Anda di halaman 1dari 4

TUGAS KEPERAWATAN ANAK I

ISUE PELANGGARAN PERLINDUNGAN ANAK

NAMA : Doni Armando

NIM : 1902036

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

STIKES BETHESDA YAKKUM YOGYAKARTA

TA. 2020/2021
MENGENAL PARALEGAL DAN PERANNYA DALAM UPAYA
PENCEGAHAN PERKAWINAN ANAK

KASUS :

Dilansir dari Liputan 6.com, kasus perkawinan anak masih marak terjadi di
Indonesia terutama di daerah pedesaan. Sebagai upaya pencegahan perkawinan
anak terutama di desa, maka dibutuhkan peran para legal.

Hal ini disampaikan Ketua Dewan Pengurus International NGO Forum on


Indonesia Development (INFID) Dian Kartika Sari. Menurutnya, paralegal adalah
orang atau sekelompok orang yang mendapatkan pelatihan hokum oleh lembaga
atau organisasi bantuan hukum (OBH) untuk memberikan pelayanan bantuan
hokum di bawah supervise advokat atau pengacara.

Ia menambahkan, paralegal harus terdaftar pada orang anisasi atau lembaga


pemberian layanan hukum. Layanan paralegal sendiri mencangkup sosialisasi
perundang-undnagan, konsultasi dan mediasi. Dalam upaya pencegahan
perkawinan anak di bawah umur, paralegal dapat menggunakan pendekatan
hokum untuk mencegah orang tua atau pihak lain mengawinkan anak.

Pendekatan hukum yang dilakukan oleh paralegal adalah menginformasikan


peraturan perundang-undangan dan sanksi pelanggaran terhadap batas usia
minimal perkawinan anak.

Hukum ataupun perundang-undangan yang terkait dengan masalah di atas yaitu :

Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia menyebutkan


bahwa adanya hak anak merupakan dari hak asasi manusia yang konkrit. Dalam
Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia Pasal Pasal
58 ayat (1) menyatakan Setiap anak berhak untuk mendapatkan perlindungan
hukum dari segala bentuk kekerasan fisik atau mental, penelantaran, perlakuan
buruk, dan pelecehan seksual selama dalam pengasuhan orang tua atau walinya,
atau pihak lain manapun yang bertanggung jawab atas pengasuhan anak tersebut.
Menurut UndangUndang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, anak
adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak
yang berada didalam kandungan.

Pasal 26 ayat (1) butir c UndangUndang Nomor 23 Tahun 2002 tentang


Perlindungan anak telah mengamanatkan kewajiban dan tanggung jawab bagi
keluarga dan orang tua untuk mencegah terjadinya perkawinan pada usia anak-
anak. Ketentuan Pasal 26 ayat 1 huruf c Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002
tentang Perlindungan Anak dengan tegas melarang terjadinya pernikahan anak di
bawah umur yang belum mencapai usia 18 tahun, begitu juga batasan usia nikah
dalam Pasal 7 ayat (1) UU Nomor 1 Tahun 1974.

Peran perawat dalam masalah diatas yaitu :

1. Meningkatkan edukasi dan pemberdayaan perempuan dan anak


2. Mengedukasikan dengan cara memberikan penyuluhan kepada masyarakat
terutama orang tua dan anak akan dampak pernikahan dini pada anak di
bawah umur, seperti :
a. Resiko kematian pada ibu usia muda
b. Bayi lahir premature
c. Belum tercukupinya kebutuhan primer, sekunder dan tersier
3. Meningkatkan pengetahuan terkait kesehatan reproduksi
DAFTAR PUSTAKA

Kartika Udayani, 2016, Perlindungan Hukum Terhadap Anak Yang Melakukan


Perkawinan Di Bawah Umur Menurut Undang-Undang Perlindungan Anak Di
Kabupaten Bangli Provinsi Bali. Diakses tanggal 17 Maret 2021 http://e-
journal.uajy.ac.id/11542/1/HK10949%20jurnal.pdf

Kemenkes RI, 2015, Situasi Kesehatan Reproduksi Remaja, Pusat Data dan
Informasi Kemenkes, Jakarta

Maidin Gultom, 2012, Perlindungan hukum terhadap Anak dan Perempuan,


Retika Aditama, Medan, hlm. 68-69.

Anda mungkin juga menyukai