Anda di halaman 1dari 7

Vol.

VI-3, Desember 2010

STABILITAS STATIS KAPAL IKAN TIPE LAMBUT TERSANJUNG YANG


BERPANGKALAN DI PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA AERTEMBAGA
KOTA BITUNG PROPINSI SULAWESI UTARA

Fransisco P.T. Pangalila

Staf Pengajar pada Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan,


Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan UNSRAT , Manado, 95115.

ABSTRACT

Ship is water vehicle with any shape and any purpose, mechanically powered
or by windvor tug and categorized as a multipurpose platform. It could be operated
underwater or in the surface of water and could function merely as a floating static
structure. The natural condition is the fish catching area are unpredictable as the wave
an current of the water could disturbing the maneuverability and the stabilty of the
ship. For that purpose the fish catching ship should have and meet the criterion of
robust construction and strong structure to deal with the extreme condition in the sea
and also should have a good maneuverability and enough power to make it move
steadily. The total lenght of the sample ship Tersanjung are 15.85 m, the width are
2.90 m and inside the ship measured as 1.32 m. The average comparison among the
3 parameters are 5.50 for L/ B, 13.05 for L/ D and 2.37 for B/ D . The coefficient of the
Tersanjung ship are Cb=0.58, Cp=0.96, C  =0.60 and Cw=0.87. “Tersanjung” ship has
reverse velocity 3.7 second (1 perod). Maximum rolling reaching at 120 with righting
moment of 0.21 m.

Key words: fishing boat, floating static, rolling.

PENDAHULUAN Kondisi alam suatu daerah penang-


kapan tidaklah menentu, seperti terjadinya
Kapal adalah kendaraan air dengan gelombang maupun arus yang datang se-
bentuk dan jenis apapun, yang digerakkan hingga mempengaruhi olah gerak dan sta-
dengan tenaga mekanik, tenaga angin atau bilitas kapal. Untuk itu kapal perikanan ha-
ditunda, termasuk kendaraan yang berdaya rus memiliki dan memenuhi persyaratan
dukung dinamis, kendaraan di bawah per- khusus seperti konstruksi bangunan kapal
mukaan air, serta alat apung dan bangunan yang kokoh dan tahan terhadap kondisi laut
terapung yang tidak berpindah-pindah (Un- yang paling buruk sekalipun, namun tetap
dang-undang Republik Indonesia No. 21 memiliki kemampuan olah gerak (manuver)
Tahun 1992 tentang Pelayaran). yang baik serta daya dorong yang besar.
Ayodhyoa (1972) menyatakan bah- Masyarakat nelayan di Sulawesi
wa apabila kita akan membuat kapal guna Utara umumnya menggunakan kapal tipe
keperluan pengembangan usaha penang- lambut untuk melakukan penangkapan ikan
kapan ikan tentu saja terlebih dahulu harus cakalang (Katsuwonus pelamis). Kapal-ka-
memperhatikan berbagai persyaratan se- pal tersebut umumnya dibuat oleh pengrajin
perti pemilihan jenis kapal sesuai dengan tradisional berdasarkan keahlian alami atau
jenis usaha (hand line, trawl, purse seine, pengalaman turun-temurun, tanpa perenca-
pole and line, dan lain-lain), besarnya, naan gambar dan kurang aplikasi teknis
bentuk, ukuran utama, kecepatan dan lain- yang sesuai dengan teori perkapalan.
lain. Selanjutnya bentuk kapal ada yang Kurangnya pengontrolan bagi nela-
langsing, montok dan gemuk. Koefisien yan dan pembuat kapal mengenai stabil ti-
yang menggambarkan keadaan ini, Coefisi- daknya kapal adalah salah satu penyebab
en block (Cb) Coefisien waterline (Cw), sehingga operasi penangkapan tidak dapat
Coefisien perismatik (Cp) dan Coefisien berjalan dengan baik.
midship (C  ).

149 Jurnal Perikanan dan Kelautan


Vol. VI-3, Desember 2010

Disamping itu dalam pembuatan ka- seluruh bagian kapal termasuk semua isi
pal para pengrajin tidak memperhatikan hu- yang berada didalamnya yang menekan
bungan antara besar kapal, tenaga pendo- ke bawah; titik apung B (Bouyancy) ada-
rong dan kecepatan kapal, sehingga sering lah titik berat geometris bagian kapal
terjadi benturan antara keinginan untuk yang terbenam dalam air yang menekan
membuat kapal menjadi cepat tetapi kapal ke atas dan titik M (Metacenter) adalah
tersebut oleng dan tidak stabil, oleh sebab tinggi sudut inklinasi dari lunas kapal ser-
itu perlu dilakukan penelitian mengenai ta titik pusat garis yang bekerja gaya
ukuran-ukuran utama, mengkaji stabilitas apung dan gaya berat. Gaya-gaya yang
statis dan sudut Capzising pada kapal tipe menyebabkan terjadinya stabilitas adalah
lambut yang berpangkalan di Pelabuhan gaya berat G yang besarnya sama
Perikanan Samudera Kota Bitung. dengan pemindahan air D (displacement),
dan gaya apung yang bekerja pada B
TINJAUAN PUSTAKA yang sama juga besarnya dengan pemin-
dahan air D (displacement) seperti dike-
Inclining Experiment atau yang dise- mukakan dalam hukum Archimedes: “Se-
but juga pengujian kemiringan adalah prak- buah benda yang seluruhnya atau sebagi-
tek investigasi stabilitas dalam menyelesai- an tercelup di dalam suatu fluida akan di-
kan pembuatan kapal untuk semua kapal apungkan ke atas dengan sebuah gaya
baru, Hind (1967). Objek dari pengujian ini yang sama dengan berat fluida yang di-
dikenal sebagai posisi center of gravity dan pindahkan oleh benda tersebut”. Bila G
menjadi alasan untuk sebuah praktek in- dan B letaknya tidak vertikal segaris, ma -
vestigasi karena posisi G tidak dapat dihi- ka akan terjadi momen kapal bergerak se-
tung dengan beberapa derajat dari kemam- suai arah momen.
puan gambar desain. Tujuan utama peng- Berdasarkan posisi relatif titik M
ujian kemiringan adalah nilai tertinggi dari terhadap G, maka Muckle (1978) menya-
titik metacentris. Juga dijelaskan bahwa po- takan sebagai berikut :
sisi center of gravity untuk nilai yang akurat 1. Apabila titik G berada di bawah titik M
dibutuhkan untuk membuat kapal tetap maka momen penegak (Righting mo-
dalam keadaan stabil pada saat pengope- ment, RM=∆.GZ, sedangkan GZ=GM
rasian. Oleh karena itu inclining experiment Sin θ) bernilai positif karena lengan
ditampilkan untuk memperoleh jarak verti- penegak (GZ) bernilai positif. Momen
kal dari titik G di atas titik K secara akurat penegak ini sanggup mengembalikan
ketika kapal dalam keadaan tenang/stabil. kapal ke posisi tegak semula. Stabili-
Hind (1967) menyatakan, keselamat- tas yang demikian disebut stabilitas
an pelayaran suatu kapal lebih banyak di- positif (stabil).
tentukan oleh stabilitas. Stabilitas kapal 2. Apabila titik G dan M berimpit, maka
adalah kemampuan kapal tersebut untuk momen penegak (RM) akan sama
kembali ke posisi semula setelah menga- dengan nol karena tidak terbentuk
lami gaya-gaya tarik dari luar maupun dari lengan penegak (GZ=0) sehingga
dalam kapal yang menyebabkan kapal itu RM=0. Ini berarti apabila kapal sengat
miring. Selanjutnya dijelaskan bahwa pada (olengan cepat) maka kapal tersebut
suatu benda yang mengapung diam di per- akan tetap sengat sebab tidak ada
mukaan air terdapat dua gaya utama yang lengan penegak. Stabilitas yang demi-
sama besar dan bekerja berlawanan arah kian disebut stabilitas netral.
pada sumbu vertikal, yaitu gaya berat G 3. Apabila titik G berada di atas titik M
(Center of Gravity) dan gaya apung B maka momen penegak (Righting mo-
(Center of Buoyancy). ment, RM) bernilai negatif karena le-
Lester (1985) menyatakan bahwa ngan GZ bernilai negatif. Momen pe-
terdapat 3 titik yang memegang peranan negak ini tidak mampu mengembalik-
penting dalam peninjauan stabilitas suatu an kapal ke posisi tegak semula, ma-
kapal yaitu titik G, B dan M. Selanjutnya lah membantu memiringkan kapal dan
menurut Kok (1983), titik berat G (Center kemungkinan kapal terbalik. Stabilitas
of gravity) adalah titik resultan gaya berat

150 Jurnal Perikanan dan Kelautan Tropis


Stabilitas Statis Kapal Ikan Tipe Lambut
yang demikian disebut stabilitas Manado. Waktu penelitian dilaksanakan
negatif (labil). dari bulan Oktober sampai November
Stabilitas adalah kemampuan kapal tahun 2010.
untuk kembali ke posisi semula sesudah Objek penelitian ini adalah kapal
miring akibat bekerjanya gaya-gaya terha- tipe lambut jenis small pole and liner,
dap kapal (Hind, 1967). Sebaliknya dengan mengambil data kapal bernama
Edward dan Robert (1980), menyatakan Tersanjung sebagai contoh, yang diukur
bahwa stabilitas adalah kombinasi antara dan digambar kembali desainnya.
ukuran yang cocok dan pembagian berat
muatan yang memungkinkan kapal untuk Teknik Pengumpulan Data
mengikuti kekuatan angin dan gelombang, Teknik pengumpulan data dilaku-
serta selalu dapat kembali tegak dan se- kan melalui pengamatan dan pengukuran
imbang lagi atau kecenderungan kapal secara langsung di lapangan, serta wa-
yang bergoyang ke kiri dan kekanan untuk wancara untuk memperoleh data primer
kembali ke posisi tegak. Selanjutnya dan pengutipan informasi dari beberapa
Handryanto (1982) menambahkan bahwa tulisan ilmiah sesuai dengan topik pene-
stabilitas adalah kehendak dari kapal litian untuk memperoleh data sekunder.
untuk kembali kekeadaan semula apabila 1. Pengukuran Ukuran Utama Kapal
kapal tersebut mendapat tenaga atau a. LOA (Length Over All), panjang
gaya dari luar. seluruh kapal yang diukur dari
Stabilitas statis adalah kecende- bagian paling ujung buritan hingga
rungan kembalinya kapal ke posisi semula bagian paling ujung pada haluan.
setelah kapal cenderung dimiringkan pada b. BM (Breadth Moulded), lebar kapal
saat kapal dalam keadaan diam. Ini ada- yang diukur mulai dari sisi luar kapal
lah bukti bahwa dibawah kondisi biasa ka- yang satu kesisi lainnya.
pal tidak selalu dalam keadaan lurus. Ka- c. D (Depth), dalam atau tinggi kapal
pal secara terus menerus dipaksa keluar yang diukur mulai dari dek terendah
dari posisi lurusnya oleh gaya-gaya dari hingga ke bagian badan kapal
luar seperti angin dan gelombang. Sa- terbawah.
ngatlah penting bahwa kapal harus d. LWL (Length Water Line), panjang
memiliki kualitas tertentu sehingga sudut garis air.
miring yang terjadi tidak mempangaruhi e. d (draf), dalam sarat kapal yang
keamanannya. diukur dari Lwl (garis air kondisi
Kapal dikatakan stabil jika pada sa- kapal kosong) hingga kebawah kapal
at kapal dimiringkan, kapal cenderung terbawah atau lunas bagian atas.
kembali ke posisi semula dengan periode 2. Penggambaran Lambung Kapal
olengan relatif pendek. Kapal dikatakan ti- Untuk menggambarkan lambung
dak stabil jika pada saat dimiringkan lam- kapal digunakan teknik pengukuran
bat kembali ke posisi semula, periode dengan pantograf bagi kapal yang berada
olengan kapal relatif panjang untuk kem- di atas air, prosedurnya sebagai berikut:
bali pada keadaan semula. Kapal dikata- a. Pada saat pengukuran kapal dalam
kan dalam keadaan netral jika, pada saat kondisi lurus jika di darat dan diam
kapal dimiringan tidak menjauh dari posisi atau dalam keadaan terikat pada
semula (Attwood dan Pengelly, 1967). kapal lain jika di air.
b. Bentangkan tali dari buritan kapal ke
METODE PENELITIAN haluan kapal.
c. Lakukan pengukuran panjang kapal
Penelitian ini dilakukan di kota secara keseluruhan (LOA).
Bitung Propinsi Sulawesi Utara, tepatnya d. Panjang keseluruhan kapal dibagi
di lokasi Pelabuhan Perikanan Samudera menjadi 10 section dari buritan ke
Aertembaga, Bitung. Selanjutnya data haluan, dan tandai pada tali.
yang diperoleh diolah di Laboratorium Ke- e. Setelah semua siap gambarlah garis
pelautan Fakultas Perikanan dan Ilmu Ke- lambung kapal pada setiap section
lautan Universitas Sam Ratulangi pada lambung kapal dengan meng-

151
Vol. VI-3, Desember 2010

gunakan pantograph dengan cara yang dikemukakan oleh Namura dan


ujung lengan pantograph dijepitkan Yamazaki (1977) dengan rumus:
pada freeboard deck line kemudian
( )
tarik ujung lengan pantograph meng-
ikuti bentuk kapal sampai pada
freeboard deck line. ( )
f. Pada saat pengukuran lebar dan
dalam kapal setiap section diukur. dimana:
= Volume Kapal (m 3)
3. Penentuan Olengan Bebas Kapal = Luas bidang (m )
2
Aturan-aturan untuk mengukur GM H = Jarak antara bidang/garis (m)
dapat dilakukan dengan menggunakan = Luas bidang ke-i (m )
2

percobaan momen sistem pengujian = panjang garis ke-i (m)


kemiringan (inclining experiment) yaitu: = 1,2,3,....... m (jumlah Bidang)
a. Kapal diusahakan dalam keadaan
diam atau dapat juga dengan cara 2. Koefisien Bentuk Kapal
mengikat kapal agar tidak oleng Untuk menghitung nilai dari ma-
karena pengaruh ombak. sing-masing koefisien bentuk, maka digu-
b. Menyiapkan beban yang telah nakan rumus yang dikemukakan oleh
diketahui beratnya. Nomura dan Yamazaki (1977) sebagai
c. Mengukur panjang lengan (Righting berikut:
Arm) kapal pada bagian tengah oe isien Balok ( b )=
kapal paling lebar. B d
d. Menempatkan klinometer pada ba- b
oe isien ris atik ( p )=
gian tengah kapal yang paling lebar.
e. Meletakkan beban pada bagian ping-
gir kapal yang paling lebar, kemudi- oe isien bidang tengah kapal( )=
B d
an sudut yang dibentuk pada klino-
meter dicatat. oe isien bidang garis air( )=
f. Ketika semua alat sudah diset, ke- B
mudian berat 6 orang yang akan me- dimana:
lakukan gerakan untuk mengoleng- LWL = Panjang Kapal pada water line (m)
BWL = Lebar kapal pada water line (m)
kan kapal ditimbang. d = draft (m)
g. Melakukan penambahan beban = Luas bidang garis tengah air (m 2)
2
sebanyak tiga kali dimana dari = Luas bidang penampang tengah (m )
setiap beban dilakukan tiga kali  = 3
Volume (m )
pengulangan.
h. 6 orang tersebut berdiri di tepi kapal 3. Pengukuran dan Perhitungan stabilitas
untuk membentuk sudut, lalu berlari kapal
dari tepi lebar kapal yang satu ke te- Pengukuran dilakukan dengan me-
pi lebar kapal yang lainnya, peng- tode moment yaitu menggunakan beban
ulangan dilakukan selama 3 kali, lalu yang diletakkan pada salah satu sisi kapal
ke-enam orang diam di bagian yang kemudian dilakukan pembacaaan
tengah kapal. terhadap setiap perubahan yang terjadi.
i. Setelah kapal melakukan gerak Untuk mengetahui olengan bebas
oleng angka-angka yang ditunjukan digunakan koefisien froude (Dalzell,
oleh bandul ketika benang bandul 1978), yang dapat menghitung Rolling
bergerak di samping busur dibaca dumping yaitu kurva yang menggambar-
skalanya. kan besar olengan yang terjadi pada
kapal.
E. Analisis Data    a ' n  b  ' n 2
1. Menghitung Volume kapal
Volume kapal dihitung dengan dimana:
menggunakan aturan trapesium, seperti

 = Rolling dumping
a, b = Koefisien Extinsi

152 Jurnal Perikanan dan Kelautan Tropis


Stabilitas Statis Kapal Ikan Tipe Lambut
Untuk menentukan curve extinction Koefisien Bentuk Kapal
(Koefisien N) digunakan: Koefisien bentuk kapal merupakan
 ukuran yang dapat menggambarkan ben-
 ' tuk kapal menyangkut kemontokan dan
(i  i  1) / 2
kelangsingan bentuk lambung kapal terse-
Hasil perhitungan selanjutnya dipetakan but pada benaman kolom air. Hasil peneli-
dalam kurva stabilitas statis dengan tian yang dilakukan pada kapal Tersan-
menggunakan rumus: jung, diperoleh hasil seperti yang ditam-
  
pilkan pada tabel 2.
 md   w. GZ d   . GZ d
  
Tabel 2. Koefisien Bentuk Kapal Tersanjung tipe
lambut yang berpangkalan di Pelabuhan
dimana:
Perikanan Samudera Bitung.
m
 = Momen penegak

d
 = Sudut tambahan
Sampel
Kapal
Cb Cp C Cw

GZ = Lengan penegak Tersanjung 0,58 0,96 0,60 0,87*

HASIL DAN PEMBAHASAN Nilai koefisien balok pada tabel 2


menunjukkan bahwa volume benaman ka-
Ukuran Utama Kapal pal Tersanjung dalam bentuk balok 0,58,
Dari hasil pengukuran pada kapal ini mengartikan bahwa benaman kapal
Tersanjung menunjukkan bahwa panjang adalah 58% dari volume kapal dalam ben-
total kapal adalah 15,85m, lebar kapal tuk balok. Hal ini juga menjelaskan bahwa
adalah 2,90 m dan untuk dalam kapal kapal Tersanjung tersebut bentuk lam-
yaitu 1,32m. Selanjutnya data ukuran bungnya langsing sehingga menguntung-
utama kapal disajikan pada tabel 1. kan dalam kecepatan kapal.
Dari nilai-nilai perbandingan yang Nilai koefisien perismatik kapal
diperoleh, dapat dikatakan bahwa kapal- Tersanjung dari hasil perhitungan dipero-
kapal tipe lambut yang berpangkalan di leh bahwa luas bidang penampang
Pelabuhan Perikanan Samudera Aertem- melintang tengah kapal 0,96. Nilai ini me-
baga kota Bitung memiliki perbandingan nunjukkan bahwa perbandingan antara
yang sesuai untuk panjang dan lebar, hal volume kapal dibagi dengan perkalian
ini memberikan pengaruh yang baik terha- antara bagian tengah kapal secara me-
dap tahanan kapal. Tahanan yang terjadi manjang adalah sebesar 96%, artinya
pada saat kapal berlayar berkurang bahwa kapal Tersanjung tipe lambut
sehingga dapat meningkatkan kecepatan melebar pada bagian buritan.
kapal. Nilai penampang tengah kapal
Perbandingan panjang dan dalam Tersanjung yaitu 0,60. Hal ini menunjuk-
kapal, memiliki nilai yang besar ini mem- kan bahwa luas bidang penampang melin-
beri pengaruh terhadap kekuatan meman- tang tengah kapal Tersanjung adalah
jang kapal, sehingga kapal tidak mudah 74%, ini mengartikan bahwa kapal tipe
patah pada saat mendapatkan gaya-gaya lambut Tersanjung memiliki bentuk lam-
dari luar yang bekerja mempengaruhi bung yang relatif mendekati huruf V. Hal
kekuatan memanjang dari kapal tersebut. ini dapat mempengaruhi kecepatan kapal,
dimana tahanannya relatif rendah sehing-
Tabel 1. Ukuran Utama Kapal Tersanjung dan
Perbandingan Ukuran Utama Kapal tipe
ga meningkatkan kecepatan.
lambut yang berpangkalan di Pelabuhan Nilai koefisien bidang air yaitu
Perikanan Samudera Bitung. 0,87. Hal ini menunjukkan bahwa kapal
Sampel L B D
tipe lambut Tersanjung memiliki bentuk
L/B L/D B/D penampang garis air yang mendekati ben-
Kapal (m) (m) (m)
Tersanjung 15,85 2,90 1,32 5,47 12,01 2,20* tuk empat persegi, sehingga meningkat-
kan stabilitas kapal.

153
Vol. VI-3, Desember 2010

Dari hasil penelitian dan dibanding- STABILITAS STATIS KAPAL TERSANJUNG

kan dengan penelitian sebelumnya terlihat 14

bahwa para pengrajin kapal telah mem- 12


10

perhitungkan kecepatan kapal dimana 8


6

SUDUT OLENGAN
bentuk lambung kapal adalah langsing 4
2

serta bentuk penampang melintang kapal 0


-200.00 05.40 10.54 15.70 20.62 25.20 30.19 35.11 40.45 43.23 45.88 48.44

mendekati huruf V dimana sangat -4


-6
-8
menguntungkan pada kecepatan kapal. -10
-12
Jika dilihat dari koefisien prismatik -14

dan koefisien bidang air terlihat bahwa WAKTU

para pengrajin sangat mengutamakan ke- Gambar 1. Olengan bebas Kapal Tersanjung
stabilan kapal, ini dibuktikan dengan nilai
koefisien prismatik dan koefisien bidang
air yang besar yang menyebabkan bentuk
kapal melebar pada bagian buritan kapal
dan koefisien bidang air yang hampir
berbentuk empat persigi dimana sangat
menguntungkan pada kestabilan kapal.

Olengan Bebas
Implementasi teori olengan bebas
dalam hal ini stabilitas statis yang dilaku-
kan saat kapal diam telah dilakukan pada
kapal tipe lambut Tersanjung dengan Gambar 2. Kurva Stabilitas Statis Kapal tipe
hasil seperti yang tertera pada gambar 1. lambut Tersanjung
Gambar 1 menerangkan bahwa
sumbu X adalah waktu dalam detik yang KESIMPULAN DAN SARAN
diperlukan oleh kapal untuk kembali da-
lam posisi netral, sedangkan sumbu Y Kesimpulan
adalah kemiringan sudut yang terbentuk Dari hasil penelitian tentang stabili-
ketika kapal oleng selama waktu t. tas statis kapal tipe lambut yang berpang-
Gambar 1 menunjukkan bahwa Tersan- kalan di Kota Bitung ditarik kesimpulan
jung memiliki kecepatan pembalikan 3,7 sebagai berikut:
detik (1 kali periode oleng). Jika diban- 1. Kapal tipe lambut yang berpangkalan di
dingkan dengan periode oleng kapal yang TPI Aertembaga kota Bitung mempu-
sama di daerah yang sama pula, ternyata nyai nilai perbandingan ukuran utama
Tersanjung memiliki periode oleng yang kapal yang relatif baik. Nilai koefisien
relatif pendek, yang akhirnya berkontribu- bentuk kapal Tersanjung ini cenderung
si pada tingkat stabilitas kapal tersebut. mewakili nilai koefisien kapal sejenis di
Hasil analisis lanjutan untuk me- daerah lain.
nentukan stabilitas statis dari Tersanjung 2. Kapal Tersanjung memiliki bentuk yang
dijelaskan pada gambar 2. Hasil yang di- cenderung bulat. Ini memberi kontribusi
tampilkan pada gambar 2 yaitu peng- yang positif terhadap stabilitas statis
ukuran pada saat kapal dalam kondisi ko- kapal.
song   5,7ton, pada draft 0,77m dengan 3. Kapal Tersanjung sudut capzising yang
nilai GM=1,027m. Gambar 19 menjelas- diperoleh adalah 12 0 , hal ini menunjuk-
kan bahwa olengan maximum kapal da- kan bahwa kapal ini tersebut memiliki
lam kondisi tersebut mencapai kemiringan sudut oleng yang kecil.
12 0 dengan nilai lengan penegak sebesar
0,21m, ini berarti bahwa stabilitas kapal Saran
ini baik. Dari hasil penelitian dan pemba-
hasan yang telah dilakukan, telah diambil
kesimpulan, maka penulis ingin menge-
mukakan beberapa saran yaitu:

154 Jurnal Perikanan dan Kelautan Tropis


Stabilitas Statis Kapal Ikan Tipe Lambut
1. Perlunya sosialisasi teknik pengukuran Kok, H.G.M. 1983. Bangunan Kapal. Martech.
stabilitas statis kepada pengusaha ka- 149 Hal.
pal, nelayan dan galangan kapal tradi-
Lester, A.P. 1985. Merchant Ship stability.
sional di Sulawesi Utara.
Butter worth and Co. London 502 P.
2. Perlu dilakukan penelitian dan pengka-
jian stabilitas dinamis dan manuver pa- Mandagi, I.F., 2003. Studi Tentang Penurunan
da saat kapal sedang berlayar maupun Sudut Oleng (Roll Dumping) Pada Kapal
sedang melakukan operasi penangkap- Pukat Cincin di Pesisir Bitung dan Bunaken
an ikan. Propinsi Sulawesi Utara. Thesis. Program
Pascasarjana. UNSRAT. Manado. 46 Hal.
DAFTAR PUSTAKA Masengi, K.W.A., 1992. Studies On The
Characteristic Of A Small Fishing Boat
Ayodhyoa, A.U. 1972. Fishing Boat. Cores- From The Viewpoint Of Seakeeping
pondence Course Centre. IPB. Bogor. 66 P Quality. Graduate School Of Marine Sience
Ariyanto. 1986. Prosedur Penelitian Suatu and Engineering. Nagasaki University.
Pendekatan Praktis. Bina Aksara. 53 Hal. Muckle, W. 1978. Naval Architercture of
Atwood, E.L. O.B.E dan Pengelly, H.S. C.B. Marine Engineers. New Butterword and co.
1967. Theoritical Naval Architecture. 407 P.
Longmans. Great Britain. Nomura, M and T. Yamazaki. 1977. Fishing
Dalzell, J.F., 1978. A Note On The Form of Techniques I. JICA. Tokyo. 206 P.
Ship Roll Dumping. Journal of Ship Santoso, I. G.M. dan J.JH Suyono. 1983.
Research 22 No. 3 pp. 1978-1985. Teori Bangunan Kapal. Direktorat
Handryanto, 1982. Pembuatan Gill Net 14,5 Pendidikan menengah Kejuruan.
GT di PT. M. Jusdi. Tegal. Jawa Tengah. Depdikbud. Jakarta.
Karya Ilmiah. Fakultas Perikanan. IPB. Suryabrata, J. 1987. Metode Penelitian. CV.
Bogor. 134 Hal. Rajawali. Jakarta. 126 Hal.
Hind, J.A. 1967. Trim and Stability of Fishing Undang-undang Republik Indonesia No. 21
Vessel. Fishing News (Ltd. London. 120 P. Tahun 1992. Tentang Pelayaran. Bab I.
Karman, A. 1996. Pengaruh ukuran luas sirip Ketentuan Umum Pasal 1 Ayat 2.
terhadap stabilitas model kapal tipe lambut.
Skripsi Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan. UNSRAT. Mdo. 28 Hal.

155

Anda mungkin juga menyukai