Anda di halaman 1dari 7

Nama : Yuliana Fransisca

NIM : 5193111003
Kelas : PTB Reguler A 2019
Mata Kuliah : Perencanaan dan Pelaksanaan Konstruksi Jalan dan Jembatan
Dosen Pengampu : Ir. Hamidun Batubara, M.T.

TUGAS RUTIN 2
RESUME MATERI

SISTEM JARINGAN JALAN DAN KLASIFIKASI FUNGSIONAL JALAN

A. Pengertian Sistem Jaringan Jalan


Sistem jaringan jalan merupakan satu kesatuan jaringan jalan yang terdiri dari
sistem jaringan jalan primer dan sistem jaringan jalan sekunder yang terjalin dalam
hubungan hierarki. Sistem jaringan jalan disusun dengan mengacu pada rencana tata
ruang wilayah dan dengan memperhatikan keterhubungan antarkawasan dan/atau dalam
kawasan perkotaan, dan kawasan perdesaan.

1. Jalan Primer
 Sistem jaringan jalan primer merupakan sistem jaringan jalan dengan
peranan pelayanan distribusi barang dan jasa untuk pengembangan semua
wilayah di tingkat nasional, dengan menghubungkan semua simpul jasa
distribusi yang berwujud pusat-pusat kegiatan sebagai berikut:
 Menghubungkan secara menerus pusat kegiatan nasional, pusat
kegiatan wilayah, pusat kegiatan lokal sampai ke pusat kegiatan
lingkungan
 Menghubungkan antarpusat kegiatan nasional
 Jaringan jalan primer tidak terputus walaupun memasuki kota. Jaringan
jalan primer harus menghubungkan kawasan primer. Suatu ruas jalan
primer dapat berakhir pada suatu kawasan primer.
 Kawasan yang mempunyai fungsi primer antara lain: industri skala
regional, terminal barang/pergudangan, pelabuhan, bandar udara, pasar
induk, pusat perdagangan skala regional/ grosir.
 Sistem jaringan jalan sekunder merupakan sistem jaringan jalan dengan
peranan pelayanan distribusi barang dan jasa untuk masyarakat di dalam
kawasan perkotaan.

2. Jalan Sekunder
 Sistem jaringan jalan sekunder merupakan sistem jaringan jalan dengan
peranan pelayanan distribusi barang dan jasa untuk masyarakat di dalam
kawasan perkotaan.
 Sistem jaringan jalan sekunder disusun mengikuti ketentuan pengaturan
tata ruang kota yang menghubungkan kawasan-kawasan yang mempunyai
fungsi primer, fungsi sekunder ke satu, fungsi sekunder kedua, fungsi
sekunder ketiga dan seterusnya sampai ke persil.

B. Klasifikasi Jalan

1. Berdasarkan sifat dan pergerakan pada lalu lintas dan angkutan jalan, fungsi jalan
dibedakan atas:
 Jalan arteri; merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan
utama dengan ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi, dan
jumlah jalan masuk (akses) dibatasi secara berdaya guna.
 Jalan kolektor; merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan
pengumpul atau pembagi dengan ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan
rata-rata sedang, dan jumlah jalan masuk dibatasi.
 Jalan lokal; merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan
setempat dengan ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah,
dan jumlah jalan masuk tidak dibatasi.
 Jalan lingkungan; merupakan jalan umum yang berfungsi melayani
angkutan lingkungan dengan ciri perjalanan jarak dekat, dan kecepatan
rata-rata rendah.

2. Fungsi jalan pada sistem jaringan primer dibedakan atas:


 Arteri Primer
 Jalan arteri primer didesain berdasarkan kecepatan rencana paling
rendah 60 kilometer per jam dengan lebar badan jalan paling
sedikit 11 meter.
 Jalan arteri primer mempunyai kapasitas yang lebih besar dari
volume lalu lintas rata-rata.
 Pada jalan arteri primer lalu lintas jarak jauh tidak boleh terganggu
oleh lalu lintas ulang alik, lalu lintas lokal, dan kegiatan lokal.
 Jumlah jalan masuk ke jalan arteri primer dibatasi sedemikian rupa
sehingga ketentuan diatas harus tetap terpenuhi.
 Persimpangan sebidang pada jalan arteri primer dengan pengaturan
tertentu harus memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud diatas.
 Jalan arteri primer yang memasuki kawasan perkotaan dan/atau
kawasan pengembangan perkotaan tidak boleh terputus.
 Kolektor Primer
 Jalan kolektor primer didesain berdasarkan kecepatan rencana
paling rendah 40 kilometer per jam dengan lebar badan jalan
paling sedikit 9 (sembilan) meter.
 Jalan kolektor primer mempunyai kapasitas yang lebih besar dari
volume lalu lintas rata-rata.
 Jumlah jalan masuk dibatasi dan direncanakan sehingga ketentuan
sebagaimana dimaksud diatas masih tetap terpenuhi.
 Persimpangan sebidang pada jalan kolektor primer dengan
pengaturan tertentu harus tetap memenuhi ketentuan diatas.
 Jalan kolektor primer yang memasuki kawasan perkotaan dan/atau
kawasan pengembangan perkotaan tidak boleh terputus.
 Lokal Primer
 Jalan lokal primer didesain berdasarkan kecepatan rencana paling
rendah 20 kilometer per jam dengan lebar badan jalan paling
sedikit 7,5 meter.
 Jalan lokal primer yang memasuki kawasan perdesaan tidak boleh
terputus.
 Lingkungan Primer
 Jalan lingkungan primer didesain berdasarkan kecepatan rencana
paling rendah 15 kilometer per jam dengan lebar badan jalan
paling sedikit 6,5 meter.
 Persyaratan teknis jalan lingkungan primer diatas diperuntukkan
bagi kendaraan bermotor beroda tiga atau lebih.
 Jalan lingkungan primer yang tidak diperuntukkan bagi kendaraan
bermotor beroda tiga atau lebih harus mempunyai lebar badan
jalan paling sedikit 3,5 meter.

3. Fungsi jalan pada sistem jaringan sekunder dibedakan atas:


 Arteri Sekunder
 Jalan arteri sekunder didesain berdasarkan kecepatan rencana
paling rendah 30 kilometer per jam dengan lebar badan jalan
paling sedikit 11 meter.
 Jalan arteri sekunder mempunyai kapasitas yang lebih besar
daripada volume lalu lintas rata-rata.
 Pada jalan arteri sekunder lalu lintas cepat tidak boleh terganggu
oleh lalu lintas lambat.
 Persimpangan sebidang pada jalan arteri sekunder dengan
pengaturan tertentu harus dapat memenuhiketentuan diatas.
 Kolektor Sekunder
 Jalan kolektor sekunder didesain berdasarkan kecepatan rencana
paling rendah 20 kilometer per jam dengan lebar badan jalan
paling sedikit 9 meter.
 Jalan kolektor sekunder mempunyai kapasitas yang lebih besar
daripada volume lalu lintas rata-rata.
 Pada jalan kolektor sekunder lalu lintas cepat tidak boleh
terganggu oleh lalu lintas lambat.
 Persimpangan sebidang pada jalan kolektor sekunder dengan
pengaturan tertentu harus memenuhi ketentuan diatas.
 Lokal Sekunder
 Jalan lokal sekunder didesain berdasarkan kecepatan rencana
paling rendah 10 kilometer per jam dengan lebar badan jalan
paling sedikit 7,5 meter.
 Lingkungan Sekunder
 Jalan lingkungan sekunder didesain berdasarkan kecepatan rencana
paling rendah 10 kilometer per jam dengan lebar badan jalan
paling sedikit 6,5 meter.
 Persyaratan teknis jalan lingkungan sekunder sebagaimana diatas
diperuntukkan bagi kendaraan bermotor beroda 3 atau lebih.
 Jalan lingkungan sekunder yang tidak diperuntukkan bagi
kendaraan bermotor beroda 3 atau lebih harus mempunyai lebar
badan jalan paling sedikit 3,5 meter.

C. Pengelompokkan Jalan Menurut Kelas Jalan

Kelas Jalan Fungsi Jalan Ukuran Kendaraan MST


Bermotor
Kelas I Jalan Arteri Lebar ≤ 2.500 mm 10 Ton
Jalan Kolektor Panjang ≤ 18.000 mm
Tinggi ≤ 4.200 mm
Kelas II Jalan Arteri Lebar ≤ 2.500 mm 8 Ton
Jalan Kolektor Panjang ≤ 12.000 mm
Jalan Lokal Tinggi ≤ 4.200 mm
Jalan Lingkungan
Kelas III Jalan Arteri Lebar ≤ 2.100 mm 8 Ton
Jalan Kolektor Panjang ≤ 9.000 mm
Jalan Lokal Tinggi ≤ 3.500 mm
Jalan Lingkungan
Kelas Khusus Jalan Arteri Lebar > 2.500 mm > 10 Ton
Panjang > 18.000 mm
Tinggi ≤ 4.200 mm

D. Persyaratan Teknis Jalan


 Meliputi kecepatan rencana, lebar badan jalan, kapasitas, jalan masuk,
persimpangan sebidang, bangunan pelengkap, perlengkapan jalan, penggunaan
jalan sesuai dengan fungsinya, dan tidak terputus.
 Harus memenuhi ketentuan keamanan, keselamatan, dan lingkungan.
 Perkerasan jalan adalah campuran antara agregat dan bahan ikat yang digunakan
untuk melayani beban lalu lintas. Agregat yang dipakai:
 Batu pecah
 Batu belah
 Batu kali
 Bahan ikat yang dipakai:
 Aspal
 Semen
 Tanah liat

E. Jalan Telford
Jalan Telford ditemukan oleh Thomas Telford pada tahun 1757-1834 di Skotlandia.
Konstruksi jalan ini terdiri dari batu pecah yang disusun tegak. Batu-batu kecil diletakkan di
atasnya untuk menutup pori-pori yang ada dan memberikan permukaan yang rata. Sistem
perkerasan ini terkenal dengan nama sistem Telford. Jalan-jalan di Indonesia yang dibangun
pada jaman dahulu sebagian besar merupakan sistem jalan Telford, walaupun diatasnya telah
diberikan lapisan atas dengan pengikat aspal. Lapisan telford memiliki fungsi yaitu meneruskan
beban di atas dan memindahkan gaya beban sebagian kesamping. Sifat dari lapisan telford
sendiri yaitu kedap air dan memiliki nilai struktural sesuai dengan tebal batu belah.

F. Jalan MacAdam

Diperkenalkan oleh John Louden McAdam pada tahun (1756-1836), berkebangsaan


Skotlandia. Konstruksi perkerasan yang terdiri dan batu pecah atau batu kali, pori-pori diatasnya
ditutup dengan batu yang lebih kecil/halus. Jenis perkerasan ini terkenal dengan nama
Perkerasan MacAdam. Agar terbentuk lapisan yang kedap air, maka di atas lapisan MacAdam
diberi lapisan atas yang menggunakan aspal sebagai bahan pengikat dan ditaburi pasir kasar.
Sistem konstruksi jalan macadam hampir sama dengan Telford, prinsip sistem MacAdam
menggunakan batu pecah yang disusun tegak untuk menjadi pondasi, selanjutnya diisi dengan
batu pecah ukuran lebih kecil sehingga ketika diberi beban batu pecah lapisan teratas mendesak
mengisi celah batu yang di bawahnya agar saling mengunci. Materialnya terdiri dari pasir urug,
dan batu pecah untuk pondasi serta batu pecah untuk pengisi pada lapisan atas.

Anda mungkin juga menyukai