Anda di halaman 1dari 7

Supraventricular tachycardia (SVT)

Definisi :
SVT adalah irama jantung cepat abnormal yang berasal dari atas atau dalam nodus
atrioventrikular (AV). SVT adalah takiaritmia yang umumnya disebabkan oleh sirkuit listrik
reentrant atau asal atrium fokal dan dapat diklasifikasikan sebagai AV nodal reentrant (AVNRT),
AV reentrant (AVRT), atau atrial tachycardia (AT). Svt memiliki ciri :
1) Frekuensi lebih dr 100/menit
2) Bentuk kompleks QRS langsing
3) Gelombang p dapat normal, deformasi/ tdk ada komplek QRS
4) Frekuensi gelombang p lebih tinggu dr frek kompleks QRS
Epidemiologi;
a) AF dan atrial flutter (AFL) adalah aritmia yang paling sering diamati (insiden 76%), diikuti
oleh takikardia supraventrikular paroksismal (PSVT) (15%), dan takikardia ventrikel /
fibrilasi ventrikel (11%).
b) Lebih dari 2,2 juta orang di Amerika Serikat saja yang terkena AF dan memiliki peningkatan
risiko kematian 1,5-1,9 kali lipat.
c) Insiden AF onset baru berlipat ganda dengan setiap dekade usia, terlepas dari faktor risiko
lainnya
d) Faktanya, diperkirakan bahwa jumlah pasien dengan AF akan meningkat 2,5 kali lipat pada
tahun 2050, mempengaruhi lebih dari 5,6 juta orang dewasa AS.
e) Ada perbedaan gender yang berbeda dalam risiko kematian akibat AF, dengan peningkatan
1,5 kali lipat untuk pria, dibandingkan dengan peningkatan 1,9 kali lipat untuk wanita.
f) Insiden kematian dalam kasus ini rendah; sebagian besar penelitian menunjukkan tingkat
kematian akibat SVT adalah 0,15% hingga 0,45% per pasien-tahun.
Factor resiko :
Pada anak-anak dengan penyakit jantung bawaan meningkatkan risiko SVT
Klasifikasi :
1. Atrial arrhythmias
a) Sinus Tachycardia
b) Atrial Tachycardia (AT)
c) Atrial Flutter (AFL)
d) Atrial Fibrillation (AF)
2. AV-nodal arrhythmias
a) AV junctional tachycardia
b) Atrioventricular Nodal Reciprocating Tachycardia (AVNRT)
c) Re-entry Tachycardia (AVRT)
A. Sinus Tachycardia
 Definisi :
Kelainan pada SA Node, sinus node dengan frekuensi antara 100-180 bpm,
Perangsangan susunan otonom (simpatis). Mekanisme reentry pada sa node
sebabkan sinus takikardi dan frekuensi meningkat lebih dari 100 bpm (100-180
bpm).
 Etiologi :
1) Reaksi fisiologis : olahraga, peradangan, stress, kecemasan, penggunaan kopi dan
alkohol atau obat-obatan → stress farmakologis untuk menjaga curah jantung
tetap stabil
2) Patologis : Demam, thyrotoxicosis, anemia, hypotension, hypoxemia,
hyperthyroidism, hypovolemia→akibat gangguan pada sistem vagal, simpatik,
atau pada nodus SA sendiri
 Gejala :
Dizziness, syncope, palpitation, nyeri dada, sakit kepala, dan gangguan
gastrointestinal sering terjadi.
 Pemeriksaan penunjang :
Ekg : P dan qrs normal.
 Tata laksana :
- Primary patologi harus di treathmen dulu
- Massage sinus karois memperlambat takikardia, Jika ada penyakit primer (gagal
jantung kongestif) diberikan beta-bloker dengan inhibitor ACE atau angiotensin
receptor blocker.

B. Atrial Flutter (AFL)


 Definisi :
penyakit dengan irama teratur Irama teratur, frekuensi 250–350 bpm, berbentuk gigi
gergaji (saw teeth), dapat terjadi pada jantung normal, sering pada penderita penyakit
jantung.
 Etiologi :
Disebabkan oleh sirkuit re-entri yan berjalan terutama sekitar cincin katup tricuspid,
Adanya perlukaan pada jantung akibat penyakit jantung atau prosedur operasi
jantung, atau pasien tanpa gangguan jantung
 Factor resiko :
Terjadi pada penderita penyakit jantung, seperti penyakit jantung kongestif, penyakit
katup rematik, penyakit jantung kongenital atau kondisi medis, seperti emfisema
paru dan hipertensi. Resiko meningkat pada pasien post operasi jantung akibat
terbentuknya perlukaan pada bagian atrium.
 Pemeriksaan penunjang :
Depolarisasi atrium terjdi cepat, maka tidak terlihat jelas gelombang p tersendiri,
bahkan garis dasar tampak naik turun dan menghasilkan pola gigi gergaji (saw-
toothed pattern) biasanya pada sadapan II dan III.
 Tata laksana :
Massage sinus karotis tidak merubah irama, tapi meningkatkan derajat blockade.

C. Atrial Fibrillation (AF)


 Definisi :
AF adalah aritmia berkelanjutan yang paling umum. Frekuensi 120-160 bpm,
beberapa pasien bisa> 200 denyut / menit. AF ditandai dengan aktivasi atrium yang
tidak teratur dan cepat. Ini terjadi karena adanya , impuls listrik tidak dimulai dari
nodus SA, sehingga menimbulkan impuls yang cepat dan tak beraturan sehingga
atrium akan berdenyut secara tepat dan tak beraturan pula. Ketika impuls listrik
sampai di nodus AV, nodus AV akan meneruskan impuls tersebut walaupun tidak
secepat impuls awalnya sehingga ventrikel juga akan berdenyut cepat namun tidak
secepat atrium. Oleh karena itu, atrium dan ventrikel tidak lagi berdenyut bersamaan.
Hal ini menyebabkan darah di atrium tidak terpompa menuju ventrikel sebagaimana
seharusnya.
 Etiologi :
a) Normal : stess emosional, susudah operasi, latihan, intoksiksi alcohol akut, atau
peningkatan tonus vagal.
b) Abnormal : Intokasikasi digital, hipertensi, idiopatis yang kemungkinan
gangguan pada simpatis dan parasimpatis, kelainan mitral thyreotoksikosis,
sindroma WPW, PJK
 Klasifikasi
Berdasarkan cara timbul dan lamanya bertahan :
1) Paroksismal : timbul mendadak dan hilang spontan dalam 2x24 jam
2) Persisten : jika bertahan semapai 7 hari
3) Permanen : timbul terus-menerus mentepa menjadi kronik
 Factor resiko :
Biasanaya terdapat penyakit lain seperti, Hipertensi, penyakit jantung koroner, gagal
jantung, penyakit jantung rematik, defek struktur jantung seperti Mitral Valve
Prolapse, pericarditis, penyakit jantung kongenital, hipertiroidisme, obesitas,
diabetes, dan penyakit paru(emboli paru).
 Pemeriksaan penunjang :
Ekg : Gelombang p terlihat jelas dengan gambaran deformitas, jarak R-R tidak
konstan, gambaran gelombang tidak teratur, komples QRS sempitdan tidak teratur,
dan kecepatan >300x/menit
 Tata laksana :
- Penyakit primer diobati dahulu, jika hemodinamk menurun dilakukan
kardioversi. Jika keadaan baik berikan beta blocker atau antagois kalsium untuk
blockade nodus AV pada slow conduction pathway dengan memperpanjang
masa refrakternya. Untuk control rate juga dapat berikan digitalis.
- Pemijatan karotis memperlambat frekuensi ventrikel
 Komplikasi :
Stroke karena terlepasnya gumpalan darah (trombus) di atrium yang kemudian
menyumbat pembuluh darah otak. Gagal jantung terjadi jika jantung tidak dapat
memompa darah yang cukup sesuai dengan kebutuhan tubuh.hipotensi, edema paru,
angina pectoris, dan kardiomiopati.

D. Atrial Tachycardia (AT)


1. Takikardia atrium multifocal (MAT)
 Definisi :
Penyakit dengan Irama irregular dengan frek sebesar 100-200 bpm
 Etiologi :
Disebabkan oelh beberapa focus ektopik sis atrium yang menghasilkan impuls
acak. Adanya intoksikasi digitalis, hipokalimia, efek teofilin, obat adrenergic.
 Pemeriksaan penunjang :
EKG : Gelombang p jelas mendahului kompleks QRS, bercirikan tiga morfologi
gelombang P yang berbeda dan tiga interval PR yang berbeda. Interval R-R
irreguler.
 Tata laksana :
- Calcium channel blocker, beta blocker, dan digiais yang bekerja di nodus
AV untuk hentikan respon ventrikel.
- Carotid Massage tidak pengaruh

2. Takikardia atrium paroksimal (PAT)


 Definisi :
PAT juga dapat disebut takikardia atrium ektopik, dengan Irama teratur,
frekuensi 100–200 bpm. Banyak di temukan pada jantung normal
 Etiologi :
Disebabkan oleh mengkatnya otomatisitas focus atrium ektopik / sirkuit re-entri
di dalam atrium. Disebabkan juga toksisitas digitalis.
 Tipe otomatik : menunjukkan gambaran masa pemanasan (warm up period ) di
awal kemunculan berupa irama yang tampak iregulaer, dan menjukkukan
gambaran masa pendinginan (cool-down period).
 Pemeriksaan penunjang :
EKG : gelombang p tidak selelu dapat terlihat, tetapi mudah ditemukan. Adanya
variasi jarak antara gelombang p dan komplek qrs.
 Tata laksana :
Tidak terpengaruhi Carotid Massage (lambat ringan)

E. AV junctional tachycardia
 Definisi :
Saat nodus AV mengirim impuls dengan frekuensi 110-250 bpm.
 Pemeriksaan penunjang :
Ekg :
- Kompleks QRS sempit dengan atau tanpa gelombang P retrograde.
- Bila tanpa gel P, itu disebabkan oleh atrium dan ventrikel yang keduanya
diaktifkan oleh nodus AV secara bersamaan shg gel P nya tertimbun dalam
kompleks QRS.
- Jika gel P nampak defleksi negatif di sadapan inferior, menunjukkan bahwa
aritmia ini berasal dari nodus AV.
 Tata laksana :
Obat anti-aritmia

F. Atrioventricular Nodal Reciprocating Tachycardia (AVNRT)


 Definisi :
takikardia dengan sirkuit masuk kembali yang terdiri dari seluruh jantung. Atrium,
AV-node, ventrikel dan bundel ekstra (jalur aksesori, AP) adalah bagian penting dari
sirkuit ini. Prasyarat AVRT adalah adanya AP antara atrium dan ventrikel. Bundel
ini dapat melewati AV-node dan terhubung langsung ke bundel His, miokardium
ventrikel atau salah satu fasikula. Bundel memiliki beragam lokasi anatomi dan
dapat berjalan secara epikardial. Frekuensi 120-250 bpm. Lebih sering terjadi pada
perempuan.
 Kelompok AVNRT:
Terdapat typical dan atypical, Terdapat 2 path, (Alpha lambat dan Beta cepat)
a) Orthodrome AV re-entry tachycardia: Impuls berjalan melalui sistem konduksi
normal ke arah standar dan kembali ke atrium melalui bundel aksesori.
b) Antidrome AV re-entry tachycardia: Impuls bergerak antrograde melalui bundel
aksesori dan mengaktifkan ventrikel. Impuls kembali melalui sistem konduksi
normal ke atrium.
 Gejala :
1) Palpitasi, sudden onset, neck vein pulsations, sinkop (hipotensi)
2) Pada Elderly dapat ditemukan gejala berupa sinkop, angina, pulmonary edema.
 Pemeriksaan penunjang :
Ekg : Gelombang p tidak terlihat atau terkubur di dalam QRS complex dan jarak R-
R konstan. Kompleks QRS langsing, dipicu oleh atrial ekstrasistol dan PR
memanjang karena keterlambatan konduksi AV node.
a) Orthodrome AV re-entry tachycardia: Terdapat gelombang P (morfologi selain
ritme sinus) diikuti oleh kompleks QRS yang sempit
b) Antidrome AV re-entry tachycardia: Ini adalah takikardia kompleks-lebar, di
mana kompleks QRS lebar diikuti oleh gelombang-P retrograde yang berasal
dari simpul-AV.
 Tata laksana :
- Melakukan vagal manoeuvres : Carotid Massage dan blowing in the wrist
- Adenisin intravena, intravenous calcium channel antagonists (verapamil and
diltiazem) or beta blockers
- Pada hemodinamik buruk dengan hipotensi atau iskemia berat dapat
pertimbangkan kardioversi.

G. Re-entry Tachycardia (AVRT)


 Definisi :
AVRT juga dapat disebut PSVT (paroksimal supraventricular takiakrdia). AVRT
terdapat frekuensi sebesar 124-256 bpm / 200-300 bpm, dengan muncul mendadak.
Irama nya sangat normal,
 Etiologi :
Disebabkan adanya sirkuit re-entrant yang melibatkan seluruh area jantung, ditandai
adanya accessory pathway, baik secara anterograde (orthodrome) maupun retrograde
(antidrome).
 Pemeriksaan penunjang :
EKG : Gelombang p bisa terkubur, tergantung dengan lokasi accessory pathway
 Tata laksana :
- Dilakukan vagal maneuver
- Diberikan adenosine, obat Anti aritmia untuk mencegah paroxysms dari aritmia

Pemeriksaan penunjang
1. Karakteristik EKG meliputi takikardia teratur kompleks yang sempit dengan kecepatan
sekitar 180 hingga 220 denyut per menit.
2. Gelombang P tidak dapat dideteksi. Jika gelombang P dapat dideteksi, pertimbangkan
takikardia sinus atau fibrilasi atrium atau flutter sebagai etiologi potensial.
Tata laksana
Jika pasien tidak stabil pertimbangkan kardioversi sinkron segera, sedangkan bila pasien stabil
maka lakukan manuver vagal sambil mempersiapkan kardioversi kimiawi, termasuk manuver
Valsava dan pijat karotis
 Nonfarmakologi
1. Manuver Valsava 
Salah satu cara bernapas, meningkatkan tekanan di dada, sehingga ada perubahan
detak jantung dan tekanan darah saat melepaskan udara dari tubuh saat lubang yang
menghubungkan trakea dan faring ditutup.
Mekanisme : Dilakukan sebelum glotis tertutup, dan perlu ditahan selama 10 detik
hingga 15 detik. Dilakukan dengan menekan seolah-olah mereka akan buang air
besar. Pada anak yang lebih kecil bisa meledak melalui jarum suntik atau sedotan.
Pada bayi dan balita, kompres es yang dioleskan ke wajah dapat menyebabkan reaksi
vagal yang serupa. Meskipun tekanan mata dapat menyebabkan reaksi vagal, hal ini
tidak dianjurkan karena dapat menyebabkan bola mata pecah jika menggunakan
tenaga yang berlebihan. Jika manuver vagal tidak efektif, obati dengan adenosine.
2. Pijat karotis
Pijat karotis melibatkan penempatan pasien dalam posisi terlentang dengan leher
terulur, dan memberikan tekanan pada satu sinus karotis selama kurang lebih 10
detik. Pijat karotis merupakan kontraindikasi pada pasien dengan bising karotis, atau
yang pernah mengalami serangan iskemik transien sebelumnya atau kecelakaan
pembuluh darah otak dalam tiga bulan terakhir. Pijat karotis tidak diindikasikan pada
anak-anak atau bayi.
Berperan sebagai memutus re-entri sehingga hentikan aritmiea, atau setidaknya
memperlambat sehingga gelombang p lebih mudah dutentuakn dan diagnosis aritmia
dapat ditentukan.
3. Kardioversi
Defibrilator ditempatkan pada mode sinkronisasi, ditunjukkan oleh penanda di layar
defibrilator yang mencatat setiap kompleks QRS. Mode ini mengirimkan shock yang
disinkronkan dengan kompleks QRS, untuk mencegah shock dikirimkan selama
gelombang-T, saat jantung didepolarisasi. Fenomena R on T dapat menyebabkan
takikardia ventrikel polimorfik. Pada orang dewasa, dosis awal untuk kardioversi
tersinkronisasi adalah 100 joule hingga 200 joule dan dapat ditingkatkan secara
bertahap jika tidak berhasil pada dosis yang lebih rendah. Pada anak-anak, dosis
pertama untuk kardioversi adalah 0,5 J / kg hingga 1 J / kg dan dapat digandakan
menjadi 2 J / kg pada upaya berikutnya.
 Farmakologi
1. Pemberian adenosin
Diberikan dengan tujuan memperlambat detak jantung cukup lama untuk menentukan
apakah penyebab takikardia pasien disebabkan oleh takikardia kompleks sempit yang
berbeda (misalnya, fibrilasi atrium atau atrial flutter). Kurangi dosis adenosin menjadi
3 mg IVP jika pasien saat ini menerima karbamazepin atau dipiridamol, penerima
transplantasi jantung, atau adenosin diberikan melalui jalur sentral.
2. Jika adenosin gagal
Obat lini kedua yang termasuk adalah diltiazem (dosis pemuatan 0,25 mg / kg IV
diikuti dengan infus 5 mg / jam hingga 15 mg / jam), esmolol (dosis muatan 0,5 mg /
kg IV, kemudian 0,5 mg / kg / menit hingga 0,2 mg / kg / menit, perlu mengulang
bolus untuk setiap titrasi naik), atau metoprolol (2,5 mg hingga 5 mg IV setiap dua
hingga lima menit, tidak melebihi 15 mg selama 10 hingga 15 menit).

Komplikasi
Penyakit ini dapat menyebabkan komplikasi hematoma, pseudoaneurysm of the artery, bleeding,
myocardial infarction, heart block and the need for a pacemaker, stroke, death.
Prognosis
Prognosis pada SVT baik bila dilakukannya pengobatan dengan baik pula. Pada wanita hamil
dengan SVT memiliki risiko kematian yang cukup tinggi jika ada kelainan jantung yang belum
diperbaiki.

Anda mungkin juga menyukai