................10
D. Fungsi Akuntansi Syariah........................................................12

BAB III PENUTUP..................................................................................14

A. Kesimpulan...............................................................................14

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................16

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ekonomi Islam sebagai suatu Ilmu pengetahuan lahir melalui proses


pengkajian ilmiah yang panjang, dimana pada awalnya terjadi sikap pesimis
terkait eksistensi Ekonomi Islam dalam kehidupan masyarakat saat ini. Hal ini
terjadi karena di masyarakat telah terbentuk suatu pemikiran bahwa harus terdapat
dikotomi antara agama dengan keilmuan. Dalam hal ini termasuk didalamnya
Ilmu Ekonomi, namun sekarang hal ini sudah mulai terkikis. Para Ekonom Barat
pun mulai mengakui eksistensi Ekonomi Islam sebagai suatu Ilmu Ekonomi yang
memberi warna kesejukan dalam perEkonomian dunia dimana Ekonomi Islam
dapat menjadi sistem Ekonomi alternatif yang mampu mengingatkan
kesejahteraan umat, disamping sistem ekonomi kapitalis dan sosialis yang telah
terbukti tidak mampu meningkatkan kesejahteraan umat.

Ekonomi Islam sebagai suatu Ilmu pengetahuan lahir melalui proses


pengkajian ilmiah yang panjang, dimana pada awalnya terjadi sikap pesimis
terkait eksistensi Ekonomi Islam dalam kehidupan masyarakat saat ini. Hal ini
terjadi karena di masyarakat telah terbentuk suatu pemikiran bahwa harus terdapat
dikotomi antara agama dengan keilmuan. Dalam hal ini termasuk didalamnya
Ilmu Ekonomi, namun sekarang hal ini sudah mulai terkikis. Para Ekonom Barat
pun mulai mengakui eksistensi Ekonomi Islam sebagai suatu Ilmu Ekonomi yang
memberi warna kesejukan dalam perEkonomian dunia dimana Ekonomi Islam
dapat menjadi sistem Ekonomi alternatif yang mampu mengingatkan
kesejahteraan umat, disamping sistem ekonomi kapitalis dan sosialis yang telah
terbukti tidak mampu meningkatkan kesejahteraan umat.

B. Rumusan Masalah
1. Apa prinsip dasar ekonomi syariah?
2. Apa pengertian ekonomi kapitalis dan ekonomi syariah?
3. Apa saja faktor pendorong akuntansi syariah?
4. Bagaimana fungsi akuntansi syariah?

1
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui prinsip dasar ekonomi syariah.
2. Mengetahui pengertian ekonomi kapitalis dan ekonomi syariah.
3. Mengetahui faktor pendorong akuntansi syariah.
4. Mengetahui fungsi akuntansi syariah.
D. Metode Penulisan

Penulisan makalah ini menggunakan metode literatur buku elektronik (e-


book) terhadap buku-buku yang berkaitan materi dan juga dari jurnal untuk
melengkapi data-data yang sudah ada agar dapat dibahas secara efisien.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Prinsip Dasar Ekonomi Syariah

Ekonomi syariah sebagai salah satu sistem ekonomi yang eksis di dunia,
untuk hal-hal tertentu tidak berbeda dengan sistem ekonomi mainstream, seperti
kapitalisme. Mengejar keuntungan sebagaimana dominan dalam sistem ekonomi
kapitalisme, juga sangat dianjurkan dalam ekonomi syariah. Namun, dalam
banyak hal terkait dengan keuangan, Islam memiliki beberapa prinsip yang
membedakannya dengan sistem ekonomi lain:

1. Prinsip Tauhid

Ayat-ayat al-Qur’an yang terkait dengan prinsip tauhid dalam


menjalankan kegiatan ekonomi, antara lain adalah sebagai berikut:
“Katakanlah (Muhammad) "Dia lah Allah, yang Maha Esa. Allah adalah
Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan
tidak pula diperanakkan, dan tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia”
(Q.S. 112: 1-4). Prinsip tauhid adalah dasar dari setiap bentuk aktivitas
kehidupan manusia, Quraish Shihab (2009: 410) menyatakan bahwa tauhid
mengantar manusia dalam kegiatan ekonomi untuk meyakini bahwa kekayaan
apapun yang dimiliki seseorang adalah milik Allah. Keyakinan demikian
mengantar seorang muslim untuk menyatakan: “Sesungguhnya
sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan
semesta alam” (Q.S. 6:163).

Keyakinan atau pandangan hidup seperti ini, akan melahirkan aktivitas


yang memiliki akuntabilitas ketuhanan yang menempatkan perangkat syariah
sebagai parameter korelasi antara aktivitas dengan prinsip syariah. Tauhid
yang baik diharapkan akan membentuk integritas yang akan membantu
terbentuknya good government. Prinsip aqidah menjadi pondasi paling utama
yang menjadi penopang bagi prinsip-prinsip lainnya. Kesadaran tauhid akan
membawa pada keyakinan dunia akhirat secara simultan, sehingga seorang
pelaku ekonomi tidak mengejar keuntungan materi semata.

3
Kesadaran ketauhidan juga akan mengendalikan seseorang atau pengusaha
muslim untuk menghindari segala bentuk eksploitasi terhadap sesama
manusia. Dari sini dapat dipahami mengapa Islam melarang transaksi yang
mengandung unsur riba, pencurian, penipuan terselubung, bahkan melarang
menawarkan barang pada konsumen pada saat konsumen tersebut bernegosiasi
dengan pihak lain.

2. Prinsip Keadilan

Di antara pesan-pesan al-Qur`an sebagai sumber hukum Islam adalah


menegakkan keadilan. Kata adil berasal dari kata Arab “Adl” yang secara
harfiyah bermakna adil. Menurut Kamus Bahasa Indonesia, adil berarti sama
berat, tidak berat sebelah, tidak memihak, berpihak kepada yang benar dan
sepatutnya. Dengan demikian, seseorang disebut berlaku adil apabila ia tidak
berat sebelah dalam menilai sesuatu, tidak berpihak kepada salah satu, kecuali
keberpihakannya kepada siapa saja yang benar sehingga ia tidak akan berlaku
sewenang-wenang.

Pembahasan tentang adil merupakan salah satu tema yang mendapat


perhatian serius dari para ulama. Dalam operasional ekonomi syariah
keseimbangan menduduki peran yang sangat menentukan untuk mencapai
falah (kemenangan, keberuntungan). Dalam terminologi fiqih, adil adalah
menempatkan sesuatu pada tempatnya dan memberikan sesuatu hanya pada
yang berhak serta memperlakukan sesuatu pada posisinya (wadh al-syai` fi
mahallih).

3. Prinsip Maslahat

Secara sederhana, maslahat bisa diartikan dengan mengambil manfaat


dan menolak kemudaratan atau sesuatu yang mendatangkan kebaikan,
keselamatan, faedah atau guna. Hakikat kemaslahatan adalah segala bentuk
kebaikan dan manfaat yang berdimensi integral duniawi dan ukhrawi, material
dan spiritual, serta individual dan sosial. Aktivitas ekonomi dipandang
memenuhi maslahat jika memenuhi dua unsur, yakni ketaatan (halal) dan
bermanfaat serta membawa kebaikan (thayyib) bagi semua aspek secara

4
integral. Dengan demikian, aktivitas tersebut dipastikan tidak akan
menimbulkan mudarat. Sesuatu dianggap maslahat apabila terpenuhi. Apabila
kemaslahatan dikatakan sebagai prinsip keuangan (ekonomi) maka semua
kegiatannya harus memberikan kemaslahatan (kebaikan) bagi kehidupan
manusia, perorangan, kelompok, dan komunitas yang lebih luas, termasuk
lingkungan.

4. Prinsip Ta’awun (Tolong-Menolong)

Ideologi manusia terkait dengan kekayaan yang disimbolkan dengan


uang terdiri dari dua kutub ekstrim, materialisme dan spiritualisme.
Materialisme sangat mengagungkan uang, tidak memperhitungkan Tuhan, dan
menjadikan uang sebagai tujuan hidup sekaligus mempertuhankannya. Kutub
lain adalah spritualisme (misalnya Brahma Hindu, Buddha di Cina, dan
Kristen) menolak limpahan uang, kesenangan dan harta secara mutlak.
Sementara Islam, berdasarkan beberapa dalil terkait uang dan yang semakna
dengannya, menunjukkan bahwa Islam berada di jalan tengah antara dua kutub
di atas. Firman Allah dalam surah al- Qashashs/28:77 : “Dan carilah pada apa
yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan
janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan
berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik,
kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan”.

Allah sebagai pencipta, pemilik dan pengatur segala harta, menjadikan


bumi, laut, sungai, hutan, dan lain-lain merupakan amanah untuk manusia,
bukan milik pribadi. Di samping itu al-Qur’an juga mengakui adanya milik
pribadi. Dengan demikian ada sintesis antara kepentingan individu dan
masyarakat. Hal ini berbeda sekali dengan sistem ekonomi komunis dan
kapitalis. Selain itu, terdapat hal-hal yang telah lazim dalam ekonomi Islam,
seperti sedekah, baik yang wajib maupun anjuran. Shadaqah pada dasarnya
merupakan sebuah sistem yang berfungsi untuk menjamin distribusi pendapat
dan kekayaan masyarakat secara lebih baik.

5
Dengan kata lain zakat merupakan salah satu instrumen dalam ajaran
Islam untuk mengayomi masyarakat lemah dan sarana untuk berbagi rasa
dalam suka maupun duka antar sesama manusia yang bersaudara dalam
keterciptaannya, sehingga tidak tega mengambil bunga dari saudaranya, tidak
curang, dan lain-lain. Ekonomi Islam memandang bahwa uang harus berfungsi
untuk memenuhi kebutuhan pokok, sekunder dan penunjang (dharuriyah,
hajiyah, dan tahsiniah). Disamping itu, uang juga berfungsi untuk cobaan
Allah apakah seseorang bersyukur atau kufur.

Fungsi sosial harta dalam al-Qur’an adalah untuk menciptakan


masyarakat yang etis dan egaliter. Berdasarkan pandangan di atas, mencari
keuntungan atau akad komersil dengan berbagai aktivitas ekonomi adalah
sesuatu yang terpuji dalam ajaran Islam. Akan tetapi, aktivitas ekonomis
tersebut diharapkan memberi dampak positif terhadap masyarakat, tidak boleh
ada yang terzalimi. Instrumen untuk mencapai tujuan ini, disyariatkannya
berbagai akad, transaksi, atau kontrak. Jika sebaliknya, cara-cara mendapatkan
harta menyebabkan kemudharatan bagi pihak lain, maka akad tersebut
menjadi batal, dan penggunaannya yang tidak etis dan egaliter akan membuat
individu yang bersangkutan tercela dalam pandangan syarak.

5. Prinsip Keseimbangan

Konsep ekonomi syariah menempatkan aspek keseimbangan sebagai


salah satu pilar pembangunan ekonomi. Prinsip keseimbangan dalam ekonomi
syariah mencakup berbagai aspek, keseimbangan antara sektor keuangan dan
sektor riil, rixdsiko dan keuntungan, bisnis dan kemanusiaan, serta
pemanfaatan dan pelestarian sumber daya alam. Sasaran dalam pembangunan
ekonomi syariah tidak hanya diarahkan pada pengembangan sektor-sektor
korporasi namun juga pengembangan sektor usaha kecil dan mikro yang tidak
jarang luput dari upaya-upaya pengembangan sektor ekonomi secara
keseluruhan.1

1
Nur Halimah, Perbandingan Sistem Ekonomi, (Gowa: STAI Al-Azhar Gowa, 2020), hlm.
15-19.

6
B. Ekonomi Kapitalis dan Ekonomi Syariah
1. Pengertian Ekonomi Kapitalis

Ekonomi kapitalis adalah sebuah sistem organisasi ekonomi yang


dicirikan oleh hak milik privat atas alat-alat produksi dan distribusi dan
pemanfaatannya untuk mencapai laba dalam kondisi yang sangat kompetitif.
Kapitalisme ini hasil dari pemikiran Adam Smith, Smith adalah tokoh mazhab
klasik di mana para ahli ekonomi dunia menilai bahwa pemikiran mazhab
klasik merupakan dasar sistem ekonomi kapitalis. Selanjutnya pengertian
sistem ekonomi kapitalis adalah suatu sistem yang memberikan kebebasan
yang cukup besar bagi pelaku-pelaku ekonomi untuk melakukan kegiatan
yang terbaik bagi kepentingan individu atas sumber daya ekonomi atau faktor-
faktor produksi.

Pada sistem ekonomi ini terdapat keleluasaan bagi perorangan untuk


memiliki sumber daya, seperti kompetisi antar individu dalam memenuhi
kebutuhan hidup, persaingan antar badan usaha dalam mencari keuntungan.
Prinsip “Keadilan” yang dianut oleh sistem ekonomi kapitalis adalah setiap
orang menerima imbalan berdasarkan prestasi kerjanya. Dalam hal ini campur
tangan pemerintah sangat minim, sebab pemerintah berkedudukan sebagai
“Pengamat” dan “Pelindung” dalam perekonomian.2

2. Pengertian Ekonomi Syariah

Secara umum pengertian ekonomi adalah salah satu ilmu sosial yang
mempelajari aktivitas manusia yang berhubungan dengan produksi, distribusi
dan konsumsi terhadap barang dan jasa. Di indonesia penggunaan istilah
ekonomi Islam terkadang digunakan bergantian dengan istilah ekonomi
syariah. Termasuk dalam penggunaan istilah dalam mata kuliah atau program
studi dalam Perguruan Tinggi. Ada yang menamakan dengan Ekonomi Islam
dan ada juga yang menamakan dengan Ekonomi Syariah. Hal itu disebabkan
karena memang pengertian ekonomi Islam juga semakna dengan pengertian
ekonomi syariah. Ekonomi Islam atau Ekonomi syariah telah didefinisikan

2
Agustiati, Sistem Ekonomi Kapitalisme, (Palu: Universitas Tadulako, 2007), hlm. 152-
154.

7
oleh para sarjana muslim dengan berbagai definisi. Keragaman ini terjadi
karena perbedaan perspektif setiap pakar dalam bidangnya. Pengertian
ekonomi Islam menurut para pakar adalah:

a. Menurut Monzer Kahf dalam bukunya The Islamic Economy


menjelaskan bahwa ekonomi Islam adalah bagian dari ilmu ekonomi
yang bersifat interdisipliner dalam arti kajian ekonomi syariah tidak
dapat berdiri sendiri, tetapi perlu penguasaan yang baik dan mendalam
terhadap terhadap ilmu-ilmu pendukungnya juga terhadap ilmu-ilmu
yang berfungsi sebagai tool of analysis seperti matematika, statistik,
logika, dan ushul fiqih.
b. M.A. Mannan mendefinisikan ilmu ekonomi syariah sebagai suatu
ilmu pengetahuan sosial yang mempelajari masalah-masalah ekonomi
rakyat yang diilhami oleh nilai-nilai ekonomi Islam.
c. Yusuf Qardhawi. Pengertian Ekonomi Syariah merupakan ekonomi
yang berdasarkan pada ketuhanan. Esensi sistem ekonomi ini bertitik
tolak dari Allah Azza Wa Jalla, tujuan akhirnya kepada Allah Azza Wa
Jalla, dan memanfaatkan sarana yang tidak lepas dari syarisat kepada
Allah Azza Wa Jalla.
d. Menurut Umar Chapra Ekonomi Islam merupakan suatu cabang ilmu
pengetahuan yang membantu manusia dalam mewujudkan
kesejahteraannya melalui alokasi dan distribusi berbagai sumber daya
langka sesuai dengan tujuan yang ditetapkan berdasarkan syariah
(al-‘istiqsad al-syariah) tanpa mengekang kebebasan individu secara
berlebihan, menciptakan solidaritas keluarga dan sosial serta ikatan
moral yang terjalin di masyarakat.

Definisi ekonomi syariah para ahli tersebut menekankan karakter


komprehensif tentang subjek dan didasarkan atas nilai moral ekonomi syariah
yang bertujuan mengkaji kesejahteraan manusia yang dicapai melalui
perorganisasian sumber-sumber alam berdasarkan kooperasi dan partisipasi.

8
3. Sumber Hukum Ekonomi Syariah

Sebagai bagian dari ajaran syariat Islam, ekonomi syariah mempunyai


sumber yang sama dengan sumber hukum dalam Islam secara umum, yaitu:

a. Al-Qur’an

Definisi al-Qur’an secara terminologi, menurut sebagian besar


ulama ushul fiqih yaitu, “Kalam Allah Azza Wa Jalla yang diturunkan
kepada Nabi Muhammad Shallallahu’alaihi wa sallam dalam bahasa Arab
yang dinukilkan kepada generasi sesudahnya secara mutawatir,
membacanya merupakan ibadah, tertulis dalam mushaf di mulai dari surah
Al-Fatihah dan ditutup dengan surah An-Nas”. Al- Qur’an adalah sumber
pertama dan utama bagi ekonomi syariah, di dalamnya dapat kita temui hal
ihwal yang berkaitan dengan ekonomi dan juga hukumnya.

Sebagai sumber hukum pertama dan utama, Al Qur’an oleh umat


Islam harus dinomor satukan dalam menemukan dan menarik hukum.
Ayat-ayat Al Qur’an harus didahulukan dalam menjawab permasalahan
yang muncul ke permukaan. Kaum muslimin tidak diperkenankan
mengambil hukum dan jawaban atas permasalahan dari luar Al Qur’an
selama hukum dan jawaban tersebut dapat ditemukan dalam nash-nash al-
Qur’an.

b. Hadits

Hadits menurut istilah syariat adalah segala sesuatu yang bersumber


dari Nabi Muhammad dalam dalam bentuk qaul (ucapan), fi’il
(perbuatan), dan taqrir (penetapan atau persetujuan). Sifat tubuh, serta
akhlak yang dimaksudkan dengannya sebagai tasyri (pensyariatan) bagi
umat Islam. Nabi Muhammad sebagai penyampai ajaran al-Qur’an diberi
otoritas untuk menjelaskan lebih lanjut apa yang telah diwahyukan
kepadanya. Ia berfungsi sebagai penjelas dan pelaksana dari apa yang
ditulis di dalam al-Qur’an. Dari sini dapat kita pahami bahwa hadist atau
juga sering disebut as-Sunnah adalah sumber kedua dalam perundang-
undangan Islam.

9
c. Ijtihad

Menurut Al-Syaukani dalam kitabnya Irsyad al-Fahuli, ijtihad


adalah mengerahkan kemampuan dalam memperoleh hukum syar’i yang
bersifat ‘amali melalui cara istinbath. Menurut Ibnu Syubki, ijtihad adalah
pengerahan kemampuan seseorang faqih untuk menghasilkan dugaan kuat
tentang hukum syar’i, sedangkan Al-Amidi memberikan definisi ijtihad
sebagai pengarahan kemampuan dalam memperoleh dugaan kuat tentang
hukum syara dalam bentuk yang dirinya merasa tidak mampu berbuat
seperti itu.

Nash atau dalil dalam bidang muamalah sebagian besar dalam


bentuk prinsip-prinsip umum yang ditunjukan oleh nash-nash Zanni.
Keberadaan dalam bentuk zanni ini dimaksudkan agar dapat
dikembangkan oleh manusia sendiri dengan kebutuhan dan kemaslahatan
manusia itu sendiri, yang tidak terlepas dari perubahan dan tuntutan
tempat dan waktu. Pada bidang inilah terdapat wilayah ijtihad. Untuk
mendapatkan ketentuan-ketentuan hukum ekonomi syariah yang baru
muncul seiring dengan kemajuan zaman kebutuhan masyarakat, sangat
diperlukan pemikiran-pemikiran baru yang biasa dikenal dengan istilah
ijtihad.

Pintu ijtihad bagi orang yang berbakat fiqh terbuka lebar, dengan
alasan bahwa hukum-hukum dalam nash terbatas, sedangkan kegiatan
manusia tidak terbatas, maka mustahil untuk mengembalikan yang tidak
terbatas kepada yang terbatas. Sumber ijtihad inilah yang sangat
memegang peran yang sangat penting dalam pengembangan fiqh terutama
sekali dalam bidang ekonomi syariah (muamalah). Tidak terlalu
berlebihan kiranya jika kita mengatakan bahwa sumber ijtihad yang paling
banyak dibutuhkan, diperlukan dalam hukum ekonomi syariah.3

C. Faktor Pendorong Akuntansi Syariah

3
Yoyok Prasetyo, Ekonomi Syariah, (Bandung: Penerbit Aria Mandiri Group, 2018), hlm.
2-7.

10
Para ahli akuntansi syariah mengemukakan pendapat mengenai faktor-faktor
yang menyebabkan perlunya akuntansi syariah dikembangkan dan diajarkan di
perguruan tinggi. Harahap (1999) menguraikan faktornya yaitu meningkatnya
religiusitas, meningkatnya tuntutan terhadap etika dan tanggung jawab sosial,
tuntutan pada kebenaran, keadilan dan kejujuran, kekurangan dalam akuntansi
kapitalis, berkembangnya disiplin ilmu akuntansi, kebutuhan lembaga keuangan
syariah akan sistem akuntansi, kebutuhan akan norma perhitungan zakat,
kebutuhan akan pencatatan, pertanggungjawaban dan pengawasan harta umat
dalam baitul mal maupun wakaf.4

Sedangkan Hameed (2000) mengungkapkan terdapat dua faktor utama yang


menyebabkan berkembangnya akuntansi syariah, yaitu adanya faktor pendorong
(push factor) dan faktor penarik (pull factor). Push factor adalah norma atau nilai
filosofis yang mendasari berlakunya akuntansi konvensional. Nilai ini tidaklah
netral melainkan memiliki muatan tendensi tertentu yang pastilah disandarkan
pada pandangan hidup barat yang berlainan dengan Islam. Sedangkan pull factor
adalah faktor magnetik (penarik) yang menghendaki penerapan model akuntansi
Islam yang berlainan dengan akuntansi konvensional karena telah nyata perbedaan
sistem hidup yang dipegang masing-masing peradaban meski beliau tidak
menutup mata bahwa tidak semua pola hidup masyarakat Islam sesuai dengan
kehendak syara’. Bagaimana sistem ekonomi, politik, sosial, hukum, dan beberapa
aspek prinsip kehidupan Islam lain yang tidak bisa dikompromikan dengan sistem
kehidupan barat.5

Faktor pendorong (push factor) terdiri dari, keterbatasan akuntansi


konvensional, nilai filosofis yang mendasari akuntansi konvensional, nilai Islam
dan disfungsi akuntansi konvensional dalam masyarakat Islam, dan Islamisasi
ilmu pengetahuan. Sedangkan faktor penariknya (pull factor) antara lain pendirian
lembaga keuangan syariah dan kebutuhan informasi oleh stakeholder lembaga
keuangan syariah. Ahli akuntansi syariah lainnya yang bernama Wan Ismail
(2001) berpendapat perlunya akuntansi syariah karena beberapa hal, diantaranya,
4
Rini, “Potret Pendidikan Akuntansi Syariah di Indonesia”. Jurnal Kajian Ekonomi Islam.
Vol 3. No. 2, 2018, hlm. 137.
5
Ihda Arifin Faiz, Rerangka Dasar Akuntansi Berlandaskan Syariah, (Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press, 2020), hlm. 14.

11
adanya konsep personal accountability antara manusia dengan Allah (hablum
minallah) dan manusia dengan manusia (hablum minannas), adanya konsep di
mana harta adalah milik Allah, manusia selaku pemegang amanah harus
mempertanggung jawabkannya, dan perlunya pendistribusian kekayaan yang adil.

Nurhayati dan Wasilah (2013:9) mengatakan adanya akuntansi syariah


memiliki dua alasan utama, yaitu suatu tuntutan atas pelaksanaan syariah dan
adanya kebutuhan akibat pesatnya perkembangan transaksi syariah. Karena
berbagai faktor di atas maka beberapa perguruan tinggi di Indonesia mulai
mengajarkan mata kuliah akuntansi syariah. Apalagi sejalan dengan
perkembangan lembaga keuangan syariah (khususnya perbankan syariah) semakin
banyak perguruan tinggi yang menawarkan mata kuliah akuntansi syariah kepada
mahasiswanya baik sebagai mata kuliah wajib maupun mata kuliah pilihan.6

D. Fungsi Akuntansi Syariah

Akuntansi syariah telah lahir sejak dulu, akuntansi dalam Islam bukanlah
seni dan ilmu yang baru. Jika dilihat dari sudut pandang bahasa dalam bahasa
Arab akuntansi berasal dari kata “Muhasabah” atau “Hasaba” yang berarti
menyelesaikan pertanggungjawaban, netral, independen, objektif, menjaga,
menghitung, mengukur, mengharapkan pahala akhirat (Harahap, 2008).
Pengertian tersebut berkaitan dengan fungsi akuntansi yang mengandung cakupan
yang lebih luas dari konsep akuntansi konvensional. Fungsi akuntansi pada
konsep syariah didasarkan dengan pendekatan tersebut, yaitu sebagai sarana
pencatatan informasi yang bersifat material (ekonomi dan bersifat kuantitatif) dan
juga non material (aspek etika, moralitas, dan aspek kualitatif lainnya).

Pada awal munculnya Islam yaitu pada zaman pemerintahan Abu Bakar,
akuntansi dikenal dengan adanya “Baitul Mal” yang merupakan lembaga yang
berfungsi sebagai bendahara negara dan menjamin kesejahteraan sosial. Hal ini
menunjukkan pada masa kekhalifahan telah dikenal adanya sistem keuangan
negara. Pengelolaan Baitul Mal tersebut menunjukkan konsep balance dalam
akuntansi, yaitu pengelolaan di mana penerimaan dan pengeluaran dilakukan

6
Rini, “Potret Pendidikan Akuntansi Syariah di Indonesia”. Jurnal Kajian Ekonomi Islam.
Vol 3. No. 2, 2018, hlm. 138.

12
secara seimbang. Pengenalan akuntansi pada masa itu adalah dikenalnya “Kitabat
al-Amwal” atau pencatatan uang oleh masyarakat.

Penggunaan istilah akuntansi juga telah digunakan oleh peneliti muslim


pada abad ke 8-10 M. Pada masa Umar bin Khattab, diperkenalkan dengan adanya
pencatatan atau diwan yang digunakan untuk pelaksanaan pencatatan dan
penyimpanan pencatatan gaji. Istilah pembukuan pada masa itu dikenal dengan
jarridah atau secara umum disebut dengan journal. Bangkitnya akuntansi syariah
di Indonesia dipicu oleh berbagai hal, yaitu adanya skandal akuntansi di
perusahaan-perusahaan besar, seperti Worldcom dan Enron serta adanya
kesadaran dari para akuntan untuk bekerja lebih jujur, adil, dan tidak bertentangan
dengan ajaran al-Qur’an dan hadis.

Beberapa isu lain yang mendorong perkembangan terhadap kajian akuntansi


syariah adalah adanya harmonisasi standar akuntansi internasional di negara-
negara Islam seperti yang telah dilakukan oleh AAOIFI, adanya usulan
pemformatan laporan badan usaha Islam, dan kajian ulang filsafat tentang
konstruksi etika dalam pengetahuan akuntansi serta penggunaan syariah sebagai
petunjuk dalam pengembangan teori akuntansi syariah.7

BAB III

7
Heni Werdi Apriyanti, Teori Akuntansi Berdasarkan Pendekatan Syariah, (Yogyakarta:
CV. Budi Utama, 2018), hlm. 7-8.

13
PENUTUP

A. Kesimpulan

Ekonomi syariah sebagai salah satu sistem ekonomi yang eksis di dunia,
untuk hal-hal tertentu tidak berbeda dengan sistem ekonomi mainstream, seperti
kapitalisme. Mengejar keuntungan sebagaimana dominan dalam sistem ekonomi
kapitalisme, juga sangat dianjurkan dalam ekonomi syariah. Namun, dalam
banyak hal terkait dengan keuangan, Islam memiliki beberapa prinsip yang
membedakannya dengan sistem ekonomi lain yaitu tauhid, keadilan, maslahat,
ta’awun, dan kesimbangan.

Ekonomi kapitalis adalah sebuah sistem organisasi ekonomi yang dicirikan


oleh hak milik privat atas alat-alat produksi dan distribusi dan pemanfaatannya
untuk mencapai laba dalam kondisi yang sangat kompetitif. Kapitalisme ini hasil
dari pemikiran Adam Smith,Smith adalah tokoh mazhab klasik di mana para ahli
ekonomi dunia menilai bahwa pemikiran mazhab klasik merupakan dasar sistem
ekonomi kapitalis.

Secara umum pengertian ekonomi adalah salah satu ilmu sosial yang
mempelajari aktivitas manusia yang berhubungan dengan produksi, distribusi dan
konsumsi terhadap barang dan jasa. Di indonesia penggunaan istilah ekonomi
islam terkadang digunakan bergantian dengan istilah ekonomi syariah. Termasuk
dalam penggunaan istilah dalam mata kuliah atau program studi dalam Perguruan
Tinggi. Ada yang menamakan dengan Ekonomi Islam dan ada juga yang
menamakan dengan Ekonomi Syariah.

Para ahli akuntansi syariah mengemukakan pendapat mengenai faktor-


faktor yang menyebabkan perlunya akuntansi syariah dikembangkan dan
diajarkan di perguruan tinggi. Harahap (1999) menguraikan faktornya yaitu
meningkatnya religiusitas, meningkatnya tuntutan terhadap etika dan tanggung
jawab sosial, tuntutan pada kebenaran, keadilan dan kejujuran, kekurangan dalam
akuntansi kapitalis, berkembangnya disiplin ilmu akuntansi, kebutuhan lembaga
keuangan syariah akan sistem akuntansi, kebutuhan akan norma perhitungan
zakat, kebutuhan akan pencatatan, pertanggungjawaban dan pengawasan harta
umat dalam baitul mal maupun wakaf.

14
Fungsi akuntansi pada konsep syariah didasarkan dengan pendekatan
tersebut, yaitu sebagai sarana pencatatan informasi yang bersifat material
(ekonomi dan bersifat kuantitatif) dan juga non material (aspek etika, moralitas,
dan aspek kualitatif lainnya). Pada awal munculnya Islam yaitu pada zaman
pemerintahan Abu Bakar, akuntansi dikenal dengan adanya “Baitul Mal” yang
merupakan lembaga yang berfungsi sebagai bendahara negara dan menjamin
kesejahteraan sosial. Hal ini menunjukkan pada masa kekhalifahan telah dikenal
adanya sistem keuangan negara.

DAFTAR PUSTAKA

15
Agustiati. 2007. Sistem Ekonomi Kapitalisme. Palu: Universitas Tadulako.

Apriyanti, Heni Werdi. 2018. Teori Akuntansi Berdasarkan Pendekatan Syariah.


Yogyakarta: CV. Budi Utama.

Faiz, Ihda Arifin Faiz. 2020. Rerangka Dasar Akuntansi Berlandaskan Syariah.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Halimah, Nur. 2020. Perbandingan Sistem Ekonomi. Gowa: STAI Al-Azhar.

Prasetyo, Yoyok. 2018. Ekonomi Syariah. Bandung: Penerbit Aria Mandiri


Group.

Rini. 2018. Potret Pendidikan Akuntansi Syariah di Indonesia. Jurnal Kajian


Ekonomi Islam. Vol 3. No. 2.

16

Anda mungkin juga menyukai