Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

Sumber Daya Tanah


Dosen Pengajar : Marini Susanti Hamidun, S.Si, M.Si

Disusun Oleh:

FAUZIAH BAHARUDDIN

NIM: 702520005

PROGRAM PASCASARJANA

KEPENDUDUKAN DAN LINGKUNGAN HIDUP

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO


2021
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat limpahan Rahmat dan Karunia-nya yang telah memberikan kesempatan pada
penulis untuk menyelesaikan makalah yang berjudul “Sumber Daya Tanah” tepat
waktu.

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas dosen pada Mata Kuliah Konservasi
dan Sumber Daya Tanah dan Air di program pascasarjana kependudukan dan
lingkungan hidup di Universitas Negeri Gorontalo. Selain itu, penulis juga berharap
agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca terkait Karakteristik Tanah,
Klasifikasi Kesesuaian Lahan, Biologi, Biodiversitas, dan Nutrisi serta Kesuburan
Tanah.

Tak lupa pula penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Marini Susanti
Hamidun, S.Si, M.Si selaku dosen Mata Kuliah. Tugas yang telah diberikan ini dapat
menambah pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang ditekuni penulis. Penulis
juga mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah membantu proses
penyusunan makalah ini. Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang
mendasar pada makalah ini yang perlu diperbaiki. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang membangun akan penulis terima demi penyempurnaan makalah ini.
Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pembaca.
Terima Kasih

Gorontalo, Maret 2021

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tanah merupakan tubuh alam tiga dimensi yang merupakan tempat aktivitas semua
mahluk hidup termasuk tempat tumbuhnya tanaman. Tanah mempunyai karakteristik yang
mempengaruhi pertumbuhan tanaman yang akan diusahakan. Klasifikasi tanah dan evaluasi
lahan merupakan salah satu cara untuk mengetahui kecocokan suatu lahan untuk
mengembangkan tanaman pertanian (Hardjowigeno dan Widiatmaka, 2007; Soltani, 2013).
Tanah memiliki sifat yang bervariasi, yaitu terdiri dari sifat fisik, kimia dan biologi. Dengan
bervariasinya sifat-sifat tersebut, maka tingkat kesuburan pada berbagai jenis tanah berbeda-beda
pula, karena kesuburan suatu tanah tergantung pada sifat-sifat tersebut. Oleh sebab itu diperlukan
pemahaman mengenai karakteristik tanah sehingga dapat dimanfaatkan sesuai dengan potensinya
(Balai Penelitian Tanah, 2003).

Sumber daya tanah adalah sumber daya alam yang berasal dari komponen di bumi, yakni
berupa hasil pelapukan batuan yang berguna untuk memenuhi kebutuhan manusia. Diantara
kebutuhan manusia yang memerlukan peran dari tanah yakni kebutuhan akan pangan yang bisa
diperoleh dari bercocok tanam di atas tanah. Selain itu, manusia juga membutuhkan lahan
pemukiman, badan jalan sebagai transportasi dan hal- lain yang dibangun di atas tanah. Sumber
daya tanah memiliki peran penting dan juga bermanfaat bagi kehidupan manusia antara lain :
menyediakan unsur hara bagi tumbuhan. menyediakan bahan makanan bagi mikroorganisme
yang tinggal di dalam tanah, menjadi tempat tinggal dan tempat beraktivitas bagi makhluk hidup,
menjadi bahan baku produksi, sebagai sumber mata air, menyimpan mineral bernilai ekonomis
tinggi, sebagai sumber pendapatan, dan menjadi material bahan bangunan.

Berdasarkan uraian latar belakang dengan segala manfaat yang didapatkan dari sumber
daya tanah, maka perlu membahas lebih dalam mengenai Karakteristik Tanah, Klasifikasi
Kesesuaian Lahan, Biologi, Biodiversitas, dan Nutrisi serta Kesuburan Tanah.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Karateristik Tanah?
2. Apa yang dimaksud dengan Klasifikasi dan Kesesuaian Lahan
3. Bagaimana Hubungan Biologi dan Biodiversitas Tanah?
4. Bagaimana Hubungan Nutrisi dan Kesuburan Tanah?

1.3 Tujuan Masalah


1. Mengetahui Karateristik Tanah
2. Mengetahui Klasifikasi dan Kesesuaian Lahan
3. Menganalisis Hubungan Biologi dan Biodiversitas Tanah
4. Menganalisis Hubungan Nutrisi dan Kesuburan Tanah
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Karateristik Tanah

Karakteristik tanah di berbagai daerah di Indonesia tentu berbeda satu dengan


yang lainnya. Hal ini dipengaruhi oleh letak geografis dan astronomis dari masing-
masing daerah. Tanah sendiri terbentuk dari bebatuan yang mengalami pelapukan. Proses
pelapukan ini terjadi dalam waktu yang lama, bahkan bisa mencapai ratusan tahun. Selain
itu, proses pelapukan juga tidak semerta-merta terjadi begitu saja, melainkan berkat
bantuan dari mikroorganisme serta adanya perubahan suhu dan air di bumi. Pada
umumnya, jenis tanah sendiri terbagi atas dua bagian, yaitu tanah berkohesif (seperti
tanah lempung) dan tanah tidak berkohesif (seperti tanah berpasir).

a. Jenis Tanah Berdasarkan Tingkat Kesuburan


Secara umum, jenis tanah berdasarkan tingkat kesuburannya dapat dibedakan
menjadi empat, yakni:

1. Tanah Muda

Tanah muda adalah tanah yang mengandung unsur hara dan zat makanan
yang masih sedikit, sehingga kesuburan tanah tersebut masih kurang terlihat.

2. Tanah Dewasa

Jenis tanah dewasa yang telah memiliki unsur hara atau zat makanan yang
sangat banyak.Sebab, kandungan tersebut penting untuk perkembangan
tumbuhan.

3. Tanah Tua

Serupa dengan manusia, setelah fase dewasa tanah memasuki fase


tua.Sayangnya, fase tua tanah ini membuat unsur hara dan zat makanan di
dalamnya berkurang, sehingga kurang pas untuk pertanian.

4. Tanah Sangat Tua


Jenis tanah keempat adalah jenis tanah yang sangat tua, atau bisa disebut
sebagai tanah mati.Tanah ini disebut mati karena hanya menyisakan unsur
hara dan zat makanan yang sangat sedikit di dalamnya.

b. Jenis Tanah Berdasarkan Asalnya


Jenis lahan berdasarkan asalnya hanya dibagi ke dalam dua kelompok, yakni
tanah organik dan tanah anorganik.
1 Tanah Organik

Jenis tanah organik adalah tanah yang berasal dari pelapukan dan sisa-sisa
tanaman. Selain itu, tanah organik juga berasal dari kulit organisme lain yang
telah mati, contohnya seperti tanah gambut. Ciri-ciri khusus pada jenis tanah
yang satu ini, di antaranya: bertekstur lunak, warnanya tua; mudah berubah
bentuk saat dilakukan penekanan; serta memiliki sifat plastisitas yang rendah.

2. Tanah Anorganik

Tanah anorganik adalah jenis tanah kedua dalam kelompok tanah berdasarkan
asalnya. Berbeda dengan tanah organik, tanah anorganik merupakan tanah
yang terbentuk dari pelapukan batuan, baik terbentuk secara kimiawi ataupun
fisik. Contoh tanah yang termasuk anorganik adalah tanah liat, tanah entisol,
oxisol, ultisol, dan lain sebagainya. Ciri-ciri khusus yang dapat kita lihat
melalui warnanya.Warna-warna tersebut meliputi hitam pekat, kecokelatan,
merah bata, kuning, atau putih bergantung pada kandungan mineral yang
terkandung di dalam tanah tersebut.

c. Jenis Tanah Berdasarkan Proses Pembentukannnya

1. Tanah Aluvial

Tanah yang terbentuk karena adanya pengendapan lumpur sungai yang


terletak di dataran rendah ini terkenal sebagai jenis tanah yang sangat cocok
untuk dijadikan lahan pertanian. Hal ini disebabkan, tanah aluvial memiliki
kandungan mineral yang cukup banyak, Ph tanah yang rendah, serta tekstur
tanah yang mudah digarap. Jenis tanah ini bermanfaat untuk melancarkan
proses irigasi pertanian, mempercepat pertumbuhan tanaman, serta memiliki
cadangan air yang cukup untuk tumbuhan yang tumbuh di atasnya.

2. Tanah Vulkanis

Tanah vulkanis adalah jenis tanah yang terbentuk dari letusan gunung berapi,
sehingga membuat tanah tersebut memiliki zat hara yang banyak dan sangat
subur. Tanah vulkanik sendiri terdiri atas dua jenis, yakni tanah vulkanik
regosol dan vulkanik latosol.Bila vulkanik regosol berwarna abu-abu hingga
kuning, vulkanik latosol berwarna merah sampai dengan kuning.

3. Tanah Humus

Jenis tanah humus juga pas untuk dijadikan sebagai lahan pertanian, karena
memiliki pupuk alami yang berasal dari pelapukan daun dan batang-batang
pohon. Tanah humus sendiri banyak dijumpai di daerah hutan hujan tropis.
Warna tanah humus biasanya cenderung agak gelap (cokelat tua kehitaman),
berstruktur gembur, serta memiliki daya serap yang tinggi dikarenakan
berasal dari pelapukan daun dan batang pohon, tanah ini kaya akan sumber
nutrisi bagi tanaman dan mampu meningkatkan kandungan air pada tanah.

4. Tanah Pasir

Berbeda dengan jenis-jenis tanah sebelumnya, tanah pasir kurang cocok


untuk dijadikan sebagai lahan pertanian dan perkebunan.Pasalnya, tidak
dijumpai kandungan nutrisi di dalam tanah tersebut. Selain itu, tanah pasir
juga bukan media yang baik untuk menyimpan air, sebab tanah pasir sendiri
berasal dari batuan beku dan batuan sedimen yang terdiri atas butiran kasar
seperti kerikil.

5. Tanah Laterit

Tanah laterit termasuk ke dalam jenis tanah tua, sebab ia telah kehilangan
kesuburan dan kandungan unsur hara akibat larut terbawa air hujan. Meski
tua, tanah ini sangat cocok untuk ditumbuhi tumbuhan seperti kopi, cokelat,
kelapa sawit, singkong, dan juga jagung. Kendati hanya mampu ditanami
beberapa jenis tumbuhan saja, namun tanah laterit ternyata sangat bermanfaat
sebagai lahan mendirikan bangunan, serta campuran bahan bangunan dan
jalan.

6. Tanah Podzolit

Pada umumnya, tanah podzolit banyak terdapat di daerah-daerah pegunungan


yang memiliki curah hujan tinggi dan juga bertemperatur rendah. Jenis tanah
ini tidak termasuk tanah yang cukup subur, memiliki unsur hara sedikit, serta
tidak cocok untuk ditanami tumbuhan semusim karena rendahnya kandungan
K, Ca, dan Mg di dalamnya. Terlebih, tanah ini juga sangat buruk dalam
menyimpan air, sehingga sangat rentan terhadap kekeringan.

7. Tanah Entisol

Mirip dengan tanah vulkanik, tanah yang satu ini juga berasal dari pelapukan
material letusan gunung berapi.Material tersebut meliputi debu, pasir, lahar,
dan lapili. Tanah ini juga termasuk jenis tanah yang cukup subur.Kendati
begitu, tanah ini juga banyak dimanfaatkan sebagai lahan perikanan.

8. Tanah Andosol

Jenis tanah andosol juga kerap ditemukan di wilayah-wilayah dekat gunung


berapi.Itu sebabnya, tanah yang satu ini mengandung mineral dan bahan
organik yang relatif tinggi. Karakteristiknya sendiri bertekstur gembur, licin,
memiliki daya absorbsi sedang, tingkat kelembapan yang tinggi, serta
biasanya berwarna cokelat hingga hitam.

9. Tanah Organosol

Tanah organosol merupakan tanah yang terbentuk dari hasil pembusukan


bahan-bahan organik.Biasanya, jenis tanah ini banyak ditemukan di daerah
rawa atau tempat-tempat yang sering tergenang air. Lahan humus dan gambut
merupakan jenis tanah organosol, keduanya dibedakan berdasarkan
karakteristiknya masing-masing.

10. Tanah Mediteran

Jenis tanah ini terbentuk oleh proses pelapukan batuan kapur, sehingga
memiliki tingkat kesuburan yang cukup buruk. Karakteristik dari tanah
mediteran sendiri berbentuk batuan beku berkapur, mengandung senyawa
karbonat tinggi, serta berwarna merah kekuningan hingga abu-abu.

2.2 Klasifikasi dan Kesesuaian Lahan

Kesesuaian lahan adalah tingkat kecocokan suatu bidang lahan untuk suatu
penggunaan tertentu. Sedangkan klasifikasi kesesuaian lahan adalah perbandingan
(matching) antara kualitas lahan dengan persyaratan penggunaan lahan yang diinginkan.
Struktur klasifikasi kesesuaian lahan menurut kerangka kerja FAO 1976 adalah terdiri
dari 4 kategori sebagai berikut:
a. Ordo (Order): menunjukkan keadaan kesesuaian secara umum.
b. Klas (Class) : menunjukkan tingkat kesesuaian dalam ordo.
c. Sub-Klas : menunjukkan keadaan tingkatan dalam kelas yang didasarkan pada jenis
pembatas atau macam perbaikan yang diperlukan dalam kelas.
d. Satuan (Unit): menunjukkan tingkatan dalam sub-kelas didasarkan pada perbedaan-
perbedaan kecil yang berpengaruh dalam pengelolaannya.
Kesesuaian Lahan Pada Tingkat Ordo
Kesesuaian lahan pada tingkat Ordo berdasarkan kerangka kerja evaluasi lahan FAO
(1976) dibedakan menjadi 2 kategori, yaitu:
a. Ordo S : Sesuai (Suitable)
Ordo S atau Sesuai (Suitable) adalah lahan yang dapat digunakan untuk
penggunaan tertentu secara lestari, tanpa atau sedikit resiko kerusakan terhadap
sumber daya lahannya. Penggunaan lahan tersebut akan memberi keuntungan lebih
besar daripada masukan yang diberikan.
b. Ordo N: Tidak Sesuai (Not Suitable)
Ordo N atau tidak sesuai (not suitable) adalah lahan yang mempunyai pembatas
demikian rupa sehingga mencegah penggunaan secara lestari untuk suatu tujuan
yang direncanakan.
Lahan kategori ini yaitu tidak sesuai untuk penggunaan tertentu karena beberapa
alasan. Hal ini dapat terjadi karena penggunaan lahan yang diusulkan secara teknis
tidak memungkinkan untuk dilaksanakan, misalnya membangun irigasi pada lahan
yang curamyang berbatu, atau karena dapat menyebabkan degradasi lingkungan
yang parah, seperti penanaman pada lereng yang curam. Selain itu, sering pula
didasarkan pada pertimbangan ekonomi yaitu nilai keuntungan yang diharapkan
lebih kecil daripada biaya yang dikeluarkan.
Kesesuaian Lahan pada Tingkat Kelas
Kelas kesesuaian lahan merupakan pembagian lebih lanjut dari Ordo dan
menggambarkan tingkat kesesuaian dari suatu Ordo. Tingkat dalam kelas ditunjukkan
oleh angka (nomor urut) yang ditulis dibelakang simbol Ordo. Nomor urut tersebut
menunjukkan tingkatan kelas yang makin menurun dalam suatu Ordo.
Jumlah kelas yang dianjurkan adalah sebanyak 3 (tiga) kelas dalam Ordo S, yaitu: S1, S2,
S3 dan 2 (dua) kelas dalam Ordo N, yaitu: N1 dan N2.
a. Kelas S1
Kelas S1 atau Sangat Sesuai (Highly Suitable) merupakan lahan yang tidak
mempunyai pembatas yang berat untuk penggunaan secara lestari atau hanya
mempunyai pembatas tidak berarti dan tidak berpengaruh nyata terhadap produksi
serta tidak menyebabkan kenaikan masukan yang diberikan pada umumnya.
b. Kelas S2
Kelas S2 atau Cukup Sesuai (Moderately Suitable) merupakan lahan yang
mempunyai pembatas agak berat untuk mempertahankan tingkat pengelolaan yang
harus dilakukan. Pembatas akan mengurangi produktivitas dan keuntungan, serta
meningkatkan masukan yang diperlukan.
c. Kelas S3
Kelas S3 atau Sesuai Marginal (Marginal Suitable) merupakan lahan yang
mempunyai pembatas yang sangat berat untuk mempertahankan tingkat
pengelolaan yang harus dilakukan.Pembatas akan mengurangi produktivitas dan
keuntungan. Perlu ditingkatkan masukan yang diperlukan.
d. Kelas N1
Kelas N1 atau Tidak Sesuai Saat Ini (Currently Not Suitable) merupakan lahan
yang mempunyai pembatas yang lebih berat, tapi masih mungkin untuk diatasi,
hanya tidak dapat diperbaiki dengan tingkat pengetahuan sekarang ini dengan biaya
yang rasional. Faktor-faktor pembatasnya begitu berat sehingga menghalangi
keberhasilan penggunaan lahan yang lestari dalam jangka panjang.
e. Kelas N2
Kelas N2 atau Tidak Sesuai Selamanya (Permanently Not Suitable) merupakan
lahan yang mempunyai pembatas yang sangat berat, sehingga tidak mungkin
digunakan bagi suatu penggunaan yang lestari.
Empat Macam Klasifikasi Kesesuaian Lahan
Berdasarkan kerangka kerja evaluasi lahan FAO (1976) dikenal empat macam klasifikasi
kesesuaian lahan, yaitu:
a. Kesesuaian lahan yang bersifat kualitatif
b. Kesesuaian lahan yang bersifat kuantitatif
c. Kesesuaian lahan aktual
d. Kesesuaian lahan potensial

Evaluasi Kesesuaian Lahan


Evaluasi kesesuian lahan adalah penggambaran tingkat kecocokan sebidang lahan
untuk penggunaan tertentu (Sitorus, 1998). Menurut Husein (1981), evaluasi lahan
adalah usaha untuk mengelompokkan tanah-tanah tertentu sesuai dengan kebutuhan
tanaman. Kelas kesesuian lahan untuk suatu areal dapat berbeda tergantung dari
penggunaan lahan yang sedang dipertimbangkan. Selanjutnya Sitorus (1998) menyatakan
bahwa evaluasi lahan pada hakekatnya merupakan proses pendugaan potensi sumber
daya lahan untuk berbagai kegunaan dengan cara membandingkan persyaratan yang
diperlukan untuk suatu penggunaan lahan dengan sifat sumber daya yang ada pada lahan
tersebut. Fungsi kegiatan evaluasi lahan adalah memberikan pengertian tentang
hubungan antara kondisi lahan dengan penggunaannya serta memberikan kepada
perencana berbagai perbandingan dan alternatif pilihan penggunaan yang dapat
diharapkan berhasil. FAO (1976) dalam Djaenuddin dkk (1994) menyatakan bahwa
evaluasi lahan dapat dibedakan atas a) pendekatan dua tahap yaitu tahapan pertama
berdasarkan evaluasi lahan secara fisik atau bersifat kualitatif kemudian diikuti dengan
tahapan kedua berdasarkan analisis ekonomi dan sosial, b) pendekatan paralel dimana
evaluasi lahan baik secara fisik maupun ekonomi dilaksanakan secara bersamaan.

2.3 Hubungan Biologi dan Biodiversitas Tanah

Biologi (ilmu hayat) adalah ilmu mengenai kehidupan. Istilah ini diambil dari
bahasa Belanda "biologie", yang juga diturunkan dari gabungan kata bahasa Yunani,
βίος, bios ("hidup") dan λόγος,logos ("lambang", "ilmu"). Dahulu sampai tahun 1970-an
digunakan istilah ilmu hayat (diambil dari bahasa Arab, artinya "ilmu kehidupan").
Karenanya, dikenal berbagai cabang biologi yang mengkhususkan diri pada setiap
kelompok organisme, seperti botani, zoologi, dan mikrobiologi. Berbagai aspek
kehidupan dikaji.
Biodiversitas tanah merupakan keragaman sifat biologi tanah yang terjadi di
permukaan tanah hingga ke daerah rizosfer atau pada kedalaman tanah tertentu.
Keragaman sifat kimia, fisika dan biologi tanah pada suatu ekosistem pertanian akan
mempengaruhi tingkat kesuburan tanah sehingga dalam pengelolaan tanah perlu
disesuaikan dengan karakteristik komoditas yang akan dikembangkan.
Hubungan Biologi dan Biodiversitas atau keanekaragaman Tanah menyangkut
segala aktivitas mikro dan fauna beserta ekologinya di dalam tanah. Fauna tanah, biota
tanah, atau edafon adalah istilah yang biasanya digunakan untuk menyebut organisme
yang menghabiskan sebagian besar siklus hidupnya di dalam tanah atau sedimen organik
di atasnya. Fauna tanah mencakup cacing tanah, nematoda, fungi, bakteri, dan
berbagai arthropoda. Dekomposisi materi organik oleh organimse memiliki pengaruh
yang besar terhadap tingkat kesuburan dan struktur tanah sehingga biologi tanah berperan
penting dalam menentukan karakteristik tanah. Sebagian besar keanekaragaman
hayati yang berupa organisme mikro berada di dalam atau dekat dengan permukaan
tanah. Setidaknya dari eukaryota animalia hingga prokaryota menghuni ekologi
tanah. Hubungan antara mikroorganisme tanah dan fungsi tanah cukup rumit dan telah
menjadi subjek di berbagai aktivitas pengamatan. Rantai makanan di dalamnya berperan
penting dalam siklus nutrisi, di mana sumber energi tidak selalu berupa material organik
tetapi juga mineral anorganik yang diawali oleh bakteri kemosintetik dan nitrogen oleh
bakteri nitrifikasi, dan berperan dalam siklus biogeokimia tanah.
2.4 Hubungan Nutrisi dan Kesuburan Tanah?

Nutrisi Tanah
Nutrisi Tanah adalah substansi organik yang dibutuhkan organisme untuk fungsi normal
dari pertumbuhan suatu pohon. Nutrisi didapatkan dari makanan dan cairan yang
selanjutnya diasimilasi oleh tubuh tumbuhan. Adapun nutrisi didalam tanah adalah
berupa air dan mineral. Nutrisi tanah dikategorikan menjadi tiga bagian, antara lain,
Nutrisi utama,yaitu nitrogen, fosfor, dan kalium. Nutrisi sekunder, yaitu sulfur, kalsium,
dan magnesium. Nutrisi minor, yaitu besi, mangan tembaga, seng, boron, molibden, dan
klor. Tanah dan komposisi kimia tanah merupakan factor utama yang menetukan jenis
tumbuhan apa yang dapat tumbuh dengan baik pada suatu lokasi tertentu, apakah itu
suatu ekosistem alam atau daerah pertanian tumbuhan yang tumbuh secara alamiah pada
jenis tertentu dapat beradaptasi terhadap kandungan mineral dan struktur tanah yang
mampu menyerap air dan mengekstraksi nutrient essensial dari tanah. menurut
(Rahminazliah 2011).
Ph Tanah
Ph Tanah adalah derajat keasaman yang digunakan untuk menyatakan tingkat keasaman
atau kebasahan yang dimiliki suatu larutan. Pentingnya untuk mengetahui pH tanah yaitu
memiliki kandungan unsure hara Nitrogen (N), Fosfor (p) dan Kalium (K) unsure hara
inilah yang sangat berperan dalam pertumbuhan tanaman. Pada tanah masam, tanaman
mempunyai kemungkinan yang besar untuk teracun logam berat yang pada akhirnya
dapat mati karena keracunan. Nilai pH berkisar 0 – 14. Suatu larutan dikatakan netral
apabila memiliki pH = 7. Sedangkan nilai ph > 7 menujukan larutan memiliki sifat basa,
dan nilai pH < 7 menunjukan keasaman. Pada umumnya unsure hara akan mudah diserap
tanaman pada ph 6 – 7, karena pada ph tersebut sebagian besar unsure hara akan mudah
larut dalam air.
Kesuburan Tanah

Kesuburan Tanah merupakan suatu kondisi atau keadaan dimana tanah


mampu mendukung pertumbuhan tanman dengan berbagai komponen di dalamnya
seperti kimia, biologi dan fisika. Humus merupakan tanah yang sabar terbentuk dari
lapukan daun dan batang pohon di hutan hujan tropos. Humus dikenal sebagai sisa-
sia tumbuhan dan hewan yang mengalami perombakan oleh organisme dalam
tanah, berada dalam keadaan stabil, berwarna coklat kehitaman
(wikipedia). Banyak umum yang memperkirakan kesuburan tanah sama dengan
kesehatan tanah, pada kenyataan berbeda, karena kesehatan tanah lebih diartikan
sebagai kondisi tanah yang mendukung dan menjamin tanaman dapat tumbuh dan
berkembang secara optimal tanpa adanya gangguan berbagai aspek. Kesuburan
Tanah Perselisihan dengan:

1. Kadar pH netral sehingga kondisi tanah yang baik harus memiliki kadar
pH yang netral atau normal berkisar antara 6 sampai 8 dan pada kondisi
terbaik pH 6,5 sampai 7,5 hal ini akan berdampak pada bobotnya berbagai
unsur di dalam tanah seimbang. Apabila tanah terlalu asam (<pH7) maka
harus selesai proses pengapuran suasana pH nya kondisi normal. Namun
jika tanah memiliki kadar pH yang terlalu basa (> pH 8) makan perlu
memberikan sulfur atau belerang yang terdapat pada pupuk ZA. Pada
kondisi tanah dengan pH netral maka tumbuhan akan lebih mudah
menyerap unsur hara dan menjaga keseimbangan mikroorganisme yang
terdapat dalam tanah;

2. Memiliki tekstur lempung yang berfungsi untuk mengikat berbagai


mineral sehingga tidak mudah terbawa oleh udara. Sehingga tanah yang
subur seharusnya bertekstur lempung namun tingkat tekstur lempung
jangan terlalu tinggi karena akan berakibat menggenangnya udara yang
akan merusak perakaran. Selain itu juga kadar tanah harus memiliki
kandungan pasir yang mencukupi guna untuk proses drainase dan proses
penyerapan ari dalam tanah;

3. Cocok untuk berbagai tanaman, kondisi untuk mengatasi tanah subur atau
tidak secara mudah dapat dilihat secara langsung dari vegetasi tanaman di
atas tanah tersebut. Tanah yang suburban akan mudah untuk ditanami
berbagai jenis tanaman normal. Semakin banyak jenis tanaman yang
tumbuh maka mengindikasi tanah semakin subur;
4. Warna tanah cokelat kehitaman, untuk melihat tanah subur atau tidak
dengan cepat dapat dilihat dari warna tanah namun ini bukan patokan
utama untuk menyebut tanah subur atau tidak. Tanah yang memiliki warna
yang lengkap yaitu cokelat kehitaman, karena kandungan unsur hara yang
lengkap di dalamnya;

5. Mengandung unsur mineral, dimana tanah yang subur memiliki


kandungan mineral yang lengkap, mineral yang lengkap digunakan untuk
bahan baku makanan bagi tanaman. Mineral unsur seperti boron, klorin,
kobalt, besi, mangan, magnesium, molibdenum, zink dan sulfur. Untuk
menguji mineral yang ada di dalam tanah dapat diuji di Laboratorium
dengan membawa sampel tanahnya.

Kesuburan tanah dibagi menjadi dua katagori yaitu kesuburan tanah aktual
dan kesuburan tanah hakiki (asli/alamiah). Kesuburan tanah potensial, yaitu dapat
diperoleh dengan campur teknologi tepat guna. Kesuburan tanah terkait dengan
kandungan semua unsur hara di dalam tanah yang diperlukan oleh tanaman,
sehingga tanaman dapat tumbuh dan berkembang dengan balk. Tanah dikatakan
mempunyai tingkat kesuburan tinggi/baik jika tanah tersebut mampu
menyediakan semua unsur hara yang diperlukan tanaman, sedangkan tanah
dikatakan kurang subur jika tanah tersebut tidak mampu menyediakan semua
unsur hara yang diperlukan tanaman.
Berdasarkan tingkat kesuburannya, tanah dibedakan menjadi 3 macam atau
jenis yang dapat menyatakan antara lain sebagai berikut: (1.) Tanah Subur yang
terdiri atas tanah vulkanik, podzolik dan aluvial. Jenis tanah subur ini terdapat di
wilayah pulau Jawa, Nusa Tenggara dan Kalimantan; (2.) Tanah Kurang Terdiri
atas pasir, tanah gambut dan tanah kapur. Jenis tanah kurang subur ini terdapat di
wilayah pulau Jawa, Sumatera dan Sulawesi; (3.) Tanah Tidak Subur adalah jenis
tanah yang tandus, karena mengalami proses pencucian oleh air hujan. Contoh
jenis tanah tidak subur adalah seperti tanah laterit. Jenis tanah tidak subur ini
terdapat di wilayah pulau Jawa bagian barat dan bagian selatan, serta pulau
Kalimantan bagian barat.
Hubungan Nutrisi dan Kesuburan Tanah

Hubungan antara keduanya dalam menyediakan unsur hara dalam bentuk


nutrisi yang dibutuhkan oleh tanaman yang akan diserap melalui akar. Tanaman
memerlukan unsur hara yang lengkap agar dapat tumbuh dengan baik dan
menghasilkan produk yang berkualitas. Pemenuhan unsur hara kebutuhan
tanaman merupakan hal yang mutlak dilakukan, karena ketersediaan unsur hara di
alam sangat terbatas, dan semakin berkurang karena telah terserap oleh tanaman.

Unsur hara yang dibutuhkan tanaman dapat digolongkan dalam 2 bagian


besar, yaitu :

a. Unsur hara makro, yaitu unsur hara yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah
besar. Unsur hara yang tergolong unsur hara makro adalah :

 Nitrogen (N)
 Phosfor (P)
 Kalium (K)
 Sulfur/belerang (S)
 Calsium (Ca)
 Magnesium (Mg)

b. Unsur hara mikro, yaitu unsur hara yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah yang
tidak terlalu banyak dan bervariasi tergantung jenis tanaman. Yang tergolong
unsur hara mikro antara lain adalah :

 Klor (Cl)
 Zat besi (Fe)
 Mangan (Mn)
 Tembaga (Cu)
 Seng (Zn)
 Boron (B)
 Molibdenum (Mo)
BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan
Tanah memiliki sifat yang bervariasi, yaitu terdiri dari sifat fisik, kimia dan biologi.
Dengan bervariasinya sifat-sifat tersebut, maka tingkat kesuburan pada berbagai jenis tanah
berbeda-beda pula, karena kesuburan suatu tanah tergantung pada sifat-sifat tersebut.
Karakteristik tanah di berbagai daerah di Indonesia tentu berbeda satu dengan yang lainnya. Jenis
Tanah bagi menjadi 3 yakni berdasarkan tingkat kesuburan, asal, dan proses pembentukannya.

Berdasarkan kerangka kerja evaluasi lahan FAO (1976) dikenal empat macam klasifikasi
kesesuaian lahan, yaitu: Kesesuaian lahan yang bersifat kualitatif, Kesesuaian lahan yang bersifat
kuantitatif, Kesesuaian lahan aktual, dan Kesesuaian lahan potensial. Hubungan Biologi dan
Biodiversitas atau keanekaragaman Tanah menyangkut segala
aktivitas mikro dan fauna beserta ekologinya di dalam tanah. Dekomposisi materi organik oleh
organimse memiliki pengaruh yang besar terhadap tingkat kesuburan dan struktur tanah sehingga
biologi tanah berperan penting dalam menentukan karakteristik tanah. Sebagian
besar keanekaragaman hayati yang berupa organisme mikro berada di dalam atau dekat dengan
permukaan tanah. Sedangkan Hubungan antara nutrisi dan Kesuburan Tanah dalam menyediakan
unsur hara dalam bentuk nutrisi yang dibutuhkan oleh tanaman yang akan diserap melalui akar.
Tanaman memerlukan unsur hara yang lengkap agar dapat tumbuh dengan baik dan
menghasilkan produk yang berkualitas

3.2 Saran

Tanah merupakan tempat hidup bagi makhluk hidup. Semua hasil pertanian, perkebunan,
tambang, dan hasil bumi lainnya berasal dari tanah. Tanah yang subur dapat menghasilkan
tanaman yang baik. Tanah yang tandus perlu diolah agar menjadi subur. Sampah dari daun baik
untuk menyuburkan tanah. Oleh karena itu kita juga perlu menjaga kesuburan dan kelestarian
tanah disekitar kita. Dimana salah satu cara sederhana yang dilakukan adalah dengan tidak
membuang sampah pada tempatnya.
DAFTAR PUSTAKA
Baskoro, D.P.T. dan S.D. Tarigan. 2007. Soil moisture characteristics on several soil types.
Jurnal Tanah dan Lingkungan, 9: 77-81.

Banuwa, I.S., N. Sinukaban, S.D. Tarigan dan D. Darusman. 2008. Evaluasi kemampuan lahan
DAS Sekampung

http://balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/index.php/en/berita-terbaru-topmenu-58/1096-
kesuburan2

https://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/78720

https://www.99.co/id/panduan/berbagai-jenis-tanah-lengkap-dengan-karakteristik-sifat-dan-
manfaatnya

https://www.merdeka.com/sumut/12-jenis-tanah-di-indonesia-karakteristik-dan-persebarannya-
kln.html?page=all

JURNAL PENDIDIKAN BIOLOGI INDONESIA VOLUME 1 NOMOR 2 2015 (ISSN: 2442-


3750) (Halaman 197-208) 197 Endrik Nurrohman Dkk, Keanekaragaman Makrofauna Tanah
KEANEKARAGAMAN MAKROFAUNA TANAH DI KAWASAN PERKEBUNAN
COKLAT (Theobroma Cacao L. ) SEBAGAI BIOINDIKATOR KESUBURAN TANAH DAN
SUMBER BELAJAR BIOLOGI Endrik Nurrohman1 , Abdulkadir Rahardjanto1 , Sri Wahyuni1
1Pendidikan Biologi FKIP Universitas Muhammadiyah Malang E-Mail:
Rahardjanto@Gmail.Com

Urip Santoso, “Hukum Agraria & Hak-Hak Atas Tanah”, Cetakan keenam, Kencana,
Jakarta,2010, hlm. 1.

Anda mungkin juga menyukai