5c68a MDL Teknik Irigasi Praktis
5c68a MDL Teknik Irigasi Praktis
MODUL 02
2016
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi II-
Modul 2 Teknik Irigasi Praktis
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Pengasih dan
Penyayang dengan selesainya penyusunan Modul sebagai bagian dari teknis
operasi dan pemeliharaan irigasi. Modul ini disusun untuk memenuhi kebutuhan
peserta pendidikan dan pelatihan di bidang irigasi yang berasal dari kalangan
pegawai pemerintah daerah, Aparatur Sipil Negara (ASN), dan para pemangku
kepentingan lainnya dalam sektor teknis operasi dan pemeliharaan jaringan
irigasi.
Modul Teknik Irigasi Praktis ini disusun dalam 7 (tujuh) bab yang terdiri dari
Pendahuluan, Materi Pokok, dan Penutup. Penyusunan modul yang sistematis
diharapkan mampu mempermudah peserta pelatihan dalam memahami Teknik
Irigasi Praktis. Penekanan orientasi pembelajaran pada modul ini lebih
menonjolkan peran serta aktif dari peserta latih.
Akhirmya, ucapan terima kasih dan penghargaan kami sampaikan kepada tim
penyusun atas tenaga dan pikiran yang dicurahkan untuk mewujudkan modul ini.
Penyempurnaan maupun perubahan modul di masa mendatang senantiasa
terbuka dan dimungkinkan mengingat akan perkembangan situasi, kebijakan dan
peraturan yang terus menerus terjadi. Harapan kami tidak lain modul ini dapat
memberikan manfaat.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................ii
DAFTAR TABEL.......................................................................................................v
DAFTAR GAMBAR..................................................................................................vi
PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL....................................................................vii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................I-1
1.1. Latar Belakang...............................................................................................I-1
1.2. Deskripsi singkat............................................................................................I-2
1.3. Tujuan Pembelajaran.....................................................................................I-2
1.3.1. Kompetensi Dasar...............................................................................I-2
1.3.2. Indikator Hasil Belajar..........................................................................I-2
1.4. Materi Pokok dan Sub Materi Pokok..............................................................I-2
1.5. Estimasi Waktu...............................................................................................I-3
BAB II RUANG LINGKUP DAN SEJARAH IRIGASI..........................................II-1
2.1. Ruang Lingkup..............................................................................................II-1
2.2. Sejarah Irigasi di Indonesia...........................................................................II-1
2.3. Latihan...........................................................................................................II-6
2.4. Rangkuman...................................................................................................II-7
BAB III MACAM IRIGASI.....................................................................................III-1
3.1. Berdasarkan Status Jaringan Irigasi...........................................................III-1
3.2. Berdasarkan Tingkat Teknis........................................................................III-1
3.3. Berdasarkan Aplikasi Air.............................................................................III-2
3.4. Berdasarkan Sumber Air.............................................................................III-2
3.5. Berdasarkan Teknis Pemberian Air............................................................III-7
3.6. Berdasarkan Tujuan Penggunaan Air.........................................................III-9
3.7. Irigasi Mikro..................................................................................................III-9
3.8. Latihan........................................................................................................III-13
3.9. Rangkuman................................................................................................III-13
BAB IV PERENCANAAN PETA PETAK............................................................IV-1
4.1. Pendahuluan................................................................................................IV-1
4.2. Perhitungan Luas Daerah Irigasi Yang Dapat Diairi....................................IV-3
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi iii
Modul 2 Teknik Irigasi Praktis
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
Y
Gambar III.1 – Skema Irigasi Alur........................................................................III-3
Gambar III.2 – Pergerakan Air dari Alur...............................................................III-3
Gambar III.3 – Skema Irigasi Gelombang............................................................III-4
Gambar III.4 – Skema Irigasi Petak Jalur............................................................III-4
Gambar III.5 – Skema Irigasi Bawah Tanah........................................................III-5
Gambar III.6 – Irigasi Siraman Gembor...............................................................III-8
Gambar III.7 – Sprinkler.......................................................................................III-8
Gambar III.8 – Pembahasan Irigasi Tetes...........................................................III-9
Gambar III.9 – Tata letak sistem irigasi mikro...................................................III-12
Gambar III.10 – Penetes pada irigasi tetes (kiri), microspray (tengah), dan sprinkler irigasi mikro
(kanan). III-1
Deskripsi
Modul Teknis Irigasi Praktis ini terdiri dari lima kegiatan belajar mengajar.
Kegiatan belajar pertama membahas Ruang Lingkup dan Sejarah Irigasi.
Kegiatan belajar kedua membahas Macam Irigasi. Kegiatan belajar ketiga
membahas Perencanaan Peta Petak. Kegiatan belajar keempat Penentuan
Lokasi Bangunan dan Dimensi Saluran. Kegiatan belajar kelima membahas
Tahapan Pengembangan Irigasi.
Peserta diklat mempelajari keseluruhan modul ini dengan cara yang
berurutan. Pemahaman setiap materi pada modul ini diperlukan untuk
memahami Teknis Irigrasi Praktis. Setiap kegiatan belajar dilengkapi dengan
latihan atau evaluasi yang menjadi alat ukur tingkat penguasaan peserta diklat
setelah mempelajari materi dalam modul ini.
Persyaratan
Dalam mempelajari Teknis Irigasi Praktis ini peserta diklat dilengkapi dengan
modul bahan ajar, metode dan media lainnya yang dibutuhkan.
Metode
Dalam pelaksanaan pembelajaran ini, metode yang dipergunakan adalah
dengan kegiatan pemaparan yang dilakukan oleh Widyaiswara/Fasilitator,
adanya kesempatan tanya jawab, curah pendapat, bahkan diskusi.
Alat Bantu/Media
Untuk menunjang tercapainya tujuan pembelajaran ini, diperlukan Alat
Bantu/Media pembelajaran tertentu, yaitu : LCD/projector, Laptop, White
Board dengan spidol dan penghapusnya, bahan tayang, serta modul dan/atau
bahan ajar.
Kompetensi Dasar
Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta diklat diharapkan mampu
memahami teknik irigasi praktis pada diklat teknis operasi dan pemeliharaan
irigasi tingkat dasar.
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi vii
Modul 2 Teknik Irigasi Praktis
BAB I
PENDAHULUAN
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi I-1
Modul 2 Teknik Irigasi Praktis
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi I-2
Modul 2 Teknik Irigasi Praktis
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi I-3
BAB II
RUANG LINGKUP DAN SEJARAH IRIGASI
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi II-1
Modul 2 Teknik Irigasi Praktis
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi I-2
Modul 2 Teknik Irigasi Praktis
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi I-3
Modul 2 Teknik Irigasi Praktis
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi I-4
Modul 2 Teknik Irigasi Praktis
yang berkelanjutan.
Setelah kita peroleh pengakuan kemerdekaan, keadaan seperti yang
disebutkan di atas tidak membaik. Keadaan perekonomian dan keadaan
politik sangat tidak stabil dan kurang mendukung terhadap usaha-usaha
pembangunan dan pengelolaan jaringan irigasi. Akibatnya maka pada
waktu kita memasuki PJP-I keadaan jaringan-jaringan irigasi kita
umumnya sangat menyedihkan. Bangunan-bangunan dan saluran-
saluran hamper seluruhnya dalam keadaan rusak dan kurang terawatt.
Diperkirakan fungsi/kemampuan jaringan irigasi kita hanyalah berkisar
antar 40% sampai 60% dari fungsi kemampuan rencana. Dengan
demikian maka intensitas tanam dan produktivitas lahan juga mengalami
kemerosotan yang jauh. Hal inilah yang antara lain merupakan penyebab
dari defisit beras yang berkelanjutan.
Pembangunan pengairan dalam PJP-I dtekankan dan dititik beratkan
pada penunjangan kebutuhan sektor pertanian, dengan sasaran
menunjang pencapaian swasembada beras secepat mungkin. Ini
dilakukan terutama melalui program penyediaan air untuk sawah-sawah
dalam jumlah yang cukup dan pada waktu yang diperlukan – yang
merupakan unsur pertama dari lima unsure dalam penerapan Panca
Usaha Tani. Maka ditempuhlah strategi pembangunan irigasi yang cepat
meghasilkan (quick yielding), dengan member prioritas pada program-
program.
a) Rehabilitasi Jaringan Irigasi, yang mendapat prioritas tinggi karena
hemat waktu dan biaya daripada pembangunan jaringan baru.
b) Pembangunan Jaringan Baru Irigasi, terutama berupa Bangunan
Jaringan Irigasi Sederhana : jaringan berskala kecil, menggunakan
teknologi sederhana, cepat berfungsi, serta murah biayanya. Dan
berkemampuan membawa air dari sumbernya ke tempat
pemanfaatan dengan cara sesederhana mungkin.
c) Peningkatan Operasi & Pemeliharaan Jaringan Irigasi untuk mencapai
tingkat kinerja jaringan irigasi yang andal, optimal dan berkelanjutan.
Melalui pembangunan secara bertahap dan berkelanjutan, pada
akhir Pelita III (1984/1985) pembangunan pengairan berhasil
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi I-5
Modul 2 Teknik Irigasi Praktis
mengupayakan total luas panen padi 9,6 juta ha dari total sawah
beririgasi 4,6 juta ha. Di dalamnya tercakup pencapaian program
rehabilitasi guna peningkatan keandalan fungsi terhadap sebagian
dari 3,4 juta ha jaringan irigasi peninggalan Orde Lama, serta
pembangunan jaringan irigasi – termasuk di daerah rawa.
Adalah berkat pembangunan berbagai sektor, termasuk
pembangunan pengairan khususnya pembangunan jaringan irigasi,
yang menunjang upaya peningkatan produksi beras, sehingga
tercapainya swasembada beras pada tahun 1984, tatkala Indonesia
mampu memproduksi beras 25,8 juta. Padahal beberapa tahun
sebelumnya, negeri ini dikenal sebagai pengimpor beras terbesar
didunia – dengan total impor du juta ton setahun.
Dengan laju peningkatan konsumsi beras dengan laju 1,7 sampai
2,0% setahun, maka mempertahankan swasembada beras bukanlah
berarti mempertahankan tingkat produksi yang sama dengan tahun
1984, melainkan peningkatan produksi beras yang mengantisipasi
atau menutup peningkatan kebutuhan seluruh penduduk.
Keseluruhan sawah beririgasi pada akhir PJP – I mencapai 5,7 juta
ha, termasuk didalamnya pengembangan daerah rawa seluas 1,3
juta ha, dan rehabilitasi terhadap 2,9 juta ha sawah berfungsi optimal.
Namun, dengan asumsi selama PJP-bl telah terjadi alih fungsi lahan
atas sawah beririgasi diperhitungkan mencapai 5,2 juta ha.
2.3. Latihan
1. Sebutkan Empat kategori pengairan yang dipertimbangkan dalam
menangani pembangunan irigasi!
2. Apa sajakah yang perlu dicatat dalam kerangka persiapan
pembentukan organisasi pengairan pada permulaan abad ke XX?
3. Sebutkan dua model pengelolaan irigasi!
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi I-6
Modul 2 Teknik Irigasi Praktis
2.4. Rangkuman
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi I-7
Modul 2 Teknik Irigasi Praktis
BAB III
MACAM IRIGASI
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi I-8
Modul 2 Teknik Irigasi Praktis
a) Irigasi Air Permukaan : Adalah irigasi yang sumber airnya dari air yang
mengalir diatas permukaan tanah misalnya dari sungai atau air dari
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi I-9
Modul 2 Teknik Irigasi Praktis
2) dilihat pada gambar III.2. Sistem irigasi ini sangat cocok untuk
tanaman yang ditanam secara lajur, seperti jagung, tebu,
kentang, tomat dan buah-buahan. Alur biasanya dibuat dengan
dengan
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi I-10
Modul 2 Teknik Irigasi Praktis
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi I-11
Modul 2 Teknik Irigasi Praktis
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi I-12
Modul 2 Teknik Irigasi Praktis
b) Irigasi Air Tanah : Adalah irigasi yang sumber airnya dari air yang
berada dibawah permukaan tanah. Untuk dapat memanfaatkannya,
air dipompa sampai permukaan tanah kemudian dialirkan ke lahan.
Pengembangan irigasi air tanah ini harus dilakukan dengan sangat
hati-hati. Pengambilan air tanah yang berlebihan akan mengakibatkan
kerusakan lingkungan. Kota Jakarta misalnya, karena kekosongan air
di dalam tanah, mengakibatkan beberapa bangunan besar ambles.
Disusul oleh air laut yang menyusup dan merembes sejauh lebih dari
20 km dari pantai. Pengisian kembali (recharge) dari air hujan
memerlukan waktu sangat panjang sedangkan pemompaan dari
dalam tanah jauh lebih cepat. Pemompaan air tanah di daerah bukan
perkotaan, dalam jangka panjang akan mengakibatkan hal yang
sama. Dimusim kemarau, sumur-sumur dan aliran air di sungai akan
kekurangan air. Karena itu irigasi air tanah hanya sebagai pendukung
terhadap irigasi air permukaan dan hanya dibangun jika lokasi itu air
permukaan tidak ada sementara air tanah berlebihan.
Pengembangan irigasi air tanah di Indonesia yang dimulai sejak
tahun 1970 sebagian besar ada di Jawa Timur. Dalam 20 tahun
pertama, Proyek Pengembangan Air Tanah (PAT) lebih difokuskan
pada nilai sosial ekonominya dibandingkan terhadap aspek teknis
dan efektifitas ekonominya. Tahun 1987 - 1991 PAT mulai
menerapkan the least cost and most appropriate technologies for
developing geroundwater resources dengan adanya bantuan dana
Bank Dunia melalui Irrigaion Sub Sector Project (ISSP).
Salah satu segi positif pemanfaatan air tanah segi positif
pemanfaatan
air tanah ialah sebagai proyek yang dapat segera dimanfaatkan
(quick yielding) karena pembuatan sumur bor (tube well) dan
pemasangan pompa dapat segera dilakasakan bagi daerah tertentu
yang baik potemsi air tanahnya.
Air tanah dapat merupakan sumber air utama, atau secara terpadu
bersama-sama dengan air permukaan memenuhi air irigasi
(conjunctive use). Pengelolaan terpadu dalam penggunaan air
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi I-13
Modul 2 Teknik Irigasi Praktis
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi I-14
Modul 2 Teknik Irigasi Praktis
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi I-15
Modul 2 Teknik Irigasi Praktis
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi I-16
Modul 2 Teknik Irigasi Praktis
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi I-17
Modul 2 Teknik Irigasi Praktis
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi I-18
Modul 2 Teknik Irigasi Praktis
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi I-19
Modul 2 Teknik Irigasi Praktis
irigasi tetes mencapai 4,29 t/ha dan jahe yang diari dengan irigasi
curah mampu berproduksi 10 t/ha atau termasuk cukup tinggi.
Pada pengujian irigasi tetes di lahan pasang surut Kalimantan
Selatan, penetes menggunakan bahan yang lebih murah yaitu
tutup botol air mineral. Dengan menggunakan bahan yang murah
dan tersedia di lokasi, irigasi tetes diharapkan dapat berkembang
untuk mengatasi masalah kekurangan air apsa musim kemarau.
Penerapan irigasi mikro di laahan kering memerlukan investasi awal
yang mahal. Oleh karena itu, untuk mengurangi baban petani,
pemerintah hendaknya dapat berperan dalam pendampingan dan
penguatan kelembagaan penting karena dengan kelembagaan yang
kuat, pengelolaan irigasi mikro dapat lebih baik.
Gambar III.10 – Penetes pada irigasi tetes (kiri), microspray (tengah), dan
sprinkler irigasi mikro (kanan).
3.8. Latihan
1. Sebutkan macam-macam irigasi!
2. Kriteria pemilihan daerah pengembangan irigasi air tanah didasarkan
pada!
3. Irigasi air permukaan dibedakan atas tiga golongan, yaitu!
3.9. Rangkuman
Di Indonesia, pemanfaatan air untuk pembangunan pertanian menempati
urutan pertama, mencapai 75%. Air untuk pertanian sebagian besar
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi I-20
Modul 2 Teknik Irigasi Praktis
berasal dari air irigasi dan digunakan untuk mengairi lahan sawah.
Pengairan pada lahan kering masih sangat terbatas, pada hal upaya ini
penting untuk meningkatkan produktivitas lahan.
Irigasi mikro dapat menjadi pilihan untuk meningkatkan produktivitas lahan
kering. Sistem irigasi ini hanya mengaplikasikan air di sekitar perakaran
tanaman. Ada beberapa jenis irigasi mikro, yaitu irigasi tetes (drip
irrigation), microspray, dan mini-sprinkler. Masing-masing jenis irigasi
tersebut dapat dibedakan berdasarkan tipe outlet atau pengeluaran air
yang digunakan, yaitu : (1) irigasi tetes, meneteskan air melalui pipa
berlubang dengan diameter kecil atau sangat kecil, (2) micro-spray,
mencurahkan air di sekitar perakaran dengan diameter pembasahan 1-4
m, dan (3) mini-sprinkler, mencurahkan air di sekitar perakaran dengan
diameter pembasahan hingga 10 m.
BAB IV
PERENCANAAN PETA PETAK
4.1. Pendahuluan
Perencanaan peta petak adalah kegiatan awal perencanaan Irigasi pada taraf
perencanaan ini menunjukan tata letak pendahuluan yang
memperlihatkan/menunjukan :
a) Lokasi bangunan utama;
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi I-21
Modul 2 Teknik Irigasi Praktis
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi I-22
Modul 2 Teknik Irigasi Praktis
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi I-23
Modul 2 Teknik Irigasi Praktis
Q
A=
DR ×0.80
Dimana :
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi I-24
Modul 2 Teknik Irigasi Praktis
dapat dilihat bahwa pada bulan bulan tersebut curah hujan efektif adalah
180, 150 dan 146 mm yang relatif besar sehingga NFR atau Irr pada bulan
tersebut tentu saja akan mengecil. Debit sungai yang tersedia pada bulan
bulan tersebut adalah 5,96 m3/dt, 5,67 m3/dt dan 5,21 m3/dt yang
merupakan debit bulan bulan yang besar. Oleh karena itu perhitungan
luas areal yang dapat diairi pada bulan bulan tersebut akan luas sekali.
Jadi mengingat penetapan cropping calender yang menentukan
berdasarkan luas areal terkecil dari setiap musim pada setiap alternatif
maka ketiadaan hasil kebutuhan air tanaman pada bulan bulan tersebut
tidak terlalu menentukan.
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi I-25
Modul 2 Teknik Irigasi Praktis
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi I-26
Modul 2 Teknik Irigasi Praktis
h) Efisiensi
Untuk tujuan-tujuan perencanaan, dianggap bahwa seperempat
sampai sepertiga dari jumlah air yang diambil, akan hilang sebelum air
sampai di sawah. Kehilangan ini disebabkan oleh kegiatan eksploitasi,
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi I-27
Modul 2 Teknik Irigasi Praktis
Keterangan:
NFR = net field requirement
TOR = tertiary operation requirement
SOR = secondary operation requirement
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi I-28
Modul 2 Teknik Irigasi Praktis
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi I-29
Modul 2 Teknik Irigasi Praktis
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi I-30
Modul 2 Teknik Irigasi Praktis
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi I-31
Modul 2 Teknik Irigasi Praktis
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi I-32
Modul 2 Teknik Irigasi Praktis
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi I-33
Modul 2 Teknik Irigasi Praktis
(g) Saluran pembuang tersier diberi kode dt1, dt2 juga menurut
arah jarum jam.
3) Jaringan pembuang
Pada umumnya pembuang primer berupa sungai sungai alamiah
yang kesemuanya akan diberi nama. Apabila ada saluran-saluran
pembuang primer baru yang akan dibuat, maka saluran-saluran itu
harus diberi nama tersendiri. Jika saluran pembuang dibagi
menjadi ruas-ruas, maka masing-masing ruas akan diberi nama,
mulai dari ujung hilir.
Pembuang sekunder pada umumnya berupa sungai atau anak
sungai yang lebih kecil, Beberapa di antaranya sudah mempunyai
nama yang tetap bisa dipakai, jika tidak ada nama, sungai/anak
sungai tersebut akan ditunjukkan dengan sebuah huruf bersama
sama dengan nomor seri. Nama-nama ini akan diawali dengan
huruf d (d = drainase).
Pembuang tersier adalah pembuang kategori terkecil dan akan
dibagi-bagi menjadi ruas-ruas dengan debit seragam, masing-
masing diberi nomor. Masing-masing petak tersier akan
mempunyai nomor seri sendiri-sendiri.
c) Standar Warna
Warna warna standar akan dipakai untuk memperjelas gambar-
gambar tata letak jaringan irigasi dan pembuang, serta gambar-
gambar tata letak jaringan tersier. Peta tata letak ini harus seluruhnya
diberi warna, terbagi dalam 2 kategori, pertama diberi warna penuh
dan kedua akan diberi warna hanya di sepanjang batas-batas petak
saja. Lembar warna sepanjang perbatasan ini adalah 1 cm.
Warna-warna yang akan dipakai adalah :
1) Biru untuk jaringan irigasi, garis penuh untuk jaringan pembawa
yang ada dan garis putus-putus untuk jaringan yang sedang
direncanakan;
2) Merah untuk sungai dan jaringan pembuang, garis penuh untuk
jaringan yang sudah ada dan garis putus-putus untuk jaringan
yang sedang direncanakan;
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi I-34
Modul 2 Teknik Irigasi Praktis
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi I-35
Modul 2 Teknik Irigasi Praktis
batas petak. Kemudian dari data elevasi mercu bendung kita bisa
menarik garis yanghampir sejajar dengan garis kontur (garis tersebut
adalah jalur saluran primer) mulai dengan elevasi 1 meter lebih
rendah dari mercu bendung, kemudian elevasi menurun 0.50 meter
setiap jarak 1 km. Kemudian menentukan letak bangunan bagi/sadap
dan petak tersier dengan ketentuan seperti pada penjelasan
sebelumnya antara lain :
1) Luas petak tersier antara 50 ha sampai 100 ha;
2) Jarak terjauh saluran tersier 1500 m;
3) Serta ketentuan ketentuan lainnya.
Batas petak petak tersier biasanya saluran pembuang untuk ini kita
harus mengetahui letak sungai dan menentukan letak alur-alur
pembuang. Cara menarik garis, untuk saluran primer dan saluran
sekunder dengan garis strip titik strip dan untuk saluran tersier dengan
garis putus-putus atau strip strip dengan warna biru.
Untuk saluran pembuang dengan garis putus-purus warna merah
Begitu seterusnya, setelah selesai pembuatan jaringan saluran irigasi
beserta bangunannya juga petak petak tersier, dilanjutkan dengan
pemberian nama bangunan utama saluran primer, saluran sekunder,
bangunan bagi/sadap dan petak petak tersier yang mana petak tersier
tersebut nantinya dilengkapi dengan data nama petak, luas petak dan
debit air saluran tersier. Pemberian nama tersebut sesuai dengan
ketentuan pada penjelasan bab sebelumnya.
Batas petak tersier diberi warna muda setebal 1 cm (warna bebas)
Daerah yang tidak bisa diairi diberi warna kuning. Selanjutnya hasil
pembuatan peta petak ini dipindahkan ke dalam kalkir yang bisa
dicetak bilamana diperlukan.
e) Penentuan luas petak tersier
Setelah selesai pembuatan peta petak kita lanjutkan dengan
penentuan luas petak tersier dengan menggunakan alat planimeter.
Luas petak tersier = 0,90 x hasil penentuan luas dengan planimeter.
Untuk ini kita harus mengetahui cara menggerakkan alat dan
membaca angka pada alat serta penentuan harga koefisiennya.
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi I-36
Modul 2 Teknik Irigasi Praktis
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi I-37
Modul 2 Teknik Irigasi Praktis
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi I-38
Modul 2 Teknik Irigasi Praktis
c × NFR × A
S .Tersier ;Q 1=
et
c × NFR × A
S . Sekunder ; Q 2=
et ×es
c × NFR × A
S . Primer ; Q 3=
et × es × ep
d) Koefisien pengurangan = C adalah pengurangan debit puncak akibat
dari perbedaan waktu tanam dalam satu daerah irigasi. Waktu/pola
menanam ada bermacam-macam :
1) Cara serentak yaitu dimana waktu pengolahan tanah dikerjakan
pada waktu yang sama, ini baru bisa dilaksanakan bila tenaga
penggarap banyak atau dengan menggunakan mesin/traktor.
Dalam hal ini koefisien pengurangan C = 1 untuk saluran tersier
sekunder dan primer.
2) Cara golongan yaitu dimana waktu pengolahan tanah atau waktu
tanam dilakukan secara bergilir teratur, biasanya perbedaan waktu
tanam 0,5 bulan sebanyak minimum 3 golongan.
(a) Golongan pada daerah irigasi
Saluran tersier C=1
Saluran sekunder C=1
Saluran primer C < 1 C = 0,80
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi I-39
Modul 2 Teknik Irigasi Praktis
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi I-40
Modul 2 Teknik Irigasi Praktis
b) Diketahui :
NFR = 1,5 lt/dt/ha
C = 0,80 (cara golongan pada daerah tersier)
et = 0,8
es = 0,9
ep = 0,9
Maka debit saluran tersier (dengan luas = A = 90 ha)
c × NFR × A
Qp= =135l/det
et
Maka debit saluran sekunder (dengan luas = A = 500 ha)
c × NFR × A
Qp= =834 l/det
et ×es
Maka debit saluran primer (dengan luas = A = 3000 ha)
c × NFR × A
Qp= =5555l/det
et × es × ep
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi I-41
Modul 2 Teknik Irigasi Praktis
4.6. Latihan
1. Perencanaan Peta Petak terdiri dari!
2. Gambarkan Kebutuhan air di bangunan sadap beserta penjelasannya!
3. Sebutkan warna standar yang akan dipakai untuk memperjelas
gambar-gambar tata letak jaringan irigasi dan pembuang, serta
gambar-gambar tata letak jaringan tersier!
4.7. Rangkuman
Perencanaan peta petak adalah kegiatan awal perencanaan Irigasi pada
taraf perencanaan ini menunjukan tata letak pendahuluan yang
memperlihatkan/menunjukan : Lokasi bangunan utama, Trase jaringan
irigasi dan jaringan pembuang, Batas batas dan perkiraan luas petak
(dalam ha) jaringan irigasi dengan petak Primer,Petak sekunder dan
Petak tersier serta daerah yang tidak bisa diairi, Bangunan bangunan
pada jaringan irigasi dan pembuang lengkap dengan fungsi dan tipenya,
Konstruksi lindung terhadap banjir dan tanggul, Jaringan jalan dengan
bangunan bangunan nya.
Perhitungan luas daerah irigasi didasarkan pada keseimbangan air yang
dimaksudkan adalah keseimbangan antara ketersediaan air dan
kebutuhan air. Bila telah diketahui ketersediaan air (m3/dt) dan kebutuhan
air irigasi (liter/dt/ha) maka dengan keseimbangan air ini didapat luas yang
dapat diairi. Luas areal sawah yang dapat diairi bergantung pada jumlah
debit yangtersedia pada sumber dan kebutuhan air untuk tanaman (NFR).
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi I-42
Modul 2 Teknik Irigasi Praktis
BAB V
PENENTUAN LOKASI BANGUNAN DAN DIMENSI SALURAN
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi I-43
Modul 2 Teknik Irigasi Praktis
5.2. Saluran
5.2.1. Saluran Irigasi/Saluran Pembawa
a) Saluran Primer membawa air dari jaringan utama ke saluran sekunder
dan ke petak petak tersier yang diairi. Batas ujung saluran primer
adalah pada bangunan bagi.
b) Saluran sekunder membawa air dari saluran primer ke petak petak
tersier yang dilayani oleh saluran sekunder tersebut. Batas ujung
saluran ini adalah pada bangunan sadap terakhir.
c) Saluran pembawa, membawa air irigasi dari sumber air lain (bukan
sumber yang memberi air pada bangunan utama) ke jaringan irigasi
primer.Saluran muka tersier membawa air dari bangunan sadap
tersier ke petak yang terletak diseberang petak tersier lainnya.
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi I-44
Modul 2 Teknik Irigasi Praktis
5.3. Bangunan
5.3.1. Bangunan Bagi dan Sadap
a) Bangunan bagi terletak di saluran primer dan sekunder pada suatu
titik cabang dan berfungsi untuk membagi aliran antara dua saluran
atau lebih.
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi I-45
Modul 2 Teknik Irigasi Praktis
Catatan:
Untuk menyederhanakan operasi dan pemeliharaan peralatan ukur yang
dipakai di sebuah jaringan irigasi hendaknya dibatasi sampai dua atau
maksimum tiga tipe saja. Peralatan berikut dianjurkan pemakaiannya :
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi I-46
Modul 2 Teknik Irigasi Praktis
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi I-47
Modul 2 Teknik Irigasi Praktis
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi I-48
Modul 2 Teknik Irigasi Praktis
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi I-49
Modul 2 Teknik Irigasi Praktis
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi I-50
Modul 2 Teknik Irigasi Praktis
f) Bangunan Pelengkap
Tanggul-tanggul diperlukan untuk melindungi daerah irigasi terhadap
banjir yang berasal dari sungai atau saluran pembuang yang besar.
Pada umumnya tanggul diperlukan disepanjang sungai disebelah hulu
bendung atau disepanjang saluran primer. Fasilitas-fasilitas
eksploitasi diperlukan untuk eksploitasi jaringan irigai secara efektif
dan aman. Fasilitas-fasilitas tersebut antara lain meliputi kantor-kantor
dilapangan, bengkel, perumahan untuk staf irigasi, jaringan
komunikasi patok hektometer, papan eksploitasi, papan duga dan
sebagainya. Bangunan-bangunan pelengkap yang dibuat di dan
sepanjang saluran meliputi :
1) Pagar, rel pengaman dan sebagainya, guna memberikan
pengaman sewaktu terjadi keadaan-keadaan gawat.
2) Tempat-tempat cuci, tempat mandi ternak dan sebagainya, untuk
memberikan sarana untuk mencapai air di saluran tanpa merusak
lereng saluran.
3) Kisi-kisi penyaring untuk mencegah tersumbatnya bangunan
(sipon dan gorong gorong panjang) oleh benda-benda yang
hanyut.
4) Jembatan-jembatan untuk keperluan penyeberangan bagi
penduduk.
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi I-51
Modul 2 Teknik Irigasi Praktis
Q = diketahui
V; k; n = b/h; m; didapat dari tabel karakteristik
F = Q / V = ( m + n ) h2
h = didapat
b = n.h didapat dan dibulatkan
h = b / n dihitung kembali
F = ( b + m.h ).h; dihitung kembali
V = Q / F; dihitung kembali
O = b + 2 ( h V 1 + m2 )
R =F/O
R2/3 = di hitung
2
V
I =( )
k × R 2 /3
Tabel saluran terdiri dari :
a) No.
b) Nama saluran
c) Luas yang diairi ( A )
d) Debit ( Q )
e) n perbandingan b dan h
f) m lereng saluran
g) k kekasaran
h) b lebar saluran
i) h tinggi air disaluran
j) I kemiringan dasar saluran
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi I-52
Modul 2 Teknik Irigasi Praktis
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi I-53
Modul 2 Teknik Irigasi Praktis
8) Kolom 10, 11, 12 dan 13 sudah rumus dan akan otomatis keluar
hasilnya.
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi I-54
Modul 2 Teknik Irigasi Praktis
RB 1 RL 1 BL 1
Sal. Induk Barang
A = 3891 Ha A = 517 Ha
Q = 6.731 m3/dt Q = 0.894 m3/dt
L 1 Ka
Q = 0.772 m3/dt
RL2
22 Ha 31 lt/dt
A = 495 Ha
SALURAN SEKUNDER MAKAWA
BM 2 BL 2
BM 3 BM 1 RM 1 BB 1 B 1 Ki 1 L 2 Ka L 2 Ki
A = 3184 Ha 19 Ha 27 lt/dt 54 Ha 76 lt/dt 17 Ha 24 lt/dt
A = 2031 Ha
Q = 3.168 m3/dt
M 1 Ki 3 M 1 Ki 1 Q = 14.967 m3/dt B 1 Ki 2
116 Ha 162 lt/dt 76 Ha 106 lt/dt 68 Ha 95 lt/dt
Q = 1.349 m3/dt
Q = 0.661 m3/dt
Q = 0.967 m3/dt
RK1
RL3
RS 1
A = 865 Ha
A = 424 Ha
M 1 Ki 2 K 1 Ki 2
KALI DOLOK
BK 2 BL 3
S 1 Ka BS 1 S 1 Ki K 2 Ka RK 2 K 1 Ki 2 L 3 Ki
148 Ha 207 lt/dt 57 Ha 80 lt/dt 110 Ha 154 lt/dt A = 500 Ha 50 Ha 70 lt/dt 107 Ha 150 lt/dt
SALURAN SEKUNDER KEDAWUNG
Q = 0.780 m3/dt BK 1
SALURAN SEKUNDER SAMBAK
Q = 1.030 m3/dt
Q = 0.608 m3/dt
Q = 0.495 m3/dt
RL4
RK3
RS 2
A = 660 Ha
A = 390 Ha
A = 317 Ha
S 2 Ka BS 2 S 2 Ki BK 3 K 3 Ki L 4 Ka L 4 Ki
183 Ha 256 lt/dt 97 Ha 136 lt/dt 125 Ha 175 lt/dt 150 Ha 210 lt/dt 167 Ha 234 lt/dt
BL 4
Q = 0.413 m3/dt
Q = 0.593 m3/dt
RK4
RS 3
A = 265 Ha
Keterangan
A = 380 Ha
Q = 0.226 m3/dt
A = 145 Ha
RS 4
---------------------------------------------------------
BK 5
TOTAL : 4.408 Ha
BS 4 K 5 Ki
S 4 Ka S 4 Ki K 5 Ka
60 Ha 84 lt/dt 50 Ha 70 lt/dt 75 Ha 105 lt/dt 70 Ha 98 lt/dt
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi I-55
Modul 2 Teknik Irigasi Praktis
SKEMA BANGUNAN
Wilayah
/ Juru
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi I-56
Modul 2 Teknik Irigasi Praktis
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi I-57
Modul 2 Teknik Irigasi Praktis
B
El. x
Tinggi
Tanggul
A A
AS. Bendung
aliran ke pengambilan
aliran melalui pembilas bawah Denah B
Pembilas bawah
pintu pembilas
keadaan terbuka
Pembilas bawah
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi I-58
Modul 2 Teknik Irigasi Praktis
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi I-59
Modul 2 Teknik Irigasi Praktis
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi I-60
Modul 2 Teknik Irigasi Praktis
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi I-61
Modul 2 Teknik Irigasi Praktis
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi I-62
Modul 2 Teknik Irigasi Praktis
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi I-63
Modul 2 Teknik Irigasi Praktis
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi I-64
Modul 2 Teknik Irigasi Praktis
5.6. Latihan
1) Sebutkan macam-macam bangunan-banguna utama beserta
penjelasannya!
2) Sebutkan macam-macam saluran beserta penjelasannya!
3) Apa yang dimaksud dengan bangunan lindung?
5.7. Rangkuman
Bangunan Utama adalah bangunan pada sungai atau sumber air dapat
didefinisikan sebagai komplek bangunan yang direncanakan di sepanjang
sungai atau aliran air untuk membelokan air ke dalam jaringan saluran
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi I-65
Modul 2 Teknik Irigasi Praktis
agar dapat dipakai untuk keperluan irigasi. Fungsi bangunan utama bisa
mengurangi kandungan sedimen yang berlebihan, serta mengukur
banyaknya air yang masuk.Bangunan utama terdiri dari bangunan-
bangunan pengelak dengan peredam energi, satu atau dua pengambilan
utama, pintu bilas, kolam olak, dan (jika diperlukan) kantong lumpur,
tanggul banjir, pekerjaan sungai lainnya dan bangunan-bangunan
pelengkap. Bangunan utama dapat diklasifikasi ke dalam sejumlah
kategori, bergantung kepada perencanaannya.
Aliran akan diukur di hulu (udik) saluran primer, di cabang saluran jaringan
primer dan di bangunan sadap sekunder maupun tersier. Peralatan ukur
dapat menjadi alat ukur aliran atas bebas (free over flow) dan alat ukur
aliran bawah. (underflow).
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi I-66
Modul 2 Teknik Irigasi Praktis
BAB VI
TAHAPAN PENGEMBANGAN IRIGASI
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi I-67
Modul 2 Teknik Irigasi Praktis
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi I-68
Modul 2 Teknik Irigasi Praktis
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi I-69
Modul 2 Teknik Irigasi Praktis
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi I-70
Modul 2 Teknik Irigasi Praktis
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi I-72
Modul 2 Teknik Irigasi Praktis
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi I-73
Modul 2 Teknik Irigasi Praktis
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi I-74
Modul 2 Teknik Irigasi Praktis
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi I-75
Modul 2 Teknik Irigasi Praktis
6.10. Latihan
1. Apa yang dimaksud dengan Studi Identifikasi?
2. Sebutkan Delapan Persyaratan Pengembangan Irigasi!
3. Sebutkan Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam perencanaan
peta-petak!
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi I-76
Modul 2 Teknik Irigasi Praktis
6.11. Rangkuman
Dalam pengembangan pengairan, termasuk pengembangan irigasi, sejak
tahun 1970 Ditjen Pengairan telah menggunakan pedoman yang dikenal
SIDCOM, singkatan dari Study/Survey, Investigation, Design,
Construction dan Operation & Maintenance. Singkatan ini sedemikian
rupa sehingga secara garis besar sudah merupakan urutan dari kegiatan
yang perlu dilakukan. Sebagai gambaran, misalnya tidak mungkin
dilakukan sebelum ada Construction. Akan tetapi secara detil, suatu
bagian kegiatan yang termasuk dalam salah satu kelompok pekerjaan
(misalnya pekerjaan pengukuran sebagai kelompok survey) kadang-
kadang dilakukan di tengah-tengahnya kelompok pekerjaan yang lain,
sehingga terdapat adanya saling-seling (intermittent).
Hakekatnya SIDCOM tidak hanya berlaku untuk pengembangan
pengairan atau irigasi saja tetapi bahkan untuk segala macam kegiatan
akan sendirinya berlaku.
Belakangan disadari bahwa dalam pembangunan yang bersifat pekerjaan
sipil, pembebasan tanah/lahan hampir selalu menjadi kendala. Karena itu
sekitar tahun 1970, dalam pedoman tersebut ditambahkan satu langkah
lagi yakni Land Acquisition (Pembebasan tanah/lahan), sehingga menjadi
SIDLaCOM.
Pembebasan lahan untuk lokasi pembangunan adalah masalah yang
paling pelik dan seringkali pembangunan terhambat karena masalah ini.
Masyarakat makin maju dan makin tahu pula posisi dan hak-haknya.
Kondisi ini tentu saja sangat menggembirakan tetapi harus diimbangi
dengan kemampuan tentang bagaimana harus berhubungan dengan
masyarakat, menyikapi secara arif dan tetap menjaga keadilan. Tidak
jarang setelah tahu akan ada pembebasan lahan, tiba-tiba muncul
tanaman atau bangunan baru di lahan tersebut.
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi I-77
Modul 2 Teknik Irigasi Praktis
BAB VII
PENUTUP
7.1. Simpulan
Seperti telah disebutkan diatas bahwa materi ini disiapkan untuk Diklat
OP Irigasi tingkat dasar setingkat Pengamat/ jafung ahli pertama/staf
yang bekerja di Dinas PU atau Balai Wilayah Sungai atau pada Direktorat
di lingkungan Ditjen Sumber Daya Air maka bahan ajar ini disiapkan dan
bersumber dari Permen PUPR No.30/PRT/M/2015 tentang
Pengembangan dan Pengelolaan Sistem Irigasi dan berdasar Undang
Undang No.11 Tahun 1974 tentang Pengairan dan Peraturan
Pemerintah No.22 Tahun 1982, tentang tata pengaturan air, Peraturan
Pemerintah No.23 Tahun 1982, tentang Irigasi, serta KP Irigasi 2011.
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi I-78
Modul 2 Teknik Irigasi Praktis
DAFTAR PUSTAKA
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi I-79
Modul 2 Teknik Irigasi Praktis
GLOSARIUM
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi I-80
Modul 2 Teknik Irigasi Praktis
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi I-81
Modul 2 Teknik Irigasi Praktis
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi I-82
Modul 2 Teknik Irigasi Praktis
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi I-83