Disusun Oleh :
Doni Armando
1902036
Laopran ini telah disetujui dan diterima sebagai syarat untuk memenuhi tugas
praktikum mikrobiologi dan parasitologi STIKES Bethesda Yakkum Yogyakarta
pada tanggal 19-20 Januari 2021
Mengetahui
Pembimbing Akademik
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan
rahmatnya, saya mampu menyelesaikan laporan praktikum mikrobiologi dan
parasitologi ini. Penyusunan laporan ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah
Ilmu Dasar Keperawatan II.
Dalam penyusunan laporan ini, saya menyadari bahwa masih terdapat banyak
kekurangan. Untuk itu, saya mohon kritik dan saran dari para pembaca untuk menjadi
bahan pertimbangan saya dalam menyusun laporan-laporan dimasa mendatang,
sehingga laporan praktikum ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu penulis
mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada :
1. Ibu Vivi Retno Intening, S. Kep., Ns, MAN. selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Bethesda Yakkum Yogyakarta.
2. Ibu Ethic Palupi, S. Kep., Ns., MSN. selaku Ketua prodi Sarjana Keperawatan
dan Koordinator MK Ilmu Dasar Keperawatan II.
3. Bapak Antonius Yogi Pratama, S. Kep., Ns. MSN. selaku Dosen Pembimbing
4. Staf perpustakaan STIKES Bethesda Yakkum Yogyakarta yang telah
menyediakan buku sebagai sumber referensi.
5. Teman - teman Program Pendidikan Sarjana Keperawatan Semester III STIKES
Bethesda Yakkum Yogyakarta
Penulis menyadari bahwa laporan praktikum ini masih terdapat banyak kekurangan
baik isi maupun penyusunannya. Penulis berharap semoga laporan praktikum ini
bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................................. i
A. Mikroskop .................................................................................................... 3
C. Sterilisasi .................................................................................................... 10
D. Inokulasi ..................................................................................................... 10
B. Sterilisasi .................................................................................................... 17
D. Inokulasi ..................................................................................................... 22
A. Mikroskop .................................................................................................. 31
C. Inokulasi ..................................................................................................... 35
iii
D. Pengecatan, Pengamatan, dan Perhitungan Bakteri ................................... 40
A. Kesimpulan ................................................................................................ 41
B. Saran ........................................................................................................... 41
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bidang ilmu mikrobiologi (mikros = kecil/ sangat kecil; bios = hidup/
kehidupan) mempelajari tentang bentuk, kehidupan, sifat, dan penyebaran
organisme yang termasuk golongan mikroba (jasad renik). Dunia mikroba
adalah dunia organisma yang sangat kecil, sehingga tidak dapat kita lihat
dengan mata telanjang. Walaupun sudah agak lama dikenal, namun dunia
mikroba baru mulai terbuka secara luas sejak manusia menumukan sebuah
alat yang disebut dengan mikroskop, hasil temuan Anthony van Leuwenhoek
(1632-1723). Mikroskop tersebut sangat sederhana , hanya memiliki satu
lensa, dan dapat mencapai pembesaran kurang dari 200 kali. Tetapi dengan
mikroskop sederhana tersebut misteri tentang bentuk mikroba yang
sebelumnya masih merupakan rahasia besar mulai terungkap. Ketika Louis
Pasteur (1882-1895) menemukan prinsip-prinsip fermentasi, yaitu satu di
antara temuan-temuan dasar mengenai mikroba, rahasia seputar mikroba pun
menjadi lebih jelas, dan keilmuan mikrobiologi mulai menemukan titik terang
perkembangannya. Seorang dokter dari Jerman yang bernama Roberth Korch
(1843-1910) memperluas lagi perkembangan tersebut dengan menemukan
kaitan mikroorganisme-mikroorganisme tertentu dengan penyakit.
1
2
B. Tujuan praktikum
Setelah melakukan praktikum mikrobiologi & parasitologi, mahasiswa
diharapkan dapat memahami dasar-dasar pemeriksaan kuman/specimen yang
meliputi:
1. Pemeriksaan mikrobiologi dasar
2. Pemeriksaan parasitologi dasar
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Mikroskop
Mikroskop merupakan alat yang digunakan untuk melihat objek yang terlalu
kecil untuk dilihat dengan mata telanjang. Kata mikrokospik berarti sangat
kecil, tidak mudah dilihat dengan mata. Mikroskop ditemukan oleh Antony
Van Leuwenhock, dimana sebelumnya sudah ada Robert Hork dan Marcello
Malphigi yang mengadakan penelitian melalui Lensa yang sederhana itu
menjadi lebih kompleks agar dapat mengamati protozoa, bakteri dan berbagai
makhluk kecil lainnya. Setelah itu pada sekitar tahun 1600 Hanz dan Z Jansen
telah menemukan mikroskop yang dikenal dengan mikroskop ganda yang
lebih baik daripada mikroskop yang dibuat oleh Antony Vaan Leuwenhock
(1632-1723).
Mikroskop berasal dari dua buah kata yaitu mikro yang berarti kecil dan dari
kata scopium yang artinya adalah penglihatan. Mikroskop adalah suatu alat
yang berada didalam laboratorium yang dapat membrikan bayangan dari
benda yang diperbesar hingga ukuran tertentu hingga dapat diihat dengan
mata.
3
4
Semakin ahli kita dalam menggunakan mikroskop, maka akan semakin baik
pula hasil pengamatan mikroskopis yang kita lakukan dengan menggunakan
mikroskop.
5
Bagian-bagian mikroskop:
1. Tabung mikroskop (tubus), tabung ini berfungsi untuk mengatur focus dan
menggabungkan lensa objektif dengan lensa okuler.
2. Reflektor, terdiri dari dua jenis cermin datar dan cermin cekung.
Reflektor ini berfungsi untuk memantulkan cahaya dari cermin ke meja
objek melalui luabang yang terdapat pada meja obejek dan menuju mata
pengamat. Cermin datar digunakan ketika cahaya yang dibutuhkan telah
terpenuhi. Sedangkan jika cahay yang dibutuhkan kurang maka
menggunakan cermin cekung karena berfungsi untuk memantulkan
cahaya.
3. Lensa okuler, yaitu lensa yang dekat dengan mata pengamat, lensa ini
berfungsi untuk membentuk bayangan maya, tegak, dan diperbesar dari
lensa objektif.
4. Kondensor, kondensor berfugsi untuk mengumpulka cahaya yang masuk,
alat ini dapat diputar dan naik turunkan.
6
B. Media Pertumbuhan
Media pertumbuhan organisme merupakan suatu bahan yang terdiri dari
campuran zat-zat makanan (nutrisi) yang diperlukan mikroorganisme untuk
pertumbuhannya. Mikroorganisme memanfaatkan nutrisi berupa molekul-
molekul kecil dirakit untuk menyusun komponen sel. Dengan media
pertumbuhan dapat dilakukan isolat mikroorganisme menjadi kultur murni
dan juga memanipulasi komposisi media pertumbuhannya. (Anisah, 2015)
1. Medium berdasarka fisik
7
C. Sterilisasi
Sterilisasi merupakan upaya untuk membunuh mikroorganisme termasuk
dalam bentuk spora. Disinfeksi merupakan proses untuk merusak organisme
yang bersifat pathogen, namun tidak ddapat mengeliminasi dalam bentuk
spora. (Tille, 2017)
D. Inokulasi
Pada umumnya bakteri hanya mengenal satu macam pembiakan yaitu dengan
cara aseksual atau vegetatif, yang pelaksanaannya pembiakannya dengan
pembelahan diri atau divisio. Pada jamur pembiakan dapat dilakukan secara
aseksual maupun seksual vegetatif dan generatif. Pada prose inokulasi biakan
murni tidak hanya diperlukan medium yang tepat untuk menghasilkan biakan
murni, tetapi juga metode pemeliharaan serta pencegahan dari luar. Media
untuk membiakan bakteri harus steril sebelum digunakan. Pencemaran berasal
dari udara yang mengandung banyak mikroorganisme. Pemindahan biakan
mikroba yang dibiakan harus sangat hati-hati supaya mencegah terjadinya
kontaminasi dari kuman.
11
2. Perhitungan Bakteri
Menurut Juton, dkk (1980) ada du acara penghitungan jumlah mikroba
yaitu perhitungan secara langsung (direct method) dan secara tidak
langsung (indirect method).
a. Perhitungan secara langsung
Perhitungan jumlah mikrobia secara langsung, dipakai untuk
menentukan jumlah mikrobia keseluruhan baik mati maupu yang
hidup. Berbabagai cara penghitungan mikroba secara langsung
menggunakan (Dwidjoseputro, 2005):
1) Menggunakan cara pengecatan dan pengamatan mikroskopis
Pada cara ini mula-mula dibuat preparat mikroskopik pada
gelas benda, suspense bahan atau biakan mikroba yang telah
diketahui volumenya diratakan diatas gelas benda pada suatu
luas tertentu. Setelah itu preparat dicat dan dihitung jumlah
rata-rata sel mikroba tiap bidang pemandangan mikroskopik.
Luas bidang pemandangan mikroskopik dihitung dengan
mengukur garis tengahnya.
2) Perhitungan sel langsung
13
A. Penggunaan Mikroskop
1. Langkah-langkah mengggunakan mikroskop :
a. Turunkan terlebih dahulu meja preparat (menggunakan makrometer)
b. Letakan preparat di meja preparat, atur preparat di bidang
pencahayaan
c. Putar revelover lensa objektifnya, biasanya menggunakan perbesaran
lemah terlebih dahulu tetapi terlebih dahulu gunakan perbesaran 10,
lalu diputar searah jarum jam hingga bunyi klik.
d. Naikan meja preparat (menggunakan makrometer) biasanya kalau
perbesaran 10 ridak mentok
e. Setlah mentok, kita amati (lensa okuler) sambil menurunkan meja
preparat pelan-pelan (menggunakan makrometer)
f. Jika sudah terlihat belum focus, kita menggunakan makrometer (putar
halus)
g. Jika perbesarannya ingin lebih tinggi/besar, turunkan meja preparat
menggunakan makrometer
h. Kemudian kita putar lensa objektifnya dengan perbesaran 40
i. Naikkan meja preparat terlebih dahulu agar kaca prepart tidak pecah
saat menyentuh lensa objektif perbesaran yang kuat
2. Pembuatan preparat:
Alat dan abahan:
a. Mikroskop
b. Object glasss harus dibersihkan dengan alkohol (kaca preparat)
c. Petri dish (cawan petri)
d. Cover glasss (kaca penutup)
15
16
B. Sterilisasi
1. Cara melakukan sterilisasi ;
Alat dan bahan :
a. Cawan petri isi media
b. Tabung reaksi berisi biakan bakteri
c. Ose
d. Alat penyemprot berisi alkohol 70%
e. Tissue
f. Bunsen Burner
g. Korek api
Langkah-langkah :
a. Semprotkan sekitar meja dengan alkohol 70% beberapa kali, secara
merata
b. Lalu lap meja dengan menggunakan tissue
c. Semprot kedua tangan dengan alkohol 70%
d. Semprotkan lagi alkohol 70% ke semua permukaan alat di atas meja
e. Letakkan pembakar spirtus dan nyalakan dengan korek api lalu
dibiarkan sebentar
f. Setelah didiamkan dan akan mulai bekerja, tangan disemprot lagi
dengan alkohol dan diusapkan keseluruh permukaan tangan, jangan
menyemprot alkohol ke pembakar spirtus/api Bunsen
g. Pijarkan ose/jarum inekulum kemudian dinginkan
18
f. Lalu tenam pada media sektor II dengan cara ditekan secara lembut
g. Kapas dibasahi dengan sabun, kemudian diusapkan pada jari tangan
mahasiswa III
h. Lalu tanam pada media sektor III dengan cara ditekan secara lembut
i. Kapas dibasahi dengan betadine, kemudian diusapkan pada jari tangan
mahasiswa IV
j. Lalu tanam pada media sektor IV dengan ditekan secara lembut
k. Inkubasikan pada inkubator pada suhu 37 0C selama 18-24 jam
l. Hitunglah jumlah koloni kuman pada lempeng agar, kemudian
bandingkan keempatnya (kalau koloni terlalu mengumpul dan tidak
bisa dihitung, tulislah dengan tingkat pertumbuhan misalnya +1, +2,
+3.
C. Media Pertumbuhan
1. Pembuatan media pertumbuhan
Alat dan bahan :
a. Neraca analitik
b. Hot plate stirrer
c. Media bubuk nutrien agar (NA) dan nutrien broth (NB)
d. Aquades
e. Kapas steril
f. Plastik wrap
g. Autoklaf
h. Inkubator
i. Laminar air flow
Langkah-langkah : tidak dijelaskan didalamk video
2. Pembuatan media nutrient broth
Alat dan bahan :
a. Nutrient bubuk
21
b. Aquades
c. Magnet
d. Erlenmeyer
e. Magnetic stirrer
Langkah-langkah :
a. Seimbang nutrien bubuk sebanyak 8 gram dengan neraca analitik
b. Siapkan aquades sebanyak 500 ml, kemudian campurkan dengan
media bubuk dalam Erlenmeyer.
c. Masukan magnet dalam erlenmeyer
d. Homogenkan campuran tersebut dengan menggunakan magnetic
stirrer/ hot plate stirrer dengan suhu ± 200 0C dengan kecepatan 300
rpm magnet dalam Erlenmeyer.
e. Campuran yang telah homogen ditandai dengan larutan menjadi
berwarna bening atau kekuningan.
f. Dinginkan dan atur pH larutan dari medium NB yang baik untuk
menumbuhkan bakteri adalah 6,8-7,2.
g. Tutup erlenmeyer dengan kapas dan lapisi dengan plastik wrap,
kekmudian sterilisasi dengan menggunakan autoclave pada tekanan
1,5 ATM dan suhu 121 oC selama 15-30 menit.
h. Kemudian lakukan prosedur ini secara aseptic dalam laminar air flow.
i. Siapkan tabung steril sesuai dengan kebutuhan, kemudian tuangkan
media pada wadah tersebut.
j. Tutup tabung reaksi dengan kapas dan lapisi dengan plastik wrap,
kemudian inkubasi selama 1 x 24 jam sebelum digunakan untuk
melihat ada tidaknya media yang terkontaminasi. Media yang
terkontaminasi ditandai dengan tumbuhnya mikroorganisme yang
tidak diinginkan.
k. Media yang siap digunakan dapat disimpan dalam suhu di bawah 30
o
C dan digunakan hingga 2 minggu.
22
D. Inokulasi
1. Prosedur aseptis :
a. Bersihkan area kerja dengan menyemprotkan alkohol 70%,
disemprotkan kearah meja yang akan menjadi area kerja.
b. Lalu dilap menggunakanj tissue sampai kering.
c. Siapkan 2 bunsen lalu diatur nyala Bunsen sehingga diperoleh nyala
api berwarna biru untuk memperoleh daerah steril biarkan api menyala
± 10 menit sebelum bekerja, jarak api Bunsen disesuaikan ± 40 cm.
2. Inokulasi dan peremajaan biakan dalam media padat dan cair
Alat dan bahan :
a. Cawan petri
b. Tabung reaksi steril beserta rak tabung reaksi
c. Pipet ukur steril
d. Ose bundar
e. Ose lurus
f. Bunsen
g. Alat swab yaitu cutton swab
h. Incubator
i. Media nutrient agar yang sudah menjadi cair
j. Media nutrient broth
k. Biakan bakteri staphylococcus aureus, pseudomonas aeruginosa,
bacillus subtulis, dan Escherichia coli
3. Pembuatan plat agar :
23
a. Siapkan pipet ukur steri, buka dari kertas pembungkus lalu pasangkan
ujung pipet pada viller.
b. Siapkan cawan petri steril, buka dari kertas pembungkus.
c. Pipet 20 ml media nutrient agar yang telah mencair, ujung pipet dan
mulut Erlenmeyer sebelum dan sesudah pengambilan media diflambir
terlebih dahulu pada nyala api Bunsen.
d. Masukkan media kedalaman cawan petri dan biarkan memadat.
e. Semua pengerjaan dilakukan di dalam area aseptis yang dibatasi oleh
api Bunsen dan pengerjaan dilakukan dekat dengan api Bunsen.
f. Ulang prosedur yang sama untuk membuat plat agar pada 7 cawan
petri lainnya.
g. Kemudahan media dibiarkan memadat.
4. Pembuatan agar miring :
a. Siapkan tabung reaksi steril dan pipet steril yang sudah terpasang
viller.
b. Pipet 5 ml media nutrient agar yang sudah mencair, ujung pipet dan
mulut Erlenmeyer sebelum dan sesudah pengambilan media diflambir
terlebih dahulu pada nyala api bunsen.
c. Masukkan media kedalam tabung reaksi steril
d. Letakkan tabung reaksi dengan posisi miring dengan bantuan bolpoin
dan dibiarkan memadat.
e. Ulang prosedur yang sama untuk pembuatan agar miring pada 3
tabung reaksi lainnya.
5. Pembuatan agar tegak :
a. Buat agar tegak dengan memipet media nutrien agar yang sudah
mencair, lalu dimasukan kedalam tabung reaksi steril letakkan tegak
pada tabung reaksi dan dibiarkan memadat.
b. Ulang prosedur yang sama untuk membuat agar tegak pada 3 tabung
reaksi lainnya.
24
E. Penghitungan Bakteri
1. Pengamatan bentuk bakteri :
a. Sprayer yang berisi alkohol 70% yang digunakan untuk membersihkan
area kerja
27
3. Pewarnaan gram :
a. Apusan bakteri atau filum kemudian kita teteskan larutan pewarna
untuk urutan yang pertama adalah cristal violet teteskan diatas filum
kemudian biarkan selama 1 menit, stelah 1 menit bias menggunakan
aquades bilas dengan cara memegang gelas objek pada posisi miring,
bilas sampai larutan Kristal bersih atau habis
b. Kemudian buanglah sisa air yang tertinggal dan keringkan
29
c. Bagian bawah dilap dengan tissue secara perlahan dan bagian samping
dilap dengan menekan-nekan secara halus, unutk bagian tengah
keringkan dengan cara di kipaskan sampai kering
d. Lanjutkan pewarnaan gram menggunakan regen yang kedua yaitu
lugol
e. Tetskan lugol tepat diatas apusan bakteri
f. Kemudian diamkan selama 1 menit, setelah 1 menit miringkan objek
glass kemudian bilas kembali bagian bawah dan pinggir glass kita lap
menggunakan tissue dan bagian tengah di kipas-kipaskan sampai
kering.
g. Hilangkan warna pada objek glass dengan menggunakan alkohol 95%
selama 10 sampai 20 detik atau sampai warna tidak luntur.
h. Setelah kering, warnai lagi menggunakan larutan safranin selama 0-20
detik, kemudian bilas menggunakan aquades dan keringkan kembali.
i. Stelah kering, teteskan 1 tetes minyak inersi (imersian oil) dan tutup
menggunakan cover glass, usahakan pada saat menutup tidak
terbentuk gelembung dibawah cover glass.
j. Terdapat 2 buah filum bakteri, pertama yaitu bakteri dari koloni
berbentuk bulat berwarna putih dan kedua yaitu berbentuk bulat
berwarna orange. Keduanya akan diperiksa dibawah mikroskop
menggunakan lensa objektif.
k. Letakkan objek glass pada meja preparat
l. Atur posisinya kira-kira bagian mana yang akan di amati dibawah
lensa objektif
m. Setelah posisi preparat diatur, dekatkan mata ke dekat lensa okuler
n. Kemudian posisikan lagi kebawah, kaetas, kekiri dan kekanan, lihat
pada lensa okuler, lihat bagian bakteri yang terlihat terpisah tidak
menumpuk, pada awal pengamatan gunakan pembesaran paling kecil
yaitu 4x.
30
A. Mikroskop
Mikroskop dapat membantu kita untuk melihat benda-benda yang sangat kecil
sehingga dapat terlihat dengan jelas yang awalnya tidak dilihat dengan mata
telanjang. Dari analisis video yang dilakukan, maka dapat diketahui bagian-
bagian dan fungsi mikroskop sebagai berikut :
1. Tabung mikroskop (tubus), tabung ini berfungsi untuk mengatur focus dan
menggabungkan lensa objektif dengan lensa okuler.
2. Reflektor, terdiri dari dua jenis cermin datar dan cermin cekung.
Reflektor ini berfungsi untuk memantulkan cahaya dari cermin ke meja
objek melalui luabang yang terdapat pada meja obejek dan menuju mata
pengamat. Cermin datar digunakan ketika cahaya yang dibutuhkan telah
terpenuhi. Sedangkan jika cahay yang dibutuhkan kurang maka
menggunakan cermin cekung karena berfungsi untuk memantulkan
cahaya.
3. Lensa okuler, yaitu lensa yang dekat dengan mata pengamat, lensa ini
berfungsi untuk membentuk bayangan maya, tegak, dan diperbesar dari
lensa objektif.
4. Kondensor, kondensor berfugsi untuk mengumpulka cahaya yang masuk,
alat ini dapat diputar dan naik turunkan.
5. Micrometer (pemutar halus), pengatur ini berfungsi unutk menaikan dan
menurunkan mikroskop secara lambat dan bentuknya lebih kecil daripada
makrometer.
6. Revolver, resolver berfungsi untuk mengatur perbesaran lensa objektif
dengan cara emutarnya.
31
32
7. Lensa objektif, lensa ini berada dekat pada objek yang di amati, lensa ini
membentuk bayangan nyata, terbalik, dan diperbesar. Dimana lensa ini
diatur oleh revolver untuk menentukan perbesaran lensa objektif.
8. Diafragma, berfungsi untuk mengatur banyak sedikitnya cahaya yang
masuk.
9. Makrometer (pemutar kasar), makrometer berfungsi untuk menaik
turunkan tabung mikroskop secara cepat.
10. Mejs mikroskop, berfungsi sebagai tempat untuk meletakkan objek yang
akan diamati.
11. Penjepit kaca, penjepit ini berfungsi untuk menjepit kaca yang melapisi
objek agar tidak mdah bergeser.
12. Lensa mikroskop, berfungsi sebagai pegangan pada mikroskop.
13. Kaki mikroskop, berfungsi untuk menyangga atau menopang mikroskop.
14. Sendi inklinasi (pengatur sudut), berfungsi untuk mengatur sudut atau
tegaknya mikroskop.
Pembahasan :
Pada daun rhoeo discolor menggunakan aquades dalam preparatnya akan
menghasilkan sel berwarna ungu, tersusun rapat, dan tidak mengalami
pengerutan (plasmosis). Semakin banyak kandungan air yang terdapat pada
daun rhoeo discolor, maka akan tersusun rapat sel-selnya karena konsentrasi
air yang ada dalam epitel sel epidermis daun sama tingginya dengan
konsentrasi air yang terdapat diluar sel.
Pembahasan :
Sterilisasi merupakan kegiatan membebaskan suatu bahan atau benda dari
semua bentuk kehidupan mikroba. Pada prinsipnya sterilisasi dapat dilakukan
dengan 2 cara, yaitu secara fisika dan kimia:
1. Sterilisasi fisika dilakukan dengan menggunakan panas, radiasi dan filtrasi
2. Sterilisasi kimia adalah metode sterilisasi yang dilakukan dengan
menggunakan bahan-bahan kimia
C. Inokulasi
1. Inokulasi plar agar dengan cara streak (gores)
Plat agar streak baccilus
subtilis
36
Pembahasan:
Setelah dilakukan proses inkubasi pada bakteri bacillus subtilis dihasilkan
warna putih dengan bentuk zig-zag, staphylococcus aureus berwarna putih
pekat, pseudomonas aeruginosa berwarna putih bening, dan Escherichia
coli menghasilkan warna tidak terlalu pekat.
37
Pembahasan :
Pada bakteri biakan pada nutrient agar (NA) miring, bakteri yang tumbuh
diatas permukaan sesuai dengan goresan yang diberikan atas permukaan
agar tidak ada bakteri yang tembus kebawah permukaan agar.
38
Pembahasan :
Setelah dilakukan proses inkubasi pada agar tegak bacillus subtilis
menghasilkan warna putih keruh dan terdapat endapan dibawahnya,
sedangkan pada pseudomonas aeruginosa menghasilkan putih sedikit
keruh namun tidak terdapat endapan.
4. Inokulasi media cair
39
Pembahasan :
Dari penelitian yang sudah dilakukan, proses inkubasi didapatkan hasil
media cair bacillus subtilis dan nutrient broth (NB) berwarna kekunin-
kuningan, sedangkan staphylococcus aureus, pseudomonas aeruginosa,
dan Escherichia coli menghasilkan warna keruh.
Khamir
Pembahasan :
Setelah kapang diinkubasi selama 2-5 hari terdapat pertumbuhan pada
medium PDA yang sudah dipotong, pertumbuhannya tidak terlalu banyak
terlihat adanya hifa yang berwarna putih dan hijau. Setelah dilakukan
pengamatan menggunakan mikroskop terlihat bagian-bagian dari kapang.
Setelah khamir dilakukan pengamatan menggunakan mikroskop dengan
perbesaran 100 x, struktur dan bentuk khamir terlihat semakin jelas.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Mikroskop merupakan alat yang digunakan untuk melihat objek yang terlalu
kecil untuk dilihat dengan mata telanjang. Kata mikrokospik berarti sangat
kecil, tidak mudah dilihat dengan mata.
Media pertumbuhan organisme merupakan suatu bahan yang terdiri dari
campuran zat-zat makanan (nutrisi) yang diperlukan mikroorganisme untuk
pertumbuhannya.
Sterilisasi merupakan upaya untuk membunuh mikroorganisme termasuk
dalam bentuk spora. Disinfeksi merupakan proses untuk merusak organisme
yang bersifat pathogen, namun tidak ddapat mengeliminasi dalam bentuk
spora.
Inokulasi adalah pekerjaan memindahkan bekteri dari medium yang lama ke
medium yang baru dengan tingkat ketelitian yang sangat tinggi, untuk
melakukan penanaman bakteri (inokulasi) terlebih dahulu diusahakan agar
semua alat yang ada dalam hubungannya dengan medium agar tetap steril, hal
ini akan menghindari terjadinya kontaminasi.
Pengamatan atau identifikasi bentuk atau ciri-ciri suatu bakteri dapat
menggunakan mikroskop dengan mengamati bakteri yang masih hidup atau
tanpa diwarnai dan mengamati bakteri yang sudah mati dengan diwarnai.
Untuk mempermudah pengamatan, bakteri diwarnai dengan zat warna.
Perhitungan jumlah mikrobia secara langsung, dipakai untuk menentukan
jumlah mikrobia keseluruhan baik mati maupu yang hidup.
B. Saran
41
42
DAFTAR PUSTAKA