Anda di halaman 1dari 135

PENGARUH LEVERAGE, COMPANY GROWTH, FIRM SIZE, DEBT

DEFAULT DAN REPUTASI KANTOR AKUNTAN PUBLIK TERHADAP


OPINI AUDIT GOING CONCERN

SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Meraih Gelar Sarjana

Oleh:

MUHAMAD FAJRI

NIM: 11160820000086

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1442 H/2020 M
PENGARUH LEVERAGE, COMPANY GROWTH, FIRM SIZE, DEBT
DEFAULT DAN REPUTASI KANTOR AKUNTAN PUBLIK TERHADAP
OPINI AUDIT GOING CONCERN

SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Meraih Gelar Sarjana

Oleh:

MUHAMAD FAJRI

NIM: 11160820000086

Di Bawah Bimbingan:

Zuwesty Eka Putri, SE., M. Ak


NIP. 198004162009012006

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1442 H/2020 M

ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF

Hari ini Rabu, 11 Maret 2020 telah dilakukan Ujian Komprehensif atas mahasiswa:
Nama : Muhamad Fajri
NIM : 11160820000086
Jurusan : Akuntansi
Judul Skripsi : Pengaruh Leverage, Company Growth, Firm Size, Debt
Default, dan Reputasi Kantor Akuntan Publik Terhadap
Opini Audit Going Concern

Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang


bersangkutan selama proses ujian komprehensif, maka diputuskan bahwa
mahasiswa tersebut di atas dinyatakan lulus dan diberi kesempatan untuk
melanjutkan ke tahap Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Akutansi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 11 Maret 2020

1. Prof. Dr. Amilin, SE., Ak., M.Si., CA., QIA. (____________________)


NIP. 197306152005011009 Penguji I

2. Hepi Prayudiawan, SE., Ak., MM., CA. (____________________)


NIP. 197205162009011006 Penguji II

iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI

Hari ini Senin, 28 September 2020 telah dilakukan Ujian Skripsi atas mahasiswa:
Nama : Muhamad Fajri
NIM : 11160820000086
Jurusan : Akuntansi
Judul Skripsi : Pengaruh Leverage, Company Growth, Firm Size, Debt
Default, dan Reputasi Kantor Akuntan Publik Terhadap
Opini Audit Going Concern

Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang


bersangkutan selama proses Ujian Skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa
tersebut di atas dinyatakan LULUS dan Skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Akuntansi pada Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 28 September 2020

1. Fitri Damayanti, SE., M.Si. (____________________)


NIP. 198107312006042003 Ketua

2. Ismawati Haribowo, SE., M.Si. (____________________)


NIP. 198009092014112003 Penguji Ahli

3. Zuwesty Eka Putri, SE., M.Ak. (____________________)


NIP. 198004162009012006 Pembimbing

iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH

Yang bertanda tangan di bawah ini

Nama : Muhamad Fajri


NIM : 11160820000086
Jurusan : Akuntansi
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis

Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya:


1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan
dan mempertanggungjawabkan.
2. Tidak melakukan plagiasi terhadap naskah karya orang lain.
3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli
atau tanpa izin pemilik karya.
4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data.
5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas
karya ini.

Jikalau di kemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah
melalui pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan, ternyata memang
ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan ini, maka saya siap
dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Demikian pernyataan ini saya buat dengan
sesungguhnya.
Jakarta, 25 September 2020

( Muhamad Fajri )

v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS DIRI
Nama Lengkap : Muhamad Fajri
Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 1 Desember 1998
Alamat : Jl. Haji Gareng RT. 010/05 No. 36 Kel.
Sukabumi Selatan, Kec. Kebon Jeruk,
Jakarta Barat 11560
Telepon : +62 87883138559
Email : fajriess1@gmail.com

II. PENDIDIKAN FORMAL


SD Negeri 03 Pagi Kebon Jeruk Tahun 2004-2010
SMP Negeri 48 Jakarta Tahun 2010-2013
SMA Negeri 32 Jakarta Tahun 2013-2016
S1 Akuntansi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2016-2020

III. PENDIDIKAN NON FORMAL


Sertifikasi Software Zahir, PT. Zahir Internasional. Tahun 2018.

IV. PENGALAMAN ORGANISASI


1. MPK / OSIS SMAN 32 Jakarta Periode 2013-2016.
2. Anggota Departemen Ekonomi Kreatif Himpunan Mahasiswa Jurusan
(HMJ) Akuntansi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Periode 2017-2018.
3. Anggota Muda Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) Tahun 2018-Sekarang.

V. SEMINAR DAN WORKSHOP


1. Seminar Future Career by Lenovo with Binus University, 2019.
2. Workshop Ms. Excel oleh HMJ Akuntansi UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, 2018.

vi
3. Workshop Zahir Accouting oleh HMJ Akuntansi UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, 2018.

VI. KEPANITIAAN
1. Gebyar Lomba Akuntansi sebagai koordinator lomba, 2018.
2. Accounting Week sebagai koordinator perlengkapan, 2018.
3. Kuliah Kerja Nyata (KKN) 51 Massaid UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
sebagai divisi pubdekdok, 2018.
4. Volunteer Kongress XIII Ikatan Akuntansi Indonesia, 2018.

VII. LATAR BELAKANG KELUARGA


1. Ayah : Mudro
2. Ibu : Sopiah
3. Anak ke- : Empat dari empat bersaudara

vii
INFLUENCE OF LEVERAGE, COMPANY GROWTH, FIRM SIZE, DEBT
DEFAULT AND REPUTATION OF PUBLIC ACCOUNTING FIRM ON
GOING CONCERN AUDIT OPINION

ABSTRACT
This study aims to analyze the effect of leverage, company growth, firm
size, debt default, and the reputation of public accounting firms on going concern
audit opinion. This study uses secondary data from the financial statements of
mining companies listed on the Indonesia Stock Exchange (IDX) during the period
2015-2019. Determination of the sample by purposive sampling method. This study
uses a sample of 33 mining companies. The data analysis method used in this study
is logistic regression using SPSS 25 data analysis tools. The results of this study
indicate that leverage and firm size have no effect on going concern audit opinion.
While the company growth, debt default and the reputation of the public accounting
firm have an influence on going concern audit opinion on mining companies listed
on the Indonesia Stock Exchange (BEI) for the period 2015-2019.

Keywords: leverage, company growth, firm size, debt default, reputation of public
accounting firm, going concern audit opinion.

viii
PENGARUH LEVERAGE, COMPANY GROWTH, FIRM SIZE, DEBT
DEFAULT DAN REPUTASI KANTOR AKUNTAN PUBLIK TERHADAP
OPINI AUDIT GOING CONCERN

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh leverage, company
growth, firm size, debt default, dan reputasi kantor akuntan publik terhadap opini
audit going concern. Penelitian ini menggunakan data sekuder dengan melihat
laporan keuangan perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
(BEI) selama periode 2015-2019. Penentuan sampel dengan metode purposive
sampling. Penelitian ini menggunakan sampel sebanyak 33 perusahaan
pertambangan. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
regresi logistik dengan menggunakan alat analisis data SPSS 25. Hasil penelitian
ini menunjukkan bahwa leverage dan firm size tidak berpengaruh terhadap opini
audit going concern. Sedangkan company growth, debt default dan reputasi kantor
akuntan publik berpengaruh terhadap opini audit going concern pada perusahaan
pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2015-2019.

Kata Kunci: leverage, company growth, firm size, debt default, reputasi kantor
akuntan publik, opini audit going concern.

ix
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim.

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji syukur kehadirat Allah Swt. karena atas taufik dan hidayahnya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh leverage,
company growth, firm size, debt default, dan reputasi kantor akuntan publik
terhadap opini audit going concern”. Shalawat serta salam selalu dijunjungkan
kepada baginda Nabi Muhammad Saw. beserta para keluarganya, sahabatnya, dan
semua pengikut setianya sampai akhir zaman nanti.
Adapun penyusunan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi persyaratan guna
meraih gelar sarjana akuntansi. Semoga dengan adanya skripsi ini dapat
memberikan manfaat kepada penulis sebagai wadah untuk menerapkan ilmu yang
diperoleh selama masa perkuliahan maupun kepada pembaca untuk menambah
wawasan ilmu terkait dengan topik yang ditulis. Penulis menyadari bahwa banyak
pihak yang telah membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini. Oleh karena itu,
penulis sangat bersyukur kepada Allah SWT yang telah memberikan karunia-Nya,
sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Penulis juga mengucapkan
terimakasih dan apresiasi kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan
selama penulisan skripsi ini, khususnya kepada:
1. Kedua orang tua penulis yang selalu memberikan saran dan dukungan serta
do’a yang tiada henti dilimpahkan kepada penulis sehingga penulis selalu
bersemangat dalam menyelesaikan skripsi ini.
2. Ibu Zuwesty Eka Putri, S.E., M.Ak. selaku dosen pembimbing skripsi yang
telah memberikan dukungan dan arahan serta membimbing penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
3. Bapak Prof. Dr. Amilin, M.Si., Ak., CA., QIA., BKP. selaku dosen
pembimbing akademik sekaligus sebagai Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis.

x
4. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan pelajaran berupa ilmu
pengetahuan selama masa perkuliahan penulis, semoga ilmu yang diberikan
dapat menjadi manfaat dan amal kebaikan bagi kita semua.
5. Seluruh Staf Administrasi serta semua karyawan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah
membantu penulis ketika mengurus segala kebutuhan berupa administrasi
maupun kebutuhan lainnya.
6. Saudara penulis yaitu Faizah, Fauzih dan Fitri yang telah memberikan
bantuan berupa doa dan motivasi sehingga penulis dapat terus semangat
untuk menyelesaikan skripsi yang sedang dikerjakan.
7. Keluarga besar HMJ Akuntansi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah
memberikan banyak sekali pengalaman kepada penulis selama mengikuti
organisasi.
8. Seluruh teman-teman Jurusan Akuntansi angkatan 2016 yang telah berjuang
bersama-sama dalam suka maupun duka. Terima kasih atas dukungan dan
inspirasi yang telah kalian berikan selama ini.
9. Semua pihak yang terkait di mana penulis tidak dapat menyebutkannya
satupersatu.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini sangat jauh dari kata
sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan, maka dari itu penulis berharap agar
pembaca dapat memberikan kritik dan saran sebagai sarana evaluasi bagi diri
penulis dan demi kesempurnaan untuk penelitian-penelitian yang berikutnya.

Jakarta, 25 September 2020

Muhamad Fajri
(11160820000086)

xi
DAFTAR ISI

COVER ....................................................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ..................................................................ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI .................................................... iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ............................. v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................................. vi
ABSTRACT .......................................................................................................... viii
ABSTRAK ............................................................................................................. ix
KATA PENGANTAR ............................................................................................ x
DAFTAR ISI ......................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xv
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xvi

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1


A. Latar Belakang ........................................................................................... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ................................................... 14
C. Tujuan Peneltian ...................................................................................... 15
D. Manfaat Penelitian ................................................................................... 15

BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................... 17


A. Kajian Pustaka ......................................................................................... 17
1. Teori Agensi (Agency Theory) ............................................................. 17
2. Teori Sinyal (Signalling Theory) ......................................................... 18
3. Auditing.................................................................................................. 19
4. Going Concern....................................................................................... 22
5. Opini Audit Going Concern ................................................................. 23

xii
6. Variabel Independen ............................................................................ 25
7. Hasil Penelitian terdahulu ................................................................... 36
B. Kerangka Konseptual .............................................................................. 44
C. Hipotesis .................................................................................................... 45

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ......................................................... 50


A. Waktu dan Tempat Penelitian ................................................................ 50
B. Jenis Penelitian ......................................................................................... 50
C. Definisi dan Operasional Variabel ......................................................... 51
D. Populasi dan Sampel Penelitian .............................................................. 55
E. Tekhnik Pengumpulan Data ................................................................... 57
F. Metode Analisis Data ............................................................................... 57

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 63


A. Gambaran Umum Objek Penelitian....................................................... 63
B. Analisis Data ............................................................................................. 64
1. Analisis Statistik Deskriptif ................................................................. 64
2. Analisis Regresi Logistik...................................................................... 68
3. Uji Hipotesis .......................................................................................... 72
4. Pembahasan Hasil Penelitian .............................................................. 74

BAB V PENUTUP ............................................................................................... 83


A. Kesimpulan ............................................................................................... 83
B. Keterbatasan Penelitian .......................................................................... 84
C. Saran ......................................................................................................... 84

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 86

xiii
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Nilai Ekspor Hasil Pertambangan Indonesia Tahun 2014-2018 ............ 3
Tabel 1.2 Laba (Rugi) Perusahaan Sektor Pertambangan di Indonesia ................ 6
Tabel 2.1 Rangkuman Penelitian Terdahulu ........................................................ 36
Tabel 3.1 Operasional Variabel ............................................................................ 55
Tabel 3.2 Rincian Sampel Penelitian ................................................................... 56
Tabel 4.1 Descriptive Statisctics ......................................................................... 64
Tabel 4.2 Descriptive Frequencies Opini Audit Going Concern ......................... 66
Tabel 4.3 Descriptive Frequencies Debt Default ................................................. 67
Tabel 4.4 Descriptive Frequencies Reputasi Kantor Akuntan Publik ................ 67
Tabel 4.5 Nilai -2 Log Likelihood (-2 LL Awal) .................................................. 69
Tabel 4.6 Nilai -2 Log Likelihood (-2 LL Akhir) ................................................. 69
Tabel 4.7 Perbandingan Nilai -2LL Awal dengan -2LL Akhir ............................ 69
Tabel 4.8 Hosmer and Lemeshow Test ................................................................ 71
Tabel 4.9 Model Summary.................................................................................... 72
Tabel 4.10 Case Processing Summary ................................................................. 73
Tabel 4.11 Variables in the Equation .................................................................. 74

xiv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Indonesian Crude Price (ICP) Tahun 2018-2019 ............................ 5


Gambar 2.1 Kerangka Konseptual....................................................................... 44

xv
DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1: Daftar Populasi Penelitian.......................................................... 90


LAMPIRAN 2: Daftar Sampel Penelitian ........................................................... 92
LAMPIRAN 3: Data Perhitungan Variabel Leverage ......................................... 93
LAMPIRAN 4: Data Perhitungan Variabel Company Growth ........................... 98
LAMPIRAN 5: Data Perhitungan Variabel Firm Size ...................................... 103
LAMPIRAN 6: Data Perhitungan Variabel Debt Default ................................. 108
LAMPIRAN 7: Data Variabel Debt Default...................................................... 113
LAMPIRAN 8: Data Variabel Reputasi Kantor Akuntan Publik ...................... 114
LAMPIRAN 9: Data Variabel Opini Audit Going Concern ............................. 115
LAMPIRAN 10: Hasil Uji Data SPSS............................................................... 116

xvi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Laporan keuangan merupakan sarana penting untuk

mengkomunikasikan informasi keuangan perusahaan kepada stakeholder.

Dalam Statement of Financial Accounting Concepts (FSAB No. 8, 2010)

dijelaskan bahwa tujuan utama dari laporan keuangan adalah untuk

menyediakan informasi untuk calon investor dan kreditor yang berguna sebagai

acuan dalam pembuatan keputusan bisnis dan ekonomi. Manajemen merupakan

pihak yang memberikan informasi laporan keuangan, yang nantinya akan

dinilai dan dievaluasi kinerjanya berdasarkan laporan keuangan tersebut.

Akuntan publik adalah akuntan yang telah memperoleh izin dari menteri

keuangan untuk memberikan jasa akuntan publik di Indonesia. Salah satu jasa

akuntan publik adalah assurance services yang mana bertujuan untuk

meningkatkan mutu dari laporan keuangan. Dalam hal ini auditing merupakan

salah satu daripada assurance services tersebut. Tujuan audit atas laporan

keuangan oleh auditor independen adalah untuk meningkatkan tingkat

keyakinan pengguna laporan keuangan yang dituju. Hal ini dicapai melalui

pernyataan suatu opini oleh auditor tentang apakah laporan keuangan disusun,

dalam semua hal yang material, sesuai dengan suatu kerangka pelaporan

keuangan yang berlaku (SA 200 No.3).

Menurut Arens, Elder, & Beasley (2015:63) meskipun tujuan audit

bukan untuk mengevaluasi kesehatan keuangan perusahaan, auditor memiliki

1
tanggung jawab menurut standar auditing untuk mengevaluasi apakah

perusahaan mempunyai kemungkinan untuk tetap bertahan. Standar Audit (SA

570 No.6) menyebutkan bahwa tanggung jawab auditor adalah untuk

memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat tentang ketepatan penggunaan

asumsi kelangsungan usaha oleh manajemen dalam penyusunan dan penyajian

laporan keuangan, dan untuk menyimpulkan apakah terdapat suatu

ketidakpastian material tentang kemampuan entitas untuk mempertahankan

kelangsungan usahanya. Tanggung jawab auditor semacam ini ada bahkan

ketika kerangka pelaporan keuangan yang dibuat oleh manajemen tidak

menuliskan secara langsung mengenai penilaian khusus atas kemampuan

entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidup dan kegiatan operasinya.

Berdasarkan fenomena yang terjadi pada tahun 2019, tahun tersebut

merupakan tahun yang buruk bagi beberapa perusahaan pada sektor

pertambangan yang ada di Indonesia. Indeks sektor pertambangan (mining)

menjadi salah satu penjegal langkah Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)

sepanjang tahun 2019. Indeks sektor pertambangan tumbuh negatif sebesar

12,83% (Kontan, 2020). Ada beberapa faktor yang menyebabkan indeks sektor

pertambangan ini mengalami pertumbuhan yang negatif. Saat ini harga jual

beberapa komoditas mineral dan batu bara berada pada level yang kurang

menguntungkan. Di sisi lain, masih banyak kebutuhan yang harus dipenuhi oleh

perusahaan-perusahaan di sektor pertambangan seperti harus mematuhi regulasi

keselamatan dan kesehatan kerja, memperhatikan dampak lingkungan,

2
reklamasi, restorasi pasca-tambang, tanggung jawab sosial dan perhatian

mengenai kelangsungan hidup perusahaan itu sendiri.

Hingga akhir bulan September 2019, Bursa Efek Indonesia sudah

menghapus enam saham dari papan pencatatan dan tiga di antaranya merupakan

perusahaan dari sektor pertambangan (Bisnis, 2019). Perusahaan tersebut yaitu

PT Borneo Lumbung Energi & Metal Tbk. (BORN), PT Grahamas Citrawisata

Tbk. (GMCW) dan PT Sekawan Intiparatama Tbk. (SIAP). Penghapusan ini

terjadi karena adanya permasalahan going concern yang dialami perusahaan.

Manajemen perusahaan tersebut tidak bisa memberikan penjelasan ataupun

komitmen mengenai rencana bisnis perusahaan ke depan kepada pihak penilai

BEI yang akhirnya membuat saham perusahaan tersebut termasuk dalam daftar

perusahaan dengan status delisting pada Bursa Efek Indonesia.

Tabel 1.1
Nilai Ekspor Hasil Pertambangan Indonesia Tahun 2014-2018
(Ribu USD)

TAHUN 2014 2015 2016 2017 2018


Biji Tembaga 1,673,548 3,277,196 3,481,608 3,439,732 4,186,888
Biji Nikel 85,913 0 0 155,189 628,027
Batubara 20,818,030 16,004,035 14,563,340 20,473,795 23,967,604
Bauksit 47,742 744 431 66,433 265,013
Minyak 8,839,625 5,641,245 4,941,219 5,267,880 5,086,551
Mentah
Gas Alam 14,941,959 9,338,774 6,604,093 7,994,558 9,719,229
Hasil 213,410 182,769 161,123 180,884 265,312
Pertambangan
Lainnya
Hasil Total 46,620,227 34,444,764 29,751,815 37,578,472 44,118,624
Pertambangan

Sumber: Bank Indonesia (Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia)

3
Berdasarkan tabel 1.1 di atas dapat diketahui bahwa ekspor Indonesia

dari sektor pertambangan cenderung menurun dari tahun ke tahun. Pada tahun

2014 hasil total pertambangan bisa mencapai 46,620,227 Ribu USD dan turun

pada tahun 2016 hingga mencapai 29,751,815 dan kemudian mengalami

peningkatan 37,578,472 pada tahun 2017 dan tahun 2018 menjadi sebesar

44,118,624. Penurunan ini jelas sangat di pengaruhi oleh hasil ekspor dari

komoditas batubara yang memang menjadi komoditas utama dibandingkan

dengan komoditas di sektor pertambangan lainnya. Meskipun secara nilai

ekspor hasil komoditas batubara kembali mengalami peningkatan, hal itu

memang dikarenakan adanya peningkatan pada jumlah penjualan dari batubara

tetapi tidak disertai dengan peningkatan harga dari batubara itu sendiri. Dimana

pelemahan harga komoditas tambang ini didorong oleh berbagai sentimen

negatif, mulai dari faktor eksternal dimana penguatan dollar AS yang membuat

harga komoditas hasil pertambangan di Indonesia tertekan. Sementara dari

dalam negeri kapasitas dan kapabilitas batubara Indonesia belum mempunyai

nilai lebih di pasar global, sehingga dibutuhkan komitmen pemerintah dalam

mendorong ekspor batubara melalui peningkatan olahan batubara (barang

setengah jadi) agar serapan pasar semakin bertambah.

Selain dari komoditas batubara, minyak mentah juga merupakan

komoditas penyumbang ekspor yang besar dari sektor pertambangan. Terus

turunnya harga minyak dunia turut membuat harga minyak patokan Indonesia

merosot. Pada bulan Oktober 2018, Interntional Energy Agency (IEA)

mengatakan bahwa konsumsi minyak akan tumbuh kurang dari perkiraan

4
sebelumnya, akibat lambatnya pertumbuhan ekonomi global karena terjadi

ketegangan perdagangan (trade tension), kenaikan suku bunga dan juga

melemahnya mata uang negara-negara emerging market (CNBC, 2018).

Gambar 1.1
Indonesian Crude Price (ICP) Tahun 2018-2019
(Dalam USD)
90
80
70
60
HARGA

50
40
30 2018

20 2019

10
0

BULAN

Sumber: Kementrian Energi Sumber Daya Mineral

Berdasarkan data dari gambar 1.1 diatas yang bersumber dari

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), rata-rata ICP pada

tahun 2018 sebesar US$ 67,46 dan pada tahun 2019 sebesar US$ 62.37. Terjadi

penurunan terhadap harga rata-rata minyak mentah yang terjadi pada tahun

2019 jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Bahkan, ke depan ICP

diprediksi bisa menyentuh harga di bawah US$ 45 per barel dikarenakan

Amerika Serikat, Rusia, Iran, serta Qatar, yang akan keluar dari Organization

of the Petroleum Exporting Countries (OPEC) dan minyak dari negara tersebut

akan membanjiri pasar, sehingga dengan adanya kelebihan pasokan minyak

5
tersebut, dapat menyebabkan harga minyak dunia semakin turun (CNBC

Indonesia, 2019).

Tabel 1.2
Laba (Rugi) Perusahaan Sektor Pertambangan di Indonesia Tahun 2015-2019
(Ribu Rupiah)
Periode
Nama Perusahaan
2015 2016 2017 2018 2019
Apexindo Pratama
272,439,469 (263,034,032) (1,388,979,829) (1,503,184,782) 288,469,509
Duta Tbk.
Atlas Resources
(357,593,990) (342,376,152) (226,481,916) (409,204,098) (78,464,827)
Tbk.
Astrindo Nusantara
(554,103,682) (2,318,668,631) 516,828,087 316,519,688 388,803,576
Infrastrukt Tbk.
Bumi Resources
(845,528,354) (6,167,109,032) (3,353,928,532) (1,497,926,123) 17,922,417
Minerals Tbk.
Cita Mineral
(341,205,918) (266,147,360) 46,827,759 661,324,058 657,718,925
Investindo Tbk.
Energi Mega
(3,967,192,807) (5,934,880,429) 200,254,329 (124,868,185) 347,572,783
Persada Tbk.
Indika Energy
(1,060,104,751) (1,400,444,034) 4,357,486,011 1,417,142,358 70,747,782
Tbk.
Medco Energi
(2,568,263,998) 2,513,190,081 1,785,745,256 (410,868,486) (191,776,837)
Internasional Tbk.
Mitra Investindo
(179,560,694) (23,362,032) (23,354,360) 7,482,976 (87,934,380)
Tbk.
Golden Eagle
(60,578,867) (18,281,061) 40,078,001 84,584,567 6,234,017
Energy Tbk.
SMR Utama
(268,954,245) (225,670,007) 32,643,567 (69,562,072) (187,289,498)
Tbk.

Sumber: Bursa Efek Indonesia (www.idx.co.id)

Berdasarkan tabel 1.2 di atas dapat diketahui bahwa banyak sekali

perusahaan dari sektor pertambangan yang mengalami kerugian operasi

khususnya di tahun 2015, hanya perusahaan Apexindo Pratama Duta Tbk yang

mendapatkan laba dari kegiatan operasinya di tahun 2015. Kerugian operasi ini

tentu saja efek domino dari industri pertambangan global yang mengalami

6
penurunan laba atau bahkan kerugian dalam kegiatan operasinya dikarenakan

adanya ketidakstabilan harga dari komoditas pertambangan.

Selanjutnya, Lembaga Riset Mining dan Metals, PwC Indonesia,

mencatat pada tahun 2018 perusahaan sektor pertambangan yang ada Indonesia

memiliki kinerja laporan keuangan dan produktifitas produksi yang lebih baik

dibandingkan tahun sebelumnya. Sayangnya, kinerja laporan keuangan lebih

baik ini tidak serta merta menarik perhatian para investor untuk berinvestasi

pada perusahaan sektor pertambangan. PwC mencatat sebanyak 40 perusahaan

tambang yang ada di Indonesia selama tahun 2018 rata-rata mengalami

kenaikan pendapatan sebesar 8 persen dan kenaikan EBITDA sebesar 4 persen.

Dividen yang dibagikan kepada para pemegang saham pun ikut meningkat

sebesar 13 persen. Sayangnya, hal tersebut tidak didukung dengan dorongan

suntikan modal dari para investor, karena tercatat valuasi pasar terhadap 40

perusahaan tambang mengalami penurunan sebesar 18 persen (Republika,

2019). Hal ini menjadi kekhawatiran bagi para perusahaan di sektor

pertambangan karena menurunnya minat para investor dalam berinvestasi di

perusahaan sektor pertambangan.

Dengan kondisi seperti itu, jika tren perkembangan industri

pertambangan terus memburuk, maka kelangsungan hidup (going concern)

perusahaan pertambangan ikut terganggu dan bahkan dapat mengakibatkan

kebangkrutan. Apabila manajemen perusahaan tidak memperhatikan kesehatan

perusahaan yang terkait dengan kelanjutan operasionalnya, maka akan

mengakibatkan perusahaan di sektor tersebut tidak dapat mempertahankan

7
usahanya dan investor juga akan membatalkan rencananya untuk berinvestasi

pada perusahaan tersebut. Meskipun demikian, opini audit going concern harus

tetap diungkapkan oleh auditor dengan harapan manajemen perusahaan dapat

segera mempercepat upaya penyelamatan perusahaan yang bermasalah

(Krissindiastuti & Rasmini, 2016).

Penelitian mengenai penyebab terjadinya masalah going concern yang

terjadi pada perusahaan sangat penting dikarenakan dengan adanya masalah

going concern tersebut dapat memberikan dampak negatif terhadap

perkembangan perusahaan kedepannya dan dapat menjadi nilai informasi yang

potensial kepada kreditor dan investor (Foster & Shastri, 2016). Penulis

beranggapan bahwa penelitian tentang opini audit going concern di Indonesia

masih menjadi objek penelitian yang menarik. Hal ini dilakukan karena opini

audit going concern menjadi salah satu faktor pemicu untuk para investor dalam

pengambilan keputusan investasi dan juga para kreditor dalam meminjamkan

dananya dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan dari aktivitas entitas

tersebut. Selain itu, ketika pelaksanaan suatu audit tidak didasarkan pada

penerapan prinsip berbasis going concern, maka dapat menghasilkan audit

dengan kualitas yang rendah (Silviu & Timea, 2015).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Astari & Latrini (2017)

dengan menguji variabel independen pengaruh disclosure, debt default, kualitas

audit, dan opini audit tahun sebelumnya terhadap penerimaan opini audit going

concern dan penelitian Bayudi & Wirawati (2017) dengan menguji variabel

independen profitabilitas, likuiditas, ukuran perusahaan dan ukuran KAP

8
terhadap opini audit going concern. Dari kedua penelitian tersebut masih ada

beberapa variabel yang belum bisa membuktikan teori yang sudah ada, hal ini

membuat peneliti menarik untuk mengkaji dan meneliti kembali dengan

menambahkan variable independen lain.

Ada beberapa perbedaan dalam penelitian ini jika dibandingkan dengan

penelitian sebelumnya yang dilakukan Astari & Latrini (2017) yaitu dengan

menambahkan variabel leverage, dengan alasan peneliti ingin membuktikan

apakah dengan semakin tinggi rasio leverage yang ditandai dengan

meningkatnya total utang terhadap total ekuitas (debt to total equity), semakin

menunjukkan kinerja keuangan perusahaan yang buruk dan dapat menimbulkan

ketidakpastian mengenai kelangsungan hidup perusahaan. Penelitian ini

menggunakan periode yang lebih baru dari penelitian sebelumnya yaitu periode

tahun 2015-2019 dengan pengambilan sampel dari perusahaan sektor

pertambangan yang ada di Bursa Efek Indonesia, karena dengan menggunakan

data periode selama 5 tahun terakhir diharapkan penelitian ini dapat

memberikan gambaran serta informasi yang lebih relevan mengenai variabel

dependen yaitu opini audit going concern. Selain itu, mengapa peneliti

menggunakan variabel independen leverage, company growth, firm size, debt

default, dan reputasi kantor akuntan publik karena variabel-variabel tersebut

masih memiliki hasil yang tidak konsisten terhadap opini audit going concern

di beberapa penelitian terdahulu.

Opini audit going concern dapat dipengaruhi oleh besar atau kecilnya

leverage yang dihasilkan oleh perusahaan. Sumber pendanaan perusahaan

9
diperoleh dari internal dan juga eksternal perusahaan, seperti dalam halnya

pendanaan internal yang berupa laba ditahan (retained earning), sedangkan dari

eksternal berupa hutang atau penerbitan saham baru. Jumlah utang yang

melebihi total ekuitas menyebabkan perusahaan mengalami defisiensi modal.

Semakin tinggi rasio leverage menunjukkan kinerja keuangan perusahaan yang

semakin buruk dan perusahaan yang memiliki aset yang lebih kecil daripada

kewajibannya akan lebih memungkinkan untuk terjadinya permasalahan going

concern (Foster & Shastri, 2016).

Pandangan di atas konsisten dengan penelitian Suharsono (2018) dan

Aryantika & Rasmini (2015) yang menunjukkan bahwa leverage berpengaruh

terhadap opini audit going concern. Sedangkan berbeda dengan penelitian yang

dilakukan Yuliyani & Erawati (2017) dan Nursasi & Maria (2015) yang

memberikan hasil bahwa leverage tidak berpengaruh terhadap opini audit going

concern.

Selanjutnya, company growth/pertumbuhan perusahaan dapat dijadikan

indikator untuk menilai apakah suatu badan usaha masih bisa bertahan atau

tidak untuk periode berikutnya. Pertumbuhan perusahaan dapat diproksikan

dengan rasio net income growth. Rasio net income growth digunakan karena

dapat menggambarkan keadaan perusahaan yang sedang baik. Laba yang

dihasilkan oleh kegiatan penjualan yang dicapai oleh perusahaan akan dapat

dimanfaatkan untuk mendanai keberlangsungan hidup perusahaan tersebut.

Laba merupakan hasil dari kegiatan operasi utama perusahaan, apabila laba

perusahaan dapat meningkat dari tahun ketahun akan memberi peluang

10
perusahaan untuk terhindar dari masalah keberlangsungan usaha. Oleh karena

itu, semakin tinggi rasio net income growth maka akan semakin kecil

kemungkinan auditor untuk menerbitkan opini audit going concern (Nursasi &

Maria, 2015).

Pandangan di atas konsisten dengan penelitian Krissindiastuti &

Rasmini (2016) dan Suharsono (2018) yang menunjukkan bahwa pertumbuhan

perusahaan berpengaruh terhadap opini audit going concern. Sedangkan

berbeda dengan penelitian yang dilakukan Trenggono & Triani (2015) dan

Rahmawati, Wahyuningsih, & Setiawati (2018) yang memberikan hasil bahwa

pertumbuhan perusahaan tidak berpengaruh terhadap opini audit going concern.

Berikutnya, pemberian opini audit going concern yang lebih sering

dikeluarkan oleh auditor kepada perusahaan-perusahaan yang memiliki skala

kecil. Hal ini dikarenakan auditor percaya bahwa dibandingkan dengan

perusahaan kecil, perusahaan besar lebih mampu menyelesaikan kesulitan

keuangan yang mereka hadapi agar dapat bertahan hidup. Perusahaan besar juga

menawarkan fee yang lebih tinggi daripada perusahaan kecil. Besar kecilnya

perusahaan dapat dilihat dari status keuangan perusahaan, seperti total aset yang

dimiliki perusahaan. Penelitian tentang pengaruh ukuran perusahaan terhadap

opini going concern dilakukan oleh Gama & Astuti (2014) yang menemukan

bahwa firm size/ukuran perusahaan berpengaruh terhadap opini audit going

concern.

Hal tersebut berbeda dengan hasil yang didapatkan oleh

Rahmawati et al. (2018) serta Krissindiastuti & Rasmini (2016) yang

11
menemukan bukti empiris bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh

terhadap opini going concern.

Faktor berikutnya yang dapat mempengaruhi opini audit going concern

yaitu debt default. Debt default adalah kegagalan suatu perusahaan dalam

melunasi kewajiban hutang pokok dan bunganya pada waktu jatuh tempo. Ciri

dari kebangkrutan suatu perusahaan yang mengalami masalah keuangan

merupakan kondisi dimana arus kas perusahaan mengalami krisis dan

kemungkinan terancam bangkrut. Krisis keuangan yang terjadi akan

mengakibatkan perusahaan gagal dalam membayar perjanjian utang (debt

default) dan kemungkinan besar status debt default dapat meningkatkan

kemungkinan auditor mengeluarkan opini audit going concern (Suharsono,

2018).

Pandangan di atas konsisten dengan penelitian yang dilakukan

Trenggono & Triani (2015), Mariana, Kuncoro, & Ryando (2018) dan Imani,

Nazar, & Budiono (2017) yang menyatakan bahwa debt default berpengaruh

terhadap opini audit going concern. Namun, sebaliknya penelitian yang

dilakukan Astari & Latrini (2017) menunjukkan bahwa debt default tidak

berpengaruh terhadap opini audit going concern.

Selanjutnya variabel reputasi kantor akuntan publik digambarkan ketika

auditor memberikan opini atas laporan keuangan perusahaan yang diauditnya,

auditor harus benar-benar memperhatikan kondisi keuangan perusahaan dengan

menjalankan prosedur audit untuk memperoleh keyakinan yang memadai dalam

memberikan opini audit kepada perusahaan yang di auditnya. Ukuran kantor

12
akuntan publik sebagai proksi kualitas audit membedakan KAP menjadi KAP

besar (Big four accounting firms) dan KAP kecil (Non big four accounting

firms). Akan tetapi, meskipun adanya perbedaan tersebut, perusahaan pengguna

KAP yang berafiliasi dengan Big Four ataupun perusahaan yang menggunakan

KAP Non Big Four sama-sama memberikan kualitas audit yang berkualitas dan

independen dalam mengeluarkan opini audit going concern karena keduanya

harus mematuhi kode etik yang telah ditentukan dalam hal ini oleh organisasi

Ikatan Akuntan Publik Indonesia (Bayudi & Wirawati, 2017) .

Pandangan di atas konsisten dengan penelitian yang dilakukan Nariman

(2017), Yuridiskasari & Rahmatika (2017) dan Kusumayanti & Widhiyani

(2017) yang menyatakan bahwa reputasi kantor akuntan publik berpengaruh

terhadap opini audit going concern. Namun, sebaliknya penelitian yang

dilakukan Suharsono (2018) dan Gama & Astuti (2014) menunjukkan bahwa

reputasi kantor akuntan publik tidak berpengaruh terhadap opini audit going

concern.

Mengingat betapa pentingnya opini audit going concern, maka penulis

tertarik untuk menganalisis pengaruh leverage, company growth, firm size, debt

default dan reputasi kantor akuntan publik terhadap opini audit going concern.

Penelitian ini menggunakan data laporan keuangan yang merupakan data

historis (data sekunder), sehingga keterbatasannya terkait dengan keterbatasan

dalam laporan keuangan. Dengan hal ini penulis tertarik dan memutuskan untuk

meneliti data-data dari perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI pada

tahun periode 2015-2019. Alasan menggunakan perusahaan tersebut karena

13
beberapa perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan di Indonesia saat

ini sedang mengalami permasalahan going concern terhadap entitasnya yang

disebabkan salah satunya karena menurunnya harga komoditas pertambangan

dan lebih memiliki kemungkinan besar untuk auditor mengeluarkan opini audit

going concern kepada perusahaan yang terkena dampak besar terhadap

peristiwa tersebut. Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan diatas

maka penelitian ini diberi judul:

“Pengaruh Leverage, Company Growth, Firm Size, Debt Default dan

Reputasi Kantor Akuntan Publik Terhadap Opini Audit Going Concern”.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penelitian dibatasi

agar tak menyimpang dari tema. Pembatasan penelitian ini dalam penelitian ini

yaitu hanya terkait variabel leverage, company growth, firm size, debt default,

dan reputasi kantor akuntan publik terhadap opini audit going concern.

Rumusan permasalahan yang hendak diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Apakah leverage berpengaruh terhadap opini audit going concern?

2. Apakah company growth berpengaruh opini audit going concern?

3. Apakah firm size berpengaruh terhadap opini audit going concern?

4. Apakah debt default berpengaruh terhadap opini audit going concern?

5. Apakah reputasi kantor akuntan publik berpengaruh terhadap opini audit

going concern?

14
C. Tujuan Peneltian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka dapat diketahui tujuan

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh leverage terhadap opini audit going

concern pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia periode 2015-2019.

2. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh company growth terhadap opini

audit going concern pada perusahaan perusahaan pertambangan yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2015-2019.

3. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh firm size terhadap opini audit going

concern pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia periode 2015-2019.

4. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh debt default terhadap opini audit

going concern pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia periode 2015-2019.

5. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh reputasi kantor akuntan publik

terhadap opini audit going concern pada perusahaan pertambangan yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2015-2019.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada

beberapa pihak sebagai berikut:

15
1. Manajer Perusahaan

Memudahkan manajemen dalam pengambilan keputusan yang berkaitan

dengan manfaat ekonomi di masa yang akan datang serta dalam

mempertahankan dan mengembangkan perencanaan usaha perusahaannya.

2. Investor dan Kreditor

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan atau tolak ukur bagi para

investor dan kreditor ketika ingin melakukan investasi ataupun

meminjamkan dananya di suatu perusahaan khususnya perusahaan yang ada

di sektor pertambangan.

3. Peneliti Selanjutnya

Memberikan kontribusi bagi pengembang teori dan pengetahuan di bidang

akuntansi, terutama yang berkaitan dengan opini audit khususnya going

concern. Selain itu, diiharapkan penelitian ini dapat menjadi referensi

tambahan dan sebagai bahan acuan penelitian yang sama di masa yang akan

datang.

4. Bagi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Penelitian ini dapat menambah referensi kepustakaan di perpustakaan

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Bagi Penulis

Penelitian ini dapat menjadi wadah bagi penulis untuk menerapkan ilmu

yang diperoleh selama masa perkuliahan khususnya ilmu tentang

pengauditan. Selain itu, penulis mendapatkan banyak pengetahuan baru

tentang going concern.

16
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Pustaka

1. Teori Agensi (Agency Theory)

Agency Theory dikemukakan oleh Jensen & Meckling (1976)

mengemukakan bahwa hubungan keagenan adalah sebuah kontrak atau

perjanjian antara manager sebagai agent dan investor sebagai principal yang

terkadang menimbulkan asimetri informasi dari manager kepada investor

sehingga menimbulkan adanya biaya keagenan.

Hubungan keagenan adalah suatu perjanjian satu orang atau lebih dengan

orang lain untuk melakukan beberapa layanan atas nama mereka dan kemudian

kewenangan pengambilan keputusan diberikan kepada agent (manajer) tersebut.

Manajer mempunyai tanggung jawab moral untuk mengoptimalkan kepentingan

pemegang saham (principal). Namun, di sisi lain manajer juga memiliki tujuan

untuk memaksimumkan kesejahteraan dan kepentingannya sehingga terdapat

kemungkinan agent tidak selalu bertindak untuk kepentingan terbaik principal.

Laporan keuangan yang dilaporkan oleh agen sebagai pertanggungjawaban

kinerjanya dapat digunakan principal untuk menilai, mengukur dan mengawasi

sampai sejauh mana agent tersebut bekerja untuk meningkatkan

kesejahteraannya dan serta sebagai dasar pemberian kompensasi kepada agent.

Dalam kaitannya dengan opini audit going concern, agent (manajemen)

bertanggung jawab secara moral terhadap kelangsungan perusahaan yang

dipimpinnya. Pemilik memberi wewenang kepada agent untuk melakukan

17
operasional perusahaan, sehingga informasi lebih banyak diketahui oleh agent

dibandingkan pemilik. Baik principal maupun agent diasumsikan sebagai orang

ekonomi rasional dan semata-mata termotivasi oleh kepentingan pribadi. Hal ini

dapat memicu terjadinya konflik keagenan.

Teori agensi (agency theory) dalam penelitian ini digunakan berdasarkan

pemikiran bahwa auditor adalah pihak yang dianggap mampu menjembatani

kepentingan pihak principal (shareholders) dengan pihak manajer (agent) dalam

mengelola keuangan perusahaan. Karena adanya perbedaan kepentingan ini,

masing-masing pihak berusaha memperbesar keuntungan bagi dirinya sendiri.

Sehingga, informasi keuangan dan laporan keuangan yang disampaikan

terkadang tidak sesuai dengan keadaan sebenarnya. Keadaan ini disebut asimetri

informasi (information asymetryc). Untuk meminimalkan asimetri informasi,

diperlukan pihak ketiga yang independen untuk memediasi hubungan antara

principal dan agent yaitu auditor independen. Pihak ketiga ini berfungsi untuk

memonitor perilaku manajer (agent) apakah bertidak sesuai dengan keinginan

principal (shareholders).

2. Teori Sinyal (Signalling Theory)

Brigham & Houston (2006:38) ”Signalling theory merupakan suatu

perilaku manajemen perusahaan dalam memberi petunjuk untuk investor terkait

pandangan manajemen pada prospek perusahaan untuk masa mendatang”.

Signalling theory menunjukkan adanya asimetri Informasi antara manajemen

perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan. Informasi ini menyajikan

keterangan, catatan atau gambaran baik untuk keadaan masa lalu, saat ini

18
maupun keadaan masa yang akan datang bagi kelangsungan hidup suatu

perusahaan dan bagaimana pasaran efeknya. Informasi yang lengkap, relevan,

akurat dan tepat waktu sangat diperlukan oleh investor di pasar modal sebagai

alat analisis untuk mengambil keputusan investasi dengan informasi tersebut

dan juga mengungkapkan bagaimana seharusnya sebuah perusahaan

memberikan sinyal yang berupa informasi mengenai hal yang sudah dilakukan

oleh manajemen untuk merealisasikan kepentingan pemilik (principal) yaitu

memaksimalkan keuntungan mereka.

Teori sinyal (signalling theory) dalam penelitian ini digunakan

berdasarkan prinsip bahwa principal mengharapkan auditor memberikan early

warning mengenai kondisi keuangan perusahaan. Tugas auditor adalah

memberikan opini mengenai kewajaran laporan keuangan perusahaan melalui

audit laporan keuangan. Selain itu auditor juga perlu mempertimbangkan

mengenai kelangsungan usaha perusahaan. Auditor bertanggung jawab untuk

menyediakan informasi yang mempunyai kualitas tinggi dengan keyakinan

memadai yang akan berguna untuk pengambilan keputusan bagi para pemakai

laporan keuangan (Gama & Astuti, 2014). Opini audit going concern yang di

ungkapkan oleh auditor pada laporan keuangan akan menjadi sinyal (warning)

pada pengguna laporan keuangan.

3. Auditing

a. Pengertian Auditing

Menurut Sukrisno Agoes (2017:4) auditing dapat didefinisikan sebagai

suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistematis, oleh pihak yang

19
independen, terhadap laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen,

dengan tujuan untuk dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan

keuangan tersebut.

Defini lain yaitu auditing adalah pengumpulan dan evaluasi bukti

tentang informasi untuk menentukan dan melaporkan derajat kesesuaian antara

informasi dan kriteria yang telah ditetapkan. Auditing harus dilakukan oleh

orang yang kompeten dan independen (Arens et al., 2015:2).

Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa

auditing adalah suatu proses untuk mendapatkan bukti-bukti dan kemudian

melakukan proses pemeriksaan terhadap berbagai bukti audit tersebut dan

menginformasikannya hasilnya kepada pihak yang berkepentingan dalam

bentuk pemberian opini.

b. Opini Audit

Menurut Standar Audit (SA 700 No.6) menyatakan bahwa tujuan

auditor adalah untuk merumuskan suatu opini atas laporan keuangan

berdasarkan suatu evaluasi atas kesimpulan yang ditarik dari bukti audit yang

diperoleh dan untuk menyatakan suatu opini secara jelas melalui suatu laporan

tertulis yang juga menjelaskan basis untuk opini tersebut. Auditor harus

mengevaluasi apakah laporan keuangan disusun, dalam semua hal yang

material, sesuai dengan ketentuan dalam kerangka pelaporan keuangan yang

berlaku (SA 700 No.11). Jenis opini audit atas laporan keuangan menurut Ikatan

Akuntan Publik Indonesia (IAPI) yaitu:

20
1) Tanpa Modifikasian

a) Opini Wajar Tanpa Pengecualian

Auditor harus menyatakan opini tanpa modifikasian bila auditor

menyimpulkan bahwa laporan keuangan disusun, dalam semua hal

yang material, sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan yang

berlaku (SA 700).

2) Opini Modifikasian

a) Opini Wajar Dengan Pengecualian

Auditor harus memodifikasi opini dalam laporan keuangan ketika:

1. Auditor, setelah memperoleh bukti audit yang cukup dan

tepat, menyimpulkan bahwa kesalahan penyajian, baik

secara individual, maupun secara agregasi, adalah material,

tetapi tidak pervasif, terhadap laporan keuangan atau,

2. Auditor tidak dapat memperoleh bukti audit yang cukup dan

tepat yang mendasari opini, tetapi auditor menyimpulkan

bahwa kemungkinan dampak kesalahan penyajian yang

tidak terdeteksi terhadap laporan keuangan, jika ada, dapat

bersifat material, tetapi tidak pervasif.

b) Opini Tidak Wajar

Auditor harus menyatakan suatu opini tidak wajar ketika auditor,

setelah memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat,

menyimpulkan bahwa kesalahan penyajian, baik secara individual

21
maupun secara agregasi, adalah material dan pervasif terhadap

laporan keuangan.

c) Opini Tidak Menyatakan Pendapat

1. Auditor tidak boleh menyatakan pendapat ketika auditor

tidak bisa memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat yang

mendasari opini, dan auditor menyimpulkan bahwa

kemungkinan dampak kesalahan penyajian yang tidak

terdeteksi terhadap laporan keuangan, jika ada, dapat bersifat

material dan pervasif.

2. Auditor tidak boleh menyatakan pendapat ketika, dalam

kondisi yang sangat jarang yang melibatkan banyak

ketidakpastian, auditor menyimpulkan bahwa, meskipun

telah memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat tentang

setiap ketidakpastian tersebut, auditor tidak dapat

merumuskan suatu opini atas laporan keuangan karena

interaksi yang potensial dari ketidakpastian tersebut dan

kemungkinan dampak kumulatif dari ketidakpastian tersebut

terhadap laporan keuangan (SA 705).

4. Going Concern

Going concern adalah kemampuan satuan usaha dalam mempertahankan

kelangsungan hidupnya selama periode waktu pantas, yaitu tidak lebih dari satu

tahun sejak tanggal laporan keuangan. Kelangsungan hidup entitas digunakan

sebagai asumsi dasar laporan keuangan sepanjang tidak terbukti adanya

22
informasi yang menunjukkan hal yang berlawanan (contrary information).

Informasi yang dianggap berlawanan secara signifikan terhadap asumsi

kelangsungan hidup entitas biasanya berhubungan dengan adanya informasi

yang menunjukan ketidakmampuan entitas dalam memenuhi kewajibannya pada

saat jatuh tempo (SA 570 No.A15).

Berdasarkan beberapa penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa

going concern adalah kemampuan suatu entitas untuk terus menjalankan

usahanya dalam jangka waktu yang lama dan tidak akan dilikuidasi dalam waktu

satu tahun sejak tanggal laporan keuangan perusahaan tersebut di audit.

5. Opini Audit Going Concern

Opini audit going concern merupakan opini yang dikeluarkan auditor

karena terdapat keraguan atas kelangsungan hidup suatu entitas. Para pemakai

laporan keuangan merasa bahwa pengeluaran opini audit going concern ini

sebagai prediksi kebangkrutan suatu perusahaan. Menurut Standar Audit (SA

570 No.2) opini audit going concern didapatkan berdasarkan asumsi

kelangsungan usaha, suatu entitas dipandang bertahan dalam bisnis untuk masa

depan yang dapat di prediksi. Opini audit going concern yang diterima oleh suatu

perusahaan menunjukkan adanya kondisi dan peristiwa yang menimbulkan

keraguan auditor akan kelangsungan hidup perusahaan.

Menurut (Arens et al., 2015:63) hal-hal yang dapat menyebabkan

ketidakmampuan suatu perusahaan dalam melanjutkan usahanya terdiri dari

empat faktor yaitu:

23
a. Kerugian operasi atau kekurangan modal kerja yang berulang dan

signifikan.

b. Ketidakmampuan perusahaan untuk membayar kewajibannya ketika

jatuh tempo.

c. Kehilangan pelanggan utama, terjadi bencana yang tidak dijamin oleh

asuransi seperti gempa bumi atau banjir, atau masalah

ketenagakerjaan yang tidak biasa.

d. Pengadilan, perundang-undangan atau hal-hal serupa lainnya yang

sudah terjadi dan dapat membahayakan kemampuan entitas untuk

beroperasi.

Pertimbangan auditor dalam situasi semacam itu karena adanya

kemungkinan klien yang mungkin saja tidak dapat meneruskan operasinya atau

memenuhi kewajibannya selama periode yang wajar. Untuk tujuan ini, periode

yang wajar dianggap tidak melebihi satu tahun sejak tanggal laporan keuangan

audit (Arens et al., 2015:63).

Menurut Standar Auditing, auditor memerlukan pertimbangkan untuk

ketepatan asumsi going concern dalam penyusunan laporan keuangan dalam

seluruh proses audit, mulai dari perencanaan hingga penerbitan opini audit.

Tingkat penilaian ini tergantung pada situasi keuangan perusahaan. Jika selama

proses audit auditor menemukan sinyal yang dapat menimbulkan keraguan

signifikan pada kemampuan entitas mengenai kelangsungan hidup perusahaan,

auditor harus melakukan prosedur audit tambahan untuk membuktikan kepatuhan

24
berdasarkan IFRS atau PSAK dengan melihat kinerja dari perusahaan (Bava &

Trana, 2019).

Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa opini

going concern merupakan opini yang dikeluarkan oleh auditor independen

ketika mereka menemukan bahwa terdapat keraguan besar tentang kelangsungan

hidup perusahaan klien. Akan tetapi, jika manajemen memiliki komitmen dan

dapat mengurangi dampak yang mengancam kelangsungan hidup perusahaan,

auditor bisa saja tidak mengeluarkan opini audit going concern.

6. Variabel Independen

a. Leverage

1) Pengertian Leverage

Menurut (Kasmir, 2016:151) rasio leverage merupakan rasio yang

digunakan untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai

menggunakan utang. Artinya, berapa besar utang yang ditanggung perusahaan

dibandingkan dengan aktivanya. Rasio leverage mengukur perbandingan antara

dana yang disediakan oleh pemilik dengan dana yang berasal dari pihak ketiga

atau pihak kreditur.

Seorang kreditur sebelum mengucurkan kredit terlebih dahulu akan

melihat terlebih dahulu seberapa besar modal yang disediakan oleh perusahaan,

untuk menentukan besarnya margin pengaman (margin of safety) sehingga

kreditur dapat melihat tingkat resikonya. Kemampuan perusahaan dalam

memenuhi kewajibannya ke pihak lain juga dapat menunjukkan kinerja

25
perusahaan (Nursasi & Maria, 2015).

Perusahaan yang memiliki kekayaan atau aktiva yang cukup untuk

membiayai semua kewajiban atau hutangnya disebut sebagai suatu perusahaan

yang solvable. Namun sebaliknya, ketika perusahaan tidak memiliki kekayaan

atau aktiva yang cukup untuk membayar kewajiban atau hutangnya, maka

perusahaan tersebut merupakan perusahaan yang insovable (Yuliyani &

Erawati, 2017).

Berdasarkan beberapa uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa leverage

adalah rasio yang digunakan untuk mengukur bagaimana aktiva perusahaan

dibiayai menggunakan utang yang berasal dari kreditor dan mengukur

kemampuan dari perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajiban finansialnya

apabila perusahaan tersebut akan dilikuidasi.

2) Tipe Pengukuran Leverage Ratio

Leverage memiliki beberapa jenis pengukuran, menurut (Kasmir,

2016:155-162), jenis-jenis pengukuran leverage ratio adalah sebagai berikut:

a) Debt to Asset Ratio (DAR), adalah rasio utang yang digunakan untuk

mengukur perbandingan antara total utang dengan total asset dari

perusahaan.

b) Debt to Equity Ratio (DER), adalah rasio yang membandingkan

utang lancar ditambah utang jangka panjang dibagi dengan jumlah

total ekuitas perusahaan.

26
c) Long Term to Debt Equity Ratio (LTDtER), adalah rasio yang

digunakan untuk mengukur perbandingan antara total hutang jangka

panjang dengan ekuitas perusahaan.

d) Times Interest Earned Ratio, adalah rasio dengan perbandingan laba

sebelum bunga dan pajak dibagi dengan beban bunga jangka

panjang perusahaan.

e) Fixed Charge Coverage (FCC), adalah rasio yang menyerupai time

interest earned ratio. Hanya saja perbedaannya adalah rasio ini

dilakukan apabila perusahaan memperoleh utang jangka panjang

atau menyewa aktiva berdasarkan kontrak sewa (lease contract).

Rasio leverage dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan debt

to equity ratio (DER) sebagai pengukurnya karena rasio ini mencerminkan

kemampuan suatu perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajibannya yang

ditunjukan oleh ekuitas perusahaan yang digunakan sebagai pembayaran utang.

Ukuran ini sebenarnya mempunyai maksud yang sama dengan debt to assets,

tetapi pengukuran ini dimaksudkan untuk saling melengkapi karena dengan

mengetahui debt to equity ratio secara langsung mengetahui perbandingan

utang dengan modal sendiri.

Pengukuran leverage dalam penelitian ini menggunakan pengukuran

debt to equity ratio (Suharsono, 2018). Secara matematis debt to equity ratio

dapat dirumuskan sebagai berikut:

DER = Total Utang x 100%

Total Ekuitas

27
b. Company Growth

1) Pengertian Company Growth (Pertumbuhan Perusahaan)

Definisi rasio pertumbuhan (growth ratio) merupakan rasio yang

menggambarkan kemampuan perusahaan mempertahankan posisi ekonominya

ditengah pertumbuhan perekonomian dan sektor usahanya. Pertumbuhan

perusahaan mengindikasikan kemampuan perusahaan dalam mempertahankan

kelangsungan usahanya (Suharsono, 2018).

Pertumbuhan perusahaan dapat ditunjukkan dengan peningkatan

revenue atau hasil usaha yang semakin meningkat dari periode ke periode.

Perusahaan yang memiliki pertumbuhan yang signifikan kemungkinan besar

tidak mendapatkan opini audit going concern (Nursasi & Maria, 2015).

Berdasarkan beberapa uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa company

growth adalah kemampuan perusahaan untuk meningkatkan size dari

perusahaan itu sendiri maupun mempertahankan posisi ekonominya dari tahun

ke tahun.

2) Tipe pengukuran company growth

Model dan pengukuran company growth/pertumbuhan perusahaan

menurut (Kasmir, 2016:106) adalah sebagai berikut:

a) Sales growth, yaitu pertumbuhan penjualan menunjukkan sejauh

mana perusahaan dapat meningkatkan penjualannya dibandingkan

dengan total penjualan secara keseluruhan.

28
b) Net income growth, yaitu pertumbuhan laba bersih menunjukkan

sejauh mana suatu perusahaan dapat meningkatkan kemampuannya

untuk memperoleh laba bersih dibandingkan dengan keseluruhan

total keuntungan.

c) Earnings per share growth, yaitu laba per pertumbuhan saham

menunjukkan sejauh mana perusahaan dapat meningkatkan

kemampuan mereka untuk mendapatkan penghasilan atau

pendapatan per saham dibandingkan dengan total pendapatan per

saham secara keseluruhan.

d) Dividend per share growth, yaitu pertumbuhan dividen per saham

menunjukkan sejauh mana perusahaan dapat meningkatkan

kemampuannya untuk mendapatkan dividen saham dibandingkan

dengan total dividen per saham secara keseluruhan.

Pengukuran company growth dalam penelitian ini adalah dengan

menggunakan net income growth sebagai pengukurnya karena rasio ini

mengukur seberapa baik pertumbuhan laba perusahaan dan rasio ini juga

menunjukan aktivitas operasional perusahaan. Penjualan merupakan kegiatan

operasi utama perusahaan, dan jika penjualan meningkat dari tahun ketahun

akan memberi peluang perusahaan untuk memperoleh peningkatan laba

(Suharsono, 2018). Sementara perusahaan dengan rasio net income growth

negatif berpotensi besar mengalami masalah keberlangsungan usaha sehingga

manajemen perlu untuk mengambil tindakan perbaikan agar tetap dapat

mempertahankan kelangsungan hidupnya.

29
Pengukuran company growth dalam penelitian ini menggunakan

pengukuran net income growth (Kasmir, 2016). Secara matematis net income

growth dapat dirumuskan sebagai berikut:

Net Income Growth = 𝐿𝑎𝑏𝑎(𝑅𝑢𝑔𝑖) 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ𝑡 - 𝐿𝑎𝑏𝑎(𝑅𝑢𝑔𝑖) 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ𝑡−1 x 100%

𝐿𝑎𝑏𝑎(𝑅𝑢𝑔𝑖) 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ𝑡−1

c. Firm Size (Ukuran Perusahaan)

Ukuran perusahaan adalah klasifikasi dari suatu perusahaan menjadi

perusahaan besar atau kecil dengan melihat beberapa aspek yang dimiliki

perusahaan seperti total aset ataupun kapitalisasi pasar dari perusahaan tersebut

(Rahmawati et al., 2018). Pada umumnya ukuran suatu perusahaan terbagi ke

dalam 3 klasifikasi yaitu perusahaan besar (large firm), perusahaan menengah

(medium size) dan perusahaan kecil (small firm).

Keputusan Ketua BAPEPAM No. Kep. 11/PM/1997 menyebutkan

perusahaan kecil dan menengah berdasarkan aset (kekayaan) adalah badan

hukum yang memiliki total aset tidak lebih dari seratus milyar, sedangkan

perusahaan besar adalah badan hukum yang total asetnya diatas seratus milyar.

Menurut UU No. 20 Tahun 2008 ukuran perusahaan diklasifikasikan ke

dalam 4 kategori yaitu usaha mikro, usaha kecil, usaha menengah, dan usaha

besar. Adapun kriteria ukuran perusahaan yang diatur dalam UU No. 20 tahun

2008 BAB IV Pasal 6 yaitu:

30
1) Usaha Mikro

a) Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 50 Juta tidak termasuk

tanah dan bangunan tempat usaha.

b) Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 300 Juta.

2) Usaha Kecil

a) Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 50 Juta sampai dengan

paling banyak Rp 500 Juta tidak termasuk tanah dan bangunan

tempat usaha.

b) Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 300 Juta sampai

dengan paling banyak Rp 2,5 Milyar.

3) Usaha Menengah

a) Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 500 Juta sampai dengan

paling banyak Rp 10 Milyar tidak termasuk tanah dan bangunan

tempat usaha.

b) Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 2,5 Milyar sampai

dengan paling banyak Rp 50 Milyar.

4) Usaha Besar

a) Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 10 Milyar tidak termasuk

tanah dan bangunan tempat usaha.

b) Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 50 Milyar.

Berdasarkan beberapa penjelasan di atas, dapat diambil kesimpulan

bahwa firm size/ukuran perusahaan adalah suatu bentuk perusahaan yang dapat

dikategorikan sebagai perusahaan besar, menengah ataupun kecil berdasarkan

31
pengukuran-pengukuran seperti melihat total asset perusahaan, penjualan

bersih, dan kapitalisasi pasar. Besar kecilnya perusahaan ini dapat menentukan

masa depan perusahaan dan bagaimana kemampuan perusahaan untuk bisa

terus bertahan hidup dalam menjalankan kegiatan operasinya.

Seorang auditor akan lebih sering mengeluarkan opini going concern

untuk perusahaan yang lebih kecil, dengan keyakinan bahwa perusahaan besar

akan lebih mudah dalam mengatasi kesulitan-kesulitan keuangan yang dialami

dibandingkan dengan perusahaan yang lebih kecil karena memiliki tingkat

manajemen yang lebih baik, sehingga memberikan kepercayaan lebih kepada

kreditor dalam memberikan jasa kredit kepada perusahaan besar. Selain itu,

perusahaan besar menawarkan fee audit yang lebih tinggi daripada yang

ditawarkan oleh perusahaan kecil. Dalam kaitannya mengenai fee audit tersebut,

auditor mungkin saja ragu untuk mengeluarkan opini audit going concern

kepada perusahaan besar (Gama & Astuti, 2014).

d. Debt Default

Debt default didefinisikan suatu kegagalan perusahaan dalam

membayar kewajiban hutang baik pokok ataupun bunganya pada waktu yang

ditentukan. Berdasarkan Standar Audit (SA 570 No.A15), indikator auditor

dalam menentukan kelangsungan hidup suatu entitas adalah dengan melihat

bagaimana sebuah entitas memenuhi kewajibannya pada saat jatuh tempo.

Dapat dikatakan bahwa status hutang perusahaan merupakan faktor pertama

yang akan diperiksa oleh auditor untuk mengukur kesehatan keuangan

32
perusahaan. Ketika jumlah hutang perusahaan sudah sangat besar, maka aliran

kas perusahaan tentunya banyak dialokasikan untuk menutupi hutangnya,

sehingga dapat mengganggu kelangsungan operasi perusahaan. Apabila hutang

ini tidak mampu dilunasi, maka auditor akan mengeluarkan opini audit going

concern (Imani et al., 2017).

Pengukuran debt default dalam penelitian ini adalah dengan

menggunakan current ratio sebagai pengukurnya karena rasio ini mengukur

bagaimana kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka

pendeknya dengan cara melihat aktiva lancar (current asset) yang dimiliki

perusahaan dan dibandingkan dengan liabilitas lancar (current liability)

perusahaan. Ketika jumlah liabilitas lancar (current liability) lebih besar

dibandingkan aktiva lancar (current asset) perusahaan, dapat terjadi

kemungkinan bahwa perusahaan tidak bisa membayar kewajiban jangka

pendeknya dan menyebabkan perusahaan menerima status debt default.

e. Reputasi Kantor Akuntan Publik

Reputasi adalah tujuan sekaligus merupakan prestasi yang hendak ingin

dicapai atau menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) reputasi diartikan

sebagai nama baik. Reputasi baik yang di sandang Kantor Akuntan Publik

merupakan prestasi dan kepercayaan publik atas nama besar yang dimiliki

Kantor Akuntan Publik tersebut. Bukti empiris telah membuktikan bahwa

terdapat perbedaan kualitas audit yang dilakukan oleh KAP. Ukuran KAP

dalam hal ini dibedakan menjadi KAP besar (big 4 accounting firms) dan KAP

33
kecil (Non big 4 accouting firms). Perbedaan tersebut berdasarkan jumlah klien

yang dimiliki, jumlah rekan/anggota yang bergabung, dan total pendapatan

yang diperoleh satu periode (Nariman, 2017).

Dalam pertimbangan memutuskan untuk berinvestasi, para investor

akan lebih mempertimbangkan kualitas audit dari suatu laporan keuangan yang

diaudit oleh KAP dengan reputasi yang baik. Reputasi KAP dipertaruhkan

ketika opini yang diberikan ternyata tidak sesuai dengan kondisi perusahaan

yang sesungguhnya. Opini audit going concern lebih banyak diberikan dari

auditor dalam KAP big four sebab semakin berkualitas auditor maka auditor

akan semakin teliti memeriksa data-data laporan keuangan dan informasi yang

berkaitan dengan going concern perusahaan. Semakin berkualitas auditor dan

banyaknya pengungkapan yang ada membuat auditor akan memeriksa secara

lebih teliti pengungkapan yang ada serta kejadian yang ada dalam laporan

keuangan dan hal tersebut memungkinkan untuk dikeluarkannya opini audit

going concern (Kusumayanti & Widhiyani, 2017).

Akan tetapi, beberapa penelitian lain menunjukkan bahwa KAP big four

maupun KAP non big four tidak dapat mempengaruhi dalam pemberian opini

audit going concern dikarenakan pemberian opini audit going concern

didasarkan pada bagaimana kondisi keuangan suatu perusahaan itu sendiri

(Astari & Latrini, 2017).

KAP The Big Four memiliki afiliasi diberbagai negara termasuk di

Indonesia, berikut adalah KAP The Big Four dan afiliasinya di Indonesia:

34
1) KAP Purwantono, Sungkoro & Surja (EY/ Ernst & Young)

1) KAP Osman Bing Satrio dan Rekan (Deloitte Touche Tohmatsu)

2) KAP Siddharta dan Widjaja (KPMG/ Klynveld Peat Main Goerdeler)

3) KAP Tanudiredja, Wibisana, Rintis dan Rekan (PWC/ Price Waterhouse

Coopers)

35
7. Hasil Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu tentang faktor-faktor yang menjadi pertimbangan auditor dalam memberikan opini audit going concern

pada perusahaan dirangkum dalam tabel 2.1 berikut:

Tabel 2.1
Rangkuman Penelitian Terdahulu

Metodologi Penelitian
No. Nama (tahun), Judul Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
1. Suharsono (2018), Pengaruh Penelitian kuantitatif, Variabel kualitas audit, Debt default dan pertumbuhan
Kualitas Audit, Debt default dan variabel debt default, populasi dan sampel dari perusahaan berpengaruh signifikan
Pertumbuhan Perusahaan pertumbuhan perusahaan penelitian pada opini audit going concern.
Terhadap Penerimaan Opini dan opini audit going Sedangkan kualitas audit tidak
Audit Going Concern. concern, data sekunder, berpengaruh signifikan pada opini
metode pengujian hipotesis audit going concern.
dengan SPSS.

2. Mariana et al. (2018), Pengaruh Penelitian kuantitatif, Variabel disclosure level Debt default dan disclosure level
Debt default, Disclosure Level, variabel debt default dan dan audit lag, populasi dan berpengaruh signifikan pada opini
opini audit going concern, sampel dari penelitian.

36
Metodologi Penelitian
No. Nama (tahun), Judul Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
dan Audit Lag Terhadap Opini metode pengujian hipotesis audit going concern. Sedangkan
Audit Going Concern. dengan SPSS. audit lag tidak berpengaruh
signifikan pada opini
audit going concern.

3. Rahmawati et al. (2018), Penelitian kuantitatif, Variabel likuiditas dan opini Opini audit tahun sebelumnya,
Pengaruh Likuiditas, Ukuran variabel firm size, company audit tahun sebelumnya, berpengaruh signifikan pada opini
Perusahaan, Pertumbuhan growth dan opini audit populasi dan sampel dari audit going concern. Sedangkan
Perusahaan dan Opini Audit going concern, metode penelitian. likuiditas, firm size dan company
Tahun Sebelumnya Terhadap pengujian hipotesis dengan growth tidak berpengaruh
Opini Audit Going Concern. SPSS. signifikan pada opini audit going
concern.

4. Astari & Latrini (2017), Faktor- Penelitian kuantitatif, Variabel disclosure dan opini audit tahun sebelumnya
faktor yang Mempengaruhi Opini variabel debt default, opini audit tahun berpengaruh signifikan pada opini
Audit Going Concern. kualitas audit dan opini sebelumnya, populasi dan audit going concern. Sedangkan
audit going concern, data sampel dari penelitian. disclosure, kualitas audit, dan debt

37
Metodologi Penelitian
No. Nama (tahun), Judul Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
sekunder, metode pengujian default tidak berpengaruh
hipotesis dengan SPSS. signifikan pada opini audit going
concern.

5. Bayudi & Wirawati (2017), Penelitian kuantitatif, Variabel profitabilitas dan Profitabilitas berpengaruh
Faktor-faktor Yang varibel ukuran perusahaan, likuiditas, populasi dan signifikan pada opini audit going
Mempengaruhi Opini Audit ukuran KAP dan opini audit sampel dari penelitian. concern. Sedangkan likuiditas,
Going Concern. going concern, data ukuran perusahaan dan ukuran
sekunder, metode pengujian KAP tidak berpengaruh signifikan
hipotesis dengan SPSS. pada opini audit going concern.

6. Nariman (2017), Pengaruh Penelitian kuantitatif, Variabel Earnings Response Reputasi kantor akuntan publik
Ukuran Kantor Akuntan Publik variabel reputasi kantor Coefficients (Erc), populasi berpengaruh signifikan pada opini
Terhadap Opini Going Concern akuntan publik dan opini dan sampel dari penelitian. audit going concern.
dan Earnings Response audit going concern, metode
Coefficients (Erc). pengujian hipotesis dengan
SPSS.

38
Metodologi Penelitian
No. Nama (tahun), Judul Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
7. Imani et al. (2017), Pengaruh Penelitian kuantitatif, Variabel audit lag, kondisi Debt default berpengaruh
Debt default, Audit Lag, Kondisi variabel debt default dan keuangan dan opini audit signifikan pada opini audit going
Keuangan, dan Opini Audit opini audit going concern, tahun sebelumnya, populasi concern. Sedangkan audit lag,
Tahun Sebelumnya Terhadap metode pengujian hipotesis dan sampel dari penelitian. kondisi keuangan dan opini audit
Penerimaan Opini Audit Going dengan SPSS. tahun sebelumnya tidak
Concern. berpengaruh signifikan pada opini
audit going concern.

8. Yuliyani & Erawati (2017), Penelitian kuantitatif, Variabel financial distress, Financial distress, profitabilitas,
Pengaruh Financial Distress, variabel leverage dan opini profitabilitas dan likuiditas, leverage, dan likuiditas tidak
Proftabilitas, Leverage dan audit going concern, metode populasi dan sampel dari berpengaruh signifikan pada opini
Likuiditas Pada Opini Audit pengujian hipotesis dengan penelitian. audit going concern.
Going Concern. SPSS.

9. Yuridiskasari & Rahmatika Penelitian kuantitatif, Variabel audit tenure dan Reputasi auditor berpengaruh
(2017), Determinan Penerimaan variabel reputasi auditor dan opinion shopping, populasi signifikan pada opini audit going
Opini Audit Going Concern Pada opini audit going concern, dan sampel dari penelitian. concern. Sedangkan audit tenure

39
Metodologi Penelitian
No. Nama (tahun), Judul Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
Perusahaan Property dan Real metode pengujian hipotesis dan opinion shopping tidak
Estate. dengan SPSS. berpengaruh signifikan pada opini
audit going concern.

10. Kusumayanti & Widhiyani Penelitian kuantitatif, Variabel Opinion Shopping, Opinion shopping, disclosure, dan
(2017), Pengaruh Opinion variabel reputasi kantor Disclosure, populasi dan reputasi kantor akuntan publik
Shopping, Disclosure dan akuntan publik dan opini sampel dari penelitian. berpengaruh signifikan pada opini
Reputasi KAP Pada Opini Audit audit going concern, metode audit going concern.
Going Concern. pengujian hipotesis dengan
SPSS.

11. Trenggono & Triani (2015), Penelitian kuantitatif, Variabel kondisi keuangan, Debt default dan opini audit tahun
Analisis Indikator yang variabel debt default, opini audit tahun sebelumnya berpengaruh
Mempengaruhi Auditor Dalam pertumbuhan perusahaan, sebelumnya, rasio lancar, signifikan pada opini
Memberikan Opini Going dan opini audit going return on asset dan audit going concern. Sedangkan
Concern Pada Suatu Perusahaan concern, metode pengujian kepatuhan perusahaan pertumbuhan perusahaan, rasio
Dengan Pendekatan ISA 570 hipotesis dengan SPSS. terhadap hukum & lancar, return on asset dan

40
Metodologi Penelitian
No. Nama (tahun), Judul Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
(Perusahaan Yang Terdaftar Di peraturan, populasi dan kepatuhan perusahaan terhadap
BEI Periode 2014). sampel dari penelitian. hukum & peraturan tidak
berpengaruh signifikan pada opini
audit going concern.

12. Nursasi & Maria (2015), Penelitian kuantitatif, Variabel audit tenure dan Audit tenure, opinion shopping,
Pengaruh Audit Tenure, Opinion variabel leverage, opinion shopping, populasi leverage, dan pertumbuhan
Shopping, Leverage dan pertumbuhan perusahaan dan sampel dari penelitian. perusahaan berpengaruh signifikan
Pertumbuhan Perusahaan dan opini audit going pada opini audit going concern.
Terhadap Penerimaan Opini concern, metode pengujian
Audit Going Concern Pada hipotesis dengan SPSS.
Perusahaan Perbankan dan
Pembiayaan Yang Go Public di
Bursa Efek Indonesia.

13. Aryantika & Rasmini (2015), Penelitian kuantitatif, Variabel profitabilitas, prior Leverage dan prior opinion
Profitabilitas, Leverage, Prior variabel leverage dan opini opinion dan kompetensi berpengaruh signifikan pada opini

41
Metodologi Penelitian
No. Nama (tahun), Judul Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
Opinion dan Kompetensi Auditor audit going concern, data auditor, populasi dan sampel audit going concern. Sedangkan
Pada Opini Audit Going sekunder, metode pengujian dari penelitian. profitabilitas dan kompetensi
Concern. hipotesis dengan SPSS. auditor tidak berpengaruh
signifikan pada opini audit going
concern.

14. Harris & Merianto (2015), Penelitian kuantitatif, Variabel disclosure, opini Debt default, disclosure, opini
Pengaruh Debt default, variabel debt default, ukuran audit tahun sebelumnya dan audit tahun sebelumnya dan
Disclosure, Opini Audit Tahun perusahaan dan opini audit opinion shopping, populasi opinion shopping berpengaruh
Sebelumnya, Ukuran Perusahaan, going concern, metode dan sampel dari penelitian. signifikan pada pada opini audit
Dan Opinion Shopping Terhadap pengujian hipotesis dengan going concern. Sedangkan ukuran
Penerimaan Opini Audit Going SPSS. perusahaan tidak berpengaruh
Concern. signifikan pada opini audit going
concern.

15. Gama & Astuti (2014), Analisis Penelitian kuantitatif, Variabel audit delay, Opini audit tahun sebelumnya,
Faktor-faktor Penerimaan Opini variabel kualitas audit, keahlian komite audit dan ukuran perusahaan, dan audit

42
Metodologi Penelitian
No. Nama (tahun), Judul Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
Auditor Dengan Modifikasi pertumbuhan perusahaan, opini audit tahun delay berpengaruh signifikan pada
Going Concern. ukuran perusahaan dan sebelumnya, populasi dan opini audit going concern.
opini audit going concern, sampel dari penelitian. Sedangkan kualitas audit,
metode pengujian hipotesis pertumbuhan perusahaan, dan
dengan SPSS. keahlian komite audit tidak
berpengaruh signifikan pada opini
audit going concern.

Sumber: Diolah Oleh Peneliti (2020)

43
B. Kerangka Konseptual

Gambar 2.1
Kerangka Konseptual

Investor saat ini sangat kritis terhadap Perusahaan yang mendapatkan opini audit
faktor-faktor apa saja yang dapat going concern menunjukan terdapat
mempengaruhi keberlangsungan hidup keraguan dari seorang auditor terhadap
(going concern) suatu perusahaan keberlangsungan usaha dari perusahaan
tersebut

GAP

Pengaruh Leverage, Company Growth, Firm Size, Debt Default dan Reputasi Kantor
Akuntan Publik Terhadap Opini Audit Going Concern

Basis Teori: Teori Agensi dan Teori Sinyal

Variabel Independen
Leverage (X1) H1

Company Growth (X2) H2


Variabel Dependen
Firm Size (X3) H3 Opini Audit Going
Concern (Y)
Debt Default (X4) H4

Reputasi Kantor H5
Akuntan Publik (X5)

Metode Analisis: Regresi Logistik

Hasil Penelitian: Pembahasan, Kesimpulan, Keterbatasan dan Saran

44
C. Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap pernyataan-

pernyataan yang dikemukakan dalam perumusan masalah dan masih harus

dibuktikan kebenarannya lewat pengumpulan dan penganalisisaan data

penelitian. Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat dirumuskan hipotesis

sebagai berikut:

1) Pengaruh Leverage Terhadap Opini Audit Going Concern

Leverage merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa

jauh perusahaan dibiayai oleh utang, rasio leverage mengukur perbandingan

antara dana yang disediakan oleh pemilik dengan dana yang berasal dari pihak

ketiga. Kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya ke pihak lain

juga dapat menunjukkan kinerja perusahaan (Nursasi & Maria, 2015).

Rasio leverage yang tinggi menimbulkan keraguan tentang kemampuan

perusahaan untuk menjaga kelangsungan bisnis mereka di masa depan karena

kebanyakan dari aset yang dimiliki oleh perusahaan akan digunakan untuk

membiayai kembali utang. Utang lebih tinggi dari pada aset akan membuat total

rasio utang terhadap aset terlalu besar dan dapat menyebabkan ketidakpastian

tentang kelangsungan hidup perusahaan. Perusahaan yang memiliki aset yang

lebih kecil daripada kewajibannya akan lebih meningkatkan resiko untuk

perusahaan mengalami kebangkrutan dan mendapatkan opini audit going

concern (Suharsono, 2018).

Pandangan di atas konsisten dengan penelitian Aryantika & Rasmini

(2015) yang menunjukkan bahwa leverage berpengaruh positif terhadap opini

45
audit going concern. Berdasarkan uraian di atas, dapat dibuat hipotesis sebagai

berikut.

H1: Leverage berpengaruh positif terhadap opini audit going concern.

2) Pengaruh Company Growth Terhadap Opini Audit Going Concern

Perusahaan dengan pertumbuhan negatif menunjukkan kecenderungan

yang lebih besar menuju kebangkrutan. Dalam penelitian ini, peneliti

menggunakan rasio net income growth untuk mengukur tingkat company

growth. Untuk menghitung rasio net income growth ini yaitu dengan

menghitung berdasarkan laba/rugi perusahaan. Pertumbuhan perusahaan dapat

dilihat dari rasio pertumbuhan laba yang positif. Perusahaan yang mempunyai

rasio pertumbuhan laba yang positif cenderung tidak mendapatkan opini audit

going concern (Krissindiastuti & Rasmini, 2016).

Tingkat pertumbuhan suatu perusahaan akan mempengaruhi

kemampuan mempertahankan laba sehingga perusahaan dapat menjaga

kelangsungan bisnis perusahaannya di masa depan. Oleh karena itu, semakin

tinggi rasio net income growth perusahaan akan semakin kecil kemungkinan

auditor untuk menerbitkan opini audit going concern (Nursasi & Maria, 2015).

Pandangan di atas konsisten dengan penelitian Krissindiastuti &

Rasmini (2016) yang menunjukkan bahwa pertumbuhan perusahaan

berpengaruh negatif terhadap opini audit going concern. Berdasarkan uraian di

atas, dapat dibuat hipotesis sebagai berikut.

H2: Company growth berpengaruh negatif terhadap opini audit going concern.

46
3) Pengaruh Firm Size Terhadap Opini Audit Going Concern.

Besar atau kecilnya skala perusahaan salah satunya dapat dilihat dari

kondisi keuangan perusahaan seperti kepemilikan aset total perusahaan.

Perusahaan dengan tingkat pertumbuhan aset positif dan diikuti peningkatan

hasil operasi akan menambah kepercayaan terhadap perusahaan dan

memberikan suatu tanda bahwa perusahaan tersebut jauh dari kemungkinan

mengalami kebangkrutan sehingga auditor lebih mungkin untuk mengeluarkan

opini audit going concern terhadap perusahaan yang berskala kecil (small firm).

Besar atau kecilnya skala perusahaan salah satunya dapat dilihat dari

kondisi keuangan perusahaan seperti kepemilikan aset total perusahaan.

Penelitian tentang pengaruh ukuran perusahaan terhadap opini going concern

dilakukan oleh Gama & Astuti (2014) yang menemukan bahwa firm size/ukuran

perusahaan berpengaruh negatif terhadap opini audit going concern.

Berdasarkan uraian di atas, dapat dibuat hipotesis sebagai berikut.

H3: Firm size berpengaruh negatif terhadap opini audit going concern.

4) Pengaruh Debt Default Terhadap Opini Audit Going Concern

Debt default adalah indikasi bahwa ada masalah yang menyebabkan

perusahaan tidak dapat membayar utang yang telah jatuh tempo, jadi jika

perusahaan berada dalam status gagal bayar utang, kemungkinan besar akan

mengarah pada kebangkrutan perusahaan sehingga kemampuan perusahaan

dalam bertahan hidup diragukan, sehingga auditor akan memberikan opini audit

going concern (Suharsono, 2018). Ini menunjukkan bahwa ada masalah yang

mengakibatkan perusahaan tidak mampu membayar pinjaman terlambat. Jika

47
perusahaan gagal membayar utangnya, itu akan berpengaruh terhadap kegiatan

operasional. Oleh karena itu, kemungkinan perusahaan akan menerima opini

audit going concern lebih besar. Kegalan dalam memenuhi kewajiban hutang

dan bunga merupakan indikator going concern yang banyak digunakan oleh

auditor dalam menilai kelangsungan hidup suatu perusahaan (Imani et al.,

2017).

Perusahaan dengan status debt default akan memberikan peningkatan

atas kemungkinan auditor untuk mengeluarkan laporan going concern. Yang

menjadi ciri suatu perusahaan mengalami kebangkrutan disebabkan adanya

masalah keuangan dimana arus kas semakin krisis dengan kemungkinan

terancam bangkrut. Krisis keuangan yang terjadi akan mengakibatkan

perusahaan gagal dalam membayar perjanjian utang (debt default) dan

kemungkinan besar status debt default dapat meningkatkan kemungkinan

auditor mengeluarkan opini audit going concern (Suharsono, 2018).

Pandangan di atas konsisten dengan penelitian yang dilakukan

Trenggono & Triani (2015), Mariana, Kuncoro, & Ryando (2018) dan Imani,

Nazar, & Budiono 2017) yang menyatakan bahwa debt default berpengaruh

positif terhadap opini audit going concern. Berdasarkan uraian di atas, dapat

dibuat hipotesis sebagai berikut.

H4: Debt default berpengaruh positif terhadap opini audit going concern.

48
5) Pengaruh Reputasi Kantor Akuntan Publik Terhadap Opini Audit

Going Concern

Ukuran kantor akuntan publik sebagai proksi kualitas audit

membedakan KAP menjadi KAP besar (Big four accounting firms) dan KAP

kecil (Non big four accounting firms). Akan tetapi, meskipun adanya perbedaan

tersebut, perusahaan pengguna KAP yang berafiliasi dengan Big Four ataupun

perusahaan yang menggunakan KAP Non Big Four sama-sama memberikan

kualitas audit yang berkualitas dan independen dalam mengeluarkan opini audit

going concern karena keduanya harus mematuhi kode etik yang telah

ditentukan dalam hal ini oleh organisasi Ikatan Akuntan Publik Indonesia

(Bayudi & Wirawati, 2017) .

Pandangan di atas konsisten dengan penelitian yang dilakukan

Kusumayanti & Widhiyani (2017) yang menyatakan bahwa reputasi kantor

akuntan publik berpengaruh negatif terhadap opini audit going concern.

Berdasarkan uraian di atas, dapat dibuat hipotesis sebagai berikut.

H5: Reputasi kantor akuntan publik berpengaruh negatif terhadap opini audit

going concern.

49
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Waktu kegiatan penelitian ini dilakukan pada bulan April-Agustus tahun

2020. Bursa Efek Indonesia (BEI) yang beralamat di Jl. Jendral Sudirman Kav

52-53 Jakarta Selatan 12190 adalah sebuah tempat dan sarana yang

menyediakan informasi laporan keuangan perusahaan yang dibutuhkan oleh

peneliti untuk dijadikan data dari penelitian. Data yang digunakan pada

penelitian ini merupakan data sekunder. Penelitian ini mengambil data laporan

keuangan secara online yang berasal dari website resmi Bursa Efek Indonesia

yaitu www.idx.co.id.

B. Jenis Penelitian

Penelitian merupakan cara atau prosedur yang bertujuan untuk mengkaji

data dengan tekhnik tertentu yang diawali dengan tahap pengumpulan data.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif

adalah suatu metode penelitian yang bersifat induktif, objektif, dan ilmiah

dimana data yang diperoleh berupa angka-angka atau pernyataan-pernyataan

yang dinilai, dan dianalisis dengan analisis statistik. Penelitian ini dilakukan

dengan membangun hipotesis terlebih dahulu yang kemudian akan diukur

menggunakan metode observasi terhadap data yang akan digunakan. Dimensi

waktu yang digunakan adalah time series yang datanya diambil dari data

keuangan beberapa tahun.

50
C. Definisi dan Operasional Variabel

Pada penelitian ini terdapat dua variabel yaitu variabel dependen dan

variabel independen. Variabel dependen yang digunakan pada penelitian ini

adalah opini audit going concern, variabel independen yang digunakan dalam

penelitian ini adalah leverage, company growth, firm size, debt default, dan

reputasi kantor akuntan publik.

1. Variabel Penelitian

a) Variabel Terikat (Dependent Variabel)

1) Opini Audit Going Concern

Pada penelitian ini variabel dependen yang digunakan adalah opini

audit going concern. Dimana variabel dependen merupakan variabel yang

dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel independen.

Opini audit going concern merupakan opini audit yang diungkapkan auditor

dalam mengevaluasi kemungkinan terdapat kesangsian mengenai sebuah

kemampuan perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya.

Pengukuran variabel opini audit going concern dalam penelitian ini

menggunakan variabel dummy. Opini audit going concer (GCO) diberi

kode 1 kemudian untuk opini audit non going concern (NGCO) diberi kode

0 (Astari & Latrini, 2017).

b) Variabel Bebas (Independent Variabel)

Variabel bebas merupakan variabel yang besifat mempengaruhi,

atau menjadi sebab dari adanya perubahan atau alasan munculnya variabel

51
terikat. Pada penelitian ini variabel bebas yang digunakan yaitu leverage,

company growth, firm size, dan debt default.

1) Leverage

Leverage adalah penggunaan dana pinjaman untuk meningkatkan

potensi imbal hasil atau return dari investasi untuk mencapai tujuan

perusahaan dan memaksimalkan aset pemilik

Pengukuran rasio leverage dalam penelitian ini adalah dengan

menggunakan debt to equity ratio (DER) sebagai pengukurnya karena rasio

ini mencerminkan kemampuan suatu perusahaan dalam memenuhi seluruh

kewajibannya yang ditunjukan oleh ekuitas perusahaan yang digunakan

sebagai pembayaran utang (Suharsono, 2018). debt to equity ratio (DER)

dapat dirumuskan sebagai berikut:

DER = Total Utang x 100%

Total Ekuitas

2) Company Growth

Company growth adalah kemampuan perusahaan untuk

meningkatkan size dari perusahaan itu sendiri maupun mempertahankan

posisi ekonominya dari tahun ke tahun.

Pengukuran company growth dalam penelitian ini adalah dengan

menggunakan net income growth (Kasmir, 2016). net income growth dapat

dirumuskan sebagai berikut:

Net Income Growth = 𝐿𝑎𝑏𝑎(𝑅𝑢𝑔𝑖) 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ𝑡 − 𝐿𝑎𝑏𝑎(𝑅𝑢𝑔𝑖) 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ𝑡−1 x 100%

𝐿𝑎𝑏𝑎(𝑅𝑢𝑔𝑖) 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ𝑡−1

52
3) Firm Size

Firm size adalah suatu gambaran perusahaan yang dapat

dikategorikan sebagai perusahaan besar atau kecil yang dilihat melalui total

aset, penjualan bersih, dan kapitalisasi pasar.

Dalam penelitian ini, indikator yang digunakan untuk mengukur

tingkat firm size menggunakan total aset. Variabel firm size disajikan dalam

bentuk logaritma natural, karena nilai dan sebarannya yang besar

dibandingkan dengan variabel yang lain (Krissindiastuti & Rasmini, 2016).

Adapun pengukuran firm size dengan menggunakan rumus:

𝑆𝐼𝑍𝐸 = Ln (𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑒𝑡)

4) Debt Default

Debt default didefinisikan suatu kegagalan perusahaan dalam

membayar kewajiban hutang baik pokok ataupun bunganya pada waktu

yang ditentukan. Pengukuran awal debt default dalam penelitian ini adalah

dengan menggunakan current ratio. Jika angka rasio lancar suatu

perusahaan lebih dari 1,0 maka perusahaan tersebut punya kemampuan

yang baik dalam melunasi kewajiban jangka pendeknya. Karena

perbandingan aktivanya lancarnya lebih besar dibanding kewajiban jangka

pendek yang dimiliki. Namun jika rasio lancar yang dimiliki perusahaan

nilainya di bawah 1,0 maka kemampuannya dalam melunasi kewajiban

jangka pendek perusahaan masih dipertanyakan.

53
Selanjutnya variabel diukur dengan variabel dummy, kode 1 untuk

status debt default diberikan ketika current ratio perusahaan dibawah 1.0

dan kode 0 untuk status tidak debt default diberikan ketika current ratio

lebih dari 1,0 (Mariana et al., 2018).

5) Reputasi Kantor Akuntan Publik

Pengukuran variabel reputasi kantor akuntan publik dalam

penelitian ini menggunakan variabel dummy. Jika KAP termasuk dalam

kategori The Big Four Auditors, akan diberi kode 1, sedangkan jika tidak

termasuk kategori The Big Four Auditors, akan diberi kode 0 (Yuridiskasari

& Rahmatika, 2017).

KAP big four yang digunakan dalam penelitian ini adalah: KAP

Purwantono, Sungkoro & Surja (EY/ Ernst & Young), KAP Osman Bing

Satrio dan Rekan (Deloitte Touche Tohmatsu), KAP Siddharta dan Widjaja

(KPMG/ Klynveld Peat Main Goerdeler), KAP Tanudiredja, Wibisana,

Rintis dan Rekan (PWC/ Price Waterhouse Coopers).

54
Tabel 3.1
Operasional Variabel

Variabel Indikator Skala


Opini Audit Variabel dummy, jika perusahaan klien mendapatkan
Going Concern opini audit going concern diberikan nilai 1 dan jika
Nominal
(Astari & Latrini, perusahaan klien tidak mendapatkan opini audit
2017) going concern diberikan nilai 0
Leverage DER = Total Utang x 100%
Rasio
(Suharsono, 2018) Total Ekuitas
Company Growth 𝐿𝑎𝑏𝑎(𝑅𝑢𝑔𝑖) 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ𝑡 − 𝐿𝑎𝑏𝑎(𝑅𝑢𝑔𝑖) 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ𝑡−1 x100%
Rasio
(Kasmir, 2016) 𝐿𝑎𝑏𝑎(𝑅𝑢𝑔𝑖) 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ𝑡−1
Firm size
(Krissindiastuti & 𝑆𝐼𝑍𝐸 = Ln (𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑒𝑡) Rasio
Rasmini, 2016)
Debt default Variabel dummy, jika perusahaan klien mendapatkan
(Mariana et al., debt default diberikan nilai 1 dan jika perusahaan klien Nominal
2018) tidak mendapatkan debt default diberikan nilai 0
Reputasi Kantor Variabel dummy, jika KAP termasuk dalam kategori The
Akuntan Publik Big Four Auditors, akan diberi kode 1, sedangkan jika
Nominal
(Yuridiskasari & tidak termasuk kategori The Big Four Auditors, akan
Rahmatika, 2017) diberi kode 0.

D. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan pertambangan yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode 2015-2019 sebanyak 49

perusahaan. Pengambilan sampel perusahaan pada penelitian ini menggunakan

metode purposive sampling. Berikut kriteria sampel yang digunakan dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

55
1. Perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada

tahun 2015 sampai tahun 2019.

2. Perusahaan pertambangan yang menerbitkan laporan keuangan tahunan

secara berturut-turut pada tahun 2015 sampai tahun 2019.

3. Perusahaan pertambangan yang menyediakan informasi yang lengkap

terkait variabel yang ingin diteliti.

Tabel 3.2
Rincian Sampel Penelitian

No. Kriteria Total Sampel

1. Perusahaan pertambangan yang terdaftar


di Bursa Efek Indonesia pada tahun 49
penelitian (2020)
2. Laporan keuangan perusahaan
pertambangan yang tidak sesuai dengan (16)
kriteria sampel yang telah ditentukan
3. Jumlah perusahaan yang menjadi sampel 33
Jumlah sampel penelitian selama tahun
165
2015-2019 (33 × 5 tahun)

Sumber: www.idx.co.id (data yang diolah peneliti 2020)

Berdasarkan kriteria pada tabel diatas didapatkan sampel yaitu sebanyak

33 perusahaan pertambangan pada penelitian ini. Kemudian, jumlah periode

pengamatan yang digunakan dalam penelitian ini selama 5 tahun, sehingga

jumlah total sampel yang digunakan adalah sebanyak 165 sampel penelitian.

56
E. Tekhnik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara penelitian

kepustakaan (library research) yaitu pengumpulan data–data beberapa

informasi yang diperoleh mengenai teori–teori yang berhubungan dengan

masalah yang diteliti. Beberapa sumber data dan informasi yang dibutuhkan

untuk penelitian ini diperoleh dari buku, jurnal, skripsi, penelusuran di internet

dan beberapa sumber lainnya.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang

diperoleh dari Bursa Efek Indonesia (BEI). Peneliti mengumpulkan data secara

tahunan melalui laporan keuangan dalam bentuk ringkasan kinerja dan laporan

tahunan perusahaan periode 2015 sampai dengan periode 2019 yang

dipublikasikan di website resmi masing masing perusahaan dan melalui situs

resmi BEI (www.idx.co.id).

F. Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan

data kuantitatif yang diolah menggunakan software SPSS (Statistical Package

for Social Science) versi 25. Berikut beberapa metode analisis data yang

digunakan:

1. Analisis Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif merupakan statistik yang digunakan untuk

menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data

yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat

57
kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi. Tujuan analisis

statistik deskriptif adalah untuk mendapatkan gambaran umum tentang berbagai

karakteristik dari fenomena atau populasi atau masalah yang dipunyai. Statistik

deskriptif merupakan cara untuk menggambarkan dan menyajikan informasi

dari sejumlah besar data. Menurut (Ghozali, 2018:19) statistik deskriptif

memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata

(mean), standar deviasi, varian, maksimum, minimum, sum, range, kurtosis,

dan skewness (kemencengan distribusi).

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah rata-rata (mean),

minimum, maksimum dan standar deviasi yang bertujuan mengetahui distribusi

data yang menjadi sampel penelitian. Nilai minimum digunakan untuk

mengetahui jumlah terkecil data yang bersangkutan bervariasi dari rata-rata.

Nilai maksimum digunakan untuk mengetahui jumlah terbesar data yang

bersangkutan. Mean digunakan untuk mengetahui rata-rata data yang

bersangkutan. Standar deviasi digunakan untuk mengetahui seberapa besar data

yang bersangkutan bervariasi dari rata-rata.

2. Analisis Regresi Logistik

Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan

regresi logistik karena variabel terikatnya yaitu opini audit going concern

menggunakan variabel dummy dan variabel bebasnya merupakan kombinasi

antara variabel metrik dan non-metrik (nominal). Menurut Ghozali (2018:325)

menyatakan bahwa regresi logistik digunakan untuk menguji apakah

probabilitas terjadinya variabel terikat dapat diprediksi dengan variabel

58
bebasnya. Teknik analisis regresi logistik tidak memerlukan uji normalitas dan

asumsi klasik untuk variabel bebasnya Adapun model regresi logistik pada

penelitian ini adalah sebagai berikut:

𝑌 = 𝛼 + 𝛽1 𝑋1 + 𝛽2 𝑋2 + 𝛽3 𝑋3 + 𝛽4 𝑋4 + 𝛽5 𝑋5 + 𝑒

Keterangan:

𝑌 = Opini Audit Going concern

(1 = opini going concern dan 0 = opini non going concern).

α = Konstanta

𝑋1 = Leverage

𝑋2 = Company Growth

𝑋3 = Firm Size

𝑋4 = Debt Default

𝑋5 = Reputasi Kantor Akuntan Publik

𝑒 = Error Item

a. Menilai Model Fit dan Keseluruhan Model (Overall Model Fit)

Statistik yang digunakan adalah berdasarkan pada fungsi Likelihood.

Likelihood (L) dari model adalah probabilitas bahwa model yang

dihipotesiskan menggambarkan data input. Hipotesis yang digunakan untuk

menilai model fit adalah:

H0: Model yang dihipotesakan fit dengan data

Ha: Model yang dihipotesakan tidak fit dengan data

Agar model fit dengan data, maka Ho harus diterima dan Ha ditolak.

Untuk menguji hipotesis nol dan hipotesis alternatif, L ditransformasikan

59
menjadi -2LogL. Output SPSS memberikan dua nilai -2LogL, yaitu satu

untuk model yang hanya memasukkan konstanta saja dan satu model

dengan konstanta serta tambahan.

Adanya pengurangan nilai antara -2Log L awal (initial -2LL

function) dengan nilai -2Log L pada langkah berikutnya menunjukkan

bahwa model yang dihipotesiskan fit dengan data. Log Likelihood pada

regresi logistik mirip dengan pengertian “Sum of Square Error” pada model

regresi, sehingga penurunan Log Likelhood menunjukkan model regresi

yang semakin baik atau dengan kata lain model yang dihipotensiskan fit

dengan data (Ghozali, 2018:332).

b. Menilai kelayakan Model Regresi (Hosmer and Lomeshow’s

Goodness of Fit Test)

Kelayakan model regresi dinilai dengan menggunakan Hosmer and

Lemeshow’s Goodnes of Fit Test. Adapun hipotesis untuk menilai

kelayakan model ini adalah:

H0: Tidak ada perbedaan antara model dengan data

Ha: Ada perbedaan antara model dengan data

Jika nilai statistik Hosmer and Lemeshow Goodness of fit lebih besar

daripada 0,05 maka Ho tidak dapat ditolak dan berarti model mampu

memprediksi nilai observasinya atau dapat dikatakan model diterima karena

sesuai dengan data observasinya (Ghozali, 2018:331).

60
c. Koefisien Determinasi (Nagelkarke R2 Square)

Koefisien determinasi digunakan untuk mengukur seberapa besar

variabilitas variabel independen mampu memperjelas variabilitas variabel

dependen. Koefisien determinasi pada regresi logistik dapat dilihat pada

nilai Nagelkarke R Square. Nilai koefisien determinasi dapat

diinterprestasikan seperti nilai R Square pada multipleregression. Nilai

Nagelkarke R Square mempunyai interval antara 0 sampai 1 (0 ≤ 𝑅 2 ≤ 1).

Bila nilai Nagelkarke R Square kecil berarti kemampuan variabel

independen dalam menjelaskan variabel dependen sangat terbatas.

Sedangkan jika Nagelkarke R Square mendekati 1 berarti variabel

independen dapat memberikan hampir semua informasi yang diperlukan

untuk memprediksi variabel dependen (Ghozali, 2018:333).

3. Uji Hipotesis

Uji regresi secara parsial (Uji Wald) digunakan untuk menguji

hipotesis secara parsial guna menunjukkan pengaruh tiap variabel

independen secara individu terhadap variabel dependen (Ghozali,

2018:336). Uji Wald adalah pengujian koefisien regresi masing-masing

variabel independen terhadap variabel dependen, dilakukan dengan

membandingkan p-value pada kolom Sig masing-masing variabel

independen dengan tingkat signifikan yang digunakan 0,05. Berdasarkan

nilai probabilitas dengan α = 0,05:

61
1) Jika probabilitas > 0,05, maka hipotesis ditolak, disimpulkan bahwa

variabel independen tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel

dependen.

2) Jika probabilitas < 0,05, maka hipotesis diterima. disimpulkan bahwa

variabel independen berpengaruh signifikan terhadap variabel

dependen.

62
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Objek Penelitian

Dalam penelitian ini, populasi pada penelitian diperoleh dari perusahaan

pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode periode

2015-2019. Bursa Efek Indonesia (BEI) menggolongkan perusahaan tambang

menjadi 5 (lima) jenis, yaitu pertambangan batubara, pertambangan minyak dan

gas bumi, pertambangan logam dan mineral, pertambangan batu-batuan, serta

pertambangan lain-lain. Saat ini belum ada perusahaan yang terdaftar pada sub

sektor pertambangan lain-lain.

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

analisis statistik yang menggunakan persamaan regresi logistik. Prosedur

dimulai dengan memasukkan variabel-variabel penelitian ke program SPSS 25

dan menghasilkan output sesuai dengan metode analisis data yang telah

ditentukan. Berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan, diperoleh 33 perusahaan

yang memenuhi kriteria dan dijadikan sampel dalam penelitian dan dengan

jumlah tahun pengamatan selama 5 tahun, sehingga total data yang diamati

adalah sebanyak 165 sampel.

63
B. Analisis Data

1. Analisis Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif berguna untuk mengetahui karakteristik sampel yang

digunakan dalam penelitian. Untuk melihat data statistik secara umum, peneliti

menggunakan descriptive untuk variabel yang diukur dengan skala rasio dan

frequency untuk variabel yang diukur dalam skala nominal. Analisis statistik

deskriptif digunakan untuk mengetahui deskripsi suatu data yang dilihat dari

nilai maksimum, nilai minimum, nilai rata-rata (mean), dan nilai standar

deviasi, dari variabel leverage (X1), company growth (X2), firm size (X3), debt

default (X4), reputasi kantor akuntan publik (X5), dan opini audit going concern

(Y). Berdasarkan analisis statistik deskriptif diperoleh gambaran sampel

sebagai berikut. Pengelolaan data untuk analisis deskriptif menggunakan IBM

SPSS Statistic 25. Deskripsi data masing-masing variabel secara rinci dapat

dilihat dalam Tabel berikut ini:

Tabel 4.1
Descriptive Statisctics

Std.
N Minimum Maximum Mean
Deviation
Leverage 165 -13.29 34.06 2.0027 4.45788
Company
165 -24.68 324.08 2.0626 25.69309
Growth
Firm Size 165 24.18 32.26 29.7222 1.40810
Valid N
165
(listwise)

Sumber: Data diolah SPSS, 2020

64
Berdasarkan Tabel 4.1 dapat dideskripsikan beberapa hal berikut ini:

a. Jumlah seluruh sampel penelitian adalah 33 perusahaan dikali dengan lima

(5) tahun penelitian sehingga total N adalah sebesar 165 sampel dengan tiga

(3) variabel yang memiliki skala rasio yaitu leverage, company growth, dan

firm size.

b. Variabel independen leverage yang diproksikan dengan debt to equity ratio

memiliki nilai minimum sebesar -13.29 yang dicapai oleh Apexindo

Pratama Duta Tbk tahun 2017 sedangkan nilai maksimum sebesar 34.06

dicapai oleh Atlas Resources Tbk tahun 2018, nilai rata-ratanya adalah

2.0027 dan nilai standar deviasi sebesar 4.45788. Nilai standar deviasi lebih

besar dibandingkan nilai rata-rata menunjukkan penyebaran data yang

kurang baik.

c. Variabel independen company growth yang diproksikan dengan net income

growth memiliki nilai minimum sebesar -24.68 yang dicapai oleh Mitra

Investindo Tbk tahun 2015 sedangkan nilai maksimum 324.08 dicapai oleh

Vale Indonesia Tbk tahun 2015, nilai rata-ratanya adalah 2.0626 dan nilai

standar deviasi sebesar 25.69309. Nilai standar deviasi lebih besar

dibandingkan nilai rata-rata menunjukkan penyebaran data yang kurang

baik.

d. Variabel independen firm size yang diproksikan dengan logaritma natural

dari total aset memiliki nilai minimum sebesar 24.18 yang dicapai oleh Vale

Indonesia Tbk tahun 2015 sedangkan nilai maksimum 32.26 dicapai oleh

Adaro Energy Tbk tahun 2018, nilai rata-ratanya adalah 29.7222 dan nilai

65
standar deviasi sebesar 1.40810. Nilai rata-rata lebih besar dibandingkan

nilai standar deviasi menunjukkan penyebaran data yang cukup baik.

Tabel 4.2
Descriptive Frequencies Opini Audit Going Concern

Valid Cumulative
Frequency Percent
Percent Percent
Opini Audit Non
125 75.8 75.8 75.8
Going Concern
Valid Opini Audit
40 24.2 24.2 100.0
Going Concern
Total 165 100.0 100.0

Sumber: Data diolah SPSS, 2020


Berdasarkan Tabel 4.2 dapat dideskripsikan bahwa variabel dependen,

yaitu opini audit going concern , merupakan skala nominal yang menggunakan

variabel dummy, dimana perusahaan yang menerima opini audit going concern

diberi kode “1” sedangkan perusahaan yang menerima opini audit non going

concern diberi kode “0”, variabel memiliki nilai data valid karena semua data

diproses. Perusahaan yang menerima opini audit going concern sebanyak 40

perusahaan atau 24.2% sedangkan perusahaan yang menerima opini audit non

going concern sebanyak 125 perusahaan atau 75,8%.

66
Tabel 4.3
Descriptive Frequencies Debt Default

Valid Cumulative
Frequency Percent
Percent Percent
Non Debt Default 116 70.3 70.3 70.3
Valid Debt Default 49 29.7 29.7 100.0
Total 165 100.0 100.0

Sumber: Data diolah SPSS, 2020


Berdasarkan Tabel 4.3 dapat dideskripsikan bahwa variabel debt default

merupakan skala nominal yang menggunakan variabel dummy, dimana

perusahaan yang menerima debt default diberi kode “1” sedangkan perusahaan

non debt default diberi kode “0”, variabel memiliki nilai data valid karena

semua data diproses. Perusahaan yang menerima status debt default sebanyak

49 perusahaan atau 29.7% sedangkan perusahaan yang menerima status non

debt default sebanyak 116 perusahaan atau 70.3%.

Tabel 4.4
Descriptive Frequencies Reputasi Kantor Akuntan Publik

Valid Cumulative
Frequency Percent
Percent Percent
KAP Non Big 4 75 45.5 45.5 45.5
Valid KAP Big 4 90 54.5 54.5 100.0
Total 165 100.0 100.0

Sumber: Data diolah SPSS, 2020


Berdasarkan Tabel 4.4 dapat dideskripsikan bahwa variabel reputasi

kantor akuntan publik merupakan skala nominal yang menggunakan variabel

67
dummy, dimana perusahaan yang diaudit oleh KAP Big 4 diberi kode “1”

sedangkan perusahaan yang diaudit oleh KAP Non Big 4 diberi kode “0”,

variabel memiliki nilai data valid karena semua data diproses. Perusahaan yang

diaudit oleh KAP Big 4 sebanyak 90 perusahaan atau 54.5% sedangkan

perusahaan yang diaudit oleh KAP Non Big 4 sebanyak 75 perusahaan atau

45.5%.

2. Analisis Regresi Logistik

a. Menilai Keseluruhan Model (Overall Model Fit)

Pengujian model fit dilakukan untuk mengetahui model fit dengan data

baik sebelum maupun sesudah variabel bebas dimasukkan ke dalam model.

Pengujian dilakukan dengan cara membandingkan nilai antara -2 log likehood

(-2LL) awal (Block Number = 0) dengan nilai -2 log likehood (-2LL) akhir

(Block Number = 1). Jika dalam pengujian dihasilkan ada penurunan nilai antara

-2LL awal dengan nilai -2LL pada akhir test (Block Number = 1) maka

menunjukkan bahwa model yang dihipotesiskan fit dengan data. Penurunan

pada nilai Log Likehood menunjukkan bahwa model regresi semakin baik. Hasil

uji model fit dapat dilihat pada tabel berikut:

68
Tabel 4.5
Nilai -2 Log Likelihood (-2 LL Awal)

Iteration History
Coefficients
Iteration -2 Log likelihood
Constant
1 183.141 -1.030
Step 0 2 182.773 -1.137
3 182.773 -1.139
4 182.773 -1.139

Tabel 4.6
Nilai -2 Log Likelihood (-2 LL Akhir)
Iteration History
Coefficients
-2 Log
Iteration Company Firm Debt Reputasi
likelihood Constant Leverage
Growth Size Default KAP
1 128.489 1.021 0.020 -0.003 -0.059 1.208 -1.264
2 116.008 3.002 0.024 -0.010 -0.134 1.592 -1.996
Step
3 111.351 3.564 0.021 -0.053 -0.158 1.867 -2.429
1
4 109.866 2.851 0.016 -0.108 -0.137 2.041 -2.620
5 109.837 2.996 0.016 -0.115 -0.142 2.066 -2.694
6 109.837 3.002 0.016 -0.115 -0.142 2.067 -2.697

Tabel 4.7
Perbandingan Nilai -2LL Awal dengan -2LL Akhir

Blok Number = 0 Block Number = 1 Penurunan / Kenaikan

182.773 109.837 Penurunan

Sumber: Data diolah SPSS, 2020

69
Dari ketiga tabel diatas dapat dilihat bahwa:

1) -2 log likelihood awal pada block number = 0, yaitu model yang hanya

memasukkan konstanta memperoleh nilai sebesar 182.773. Kemudian

pada tabel selanjutnya dapat dilihat nilai -2LL akhir dengan block

number = 1 nilai -2 log likelihood mengalami perubahan setelah

masuknya beberapa variabel independen pada model penelitian,

akibatnya nilai -2LL akhir menunjukkan nilai 109.837.

2) Adanya pengurangan nilai antara -2LL awal (initial -2LL function)

dengan nilai -2LL pada langkah berikutnya (-2LL akhir) menunjukkan

bahwa model yang dihipotesiskan fit dengan data. Penurunan nilai -2

log likelihood menunjukkan bahwa model penelitian ini merupakan

model regresi yang baik karena model regresi dihipotesiskan fit dengan

data, artinya penambahan-penambahan variabel bebas yaitu leverage,

company growth, firm size, debt default, dan reputasi kantor akuntan

publik ke dalam model penelitian akan memperbaiki model fit

penelitian.

b. Menilai Kelayakan Model Regresi

Analisis selanjutnya yang dilakukan adalah menilai kelayakan model

regresi logistik biner. Menilai kelayakan dari model regresi dapat dilakukan

dengan memperhatikan goodness of fit model yang diukur dengan Chi-Square

pada kolom Hosmer and Lemeshow’s. Uji Hosmer-Lemeshow digunakan untuk

menguji kecocokkan antara predicted probabilities (nilai probabilitas

70
berdasarkan hasil prediksi) dan observed probabilities (nilai probabilitas

pengamatan).

1) Jika nilai statistik Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test sama

dengan atau kurang dari 0,05, maka hipotesis nol ditolak yang berarti

ada perbedaan signifikan antara model dengan nilai observasinya

sehingga Goodness fit model tidak baik karena model tidak dapat

memprediksi nilai observasinya.

2) Jika nilai statistic Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test lebih

besar dari 0,05, maka hipotesis nol diterima dan berarti model mampu

memprediksi nilai observasinya atau dapat dikatakan model dapat

diterima karena cocok dengan data observasinya.

Tabel 4.8
Hosmer and Lemeshow Test

Step Chi-square df Sig.


1 10.123 8 0.257

Sumber: Data diolah SPSS, 2020


Dari hasil pengujian pada Tabel 4.8 atas diperoleh Chisquare sebesar

10.123 dengan nilai signifikansi sebesar 0.257. Dari hasil tersebut terlihat

bahwa nilai signifikan lebih besar dari 0,05 sehingga hipotesis nol diterima,

yang berarti tidak ada perbedaan antara klasifikasi yang diprediksi dengan

klasifikasi yang diamati. Sehingga dapat disimpulkan bahwa model mampu

memprediksi nilai observasinya atau dapat dikatakan model dapat diterima

karena cocok dengan data observasinya.

71
c. Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui seberapa besar

kombinasi variabel independen yaitu leverage, company growth, firm size, debt

default dan reputasi kantor akuntan publik mampu menjelaskan variabel

dependen yaitu opini audit going concern. Hasil dari koefisien determinasi

dapat dilihat pada tabel model summary seperti berikut:

Tabel 4.9
Model Summary

-2 Log Cox & Snell R Nagelkerke R


Step
likelihood Square Square
1 109.837 0.357 0.533

Sumber: Data diolah SPSS, 2020


Berdasarkan Tabel 4.9 diatas, nilai Nagelkerke R Square sebesar 0.533,

yang artinya bahwa variabel dependen dapat dijelaskan oleh variabel

independen sebesar 53.3%, sedangkan sisanya sebesar 46.7% dijelaskan oleh

variabel-variabel lain diluar model penelitian.

3. Uji Hipotesis

Pengujian hipotesis dilakukan untuk mengetahui apakah semua variabel

bebas yang diamati secara bersama-sama mempunyai pengaruh (hubungan)

yang signifikan terhadap variabel terikat. Pengujian hipotesis dalam penelitian

ini dilakukan untuk menguji pengaruh variabel independen yaitu leverage,

company growth, firm size, debt default, dan reputasi kantor akuntan publik

terhadap opini audit going concern.

72
Tabel 4.10
Case Processing Summary

Unweighted Cases N Percent


Included in
165 100.0
Selected Analysis
Cases Missing Cases 0 0.0
Total 165 100.0
Unselected Cases 0 0.0
Total 165 100.0

Berdasarkan Tabel 4.10 diatas dapat diketahui bahwa:

a. Jumlah sampel pengamatan sebanyak 165 sampel, dan seluruh sampel telah

diperhitungkan ke dalam pengujian hipotesis.

b. Tidak ada variabel dependen yang dikeluarkan (missing) dengan nilai

variabel dummy 1 untuk opini audit going concern dan 0 untuk opini audit

non going concern.

c. Dalam uji regresi pengaruh antara variabel dependen dan variabel

independen dapat dilihat pada Variables in the Equation, pada kolom

significant dibandingkan dengan tingkat alpha 0,05 (5%). Apabila tingkat

signifikansi < 0,05, maka hipotesis diterima.

73
Tabel 4.11
Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

Leverage 0.016 0.049 0.103 1 0.748 1.016


Company
-0.115 0.055 4.430 1 0.035 0.891
Growth
Step 1 Firm Size -0.142 0.176 0.652 1 0.419 0.867
Debt Default 2.067 0.523 15.611 1 0.000 7.900
Reputasi KAP -2.697 0.677 15.852 1 0.000 0.067
Constant 3.002 5.117 0.344 1 0.557 20.123

Sumber: Data diolah SPSS, 2020


Tabel 4.11 diatas telah menunjukkan hasil pengujian dengan regresi

logistik pada tingkat signifikansi 5%. Dari pengujian dengan regresi logistik

diatas maka diperoleh persamaan regresi logistik berikut:

Y = 3.002 + 0.016X1 - 0.115X2 - 0.142X3 + 2.067X4 - 2.697X5 + ε

Konstanta sebesar 3.002 menyatakan bahwa jika tidak

memperhitungkan nilai variabel leverage, company growth, firm size, debt

default, dan reputasi kantor akuntan publik, maka kemungkinan perusahaan

mendapatkan opini going concern adalah sebesar 3.002.

4. Pembahasan Hasil Penelitian

Pada regresi logistik, uji signifikansi pengaruh parsial dapat diuji

dengan uji wald. Nilai statistik dari uji wald berdistribusi chi-kuadrat.

Pengambilan keputusan terhadap hipotesis dapat dilakukan dengan

74
menggunakan pendekatan nilai probabilitas dari uji wald. Hasil uji signifikansi

model secara parsial dapat dilihat pada Tabel 4.11 (variables in the equation).

H1: Leverage (X1) Berpengaruh Positif Terhadap Opini Audit Going

Concern (Y).

Berdasarkan tabel 4.11, leverage (X1) menunjukkan nilai koefisien

positif sebesar 0.016 dengan signifikansi sebesar 0.748 dan lebih besar dari 0,05

(5%) yang berarti variabel leverage (X1) memiliki hubungan yang searah

dengan hipotesis tetapi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap opini audit

going concern (Y) sehingga H1 ditolak.

Hal ini dikarenakan perusahaan dalam penggunaan hutang pada tingkat

tertentu akan dapat mengurangkan biaya modal perusahaan karena biaya atas

hutang merupakan pengurangan atas pajak perusahaan, dan dapat meningkatkan

harga saham, dimana pada akhirnya hal ini akan menguntungkan manajemen,

investor, kreditor dan perusahaan. Kebijakan hutang pada tingkat tertentu

merupakan suatu praktek untuk memaksimalkan utility dan nilai pasar

perusahaan, dimana hal ini juga merupakan bagian praktik manajemen laba.

Selain itu, jika perusahaan memiliki perencanaan dan kemampuan pengelolaan

keuangan dengan baik, serta mampu menyajikan laporan keuangan dengan

yang wajar, maka perusahaan tersebut tidak akan mendapatkan opini audit

going concern meskipun rasio leverage perusahaan tersebut tinggi. Auditor

tidak hanya mempertimbangkan rasio leverage saja dalam memutuskan suatu

perusahaan akan menerima opini audit going concern atau tidak, namun

75
mempertimbangkan faktor-faktor lain seperti kerugian operasi yang terjadi

secara berulang atau dampak kondisi ekonomi nasional lokasi tempat

perusahaan berada (Yuliyani & Erawati, 2017).

Rasio leverage yang tinggi juga bisa mengindikasikan bahwa

perusahaan tersebut lebih di percaya oleh kreditor dan tentu saja sebelum

memberikan pinjaman, seorang kreditor sudah memperhitungkan mengenai

kelangsungan hidup perusahaan sehingga perusahaan tersebut dapat membayar

pokok dan bunga sesuai dengan jangka waktu tempo yang telah ditentukan.

Kaitannya dengan agency theory yaitu bahwa leverage adalah salah satu cara

mekanisme bagi agent untuk meminimumkan masalah keagenan dengan

principal. Adanya struktur modal perusahaan yang baik dalam hal ini

pengelolaan kebijakan leverage yang benar, memungkinkan untuk perusahaan

memberikan dividen kepada stakeholder yang lebih besar jika dibandingkan

dengan rasio leverage yang lebih kecil. Sehingga menunjukkan bahwa rasio

leverage yang tinggi tidak selalu bisa untuk dijadikan indikator bahwa

perusahaan tersebut memiliki masalah going concern.

Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Yuliyani

& Erawati (2017) dan Nursasi & Maria (2015) yang menemukan bahwa

leverage tidak berpengaruh terhadap opini audit going concern.

H2: Company Growth (X2) Berpengaruh Negatif Terhadap Opini Audit

Going Concern (Y).

76
Berdasarkan tabel 4.11, company growth (X2) menunjukkan nilai

koefisien negatif sebesar 0.115 dengan signifikansi sebesar 0.035 dan lebih

besar dari 0,05 (5%) yang berarti company growth (X2) memiliki hubungan

yang searah dengan hipotesis dan berpengaruh secara signifikan terhadap opini

audit going concern (Y) sehingga H2 diterima.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perusahaan yang mempunyai

pertumbuhan yang baik jika dilihat dari rasio net income growth lebih memiliki

sedikit kemungkinan untuk mendapatkan opini audit going concern dari

auditor. Hal ini bisa terjadi karena dengan adanya pertumbuhan laba bersih

perusahaan menunjukkan aktivitas operasional perusahaan berjalan dengan

semestinya sehingga perusahaan dapat mempertahankan posisi ekonominya

dan kelangsungan hidupnya (Suharsono, 2018).

Jika pertumbuhan perusahaan negatif dalam hal ini net income growth

dari tahun ke tahun atau bahkan mengalami kerugian, akan memberikan

dampak yang signifikan terhadap cash flow perusahaan yang berakibat

perusahaan tidak bisa untuk melunasi kewajiban jangka pendeknya. Kerugian

yang terjadi terus menerus juga bisa menjadi indikator bahwa market tidak lagi

tertarik dengan produk yang ditawarkan oleh perusahaan. Seperti contohnya

dalam perusahaan pertambangan dengan salah satu produknya yaitu batubara

yang saat ini sudah ada produk lain yang bisa menggantikannya dan lebih ramah

terhadap lingkungan. Kaitannya dengan signalling theory yaitu pertumbuhan

perusahaan yang negatif menunjukkan sebagai sinyal awal kebangkrutan untuk

perusahaan dikarenakan perusahaan tidak bisa memastikan apakah perusahaan

77
yang dikelolanya akan tetap menjalankan kegiatan operasinya di masa yang

akan datang.

Hasil dari penelitian ini membuktikan bahwa perusahaan yang

mengalami pertumbuhan laba menuju arah yang positif atau positive growth

akan semakin kecil kemungkinan perusahaan mendapatkan opini audit going

concern oleh auditor. Sementara perusahaan dengan rasio net income growth

yang negatif mengindikasikan mengalami penurunan laba sehingga perusahaan

akan semakin sulit untuk membiayai kegiatan operasinya di masa yang akan

datang. Tren negatif ini dapat menyebabkan auditor memberikan opini going

concern pada perusahaan tersebut.

Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh

Krissindiastuti & Rasmini (2016) yang menemukan bahwa pertumbuhan

perusahaan/company growth berpengaruh negatif terhadap opini audit going

concern.

H3: Firm Size (X3) Berpengaruh Negatif Terhadap Opini Audit Going

Concern (Y).

Berdasarkan tabel 4.11, firm size (X3) menunjukkan nilai koefisien

negatif sebesar 0.142 dengan signifikansi sebesar 0.419 dan lebih besar dari

0,05 (5%) yang berarti firm size (X3) memiliki hubungan yang searah dengan

hipotesis tetapi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap opini audit going

concern (Y) sehingga H3 ditolak.

78
Perusahaan besar dapat menerima opini audit going concern. Hal ini

terjadi karena walaupun jumlah total aset yang dimiliki perusahaan besar,

namun laporan posisi keuangan perusahan tidak baik, misalnya kondisi hutang

perusahaan yang lebih besar dari aset yang dimiliki karena aset perusahaan

ternyata berasal dari dana pinjaman kreditor. Perusahaan besar juga bisa

menerima opini going concern karena sistem pengendalian internal pada

perusahaan kurang efektif dan efisien, terjadi kecurangan atau manipulasi yang

dilakukan manejemen yang tidak diketahui karena sistem pengendalian internal

yang rumit, sehingga rentan terjadi manipulasi dalam perusahaan.

Kelangsungan hidup usaha biasanya dihubungkan dengan kemampuan

manajemen dalam mengelola perusahaan agar tetap bertahan hidup. Oleh

karena itu, meskipun suatu perusahaan tergolong dalam perusahaan kecil akan

tetap bertahan hidup dalam jangka waktu yang panjang karena memiliki

manajemen dan kinerja yang bagus sehingga semakin kecil potensi perusahaan

mendapatkan opini audit going concern (Krissindiastuti & Rasmini, 2016).

Perusahaan yang besar tidak bisa menjadikan indikator bahwa

perusahaan tersebut memiliki manajemen yang lebih baik jika dibandingkan

dengan perusahaan dengan skala yang lebih kecil. Kaitannya dengan agency

theory yaitu perusahaan besar memiliki biaya keagenan yang lebih besar jika

dibandingkan dengan perusahaan kecil sehingga dengan kompleksitas

perusahaan besar yang lebih tinggi, memungkinkan untuk seorang agent

melakukan suatu kebijakan yang tidak seluruhnya diketahui oleh principal

dalam hal ini para pemegang saham. Kebijakan tersebut bisa saja berdampak

79
luas terhadap perusahaan dan dapat menentukan kelangsungan hidup

perusahaan itu sendiri. Auditor dalam memberikan opini going concern selalu

bersikap independen dan objektif. Penelitian ini membuktikan bahwa auditor

akan tetap memberikan opini going concern pada perusahaan besar meskipun

perusahaan besar menawarkan fee audit yang lebih besar kepada auditor.

Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh

Rahmawati et al. (2018) serta Krissindiastuti & Rasmini (2016) yang

menemukan bukti empiris bahwa ukuran perusahaan/firm size tidak

berpengaruh terhadap opini going concern.

H4: Debt Default (X4) Berpengaruh Positif Terhadap Opini Audit Going

Concern (Y).

Berdasarkan tabel 4.11, debt default (X4) menunjukkan nilai koefisien

positif sebesar 2.067 dengan signifikansi sebesar 0.000 dan lebih kecil dari 0,05

(5%) yang berarti debt default (X4) memiliki hubungan yang searah dengan

hipotesis dan berpengaruh secara signifikan terhadap opini audit going concern

(Y) sehingga H4 diterima.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa debt default berpengaruh

signifikan terhadap opini audit going concern karena adanya fluktuasi nilai

tukar rupiah mengakibatkan jumlah hutang perusahaan dalam mata uang asing

meningkat secara signifikan, disamping itu banyak perusahaan yang mengalami

kerugian operasi diakibatkan karena realisasi penjualan yang tidak sesuai

80
dengan target yang ingin dicapai, sehingga mempengaruhi kemampuan

perusahaan dalam memenuhi kewajiban pokok dan beban bunga.

Kegagalan pembayaran utang tersebut juga berdampak langsung pada

kegiatan operasi di tahun berikutnya, ancaman ini timbul karena perusahaan

tidak memiliki modal yang cukup untuk terus menjalankan bisnisnya. Ketika

hal itu terjadi, masa depan perusahaan juga tidak bisa dipastikan karena kreditor

akan ragu untuk memberikan pinjaman kepada perusahaan kembali. Kaitannya

dengan signalling theory yaitu kegagalan bayar pada kewajiban pokok dan

beban bunga menjadi sinyal bahwa cash flow perusahaan sedang terganggu

sehingga tidak bisa membayar kewajiban jangka pendeknya. Jika hal ini terus

terjadi maka akan berakibat going concern perusahaan tersebut dipertanyakan.

Oleh sebab itu, debt default adalah indikator yang banyak digunakan auditor

dalam memberikan keputusan opini audit going concern.

Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh

Trenggono & Triani (2015), Mariana, Kuncoro, & Ryando (2018) dan Imani,

Nazar, & Budiono 2017) yang menjelaskan bahwa debt default berpengaruh

positif terhadap opini audit going concern.

H5: Reputasi Kantor Akuntan Publik (X5) Berpengaruh Negatif Terhadap

Opini Audit Going Concern (Y).

Berdasarkan tabel 4.11, reputasi kantor akuntan publik (X5)

menunjukkan nilai koefisien negatif sebesar 2.697 dengan signifikansi sebesar

0.000 dan lebih kecil dari 0,05 (5%) yang berarti reputasi kantor akuntan publik

81
(X5) memiliki hubungan yang searah dengan hipotesis dan berpengaruh secara

signifikan terhadap opini audit going concern (Y) sehingga H5 diterima.

Hasil penelitian ini menunjukkan semakin baik reputasi kantor akuntan

publik maka akan semakin rendah kemungkinan perusahaan mendapatkan opini

audit going concern pada auditee dengan asumsi variabel lainnya dianggap

konstan. KAP yang berafiliasi dengan The Big Four ataupun tidak mereka

mempunyai kode etik untuk selalu bersikap objektif, independen dan senantiasa

menggunakan kemahiran profesional dalam melakukan pekerjaannya, sehingga

baik auditor yang berafiliasi dengan The Big Four ataupun tidak akan tetap

memberikan opini going concern pada perusahaan yang mengalami masalah

keberlangsungan usaha. Sampel pada penelitian ini menunjukkan meskipun

lebih banyak perusahaan yang menggunakan jasa auditor KAP Big Four

dibandingkan dengan KAP non-Big Four, KAP non-Big Four tersebut tetap

menunjukkan professionalitasnya dengan memberikan opini audit going

concern terhadap pada perusahaan yang memiliki masalah keberlangsungan

hidup karena pemberian opini audit going concern ini memang didasarkan pada

kondisi keuangan suatu perusahaan itu sendiri.

Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh

Kusumayanti & Widhiyani (2017) yang menemukan bahwa reputasi kantor

akuntan publik berpengaruh negatif terhadap opini audit going concern.

82
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis dan mengacu pada perumusan

serta tujuan dari penelitian ini, maka dapat ditarik kesimpulan-kesimpulan

sebagai berikut:

1. Berdasarkan hasil uji regresi logistik (logistic regression) menunjukkan

bahwa leverage tidak berpengaruh terhadap opini audit going concern.

2. Berdasarkan hasil uji regresi logistik (logistic regression) menunjukkan

bahwa company growth berpengaruh negatif terhadap opini audit going

concern.

3. Berdasarkan hasil uji regresi logistik (logistic regression) menunjukkan

bahwa firm size tidak berpengaruh terhadap opini audit going concern.

4. Berdasarkan hasil uji regresi logistik (logistic regression) menunjukkan

bahwa debt default berpengaruh positif terhadap opini audit going concern.

5. Berdasarkan hasil uji regresi logistik (logistic regression) menunjukkan

bahwa reputasi kantor akuntan publik berpengaruh negatif terhadap opini

audit going concern.

83
B. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini telah diusahakan dan dilaksanakan sesuai dengan prosedur

ilmiah, namun demikian masih memiliki keterbatasan yaitu:

1. Penelitian menggunakan data sekunder sehingga analisis data yang

digunakan oleh penulis sangat bergantung pada hasil dari publikasi data

yaitu laporan keuangan perusahaan. Laporan keuangan dijadikan sebagai

data mempunyai keterbatasan karena setiap perusahaan memiliki metode

dan kebijakan akuntansi yang berbeda meskipun beberapa peraturan telah

diatur di dalam PSAK.

2. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini hanya menggunakan

perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

sehingga tidak dapat digeneralisasikan pada jenis industri lain.

C. Saran

Berdasarkan keterbatasan penelitian tersebut, maka diajukan saran-

saran sebagai berikut:

1. Untuk peneliti selanjutnya yang ingin kembali melakukan penelitian

mengenai opini audit going concern dapat menggunakan variabel-variabel

independen lain seperti opinion shopping, opini audit tahun sebelumnya,

audit client tenure, audit lag, dan disclosure level. Selain itu, penelitian

selanjutnya juga dapat menambahkan variabel moderasi yang berfungsi

untuk memperkuat atau memperlemah hubungan antara variabel

independen dengan variabel dependen.

84
2. Untuk variabel penelitian yang belum berpengaruh secara signifikan

diharapkan dapat menggunakan alat ukur variabel lain seperti contohnya

pada variabel leverage yang menggunakan debt to asset ratio sebagai alat

pengukurnya dapat diganti dengan alat ukur lain seperti times interest

earned ratio sehingga dapat ditemukan hasil penelitian yang berbeda.

3. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat menambahkan jumlah data

perusahaan maupun industri lain untuk dijadikan penelitian.

4. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menambahkan tahun periode yang

lebih baru sebagai penelitian sehingga dapat menunjukkan keadaan

sebenarnya yang lebih akurat.

85
DAFTAR PUSTAKA

Agoes, Soekrisno. (2017). Auditing : Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan Oleh


Akuntan Publik (5th ed.). Jakarta: Salemba Empat.

Arens, A. A., Elder, R. J., & Beasley, M. S. (2015). Auditing & Jasa Assurance
(15th ed.; Suryadi, ed.). Jakarta: Erlangga.

Aryantika, N. P. P., & Rasmini, N. K. (2015). Profitabilitas, Leverage, Prior


Opinion dan Kompetensi Auditor Pada Opini Audit Going Concern. E-Jurnal
Akuntasi Universitas Udayana, 11(2), 414–425.

Astari, P. W., & Latrini, M. Y. (2017). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Opini


Audit Going Concern. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, 19(3), 2407–
2438.

Bava, F., & Trana, M. G. (2019). Big4 Versus Non-Big4 Opinion about the Going
Concern Assessment: A Survey. International Journal of Business and
Management, 14(2), 87. https://doi.org/10.5539/ijbm.v14n2p87

Bayudi, N., & Wirawati, N. G. P. (2017). Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Opini


Audit Going Concern. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, 19(1), 109–
136.

Bisnis. (2019). BEI Depak 3 Saham Emiten Tambang dari Lantai Bursa. Retrieved
from https://market.bisnis.com/read/20190916/192/1149011/bei-depak-3-
saham-emiten-tambang-dari-lantai-bursa

Brigham, E. F., & Houston, J. F. (2006). Dasar-Dasar Manajemen Keuangan (10th


ed.; A. A. Yuliyanto, ed.). Jakarta: Salemba Empat.

CNBC. (2018, November). Why oil prices went from four-year highs to a bear
market in just six weeks. Retrieved from
https://www.cnbc.com/2018/11/13/why-oil-prices-tumbled-from-four-year-
highs-into-a-bear-market.html

86
CNBC Indonesia. (2019, January 3). ICP Terjun Bebas di Penghujung 2018.
Retrieved from https://www.cnbcindonesia.com/market/20190103173549-
20-48987/icp-terjun-bebas-di-penghujung-2018

Foster, B. P., & Shastri, T. (2016). Determinants of going concern opinions and
audit fees for development stage enterprises. Advances in Accounting, 33, 68–
84. https://doi.org/10.1016/j.adiac.2016.05.001

FSAB. (2010). Conceptual Framework for Financial Reporting Chapter 1 , The


Objective of General Purpose Financial Reporting , and Chapter 3 ,
Qualitative. (8), 1.

Gama, A. P., & Astuti, S. (2014). Analisis Faktor-faktor Penerimaan Opini Auditor
Dengan Modifikasi Going Concern. Jurnal Ilmiah Akuntansi Dan Bisnis, 9(1),
8–18.

Ghozali, I. (2018). Aplikasi analisis multivariate dengan program IBM SPSS 25.
Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Harris, R., & Merianto, W. (2015). Pengaruh Debt Default, Disclosure, Opini Audit
Tahun Sebelumnya, Ukuran Perusahaan, Dan Opinion Shopping Terhadap
Penerimaan Opini Audit Going Concern. Diponegoro Journal of Accounting,
4(4), 298–308.

Imani, G. K., Nazar, M. R., & Budiono, E. (2017). Pengaruh Debt Default, Audit
Lag, Kondisi Keuangan, dan Opini Audit Tahun Sebelumnya Terhadap
Penerimaan Opini Audit Going Concern. E-Proceeding of Management, 4(2),
1676–1683.

Jensen, C., & Meckling, H. (1976). Theory of the Firm : Managerial Behavior ,
Agency Costs and Ownership. Journal of Financial Economics 3, 3, 305–360.

Kasmir. (2016). Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

87
Kontan. (2020). Sepanjang 2019 sektor pertambangan turun drastis, begini
prospeknya di 2020. Retrieved from
https://investasi.kontan.co.id/news/sepanjang-2019-sektor-pertambangan-
turun-drastis-begini-prospeknya-di-2020

Krissindiastuti, M., & Rasmini, N. K. (2016). Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi


Opini Audit Going Concern. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, 14(1),
451–481.

Kusumayanti, N. P. E., & Widhiyani, N. L. S. (2017). Pengaruh Opinion Shopping,


Disclosure Dan Reputasi Kap Pada Opini Audit Going Concern. E-Jurnal
Akuntansi, 18, 2290–2317.

Mariana, G., Kuncoro, M. D. P., & Ryando. (2018). Pengaruh Debt Default,
Disclosure Level, dan Audit Lag Terhadap Opini Audit Going Concern (Studi
Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di BEI Periode 2009-
2013). Seminar Nasional Cendekiawan, (2008), 1043–1053.

Nariman, A. (2017). Pengaruh Ukuran Kantor Akuntan Publik Terhadap Opini


Going Concern Dan Earnings Response Coefficients (Erc) Pada Perusahaan
Manufaktur Yang Terdaftar Di Bei Tahun 2011-2013. Jurnal Akuntansi,
19(2), 160. https://doi.org/10.24912/ja.v19i2.92

Nursasi, E., & Maria, E. (2015). Pengaruh Audit Tenure, Opinion Shopping,
Leverage dan Pertumbuhan Perusahaan Terhadap Penerimaan Opini Audit
Going Concern Pada Perusahaan Perbankan dan Pembiayaan Yang Go Public
Di Bursa Efek Indonesia. Jurnal JIBEKA, 9(1), 37–43.

Rahmawati, D., Wahyuningsih, E. D., & Setiawati, I. (2018). Pengaruh Likuiditas,


Ukuran Perusahaan, Pertumbuhan Perusahaan dan Opini Audit Tahun
Sebelumnya Terhadap Opini Audit Going Concern. Maksimum Media
Akuntansi Universitas Muhammadiyah Semarang, 8(2), 66–76.

88
Republika. (2019). PwC: Minat Investor Berinvestasi di Pertambangan Turun.
Retrieved from
https://republika.co.id/berita/pwhhlm383/ekonomi/korporasi/19/06/19/ptc07i
383-pwc-minat-investor-berinvestasi-di-pertambangan-turun

Silviu, C. G., & Timea, F. M. (2015). New Audit Reporting Challenges: Auditing
the Going Concern Basis of Accounting. Procedia Economics and Finance,
32(15), 216–224. https://doi.org/10.1016/s2212-5671(15)01385-4

Suharsono, R. S. (2018). Pengaruh Kualitas Audit, Debt Default Dan Pertumbuhan


Perusahaan Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern. 2(1), 35–48.
Retrieved from http://ejournal.stiewidyagamalumajang.ac.id/index.php/asset

Trenggono, L., & Triani, N. N. A. (2015). Analisis Indikator Yang Mempengaruhi


Auditor Dalam Memberikan Opini Going Concern Pada Suatu Perusahaan
Dengan Pendekatan Isa 570 (Perusahaan Yang Terdaftar Di Bei Periode 2014).
AKRUAL: Jurnal Akuntansi, 6(2), 147.
https://doi.org/10.26740/jaj.v6n2.p147-168

Yuliyani, N. M. A., & Erawati, N. M. A. (2017). Pengaruh Financial Distress,


Proftabilitas, Leverage dan Likuiditas Pada Opini Audit Going Concern. E-
Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, 19(2), 1490–1520.

Yuridiskasari, S., & Rahmatika, D. N. (2017). Determinan Penerimaan Opini Audit


Going Concern Pada Perusahaan Property Dan Real Estate. Jurnal Kajian
Akuntansi, 1(1), 1–10. https://doi.org/10.33603/jka.v1i1.507

89
LAMPIRAN 1: Daftar Populasi Penelitian

No. Kode Nama Perusahaan


1 ADRO Adaro Energy Tbk.
2 ANTM Aneka Tambang Tbk.
3 APEX Apexindo Pratama Duta Tbk.
4 ARII Atlas Resources Tbk.
5 ARTI Ratu Prabu Energi Tbk
6 BIPI Astrindo Nusantara Infrastrukt
7 BOSS Borneo Olah Sarana Sukses Tbk.
8 BRMS Bumi Resources Minerals Tbk.
9 BSSR Baramulti Suksessarana Tbk.
10 BUMI Bumi Resources Tbk.
11 BYAN Bayan Resources Tbk.
12 CITA Cita Mineral Investindo Tbk.
13 CKRA Cakra Mineral Tbk.
14 CTTH Citatah Tbk.
15 DEWA Darma Henwa Tbk
16 DKFT Central Omega Resources Tbk.
17 DOID Delta Dunia Makmur Tbk.
18 DSSA Dian Swastatika Sentosa Tbk
19 ELSA Elnusa Tbk.
20 ENRG Energi Mega Persada Tbk.
21 ESSA Surya Esa Perkasa Tbk.
22 FIRE Alfa Energi Investama Tbk.
23 GEMS Golden Energy Mines Tbk.
24 GTBO Garda Tujuh Buana Tbk
25 HRUM Harum Energy Tbk.
26 IFSH Ifishdeco Tbk.
27 INCO Vale Indonesia Tbk.
28 INDY Indika Energy Tbk.
29 ITMG Indo Tambangraya Megah Tbk.
30 KKGI Resource Alam Indonesia Tbk.
31 MBAP Mitrabara Adiperdana Tbk.
32 MDKA Merdeka Copper Gold Tbk.
33 MEDC Medco Energi Internasional Tbk
34 MITI Mitra Investindo Tbk.
35 MTFN Capitalinc Investment Tbk.
36 MYOH Samindo Resources Tbk.

90
No. Kode Nama Perusahaan
37 PKPK Perdana Karya Perkasa Tbk
38 PSAB J Resources Asia Pasifik Tbk.
39 PTBA Bukit Asam Tbk.
40 PTRO Petrosea Tbk.
41 RUIS Radiant Utama Interinsco Tbk.
42 SMMT Golden Eagle Energy Tbk.
43 SMRU SMR Utama Tbk.
44 SURE Super Energy Tbk.
45 TINS Timah Tbk.
46 TOBA Toba Bara Sejahtra Tbk.
47 TRAM Trada Alam Minera Tbk.
48 WOWS Ginting Jaya Energi Tbk.
49 ZINC Kapuas Prima Coal Tbk.

Sumber: Bursa Efek Indonesia (www.idx.co.id)

91
LAMPIRAN 2: Daftar Sampel Penelitian

No. Kode Nama Perusahaan


1 ADRO Adaro Energy Tbk.
2 ANTM Aneka Tambang Tbk.
3 APEX Apexindo Pratama Duta Tbk.
4 ARII Atlas Resources Tbk.
5 BIPI Astrindo Nusantara Infrastrukt Tbk.
6 BRMS Bumi Resources Minerals Tbk.
7 BSSR Baramulti Suksessarana Tbk.
8 BUMI Bumi Resources Tbk.
9 BYAN Bayan Resources Tbk.
10 CITA Cita Mineral Investindo Tbk.
11 DEWA Darma Henwa Tbk
12 DOID Delta Dunia Makmur Tbk.
13 DSSA Dian Swastatika Sentosa Tbk
14 ELSA Elnusa Tbk.
15 ENRG Energi Mega Persada Tbk.
16 ESSA Surya Esa Perkasa Tbk.
17 GEMS Golden Energy Mines Tbk.
18 HRUM Harum Energy Tbk.
19 INCO Vale Indonesia Tbk.
20 INDY Indika Energy Tbk.
21 ITMG Indo Tambangraya Megah Tbk.
22 KKGI Resource Alam Indonesia Tbk.
23 MBAP Mitrabara Adiperdana Tbk.
24 MEDC Medco Energi Internasional Tbk
25 MITI Mitra Investindo Tbk.
26 MYOH Samindo Resources Tbk.
27 PSAB J Resources Asia Pasifik Tbk.
28 PTBA Bukit Asam Tbk.
29 PTRO Petrosea Tbk.
30 SMMT Golden Eagle Energy Tbk.
31 SMRU SMR Utama Tbk.
32 TINS Timah Tbk.
33 TOBA Toba Bara Sejahtra Tbk.

92
LAMPIRAN 3: Data Perhitungan Variabel Leverage

1. Data Perhitungan Leverage Tahun 2015

2015
No. Kode
Liablitias Ekuitas Rasio
1 ADRO Rp35,944,058,870,000 Rp46,255,228,185,000 0.777080998
2 ANTM Rp12,040,131,928,000 Rp18,316,718,962,000 0.657330167
3 APEX Rp9,080,537,340,160 Rp634,857,749,905 14.30326296
4 ARII Rp3,717,628,345,000 Rp1,131,093,435,000 3.286756187
5 BIPI Rp14,002,497,561,475 Rp5,827,403,226,750 2.402870887
6 BRMS Rp12,366,611,320,110 Rp15,124,427,750,495 0.817658131
7 BSSR Rp950,833,369,890 Rp1,447,804,231,920 0.656741671
8 BUMI Rp86,897,298,308,255 -Rp40,073,257,329,145 -2.168461066
9 BYAN Rp10,562,717,180,835 Rp2,374,947,406,925 4.447558354
10 CITA Rp1,503,924,741,603 Rp1,292,037,598,118 1.163994565
11 DEWA Rp2,044,674,317,860 Rp3,100,514,869,080 0.659462833
12 DOID Rp10,302,050,433,740 Rp1,172,576,227,755 8.785825765
13 DSSA Rp12,141,996,812,275 Rp15,422,708,703,315 0.787280435
14 ELSA Rp1,772,327,000,000 Rp2,635,186,000,000 0.672562392
15 ENRG Rp15,844,259,113,700 Rp5,081,757,693,895 3.117869853
16 ESSA Rp1,307,155,419,505 Rp2,525,729,212,435 0.517535852
17 GEMS Rp1,685,137,646,985 Rp3,414,422,687,540 0.49353516
18 HRUM Rp513,509,797,890 Rp4,737,612,201,085 0.108390002
19 INCO Rp6,279,539,180,000 Rp25,299,436,815,000 0.248208655
20 INDY Rp18,194,236,577,385 Rp11,471,155,108,360 1.586085831
21 ITMG Rp4,742,803,770,000 Rp11,512,713,815,000 0.411962275
22 KKGI Rp300,460,755,950 Rp1,058,920,271,175 0.283742567
23 MBAP Rp487,201,918,985 Rp1,018,702,066,070 0.478257515
24 MEDC Rp30,462,325,497,355 Rp9,678,487,284,905 3.147426308
25 MITI Rp138,014,959,336 Rp110,913,528,478 1.244347387
26 MYOH Rp936,475,271,785 Rp1,287,729,948,870 0.72722955
27 PSAB Rp7,074,231,924,885 Rp4,411,944,862,465 1.603427093
28 PTBA Rp7,606,496,000,000 Rp9,287,547,000,000 0.818999462
29 PTRO Rp3,408,620,345,000 Rp2,459,331,215,000 1.385994828
30 SMMT Rp313,673,790,462 Rp399,111,322,996 0.785930572
31 SMRU Rp1,415,275,994,385 Rp1,235,378,599,825 1.145621265
32 TINS Rp3,908,615,000,000 Rp5,371,068,000,000 0.727716536
33 TOBA Rp1,755,461,177,210 Rp2,139,855,555,205 0.820364334

93
2. Data Perhitungan Leverage Tahun 2016

2016
No. Kode
Liablitias Ekuitas Rasio
1 ADRO Rp36,765,934,500,000 Rp50,867,110,552,000 0.722784017
2 ANTM Rp11,572,740,239,000 Rp18,408,795,573,000 0.628652765
3 APEX Rp8,805,972,632,652 Rp362,407,655,988 24.29852816
4 ARII Rp3,679,421,728,000 Rp756,003,412,000 4.866937992
5 BIPI Rp13,184,492,389,340 Rp3,995,220,746,456 3.30006606
6 BRMS Rp5,883,251,094,176 Rp8,568,446,913,236 0.686618141
7 BSSR Rp760,968,403,644 Rp1,711,012,539,116 0.444747415
8 BUMI Rp79,097,308,860,052 -Rp37,416,234,306,852 -2.113983684
9 BYAN Rp8,552,493,490,532 Rp2,527,996,486,664 3.383111304
10 CITA Rp1,763,384,737,866 Rp962,828,982,988 1.831462045
11 DEWA Rp2,098,838,030,260 Rp3,024,842,259,556 0.693866936
12 DOID Rp10,155,021,763,684 Rp1,699,234,595,260 5.976232942
13 DSSA Rp12,744,940,004,568 Rp17,260,722,085,052 0.738378148
14 ELSA Rp1,313,213,000,000 Rp2,877,743,000,000 0.456334356
15 ENRG Rp15,231,697,134,584 Rp620,739,746,948 24.5379762
16 ESSA Rp6,166,446,382,212 Rp2,796,579,305,104 2.204996072
17 GEMS Rp1,514,926,654,904 Rp3,559,447,465,096 0.425607252
18 HRUM Rp778,421,807,952 Rp4,775,561,792,956 0.163001096
19 INCO Rp5,252,172,708,000 Rp24,649,537,804,000 0.213073882
20 INDY Rp14,527,318,959,436 Rp9,957,548,155,648 1.458925303
21 ITMG Rp4,062,535,832,000 Rp12,192,229,480,000 0.333206969
22 KKGI Rp192,121,955,184 Rp1,134,128,809,816 0.169400472
23 MBAP Rp332,478,871,936 Rp1,231,145,825,988 0.270056451
24 MEDC Rp36,366,169,792,692 Rp11,964,876,989,216 3.039410253
25 MITI Rp142,275,119,991 Rp87,173,401,656 1.632093245
26 MYOH Rp534,390,041,436 Rp1,444,118,222,796 0.37004591
27 PSAB Rp6,863,827,935,028 Rp4,596,265,735,884 1.493348803
28 PTBA Rp8,024,369,000,000 Rp10,552,405,000,000 0.760430347
29 PTRO Rp3,123,063,840,000 Rp2,380,402,376,000 1.311989885
30 SMMT Rp255,549,688,996 Rp381,192,651,563 0.670395108
31 SMRU Rp1,437,595,649,416 Rp986,596,943,875 1.457125585
32 TINS Rp3,894,946,000,000 Rp5,653,685,000,000 0.68892165
33 TOBA Rp1,529,605,632,700 Rp1,985,092,871,624 0.770546131

94
3. Data Perhitungan Leverage Tahun 2017

2017
No. Kode
Liablitias Ekuitas Rasio
1 ADRO Rp36,884,700,960,000 Rp55,433,362,596,000 0.665388121
2 ANTM Rp11,635,516,806,000 Rp17,163,118,565,000 0.677937215
3 APEX Rp8,462,488,648,992 -Rp636,695,155,932 -13.29127224
4 ARII Rp3,892,204,920,000 Rp538,736,220,000 7.224695084
5 BIPI Rp15,223,223,341,560 Rp2,820,641,548,584 5.397078317
6 BRMS Rp4,095,666,805,992 Rp7,645,312,442,712 0.535709539
7 BSSR Rp816,223,361,892 Rp2,030,718,864,900 0.401938139
8 BUMI Rp46,200,679,982,856 Rp3,879,483,375,096 11.90897744
9 BYAN Rp5,056,239,880,908 Rp6,985,400,539,812 0.723829629
10 CITA Rp1,763,755,821,001 Rp914,494,891,667 1.928666674
11 DEWA Rp2,360,706,701,568 Rp3,082,881,730,632 0.765746762
12 DOID Rp10,410,465,230,928 Rp2,400,271,738,848 4.337202769
13 DSSA Rp17,388,372,819,024 Rp19,695,871,281,516 0.882843545
14 ELSA Rp1,803,449,000,000 Rp3,051,920,000,000 0.590922763
15 ENRG Rp11,010,211,536,120 Rp837,146,960,832 13.15206535
16 ESSA Rp8,252,035,683,396 Rp2,868,085,614,936 2.87719294
17 GEMS Rp4,040,708,246,604 Rp3,958,970,967,828 1.020646092
18 HRUM Rp861,413,664,252 Rp5,363,121,061,656 0.160617979
19 INCO Rp4,947,621,216,000 Rp24,648,784,116,000 0.200724758
20 INDY Rp34,150,214,408,484 Rp15,106,322,391,360 2.260657063
21 ITMG Rp5,426,299,152,000 Rp12,980,867,172,000 0.418022855
22 KKGI Rp222,643,754,052 Rp1,200,622,391,652 0.185440281
23 MBAP Rp521,254,165,308 Rp1,656,979,211,868 0.314580993
24 MEDC Rp50,914,925,884,332 Rp19,003,400,906,304 2.679253368
25 MITI Rp150,751,042,237 Rp82,975,483,946 1.816814257
26 MYOH Rp454,218,810,336 Rp1,389,230,114,964 0.326957216
27 PSAB Rp7,738,964,144,292 Rp4,742,130,083,472 1.63195948
28 PTBA Rp8,187,497,000,000 Rp13,799,985,000,000 0.593297529
29 PTRO Rp3,595,273,404,000 Rp2,558,241,744,000 1.405368907
30 SMMT Rp306,303,664,687 Rp469,954,225,745 0.651773402
31 SMRU Rp1,006,572,680,604 Rp1,024,206,200,485 0.982783233
32 TINS Rp5,673,393,000,000 Rp6,045,331,000,000 0.938475164
33 TOBA Rp2,351,101,020,540 Rp2,368,182,582,804 0.992787059

95
4. Data Perhitungan Leverage Tahun 2018

2018
No. Kode
Liablitias Ekuitas Rasio
1 ADRO Rp39,939,510,303,000 Rp62,307,282,852,000 0.641008699
2 ANTM Rp13,746,984,554,000 Rp18,448,366,291,000 0.745159996
3 APEX Rp9,629,040,871,809 -Rp2,176,024,985,271 -4.425059885
4 ARII Rp4,924,683,999,000 Rp144,607,266,000 34.05557781
5 BIPI Rp12,322,084,547,925 Rp5,312,242,767,060 2.319563523
6 BRMS Rp2,487,960,075,942 Rp7,514,909,172,081 0.33106988
7 BSSR Rp1,373,100,946,065 Rp2,176,195,079,097 0.630964089
8 BUMI Rp49,281,190,341,138 Rp7,292,803,069,521 6.757510092
9 BYAN Rp6,846,523,498,917 Rp9,819,136,506,654 0.697263297
10 CITA Rp1,768,872,308,186 Rp1,499,695,435,336 1.179487692
11 DEWA Rp2,668,765,700,376 Rp3,342,274,693,416 0.79848784
12 DOID Rp13,359,934,588,662 Rp3,786,940,921,329 3.527896227
13 DSSA Rp27,130,110,592,797 Rp21,914,008,183,926 1.238025941
14 ELSA Rp2,357,127,000,000 Rp3,300,200,000,000 0.714237622
15 ENRG Rp9,349,789,456,062 Rp1,242,275,073,993 7.526343925
16 ESSA Rp8,139,619,175,388 Rp4,507,042,314,654 1.80597798
17 GEMS Rp5,578,569,412,434 Rp4,573,286,836,596 1.219816209
18 HRUM Rp1,151,274,312,324 Rp5,625,677,220,471 0.204646351
19 INCO Rp4,615,456,725,000 Rp27,278,250,687,000 0.169199146
20 INDY Rp36,821,831,691,132 Rp16,322,753,256,201 2.255859114
21 ITMG Rp6,848,716,545,000 Rp14,043,427,623,000 0.487681265
22 KKGI Rp442,517,406,804 Rp1,255,600,258,497 0.352434944
23 MBAP Rp714,318,883,848 Rp1,798,268,739,174 0.397225881
24 MEDC Rp55,970,982,849,159 Rp20,088,930,986,667 2.786160343
25 MITI Rp72,684,177,647 Rp75,581,147,663 0.961670733
26 MYOH Rp540,696,834,603 Rp1,650,656,390,535 0.327564742
27 PSAB Rp7,905,465,637,470 Rp5,356,011,343,383 1.475998673
28 PTBA Rp7,903,237,000,000 Rp16,269,696,000,000 0.48576427
29 PTRO Rp5,277,730,779,000 Rp2,767,782,492,000 1.906844484
30 SMMT Rp342,430,970,325 Rp558,135,230,700 0.613526886
31 SMRU Rp950,168,275,134 Rp958,218,573,114 0.991598683
32 TINS Rp9,072,333,000,000 Rp6,148,352,000,000 1.475571503
33 TOBA Rp4,145,321,241,882 Rp3,122,449,290,432 1.327586409

96
5. Data Perhitungan Leverage Tahun 2019

2019
No. Kode
Liablitias Ekuitas Rasio
1 ADRO Rp45,824,904,410,000 Rp56,448,690,545,000 0.811797474
2 ANTM Rp12,061,488,555,000 Rp18,133,419,175,000 0.66515247
3 APEX Rp6,298,031,885,223 Rp797,759,789,356 7.894646947
4 ARII Rp4,504,875,874,000 Rp652,687,918,000 6.902036563
5 BIPI Rp12,613,322,347,926 Rp5,150,754,640,671 2.448829973
6 BRMS Rp2,730,504,260,169 Rp7,373,508,498,945 0.370312757
7 BSSR Rp1,138,819,226,518 Rp2,413,571,531,518 0.471839849
8 BUMI Rp45,246,162,172,929 Rp7,226,298,507,109 6.261319281
9 BYAN Rp9,338,121,593,160 Rp8,772,984,989,873 1.064417824
10 CITA Rp1,847,122,969,502 Rp2,014,185,087,629 0.917057216
11 DEWA Rp4,467,486,583,273 Rp3,319,741,454,814 1.345733288
12 DOID Rp12,772,892,144,252 Rp3,975,971,343,409 3.212521178
13 DSSA Rp29,487,929,157,322 Rp23,851,333,132,622 1.236322054
14 ELSA Rp3,228,339,000,000 Rp3,576,698,000,000 0.902603183
15 ENRG Rp8,123,777,710,380 Rp1,503,571,328,632 5.40298791
16 ESSA Rp8,316,617,060,997 Rp4,370,855,299,507 1.902743626
17 GEMS Rp5,985,535,033,847 Rp5,077,001,798,710 1.178950741
18 HRUM Rp671,966,727,411 Rp5,662,497,962,723 0.118669663
19 INCO Rp3,981,980,145,000 Rp27,515,731,503,000 0.144716492
20 INDY Rp36,424,980,350,837 Rp14,819,666,443,278 2.457881255
21 ITMG Rp4,599,566,496,000 Rp12,533,753,515,000 0.366974386
22 KKGI Rp467,238,602,173 Rp1,323,331,541,654 0.353077507
23 MBAP Rp664,434,245,729 Rp2,063,869,966,690 0.321936099
24 MEDC Rp65,899,289,249,903 Rp19,219,366,274,787 3.428796158
25 MITI Rp68,801,967,457 -Rp11,638,100,033 -5.911786912
26 MYOH Rp536,837,059,603 Rp1,733,098,491,305 0.309755656
27 PSAB Rp9,032,435,650,317 Rp5,013,272,360,127 1.801704556
28 PTBA Rp7,675,226,000,000 Rp18,422,826,000,000 0.416615019
29 PTRO Rp4,796,614,251,000 Rp3,012,230,273,000 1.592379671
30 SMMT Rp287,067,420,462 Rp584,445,919,301 0.491178757
31 SMRU Rp901,770,129,259 Rp773,800,538,042 1.165378008
32 TINS Rp15,102,873,000,000 Rp5,258,405,000,000 2.872139556
33 TOBA Rp5,250,363,563,299 Rp3,743,126,338,677 1.402668008

97
LAMPIRAN 4: Data Perhitungan Variabel Company Growth

1. Data Perhitungan Company Growth Tahun 2015

2015
No. Kode
Laba(Rugi) 2014 Laba(Rugi) 2015 Rasio
1 ADRO Rp2,279,555,360,000 Rp2,083,086,385,000 -0.086187411
2 ANTM -Rp743,529,593,000 -Rp1,440,852,896,000 0.93785548
3 APEX -Rp197,346,567,680 Rp272,439,469,070 -2.380512832
4 ARII -Rp306,247,920,000 -Rp357,593,990,000 0.167661775
5 BIPI Rp103,724,906,600 -Rp554,103,682,230 -6.342050433
6 BRMS -Rp1,817,193,476,240 -Rp845,528,354,510 -0.534706477
7 BSSR Rp31,658,867,000 Rp363,858,644,375 10.49310379
8 BUMI -Rp5,578,219,280,400 -Rp30,148,703,318,165 4.404718209
9 BYAN -Rp2,351,373,943,120 -Rp1,128,404,154,930 -0.520108591
10 CITA -Rp351,042,803,688 -Rp341,205,918,018 -0.028021898
11 DEWA Rp1,033,341,040 Rp6,425,076,430 5.217769527
12 DOID Rp202,846,154,840 -Rp114,589,478,025 -1.564908308
13 DSSA Rp99,213,254,480 -Rp182,543,510,075 -2.839910514
14 ELSA Rp431,457,000,000 Rp379,745,000,000 -0.119854354
15 ENRG -Rp919,290,249,200 -Rp3,967,192,807,120 3.315495362
16 ESSA Rp126,416,287,640 Rp67,191,913,480 -0.468486896
17 GEMS Rp134,587,165,760 Rp28,814,733,895 -0.785902811
18 HRUM Rp32,696,437,640 -Rp262,061,256,055 -9.014978847
19 INCO Rp2,143,051,240 Rp696,661,295,000 324.0791591
20 INDY -Rp380,875,169,000 -Rp1,060,104,751,260 1.783339103
21 ITMG Rp2,500,079,240,000 Rp870,561,065,000 -0.651786611
22 KKGI Rp99,595,535,680 Rp78,248,178,335 -0.214340504
23 MBAP Rp173,212,208,840 Rp478,176,995,470 1.760642559
24 MEDC Rp109,994,417,800 -Rp2,568,263,998,095 -24.34903943
25 MITI Rp7,582,461,550 -Rp179,560,694,653 -24.68105575
26 MYOH Rp280,906,047,680 Rp341,185,734,175 0.214590205
27 PSAB Rp321,919,334,400 Rp431,395,915,680 0.340074576
28 PTBA Rp1,863,781,000,000 Rp2,037,111,000,000 0.092999124
29 PTRO Rp29,308,640,000 -Rp175,072,345,000 -6.973403918
30 SMMT -Rp3,502,096,211 -Rp60,578,867,106 16.29788774
31 SMRU -Rp35,001,656,720 -Rp268,954,245,090 6.684043279
32 TINS Rp672,991,000,000 Rp101,561,000,000 -0.849090107
33 TOBA Rp442,225,504,560 Rp354,863,890,525 -0.197549922

98
2. Data Perhitungan Company Growth Tahun 2016

2016
No. Kode
Laba(Rugi) 2015 Laba(Rugi) 2016 Rasio
1 ADRO Rp2,083,086,385,000 Rp4,577,457,096,000 1.19743988
2 ANTM -Rp1,440,852,896,000 Rp64,806,188,000 -1.044977657
3 APEX Rp272,439,469,070 -Rp263,034,032,596 -1.965476968
4 ARII -Rp357,593,990,000 -Rp342,376,152,000 -0.042556191
5 BIPI -Rp554,103,682,230 -Rp2,318,668,631,728 3.184539295
6 BRMS -Rp845,528,354,510 -Rp6,167,109,032,296 6.293793283
7 BSSR Rp363,858,644,375 Rp368,065,851,180 0.011562751
8 BUMI -Rp30,148,703,318,165 Rp1,615,755,719,560 -1.053592876
9 BYAN -Rp1,128,404,154,930 Rp242,055,357,788 -1.214511225
10 CITA -Rp341,205,918,018 -Rp266,147,360,146 -0.219980235
11 DEWA Rp6,425,076,430 Rp7,388,322,040 0.149919712
12 DOID -Rp114,589,478,025 Rp498,330,289,660 -5.348831134
13 DSSA -Rp182,543,510,075 Rp870,341,434,136 -5.767857448
14 ELSA Rp379,745,000,000 Rp316,066,000,000 -0.167688844
15 ENRG -Rp3,967,192,807,120 -Rp5,934,880,429,008 0.495989915
16 ESSA Rp67,191,913,480 Rp2,075,781,384 -0.969106679
17 GEMS Rp28,814,733,895 Rp470,102,100,128 15.31464312
18 HRUM -Rp262,061,256,055 Rp241,575,826,948 -1.921829616
19 INCO Rp696,661,295,000 Rp25,609,016,000 -0.963240363
20 INDY -Rp1,060,104,751,260 -Rp1,400,444,034,536 0.321043069
21 ITMG Rp870,561,065,000 Rp1,756,206,124,000 1.01732675
22 KKGI Rp78,248,178,335 Rp127,277,400,704 0.626586119
23 MBAP Rp478,176,995,470 Rp364,300,143,460 -0.23814791
24 MEDC -Rp2,568,263,998,095 Rp2,513,190,081,844 -1.978555975
25 MITI -Rp179,560,694,653 -Rp23,362,032,637 -0.869893394
26 MYOH Rp341,185,734,175 Rp285,633,948,908 -0.162819777
27 PSAB Rp431,395,915,680 Rp298,560,872,304 -0.307919103
28 PTBA Rp2,037,111,000,000 Rp2,024,405,000,000 -0.006237264
29 PTRO -Rp175,072,345,000 -Rp105,136,700,000 -0.399467117
30 SMMT -Rp60,578,867,106 -Rp18,281,061,731 -0.698227078
31 SMRU -Rp268,954,245,090 -Rp225,670,007,992 -0.160935319
32 TINS Rp101,561,000,000 Rp251,969,000,000 1.48096218
33 TOBA Rp354,863,890,525 Rp195,987,868,592 -0.447709745

99
3. Data Perhitungan Company Growth Tahun 2017

2017
No. Kode
Laba(Rugi) 2016 Laba(Rugi) 2017 Rasio
1 ADRO Rp4,577,457,096,000 Rp7,267,662,024,000 0.587707295
2 ANTM Rp64,806,188,000 Rp136,503,269,000 1.106330787
3 APEX -Rp263,034,032,596 -Rp1,388,979,829,212 4.280608808
4 ARII -Rp342,376,152,000 -Rp226,481,916,000 -0.338499733
5 BIPI -Rp2,318,668,631,728 Rp516,828,087,900 -1.222898641
6 BRMS -Rp6,167,109,032,296 -Rp3,353,928,532,668 -0.45615871
7 BSSR Rp368,065,851,180 Rp1,122,003,740,544 2.048377721
8 BUMI Rp1,615,755,719,560 Rp3,288,725,287,284 1.035409962
9 BYAN Rp242,055,357,788 Rp4,579,457,012,052 17.91904833
10 CITA -Rp266,147,360,146 Rp46,827,759,377 -1.175946736
11 DEWA Rp7,388,322,040 Rp37,516,308,720 4.077784714
12 DOID Rp498,330,289,660 Rp633,332,433,948 0.270908968
13 DSSA Rp870,341,434,136 Rp1,737,359,875,212 0.996181966
14 ELSA Rp316,066,000,000 Rp250,754,000,000 -0.206640385
15 ENRG -Rp5,934,880,429,008 Rp200,254,329,252 -1.033741932
16 ESSA Rp2,075,781,384 Rp29,687,149,836 13.30167457
17 GEMS Rp470,102,100,128 Rp1,627,196,629,920 2.461368561
18 HRUM Rp241,575,826,948 Rp755,273,917,548 2.126446578
19 INCO Rp25,609,016,000 -Rp206,891,508,000 -9.07885426
20 INDY -Rp1,400,444,034,536 Rp4,357,486,011,036 -4.11150314
21 ITMG Rp1,756,206,124,000 Rp3,423,620,244,000 0.949441012
22 KKGI Rp127,277,400,704 Rp182,084,781,300 0.430613607
23 MBAP Rp364,300,143,460 Rp794,396,463,600 1.180609802
24 MEDC Rp2,513,190,081,844 Rp1,785,745,256,604 -0.289450778
25 MITI -Rp23,362,032,637 -Rp23,354,360,657 -0.000328395
26 MYOH Rp285,633,948,908 Rp166,726,511,088 -0.416293085
27 PSAB Rp298,560,872,304 Rp215,386,266,576 -0.278585084
28 PTBA Rp2,024,405,000,000 Rp4,547,232,000,000 1.246206663
29 PTRO -Rp105,136,700,000 Rp112,597,428,000 -2.070962166
30 SMMT -Rp18,281,061,731 Rp40,078,001,432 -3.192323511
31 SMRU -Rp225,670,007,992 Rp32,643,567,300 -1.144651775
32 TINS Rp251,969,000,000 Rp502,417,000,000 0.993963543
33 TOBA Rp195,987,868,592 Rp560,479,283,268 1.859765185

100
4. Data Perhitungan Company Growth Tahun 2018

2018
No. Kode
Laba(Rugi) 2017 Laba(Rugi) 2018 Rasio
1 ADRO Rp7,267,662,024,000 Rp6,915,271,221,000 -0.048487506
2 ANTM Rp136,503,269,000 Rp1,636,002,591,000 10.98507994
3 APEX -Rp1,388,979,829,212 -Rp1,503,184,782,735 0.082222183
4 ARII -Rp226,481,916,000 -Rp409,204,098,000 0.806784865
5 BIPI Rp516,828,087,900 Rp316,519,688,385 -0.387572588
6 BRMS -Rp3,353,928,532,668 -Rp1,497,926,123,433 -0.553381621
7 BSSR Rp1,122,003,740,544 Rp1,000,393,688,871 -0.108386494
8 BUMI Rp3,288,725,287,284 Rp2,291,159,911,869 -0.303328885
9 BYAN Rp4,579,457,012,052 Rp7,592,522,582,313 0.657952583
10 CITA Rp46,827,759,377 Rp661,324,058,495 13.12247922
11 DEWA Rp37,516,308,720 Rp37,148,630,616 -0.009800487
12 DOID Rp633,332,433,948 Rp1,095,390,627,300 0.729566604
13 DSSA Rp1,737,359,875,212 Rp1,748,509,025,607 0.006417295
14 ELSA Rp250,754,000,000 Rp276,316,000,000 0.101940547
15 ENRG Rp200,254,329,252 -Rp124,868,185,938 -1.623547997
16 ESSA Rp29,687,149,836 Rp573,828,146,199 18.32917607
17 GEMS Rp1,627,196,629,920 Rp1,456,043,958,018 -0.105182538
18 HRUM Rp755,273,917,548 Rp582,214,715,982 -0.229134354
19 INCO -Rp206,891,508,000 Rp876,274,272,000 -5.235428899
20 INDY Rp4,357,486,011,036 Rp1,417,142,358,909 -0.674779826
21 ITMG Rp3,423,620,244,000 Rp3,747,045,636,000 0.094468828
22 KKGI Rp182,084,781,300 Rp6,887,163,600 -0.962176061
23 MBAP Rp794,396,463,600 Rp728,549,275,662 -0.082889578
24 MEDC Rp1,785,745,256,604 -Rp410,868,486,216 -1.230082362
25 MITI -Rp23,354,360,657 Rp7,482,976,421 -1.320410245
26 MYOH Rp166,726,511,088 Rp447,877,983,384 1.686303339
27 PSAB Rp215,386,266,576 Rp277,272,934,641 0.287328756
28 PTBA Rp4,547,232,000,000 Rp5,121,112,000,000 0.126204249
29 PTRO Rp112,597,428,000 Rp335,466,846,000 1.979347326
30 SMMT Rp40,078,001,432 Rp84,584,567,691 1.110498644
31 SMRU Rp32,643,567,300 -Rp69,562,072,768 -3.130958058
32 TINS Rp502,417,000,000 Rp132,285,000,000 -0.736702779
33 TOBA Rp560,479,283,268 Rp986,008,335,876 0.759223517

101
5. Data Perhitungan Company Growth Tahun 2019

2019
No. Kode
Laba(Rugi) 2018 Laba(Rugi) 2019 Rasio
1 ADRO Rp6,915,271,221,000 Rp6,164,413,342,000 -0.108579672
2 ANTM Rp1,636,002,591,000 Rp193,852,031,000 -0.881508726
3 APEX -Rp1,503,184,782,735 Rp288,469,509,917 -1.191905555
4 ARII -Rp409,204,098,000 -Rp78,464,827,000 -0.808250144
5 BIPI Rp316,519,688,385 Rp388,803,576,786 0.228370907
6 BRMS -Rp1,497,926,123,433 Rp17,922,417,975 -1.011964821
7 BSSR Rp1,000,393,688,871 Rp431,754,333,147 -0.568415577
8 BUMI Rp2,291,159,911,869 Rp134,206,200,422 -0.941424342
9 BYAN Rp7,592,522,582,313 Rp3,319,008,006,367 -0.562858329
10 CITA Rp661,324,058,495 Rp657,718,925,237 -0.005451387
11 DEWA Rp37,148,630,616 Rp53,481,056,409 0.439650817
12 DOID Rp1,095,390,627,300 Rp290,230,455,061 -0.735043876
13 DSSA Rp1,748,509,025,607 Rp1,015,414,672,452 -0.419268269
14 ELSA Rp276,316,000,000 Rp356,477,000,000 0.290106255
15 ENRG -Rp124,868,185,938 Rp347,572,783,037 -3.783517518
16 ESSA Rp573,828,146,199 Rp8,360,082,253 -0.985431035
17 GEMS Rp1,456,043,958,018 Rp946,138,959,547 -0.350198904
18 HRUM Rp582,214,715,982 Rp285,157,208,719 -0.510219854
19 INCO Rp876,274,272,000 Rp813,415,400,000 -0.071734243
20 INDY Rp1,417,142,358,909 Rp70,747,782,214 -0.950077152
21 ITMG Rp3,747,045,636,000 Rp1,792,659,842,000 -0.521580462
22 KKGI Rp6,887,163,600 Rp76,726,782,192 10.1405488
23 MBAP Rp728,549,275,662 Rp500,059,970,247 -0.313622308
24 MEDC -Rp410,868,486,216 -Rp191,776,837,379 -0.533240334
25 MITI Rp7,482,976,421 -Rp87,934,380,048 -12.75125713
26 MYOH Rp447,877,983,384 Rp369,840,837,359 -0.174237513
27 PSAB Rp277,272,934,641 Rp59,275,592,480 -0.786219335
28 PTBA Rp5,121,112,000,000 Rp4,040,394,000,000 -0.211031901
29 PTRO Rp335,466,846,000 Rp443,892,404,000 0.323207969
30 SMMT Rp84,584,567,691 Rp6,234,017,119 -0.92629841
31 SMRU -Rp69,562,072,768 -Rp187,289,498,478 1.692408248
32 TINS Rp132,285,000,000 -Rp611,284,000,000 -5.620962316
33 TOBA Rp986,008,335,876 Rp619,920,314,700 -0.371282887

102
LAMPIRAN 5: Data Perhitungan Variabel Firm Size

1. Data Perhitungan Firm Size Tahun 2015

2015
No. Kode
Total Asset Logaritma Natural
1 ADRO Rp82,199,287,055,000 32.04016774
2 ANTM Rp30,356,850,890,000 31.04404334
3 APEX Rp9,715,395,090,065 29.90473287
4 ARII Rp4,848,721,780,000 29.20973624
5 BIPI Rp19,829,900,788,225 30.61821206
6 BRMS Rp27,491,039,070,605 30.94488122
7 BSSR Rp2,398,637,601,810 28.50592203
8 BUMI Rp46,824,040,979,110 31.47741788
9 BYAN Rp12,937,664,587,760 30.19116391
10 CITA Rp2,795,962,339,721 28.65919747
11 DEWA Rp5,145,189,186,940 29.26908326
12 DOID Rp11,474,626,661,495 30.07115934
13 DSSA Rp27,564,705,515,590 30.94755728
14 ELSA Rp4,407,513,000,000 29.1143317
15 ENRG Rp20,926,016,807,595 30.67201432
16 ESSA Rp3,832,884,631,940 28.9746388
17 GEMS Rp5,099,560,334,525 29.26017544
18 HRUM Rp5,251,121,998,975 29.28946288
19 INCO Rp31,578,975,995 24.17575742
20 INDY Rp29,665,391,685,745 31.02100222
21 ITMG Rp16,255,517,585,000 30.41945351
22 KKGI Rp1,359,381,027,125 27.93805058
23 MBAP Rp1,505,903,985,055 28.04041449
24 MEDC Rp40,140,812,782,260 31.32341471
25 MITI Rp248,928,487,814 26.24043149
26 MYOH Rp2,224,205,220,655 28.43042076
27 PSAB Rp11,362,021,787,350 30.06129749
28 PTBA Rp16,894,043,000,000 30.45798219
29 PTRO Rp5,867,951,560,000 29.40052672
30 SMMT Rp712,785,113,458 27.29244583
31 SMRU Rp2,650,654,594,210 28.60582774
32 TINS Rp9,279,683,000,000 29.8588485
33 TOBA Rp3,895,316,732,415 28.99079611

103
2. Data Perhitungan Firm Size Tahun 2016

2016
No. Kode
Total Asset Logaritma Natural
1 ADRO Rp87,633,045,052,000 32.10417927
2 ANTM Rp29,981,535,812,000 31.03160284
3 APEX Rp9,168,380,288,640 29.84678176
4 ARII Rp4,435,425,140,000 29.12064459
5 BIPI Rp17,179,713,135,796 30.47475033
6 BRMS Rp14,451,698,007,412 30.30183303
7 BSSR Rp2,471,980,942,760 28.53604095
8 BUMI Rp41,681,074,553,200 31.36106829
9 BYAN Rp11,080,489,977,196 30.03620702
10 CITA Rp2,726,213,720,854 28.63393485
11 DEWA Rp5,123,680,276,380 29.2648941
12 DOID Rp11,854,256,358,944 30.10370811
13 DSSA Rp30,005,662,089,620 31.03240722
14 ELSA Rp4,190,956,000,000 29.06394999
15 ENRG Rp15,852,436,881,532 30.39434435
16 ESSA Rp8,963,025,687,316 29.82412897
17 GEMS Rp5,074,374,120,000 29.25522431
18 HRUM Rp5,553,983,600,908 29.34553655
19 INCO Rp29,901,710,512,000 31.0289368
20 INDY Rp24,484,867,115,084 30.82907637
21 ITMG Rp16,254,765,312,000 30.41940723
22 KKGI Rp1,326,250,765,000 27.9133771
23 MBAP Rp1,563,624,697,924 28.07802777
24 MEDC Rp48,331,046,781,908 31.50909526
25 MITI Rp229,448,521,647 26.15894453
26 MYOH Rp1,978,508,264,232 28.31336427
27 PSAB Rp11,460,093,670,912 30.069892
28 PTBA Rp18,576,774,000,000 30.55293321
29 PTRO Rp5,503,466,216,000 29.33639923
30 SMMT Rp636,742,340,559 27.17963092
31 SMRU Rp2,424,192,593,291 28.51651963
32 TINS Rp9,548,631,000,000 29.88741891
33 TOBA Rp3,514,698,504,324 28.88797486

104
3. Data Perhitungan Firm Size Tahun 2017

2017
No. Kode
Total Asset Logaritma Natural
1 ADRO Rp92,318,063,556,000 32.15626094
2 ANTM Rp28,798,635,371,000 30.99134912
3 APEX Rp7,825,793,493,060 29.68844625
4 ARII Rp4,430,941,140,000 29.11963312
5 BIPI Rp18,043,864,890,144 30.52382685
6 BRMS Rp11,740,979,248,704 30.09410634
7 BSSR Rp2,846,942,226,792 28.67726663
8 BUMI Rp50,080,163,357,952 31.5446461
9 BYAN Rp12,041,640,420,720 30.11939179
10 CITA Rp2,678,250,712,668 28.61618498
11 DEWA Rp5,443,588,432,200 29.3254596
12 DOID Rp12,810,736,969,776 30.18130476
13 DSSA Rp37,083,973,140,540 31.244206
14 ELSA Rp4,855,369,000,000 29.21110622
15 ENRG Rp11,847,358,496,952 30.10312605
16 ESSA Rp11,120,121,298,332 30.03977731
17 GEMS Rp7,999,679,214,432 29.71042256
18 HRUM Rp6,224,534,725,908 29.45951981
19 INCO Rp29,596,405,332,000 31.01867403
20 INDY Rp49,256,536,799,844 31.5280632
21 ITMG Rp18,407,166,324,000 30.54376118
22 KKGI Rp1,423,266,145,704 27.98397545
23 MBAP Rp2,178,233,377,176 28.40953529
24 MEDC Rp69,918,326,790,636 31.87834892
25 MITI Rp233,726,526,183 26.17741758
26 MYOH Rp1,843,448,925,300 28.24265935
27 PSAB Rp12,481,094,227,764 30.15523615
28 PTBA Rp21,987,482,000,000 30.72149441
29 PTRO Rp6,153,515,148,000 29.4480446
30 SMMT Rp776,257,890,432 27.37775063
31 SMRU Rp2,030,778,881,089 28.33944052
32 TINS Rp11,718,724,000,000 30.09220902
33 TOBA Rp4,719,283,603,344 29.18267813

105
4. Data Perhitungan Firm size Tahun 2018

2018
No. Kode
Total Asset Logaritma Natural
1 ADRO Rp102,246,793,155,000 32.25841055
2 ANTM Rp32,195,350,845,000 31.10284317
3 APEX Rp7,453,015,886,538 29.63963988
4 ARII Rp5,069,291,265,000 29.25422213
5 BIPI Rp17,634,327,314,985 30.50086853
6 BRMS Rp10,002,869,248,023 29.93389309
7 BSSR Rp3,549,296,025,162 28.8977704
8 BUMI Rp56,573,993,410,659 31.66657052
9 BYAN Rp16,665,660,005,571 30.44437143
10 CITA Rp3,268,567,743,522 28.81537301
11 DEWA Rp6,011,040,393,792 29.42461896
12 DOID Rp17,146,875,509,991 30.47283709
13 DSSA Rp49,044,118,776,723 31.52374139
14 ELSA Rp5,657,327,000,000 29.36397264
15 ENRG Rp10,592,064,530,055 29.99112621
16 ESSA Rp13,207,206,566,115 30.21178375
17 GEMS Rp10,151,856,249,030 29.94867769
18 HRUM Rp6,776,951,532,795 29.54454849
19 INCO Rp31,893,707,412,000 31.09342985
20 INDY Rp53,144,584,947,333 31.60403733
21 ITMG Rp20,892,144,168,000 30.67039433
22 KKGI Rp1,698,117,665,301 28.1605415
23 MBAP Rp2,512,587,623,022 28.55233426
24 MEDC Rp76,059,913,835,826 31.96254249
25 MITI Rp148,265,325,310 25.72226924
26 MYOH Rp2,191,353,225,138 28.41554038
27 PSAB Rp13,261,476,980,853 30.21588448
28 PTBA Rp24,172,933,000,000 30.81625465
29 PTRO Rp8,045,513,271,000 29.71613569
30 SMMT Rp900,566,201,025 27.52628951
31 SMRU Rp1,908,386,848,248 28.27727942
32 TINS Rp15,220,685,000,000 30.35367647
33 TOBA Rp7,267,770,532,314 29.61447069

106
5. Data Perhitungan Firm Size Tahun 2019

2019
No. Kode
Total Asset Logaritma Natural
1 ADRO Rp102,273,594,955,000 32.25867264
2 ANTM Rp30,194,907,730,000 31.03869441
3 APEX Rp7,095,791,674,579 29.590523
4 ARII Rp5,157,563,792,000 29.27148545
5 BIPI Rp17,764,076,988,597 30.50819939
6 BRMS Rp10,104,012,759,114 29.94395376
7 BSSR Rp3,552,390,758,036 28.89864195
8 BUMI Rp52,472,460,680,038 31.59130959
9 BYAN Rp18,111,106,583,033 30.52754649
10 CITA Rp3,861,308,057,131 28.98202712
11 DEWA Rp7,787,228,038,087 29.68350608
12 DOID Rp16,748,863,487,661 30.44935152
13 DSSA Rp52,701,567,289,944 31.59566631
14 ELSA Rp6,805,037,000,000 29.54868419
15 ENRG Rp9,627,349,039,012 29.89562902
16 ESSA Rp12,687,472,360,504 30.17163619
17 GEMS Rp11,062,536,832,557 30.03458546
18 HRUM Rp6,334,464,690,134 29.47702643
19 INCO Rp31,497,711,648,000 31.08093601
20 INDY Rp51,244,646,794,115 31.56763228
21 ITMG Rp17,133,320,011,000 30.47204622
22 KKGI Rp1,790,570,143,827 28.2135552
23 MBAP Rp2,728,304,212,419 28.63470136
24 MEDC Rp85,118,655,524,690 32.07506735
25 MITI Rp57,163,867,424 24.76918785
26 MYOH Rp2,269,935,550,908 28.45077256
27 PSAB Rp14,045,708,010,444 30.27333799
28 PTBA Rp26,098,052,000,000 30.89288179
29 PTRO Rp7,808,844,524,000 29.68627812
30 SMMT Rp871,513,339,763 27.49349701
31 SMRU Rp1,675,570,667,301 28.14717492
32 TINS Rp20,361,278,000,000 30.64465608
33 TOBA Rp8,993,489,901,976 29.82752209

107
LAMPIRAN 6: Data Perhitungan Variabel Debt Default

1. Data Perhitungan Debt Default Tahun 2015

2015
No. Kode
Aset Lancar Utang Lancar Rasio
1 ADRO Rp15,071,299,605,000 Rp6,269,455,035,000 2.403924986
2 ANTM Rp11,252,826,560,000 Rp4,339,330,380,000 2.593217288
3 APEX Rp1,566,265,221,515 Rp5,234,972,054,525 0.299192661
4 ARII Rp552,986,370,000 Rp2,697,543,275,000 0.204996292
5 BIPI Rp2,046,038,284,690 Rp6,098,285,185,140 0.33551043
6 BRMS Rp120,287,682,110 Rp11,276,980,426,805 0.010666657
7 BSSR Rp638,895,049,785 Rp764,936,281,520 0.835226496
8 BUMI Rp7,476,368,217,920 Rp75,515,935,861,930 0.099003848
9 BYAN Rp3,884,103,728,770 Rp2,060,104,342,645 1.885391749
10 CITA Rp708,452,773,900 Rp1,203,328,580,625 0.588744243
11 DEWA Rp1,859,372,207,840 Rp1,483,528,660,595 1.253344312
12 DOID Rp4,246,680,183,075 Rp1,414,370,959,615 3.002522184
13 DSSA Rp5,625,909,552,765 Rp3,633,652,165,380 1.548279609
14 ELSA Rp2,079,319,000,000 Rp1,448,585,000,000 1.435413869
15 ENRG Rp6,224,139,053,185 Rp10,658,732,215,570 0.583947408
16 ESSA Rp470,733,103,110 Rp576,999,698,965 0.815829027
17 GEMS Rp2,700,193,446,245 Rp966,315,884,650 2.794317561
18 HRUM Rp3,110,083,191,440 Rp449,850,121,750 6.913598643
19 INCO Rp8,206,645,500,000 Rp2,048,543,705,000 4.006087583
20 INDY Rp11,412,764,777,345 Rp6,974,929,100,210 1.63625531
21 ITMG Rp7,067,426,810,000 Rp3,922,525,480,000 1.801754213
22 KKGI Rp532,606,892,345 Rp239,967,873,805 2.219492484
23 MBAP Rp946,520,597,655 Rp456,582,026,570 2.073057069
24 MEDC Rp14,413,888,892,420 Rp7,264,658,698,070 1.984110953
25 MITI Rp218,248,731,350 Rp117,280,609,454 1.860910617
26 MYOH Rp1,177,138,303,230 Rp507,407,345,125 2.31990789
27 PSAB Rp985,884,381,845 Rp3,216,211,382,060 0.306535941
28 PTBA Rp7,598,476,000,000 Rp4,922,733,000,000 1.543548269
29 PTRO Rp1,947,674,665,000 Rp1,254,531,095,000 1.552512068
30 SMMT Rp127,208,165,566 Rp167,590,602,690 0.759041161
31 SMRU Rp800,631,961,415 Rp1,186,909,632,810 0.674551743
32 TINS Rp5,444,199,000,000 Rp2,998,953,000,000 1.815366563
33 TOBA Rp1,331,344,082,920 Rp951,271,443,910 1.399541731

108
2. Data Perhitungan Debt Default Tahun 2016

2016
No. Kode
Aset Lancar Utang Lancar Rasio
1 ADRO Rp21,399,718,740,000 Rp8,660,240,980,000 2.471030401
2 ANTM Rp10,630,221,568,000 Rp4,352,313,598,000 2.442430061
3 APEX Rp1,324,456,494,688 Rp573,524,769,608 2.309327452
4 ARII Rp489,688,456,000 Rp2,763,785,200,000 0.17718036
5 BIPI Rp356,459,928,432 Rp8,191,944,140,832 0.043513472
6 BRMS Rp52,841,315,776 Rp3,614,710,458,640 0.014618409
7 BSSR Rp727,995,989,384 Rp656,956,404,332 1.108134398
8 BUMI Rp7,109,622,047,920 Rp10,268,676,927,992 0.692360087
9 BYAN Rp3,009,797,325,428 Rp1,182,121,462,836 2.546098197
10 CITA Rp814,627,947,529 Rp700,905,862,097 1.162250156
11 DEWA Rp1,733,897,970,428 Rp1,556,845,322,276 1.113725266
12 DOID Rp4,021,234,024,824 Rp2,946,583,619,192 1.364710643
13 DSSA Rp5,670,499,813,620 Rp3,239,024,500,984 1.750681359
14 ELSA Rp1,865,116,000,000 Rp1,254,181,000,000 1.487118685
15 ENRG Rp7,548,708,203,492 Rp9,508,122,541,252 0.793922057
16 ESSA Rp1,810,853,265,048 Rp772,909,688,952 2.342904082
17 GEMS Rp2,733,039,587,764 Rp724,123,707,312 3.774271661
18 HRUM Rp3,603,186,119,284 Rp711,197,469,152 5.066365216
19 INCO Rp8,050,233,144,000 Rp1,773,404,204,000 4.53942374
20 INDY Rp8,967,673,226,588 Rp4,205,222,268,996 2.132508736
21 ITMG Rp7,242,057,744,000 Rp3,208,987,060,000 2.256804907
22 KKGI Rp531,132,966,932 Rp131,114,319,224 4.050915034
23 MBAP Rp1,028,468,401,408 Rp298,211,375,072 3.448789977
24 MEDC Rp15,239,927,907,260 Rp11,562,487,948,952 1.318049193
25 MITI Rp205,138,864,713 Rp120,437,594,367 1.703279327
26 MYOH Rp1,129,406,902,284 Rp262,748,235,440 4.298437629
27 PSAB Rp1,192,088,704,152 Rp2,434,193,643,848 0.489726324
28 PTBA Rp8,349,927,000,000 Rp5,042,747,000,000 1.655829055
29 PTRO Rp2,183,632,156,000 Rp1,028,646,724,000 2.122820309
30 SMMT Rp21,670,034,777 Rp81,577,226,463 0.265638288
31 SMRU Rp653,948,146,847 Rp405,399,698,528 1.613094803
32 TINS Rp5,237,907,000,000 Rp3,061,232,000,000 1.711045422
33 TOBA Rp948,900,301,920 Rp980,437,590,148 0.967833457

109
3. Data Perhitungan Debt Default Tahun 2017

2017
No. Kode
Aset Lancar Utang Lancar Rasio
1 ADRO Rp26,813,686,776,000 Rp10,476,695,496,000 2.559364905
2 ANTM Rp8,338,151,626,000 Rp5,548,616,092,000 1.502744376
3 APEX Rp1,144,013,943,276 Rp5,098,826,203,476 0.224368099
4 ARII Rp555,549,288,000 Rp2,410,216,296,000 0.23049769
5 BIPI Rp1,885,748,707,668 Rp9,004,588,823,844 0.209420857
6 BRMS Rp5,410,404,828,072 Rp9,007,670,153,868 0.600644199
7 BSSR Rp1,068,571,254,972 Rp737,425,497,840 1.44905656
8 BUMI Rp10,270,517,764,380 Rp18,051,905,452,020 0.568943694
9 BYAN Rp4,199,165,939,112 Rp4,100,158,929,900 1.024147115
10 CITA Rp770,160,984,827 Rp1,417,754,496,899 0.543225916
11 DEWA Rp1,594,063,519,188 Rp1,908,538,299,744 0.83522742
12 DOID Rp4,701,339,209,604 Rp2,958,798,538,548 1.588935221
13 DSSA Rp9,298,172,656,140 Rp5,595,323,864,520 1.661775597
14 ELSA Rp2,379,465,000,000 Rp1,757,781,000,000 1.353675458
15 ENRG Rp4,878,417,774,588 Rp6,973,208,301,720 0.699594443
16 ESSA Rp1,175,886,426,156 Rp1,741,631,546,064 0.675163716
17 GEMS Rp5,619,476,737,644 Rp3,340,316,870,616 1.682318461
18 HRUM Rp4,264,907,554,920 Rp749,948,456,160 5.686934242
19 INCO Rp8,088,914,688,000 Rp1,751,756,400,000 4.617602475
20 INDY Rp18,341,097,076,908 Rp8,934,882,887,112 2.052751817
21 ITMG Rp10,797,701,808,000 Rp4,437,078,384,000 2.433516128
22 KKGI Rp544,779,278,304 Rp153,871,355,808 3.540485332
23 MBAP Rp1,470,697,070,496 Rp465,042,199,152 3.162502399
24 MEDC Rp26,757,978,863,184 Rp17,526,249,555,060 1.526737296
25 MITI Rp157,296,460,281 Rp126,344,141,646 1.244984201
26 MYOH Rp1,164,630,449,700 Rp409,347,753,048 2.84508817
27 PSAB Rp2,024,751,648,300 Rp2,291,199,568,188 0.883708114
28 PTBA Rp11,117,745,000,000 Rp4,396,619,000,000 2.528703306
29 PTRO Rp2,415,825,168,000 Rp1,404,453,420,000 1.720117687
30 SMMT Rp25,788,635,032 Rp120,678,159,590 0.213697616
31 SMRU Rp442,674,856,141 Rp399,931,676,280 1.106876205
32 TINS Rp6,907,380,000,000 Rp3,261,103,000,000 2.118111571
33 TOBA Rp1,359,557,786,640 Rp891,154,735,128 1.525613603

110
4. Data Perhitungan Debt Default Tahun 2018

2018
No. Kode
Aset Lancar Utang Lancar Rasio
1 ADRO Rp23,173,857,414,000 Rp11,822,911,083,000 1.960080496
2 ANTM Rp7,342,040,979,000 Rp5,561,931,474,000 1.320052398
3 APEX Rp1,062,034,918,128 Rp5,720,214,937,392 0.185663464
4 ARII Rp774,979,677,000 Rp3,309,111,234,000 0.234195717
5 BIPI Rp4,089,272,082,471 Rp6,994,044,023,535 0.584679203
6 BRMS Rp602,388,385,335 Rp898,124,261,913 0.670718308
7 BSSR Rp1,309,938,791,859 Rp1,078,174,644,273 1.214959746
8 BUMI Rp6,674,347,116,864 Rp16,783,424,290,782 0.397674932
9 BYAN Rp7,116,841,904,346 Rp5,752,187,160,822 1.237241019
10 CITA Rp626,368,355,469 Rp1,369,124,187,467 0.457495647
11 DEWA Rp1,578,219,184,791 Rp1,984,864,837,635 0.795126779
12 DOID Rp6,396,535,677,276 Rp4,037,482,074,780 1.584288316
13 DSSA Rp11,491,945,120,053 Rp9,427,382,969,400 1.218996317
14 ELSA Rp3,158,507,000,000 Rp2,116,898,000,000 1.492044964
15 ENRG Rp2,322,248,750,820 Rp6,920,323,439,166 0.335569395
16 ESSA Rp2,464,297,499,259 Rp1,324,219,230,009 1.86094375
17 GEMS Rp4,743,636,208,803 Rp3,594,507,169,743 1.31969029
18 HRUM Rp4,500,135,094,869 Rp986,928,299,325 4.559738633
19 INCO Rp9,137,482,038,000 Rp2,539,098,540,000 3.598711076
20 INDY Rp21,139,699,643,352 Rp9,708,395,825,025 2.177465775
21 ITMG Rp11,098,962,450,000 Rp5,646,098,457,000 1.965775577
22 KKGI Rp422,316,701,424 Rp285,693,607,179 1.478215441
23 MBAP Rp1,561,861,258,938 Rp592,087,282,542 2.637890232
24 MEDC Rp26,458,457,542,641 Rp15,957,761,924,718 1.658030598
25 MITI Rp83,847,347,946 Rp46,673,092,545 1.796481514
26 MYOH Rp1,486,540,697,841 Rp427,755,822,948 3.475208561
27 PSAB Rp1,747,843,290,594 Rp2,469,543,473,205 0.707759677
28 PTBA Rp11,739,344,000,000 Rp4,935,696,000,000 2.378457668
29 PTRO Rp3,622,769,694,000 Rp2,141,218,584,000 1.691919602
30 SMMT Rp57,750,932,681 Rp175,830,166,003 0.32844724
31 SMRU Rp502,905,663,537 Rp216,453,725,247 2.323386502
32 TINS Rp9,016,657,000,000 Rp6,635,425,000,000 1.358866538
33 TOBA Rp2,055,464,187,264 Rp1,679,198,919,408 1.224074268

111
1. Data Perhitungan Debt Default Tahun 2019

2019
No. Kode
Aset Lancar Utang Lancar Rasio
1 ADRO Rp29,899,733,004,000 Rp17,467,188,771,000 1.711765608
2 ANTM Rp7,665,239,260,000 Rp5,293,238,393,000 1.448119032
3 APEX Rp972,584,001,145 Rp267,895,981,262 3.630453867
4 ARII Rp888,450,845,000 Rp3,689,901,664,000 0.240779003
5 BIPI Rp4,966,569,193,821 Rp4,255,662,514,008 1.16704959
6 BRMS Rp536,996,284,959 Rp1,609,770,984,966 0.333585516
7 BSSR Rp1,098,781,560,114 Rp910,694,383,492 1.206531609
8 BUMI Rp6,433,648,652,814 Rp16,620,415,474,695 0.38709313
9 BYAN Rp7,362,900,385,936 Rp8,232,459,403,193 0.894374333
10 CITA Rp971,407,339,213 Rp1,430,330,374,800 0.679148927
11 DEWA Rp2,902,709,586,132 Rp2,792,238,875,424 1.039563489
12 DOID Rp6,681,763,179,295 Rp3,646,898,843,385 1.832176725
13 DSSA Rp12,261,928,241,371 Rp9,457,552,088,670 1.296522412
14 ELSA Rp3,698,370,000,000 Rp2,504,335,000,000 1.476787251
15 ENRG Rp1,999,252,828,325 Rp5,694,073,473,161 0.351111175
16 ESSA Rp2,699,068,631,672 Rp1,163,221,957,767 2.320338448
17 GEMS Rp5,211,581,164,075 Rp3,939,504,981,570 1.322902544
18 HRUM Rp4,086,773,343,755 Rp443,135,275,812 9.222405813
19 INCO Rp8,336,983,523,000 Rp1,935,078,392,000 4.308344074
20 INDY Rp20,284,749,834,666 Rp10,081,407,208,256 2.012095079
21 ITMG Rp6,695,797,500,000 Rp3,305,924,248,000 2.025393505
22 KKGI Rp555,461,678,970 Rp255,550,602,850 2.173587825
23 MBAP Rp1,871,857,536,436 Rp519,437,650,725 3.603623137
24 MEDC Rp24,015,348,782,607 Rp9,998,788,946,182 2.401825752
25 MITI Rp49,132,663,896 Rp43,307,998,193 1.134493995
26 MYOH Rp1,614,133,513,145 Rp491,389,727,317 3.284833653
27 PSAB Rp2,369,561,606,275 Rp4,334,232,659,880 0.546708447
28 PTBA Rp11,679,884,000,000 Rp4,691,251,000,000 2.489716283
29 PTRO Rp3,146,868,944,000 Rp2,073,741,627,000 1.517483617
30 SMMT Rp85,378,192,680 Rp139,763,286,351 0.610877112
31 SMRU Rp266,422,913,179 Rp233,400,194,285 1.141485396
32 TINS Rp12,307,055,000,000 Rp11,958,185,000,000 1.02917416
33 TOBA Rp1,197,997,832,674 Rp1,302,736,005,436 0.919601383

112
LAMPIRAN 7: Data Variabel Debt Default

Debt Default
No. Kode
2015 2016 2017 2018 2019
1 ADRO 0 0 0 0 0
2 ANTM 0 0 0 0 0
3 APEX 1 0 1 1 0
4 ARII 1 1 1 1 1
5 BIPI 1 1 1 1 0
6 BRMS 1 1 0 1 1
7 BSSR 1 0 0 0 0
8 BUMI 1 1 1 1 1
9 BYAN 0 0 0 0 1
10 CITA 1 0 1 1 1
11 DEWA 0 0 1 1 0
12 DOID 0 0 0 0 0
13 DSSA 0 0 0 0 0
14 ELSA 0 0 0 0 0
15 ENRG 1 1 1 1 1
16 ESSA 1 0 1 0 0
17 GEMS 0 0 0 0 0
18 HRUM 0 0 0 0 0
19 INCO 0 0 0 0 0
20 INDY 0 0 0 0 0
21 ITMG 0 0 0 0 0
22 KKGI 0 0 0 0 0
23 MBAP 0 0 0 0 0
24 MEDC 0 0 0 0 0
25 MITI 0 0 0 0 0
26 MYOH 0 0 0 0 0
27 PSAB 1 1 1 1 1
28 PTBA 0 0 0 0 0
29 PTRO 0 0 0 0 0
30 SMMT 1 1 1 1 1
31 SMRU 1 0 0 0 0
32 TINS 0 0 0 0 0
33 TOBA 0 1 0 0 1

113
LAMPIRAN 8: Data Variabel Reputasi Kantor Akuntan Publik

Reputasi KAP
No. Kode
2015 2016 2017 2018 2019
1 ADRO 1 1 1 1 1
2 ANTM 1 1 1 1 1
3 APEX 1 1 1 1 0
4 ARII 0 0 0 0 0
5 BIPI 0 0 0 0 0
6 BRMS 0 0 0 0 0
7 BSSR 0 0 0 0 0
8 BUMI 0 0 0 0 0
9 BYAN 1 1 1 1 1
10 CITA 0 0 0 0 0
11 DEWA 0 0 0 0 0
12 DOID 0 0 0 0 0
13 DSSA 0 0 0 0 0
14 ELSA 1 1 1 1 1
15 ENRG 0 0 0 0 0
16 ESSA 1 1 1 1 0
17 GEMS 1 1 1 1 1
18 HRUM 1 1 1 1 1
19 INCO 1 1 1 1 1
20 INDY 1 1 1 1 1
21 ITMG 1 1 1 1 1
22 KKGI 0 0 0 0 0
23 MBAP 1 1 1 1 1
24 MEDC 1 1 1 1 1
25 MITI 0 0 0 0 0
26 MYOH 1 1 1 1 1
27 PSAB 0 0 0 0 0
28 PTBA 1 1 1 1 1
29 PTRO 1 1 1 1 1
30 SMMT 1 1 0 0 0
31 SMRU 0 0 0 0 0
32 TINS 1 1 1 1 1
33 TOBA 1 1 1 1 1

114
LAMPIRAN 9: Data Variabel Opini Audit Going Concern

Opini Audit Going Concern


No. Kode
2015 2016 2017 2018 2019
1 ADRO 0 0 0 0 0
2 ANTM 0 0 0 0 0
3 APEX 0 0 1 1 0
4 ARII 1 1 1 1 1
5 BIPI 1 1 1 1 0
6 BRMS 1 1 1 1 1
7 BSSR 0 0 0 0 0
8 BUMI 1 1 1 1 1
9 BYAN 0 0 0 0 0
10 CITA 1 1 1 0 0
11 DEWA 1 1 1 1 1
12 DOID 0 0 0 0 0
13 DSSA 0 0 0 0 0
14 ELSA 0 0 0 0 0
15 ENRG 0 1 1 1 1
16 ESSA 0 0 0 0 0
17 GEMS 0 0 0 0 0
18 HRUM 0 0 0 0 0
19 INCO 0 0 0 0 0
20 INDY 0 0 0 0 0
21 ITMG 0 0 0 0 0
22 KKGI 0 0 0 0 0
23 MBAP 0 0 0 0 0
24 MEDC 0 0 0 0 0
25 MITI 1 1 1 1 1
26 MYOH 0 0 0 0 0
27 PSAB 0 0 0 0 0
28 PTBA 0 0 0 0 0
29 PTRO 0 0 0 0 0
30 SMMT 0 0 0 0 0
31 SMRU 0 0 0 0 1
32 TINS 0 0 0 0 1
33 TOBA 0 0 0 0 0

115
LAMPIRAN 10: Hasil Uji Data SPSS

Descriptive Statistics
Std.
N Minimum Maximum Mean
Deviation
Leverage 165 -13.29 34.06 2.0027 4.45788
Company
165 -24.68 324.08 2.0626 25.69309
Growth
Firm Size 165 24.18 32.26 29.7222 1.40810
Valid N
165
(listwise)

Opini Audit Going Concern


Valid Cumulative
Frequency Percent
Percent Percent
Opini Audit Non
125 75.8 75.8 75.8
Going Concern
Valid Opini Audit
40 24.2 24.2 100.0
Going Concern
Total 165 100.0 100.0

Debt Default
Valid Cumulative
Frequency Percent
Percent Percent
Non Debt
116 70.3 70.3 70.3
Default
Valid Debt
49 29.7 29.7 100.0
Default
Total 165 100.0 100.0

116
Reputasi Kantor Akuntan Publik
Valid Cumulative
Frequency Percent
Percent Percent
KAP Non
75 45.5 45.5 45.5
Big 4
Valid KAP Big
90 54.5 54.5 100.0
4
Total 165 100.0 100.0

Case Processing Summary


Unweighted Cases N Percent
Included in
165 100.0
Selected Analysis
Cases Missing Cases 0 0.0
Total 165 100.0
Unselected Cases 0 0
Total 165 100.0

Iteration History
-2 Log Coefficients
Iteration
likelihood Constant
1 183.141 -1.030
Step 2 182.773 -1.137
0 3 182.773 -1.139
4 182.773 -1.139

117
Iteration History
Coefficients
-2 Log
Iteration Company Firm Debt Reputasi
likelihood Constant Leverage
Growth Size Default KAP
1 128.489 1.021 0.020 -0.003 -0.059 1.208 -1.264
2 116.008 3.002 0.024 -0.010 -0.134 1.592 -1.996
Step 3 111.351 3.564 0.021 -0.053 -0.158 1.867 -2.429
1 4 109.866 2.851 0.016 -0.108 -0.137 2.041 -2.620
5 109.837 2.996 0.016 -0.115 -0.142 2.066 -2.694
6 109.837 3.002 0.016 -0.115 -0.142 2.067 -2.697

Model Summary
-2 Log Cox & Snell Nagelkerke
Step
likelihood R Square R Square
1 109.837 0.357 0.533

Hosmer and Lemeshow Test


Step Chi-square df Sig.
1 10.123 8 0.257

118
Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

Leverage 0.016 0.049 0.103 1 0.748 1.016


Company
-0.115 0.055 4.430 1 0.035 0.891
Growth
Firm Size -0.142 0.176 0.652 1 0.419 0.867
Step
Debt
1 2.067 0.523 15.611 1 0.000 7.900
Default
Reputasi
-2.697 0.677 15.852 1 0.000 0.067
KAP
Constant 3.002 5.117 0.344 1 0.557 20.123

119

Anda mungkin juga menyukai