Anda di halaman 1dari 4

2.2.

2    Golongan Antimetabolit


Jenis-jenis obat yang termasuk dalam golongan antimetabolit yaitu :
1.      5-fluorourasil (5-FU)
 Sediaan : Obat ini tersedia sebagai larutan 50 mg/mL dalam ampul 10 mL untuk IV.
 Indikasi : Kanker payudara, kolon, esofagus, leher dan kepala, Leukimia limfositik
dan mielositik akut, Limfoma non-Hodgkin.
Target enzim untuk 5-FU ini adalah timidilat sintetase. Perbedaan respon ini berkaitan
erat dengan adanya polimorfisme gen yang bertanggungjawab terhadap ekspresi enzim
timidilat sintetase (TS). Enzim ini sangat penting dalam sintesis DNA yaitu merubah
deoksiuridilat menjadi deoksitimidilat. Diketahui bahwa sekuen promoter dari gen timidilat
sintetase bervariasi pada setiap individu. Ekspresi yang rendah dari mRNA TSberhubungan
dengan meningkatnya kemungkinan sembuh dari penderita kanker yang diobati dengan 5-
FU.
2.      Gemsitabin
 Sediaan : Obat ini tersedia dalam bentuk larutan infus 1-1,2 g/m2.
 Indikasi : Kanker paru, pankreas dan ovarium.
Mekanisme kerja : Sebelum menjadi bahan aktif, gemsitabin mengalami fosforilasi oleh
enzim deoksisitidin kinase dan kemudian oleh nukleosida kinase menjadi nukleotida di- dan
trifosfat yang dapat menghambat sintesis DNA. Gemsitabin difosfat dapat menghambat
ribonukleotida reduktase sehingga menurunkan kadar deoksiribonukleotida trifosfat yang
penting untuk sintesis DNA.
3.      6-Merkaptopurin
 Sediaan : Obat ini tersedia dalam bentuk tablet 50 mg.
 Indikasi : Leukimia limfositik akut dan kronik, leukemia mieloblastik akut dan
kronik, kariokarsinoma.
Mekanisme kerja : Merkaptopurin dimetabolisme oleh hipoxantin-guanin fosforibosil
transferase (HGPRT) menjadi bentuk nukleotida (asam-6-tioinosinat) yang menghambat
enzim interkonversi nukleotida purin. Sejumlah asam tioguanilat dan 6-metilmerkaptopurin
ribotida (MMPR) juga dibentuk dari 6-merkaptopurin. Metabolit ini juga membantu kerja
merkaptopurin. Metabolisme asam nukleat purin menghambat proliferasi sel limfoid pada
stimulasi antigenik.
4.      Methotrexat
 Sediaan : Tablet 2,5 mg, vial 5 mg/2ml, vial 50 mg/2ml, ampul 5 mg/ml, vial 50
mg/5ml.
 Indikasi : Leukimia limfositik akut, kariokarsinoma, kanker payudara, leher dan
kepala, paru, buli-buli, Sarkoma osteogenik.
Mekanisme kerja : Metotreksat adalah antimetabolit folat yang menginhibisi sintesis
DNA. Metotreksat berikatan dengan dihidrofolat reduktase, menghambat pembentukan
reduksi folat dan timidilat sintetase, menghasilkan inhibisi purin dan sintesis asam timidilat.
Metotreksat bersifat spesifik untuk fase S pada siklus sel. Mekanisme kerja metotreksat
dalam artritis tidak diketahui, tapi mungkin mempengaruhi fungsi imun. Dalam psoriasis,
metotreksat diduga mempunyai kerja mempercepat proliferasi sel epitel kulit.
5.      Sitarabin
 Sediaan : Vial 100 mg/ml, dan Vial 1 g/10 ml.
 Indikasi : Termasuk zat paling aktif untuk leukemia, juga untuk limphoma, leukemia
meningeal, dan limphoma meningeal. Sedikit digunakan untuk tumor solid.
Mekanisme kerja : Inhibisi DNA sintesis. Sitosin memasuki sel melalui proses carrier dan
harus mengalami perubahan menjadi senyawa aktifnya : arasitidin trifosfat. Sitosin adalah
analog purin dan bergabung ke dalam DNA, sehingga cara kerja utamanya adalah inhibisi
DNA polimerase yang mengakibatkan penurunan sintesis dan perbaikan DNA. Tingkat
toksisitasnya mempunyai korelasi linear dengan masuknya sitosin ke dalam DNA,
bergabungnya DNA dengan sitosin berpengaruh terhadap aktivitas obat dan toksisitasnya.

2.3.3    Golongan Produk Alamiah


Jenis-jenis obat yang termasuk dalam golongan Produk Alamiah yaitu :
1.     Vinkristin (VCR)
 Sediaan : Tersedia dalam bentuk vial berisi larutan 1, 2, dan 5 mL yang mengandung
1 mg/mL zat aktif untuk penggunaan IV.
 Indikasi : Leukimia limfositik akut, neuroblastoma, tumor Wilms, Rabdomiosarkoma,
limfoma Hodgkin dan non-Hodgkin.
Mekanisme kerja : Berikatan dengan tubulin dan inhibisi formasi mikrotubula, menahan
sel pada fase metafase dengan mengganggu spindel mitotik, spesifik untuk fase M dan S.
Vinblastin juga mempengaruhi asam nukleat dan sintesis protein dengan memblok asam
glutamat dan penggunaannya.
2.     Vinblastin (VLB)
 Sediaan : Tersedia dalam bentuk vial 10 mg/10 ml.
 Indikasi : Penyakit Hodgkin, limfosarkoma, kariokarsinoma dan tumor payudara.
Mekanisme kerja : Vinblastin berikatan pada tubulin dan menghambat formasi
mikrotubula, kemudian menahan sel pada fase metafase dengan cara mengganggu spindel
mitotik, spesifik untuk fase M dan S. Vinblastin juga mempengaruhi asam nukleat dan
sintesis protein dengan memblok asam glutamat dan penggunaannya.
3.     Paklitaksel
 Sediaan : Anzatax (vial), Ebetaxel (vial), Paxus kalbe farma (vial)
 Indikasi : Kanker ovarium, payudara, paru, buli-buli, leher dan kepala.
Mekanisme kerja : Obat ini berfungsi sebagai racun spindel dengan cara berikatan dengan
mikrotubulus yang menyebabkan polimerisasi tubulin. Efek ini menyebabkan terhentinya
proses mitosis dan pembelahan sel kanker.
4.     Etoposid
 Sediaan : Tersedia dalam bentuk kapsul dan larutan injeksi.
 Indikasi : Kanker testis, paru, payudara, limfoma Hodgkin dan non-Hodgkin,
leukimia mielositik akut, sarkoma kaposi.
Mekanisme kerja : Etoposid bekerja untuk menunda transit sel melalui fase S dan
menahan sel pada fase S lambat atau fase G2 awal. Obat mungkin menginhibisi transport
mitokrondia pada level NADH dehidrogenase atau menginhibisi uptake nukleosida ke sel
Hella. Etoposid merupakan inhibitor topoisomerase II dan menyebabkan rusaknya strand
DNA.
5.     Irinotekan, Topotekan
 Indikasi : Karsinoma ovarium, karsinoma paru sel kecil, karsinoma kolon.
Mekanisme kerja : Irinotekan merupakan bahan alami yang berasal dari tanaman
Camptotheca acuminata yang bekerja menghambat topoisomerase I, enzim yang bertanggung
jawab dalam proses pemotongan dan penyambungan kembali rantai tunggal DNA. Hambatan
enzim ini menyebabkan kerusakan DNA.
6.     Daktinomisin ( AktinimisinD)
 Sediaan : Tersedia dalam bentuk Injeksi, bubuk untuk rekonstitusi : 0,5 mg
(mengandung manitol 20 mg).
 Indikasi : Kariokarsinoma, tumor Wilms, testis, rabdomiosarkoma, sarkoma Kaposi.
Mekanisme kerja : Terikat pada posisi guanin pada DNA, mengalami interkalasi antara
pasang basa guanin dan sitosin sehingga menginhibisi sintesis DNA dan RNA serta protein.
7.     Antrasiklin : Daunorubisin, Doksorubisin, Mitramisin
 Sediaan : Daunorubisin tersedia dalam bentuk 20 mg daunorubisin hidroklorida
dengan mannitol 100 mg. 2 mg/mL (50 mg) daunorubisin dengan 10 : 5 : 1 rasio
molar distearofosfatidilkolin : kolesterol : daunorubisin. Doksorubisin tersedia dalam
bentuk vial 10 mg dan 50 mg.
 Indikasi : Leukimia limfositik dan mielositik akut sarkoma jaringan lunak, sarkoma
ostiogenik, limfoma Hodgkin dan non-Hodgkin, leukemia akut, karsinoma payudara,
genitourinaria, tiroid, paru, lambung, neuroblastoma dan sarkoma lain pada anak-
anak.
Mekanisme kerja : Interkalasi dengan DNA, mempengaruhi transkripsi dan replikasi
secara langsung. Selain itu, obat ini juga mampu membentuk kompleks tripartit dengan
topoisomerase II dan DNA. (Topoisomerase II adalah enzim dependen ATP yang terikat
pada DNA dan memisahkan untai DNA dimulai dari 3′ fosfat, menyebabkan DNA terpisah
dan kemudian menggabungkannya lagi, fungsi penting dalam replikasi DNA dan repair).
Formasi kompleks tripartit dengan antrasiklin dan etoposid menghambat pengikatan kembali
untai DNA rusak, mengakibatkan apoptosis. Efek ini memungkinkan sel rusak karena obat
ini, sementara adanya overekspresi repair DNA terkait transkripsi menunjukkan resistensi.
Antrasiklin juga membentuk radikal bebas dalam larutan pada jaringan normal dan maligna.
Intermediat semikuinon yang dihasilkan dapat bereaksi dengan oksigen membentuk radikal
anion superoksida yang membentuk radikal hidroksil dan hidrogen peroksida yang
menyerang dan mengoksidasi basa DNA (~kardiotoksisitas). Produksi ini dipicu interaksi
antrasiklin dengan besi. Antrasiklin berik atan dengan membran sel mempengaruhi
fluiditasdan transpor ion.

Anda mungkin juga menyukai