Anda di halaman 1dari 10

Nama : Erfan Efendi

Nomor daftar hadir : 13


NPP : 29.0792
Kelas : H-3
Semester/Prodi : VI/PPTP
Mata Kuliah : Administrasi Pertanahan

1. Hukum  Agraria Nasional yang  menggantikan Hukum Agraria kolonial sudah dimulai sejak
tahun 1948 dengan membentuk kepanitian yang diberi tugas menyusun Undang-Undang
Agraria. 
Sebut dan jelaskan Panitia Tahapan-tahapan dalam penyusunan Undang-Undang Pokok
Agraria (UUPA)  tersebut !
Jawab:
Tahapan-tahapan dalam penyusunan Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA) dapat
dijelaskan sebagai berikut: 
1) Panitia Agraria Yogya
Panitia ini dibentuk dengan Penetapan Presiden No. 16 Tahun 1948  tanggal
21 mei 1948 berkedudukan di Yogyakarta diketuai oleh Sarimin Reksodihardjo,
kepala bagian Agraria Kementrian Dalam Negeri.
Panitia ini mengusulkan tentang asas-asas yang akan merupakan dasar-dasar
Hukum Agraria yang baru, yaitu :
a. Meniadakan asas Domein dan pengakuan hak ulayat.
b. Mengadakan peraturan yang memungkinkan adanya hak perseorangan yang kuat,
yaitu hak milik yang dapat dibebani hak tanggungan.
c. Mengadakan penyelidikan lebih dahulu di negara-negara tetangga sebelum
menentukan apakah orang-orang asing dapat pula mempunyai hak milik atas tanah.
d.  Mengadakan penetapan luas minimum tanah agar petani kecil dapat hidup layak.
e. Mengadakan penetapan luas maksimum pemilik tanah dengan tidak memandang
macam tanahnya.
f. Menganjurkan penerima skema hak-hak atas tanah yang diusulkan Panitia Agraria
Yogya.
g. Mengadakan pendaftaran tanah hak milik dan tanah-tanah menumpang yang penting.
2) Panitia Agraria Jakarta
Panitia Agraria Yogya dibubarkan dengan Keputusan Presiden No. 36 Tahun
1951 tanggal 19 Maret 1951, sekaligus dibentuk Panitia Agraria Jakarta Yang
berkedudukan di Jakarta diketuai oleh Singgih Praptodihardjo, Wakil Kepala Bagian
Agraria Kementrian Dalam Negeri.
Panitia ini mengemukakan usulan mengenai tanah untuk pertanian rakyat
(kecil), yaitu :
1. Mengadakan batas minimum pemilik tanah, yaitu 2 hektar dengan mengadakan
peninjauan lebih lanjut sehubungan dengan berlakunya hukum adat dan hukum
waris.
2. Ditentukan pembatasan maksimum 25 hektar untuk satu keluarga.
3. Yang dapat memiliki tanah untuk pertanian kecil hanya penduduk warga Negara
Indonesia. Tidak diadakan perbedaan antara warga Negara asli dan bukan asli.
Badan Hukum tidak diberi kesempatan untuk mengerjakan pertanian kecil.
4. Untuk pertanian kecil diterima bangunan-bangunan hukum:  hak milik, hak usaha,
hak sewa dan hak pakai.
5. Hak ulayat disetujui untuk diatur oleh atau atas kuasa undang-undang sesuai dengan
pokok-pokok dasar Negara.

3) Panitia Soewahjo
Berdasarkan Keputusan Presiden No. 1  Tahun 1956 tanggal 14 Januari 1956
dibentuklah Panitia Negara Urusan Agraria berkedudukan di Jakarta yang diketuai
Soewahjo Soemodilogo, Sekretaris Jenderal Kementrian Agraria. 
Panitia ini menghasilkan naskah Rancangan Undang-Undang Pokok Agraria
pada tanggal 1 Januari 1957 yang berisi :

1. Dihapuskannya asas domein dan diakuinya hak ulayat, yang harus


ditundukkan pada kepentingan umum (negara).

2. Asas domein diganti dengan hak kekuasaan negara atas dasar ketentuan Pasal
38 ayat 3 UUDS 1950.

3. Dualisme Hukum Agraria dihapuskan.

4. Hak-hak atas tanah: hak milik sebagai hak yang terkuat yang berfungsi sosial
kemudian ada hak usaha, hak bangunan dan hak pakai.
5. Hak milik hanya boleh dipunyai oleh orang-orang warga negara Indonesia
yang tidak diadakan perbedaan antara warga negara asli dan tidak asli.

6. Perlu diadakan penetapan batas maksimun dan minimum luas tanah yang
boleh menjadi milik seseorang atau badan hukum.

7. Tanah pertanian pada asasnya harus dikerjakan dan diusahakan sendiri oleh
pemiliknya.

8. Perlu diadakan pendaftaran tanah dan perencanaan pengguanaan tanah.

4) Rancangan Soenarjo
Setelah dilakukan beberapa perubahan mengenai sistematika dan perumusan
beberapa pasalnya, maka rancangan Panitia Soewahjo oleh Menteri Agraria Soenarjo
diajukan kepada Dewan Menteri pada tanggal 14 maret 1958. Dewan Menteri dalam
sidangnya tanggal 1 April 1958 dapat menyetujui rancangan Soenarjo dan diajukan
kepada Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) melalui amanat presiden Soekarno tanggal
24 April 1958.
Dalam pembahasan Rancangan Soenarjo, DPR mengharap perlu untuk
mengumpulkan bahan-bahan yang lebih lengkap. Selanjutnya Panitia
Permusyawaratan DPR membentuk sebuah Panitia Ad Hoc dengan tugas :

1. Membahas Rancangan Undang-Undang Pokok Agraria secara tekhnik yuridis.

2. Mempelajari bahan-bahan yang bersangkutan dengan Rancangan Undang-Undang


Pokok Agraria tersebut yang sudah ada dan mengumpulkan bahan-bahan yang
baru.

3. Menyampaikan laporan tentang pelaksanaan tugasnya serta usul-usul yang


dipandang perlu mengenai Rancangan Undang-Undang Pokok Agraria kepada
Panitia Permusyawaratan DPR.

5) Rancangan Sadjarwo
Berhubung dengan berlakunya kembali UUD 1945 maka Rancangan Soenarjo
yang masih memakai UUDS ditarik kembali dengan surat Pejabat Presiden tanggal 23
Mei 1960 No. 1532/HK/1960.
Setelah disesuaikan dengan UUD 1945 dan Manifesto Politik, dalam bentuk
yang lebih sempurna dan lengkap diajukan RUUPA yang baru oleh Menteri Agraria
Sadjarwo yang selanjutnya disebut “Rancangan Sadjarwo”. Rancangan
Sadjarwo  tersebut disetujui oleh Kabinet Inti dalam sidangnya tgl. 22 Juli 1960 dan
oleh Kabinet Pleno tgl. 1 Agustus 1960. Dengan amanat Presiden tgl. 1 Agustus 1960
No. 2584/HK/1960.
 Rancangan tersebut diajukan ke DPRGR. Pembahasan di DPR GR yang
diketuai oleh H. Zainul Arifin dalam sidang Pleno tgl. 12 September 1960 dan pada
tagl. 14 September telah mendapat persetujuan suara bulat dari DPRGR. Selanjutnya
pada tgl 24 September 1960 disahkan oleh Presiden Soekarno menjadi UUPA No. 5
Th. 1960  Selanjtunya UUPA tersebut diundangkan dalam Lembaran Negara Th.
1960 No.104 dan Penjelasannya dalam Tambahan Lembaran Negara No. 2043.

2. Sebut dan jelaskan Periodisasi Kebijakan Agraria Kolonial pada  : Masa VOC (1602 – 1799),
Masa HW Daendles ( 1800-1811), Masa  RAFFLES (1811-1816), . Masa  van den Bosch
(1830), Masa Agrarische wet Stb 1870 No. 55, dan . Masa Agrarische Besluiten !
Jawab:
A. Masa VOC (1602 – 1799)
Kebijakan pertanian yang menindas pada periode ini :
a) Contingenten,  pajak hasil pertanian
b) Verplichte leveranten, keputusan VOC dan Raja pribumi ttg kewajiban
menyerahkan  seluruh hasil panen dengan pembayaran yang sdh ditetapkan
secara sepihak.
c) Roerendiensten,  kerja rodi bagi yang tidak punya tanah pertanian.

B. Masa HW Daendles ( 1800-1811)


Daendles menjual tanah-2 rakyat indonesia kepada orang cina, Arab dan
Belanda, yang dikenal dengan tanah partikelir dengan hak eigendom bercorak
istimewa – yakni adanya hak pada pemiliknya yang bersifat kenegaraan yang disebut
landheerlijke rechten (hak pertuanan). Contohnya hak mengangkat kepala desa, hak
menuntut kerja rodi, hak memungut pajak, bikin pasar, bea jalan dan penyeberangan,
mengharuskan penduduk 3 hari sekali memotong rumput, dan sehari dlm seminggu
menjaga rumah dan gudang dsb.
C. Masa Raffles (1811-1816)
Menetapkan kebijakan pajak tanah atau land rent.  Bahwa tanah seluruhnya
adalah milik raja Inggris dan rakyat wajib memberikan pajak kepada raja Inggris.
Diantara keetentuan yang dibuat adalah : pajak tanah tdk langsung dibebankan
kepada para petani tapi kepada Kades, dan Kades boleh mengubah status kepemilikan
tanah demi kelancaran pemasukan pajak, sehingga bukan luas tanah yang menentukan
besarnya sewa, tapi berapa kesanggupan membayar yang menentukan luas tanah yang
dikuasai seseorang.

Kebijakan Raffles :
Kebijakan yang ditetapkan oleh Gubernur Thomas stamford raffles adalah
Landrent atau pajak tanah  yaitu sebagai berikut :
a) Kekuasaan tanah telah berpindah dari tanah milik raja ( daerah swapraja di Jawa)
kepada pemerintah Inggris
b) Akibat hukumnya adalah hak pemilikan atas tanah tersebut beralih kepada raja
Inggris
c) Tanah yang dikuasai bukan miliknya, melainkan milik raja Inggris
d) Rakyat wajib membayar pajak tanah kepada raja Inggris.
e) Landrent tidak langsung dibebankan kepada para petani pemilik tanah tetapi
ditugaskan kepada kepala desa. Para kepala desa diberi kekuasaan untuk
menetapkan jumlah sewa yang wajib dibayar oleh tiap petani
f) Kepala desa diberi kekuasaan penuh untuk mengadakan perubahan pada
pemilikantanah oleh para petani
g) Praktek landrent menjukirbalikkan hukum yang mengatur pemilikan tanah rakyat
sebagai akibat besarnya kekuasaan kepala desa.

D. Masa  van den Bosch (1830)


Ditetapkan sistem tanam paksa (cultuurstelsel)  yaitu petani dipaksa menanam
satu jenis tanaman tt  yang dibutuhkan di pasar internasional. Hasil dierahkan kepada
pemerintah kolonial tanpa imbalan apapun. Bagi petani yang  tidak punya lahan,
diwajibkan kerja rodi 66 hari dlm satu tahun.
E. Masa Agrarische wet Stb 1870 No. 55
Agrarische wet menghapus politik monopli dihapuskan. Dengan wet ini
pengussaha besar swasta Belanda dpt memperluas usaahanya ddi bidangg perkebunan
dgn hak erfpacht berjangka 75 tahun. Wet ini memberi keuntungan kepada
pengusaha Belanda, justru menimbulkan kemiskinan dan kesengsaraan bagi rakyat
Indonesia.

F. Masa Agrarische Besluiten


Diberlakukannya domein verklaring (pernyataan kepemilikan), yaitu semua
tanah yang pihak lain tdk dapat membuktikan sebagai haknya, adalah milik
pemerintah kolonial. Disamping juga pernyataan domein yang berlaku khusus
(speciale domein verklaring)  yang berisi “Semua tanah kosong adalah domein
negara”
Pernyataan Speciale Domein Verklaring ini terdapat di dalam pasal 1 dari
beberapa Ordonansi Erfpacht dan berlaku diberbagai daerah, sebagai berikut:
 untuk Sumatra (Stb tahun 1874 no 94f) untuk kresidenan menado (Stb.tahun
1877 no 55), untuk keresidenan Kalimantan Selatan dan Timur (Stb tahun
1888 no 58)

Domein Verklaring mempunyai beberapa fungsi:


Sebagai landasan negara untuk memberi hak-hak barat seperti:hak
eigondom,hak opstal, hak erfpacht dan lain-lain. Menurut pemerintah Hindia Belanda
hanya satu eigenaar (pemilik) saja yang dapat memberikan tanah dengan hak
barat,oleh sebab itu perlu negara yang menyatakan dirinya sebagai eigenar untuk
keperluan pembuktian sehingga negara tidak perlu membuktikan hak eigondomnya
dalam suatu perkara. Pihak lainlah yang harus membuktikan haknya itu
Jadi domein verklaring lebih ditujukan kepada tanah yang tunduk kepada
Hukum adat, yang tidak mengenal pembuktian kepemilikan secara tertulis, seperti
Hukum Barat. Akibatnya  tanah adat dianggap menjadi milik negara, dan pemerintah
kolonial mempunyai kewenangan untuk memberikan tanah tersebut dengan hak
erfach kepada para investor yang berasal dari LN. Hal ini menimbulkan kontriversi.
3. Jelaskan perbedaan antara :  tanah  adat,  tanah ulayat dan tanah  garapan ! 
Jawab:
 Tanah adat merupakan milik dari masyarakat hukum adat yang telah dikuasai sejak
dahulu. Tanah telah memegang peran vital dalam kehidupan dan penghidupan bangsa,
serta pendukung suatu negara, lebih-lebih yang corak agrarisnya berdominasi.
 Tanah Ulayat adalah tanah bersama para warga masyarakat hukum adat yang
bersangkutan. Hak penguasaan atas tanah masyarakat hukum adat dikenal dengan
Hak Ulayat. Hak ulayat merupakan serangkaian wewenang dan kewajiban suatu
masyarakat hukum adat, yang berhubungan dengan tanah yang terletak dalam
lingkungan wilayahnya.
 Tanah garapan adalah tanah yang belum dilekati sesuatu hak dan dikerjakan atau diambil
manfaatnya oleh pihak lain. Pihak lain ini dinamakan penggarap, dimana penggarap ini
dengan persyaratan tertentu bisa memohonkan sesuatu hak atas tanah tersebut.

4. Coba Sdr. Sebut dan Jelaskan Tipologi Kasus  penguasaan dan  kepemilikan tanah 
Kehutanan dan sebutkan pula  Sumber Kasus Pertanahan !
Jawab:
Tipologi Kasus  penguasaan dan  kepemilikan tanah  Kehutanan
1) Penguasaan dan pemilikan tanah (konflik terkait kehutanan dan Aset BUMN/ BMN).
Terdapat 5 kondisi;
1. Aset itu bagus apabila tanda bukti ada, tanah dikuasai
2. Tanda bukti ada, tanah tidak dikuasai
3. Tanda bukti tidak ada, tanah dikuasai
4. Tidak ada bukti hak, tanah dikuasai (hanya inventarisasi)
5. Perdata kalah, pidana kalah, tinggal eksekusi. Padahal K/L itu wajib
mendaftarkan tanahnya

2) Penetapan hak dan pendaftaran tanah


Penetapan hak atas tanah itu dilakukan untuk tanah negara melalui proses,
kemudian pendaftaran melalui konversi selama 60 hari. Pada akhirnya nanti ada
sertifikat, tapi jika ada yang komplain akan di stop
3) Batas/ letak bidang tanah
4) Pengadaan tanah

5) Tanah objek landform

6) Tuntutan ganti rugi tanah partikelir

7) Tanah Ulayat

8) Pelaksanaan putusan pengadilan

5. Sebut dan Jelaskan Fungsi sosial hak atas tanah sebagaimana dimaksud Pasal 6 UUPA  dan
sebutkan pula    Hak menguasai  negara  maksudnya adalah memberikan kewenangan bagi
negara  yang diatur pada (Pasal 2 ayat (2) UU No.5 Tahun 1960) !
Jawab:

Fungsi sosial hak atas tanah sebagaimana dimaksud Pasal 6 UUPA mengandung
beberapa prinsip keutamaan antara lain :

1. Merupakan suatu pernyataan penting mengenai hak-hak atas tanah yang


merumuskan secara singkat sifat kebersamaan atau kemasyarakatan hak-hak atas tanah
menurut prinsip Hukum Tanah Nasional. Dalam Konsep Hukum Tanah Nasional
memiliki sifat komunalistik religius, yang mengatakan bahwa seluruh bumi, air, dan
ruang angkasa, termasuk kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dalam wilayah
Republik Indonesia, sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa, adalah bumi, air dan ruang
angkasa, bangsa Indonesia dan merupakan kekayaan nasional; 
2. Tanah yang dihaki seseorang tidak hanya mempunyai fungsi bagi yang
mempunyai hak itu saja tetapi juga bagi bangsa Indonesia seluruhnya. Sebagai
konsekuensinya, dalam mempergunakan tanah yang bersangkutan tidak hanya
kepentingan individu saja yang dijadikan pedoman, tetapi juga harus diingat dan
diperhatikan kepentingan masyarakat. Harus diusahakan adanya keseimbangan antara
kepentingan pribadi dan kepentingan masyarakat; 
3. Fungsi sosial hak-hak atas tanah mewajibkan pada yang mempunyai hak untuk
mempergunakan tanah yang bersangkutan sesuai dengan keadaannya, artinya keadaan
tanah, sifatnya dan tujuan pemberian haknya. Hal tersebut dimaksudkan agar tanah
harus dapat dipelihara dengan baik dan dijaga kualitas kesuburan serta kondisi tanah
sehingga kemanfaatan tanahnya dinikmati tidak hanya oleh pemilik hak atas tanah saja
tetapi juga masyarakat lainya. Oleh karena itu kewajiban memelihara tanah itu tidak
saja dibebankan kepada pemiliknya atau pemegang haknya yang bersangkutan,
melainkan juga menjadi beban bagi setiap orang, badan hukum atau instansi yang
mempunyai suatu hubungan hukum dengan tanah.

Hak menguasai dari negara ini maksudnya adalah memberikan kewenangan bagi
negara untuk (Pasal 2 ayat (2) UU No.5 Tahun 1960):

1. Mengatur dan menyelenggarakan peruntukan, penggunaan, persediaan, dan


pemeliharaan bumi, air dan ruang angkasa.

2. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang-orang dengan


bumi, air, dan ruang angkasa.

3. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang-orang dan


perbuatan-perbuatan hukum yang mengenai bumi, air dan ruang angkasa.

Berdasarkan hak mengusai dari negara inilah ditetapkan adanya macam-macam hak
atas permukaan bumi yaitu tanah, yang dapat diberikan kepada dan dipunyai oleh orang
perorangan maupun kelompok dengan orang lain serta badan hukum. Sebagaimana diatur
dalam Pasal 6 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar  Pokok-Pokok
Agraria menyebutkan bahwa semua hak atas tanah mempunyai fungsi sosial. Fungsi soial
yang dimaksud adalah:
1. Untuk kepentingan negara.
2. Untuk keperluan peribadatan dan keperluan-keperluan suci lainnya, sesuai dengan
dasar Ketuhanan Yang Maha Esa.
3. Untuk keperluan pusat-pusat kehidupan masyarakat, sosial, kebudayaan dan
kesejahteraan lainnya.
4. Untuk keperluan mengembangkan produksi pertanian, peternakan, dan perikanan serta
hal-hal yang berkenaan dengan hal tersebut.
5. Untuk keperluan mengembangkan industri, transmigrasi, dan pertambangan.

Anda mungkin juga menyukai