142500004 (2)
142500004 (2)
A dengan Prioritas
Masalah Kebutuhan Dasar Gangguan Oksigenasi:
Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif di Rumah
Sakit Universitas Sumatera Utara
Medan
Oleh
142500004
FAKULTAS KEPERAWATAN
2017
NIM : 142500004
Dengan ini menyatakan bahwa Karya Tulis Ilmiah ini yang berjudul
“Asuhan Keperawatan pada Tn. A dengan Prioritas Masalah Kebutuhan
Dasar Gangguan Oksigenasi: Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif di Rumah
Sakit Universitas Sumatera Utara Medan.”
”adalah benar hasil karya sendiri, kecuali dalam pengutipan substansi disebutkan
sumbernya dan belum pernah dianjurkan kepada institusi manapun serta bukan
karya jiplakan. Saya bertanggung jawab atas keabsahan dan kebenaran isinya
sesuai dengan kaidah ilmiah yang harus dijunjung tinggi.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya, tanpa ada tekanan
atau paksaan dari pihak manapun serta bersedia mendapat sanksi akademik jika
ternyata dikemudian hari pernyataan ini tidak benar.
Puji syukur saya ucapkan atas kehadirat Allah SWT atas rahmat dan
hidayah-Nya yang telah memberikan kemudahan bagi saya sehingga dapat
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan baik.
Adapun judul Karya Tulis Ilmiah ini adalah “Asuhan Keperawatan pada
Tn. A dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Gangguan Oksigenasi:
Bersihan Jalan Nafas Tidak Eefektif di Rumah Sakit Universits Utara Medan.
Karya Tulis Ilmiah ini disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan tugas
Program Studi D-III Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas
Sumatera Utara.
ii
Universitas Sumatera Utara
9. Seluruh teman-teman D-III Keperawatan USU Stambuk 2014 terima kasih
atas persaudaraan yang telah terjalin dan memberikan semangat
dandorongan penuh untuk menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
Penulis
142500004
iii
Universitas Sumatera Utara
Daftar Isi
Daftar Isi...............................................................................................................iv
1.3.1 Institusi..........................................................................................4
1.3.2 Klien..............................................................................................4
1.3.3 Penulis...........................................................................................4
iv
Universitas Sumatera Utara
2.2 Asuhan Keperawatan Kasus................................................................... 26
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................. 58
LAMPIRAN ........................................................................................................... 59
CATATAN PERKEMBANGAN........................................................................... 59
v
Universitas Sumatera Utara
BAB I
PENDAHULUAN
1
Universitas Sumatera Utara
Di Amerika dilaporkan terdapat 173.000 kasus/tahun, di Inggris
40.000/tahun, prevelensi tumor paru menurut diagnosis tenaga kesehatan
di provinsi Jawa Tengah sebesar 0,8%, prevelansi tertinggi di Kabupaten
Magelang 1,6%, Cilacap 1,5%, dan masih banyak data prevelensi di
berbagai kota di Indonesia. (Riskedas, 2007)
Gejala yang khas pada tumor kanker adalah batuk, hemoptisis
(batuk bercampur darah), dada terasa penuh dan nyeri, dispnea pernafasan
lebih dari 26 kali permenit, demam dan gejala non spesifik. Untuk
menentukan diagnosa dapat melalui beberapa cara pemeriksaan yaitu:
sinar x, pemeriksaa CT scan,pemeriksaan MRI, pemeriksaan PET/CT,
pemeriksaan sitologi. (Somantri, 2008)
Bukti-bukti menunjukkan bahwa tumor cenderung untuk timbul di
tempat pada jaringan parut sebelumnya (tuberkolosis, fibrosi).
Kebanyakan pada tumor paru dapat mengakibatkan adanya obstruksi dan
penumpukan cairan pada stadium lanjut. Maka hal ini dapat
mempengaruhi proses pernafasan terapi oksigen yang diberikan kepada
pasien yang mengalami gangguan pada ventilasi di seluruh Universitas
Sumatera Utara lapang paru, pasien dengan gangguan pertukaran gas, serta
mereka yangmengalami gagal jantung dan membutuhkan oksigen untuk
menghindari terjadinya hipoksia. Gangguan fungsi pernafasan salah
satunya adalah gangguan pola nafas yang mengacu pada frekuensi,
volume, irama dan usaha pernafasan. Perubahan pola nafas yang umum
terjadi adalah takipnea,hiperventilasi, dispnea, orthopnea, apnea.
(Mubarak, 2008)
Kondisi yang ditemukan dilapangan menunjukkan bahwa pasien
mengalami dispnea, penggunaan otot bantu pernafasan dan hiperventilasi
yang harus diberi pertolongan segera, disesuaikan dengan teori yang ada.
Dengan alasan itu maka penulis mengangkat kasus dengan gangguan
kebutuhan oksigenasi pada pasien tumor paru untuk lebih mendalami dan
mengupas masalah kebutuhan oksigenasi pada tumor paru dengan
pendekatan ilmiah.
2
Universitas Sumatera Utara
1.2. Tujuan
1.2.1. Tujuan Umum
Karya Tulis Ilmiah ini bertujuan untuk mengetahui pemenuhan
kebutuhan dasar oksigenasi pada Tn. A dengan diagnosa medis Tumor
Paru di ruang VIP 9 RSU USU Medan dalam asuhan keperawatan.
1.2.2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui pemehuhan kebutuhan dasar oksigenasi pada Tn.
A di ruang VIP 9 RSU USU Medan.
2. Untuk mengetahui hubungan tumor paru dengan proses pemenuhan
kebutuhan dasar oksigenasi sesuai asuhan keperawatan.
3. Dapat menetapkan perencanaan keperawatan pemenuhan kebutuhan
dasar oksigenasi pada pasien tumor paru.
4. Memperoleh pengalaman langsung dalam melaksanakan asuhan
keperawatan pemenuhan kebutuhan dasar oksigenasi pada pasien
tumor paru.
3
Universitas Sumatera Utara
1.3. Manfaat
1.3.1. Institusi
Sebagai bahan bacaan ilmiah, kerangka perbandingan untuk
mengembangkan ilmu keperawatan, serta menjadi sumber informasi bagi
mereka yang ingin mengadakan penelitian lebih lanjut.
1.3.2. Rumah Sakit
Sebagai bahan masukan bagi perawat yang ada di rumah sakit untuk
mengambil langkah-langkah kebijakan dalam rangka upaya
meningkatkan mutu pelayanan keperawatan khususnya asuhan
keperawatan pasien
dengan tumor paru.
1.3.3. Pasien dan keluarga
Memperolah pengetahuan tentang tumor paru serta meningkatkan
kemandirian dan pengalaman dalam menolong diri sendiri serta sebagai
acuan bagi keluarga untuk melakukan perawatan kepada keluarga yang
mengalami tumor paru.
1.3.4. Bagi penulis
Dapat memperoleh pengetahuan dan pengalaman dalam melaksanakan
asuhan keperawatan pada pasien tumor paru serta mengaplikasikan ilmu
yang diperoleh selama pendidikan
4
Universitas Sumatera Utara
BAB II
PENGELOLAAN KASUS
5
Universitas Sumatera Utara
B. Etiologi
Meskipun etiologi sebenarnya dari tumor paru belum
diketahui, tetapi ada beberapa faktor yang bertanggung jawab dalam
peningkatan insiden tumor paru:
1. Merokok
Tidak diragukan lagi merokok merupakan faktor utama. Suatu
hubungan statistik yang defenitif telah ditegakkan antara perokok
berat (lebih dari dua puluh batang per hari) dari tumor paru.
Perokok seperti ini mempunyai kecenderungan sepuluh kali lebih
besar dari pada perokok ringan.
2. Polusi udara
Banyak sekali polusi udara yang dapat menyebabkan kanker
paru, diantaranya sulfur, emisi kendaraan bermotor, dan polutan
yang bersasal dari pabrik. Data menunjukkan bahwa insidensi
tumor paru lebih banyak pada daerah urban sebagai hasil dari
peningkatan polutan dan asap kendaraan bermotor.
3. Asap pabrik/industri/tambang.
4. Debu radioaktif/ledakan nuklir radon), beberapa zat kimia
(seperti asbes, arsen, krom, nikel, besi, dan uranium).
5. Vitamin A.
Penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara diet
rendah vitamin A dengan timbulnya tumor paru. Hal ini
kemungkinan karena vitamin A berhubungan dengan regulasi dan
diferensiasi sel.
6. Genetik.
Pada sel kanker paru didapatkan sejumlah lesi genetik termasuk
aktivasi onkogen dominan dan inaktivasi supresor tumor atau
onkogen resesif. (Somantri, 2009)
6
Universitas Sumatera Utara
C. Tanda dan gejala
Gejala yang khas pada tumor paru adalah batuk, hemoptisis
(batukbercampur darah), dada terasa penuh dan nyeri, dispnea pernafasan
lebih dari 26 kali permenit, demam dan gejala non spesifik (Mubarak,
2008)
Selain itu, tanda dan bahaya dari tumor paru adalah :
- Hoarsenes (parau)
- Perubahan pola nafas
- Perubahan batuk
- Sputum mengandung darah
- Sputum berwarna kemerahan atau purulen
- Hemoptisis
- Nyeri dada, punggung dan lengan
- Efusi pleura
- Dispnea
- Demam
- Wheezing
- Penurunan berat badan
- Clubbing finger (Somantri, 2008)
7
Universitas Sumatera Utara
E. Penatalaksanaan
1. Manajemen Tanpa Pembedahan
a. Terapi Oksigen
Jika terjadi hipoksemia, perawat dapat memberikan oksigen via
masker atau nasal canula sesuai dengan permintaan. Bahkan jika
pasien tidak terlalu jelas hipoksemianya, dokter dapat memberikan
oksigen sesuai yang dibutuhkan untuk memperbaiki dispnea dan rasa
cemasnya.
b. Terapi Obat
Jika pasien mengalami bronkospasme, dokter dapa
memberikan obat golongan bronkodilator (seperti pada pasien
dengan asma) dan kortikosteroid untuk mengurangi bronkospasme,
inflamasi, dan edema.
c. Kemoterapi
Kemotrapi merupakan pilihan pengobatan pada pasien kanker
paru-paru terutama pada ‘small-cell lung cancer’ karena metastsis.
Kemoterapi dapat juga digunakan bersamaan dengan terapi
pembedahan. Agen kemoterapi yang biasanya diberikan untuk
menangani kanker, termasuk dari:
1. cyclophosphamide, deoxorubicin, methotrexate, dan
procarbazine.
2. Etoposide, dan cisplatin
3. Mitomycin, vinblastine, dan cisplatin.
d. Imunoterapi
Banyak pasien dengan tumor paru mengalami gangguan imun.
Agen imunoterapi (cytokin) biasa diberikan.
8
Universitas Sumatera Utara
e. Terapi Radiasi
Indikasi :
1. Pasien dengan tumor paru yang operable, tetapi beresiko jika
dilakukan operasi pembedahan.
2. Pasien dengan kanker adenokarsinoma atau sel skuamosa
inoperable dimana terdapat pembesaran kelenjar getah bening
pada hilusipsilateral dan mediastinal.
3. Pasien kanker bronkhus dengan oat cell.
4. Pasien kambuhan sesudah lobektmi atau pneumonektomi.
Dosis umum 5000-6000 rad dalam jangka waktu 5-6 minggu.
Pengobatan dilakukan dalam lima kali seminggu dengan
dosis 180-200 rad/hari.
Komplikasi :
1. Esofagitis, hilang satu minggu sampai dengan sepuluh hari
sesudah pengobatan.
2. Pneumonitis: pada rontgen terlihat bayangan eksudat di
daerah penyinaran
f. Terapi Laser
g. Torasentesis dan Pleurodesis
1. Efusi pleura dapat menjadi masalah bagi pasien dengan tumor
paru.
2. Efusi timbul akibat adanya tumor pada pleura visceralis dan
parietalis dan obstruksi kelenjar limfe mediastinal.
3. Tujuan akhir: mengeluarkan dan mencegah akumulasi cairan.
2. Manajemen Bedah
a. Dikerjakan pada tumor stadium I serta stadium II jenis karsinoma
adenokarsinoma, dan karsinoma sel besar tidak dapat dibedakan.
b. Dilakukan khusus pada stadium III secara individual yang
mencakup tiga kriteria:
1. Karakteristik biologis tumor
- Hasil baik: tumor dari sel karsinoma dan epidermoid
9
Universitas Sumatera Utara
- Hasil cukup baik: adekarsinoma dan karsinoma sel besar
tak terdefiriensi
- Hasil buruk: oat cell
2. Letak tumor dan pembagian stadium klinik
Untuk menentukan letak pembedahan terbaik.
3. Keadaan fungsional penderita. (Somantri, 2008)
F. Patofisiologi
Dari etiologi yang menyerang percabangan segmen/ sub bronkus
menyebabkan cilia hilang dan deskuamasi sehingga terjadi pengenapan
karsinogen. Dengan adanya pengendapan karsinogen maka menyebabkan
metaplasia, hyperplasia dn displasia. Bila lesi perifer yang disebabkan oleh
metaplasia hyperplasia dan displasia menembus ruang pleura, biasa timbul
efusi pleura, dan bisa diikuti invasi langsung pada kosta dan korpus
vertebra.
Lesi yang letaknya sentral berasal dari salah satu cabang bronkus yang
terbesar. Lesi ini menyebabkan obstruksi dan ulserasi bronkus diikuti
dengan supursa di bagian distal. Gejala-gejala yang timbul dapat breupa
batuk, hemoptysis, dispnea, demam, dan dingin.
Pada stadium lanjut, penurunan berat badan biasanya menunjukkan
adanya metastase, khususnya pada hati. Kanker paru dapat bermetastase
ke struktur-struktur terdekat seperti kelenjar limfe, dinding esofagus,
pericardium, otak, tulang rangka.( Wartonah, 2007)
G. Pemeriksaan Diagnostik
1. Radiologi
a. Foto thorax posterior-anterior (PA) dan lateral serta tomografi dada.
Merupakan pemeriksaan awal sederhana yang dapat mendeteksi
adanya kanker paru. Menggambarkan bentuk, ukuran dan lokasi
lesi. Dapat menyatakan massa udara pada bagian hilus, effusi
pleura, atelektasis erosi tulang rusuk atau vertebra.
10
Universitas Sumatera Utara
b. Brokhografi.
Untuk melihat tumor di percabangan bronkus
2. Laboratorium
a. Sitologi (sputum, pleural, atau nodus limfe). Dilakukan untuk
mengkaji adanya tahap karsinoma.
b. Pemeriksaan fungsi paru dan GDA dapat dilakukan untuk mengkaji
kapasitas untuk memenuhi kebutuhan ventilasi.
c. Tes kulit, jumla absolute limfosit. Dapat dilakukan uuntuk
mengevaluasi kompetensi imun (umum pada kanker paru).
3. Histopatologi
a. Bronkoskopi
Memungkinkan visualisasi pencucian bagian dan pembersihan
sitologi lesi (besarnya karsinoma bronkogenik dapat diketahui).
b. Biopsi Trans Torakal (TTB)
Biopsi dengan TTB terutama untuk lesi yang letaknya perifer
dengn ukurasn < 2 cm, sensitivitasnya mencapai 90-95%.
c. Torakoskopi
Biopsi tumor di daerah pleura memberikan hasil yang lebih baik
denga cara torakoskopi.
d. Mediastinosopi.
Untuk mendapatkan tumor metastasis atau kelenjar getah bening
yang terlibat.
e. Torakotomi
Untuk mendapatkan diagnostik kanker paru dikerjakan biala
bermacam-macam prosedur non invasif dan invasif sebelumnya
gagal mendapatkan sel tumor.
2.1.2. OKSIGENASI
1. Pengertian oksigenasi
Oksigenasi adalah proses penambahan oksigen ke dalam
sistem baik secara kimia maupun fisika. Oksigen merupaan gas
tidak berwarna dan tidak berbau yang sangat dibutuhkan dalam
11
Universitas Sumatera Utara
proses metabolisme sel. Reaksinya menghasilkan
karbondioksida, energi, dan air. Akan tetapi, penambahan
karbondioksida yang melebihi batas normal pada tubuh akan
memberi dampak yang cukup bermakna terhadap aktivasi sel.
Sedangkan pernapasan didefiniikan sebagai peristiwa menghirup
udara dari luar yang mengandung oksigen serta mengehmbuskan
udara yang banyak mengandung karbondioksida sebagai sisa
dari iksidasi yang keluar dari tubuh. (Nurhidayah, 2016)
Oksigen sangat dibutuhkan bagi kelangsungan hidup,
selain itu oksigen juga emberi manfaat yang sangat banyak bagi
tubuh, diantaranya:
a. meningkatkan daya ingat dan kecerdasan otak.
b. Mencegah kanker, penyakit asma dan berbagai penyakit
lainnya.
c. Mengurangi racun dalam darah.
d. Menstabilkan tekanan darah.
e. Memperkuat jantung dan sistem kekebalan tubuh.
f. Mencegah stres dan gugup.
g. Mempercantik kulit dan mencegah penuaan dini.
12
Universitas Sumatera Utara
dilembabkan. Selain itu, terdapat rongga hidung yang dilapisi oleh
selaput lendir yang mengandung pembuluh darah.
2. Faring (tekak)
Faring merupakan pipa yang memilii otot, memanjang dari
dasar tenggorokan sampai dengan esifagus yang terletak di
belakang hidung (nasofaring), di belakang mulut (orofaring), dan
di belakang laring (laringorofaring). Faring merupakan tempat
persimapngan antara jalan pernapasan dan makanan.
3. Laring (tenggorokan)
Laring merupakan saluran pernapasan setlah faring yang
terdiri atas bagian dari tulang rawan yang diikat bersam ligamen
dan membran, terdiri atas 2 lamina yang bersambung di garis
tengah. Laring memiliki tiga fungsi utama yaitu, sebagai saluran
udara, sebagai pintu pengatur perjalanan udara pernapasan dan
makanan serta sebagai organ penimbul suara.
4. Epoglotis
Epiglotis merupakan katup tulang rawan yang menjadi
pemisah antara saluran pernapasan atas dan saluran pernapsan
bawah. Pada waktu menelan, gerakan laring ke atas, terjadi
penutupan glotis yang berfungsi seperti pintu pada auditorius laring
dan epiglotis yang berbentuk seperti daun, bertugas membantu
menutup laring pada saat proses menelan.
B. Saluran pernapasan bagiaa bawah
1. Trachea (batang tenggorokan)
Trachea memiliki panjang kirang lebih sembilan sentimeter
yang dimulai dari laring sampai kira-kira setinggi vertebratorakalis
kelima. Trachea tersusun atas enam belas ampai dua puluh
lingkaran tdiak lengkap berupa cincin atau seperi kuku kuda.
Sebelah dala dilapisi selaput lendir yang berbulu getar terdiri dari
atas epitalium ersilia yang hanya ergerak ke arah luar.
2. Bronchus (cabang tenggorokan)
13
Universitas Sumatera Utara
Bronchus merupakan bentuk percabangan atau kelanjutan
dari trachea yang terdiri atas dua percabangan kaan dan kiri.
Letaknya sejajar dengan vertebra thorakalis IV dan V. Bagian
kanan lebih pendek dan lebar daripda bagian kiri terdiri dari 6-8
cincin yang memiliki 3 cabang atau tiga lobus yaitu lobus atas,
dengah, dan bawah. Bronchus kiri lebih panjang dan lebih ramping
dari bagian kanan terdiri dari 9-12 ciincin memiliki 2 cabang yaitu
lobus atas dan bawah.
3. Bronchiolus (cabang setelah bronchus)
Cabang utama bronchus kanan dan kiri bercabang lagi
menjadi bronchus lobaris, dan bronchus segmentalis. Percabangan
ini terus mengecil sampai akhirnya menjadi bronchiolus terminalis.
Bronchus terminalis merupakan saluran udara terkecil yang tidak
mengandung kantung udara (alveoli). Bronchiolus dikelilingi otot
polos sehingga ukurannya dapat berubah. Setalh bronchiolus
terminalis terdapat asinus yang merupakan unit fungsional paru
yaitu tempat terjadinya pertukaran gas.
4. Paru-paru (pulmo)
Paru-paru ada dua, merupakan alat pernapasan utama. Paru-
paru mengisi rongga dada. Terletak di sebelah kanan dan kiri dan
tengah dipisahkan oleh jantung serta pembuluh darah besarnya dan
struktur lainnya yang terletak di dalam mediastinum. Paru-paru
adalah organ yang berbentuk kerucut dengan apeks (puncak) di
atas dan muncul sedikit lebih tinggi daripada klavikula di dalam
dasar leher. (Nurhidayah, 2016)
C. Proses oksigenasi
1. Ventilasi
Ventilasi merupaan proses keluar dan masuknya oksigen
dari atmosfer ke dalam alveoli atau dari alveoli ke atmosfer. Proses
14
Universitas Sumatera Utara
ventilasi dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu adanya perbedaan
tekanan antara atmosfer dengan paru, semakin tinggi tempat maka
tekanan udara semakin rendah, demikian sebaliknya. Adanya
kemampuan otak dan paru pada alveoli dalam melaksanakan
ekspansi atau kembang kempis; adanya jalan napas yang dimulaid
dari hidung hingga alveoli yang terdiri atas berbagai otot polos
yang kerjanya sangat dipenagruhi oleh sistem saraf otonom.
2. Disfusi Gas
Disfusi gas merupakan pertukaran antara oksigen di alveoli
dengan kapiler paru dan CO2 di kapiler engan alveoli. Proses
pertukaran ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu luasnya
permukaan paru, tebal membran respirasi/permeabilitas yang terdiri
atas epitel alveoli dan interstisial, perbedaan tekanan dan
konsentrasi O2, pCO2 dalam aretri pulmonalis akan berdifusi ke
dalam alveoli, dan afinitas gas.
3. Transportasi Gas
Transportasi gas merupakan proses pendistribusian O2
kapiler ke jaringan tubuh dan CO2 jaringan tubuh ke kapiler. Pada
proses transportasi, O2 akan berikatan dengan Hb membentuk
Oksihemoglobin (97%) dan larut dalam plasma (3%), sedangkan
CO2 akan berikatan dengan Hb membentuk karbominohemoglobin
(30%), larut dalam plasma (5%) dan sebagian menjadi HCO3 yang
berada dalam darah. (Hidayat, 2007)
15
Universitas Sumatera Utara
menurunnya difusi oksigen dari alveoli ke dalam darah,
menurunnya perfusi jaringan atau gangguan ventilasi yang dapat
menurunkan konsentrasi oksigen.
16
Universitas Sumatera Utara
atelektasis, lumpuhnya otot-otot pernapsan, depresi
pusat pernapasan, peningkatan tahanan jalan udara,
penurunan tahanan jaringan paru dan toraks, serta
penurunan compliace paru dan toraks.
6. Dispnea
Merupakan perasaa sesak dan berat saat bernapas.
Hal ini dapat disebabkan oleh perubahan kadar gas
dalam darah/jaringan, kerja berat/berlebihan, dan
pengaruh psikis.
7. Orthopnea
Merupakan kesulitan bernapas kecuali dalam posisi
duduk atau berdiri dan pola ini sering ditemukan pada
sesorang yang mengalami kongesif paru.
8. Cheyne stokes
Merupakan siklus pernapasan yang amplitudonya
mula-mula naik, turun, berhenti, kemudian mulai dari
siklus baru.
9. Pernapasan paradoksial
Merupakan pernapasan yang ditandai dengan
pergerakan dinding paru yang berlawanan arah dari
keadaan normal, sering ditemukan pada keadaan
atelektasis.
10. Biot
Merupakan pernapasan dengan irama mirip dengan
cheyne stokes, tetapi amplitudonya tidak teratur. Pola
ini sering dijumpai pada rangsangan selaput otak,
tekanan intrakranial yang meningkat, trauma kepala,
dan lain-lain.
17
Universitas Sumatera Utara
11. Stridor
Merupakan pernapasan bising yang terjadi karena
penyempitan pada saluran pernapasan. Pola ini pada
umumnya ditemukan pada kasus spasme trackea atau
obstruksi laring.
C. Pertukaran Gas
Pertukaran gas merupakan kondisi penurunan gas,
baik oksigen maupun karbondioksida antara alveoli paru
dan sistem vaskular, dapat disebabkan oleh sekresi yang
kental atau imobilisasi akibat penyakit sistem saraf,
depresi susunan saraf pusat, atau penyakit radang paru.
Terjadinya gangguan pertukaran gas ini menunjukkan
kapsaitas difusi menurun, antara lain disebabkan oleh
penurunan luas permukaan difusi, penebalan membran
alveolar kapiler, terganggunya pengangkutan oksigen dari
paru ke jaringan akibat rasio ventilasi perfusi tidak baik,
anemia, keracunan karbondioksida, dan terganggunya
aliran darah.
18
Universitas Sumatera Utara
2.1.4. Pengkajian
1. Inspeksi
Pengkajian ini meliputi : pertama, penentuan tipe jalan nafas,
seperti menilai apakah nafas spontan melalui hidung, mulut, oral, nasal,
atau menggunakan selang endotrakeal atau tracheostomi, kemudian
menentukan status kondisi seperti kebersihan, ada atau tidaknya sekret,
perdarahan, bengkak atau obstruksi mekanik; kedua, perhitungan
frekuensi pernafasan dalam waktu satu menit (Umumnya wanita
bernafas sedikit lebih cepat, apabila kurang dari 10kali per menit pada
orang dewasa, kurang dari 20 kali per menit pada anak-anak, atau
kurang dari 30 kali per menit pada bayi, maka disebut sebagai
brapdinea atau pernafasan lambat, dan bila lebih dari 20 kali per menit
pada orang dewasa, kurang dari 30 kali per menit pada anak-anak atau
kurang dari 50 kali per menit pada bayi maska disebut sebagai
takhipnea atau pernafasan cepat; ketiga, pemeriksaan sifat pernafasan,
yaitu torakal,abdominal, atau kombinasi keduanya; keempat,
pengkajian irama pernafasan, yaitu dengan menelaah masa inspirasi dan
ekspirasi. Pada keadaan normal ekspirasi lebih lama daripada inspirasi,
yaitu 2:1. Ekspirasi yang lebih pendek dari inspirasi terjadi pada orang
yang mengalami sesak napas; kelima, pengkajian terhadap dalam/
dangkalnya pernafasan ( pada pernafasan yang dangkal, dinding toraks
tampak hampir tidak bergerak.
2. Palpasi
Palpasi dilakukan untuk mengkaji kesimetrisan pergerakan dada
dan mengobservasi abnormalitas, mengidentifikasi keadaan kulit, dan
mengetahui vocal/tactile premitus (vibrasi). Palpasi toraks berguna
untuk mengetahui abnormalitas yang terkaji saat inspeksi seperti massa,
lesi, dan bengkak. Perlu dikaji juga kelembutan kulit terutama jika
pasien mengeluh nyeri. Perhatikan adanya getaran dinding dada yang
dihasilkan ketika berbicara. (vocal premitus)
19
Universitas Sumatera Utara
3. Perkusi
Perawat melakukan perkusi untuk mengkaji resonansi pulmoner,
organ yang ada di sekitarnya, dan pengembangan (ekskursi) diafragma.
Jenis suara perkusi ada dua jenis yaitu :
a. Suara perkusi normal
- Resonan (sonor) : dihasilkan pada jaringan
paru-paru normal umumnya bergaung dan bernada
rendah.
- Dullnes : dihasilkan di atas bagian
jantung atau paru-paru.
- Tympany : dihasilkan diatas perut yang
berisi udara umumnya bersifat musikal.
4. Auskultasi
Auskultasi merupakan pengkajian yang sangat bermakna
mencakup mendengarkan suara nafas normal dan suara tambahan
(abnormal). Suara nafas normal dihasilkan dari getaran udara ketika
melalui jalan nafas dari laring ke alveoli dan bersifat bersih.
I. Jenis suara napas normal adalah :
a. Bronkhial : sering juga disebut dengan ‘tubular
sound’ karena suara ini dihasilkan oleh udara yang
melalui suatu tube, suaranya terdengar keras,
20
Universitas Sumatera Utara
nyaring, dengan hembusan yang lembut. Fase
ekspirasinya lebih panjang daripada inspirasi dan
tidak ada jeda di antara kedua fase tersebut. Normal
terdengar di atas trakhea atau daerah lekuk
suprasternal.
b. Bronkovesikular : merupakan gabungan dari suara
nafas bronkhial dan vesikular. Suaranya terdengar
nyaring dengan intensitas sedang. Inspirasi sama
panjang dengan ekspirasi. Suara ini terdengar di
daerah dada di mana bronkus tertutup oleh dinding
dada.
c. Vesikular : terdengar lembut, halus, seperti
angin sepoi-sepoi. Inspirasi lebih panjang dari
ekspirasi, ekpsirasi terdengar seperti tiupan.
21
Universitas Sumatera Utara
b. Coarse crackles : lebih menonjol saat ekspirasi. Karakter
suara lemah, kasar, suara gesekan terpotongakibat
terdapatnya cairan atau sekresi pada jalan nafas yang
besar. Mungkin akan berubah ketika pasien batuk.
Data objektif :
22
Universitas Sumatera Utara
2.1.7. Perencanaan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif
Berhubungan dengan :
- Lingkungan : merokok, menghirup asap rokok, dan perokok pasif.
- Obstruksi jalan nafas : spasme jalan nafas, retensi secret, mucus
berlebih, adanya jalan nafas buatan, terdapat benda asing dijalan
nafas, secret di bronki, dan eksudat di alveoli.
- Fisiologi : disfungsi neuromuscular, hyperplasia dinding brokial,
PPOK, infeksi, asma, trauma jalan nafas.
Tujuan :
- Menunjukkan pembersihan jalan nafas yang efektif.
- Menunjukkan status pernafasan : kepatenan jalan nafas.
Kriteria hasil :
- Tidak mengalami aspirasi
- Mengeluarkan secret secara efektif
- Mempunyai jalan nafas yang paten
- Irama dan frekuensi pernafasan dalam batas normal
- Suara nafas jernih.
23
Universitas Sumatera Utara
Tujuan :
- Menunjukkan pola pernafasan efektif
- Menunjukkan status pernafasan: ventilasi tidak terganggu
- Menunjukkan tidak adanya gangguan status pernafasan.
Kriteria hasil :
- Pernafasan optimal pada saat terpasang ventilator mekanis
- Kecepatan dan irama pernafasan dalam batas normal
- Fungsi paru dalam batas normal
a. Nyeri Kronis
Berhubungan dengan :
- Ketidakmapuan fisik
- Topeng wajah
- Kegelisahan
Tujuan :
- Menunjukkan rentang skala nyeri pasien berkurang atau menghilang.
- Menunjukkan ekspresi senang di wajah pasien.
Kriteria hasil :
- Mampu mengendalikan nyeri
- Skala nyeri berkurang atau hilang
3. Intoleransi Aktivitas
Berhubungan dengan :
- Tirah baring/imobilitas
- Nyeri kronis
- Kelemahan umum
- Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
Tujuan :
24
Universitas Sumatera Utara
- Mentoleransi aktivitas yang biasa dilakukan dan ditunjukkan dengan
daya tahan, pengehematan energi, dan perawtan diri: Aktivitas
Kehidupan Sehari-hari (AKSI)
Kriteria hasil :
- Menyadari keterbatasan energi
- Menyeimbangkan aktivitas dan istirahat
- Tingkat daya tahan adekuat untuk beraktivitas
2.2.1. PENGKAJIAN
I. IDENTITAS PASIEN
Nama :Tn. A
Umur : 70 Tahun
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
25
Universitas Sumatera Utara
No. Register : 016025
Ruangan : VIP 9
Golongan Darah :-
Tanggal operasi :-
B. Quantity / quality
1. Bagaimana dirasakan
Pasien merasakan sesak seperti tertimpa benda yang berat. Pasien
juga mengatakan dada terasa berat ketika menarik nafas.
Pernafasan pasien juga dangkal dan pendek.
2. Bagaimana dilihat
26
Universitas Sumatera Utara
Pasien tampak sulit untuk bernafas, pernafasan cuping hidung.
Ketika berbicara suara pasien terdengar berat.
C. Region
1. Dimana lokasinya
Sesak di rasakan di bagian dada.
2. Apakah menyebar
Pasien mengatakan sesak tidak menyebar.
D. Severity
Akibat penyakit yang di derita pasien, aktivitas pasien menjadi terganggu.
E. Timer
Sesak di rasakan semenjak 3 bulan yang lalu. Pasien mengatakan sesak
terasa setiap saat namun terasa memberat ketika melakukan aktivitas berat.
Pengkajian Nyeri
- Provocative
Pasien mengatakan nyeri terjadiakibat dari penyakit yang di deritanya
- Quality
Pasien mengatakan nyeri terasa seperti tertusuk benda yang tajam.
- Region
Pasien mengatakan nyeri terasa di bagian dada sebelah kanan.
- Severity
Pasien mengatakan nyeri skala 3, pengkajian ini dilakukan dengan
menunjukkan kartu pengukur nyeri.
27
Universitas Sumatera Utara
- Treatment
Untuk mengurangi nyeri yang dirasakan, sebelumnya pasien
mengonsumsi obat pereda nyeri yaitu asam mefenamat, dan
beristirahat.
- Understanding
Klien mengatakan bahwa nyeri sudah berkali-kali terjadi dan bertambah
parah ketika ia melakukan aktivitas berat seperti bekerja atau
mengangkat beban berat.
- Values
Klien mengatakan bahawa ia berharap nyeri bisa berkurang dan hilang.
28
Universitas Sumatera Utara
V. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA
A. Orang tua
Keluarga pasien mengatakan Orang Tua pasien meninggal beberapa
tahun yang lalu, dan tidak mengalami riwayat kanker/tumor
sebelumnya, namun orang tua pasien pernah mengalami kecelakaan
yaitu jatuh dari motor.
B. Saudara kandung
Pasien anak ke 3 dari 5 bersaudara. Keluarga mengatakan saudara
kandung pasien tidak ada yang mengalami penyakit yang sama.
C. Penyakit keturunan yang ada
Pasien mengatakan bahwa tidak ada penyakit keturunan dalam
keluarga
D. Anggota keluarga yang meninggal
Orang tua pasien
E. Penyebab meninggal
Karena sudah tua, dan penyakit tidak diketahui.
VI. RIWAYAT KEADAAN PSIKOSOSIAL
A. Persepsi pasien tentang penyakitnya
Pasien mengatakan bahwa penyakit yang ia derita disebabkan oleh
pola hidupnya selama ini, karena ia mulai merokok sejak umur 21
tahun dan mengkonsumsi rokok 2 bungkus per harinya.
B. Konsep Diri
1. Gambaran diri : pasien dapat menerima gambaran dirinya
2. Ideal diri : pasien mengatakan ingin cepat sembuh
3. Harga diri : pasien tidak merasa malu terhadap penyakit yang
diderita
4. Peran diri : peran pasien sebagai ayah dan suami di dalam
keluarga.
5. Identitas : Pasien adalah seorang wiraswasta, ayah , suami
dan kepala keluarga
29
Universitas Sumatera Utara
C. Keadaan emosi
Keadaan emosi pasien stabil. Pasien dapat mengontrol emosi dan
mengungkapkan perasaan dengan baik.
D. Hubungan sosial
1. Orang yang berarti
Bagi pasien orang yang berarti bagi dirinya adalah keluarganya,
istrinya, anak dan cucunya.
2. Hubungan dengan keluarga
Hubungan pasien dengan keluarga berjalan dengan baik. Hal ini dapat
dibuktikan dengan adanya dukungan dari keluarga dan selama pasien
dirawat di rumah sakit selalu ada keluarga yang menunggu pasien.
3. Hubungan dengan orang lain
Hubungan pasien dengan orang lain berjalan dengan baik. Hal ini dapat
dibuktikan dengan selama proses pengkajian pasien dapat merespon
dengan baik, dan selama sakit para tetangga atau teman pasien datang
menjenguk.
4. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
Karena penyakit yang di deritanya, pasien menjadi cepat lelah.
Sehingga hal ini menghambat pasien berinteraksi dengan orang lain.
E. Spiritual
1. Nilai dan keyakinan
Pasien menganut agama Kristen Protestan dan nilai-nilai yang
terkandung di dalamnya
2. Kegiatan Ibadah
Untuk sementara ini kegiatan ibadah pasien tidak dapat dilakukan
sebagaimana mestinya dikarenakan penyakit yang di derita pasien.
Namun pasien tetap berdoa kepada Tuhan agar diberikan kesembuhan.
30
Universitas Sumatera Utara
VII.PEMERIKSAAN FISIK
A. Keadaan umum
Pasien sadar dan kooperatif namun tampak lemah.
B. Tanda-tanda vital
1. Suhu tubuh : 370C
2. Tekanan darah : 120/70 mmHg
3. Nadi : 98 x / menit
4. Pernafasan : 31 x / menit
5. Skala nyeri :3
6. TB : 169 cm
7. BB : 71 kg
2. Rambut
- Penyebaran dan keadaan rambut: penyebaran rambut tidak merata
dan rambut berwarna hitam bercampur putih karena uban. Tekstur
rambut halus.
- Bau : tidak ada bau yang tidak sedap
- Warna kulit : putih kekuningan.
3. Wajah
- Warna kulit : kecoklatan.
- Struktur wajah : bentuk wajah oval dan simetris.
4. Mata
- Kelengkapan dan kesimetrisan : bola matasimetris dan lengkap
serta pergerakan mata normal.
31
Universitas Sumatera Utara
- Palpebra: normal dan simetris.
- Konjungtiva dan sclera : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak
ikterik.
- Pupil : refleks terhadap cahaya normal.
- Cornea dan iris: kornea bening.
- Visus : tidak dikaji, perawat tidak membawa kartu snallen. Namun
dalam jarak 1 meter pasien masih mampu membaca majalah tanpa
alat bantu penglihatan.
- Tekanan bola mata : tidak dilakukan pengkajian
5. Hidung
- Tulang hidung dan posisi septum nasi : normal, simetris dan tidak
ada kelainan
- Cuping hidung : terdapat pernafasan cuping hidung
6. Telinga
- Bentuk telinga: bentuk dan telinga normal, tidak ada
pembengkakan dan lesi.
- Ukuran telinga : normal
- Lubang telinga : lubang telinga normal
- Ketajaman pendengaran : tidak dilakukan pengkajian karena tidak
membawa garputala, namun ketika diajak berkomunikasi pasien
masih mampu mendengar dengan baik.
- Keadaan gusi dan gigi : Gigi bersih, beberapa gigi sudah tanggal
dikarenakan faktor usia, tidak ada pendarahan pada gusi.
32
Universitas Sumatera Utara
8. Leher
9. Pemeriksaan integument
- Kebersihan : Bersih,
33
Universitas Sumatera Utara
- Inspeksi thorak : Barrel Chest. Diameter anterior posterior transversal
mempunyai perbandingan 1:1.
- Palpasi getaran suara : Pada pulmo dextra superior tidak teraba vibrasi
dikarenakan terdapat massa tumor.
34
Universitas Sumatera Utara
- Palpasi : Tidak dilakukan pemeriksaan
- Palpasi: Tidak ada nyeri tekan pada daerah abdomen, tidak ada benjolan
atau teraba massa abnormal, tidak asites, permukaan hepar regular.
- Nervus Olfaktorius/N I:
Kemampuan menghidu pasien cukup baik.
- Nervus Optikus/N II :
Pasien mampu membaca hingga jarak 1 meter tanpa alat bantu baca dan
luas lapang pandang pasien baik.
- Nervus Trigeminus/N V:
Pasien mampu membedakan panas dan dingin, tajam dan tumpul, getaran dan
rabaan.
35
Universitas Sumatera Utara
- Nervus Fasialis/N VII :
Pasien mampu membedakan rasa dan mampu menggerakkan otot wajah. Otot
wajah tampak simetris.
- Nervus Aksesorius/N XI :
Pasien mengangkat bahu dan menahan tekanan pada bahunya.
36
Universitas Sumatera Utara
- Mual dan muntah : Pasien kadang merasakan mual, namun tidak muntah.
- Waktu pemberian makan : Sesuai dengan jam makan rumah sakit, pagi
hari pukul 07.00 WIB, siang hari pukul 12.30 WIB, malam hari pukul
18.00 WIB
- Kebersihan tubuh : Tubuh pasien bersih, pasien di lap dengan waslap dan
air hangat 2x/hari oleh perawat dan keluarga.
- Kebersihan gigi dan mulut : Mulut dan gigi pasien bersih, pasien menyikat
gigi 2 kali sehari dibantu perawat dan keluarga.
- Kebersihan kuku kaki dan tangan : Kuku kaki dan tangan pasien bersih
karena dipotong seminggu sekali oleh keluarga atas saran perawat.
3. Pola kegiatan/aktifitas
37
Universitas Sumatera Utara
4. Pola eliminasi
BAB
- Pola BAB : Pasien BAB 1 x/hari, biasanya pagi hari di tempa tidur
dengan alat bantu.
BAK
- Pola BAK : Pasien BAK kurang kebihn 6-7 x/hari menggunakan pispot,
namun terkadang pasien ke kamar mandi.
38
Universitas Sumatera Utara
Keterangan :
- Jika pH meningkat : menandakan alkalosis metabolisme atau
respiratori.
- Jika pH menurun : menandakan asidosis metabolisme atau
respiratori.
- Jika pCO2 meningkat : mengindikasikan kemungkinan CAL,
pneumonia, efek anastesi, dan penggunaan opioid (asidosis
respiratori).
- Jika pCO2 menurun : mengindikasikan hiperventilasi/ alkalosis
respiratori.
- Jika HCO3 meningkat : mengindikasikan kemungkinan asidosis
respiratori sebagai kompensasi awal dari alkalosis metabolisme.
- Jika HCO3 menurun : mengindikasikan kemungkinan alkalosis
respiratori sebagai kompensasi awal dari asidosis metabolisme.
(Irman Somantri, 2009)
Terapi Obat
39
Universitas Sumatera Utara
Dexamethason 5 mg / 8 jam Anti inflamasi, Gangguan
anti alergi. saluran
pencernaan,
gangguan tidur
dan
osteoporosis.
Ambroxol 3x1 Mengobati Mual dan
batuk muntah
berdahak.
Ventolin 1 amp / 8 jam Untuk Denyut, jantung
mengobati cepat, tremor,
penyakit pada takikardia.
saluran
pernafasan
40
Universitas Sumatera Utara
Obstruksi jalan nafas
DS : Pasien sesak
Pasien mengeluhkan sesak
bernafas dan dada terasa Bersihan jalan nafas
berat. tidak efektif
DO:
Keadaan umum pasien Frekuensi nafas tidak
lemah, pasien tampak normal
sesak.
RR : 31x/i Pola nafas tidak Pola nafas tidak efektif
efektif
41
Universitas Sumatera Utara
Data Etiologi Masalah keperawatan
DS: Tumor paru Intoleransi aktivitas
Pasien mengatakan bahwa
ia sulit untuk melakukan Penekanan pada
aktivitas. Karena ketika ia rongga paru
melakukan banyak
aktivitas dada nya terasa Penyempitan pada
nyeri dan sesak. ruang alveoli
DIAGNOSA KEPERAWATAN
42
Universitas Sumatera Utara
2. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan penurunan ekspensi
paru dan ditandai dengan pasien sesak, RR 31x/ menit, nafas pendek
dan dangkal.
3. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan penekanan saraf
oleh tumor paru ditandai dengan pasien merasakan nyeri ketika
beraktivitas berat, skala nyeri 3 dan wajah pasien terkadang tampak
meringis.
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan secara umum
ditandai dengan pasien terbaring lemah di tempat tidur dan beberapa
kebutuhan pasien dibantu oleh perawat dan keluarga.
Intervensi Rasional
43
Universitas Sumatera Utara
karakter bunyi nafas dan adanya sekret. mengi menggambarkan tertahannya
2. Bantu pasien dengan menginstruksikan sekret dan/atau obstruksi jalan nafas.
nafas dalam dan efektif dan batuk dengan 2. Posisi duduk memungkinkan ekspansi
posisi duduk tinggi dan menekan daerah paru maksimal dan penekanan
insisi. menguatkan batuk untuk mobilisasi
3. Observasi jumlahdan karakter dan membuang sekret. Penekanan
sputum/aspirasi sekret. Selidiki dilakukan perawat (meletakkan tangan
perubahan sesuai indikasi. di anterior dan posterior dinding dada)
4. Kolaborasi penggunaan oksigen dan oleh pasien (dengan bantal)
humidifikasi/neulizer ultrasonic. Berikan sampai kekuatan membaik.
cairan tambahan melalui IV
sesuaiindikasi. 3. Peningkatan jumlah sekret tak
5. Kolaborasi pemberian berwarna (atau bercak darah) berair
bronkodilator,ventolin dan/atau awalnya normal dan harus menurun
analgesik sesuai indikasi. sesuai kemajuan penyembuhan.
6. Observasi tanda-tanda vital pasien Adanya sputum yang tebal/kental,
7. Kolaborasi pemberian Ambroxol 3x1 berdarah atau purulen diduga sebagai
8. Lakukan suction. masalah sekunder yang memerlukan
perbaikan/pengobatan.
44
Universitas Sumatera Utara
pembuangan. Penghilang
ketidaknyamanan dada, meningkatkan
kerjasama pada latihan pernafasan dan
meningktakan keefektifan terapi
pernafasan.
6. Agar mengetahui perkembangan
pasien.
7. Agar sekret klien bisa dikeluarkan dan
tidak menyumbat pernafasan.
Intervensi Rasional
45
Universitas Sumatera Utara
penimbunan cairan di cavum pleura
menyebabkan produksi sekret
meningkat.
4. Posisi semi fowler membantu
memaksimalkan ekspansi paru dan
menurunkan upaya pernafasan.
5. Memaksimalkan pernafasan.
Intervensi Rasional
46
Universitas Sumatera Utara
3. Membantu mengurangi rasa nyeri.
4. Berikan program latihan aktivitas 4. Meningkatkan independensi pasien
sesuai toleransi. sendiri
Kriteria hasil :
- berpartisipasi dalam aktivitas fisik
tanpa disertai peningkatan tekanan
darah, nadi dan RR
- mampu melakukan aktivitas sehari-
hari secara mandiri
- tanda-tanda vital normal
- mampu berpindah dengan atau tanpa
bantuan alat
Intervensi Rasional
47
Universitas Sumatera Utara
4. Berikan program latihan aktivitas melatih pergerakan.
sesuai toleransi
5. Berikan dorongan atau motivasi
kepada klien tentang penting nya
bergerak.
48
Universitas Sumatera Utara
2 1. Mengobservasi pola mempraktekkan teknik
batuk dan karakter sekret. batuk efektif dengan baik.
2. Mengatur posisi sesuai skala nyei 3, lokasi nyeri
kebutuhan pasien. dada bagian kanan, nyeri
Ajarkan teknik bernafas memberat ketika pasien
dan melakukan aktivitas
3. Mengkaji tanda-tanda berat.pasien msaih belum
vital pasien. bisa melakukan teknik
3 1. Mengobservasi tanda- nafsa dalam dengan baik.
tanda vital Pasien mulai bisa duduk
2. Mengobservasi skala di atas tempat tidur.
nyeri, lokasi dan
intensitas nyeri. A:
3. Mengajarkan teknik Masalah sebagian teratasi.
relaksasi pada pasien.
4 1. Menanyakan kegiatan P:
apa yang mampu dil Intervensi dilanjutkan
alkukan pasien.
2. Membantu pasien untuk
melakukan kegiatan
ringan, misalnya duduk
di tempat tidur.
3. Mengkaji tanda-tanda
vital pasien.
49
Universitas Sumatera Utara
Hari / No. Implementasi Keperawatan Evaluasi
Tanggal Dx (SOAP)
Kamis/ 11 1 1. Mencatat frekuensi S :
Mei 2017 kedalaman dan Pasien mengatakan masih
kemudahan pernafasan. sedikit sesak dan sesak
Mengobservasi berkurang jia dalam
penggunaan otot bantu keadaan semifowler.
nafas, nafas bibir. Pasien masih merasakan
2. Mengauskultasi paru nyeri.
untuk gerakan udara dan
bunyi nafas tak normal. O:
3. Melakukan suction pada Sesak (+) suara nafas
pasien. ronki, penggunaan otot
4. Mengubah posisi dengan bantu nafas (+) pernafsan
sering, letakkan pasien cuping hidung (+)
dengan posisi semi Hasil suction :
fowler. Sekret (+) sebanyak 100
5. Mengkaji tanda-tanda cc/ hari karakteristik
vital pasien secara kental berwarna kuning
berkala. kehijauan
TD : 130/90 mmHg
HR : 110x/i
T : 360C
RR : 29x/i
Pasien masih belum
dapat pindah ke tempat
lain.
2 1. Berkolaborasi pemberian Skala nyeri masih 3
terapi oksigen 5 A:
liter/menit dengan nasal Masalah sebagian teratasi.
kanul.
2. Memberikan posisi semi P:
50
Universitas Sumatera Utara
fowler kepada pasien. Intervensi dilanjutkan.
3. Mengkaji tanda-tanda
vital pasien.
3 1. Mengobservasi tanda-
tanda vital
2. Mengajarkan teknik
relaksasi pada pasien
3. Menanyakan skala nyeri
yang di rasakan pasien.
4 1. Melatih pasien
pindah ke tempat lain
dengan bantuan perawat
atau bantuan alat.
2. Mengkaji tanda-tanda
vital.
51
Universitas Sumatera Utara
kanul. T : 36,50C
6. Memberikan posisi semi fowler sputum (+) nafas pendek
kepada pasien. dan dangkal, pasien dalam
keadan semi fowler kanul
oksigen terpasang 5 liter
2 1. Mengobservasi pola nafas klien.
per menit. Suara nafas
2. Mengubah posisi klien sesuai
ronki. Skala nyeri masih 3
kebutuhan.
namun pasien sudah
3. Mengkaji tanda-tanda vital klien.
mampu melakukan teknik
3 1. Mengobservasi tanda-tanda vital
relaksasi.
2. Mengajarkan teknik relaksasi pada
A:
pasien
Masalah sebagian teratasi.
3. Menanyakan nyeri yang di rasakan
P:
pasien.
Intervensi dilanjutkan.
52
Universitas Sumatera Utara
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1. KESIMPULAN
Setelah dilakukan perawatan selam tiga hari pada klien Tn.A dengan
gangguan sistem pernafasan “bersihan jalan nafas tidak efektif” pada pasien
Tumor Paru di ruang perawatan VIP 9 RS. USU Medan, penulis banyak
mendapatkan pengetahuan tentang tumor paru dan pelaksanaan asuhan
keperawatan. Kompleksitas penyakit ini dapat ditemukan pada setiap tahap
proses keperawatan sebagai berikut :
53
Universitas Sumatera Utara
3.2. SARAN
3.2.1. Bagi instansi pendidikan
Diharapkan agar memberikan bekal pengetahuan yang optimal
kepada mahasiswa selama mengikuti pendidikan dan siberikan
pengawasan yang cukup saat menimba ilmu pengalaman di RS
serta bimbingan yang adekuat sehingga betul-betul menjadi
perawat yang profesional di bidang keperawatan.
3.2.2. Bagi Rumah Sakit/Peayanan kesehatan
a. Mengingat perjalanan penyakit dari tumor paru, maka
dengan kasus seperti ini perlu mendapatkan denagn
pengobatan yang intensif.
b. Perawatan tidak kalah pentingnya dari pengobatan , olehnya
itu perlu diberi penjelasan kepada pasien dan keluarga
mengenai pentingnya pentingnya perawatan yang intesif
bagi klien.
c. Untuk mencapai hasil keperawatan yang optimal, sebaiknya
proses keperawatan senantiasa diterapkan dan dilaksanakan
secara berkesinambungan mengingat angka penyakit ini
terus bertambah setiap tahunnya dan merupakan salah satu
penyakit yang angat berbahaya.
3.2.3. Bagi klien
Klien dan keluarga diharapkan :
a. Selama perawatan, keluarga diharapkan membantu dalam
pemantauan status kesehatan klien dengan melaporkan
adanya perubahan pada paru atau adanya komplikasi yang
memerlukan penangan khusus.
b. Setelah pasien pulang, diharapkan keluarga sebisa mungkin
tetap memantau keadaan umum klien terutama fungsi
pernafsan secara menyeluruh dan bila terjadi sesuatu diluar
kemampuan keluarga segera bawa ke rumah sakit atau
pelayanan kesehatan.
54
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR PUSTAKA
Mubarak, W, I, (2008), Buku Ajar Asuhan KDM: Teori dan Aplikasi Dalam
Praktik. Jakarta: EGC.
55
Universitas Sumatera Utara
LAMPIRAN
Catatan perkembangan
Implementasi dan evaluasi
56
Universitas Sumatera Utara
semi fowler
57
Universitas Sumatera Utara
A: masalah teratasi sebagian.
P: intervensi dilanjutkan.
P : intervensi dilanjutkan.
58
Universitas Sumatera Utara
1 Kamis 14:10 a. Mencatat frekuensi S :
11-05- kedalaman dan Pasien mengatakan
2017 kemudahan pernafasan. masih sedikit sesak
Mengobservasi dan sesak berkurang
penggunaan otot bantu jia dalam keadaan
14:15 nafas, nafas bibir. semi fowler.
b. Mengauskultasi paru
untuk gerakan udara dan O :
14:30 bunyi nafas tak normal. Sesak (+) suara nafas
c. Berkolaborasi pemberian ronki, penggunaan
ventolin 3 ml dengan otot bantu nafas (+)
nebulizer pernafasan cuping
14:50 d. Mengubah posisi dengan hidung (+)
sering, letakkan pasien TD : 130/90 mmHg
dengan posisi semi HR : 110x/i
15:00 fowler. T : 360C
e. Mengkaji tanda-tanda RR : 29x/i
vital pasien secara A :
berkala. Masalah sebagian
teratasi.
P:
Intervensi
dilanjutkan
59
Universitas Sumatera Utara
2 Kamis 15:10 a. Berkolaborasi pemberian S :
11-05- terapi oksigen 5 Pasien mengatakan
2017 liter/menit dengan nasal masih sedikit sesak
15:15 kanul. dan sesak berkurang
b. Memberikan posisi semi jia dalam keadaan
15:20 fowler kepada pasien. semifowler.
c. Mengkaji tanda-tanda O :
vital pasien. TD : 130/90 mmHg
HR : 110x/i
T : 360C
RR : 29x/i
A : masalah teratasi
sebagian
P:intervensi
dilanjutkan.
60
Universitas Sumatera Utara
4 Kamis 1545 a. Melatih pasien pindah ke S : pasien mengatakan
11-05- tempat lain dengan badannya terasa lemas, dan
2017 bantuan perawat atau pasien masih belum bisa
bantuan alat. pindah ke tempat lain.
O:
k/u pasien lemah
TD : 130/90 mmHg
HR : 110x/i
T : 360C
RR : 29x/i
A: masalah teratasi sebagian
P: intervensi dilanjutkan.
1 Jum’at 15:00 a. Mengajarkan pasien S :
12-05- teknik nafas dalam Pasien mengatakan sesak
2017 15:10 b. Mengauskultasi paru masih ada namun sudah
untuk gerakan udara sedikit berkurang.
dan bunyi nafas tak O :
15:20 normal. Sesak (+)
c. Mengubah posisi TD : 130/ 90 mmHg
dengan sering, letakkan HR 87x/i,
15:25 pasien dengan posisi RR : 27 x/i
semi fowler. T : 36,50C
15:30 d. Mengkaji tanda-tanda sputum (+) nafas pendek dan
vital pasien secara dangkal, pasien dalam keadan
berkala. semi fowler kanul oksigen
15:35 e. Berkolaborasi terpasang 5 liter per menit.
pemberian terapi Suara nafas ronki.
oksigen 5 liter/menit A : masalah teratasi
dengan nasal kanul. sebagian.
f.Memberikan posisi P : intervensi dilanjutkan.
semi fowler kepada
pasien.
2 Jum’at 15:40 a. Mengobservasi S : pasien masih sedikit sesak
61
Universitas Sumatera Utara
12-05- pola nafas klien. namun sudah sedikit
2017 15:45 b. Mengubah posisi berkurang.
klien sesuai kebutuhan. O:
Sesak (+)
TD : 130/ 90 mmHg
HR 87x/i,
RR : 27 x/i
T : 36,50C
A: masalah teratasi sebagian.
P: intervensi dilanjutkan.
3 Jum’at 15:50 a. Mengobservasi tanda- S :
12-05- tanda vital Pasien mengatakan nyeri
2017 15:55 b. Mengajarkan teknik masih terasa.
relaksasi pada pasien O:
16:00 c. Menanyakan skala TD : 130/ 90 mmHg
nyeri yang di rasakan HR 87x/i,
pasien. RR : 27 x/i
T : 36,50C
Skala nyeri masih 3 namun
pasien sudah mampu
melakukan teknik relaksasi.
A:
Masalah teratsai sebagian
P: intervensi dilanjutkan.
62
Universitas Sumatera Utara
2017 kegiatan ringan, O:
misalnya untuk minum TD : 130/ 90 mmHg
atau makan sendiri. HR 87x/i,
RR : 27 x/i
T : 36,50C
Tampak pasien perlahan-
lahan sudah mampu untuk
makan atau minu secara
mandiri, walaupun belum
secara sempurna.
A : masalah teratasi sebagian
P: intervensi dilanjutkan.
63
Universitas Sumatera Utara