Anda di halaman 1dari 10

PENGAUDITAN II

PENGAUDITAN SIKLUS PERSEDIAAN DAN PENGGUDANGAN


BAB 17

NAMA KELOMPOK VI :

CICILIA CITRA LIADI (1406305112) / 16


KADEK VIRNA PURWITA SARI (1406305152) / 27
NI MADE MEGA LAPINAYANTI (1406305162) / 31
SONY RICARDO SEMBIRING (1406305184) / 38

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS UDAYANA
2016
PENGAUDITAN SIKLUS PERSEDIAAN DAN PENGGUDANGAN
Siklus persediaan dan penggudangan adalah siklus yang unik karena erat
hubungannya dengan siklus-siklus transaksi yang lain. Pada sebuah perusahaan manufaktur,
bahan baku masuk ke siklus persediaan dan penggudangan dari siklus pembelian dan
pembayaran, sedangkan biaya tenaga kerja langsung masuk melalui siklus penggajian dan
personalia. Siklus persediaan dan penggudangan berakhir dengan terjadinya penjualan barang
dalam siklus penjualan dan permintaan barang.

1. Fungsi-Fungsi Bisnis Dalam Siklus dan Dokumen Serta Catatan Yang


Bersangkutan
Persediaan bisa memiliki berbagai macam bentuk, tergantung sifat entitasnya. Untuk
perusahaan dagang pengecer dan pedagang besar, akun terbesar dalam nereca sering berupa
persediaan barang dagangan yang tersedia untuk dijual. Untuk mempelajari siklus persediaan
dan penggudangan, kita akan menggunakan perusahaan menufaktur sebagai contoh, yang
persediaanya bisa meliputi bahan baku, perlengkapan, dan suku cadang untuk digunakan
dalam produksi, barang dalam proses yang masih akan diolah lebih lanjut, dan barang jadi
yang siap untuk dijual.
Siklus persediaan dan penggudangan dapat dipandang sebagai dua sistem terpisah
tetapi berkaitan erat, yang satu menyangkut aliran fisik barang dan lainnya adalah aliran
biaya yang bersangkutan
(a) Pembuatan Order Pembelian
Siklus pembeliaan dan penggudangan dimulai dengan adanya permintaan bahan baku
untuk produksi. Pengendalian yang memadai perlu diciptakan apakah pembelian persediaan
untuk bahan baku (dalam perusahaan menufaktur) ataukah untuk barang jadi (dalam
perusahaan dagang pengecer. Permintaan pembelian adalah formulir yang digunakan untuk
meminta agar bagian pembelian memesan persediaan. Permintaan ini bisa diinisiasi oleh
pegawai gudang ketika bahan baku dibutuhkan, atau oleh perangkat lunak computer yang
secara otomatis akan memesan barang ketika persediaan mencapai tingkat tertentu, dipesan
ketika ada permintaan untuk kebutuhan produksi, atau dipesan secara rutin setelah dilakukan
perhitungan persediaan periodik.
(b) Penerimaan Bahan Baku
Penerimaan bahan baku, yang juga merupakan bagian dari siklus pembelian dan
pembayaran, meliputi inspeksi atas barang yang diterima untuk memeriksa kebenaran jumlah
maupun kualitasnya. Bagian penerimaan membuat laporan penerimaan barang yang akan
1
menjadi salah satu dokumen yang diperlukan sebelum pembayaran bisa dilakukan. Setelah
diperiksa, bahan baku dikirim ke gudang dan copy dari laporan penerimaan barang, atau
electronic notifications berkenaan dengan penerimaan barang, biasanya dikirim juga ke
bagian pembelian, bagian gudang, dan bagian piutang usaha.
(c) Penggudangan Bahan Baku
Segera setelah diterima, bahan baku biasanya disimpan dalam gudang. Apabila bagian
lain memerlukan bahan baku untuk produksi, pegawai dari bagian produksi mengirimakan
permintaan bahan baku telah mendapat otoritas dari kepala bagian produksi, perintah kerja,
atau dokumen serupa itu, yang menyebutkan jenis dan jumlah material yang diperlukan.
Dokumen permintaan ini digunakan untuk memutahirkan master file persediaan perpentual
dan mencatat pengiriman dari bahan baku kea kun persediaan barang dalam proses. Pada
entitas yang memiliki manajemen persediaan terintegrasi dan menggunakan sistem akuntansi
berkomputer, pemutahiran ini berlangsung secara otomatis.
(c) Pengolahan Barang
Proses pengolahan barang sangat bervariasi antara perusahaan yang satu dengan
perusahaan lainnya. Perusahaan menentukan barang yang akan diproduksi berdasarkan
pesanan tertentu dari konsumen, ramalan penjualan, tingkat persediaan yang ditetapkan di
muka, atau atas dasar lain. Biasanya perusahaan memiliki bagian khusus yang
bertanggungjawab untuk menentukan jenis dan kuantitas barang yang akan diproduksi.
(d) Penyimpanan Barang Jadi
Setelah barang jadi selesai, barang-barang tersebut disimpan di gudang, menunggu
pengiriman ke konsumen. Dalam perusahaan yang memiliki pengendalian internal yang baik,
persediaan barang jadi berada dalam pengawasan fisik di lokasi yang terpisah, di area yang
hanya bisa dimasuki oleh petugas tertentu. Pengendalian atas barang jadi sering dipandang
sebagai bagian dari siklus penjualan dan penerimaan piutang.
(e) Pengiriman Barang Jadi
Pengiriman barang jadi merupakan bagian dari siklus penjualan dan penerimaan
piutang. Pengiriman barang ke konsumen dalam pertukaran dengan kas atau asset lainnya.
Pada kebanyakan transaksi penjualan, pengiriman sesungguhnya menjadi penyebab
terjadinya pengakuan piutang dan penjualan dalam sistem akuntansi. Oleh kerena itu,
pengiriman barang jadi harus diotorisasi dengan menggunakan dokumen pengiriman barang
yang tepat.

2
1) Master Files Persediaan Perpetual
Master file persediaan perpentual adalah suatu catatan yang biasanya secara khusus
digunakan untuk bahan baku dan barang jadi. Kebanyakan perusahaan tidak
menyelenggarakan catatan perpentual untuk barang dalam proses.
Master file perpetual persediaan biasanya berisi tentang jumlah unit persediaan yang
dibeli, dijual,dan sisa dalam persediaan.untuk pembelian bahan baku, master file persediaan
perpentual dimutakhirkan secara otomatis ketika pembelian persediaan diproses sebagai
bagian dari pencatatan pembelian.
Transfer bahan baku dari gudang harus dimasukkan tersendiri ke computer untuk
memutakhirkan catatan perpentual. Biasanya hanya jumlah unit saja yang harus dimasukkan
ke computer, karena computer menemtukan biaya unit dari master file.

2. Bagian-Bagian Dalam Pengauditan Persediaan


Tujuan keseluruhan pengauditan siklus persediaan dan penggudangan adalah untuk
memberikan asurans bahwa laporan keuangan menyajikan bahan baku, barang dalam proses,
dan persediaan barang jadi secara wajar.
Audit atas siklus persediaan dan penggudangan dapat dibagi menjadi lima aktivitas
dalam siklus sebagai berikut:
(a) Pembelian dan Pencatatan Bahan Baku, Tenaga Kerja Langsung, Dan Overhead
Auditor harus memperoleh pemahaman tentang pengendalian internal ketiga fungsi
ini dan kemudian melakukan pengujian pengendalian serta pengujian subtantif golongan
transaksi pada kedua siklus yaitu siklus pembelian dan pembayaran, serta siklus penggajian
dan personalia. Pengujian-pengujian tersebut harus memuaskan auditor bahwa pengendalian
yang berkaitan dengan pembelian bahan baku dan biaya manufaktur beroperasi secara efektif
dan bahwa transaksi pembelian telah ditetapkan dengan benar.
(b) Transfer Aset Dan Biaya Internal
Klien mencatat aktivitas dalam catatan akuntansi biaya yang independen terhadap
siklus lain dan diuji sebgai bagian dari audit atas siklus persediaan dan penggudangan.
(c) Pengiriman Barang dan Pencatatan Pendapatan Dan Biaya
Pencatatan pengiriman barang dan biaya yang bersangkutan merupakan fungsi
terakhir. Karena ini merupakan bagian dari siklus penjualan dan pengumpulan piutang,
auditor memperoleh pemahaman dan menguji pengendalian internal atas pencatatan
pengiriman sebagai bagian dari pengauditan atas siklus tersebut, termasuk prosedur-prosedur

3
untuk memeriksa ketelitian pengkreditan atas catatan persediaan dalam master file
persediaan.
(d) Observasi Perhitungan Fisik Persediaan
Auditor harus mengobservasi (mengamati) perhitungan fisik persediaan yang
dilakukan klien untuk memastikan bahwa persediaan terbukukan sungguh-sungguh ada pada
tanggal neraca dan telah dihitung dengan benar oleh klien.
(e) Penetapan Harga dan Kompilasi Persediaan
Biaya perolehan yang digunakan untuk menilai persediaan harus diuji untuk
menentukan apakah klien telah menerapkan metoda persediaan yang sesuai dengan standar
akuntansi dan kinsistn dengan tahun sebelumnya. Prosedur audit yang digunakan untuk
memeriksa biaya perolehan ini disebut pengujian harga. Selain itu, auditor juga harus
melakukan, pengujian kompilasi persediaan yaitu pengujian yang dilakukan untuk memeriksa
apakah perhitungan fisik tekah diikhtisarkan dengan benar, jumlah dan harga telah dikalikan
dengan benar, dan hasil perkalian tersebut telah dijumlahkan vertical untuk kemudian
dicocokkan dengan saldo di buku besar.

C. Pengauditan Akuntansi Biaya


Pembahasan tentang pengauditan akuntansi biaya akan kita mulai dengan transfer
internal, mulai dari bahan baku ke barang dalam proses dan kemudian ke persediaan barang
jadi. Sistem dan pengendalian akuntansi biaya berbeda-beda antar perusahaan yang satu
dengan perusahaan lainnya.
a) Pengendalian Akuntansi Biaya
Pengaendalian akuntansi biaya adalah pengendalian yang berkaitan dengan proses yang
memengaruhi persediaan fisik dan jejak biaya sejak biaya bahan baku diminta hingga
selesainya hasil produksi dan memindahkannya ke gudang. Pengendalian ini dapat dibagi
menjadi dua ketegori utama sebagai berikut:
1) Pengendalian fisik atas persediaan bahan baku, barang dalam proses, dan barang jadi.
2) Pengendalian atas biaya yang bersangkutan.
Master file persediaan perpetual diselenggarakan oleh orang yang tidak bertugas
menyimpan asset atau tidak memiliki akses ke asset adalah pengendalian akuntansi biaya
untuk mencapai tujuan-tujuan berikut:
1) Menyediakan catatan tentang persediaan yang ada, yang digunakan untuk
menginisiasi produksi atau permintaan tambahan bahan baku atau barang.

4
2) Menyediakan suatu catatan tentang pemakaian bahan baku dan penjualan barang
jadi, yang bisa direview untuk melihat ada tidaknya barang yang usang atau
lambat laku.
3) Menyediakan catatan yang dapat menunjukkan penanggungjawabannya apabila
terjadi selisih antara hasil perhitungan fisik dengan jumlah yang tercantum dalam
catatan perpentual.
b) Pengujian Akuntansi Biaya
Konsep pengauditan akuntansi biaya persediaan tidak berbeda dengan apa yang telah kita
bahas untuk siklus-siklus transaksi lainnya, yaitu: memahami pengendalian internal dalam
sistem akuntansi biaya, menilai risiko pengendalian direncanakan, menentukan luasnya
pengujian pengendalian, dan merancang pengujian pengendalian dan pengujian subtantif
golongan transaksi untuk memenuhi tujuan audit transaksi. Auditor biasanya menekankan
pada empat aspek akuntansi biaya sebagai berikut:
1) Pengendalian fisik atas persediaan.
2) Dokumentasi dan catatan untuk perpindahan persediaan.
3) Master file persediaan perpetual.
4) Catatan harga pokok perunit

D. Prosedur Analitis
Tabel Prosedur Analitis Siklus Persediaan dan Penggudangan
Prosedur Analitis Kemungkinan Kesalahan Penyajian
Membandingkan persentase laba kotor Lebih saji atau kurang saji persediaan dan
dengan tahun lalu. harga pokok penjualan.
Membandingkan kecepatan perputaran Keusangan persediaan yang mempengaruhi
persediaan dengan tahun lalu. persediaan dan harga pokok penjualan. Lebih
saji atau kurang saji persediaan.
Membandingkan harga pokok per unit Lebih saji atau kurang saji harga pokok per
dengan tahun lalu. unit yang mem[engaruhi persediaan dan harga
pokok penjualan.
Membandingkan biaya produksi tahun ini Kesalahan penyajian harga pokok per unit
dengan tahun lalu. persediaan, terutama biaya tenaga kerja
langsung dan overhead pabrik, yang
mempengaruhi persediaan dan harga pokok
penjualan.
E. Observasi Fisik Persediaan

5
Karena persediaan sangat berbeda antara perusahaan yang satu dengan yang
perusahaan lainnya, maka pemahaman tentang bisnis usaha klien menjadi lebih penting baik
untuk observasi fisik persediaan maupun untuk penetapan harga serta kompilasi daripada
untuk area-area audit yang lain. Contoh pertimbangan kunci yang harus dilakukan auditor
meliputi metoda penilaian persediaan yang harus dipilih oleh manajeman, potensi terjadinya
keusangan persediaan, risiko bahwa persediaan barang konsinyasi bercampur baur dengan
persediaan milik perusahaan sendiri.
Auditor seringkali baru mengenal persediaan yang terdapat pada perusahaan klien,
setelah melakukan inspeksi langsung dengan meninjau (tour) ke fasilitas-fasilitas persediaan
klien, seperti misalnya tepat penerimaan bahan baku yang dibeli, penyimpanan di gudang,
area produksi perencanaan ,dan pencatatan pembukuan.
Dengan memahami pengaruh bisnis klien terhadap persediaan, auditor menilai risiko
bisnis klien untuk menentukan apakah risiko tersebut meningkatkan kemungkinan terjadinya
kesalahan penyajian internal material dalam persediaan. Setelah menilai risiko bisnis klien,
auditor menentukan materialitas pelaksanaan dan menilai risiko inheren untuk persediaan,
yang pada umunya tinggi pada bidang-bidang usaha seperti manufaktur dan perusahaan
dagang.

F. Persyaratan Observasi Persediaan


Standar audit (SA 501.4) berisi ketentuan sebagai berikut:
Jika persediaan berjumlah material dalam laporan keuangan, auditor harus memperoleh bukti
audit yang cukup dan tepat tentang eksistensi dan kondisi persediaan dengan:
(a) Menghadiri perhitungan fisik persediaan, kecuali jika praktis, untuk:
1. Mengevaluasi instruksi dan prosedur manajemen untuk mencatat dan
mengendalikan hasil penghitungan persediaan fisik
2. Mengobservasi pelaksanaan prosedur perhitungan yang dibuat oleh manajemen.
3. Menginspeksi persediaan
4. Menguji penghitungan fisik (test count).
(b) Melaksanakan prosedur audit atas catatan persediaan final untuk menentukan apakah
catatan tersebut mencerminkan hasil penghitungan fisik actual.

G. Audit Penetapan Harga dan Kompilasi

6
Pengujian harga persediaan mencakup semua pengujian atas harga perunit yang
digunakan klien untuk memastikan bahwa harga-harg tersebut benar. Kompilasi persediaan
meliputi pengujian atas pengikhtisaran penghitungan fisik persediaan yang dibuat klien,
penghitungan ulang harga dikalikan kuantitas, penjumlahan vertical ikjtisar persediaanmdan
menelusur totalnya ke buku besar.
(a) Pengendalian Penetpan Harga Kompilasi
Pengendalian internal sekitar penetapan harga pokok per unit yang terintegrasi dengan
catatan produksi dan akuntansi lainnya memberikan asurans bahwa klien menggunakan biaya
perolehan (harga pokok) yang benar untuk persediaan.
(b) Prosedur Penetepan Harga dan Kompilasi
Pengujian atas catatan akuntansi untuk pisah batas dilakukan sebagai bagian dari
penjualan (siklus penjuala dan penerimaan piutang) dan pembelian (siklus pembelian dan
pembayaran).
(c) Penilaian Pesediaan
Dalam melakukan pengujian persediaan, auditor berhadapan dengan tiga persoalan.
Pertama, metoda harus sesuai dengan standar akuntansi keuangan. Kedua, penerapan metoda
harus konsisten dari tahun ke tahun. Ketiga, harus mempertimbangkan antara biaya perolehan
dengan nilai pasar. Karena metoda untuk memeriksa penentuan harga persediaan tergantung
pada apakah paersediaan tersebut dibeli atu diproduksi.
1) Penetapan Harga Persediaan yang Dibeli
Tahap pertama dalam memeriksa penilaian persediaan yang dibeli, auditor harus
memastikan apakah klien metoda MPKP (masuk pertama keluar pertama), rata-rata
tertimbang, atau metoda lainnya. Auditor juga harus menentukan biaya mana yang harus
dimasukkan dalam penilaian suatu unsur dari persediaan.
Dalam memilih unsur persediaan yang akan ditetapkan harganya , auditor harus focus
pada persediaan dengan saldo rupiah yang besar dan produk yang diketahui memiliki
fluktuasi harga yang tinggi. Auditor juga harus menguji suatu sampel yang representative dari
semua jenis persediaan dan bagian. Sampling variabel terstrata atau sampling unit moneter
biasa digunakan dalam pengujian ini.
2) Penetapan Harga Persediaan Yang Diproduksi
Dalam menetapkan harga barang dalam proses dan barang jadi, auditor harus
mempertimbangkan biaya bahan baku, tenaga kerja langsung,dan overhead pabrik.
Kebutuhan untuk memeriksa biaya-biaya tersebut menyebabkan audit atas barang dalam

7
proses dan barang jadi menjadi lebih kompleks dibandingkan dengan mengaudit barang yang
dibeli.
Dalam menetapkan harga bahan baku dalam barang yang diproduksi, auditor harus
mempertimbangkan biaya perolehan per unit bahan baku maupun jumlah unit yang diminta
untuk menghasilkan satu unit output. Biaya perolehan per unit dapat diperiksa dengan cara
memeriksa faktur dari penjual atau master file persediaan perpentual.
Demikian pula, ketika memeriksa biaya tenaga kerja langsung, auditor harus
memeriksa biaya tenaga kerja per jam dan jumlah jam kerja yang dibutuhkan untuk
mengasilkan sebuah produk. Biaya tenaga kerja langsung per jam dapat diverifikasi dengan
memeriksa daftar gaji atau upah dan kontrak kerja.
Overhead pabrik barang dalam proses dan barang jadi tergantung pendekatan yang
digunakan untuk mengalokasikan overhead pabrik.
3) Biaya Perolehan atau Harga Pasar
Dalam menetapkan harga persediaan, auditor harus mempertimbangkan apakah biaya
pokok pengganti atau nilai bersih bisa direalisasi lebih rendah daripada biaya perolehan
historis.semua biaya produksi harus dipertimbangkan dalam menetapkan milai yang bisa
direalisasi untuk barang dalam proses dan barang jadi untuk persediaan yang diproduksi.
Auditor harus mempertimbangkan harga jual persediaan dan kemungkinan dampak dari
fluktuasi harga yang cepat untuk menetapkan nilai bersih bisa direalisasi.

2. Pengintegrasian Pengujian
(a) Pengujian Siklus Pembelian dan Pembayaran
Apabila auditor memerikisa pembelian persediaan sebagai bagian dari pengujian
siklus pembelian dan pembayaran, auditor juga mendapat bukti tentang ketelitian bahan baku
yang dibeli dan semua biaya overhead pabrik, kecuali biaya tenaga kerja. Dalam pengauditan
di mana klien memiliki master file persediaan perpentual, auditor biasanya menguji hal ini
sbagai bagian dari prosedur pengujian pengendalian dan pengujian subtantif golongan
transaksi siklus pembelian dan pembayaran. Demikian pula, apabila biaya produksi
dibebankan ke pesanan atau proses individual, hal tersebut biasanya diuji sebagai bagian dra
siklus yang sama.
(b) Pengujian Siklus Penggajian dan Personalia
Ketika auditor memeriksa biaya tenaga kerja, kondisi yang sama diterapkan seperti
halnya pada pembelian. Dalam banyak hal, catatan akuntansi biaya untuk tenaga kerja
langsung dn tidak langsung dapat diuji sebagai bagian dari siklus penggajian dan personalia.
8
(c) Pengujian Siklus Penjualan dan Pengumpulan Piutang
Hubungan antar siklus penjual an dan pengumpulan piutang dan siklus persediaan dan
penggudangan tidak seerat dua siklus yang baru saja kita bicarakan. Namun demikian,
kebanyakan pengujian audit dalam penggudangan barang jadi, dan pengiriman serta
pencatatan penjulan dilakukan ketika siklus penjulan dan pengumpulan piutang terjadi.
Apabila klien menggunakan catatan akuntansi biaya, auditor bisa menguji standar harga
pokok penjualan pada waktu yang bersamaan dengan pelaksanaan pengujian penjualan.
(d) Pengujian Akuntansi Biaya
Pengujian atas catatan akuntansi biaya berarti memeriksa pengendalian yang
mempengaruhi persediaan yang tidak diperiksa auditor sebagai bagian dari pengujian atas
ketiga siklus yang lalu. Auditor menguji persediaan fisik, pemindahan barang yang sudah
selesai ke barang jadi, master file persediaan perpentual, dan catatan biaya per unit.
(e) Persediaan Fisik, Penetapan Harga, dan Kompilasi
Penghitungan fisik persediaan, penetapan harga, dan kompilasi ketiganya sama
pentingnya dalam pengauditan persediaan karena kesalahan penyajian dalam salah satu
aktivitas tersebut akan menyebabkan kesalahan penyajian dan darga pokok penjualan.
Dalam menguji persediaan fisik, auditor bisa menitikberatkan pada master file
persediaan perpentual jika master file tersebut sudah diuji sebagai bagian dari satu atau lebih
siklus. Jika demikian auditor dapat mengobservasi dan menguji penghitungan fisik
persediaan pada suatu waktu tertentu selain dari saat akhir tahun dan mengandalkan pada
catatan perpentual yang telah mencatat secara memadai kuantitas persediaan. Ketika menguji
harga pokok per unit, sampai pad suatu batas tertentu, auditor juga bisa mengandalkan pada
pengujian catatan biaya yang dilakukan selama pengujian subtantif golongan transaksi.
Dan yang terakhir, ketika auditor melakukan pengujian pengendalian dan pengujian
subtantif yang berkaitan dengan transaksi dan saldo persediaan, mereka juga
mengintegrasikan pengujian yang berkaitan dengan tujuan audit saldo dengan pengujian yang
dilakikan untuk memenuhi keempat tujuan penyajian dan pengungkapan. Uditor harus
memperoleh pemahaman tentang pengendalian klien mengenai pengungkapan persediaan
tersebut dan pengujian subtantif lain untuk mendapatkan bukti yang cukup dan tepat untuk
keempat tujuan penyajian dan pengungkapan.

Refrensi: Jusup, Haryono. 2014. Auditing (Pengauditan Berbasis ISA), Edisi 2. Yogyakarta :
STIE YKPN.

Anda mungkin juga menyukai