Buku Pi
Buku Pi
Tim Penyusun:
TAHUN 2019
i
PENGENDALIAN DAN PENCEGAHAN INFEKSI (PPI)
Disusun oleh :
ISBN 978-602-0739-21-2
Diterbitkan
JL. Siliwangi Rig Road Barat No. 63, Mlangi, Nogotirto, Gamping, Sleman,
Yogyakarta
Email: info@unisayogya.ac.id
Website : www.unisayogya.ac.id
ii
KATA PENGANTAR
Yogyakarta.
Penyusun
iii
DAFTAR ISI
JUDUL ............................................................................................................i
KEPENGARANGAN ......................................................................................ii
C. Ruang Lingkup...........................................................................4
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
oleh sumber daya manusia yang berkualitas untuk mencapai pelayanan yang
prima dan optimal. Proses dalam mewujudkan Pelayanan yang prima dan
cukup yang harus dimiliki oleh setiap petugas kesehatan. Seperti yang kita
rangkaian aktifitas kegiatan yang wajib dilakukan oleh Tim Pencegahan dan
Akibat lainnya yang juga cukup merugikan adalah hari rawat penderita yang
bertambah, beban biaya menjadi semakin besar, serta merupakan bukti bahwa
1
seluruh dunia termasuk Indonesia. Bagi masyarakat umum, sarana kesehatan
2
meliputi pencegahan transmisi infeksi melalui penerapan kewaspadaan
serta edukasi staf. Penyiapan sumber daya manusia yang kompeten dalam
pengalaman yang sudah ada dengan pelayanan pasien SARS, pedoman ini
masa mendatang, baik yang menular melalui droplet, udara atau kontak.
persiapan mencetak SDM yang mumpuni. Salah satu upaya yang dilakukan
3
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI). Pelatihan Pengendalian dan
Universitas ‘Aisyiyah yang mampu bersaing dan siap pakai dalam dunia
kerja.
C. Ruang Lingkup
4
Ruang lingkup program PPI meliputi kewaspadaan isolasi, penerapan
Control Risk Assesment (ICRA), audit dan monitoring lainya secara berkala.
Indonesia. Ditinjau dari asal atau didapatnya infeksi dapat berasal dari
infeksi, baik bagi pasien (yang lain) atau bahkan pada petugas
5
kesehatan itu sendiri. Karena seringkali tidak bisa secara pasti ditentukan
infections” (HAIs) dengan pengertian yang lebih luas tidak hanya di rumah
terbatas infeksi pada pasien saja, tetapi juga infeksi pada petugas
6
Kewaspadaan Isolasi berdasarkan transmisi penyakit.
konsep dasar penyakit infeksi. Pada bab ini akan dibahas mengenai
1. Beberapa Batasan/Definisi
7
d. Penyakit menular atau infeksius : adalah penyakit (infeksi)
tertentu yang dapat berpindah dari satu orang ke orang lain, baik
hipotermi atau suhu tubuh yang tidak stabil, (2) takikardi (sesuai
leukopenia (sesuai usia) atau pada hitung jenis leukosit jumlah sel
8
2. Rantai Penularan
berupa bakteri virus, jamur dan parasit. Ada 3 faktor pada agen
permukaan kulit, selaput lendir saluran napas atas, usus dan vagina
9
saluran pernapasan, pencernaan, saluran kemih dan kelamin,
Agen
Host/Pejamu
Reservoar
Rentan
INFEKSI
Tempat Tempat
Masuk Keluar
Metode
Penularan
10
b. Status imun yang rendah/terganggu (imuno-kompromais)
obat imunosupresan.
1) “indwelling catheter”
kesehatan.
11
5. Strategi pencegahan dan pengendalian infeksi terdiri dari :
disinfeksi
berikutnya.
12
berkaitan dengan pencegahan agen infeksi yang ditularkan melalui
darah dan cairan tubuh lainnya, yang sering terjadi karena luka
tusuk jarum bekas pakai atau pajanan lainnya. Penyakit yang perlu
13
BAB II
strategi baru ini telah dapat melindungi petugas pelayanan kesehatan (penularan
dari pasien ke petugas) serta mencegah penularan dari pasien ke pasien dan dari
petugas ke pasien.
(pasien, klien, pengunjung) yang datang ke fasilitas layanan kesehatan baik yang
kepada pasien dan petugas kesehatan, yaitu Body Substance Isolation (BSI)
melindungi pasien dan petugas kesehatan dari semua cairan lendir dan zat tubuh
(sekret dan ekskret) yang berpotensi terinfeksi, tidak hanya darah.Body Substance
Isolation (BSI) ini juga meliputi: imunisasi perlindungan bagi pasien dan staf
fasilitas layanan kesehatan yang rentan terhadap penyakit yang ditularkan melalui
14
udara atau butiran lendir (campak, gondong, cacar air dan rubela), termasuk
bagi siapapun yang akan masuk ke ruang perawatan pasien terutama pasien
dan diterapkan dan dapat diberlakukan untuk semua pasien, tidak hanya pada
pasien yang didiagnosis atau dengan gejala yang mungkin terinfeksi tetapi tetap
berisiko bagi pasien dan staf lainnya. Kelemahan sistem ini antara lain:
tangan, kesulitan dalam perawatan rutin harian bagi semua pasien, ketidak pastian
pelayanan dan petugas kesehatan tidak dapat memilih pedoman pencegahan mana
yang harus digunakan. Sehingga pada beberapa rumah sakit telah diterapkan
Kebingungan yang terjadi semakin besar dimana rumah sakit dan staf merasa
menerapkan Isolasi Zat Tubuh dan sebaliknya, termasuk banyaknya variasi lokal
Zat Tubuh serta variasi kombinasi penggunaan kedua sistem tersebut. Ditambah
15
lagi dengan adanya kebutuhan untuk menggunakan kewaspadaan tambahan bagi
pencegahan penyakit yang ditularkan lewat udara (airborne), droplet dan kontak
badan, yang merupakan keterbatasan utama Isolasi Zat Tubuh (Rudnick dkk
1993).
standar dan berdasarkan transmisi. Bagi pasien yang memerlukan isolasi, maka
akan diterapkan kewaspadaan isolasi yang terdiri dari kewaspadaan standar dan
16
A. Kewaspadaan Standar
diterapkan secara rutin dalam perawatan seluruh pasien di rumah sakit dan
rumah tangga, CSSD, pembuang sampah dan lainnya juga berisiko besar
terinfeksi. Oleh sebab itu penting sekali pemahaman dan kepatuhan petugas
hygiene respirasi/etika batuk dan bersin, praktik menyuntik yang aman dan
17
Kesebelas kewaspadaan standar tersebut yang harus di terapkandi
1. Kebersihan Tangan
menggunakan sabun dan air mengalir bila tangan jelas kotor atau terkena
tangan tidak tampak kotor. Kuku petugas harus selalu bersih dan terpotong
pendek, tanpa kuku palsu, tanpa memakai perhiasan cincin. Cuci tangan
pada saat:
a. Bila tangan tampak kotor, terkena kontak cairan tubuh pasien yaitu
darah, cairan tubuh sekresi, ekskresi, kulit yang tidak utuh, ganti
18
b. Bila tangan beralih dari area tubuh yang terkontaminasi ke area lainnya
8) Efektifitas
10) Efek residu, aksi yang lama setelah pemakaian untuk meredam
pertumbuhan
19
Gambar 2. Cara Kebersihan tangan dengan Sabun dan Air
20
2. Alat Pelindung Diri (APD)
a. UMUM
biologi/bahan infeksius.
kulit yang tidak utuh dan selaput lendir dari pasien ke petugas dan
sebaliknya.
dari petugas.
lakukan.
21
Gambar 4. Alat Pelindung Diri (APD)
b. JENIS-JENIS APD
1) Sarung tangan
karena elastis, sensitif dan tahan lama serta dapat disesuaikan dengan
ukuran tangan. Bagi mereka yang alergi terhadap lateks, tersedia dari
Sedangkan sarung tangan rumah tangga terbuat dari karet tebal, tidak
23
24
Gambar 5. Pemasangan sarung tangan
2) Masker
mukosa mulut dari cipratan darah dan cairan tubuh dari pasien atau
melalui droplet.
airborne.
25
Gambar 6. Memakai Masker
o Tekan klip tipis fleksibel (jika ada) sesuai lekuk tulang hidung
dengan benar.
26
Gambar 7. Menekan klip pada tulang hidung
27
pernapasan pemakai menjadi lebih berat. Sebelum memakai masker
melihat adanya cacat atau lapisan yang tidak utuh. Jika cacat
Fungsi alat ini akan menjadi kurang efektif dan kurang aman
c) Ketiadaan satu atau dua gigi pada kedua sisi yang dapat
28
29
Gambar 9.Langkah-langkah menggunakan respirator
celah segelnya.
30
3) Gaun Pelindung
tindakan steril.
o Gaun steril
o Membersihkan luka
o Tindakan drainase
o Tindakan bedah
o Perawatan gigi
31
Cara memakai gaun pelindung:
wajah:
32
Gambar 11. Penutup Wajah
5) Sepatu pelindung
Jenis sepatu pelindung seperti sepatu boot atau sepatu yang menutup
33
Indikasi pemakaian sepatu pelindung:
o Penanganan limbah
o Tindakan operasi
o Penanganan linen
6) Topi pelindung
o Tindakan operasi
34
o Tindakan insersi CVL
o Intubasi Trachea
c. PELEPASAN APD
o Lepaskan apron
35
o Lepaskan masker
36
1) Melepas sarung tangan
tangan.
telah terkontaminasi.
37
ulang atau dalam tempat limbah infeksius.
38
Gambar 18. Melepas Gaun Pelindung
4) Melepas Masker
JANGAN SENTUH.
atas.
39
Pencegahan Pengendalian Infeksi (PPI), sedangkan penggunaan
lingkungan infeksius.
a. Kritikal
Bahan dan praktik ini berkaitan dengan jaringan steril atau sistem
fatal.
b. Semikritikal
40
mukosa atau kulit tidak utuh.
c. Non-kritikal
sebagai berikut:
1) Rendam peralatan bekas pakai dalam air dan detergen atau enzyme
lainnya.
prinsip pembuangan sampah dan limbah yang benar. Hal ini juga
41
4) Untuk alat bekas pakai yang akan di pakai ulang, setelah
disterilisasi.
isolasi.
42
Gambar 20. Alur Dekontaminasi Peralatan Perawatan Pasien
Keterangan Alur:
yang mengkontaminasi.
mengeringkan.
produk
karat.
disinfektan kimiawi.
44
benar.Pada umumnya sterilisasi ini adalah metode pillihan
tekanan harus berada pada 106 kPa; selama 20 menit untuk alat
mungkin.
45
dalam sterilisator telah mencapai suhu sasaran. Tidak boleh
4. PENGENDALIAN LINGKUNGAN
lain berupa upaya perbaikan kualitas udara, kualitas air, dan permukaan
pengunjung.
1) Kualitas Udara
kebersihan udara, kecuali dry mist dengan H2O2 dan penggunaan sinar
baru.
2) Kualitas air
46
sesuai ketentuan peraturan perundangan mengenai syarat-syarat dan
minum.
memperhatikan :
3) Permukaan lingkungan
(kucing, anjing dan tikus) dan harus dibersihkan secara terus menerus.
tersentuh.
47
kontaminasi.
saluran napas, hindari penggunaan sapu ijuk dan yang sejenis, tapi
0,5%. Bila ada cairan tubuh, alcohol digunakan untuk area sempit,
udara.
48
resisten.
PPI secara efektif dan tepat guna. Desain dari faktor berikut dapat
desain ruang rawat, luas ruangan yang tersedia, jumlah dan jenis
dan langit-langit, air, listrik dan sanitasi, ventilasi dan kualitas udara,
49
(2) Pertimbangan faktor kelelahan bisa berakibat kelalaian.
(1) Tersedia ruang rawat satu pasien (single room) untuk isolasi
1,8 m.
duduk.
50
(2) Lokasi penyimpanan peralatan medis dan APD di masing-
beban.
dilapisi karpet.
menyilaukan mata.
51
o Lantai yang selalu kontak dengan air harus mempunyai
limbah.
mudah berjamur.
tersebut.
52
(3) Komponen langit-langit meliputi:
oleh pemerintah, jadi harus diperiksa secara teratur dan rutin setiap
53
Ruang perawatan biasa minimal 6X pergantian udara per jam,
WHO.
(2) Secara garis besar ada dua jenis sistem ventilasi yaitu:
54
o Ventilasi campuran (hybrid): sistem ventilasi alamiah
exhaust fan atau kipas angin agar udara luar yang segar dapat
55
dengan ruangan dengan jendela terbuka saja atau ruangan
untuk PPI TB bila dipasang pada posisi yang tepat, yaitu dari
Gambar 22. Tata Letak Furniture Ruang Periksa Pasien dan Alur Udara
56
Pemasangan Exhaust fan yaitu kipas yang dapat langsung
ruangan.
semaksimal mungkin.
57
o selama masih ada orang-orang di ruangan tersebut
dengan baik.
diatas.
penularan TB adalah:
non-infeksius.
5. PENGELOLAAN LIMBAH
a. Risiko Limbah
61
limbah di fasilitas pelayanan kesehatan.
b. Jenis Limbah
(recycle).
cidera.
62
2) Membuang bahan-bahan berbahaya (sitotoksik, radioaktif, gas,
pemusnahan.
Secara umum limbah medis dibagi menjadi padat, cair, dan gas.
radioaktif.
2) Pemisahan Limbah
63
saluran cerna, menstruasi dan pasien dengan infeksi yang di
hitam.
tajam.
cair (spoelhoek).
a) Harus tertutup
64
4) Pengangkutan
7) Pengolahan Limbah
(TPA).
65
c) Limbah benda tajam dimusnahkan dengan insenerator. Limbah
tahan tusuk dan tahan air dan tidak bisa dibuka lagi.
(recapping).
rumah tangga.
satu tangan
tangan
66
Ditangani bersama limbah medis
lain.
kemungkinan perlukaan.
67
Gambar 27. Alur Tata Kelola Limbah
yang baik
68
6. PENATALAKSANAAN LINEN
Linen terkontaminasi adalah linen yang terkena darah atau cairan tubuh
udara dan petugas yang menangani linen tersebut. Semua linen kotor
linen dipakai.
69
e. Linen yang terkontaminasi dengan darah atau cairan tubuh lainnya
kantong kuning. Pastikan kantong tidak bocor dan lepas ikatan selama
70
Gambar 28. Linen Siap Pakai
terkontaminasi
benda tajam bekas pakai pasien, yang berisikan antara lain siapa yang
71
harus dihubungi saat terjadi kecelakaan dan pemeriksaan serta konsultasi
mencegah terjadinya trauma saat menangani jarum, scalpel dan alat tajam
lain yang dipakai setelah prosedur, saat membersihkan instrumen dan saat
membuang jarum.
melepas jarum dari spuit. Buang jarum, spuit, pisau,scalpel, dan peralatan
tajam habis pakai lainnya kedalam wadah khusus yang tahan tusukan/tidak
jarum suntik bekas pasien atau terpercik bahan infeksius maka perlu
dunia.
72
(bloodborne) seperti hepatitis B dan C jauh lebih tinggi dibandingkan
a. TATALAKSANA PAJANAN
2) Bila darah/cairan tubuh mengenai kulit yang utuh tanpa luka atau
4) Bila terpecik pada mata, cucilah mata dengan air mengalir (irigasi),
dengan air.
6) Bagian tubuh yang tertusuk tidak boleh ditekan dan dihisap dengan
mulut.
73
b. TATALAKSANA PAJANAN BAHAN INFEKSIUS DI TEMPAT
KERJA
Langkah 1: Cuci
yaitu atasan langsung dan Komite PPI atau K3. Laporan tersebut
PPP sebaiknya secepatnya kurang dari 4 jam dan tidak lebih dari
a) Pajanan
Perlukaan kulit
b) Bahan Pajanan
Darah
74
c) Status Infeksi
dilakukan pemeriksaan :
d) Kerentanan
mendapatkan vaksin.
75
d. Pemberian obat-obat untuk PPP HIV.
f. Menjamin pencatatan.
keadaan berikut:
1) Waktu terpajan
pertama dan tidak boleh lebih dari 72 jam setelah terpajan. Dosis pertama
atau bahkan lebih baik lagi paket PPP HIV harus tersedia di fasyankes
untuk orang yang potensial terpajan setelah sebelumnya dilakukan tes HIV
dengan hasil negatif. Infeksi HIV yang sebelumnya sudah ada Kita harus
infeksi HIV sebagai bagian dari proses penilaian memenuhi syarat untuk
PPP, dan jika orang tersebut telah mendapat infeksi HIV sebelumnya,
maka PPP tidak boleh diberikan dan tindakan pengobatan dan semua paket
perawatan seperti skrining TB, IMS, penentuan stadium klinis dll sesuai
76
Penilaian pajanan HIV
seksual atau percikan ke mata, hidung atau rongga mulut) atau kulit yang
tidak utuh (melalui tusukan perkutaneus atau abrasi kulit) terhadap cairan
tubuh yang potensial infeksius dari sumber terinfeksi HIV atau yang tidak
memenuhi syaratnya.
pelaku dan memperoleh persetujuan untuk dites. Jika sumber pajanan HIV
yang meliputi persetujuan tes HIV (dapat diberikan secara verbal) dan
diketahui atau dites terinfeksi HIV.Karena itu, penilaian status HIV dari
77
a. Informasi Singkat Untuk PPP HIV
hasilnya negatif.
78
maupun yang terpajan okupasional.
formulir penolakan.
tingkat pendidikan. Dalam hal kasus anak-anak atau kasus lain yang
persetujuannya.
Paduan obat pilihan yang diberikan untuk PPP adalah 2 obat NRTI + 1
obat PI (LPV/r).
79
Tabel 4. Dosis obat ARV untuk PPP HIV bagi orang dewasa dan remaja
pengobatan yang sangat baik (> 95%) berkaitan dengan perbaikan dampak
tidak ada, tetapi besarnya efek positif dari derajat adherence yang tinggi
Efek samping
Efek samping yang paling sering dilaporkan adalah mual dan lelah.
Orang harus mengerti bahwa efek samping yang timbul jangan disalah
dapat berupa obat (misalnya anti mual) atau untuk mengurangi efek
80
Profilaksis Pasca Pajanan untuk Hepatitis B
berikut:
81
Lama pemberian obat untuk PPP HIV
selalu ditawarkan secepat mungkin setelah pajanan, dan jika perlu, tanpa
menunggu konseling dan tes HIV atau hasil tes dari sumber
awal adalah bukan ahlinya, tetapi selanjutnya dirujuk kepada dokter ahli
Paket awal ini cocok disediakan di unit gawat darurat. Paket ini
biasanya berisi obat yang cukup untuk beberapa hari pertama pemberian
obat untuk PPP (1 – 7 hari) dan diresepkan atas kondisi bahwa orang
tersebut akan kembali ke klinik yang ditunjuk dalam waktu 1-3 hari untuk
menjalani penilaian risiko dan konseling dan tes HIV serta untuk
memperoleh sisa obat. Strategi ini sering disukai karena pada umumnya
untuk tidak melanjutkan PPP HIV, sisa obat yang seharusnya diberikan
tidak akan terbuang. Selain itu, menggunakan paket awal PPP HIV berarti
hasil tes HIV diketahui adalah risiko timbulnya resistensi terhadap terapi
dengan paket awal PPP HIV yang diberikan dalam waktu singkat. PPP
Penambahan dosis
2 minggu pada setiap kunjungan. Dan seperti pada paket awal PPP HIV,
83
pada strategi penambahan dosis ini juga mengharuskan orang datang
misalnya, yang tinggal di pedesaan. Kerugian utama dari strategi ini adalah
untuk PPP
Obat-obat lain
dapat meringankan efek samping tersering dari obat ARV, sehingga dapat
a. Evaluasi Laboratorium
Tes HIV
PPP tidak diberikan pada orang yang telah terinfeksi. Orang terinfeksi
84
tidak wajib dilakukan dan pemberian PPP HIV tidak wajib diberikan
HIV.
di layanan.
b. Pencatatan
Follow-up klinis
85
dan pemantauan klinis, dengan maksud untuk memantau adherence dan
nomor telepon kontak yang dapat dihubungi jika timbul efek samping.
Tes HIV (jika ada yang sangat sensitif) berikutnya bagi orang
Timbulnya sero konversi setelah PPP tidak berarti bahwa tindakan PPP
ini gagal, karena sero konversi dapat berasal dari pajanan yang sedang
berlangsung.
Follow-up konseling
86
Follow-up PPP untuk Hepatitis B
Lakukan pemeriksaan anti HBs 1-2 bulan setelah dosis vaksin yang
terakhir; anti HBs tidak dapat dipastikan jika HBIG diberikan dalam
kondom saat berhubungan seks, tidak berbagi alat suntik), dan tidak
9. PENEMPATAN PASIEN
87
b. Penempatan pasien disesuaikan dengan pola transmisi infeksi penyakit
menyediakan sarana cuci tangan seperti wastafel dengan air mengalir, tisu,
88
sabun cair, tempat sampah infeksius dan masker bedah.Petugas, pasien dan
a. Menutup hidung dan mulut dengan tisu atau saputangan atau lengan
atas.
tangan.
Pakai spuit dan jarum suntik steril sekali pakai untuk setiap
89
suntikan,berlaku juga pada penggunaan vial multidose untuk mencegah
timbulnya kontaminasi mikroba saat obat dipakai pada pasien lain. Jangan
lupa membuang spuit dan jarum suntik bekas pakai ke tempatnya dengan
benar.
c. Semua alat suntik yang dipergunakan harus satu kali pakai untuk satu
d. Gunakan cairan pelarut/flushing hanya untuk satu kali (NaCl, WFI, dll)
(kategori IA).
IB).
90
f. Tidak memberikan obat-obat single dose kepada lebih dari satu pasien
g. Bila harus menggunakan obat-obat multi dose, semua alat yang akan
IB)
pada petugas dibutuhkan agar tidak terjadi droplet flora orofaring yang
91
BAB III
KEWASPADAAN TRANSMISI
standar dan berdasarkan transmisi. Bagi pasien yang memerlukan isolasi, maka
akan diterapkan kewaspadaan isolasi yang terdiri dari kewaspadaan standar dan
kewaspadaan berdasarkantransmisi.
1. Melaluikontak
2. Melaluidroplet
Suatu infeksi dapat ditransmisikan lebih dari satu cara. Dalam buku
pedoman ini, akan di bahas yang berkaitan dengan HAIs yaitu transmisi kontak,
92
yang secara epidemiologi diakibatkan oleh kontak langsung atau tidak
langsung.
mengganti perban, merawat oral pasien Herpes Simplex Virus (HSV) tanpa
sarungtangan.
(handhygiene).
d. Petugas harus menahan diri untuk tidak menyentuh mata, hidung, mulut
dikeluarkan pada saat batuk, bersin, muntah, bicara, selama prosedur suction,
bronkhoskopi, melayang di udara dan akan jatuh dalam jarak <2 m dan
mengenai mukosa atau konjungtiva, untuk itu dibutuhkan APD atau masker
93
percikan ini dapat terjadi pada kasus antara lain common cold, respiratory
terbawa aliran udara >2 m dari sumber, dapat terhirup oleh individu rentan di
ruang yang sama atau yang jauh dari sumber mikroba. Penting mengupayakan
94
Gambar. Perhitungan Laju Pertukaran Udara
95
d. Peringatan tentang cara transmisi infeksi dan penggunaan APD pada
Vaneometer).
Gambar Vaneometer
Jenis transmisi airborne ini dapat terjadi pada kasus antara lain
96
TEMPO. Strategi TEMPO merupakan strategi yang mengutamakan pada
besar, dan ideal untuk diterapkan oleh layanan kesehatan primer dengan
teridentifikasi.
secara aktif pasien batuk. Surveyor batuk harus bekerja sama dengan
BTA positif dalam 1-2 hari, khusus bagi pasien terduga TB Resistan Obat
97
BAGAN KEWASPADAAN BERBASIS TRANSMISI
98
TABEL JENIS KEWASPADAAN TRANSMISI
Pasien rawat terpisah, atau rawat inap terpisah rawat inap terpisah
kontaminasi
99
3. Ganti sarung tangan terhadap pasien saat ke ruang pasien
ileostomy,
colostomy, luka
terbuka
5. Lepaskan gaun
sebelum keluar
ruangan
6. Apron digunakan
untuk mengurangi
100
penetrasi cairan
7. Bila
memungkinkan
peralatan non
kritikal dipakai 1
dengan infeksi
101
bilas dengan air H2O2 5%
kontak 55 menit
0,125 m3
102
BAB IV
rumah sakit yang diakreditasi oleh Komisi Akreditasi Rumah Sakit. Penyusunan
sasaran ini mengacu kepada Nine Life-Saving Patient Safety Solutions dari WHO
Patient Safety (2007) yang digunakan juga oleh Komite Keselamatan Pasien
Rumah Sakit PERSI (KKPRS PERSI), dan dari Joint Commission International
(JCI).
bermasalah dalam pelayanan kesehatan dan menjelaskan bukti serta solusi dari
konsensus berbasis bukti dan keahlian atas permasalahan ini. Diakui bahwa desain
sistem yang baik secara intrinsik adalah untuk memberikan pelayanan kesehatan
yang aman dan bermutu tinggi, sedapat mungkin sasaran secara umum difokuskan
Keselamatan pasien rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah sakit
membuat asuhan pasien lebih aman. Insiden keselamatan pasien adalah setiap
kejadian yang tidak disengaja dan kondisi yang mengakibatkan atau berpotensi
103
2. Kejadian Sentinel : Kejadian Tidak Diharapkan yang mengakibatkan
3. KNC (Kejadian Nyaris Cedera ) – Near miss, Close call : terjadinya insiden
1. Kejadian Sentinel
berikut
104
6. Pengurangan Risiko Pasien Jatuh
pasien bisa terjadi pada pasien yang dalam keadaan terbius/tersedasi, mengalami
Maksud sasaran ini adalah untuk melakukan dua kali pengecekan yaitu:
proses untuk mengidentifikasi pasien ketika pemberian obat, darah, atau produk
darah; pengambilan darah dan spesimen lain untuk pemeriksaan klinis; atau
1. Nama pasien
3. Tanggal lahir
105
4. Gelang identitas pasien dengan bar-code, dan lain-lain.
rawat jalan, unit gawat darurat, atau ruang operasi termasuk identifikasi pada
pemeriksaan klinis.
Gelang Biru : Untuk pasien dewasa atau anak-anak berjenis kelamin Laki-laki
Gelang Merah muda/Pink : Untuk pasien dewasa atau anak-anak berjenis kelamin
Perempuan
Gelang Kuning : Untuk pasien dewasa atau anak-anak dengan Resiko jatuh
106
Gelang Ungu : Untuk pasien DNR (Do Not Resusitation) atau pasien yang tidak
Gelang Abbu-abu: Untuk pasien yang m: Untuk pasien dengan jenis kelamin
ganda
Komunikasi efektif, yang tepat waktu, akurat, lengkap, jelas, dan yang
Komunikasi yang mudah terjadi kesalahan kebanyakan terjadi pada saat perintah
diberikan secara lisan atau melalui telepon. Komunikasi yang mudah terjadi
kesalahan yang lain adalah pelaporan kembali hasil pemeriksaan kritis, seperti
prosedur untuk perintah lisan dan telepon termasuk: mencatat (atau memasukkan
atau hasil pemeriksaan; dan mengkonfirmasi bahwa apa yang sudah dituliskan dan
107
back) bila tidak memungkinkan seperti di kamar operasi dan situasi gawat darurat
1. Perintah lengkap secara lisan dan yang melalui telepon atau hasil pemeriksaan
2. Perintah lengkap lisan dan telpon atau hasil pemeriksaan dibacakan kembali
3. Perintah atau hasil pemeriksaan dikonfirmasi oleh pemberi perintah atau yang
bahasa yang umum, sehingga komunikasi akan menjadi efektif & efisien. Dengan
melalui telefon
108
A. METODE SBAR
terkini
DOKTER :
109
5. Siapkan : medical record pasien, riwayat alergi, obat –obatan / cairan infus
seperti vital sign, status mental, status emosional, kondisi kulit, saturasi
10. Dokumentasikan
110
3. Pastikan diagnosa medis pasien dan prioritas masalah yang harus
dilanjutkan.
4. Baca & pahami catatan perkembangan terkini & hasil pengkajian petugas
shift sebelumnya
seperti vital sign, status mental, status emosional, kondisi kulit, saturasi
10. Dokumentasikan
Lewat Telfon
1. Siapkan data –data pasien (rekam medik) dan siapkan alat tulis
111
2. Tekan nomor telfon yang akan dituju
4. Menanyakan cek ulang apakah betul yang ditelfon adalah benar sesuai
yang dituju
5. Sebutkan nama,asal,puskesmas/rs,ruangan
DIWASPADAI (HIGH-ALERT)
seperti obat-obat yang terlihat mirip dan kedengarannya mirip (Nama Obat Rupa
112
Obat-obatan yang sering disebutkan dalam isu keselamatan pasien adalah
2. Kalium fosfat
dengan baik di unit pelayanan pasien, atau bila perawat kontrak tidak
darurat.
suatu kebijakan dan/atau prosedur untuk membuat daftar obat-obat yang perlu
konsentrat, seperti di IGD atau kamar operasi, serta pemberian label secara
sengaja/kurang hati-hati.
113
Elemen Penilaian Sasaran III
elektrolit konsentrat.
diberi label yang jelas, dan disimpan pada area yang dibatasi ketat
(restricted).
TEPAT-PASIEN OPERASI
yang menkhawatirkan dan tidak jarang terjadi di rumah sakit. Kesalahan ini
adalah akibat dari komunikasi yang tidak efektif atau yang tidak adekuat antara
(site marking), dan tidak ada prosedur untuk verifikasi lokasi operasi. Di samping
itu, asesmen pasien yang tidak adekuat, penelaahan ulang catatan medis tidak
114
adekuat, budaya yang tidak mendukung komunikasi terbuka antar anggota tim
bedah, permasalahan yang berhubungan dengan tulisan tangan yang tidak terbaca
The Joint Commission’s Universal Protocol for Preventing Wrong Site, Wrong
Penandaan lokasi operasi perlu melibatkan pasien dan dilakukan atas satu
pada tanda yang dapat dikenali. Tanda itu harus digunakan secara konsisten di
rumah sakit dan harus dibuat oleh operator/orang yang akan melakukan tindakan,
dilaksanakan saat pasien terjaga dan sadar jika memungkinkan, dan harus terlihat
sampai saat akan disayat. Penandaan lokasi operasi dilakukan pada semua kasus
termasuk sisi (laterality), multipel struktur (jari tangan, jari kaki, lesi) atau
bahwa semua dokumen, foto (imaging), hasil pemeriksaan yang relevan tersedia,
diberi label dengan baik, dan dipampang; dan melakukan verifikasi ketersediaan
out dilakukan di tempat, dimana tindakan akan dilakukan, tepat sebelum tindakan
115
dimulai, dan melibatkan seluruh tim operasi. Rumah sakit menetapkan bagaimana
1. Rumah sakit menggunakan suatu tanda yang jelas dan dimengerti untuk
penandaan.
memverifikasi saat preoperasi tepat lokasi, tepat prosedur, dan tepat pasien
dan semua dokumen serta peralatan yang diperlukan tersedia, tepat, dan
fungsional.
pembedahan.
seragam untuk memastikan tepat lokasi, tepat prosedur, dan tepat pasien,
operasi.
116
Gambar. Surgical Safety Cheklist WHO
PELAYANAN KESEHATAN
tatanan pelayanan kesehatan, dan peningkatan biaya untuk mengatasi infeksi yang
dalam semua bentuk pelayanan kesehatan termasuk infeksi saluran kemih, infeksi
117
pada aliran darah (blood stream infections) dan pneumonia (sering kali
dihubungkan dengan ventilasi mekanis). Pusat dari eliminasi infeksi ini maupun
infeksi-infeksi lain adalah cuci tangan (hand hygiene) yang tepat. Pedoman hand
hygiene bisa dibaca kepustakaan WHO, dan berbagai organisasi nasional dan
hygiene yang diterima secara umum dan untuk implementasi petunjuk itu di
rumah sakit.
pelayanan kesehatan.
Hand hygiene
dan air mengalir bila tangan jelas kotor atau terkena cairan tubuh, atau
Kuku petugas harus selalu bersih dan terpotong pendek, tanpa kuku palsu, tanpa
memakai perhiasan cincin. Cuci tangan dengan sabun biasa/antimikroba dan bilas
118
1. Bila tangan tampak kotor, terkena kontak cairan tubuh pasien yaitu darah,
cairan tubuh sekresi, ekskresi, kulit yang tidak utuh, ganti verband,
2. Bila tangan beralih dari area tubuh yang terkontaminasi ke area lainnya
a) Sebelum kontakpasien;
b) Sebelum tindakanaseptik;
d) Setelah kontakpasien;
119
Gambar. Cara Kebersihan tangan dengan Sabun dan Air
120
Gambar . Cara Kebersihan Tangan dengan Antisepsik Berbasis Alkohol
Diadaptasi dari WHO Guidelines on Hand Hygiene in Health Care: First Global
121
SASARAN VI : PENGURANGAN RISIKO PASIEN JATUH
Jumlah kasus jatuh cukup bermakna sebagai penyebab cedera bagi pasien
disediakan, dan fasilitasnya, rumah sakit perlu mengevaluasi risiko pasien jatuh
dan mengambil tindakan untuk mengurangi risiko cedera bila sampai jatuh.
Evaluasi bisa termasuk riwayat jatuh, obat dan telaah terhadap konsumsi alkohol,
gaya jalan dan keseimbangan, serta alat bantu berjalan yang digunakan oleh
1. Rumah sakit menerapkan proses asesmen awal atas pasien terhadap risiko
sakit.
122
KLASIFIKSAI TINGKAT RESIKO JATUH
Morse Fall
Risk level Action
Scale Score
interventions
interventions
123
BAB V
Pendidikan Tinggi
terdir atas :
124
6. Standar sarana dan prasarana pembelajaran (Pasal 31-33)
laboratorium.
125
3. Tenaga administrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) memiliki
sarana dan prasarana merupakan salah satu alat prantara atau media untuk
1. lahan;
2. ruang kelas;
3. perpustakaan;
8. ruang dosen;
126
D. Kewajiban Pendidikan dan Tenaga Kependidikan
didik tidak merasa bosan dalam menjalani proses kegiatan belajar mengajar.
Dengan suasana belajar yang menyenangkan maka akan tercipta proses belajar
yang efektif sehingga peserta didik lebih mudah untuk mencerna informasi
upaya yang dilakukan bisa dimulai dari diri sendiri dengan selalu
berusaha untuk memberikan teladan kepada peserta didik, menjaga nama baik
E. Tenaga Laboran
formal/pelatihan)
127
Jenis-Jenis tenaga laboran antara lain :
1) Laboran Kebidanan
2) Laboran Microteaching
3) Laboran Keperawatan
4) Laboran Biomedik
5) Laboran Fisiotherapi
6) Laboran Bahasa
praktek yang harus dilakukan syarat minimal maupun yang lebih baik, adanya
dengan lancar.
128
Sehingga betapa pentingnya keberadaan sebuah laboratorium instirusi
adanya visi dan isi dari laboratorium sehingga jelas bagaimana cara
pengetahuan, dan atau ditemukannya ilmu pengetahuan baru dan aplikasi ilmu
memiliki tujuan. Dimana tujuan laboratorium menguji ilmu, teori dan konsep
kalibrasi peralatan.
129
G. Pengelolaan Laboratorium
pengelola laboratorium :
laboratorium
manajemen yang baik pula. Manajemen laboratorium yaitu suatu bagian yang
tidak dapat dipisahkan dari kegiatan laboratorium. Suatu manajemen lab yang
baik memiliki sistem organisasi yang baik, uraian kerja (job description) yang
jelas, pemanfaatan fasilitas yang efektif, efisien, disiplin, dan administrasi lab
130
H. Pengelolaan Laboratorium
1. Planning
yang akan dikerjakan dimasa akan datang dalam rangka pencapaian tujuan
(Al-Qur’an 75:36)
2. Organizing
3. Penggerak (actuating)
yang beriman, yang engerjakan amal saleh, bahwa mereka akan mendapat
pembalasan baik”(QS.al-Kahfi: 2)
131
4. Evaluasi (Controlling)
pekerjaanmu (10) yang mulia disisi Alah dan yang mencatat pekerjaan itu
(11) mereka mengetahui apa yang kamu kerjakan”(12) (Al-Qur’an 82: 10-
I. Persyaratan Laboratorium
atau keamanan, ada standar operating prosedures atau instruksi kerja (IK)
dokumentasi
132
f. Ruang/tempat penyimpanan bahan.
2. Bentuk Ruang
mendekati bujur sangkar atau bisa juga berbentuk persegi panjang. Bentuk
bujur sangkar memungkinkan jarak antara dosen dan peserta didik dapat
peserta didik.
3. Luas Ruang
b. Disediakan ruang kosong antara tembok dan meja kerja sekitar 1.7 m
di laboratorium.
dari 1.5 m, sehingga peserta didik dapat bergerak leluasa pada waktu
bekerja dan pada waktu pindah atau memindahkan alat (bahan) dari
d. Luas ruang harus sebanding dengan banyaknya peserta didik dan jenis
pendidikan.
laboratorium.
133
J. Pengelolaan Laboratorium
1. Perencanaan
tentang kegiatan yang harus dilakukan, metode, SDM, tenaga dan dana yang
dibutuhkan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan secara efektif dan efisien.
sebuah laboratorium akan digunakan untuk apa saja. Selain keperluan ruangan
dalam laboratorium.
2. Penataan
dalam kalimat di atas mengandung makna yang sangat luas, yaitu bahwa
penempatan perlatan yang tersusun yang rapi berdasar kepada proses dan
diharapkan, begitu pula dengan daerah kerja harus memiliki luas yang
3. Pengadministrasian
kegiatan pada tahun yang akan datang. Catatan inventaris yang baik akan
terjadi kecelakaan.
135
5. Pemeliharaan Alat-alat Laboratorium
prinsip
136
Pengelolaan Laboratorium Pendidikan Kesehatan
A. Manajemen Laboratorium
kalibrasi dan atau produksi dalam skala terbatas. Kebutuhan untuk alat dan
untuk mencapai tujuan laboratorium secara optimal (Ali, 2010). selain itu
137
Dalam penyelenggaraan laboratorium memilki beberapa syarat yang
c. laboratorium agar aman dan nyaman maka alat yang dipasang di dinding
B. Pengelolaan Laboratorium
meliputi :
138
2. PJ laboratorium (Admin): membantu tugas kepala unit dalam bidang
laboratorium.
Laboratorium, Ruang Praktek peserta didik, Ruang kerja dan Persiapan dosen dan
Ruang penyimpanan Alat & Bahan. Spesifikasi untuk ruangan laboratorium yaitu
bentuk ruang laboratorium sebaiknya bujur sangkar atau persegi panjang, untuk
memudahkan kontak antara dosen/instruktur dan peserta didik, satu orang peserta
banyaknya peserta didik dan jenis pendidikan dan luas ruang penyimpanan alat
139
Gambar 2 : Denah Laboratorium
140
- Ruang bayi baru lahir
diperlukan perencanaan kegiatan disetiap harinya yaitu seperti pelayanan alat dan
praktikum dan audit mutu internal. Agenda untu disetiap tahun menyusun
141
program kerja, sasaran mutu, menyusun rencana anggaran tahunan dan menyusun
Untuk memenuhi kebutuhan alat dan bahan yang dibutuhkan oleh sebuah
berdasarkan kebutuhan dan rasio pemenuhan antara alat dan jumlah mahasisiwa.
bahan laboratorium, maka UNISA memiliki SIM inventaris alat dengan alamat
dalam pengadaan barang tersebut dapat berjalan dengan lancar. Menjelang awal
142
semester kepala unit laboratorium membuat surat kepada ketua program studi
untuk mengajukan pengusulan alat dan bahan yang diperlukan oleh masing-
masing prodi dalam melaksanakan proses kegiatan belajar mengajar. Kepala prodi
akan menginformasikan kepada dosen yang ada diprodi tersebut untuk mencatat
alat dan bahan apa saja yang harus diadakan atau diperbaiki untuk persiapan
dan bahan sesuai dengan kebutuhan pengguna. Ketika alat dan bahan sudah
diinventaris oleh prodi maka ketua prodi akan melaporkan ke kepala unit
labortorium.
(Bahan Habis Pakai) dan diusulkan kebagian tim pengadaan barang. Apabila
inventaris tersebut sudah disetujui oleh tim pengadaan barang maka unit
laboratorium membeli alat dan bahan habis pakai dengan cara survei rekanan dan
sekitarnya dalam proses praktikum yang aman dan nyaman). Karena laboratorium
kecelakaan akibat penggunaan tidak sesuai, maupun kecerobohan kerja. Selain itu
143
Berbagai macam resiko yang dapat terjadi di laboratorium seperti terluka
2. APD (Alat Pelindung Diri), alat perlindungan diri yang digunakan oleh
tenaga kerja untuk melindungi diri dari resiko keselamatan kerja. APD
umum yaitu sebelum dan setelah kontak dengan orang lain, makanan,
dugunakan oleh satu orang dan berdiri sendiri. Apar merupakan alat
144
diarahkan pada posisi dimana api berada. Apar dikenal sebagai alat untuk
awal kebakara, selain itu karena bentuknya yang portable dan ringan
diinginkan.
atau orang lain yang berada di tempat kerja, yang mengalami sakit atau
saat itu
145
8. Pengolahan limbah, bekerja sama (MOU) dengan PT Arah
penting karena dengan adanya perawatan maka alat dapat terjaga dengan
alat dan bahan ditempat yang ber-AC, pengecekan alat dan bahan
optimal melalui jasa rekanan, kalibrasi pada alat-alat dengan skala ukur.
C. SOP Laboratorium
146
administrasi lainnya, untuk menghindari kegagalan, kesalahan, keraguan,
yaitu, harus ada pada setiap kegiatan, bisa berubah sesuai dengan perubahan
IPTEK serta peraturan yang berlaku, memuat segala indikasi dan syarat-
1. Nama prosedur dan nomor prosedur (ditulis dengan singkat dan jelas,
3. Definisi
4. Referensi
5. Prosedur Kerja
6. Dokumentasi/Lampiran form
7. Penanggung jawab
1. SOP Praktikum
147
5. SOP Keamanan dan Keselamatan Kerja di Laboratorium.
internal dilaksanakan enam bulan sekali yaitu pada bulan Januar dan Agustus.
Auditor dalam Audit Mutu Internal (AMI) adalah tim auditor Internal yang
telah bersertifikasi. Apabila dalam proses AMI ditemui hal-hal yang tidak
sesuai dengan penilaian maka tim Auditor akan menerbitkan laporan temuan
AMI (Dibuat auditor dan diketahui oleh auditee), kemudian surat temuan
tersebut akan di serahkan ke Auditee (Unit Lab) dan BPM (Badan penjamin
(Unit Lab) kemudian melapotkan ke Auditor dan BPM. Lingkup audit yang
148
DAFTAR PUSTAKA
149