Anda di halaman 1dari 3

Nama : Sulfiani

Nim : 1962040001

Kelas : A/01

Matkul : Sejarah maritim

Hukum Laut Indonesia (sejarah 1930 - 2017)

1. Ordonansi Laut Teritorial dan Lingkungan Maritim 1939

Ordonansi Laut Teritorial dan Lingkungan Maritim 1939 berisi mengenai ‘Laut
teritorial negara Indonesia membentang ke arah lut seluas 3 mil laut dihitung dari garis air
surut pada tiap-tiap pulau atau bagian-bagian dari pulau, dengan konsekuensi: tiap pulau di
dalam RI mempunyai laut teritorial sendiri-sendiri dipisahkan oleh laut bebas.

2. Deklarasi Djaunda 13 Desember 1957

Deklarasi Juanda 13 Desember 1957 (Pengumuman Pemerintah tentang Perairan


Indonesia). Dasar adanya Deklarasi Juanda adalah: bentuk geografis Indonesia sebagai
negara kepulauan, keutuhan teritorial dan perlindungan semua kekayaan alam, meliputi
kepulauan dan laut yang terletak diantaranya dianggap kesatuan bulat. Ordonansi 1939 tidak
sesuai lagi dengan kepentingan keselamatan dan keamanan RI.

Adapun isi dari Deklarasi Djuanda:

 Segala perairan di sekitar di antara dan yang menghubungkan pulau-pulau atau bagian
pulau yang termasuk daratan Negara Republik Indonesia, dengan tidak memandang luas
dan lebarnya adalah bagian yang wajar daripada wilayah daratan Negara Republik
Indonesia dan dengan demikian merupakan bagian dari perairan nasional yang berada di
bawah kedaulatan mutlak dari Negara Republik Indonesia.

 Lalu lintas damai di perairan pedalaman bagi kapal asing terjamin selama dan sekadar
tidak bertentangan dengan kedaulatan dan keselamatan negara Indonesia. Penentuan batas
laut teritorial yang lebarnya 12 mil laut diukur dari garis yang menghubungkan titik-titik
terluar pada pulau Negara Republik Indonesia akan ditentukan dengan Undang-Undang.
Penggagas adanya Deklarasi Juanda ini adalah pakar hukum laut Indonesia yang
bernama Ir. H. Djuanda Kartawdjaja. Beliau mengusulkan konsep "Archipelago State" atau
"Negara Kepulauan".

3. UU No. 4 Prp Tahun 1960 diganti dengan UU No. 6 Tahun 1996, PP No. 38 Tahun 2002

Perairan Indonesia terdiri dari:

 Laut teritorial, yaitu lajur laut selebar 12 mil laut yang garis luarnya diukur tegak lurus
terhadap garis dasar atau titik-titik dasar yang terdiri dari garis lurus yang menghubungkan
titik-titik terluar pada garis air rendah pulau-pulau atau bagian-bagian pulau-pulau terluar.

 Perairan pedalaman, yaitu semua perairan yang terletak pada sisi dalam dari garis dasar.

 Lalu lintas damai terbuka bagi kendaraan air asing, selama tidak mengganggu keamanan
Indonesia.

4. PP No. 8 Tahun 1962 tentang lalu lintas Damai Kendaraan Air Asing

Adapun isi peraturannya yakni:

 Hak lalu lintas laut damai melintas laut teritorial dan perairan pedalaman Indonesia
dijamin, tidak berlaku untuk teluk, anak laut, muara sungai yang lebar mulutnya kurang
dari 24 mil laut.

 Pengertian lalu lintas damai kendaraan air asing adalah pelayaran untuk maksud damai
(tidak bertentangan dengan keamanan, ketertiban umum dan kepentingan Negara Republik
Indonesia)

 Kendaraan air asing harus menyimpan alat penangkap ikan dalam palkah dan berlayar
melalui alur-alur yang telah ditetapkan.

 Penelitian ilmiah hanya boleh dilakukan setelah mendapat ijin dari Presiden Republik
Indonesia.

 Lintas kapal perang, kapal non komsersial harus memberi tahu terlebih dahulu kepada
Menteri/KSAL kecuali pada alur yang ditetapkan.

5. PP No Tahun 1969 dikuatkan dengan UU No. 1 Tahun 1973 tentang Landas Kontinen
Indonesia
Pengukuhan Pengumuman Pemerintah Indonesia 7 februari 1969, LKI adalah dasar laut
dan tanah di bawahnya, di luar wilayah perairan Indonesia, sampai kedalaman 200 meter dan
lebih, dimana masih mungkin diselenggarakan eksplorasi dan eksploitasi kekayaan alam.

6. PP 21 Maret 1980 ikuatkan dengan UU No. 5 Tahun 1983 tentang Zona Ekonomi
Eksklusif RI

Pengukuhan Pengumuman Pemerintah Indonesia tentang ZEE 21 Maret 1980, ZEE


adalah jalur di luar dan berbatasan dengan laut teritorial, yang meliputi dasar laut tanah di
bawahnya, dan air di atasnya dengan batas terluar 200 mil laut diukur dengan garis pangkal.

7. UU No. 9 Tahun 1985 tentang Perikanan Indonesia/UU No. 31 Tahun 2004, UU No. 45
Th. 2008

Undang-undang ini mengatur pengelolaan sumber daya ikan secara berkelanjutan.

8. Ratifikasi Konvensi Hukum Laut 1982 dengan UU No. 17 Tahun 1985

Pengakuan negara nusantara/archipelagic state memantapkan kedudukan Indonesia


dalam implementasi wawasan nusantara berdasarkan hukum nasional.

Anda mungkin juga menyukai