Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN SEMENTARA

PRAKTIKUM BATUBARA

Nama : 1. Erick (1810813110001)


2. Muhammad Faisal Aldi (1810813210019)
3. Kartika Rahmah Hayati (1810813220010)
4. Nirwani Putriana Gultom (1810813220020)
5. Muhammad Rizky Sulaiman (1810813310005)
6. Ariansyah (1910813310014)
Kelompok : IV (Empat)
Asisten : 1. Bayu Setiabudi (1610813310002)
2. Muhammad Mahfud (1610813210012)

LABORATORIUM TEKNOLOGI MINERAL DAN BATUBARA


PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2020
PRAKTIKUM BATUBARA
LABORATORIUM TEKNOLOGI MINERAL DAN
BATUBARA
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Pengertian Batubara


Batubara secara umum batubara didefinisikan sebagai batuan organik
berwarna gelap yang terbentuk dari jasad tumbuh-tumbuhan. Kandungan utama
batubara adalah atom karbon, hidrogen dan oksigen. Dalam ilmu bidang kimia
dan sains batubara adalah sumber bahan kimia alami karena batubara tersusun
lebih dari ratusan jenis senyawa berharga. Pengembangan rute rute isolasi
senyawa berharga dari batubara sudah dilakukan oleh para ahli kimia dari abad ke
19. Beberapa ahli sejarah yakin bahwa penggunaan batubara pertama kali secara
komersial berlangsung di Cina. Hal ini didasarkan pada sebuah laporan yang
menyatakan bahwa sekitar tahun 1000 SM ada suatu tambang di timur laut Cina
yang menyediakan batu bara untuk mencairkan tembaga dan untuk mencetak uang
logam (Pasymi, 2008).

1.2. Teori Pembentukan Batubara


Proses pembentukan induk batubara (peat) dari fosil tumbuhtumbuhan
dinamakan proses koalifikasi. Proses ini memerlukan kondisi-kondisi tertentu,
karena itu proses klifikasi hanya terjadi pada tempat-tempat dan era-era tertentu
saja sepanjang sejarah geologi. Untuk menjelaskan tempat terbentuknya batubara
dikenal 2 macam teori:
1. Teori Insitu
Teori ini mengatakan bahwa bahan-bahan pembentuk lapisan batubara,
terbentuknya ditempat di mana tumbuh-tumbuhan asal itu berada. Dengan demikian
maka setelah tumbuhan tersebut mati, belum mengalami proses transportasi segera
tenutup oleh lapisan sedimen dan mengalami proses coalification. Jenis batubara
yang terbentuk dengan cara ini mempunyai penyebaran luas dan merata,
kualitasnya lebih baik karena kadar abunya relatif kecil. Batubara yang terbentuk.
2. Teori Drift
Teori ini menyebutkan bahwa bahan-bahan pembentuk lapisan batubara
terjadinya ditempat yang berbeda dengan tempat tumbuhan semula hidup dan
berkembang. Dengan demikian tumbuhan yang telah mati diangkut oleh media air
dan berakumulasi disuatu tempat, tertutup oleh batuan sedimen dan mengalami

Kelompok IV
1610813220017
PRAKTIKUM BATUBARA
LABORATORIUM TEKNOLOGI MINERAL DAN
BATUBARA
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

proses coalification. Jenis batubara yang terbentuk dengan cara ini mempunyai
penyebaran tidak luas, tetapi dijumpai dibeberapa tempat, kualitas kurang baik
karena banyak mengandung material pengotor yang temngkut bersama selama
proses pengangkutan dari tempat asal tanaman ke tempat sedimentasi. Batubara
yang terbentuk seperti ini di Indonesia didapatkan dilapangan batubara delta
Mahakam purba, Kalimantan Timur.

1.3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pembentukan Batubara


Cara terbentuknya batubara merupakan proses yang kompleks, dalam arti
harus dipelajari dari berbagai sudut yang berbeda. Terdapat serangkaian faktor
yang diperlukan dalam pembentukan batubara yaitu :
1. Posisi geotektonik, adalah suatu tempat yang keberadaanya dipengaruhi oleh
gaya-gaya tekntonik lempang.
2. Topografi (morfologi), dari cekungan pada saat pembentukan gambut sangat
penting karena menentukan penyebaran rawa-rawa di mana batubara tersebut
terbentuk.
3. Iklim, kelembaman memegang peranan penting dalam pembentukan batubara
dan merupakan faktor pengontrol pertumbuhan flora dan kondisi yang sesuai.
4. Penurunan, penurunan cekungan batubara dipengaruhi oleh gaya-gaya
tektonik.
5. Umur geologi, proses geologi menentukan berkembangnya evolusi kehidupan
berbagai macam tumbuhan.
6. Tumbuhan, flora merupakan unsur utama pembentuk batubara.
7. Sejarah sesudah pengendapan, secara luas bergantung pada posisi geotektonik
yang mmepengaruhi perkembangan batubara dan cekungan batubara.
8. Struktur cekungan batubara, terbentuknya batubara pada cekungan batubara
umumnya mengalami deformasi oleh gaya tektonik, yang akan menghasilkan
lapisan batubara dengan bentuk tertentu.
9. Metamorfosis organik , tingkat kedua dalam pembentukan batubara adalah
penimbunan atau penguburan oleh sedimen baru.
(Sukandarrumidi, 2008)

1.4. Klasifikasi Batubara

Kelompok IV
1610813220017
PRAKTIKUM BATUBARA
LABORATORIUM TEKNOLOGI MINERAL DAN
BATUBARA
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

Secara umum klasifikasi batubara dibagi menjadi beberapa bagian yaitu:


1. Peat (Brown Coal)
2. Lignite
3. Sub-bituminous
4. Bituminous
5. Anthracite

1.5. Bentuk-Bentuk Lapisan Batubara


Bentuk cekungan, proses sedimentasi, proses geologi selama dan sesudah
proses coalification akan menentukan bentuk lapisan batubara. Mengetahui bentuk
lapisan batubara sangat menentukan dalam menghitung cadangan dan
merencanakan cara penambangannya. Dikenal beberapa bentuk lapisan batubara
yaitu :
1. Bentuk Horse Back, Bentuk ini dicirikan oleh perlapisan batubara dan batuan
yang menutupinya melengkung ke arah alas akibat gaya kompresi. Ketebalan
ke arah lateral lapisan batubara kemungkinan sama ataupun menjadi lebih kecil
atau menipis.

*Sumber: Sukandarrumidi, 2008


Gambar 1.1
Bentuk Horse Back

2. Bentuk Pinch, Bentuk ini dicirikan oleh perlapisan yang menipis di bagian
tengah. Pada umumnya dasar dari lapisan batubara merupakan batuan yang
plastis misalnya batulempung sedang di atas lapisan batubara secara setempat
ditutupi oleh batupasir yang secara lateral merupakan pengisian suatu alur.

Kelompok IV
1610813220017
PRAKTIKUM BATUBARA
LABORATORIUM TEKNOLOGI MINERAL DAN
BATUBARA
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

*Sumber: Sukandarrumidi, 2008


Gambar 1.2
Bentuk Pinch

3. Bentuk Clay Vein, Bentuk ini terjadi apabila di antara 2 bagian deposit batubara
terdapat urat lempung. Bentukun ini terjadi apabila pada satu seri deposit
batubara mengalami patahan. kemudian pada bldang patahan yang merupakan
rekahan telbuka terisi oleh material lempung ataupun pasir.

*Sumber: Sukandarrumidi, 2008


Gambar 1.3
Bentuk Clay Vein

Kelompok IV
1610813220017
PRAKTIKUM BATUBARA
LABORATORIUM TEKNOLOGI MINERAL DAN
BATUBARA
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

4. Bentuk Burried Hill, Bentuk ini terjadi apabila di daerah di mana batubara
semula terbentuk terdapat suatu kulminasi sehingga lapisan batubara seperti
"lerinlrusi".

*Sumber: Sukandarrumidi, 2008


Gambar 1.4
Bentuk Burried Hill

5. Bentuk Fault, Bentuk ini terjadi apabila di daerah di mana deposit batubara
mengalami beberapa seri patahan. Keadaan ini akan mengacaukan di dalam
perhitungan cadangan, akibat adanya perpindahan perlapisan akibat
pergeseran kearah venikal.

*Sumber: Sukandarrumidi, 2008


Gambar 1.5
Bentuk Fault

6. Bentuk Fold, bentuk ini terjadi apabila di daerah di mana deposit batubara
mengalami perlipatan. Makin intensif gaya yang bekerja pembentuk perlipatan
akan makin komplek perlipatan tersebut terjadi.

Kelompok IV
1610813220017
PRAKTIKUM BATUBARA
LABORATORIUM TEKNOLOGI MINERAL DAN
BATUBARA
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

*Sumber: Sukandarrumidi, 2008


Gambar 1.6
Bentuk Fold

(Sukandarrumidi, 2008)

1.6. Manfaat Batubara


Ditinjau dari segi pemanfaatannya, batu bara dapat dibagi menjadi tiga
golongan, yakni
1. Batubara untuk bahan bakar, disebut batubara bahan bakar (steaming coal, fuel
coal, atau energy coal).
2. Batubara bitumen untuk pembuatan kokas, disebut batu bara kokas (coking
coal).
3. Batubara untuk dibuat bahan-bahan dasar energi lainnya, disebut batu bara
konversi (conversion coal)

Kelompok IV
1610813220017
DAFTAR PUSTAKA

Muchjidin. 2006. Pengendalian Mutu Dalam Industri Batubara. Bandung: Institut


Teknologi Bandung.

Pasymi. 2008. Batubara Jilid-1. Padang: Bung Hatta University.


Sukandarrumidi. 2008. Batubara Dan Gambut. Yogyakarta: Gajah Mada University.

Anda mungkin juga menyukai