Anda di halaman 1dari 5

REVIEW TIGA JURNAL/ARTIKEL TENTANG BAHASA DAN DIALEK

Oleh Iqbal Abdul Rahman Rifky


160212602216

Penelitian bahasa dalam fokusnya pengkajian macam dialek, merupakan penelitian


yang mengkaji perubahan, pergeseran dan gejala-gejala bahasa dalam masyarakat
multibahasa. Keberagaman bahasa dalam masyarakat multibahasa atau dwibahasa
memunculkan adanya kontak bahasa atau kontak dialek dalam masyarakat tuturnya. Kontak
bahasa dan kontak dialek dalam masyarakat multicultural berpotensi menimbulkan gejala-
gejala pergeseran bahasa hingga perubahan bahasa. Pergeseran bahasa adalah sejarah, di
mana gejala-gejala pergeseran bahasa terjadi ketika adanya percampuran kutur di sebuah
daerah tertentu. Mengapa disebut sejarah? Karena lambat laun bahasa ibu bagi kelomok
penutur ini akan mengalami kepunahan sama sekali. Pergeseran bahasa juga berawa dari
penyusutan fungsi-fungsi dasarnya yang umumnya terjadi dalam rentang waktu yang lama
dan perlahan-lahan melampaui beberapa generasi.
Tiga jurnal/artikel dalam tulisan ini, yaitu Isolek-Isolek Di Kabupaten Aceh Tamiang
Provinsi Aceh: Kajian Dialektologi, Pergeseran Bahasa Jawa Dalam Ranah Keluarga Pada
Masyarakat Multibahasa Di Wilayah Brebes, dan Konstruksi Leksikal Tuturan Jawa Pesisir
Yang Bertautan Dengan Nilai Kesantunan, mempunyai satu garis besar penelitian yaitu
pergeseran basa dan dialek. Menarik jika kita membaca dan menelaah ketiga artikel di atas,
karena kergaman suku dan budaya di Indonesia menjadikan penelitian-penelitian semacam
ini melimpah ruah. Maka dari itu, mari kita ulas ketiga tulisan tersebut satu per satu.

Artikel/Jurnal 1: Isolek-Isolek Di Kabupaten Aceh Tamiang Provinsi Aceh: Kajian


Dialektologi
Jurnal ini adalah jurnal Madah, bersumber dari ejournal balai bahasa yang ditulis oleh
Muhammad Toha pada tahun 2013, volume 4, nomor 1. Dalam jurnal ini, peneliti
memaparkan penelitian tentang dialek Melayu Tamiang (BMT) di Kabupaten Aceh Tamiang,
Provinsi Aceh yang menerapkan analisis dialektologi sinkronis. Tujuan penelitian ini adalah
untuk menjelaskan ciri-ciri linguistik Bahasa Melayu Tamiang (BMT) dan menghitung
persentase variasi antarisolek isoleknya menggunakan metode dialektometri dengan teknik
permutasi.
Dalam penelitian ini, peneliti memfokuskan penelitian untuk menggali lebih dalam
dan menjabarkan fenomena kebahasaan (isolek-isolek) dalam bahasa Melayu Tamiang,
bagaimana adanya perbedaan fonem hingga dialek antar daerah, hingga distribusi fonem
vocal dan konsonan yang terjadi di daerah tersebut. Teori yang digunakan pada penelitian ini
adalah teori linguistik analisis, yang salah satu fokusnya adalah Fonologi. Adapun salah satu
caranya adalah menggunakan (Dialektometri). Dalam dialektologi penelitian ini, akan
disinggung perihal morfem, bunyi, hingga variasi-variasinya.
Peneliti menggali data-data dari bahan-bahan yang sudah dikumpulkannya. Bahan
yang digunakan dalam penelitian ini dikumpulkan dari 7 daerah pengamatan yang terdapat di
Kabupaten Aceh Tamiang, yaitu Desa Teulaga Meuku Sa Kecamatan Banda Mulia (1), Desa
Tumpuk Tengah Kecamatan Bendahara (2), Desa Muka Sei Kuruk Kecamatan Seruway (3),
Kampung Durian Kecamatan Rantau (4), Desa Rantau Bintang Kecamatan Bandar Pusaka
(5), Desa Sekerak Kanan Kecamatan Sekerak (6), dan Desa Bandar Khalifah Kecamatan
Tamiang Hulu (7). Sumber data adalah informan yang menetap di daerah pengamatan yang
ditentukan satu informan utama dan dua informan pendukung pada tiap daerah pengamatan.
Syarat-syarat sebagai seorang informan dan disesuaikan dengan kondisi di lapangan.
Peneliti menemukan hasil dan bukti, bahwa Dari 7 daerah yang dibandingkan,
ditemukan perbedaan antar satu daerah dengan daerah lainnya yang beragam. Ada yang
mempunyai perbedaan wicara, ada pula yang mempunyai perbedaan dialek dan subdialek.
Presentase dari seluruh percobaan berkisar antara 20 – 50%. Lalu distribusi fonem vokal dan
fonem konsonan. Distribusi fonem-fonem konsonan BMT tidak semuanya merata berada
pada posisi awal, tengah, dan akhir. Fonem konsonan yang berada pada ketiga posisi itu
adalah [b, l, m, n, p, R, s, t, dan y] sedangkan fonem konsonan yang berada pada posisi awal
dan tengah adalah [c, d, g, j, k, dan Gk]. Fonem [h dan G] berada pada posisi tengah dan
akhir. Fonem [mp] berada pada posisi awal saja, fonem [w dan ~n] berada pada posisi tengah
saja serta fonem /?/ berada pada posisi akhir saja.
Peneliti akhirnya menyimpulkan bahwa bahwa dalam BMT terdapat variasi. Variasi
tersebut ditemukan pada bidang fonologi dan leksikon. Secara geografis variasi-variasi
tersebut digunakan di daerah tertentu. Peneliti juga menambahkan bahwa harusnya dilakukan
penambahan jumlah data yang dianalisis, jumlah daerah pengamatan terutama pada daerah-
daerah perbatasan, dan metode yang digunakan. Hal ini dimaksudkan sebagai bahan
pembanding agar menambah kajian linguistik khususnya dialektologi yang berkaitan dengan
BMT.
Artikel/Jurnal 2: Pergeseran Bahasa Jawa Dalam Ranah Keluarga Pada Masyarakat
Multibahasa Di Wilayah Brebes
Jurnal ini termasuk jurnal Harmoniora, bersumber dari jounal.ugm.ac.id yang ditulis
oleh Hari Bakti Mardikantoro pada tahun 2007, volume 19, nomor 1, halaman 43-51. Dalam
jurnal ini, peneliti memaparkan temuan tentang pergeseran bahasa jawa dalam ranah keluarga
pada masyarakat multibahasa di wilayah brebes adalah mengenai pengaruh kehidupan sosial,
termasuk kultur multibahasa yang berperan dalam pergeseran bahasa. Dalam penelitian ini,
peneliti memfokuskan pada kajian perencanaan bahasa, khususnya pergeseran bahasa yang
termasuk dalam perspektif sosiolinguistik. Peneliti menggunakan teori sosiolinguistik.
Sosiolinguistik mengkaji hubungan bahasa dengan masyarakat yang mengaitkan dua bidang
yang dapat dikaji secara terpisah, yaitu struktur formal bahasa oleh linguistik, dan struktur
masyarakat oleh sosiologi.
Peneliti memperoleh data dari berbagai sumber. Sumber data yang digunakan adalah
berbagai macam informan yang berdomisili di Brebes, yang terbagi menjadi masyarakat
pedesaan dan perkotaan. Pada akhirnya, peneliti menemukan temuannya yaitu, Dikarenakan
Brebes merupakan wilayah dengan penutur Jawa dan Sunda, maka pergeseran bahasa sangat
mungkin terjadi. Pada masyarakat pedesaan, ada pergeseran penggunaan bahasa Jawa ke
bahasa Sunda (suami ke istri). Selain itu bahasa Sunda kasar masih kerap digunakan oleh
berbagai peristiwa tutur. Sedangakan di perkotaan, bahasa Sunda kasar malah banyak
digunakan di berbagai peristiwa tutur. Sementara bahasa Jawa sudah lebih jarang lagi
digunakan oleh masyarakat perkotaan. Faktor Situasi, etnis, dan topik pembicaraan sangat
mempengaruhi dalam pergeseran bahasa tersebut. Peneliti juga menyimpulkan bahwa
berdasarkan analisis data dapat disimpulkan terjadi pergeseran bahasa Jawa dalam ranah
keluarga masyarakat Brebes. Situasi ini terjadi dalam hubungan suami-istri, anak-orang tua,
dan anak-anak.

Jurnal/Artikel 3: Konstruksi Leksikal Tuturan Jawa Pesisir Yang Bertautan Dengan


Nilai Kesantunan.
Jurnal ini adalah jurnal bahasa yang bersumber dari UNDIP (Magister Linguistik
UNDIP), yang ditulis oleh M. Suryadi tahun 2010. Dalam jurnal ini, peneliti memaparkan
penelitiannya mengenai konstruksi leksikal tuturan jawa pesisir dengan norma kesantunan
adalah mengenai bagaimana bahasa Jawa digunakan di daerah pesisir yang masih menjaga
kesantunan. Fokus peneliti dalam hal ini adalah kajian tata bahasa dan pemilihan leksikon
yang tetap menjaga prinsip-prinsip kesantunan. Peneliti menggunakan teori teori
sosiolinguistik. Sosiolinguistik mengkaji hubungan bahasa dengan masyarakat yang
mengaitkan dua bidang yang dapat dikaji secara terpisah, yaitu struktur formal bahasa oleh
linguistik, dan struktur masyarakat oleh sosiologi. Selain itu ada pula kajian sintaksis dan
morfologi untuk masalah kata dan kalimat.
Peneliti mendapat data dari berbagai pihak, terutama dalam hal ini adalah berbagai
macam informan (penduduk) yang berdomisili Kota Semarang, Kabupaten Demak, dan Kota
Pekalongan. Peneliti memaparkan temuannya, adalah Dikarenakan wilayah pesisir adalah
wilayah yang tidak cukup menjunjung tinggi kesantunan, maka ada beberapa kasus
melanggar prinsip-prinsip kesantunan. Misal pencampuran antara penggunaan bahasa Jawa
krama inggil dengan krama madya. Namun fenomena itu tidak bermasalah bagi masyarakat
pesisir dan masih dianggap santun karena komponen tutur tidak terganggu. Namun di
beberapa tinda tutur, terjadi pergeseran yang semakin jauh jika responden merasa tidak
dihormati dengan tuturnya.
Adanya percampuran penggunaan bahasa, dalam hal ini, bahasa jawa krama inggil
dan krama madya terpengaruh dengan adanya kultur keraton (pusat kota) dengan kultur
pesisir (yang cenderung blak-blakan) menjadikan konstruksi bahasa di wilayah di atas
mempunyai ciri khasnya yang unik. Namun dalam berbagi kasus, terkadang masih saja ada
yang belum siap atau kaget dengan kultur kebahasaan seperti ini.
Pada akhirnya, peneliti menyimpulkan bahwa Kehidupan masyarakat jawa tidak bisa
dipisahkan dari nilai-nilai budaya luhur. Salah satunya adalah kesantunan berbahasa. Dalam
kasus masyarakat pesisir, kesantunan pesisir cukup unik, yang menglami pergeseran nilai dan
acuan pragmatis, yang ditandai dengan kebebasan penempatan dan pemilihan leksikal dalam
tuturan.

Analisis Keseluruhan
Dari ketiga jurnal/artikel penelitian di atas, kita dapat membaginya dalam beberapa
bagian sebagai berikut.

1. Keselarasan Tema
Ketiga penelitian di atas memiliki satu garis besar yang sama dalam tema. Gejala
pergeseran dan akulturasi bahasa menjadi tema besar yang diangkat oleh ketiga
peneliti di atas. Fokus dari ketiga penelitian di atas adalah gejala bahas ayang
dihasilkan dari tuturan-tuturan masyarakat sebagai sumber data. Hanya penelitian
kedau yang mempunyai titik bahasan lebih kecil, yaitu pada tataran keluarga.
Selebihnya, ketiga peneliti tetap memakai tema yang sama.

2. Penggunaan Teori
Pada penelitian pertama, peneliti menggunakan analisa dialektometri, yang mana itu
merupakan ukuran statistik yang digunakan untuk melihat berapa jauh perbedaan dan
persamaan yang terdapat pada tempat-tempat yang diteliti dengan membandingkan
sejumlah bahan yang terkumpul. Sedangkan dalam penelitian kedua dan ketiga, teori
yng digunakan oleh kedua peneliti adalah teori yang sama, yaitu teori sosiolinguistik
yang berfokus pada pergeseran bahasa.

3. Hasil yang Dipaparkan


Meskipun ada perbedaan ketiga peneliti dalam menggunakan teori, hasil yang
dipaparkan ketiga peneliti cenderung sama secara substansial. Meskipun pada
penelitian pertama peneliti menggunakan teroi dialektometri, hasil yang dipaparkan
(pergeseran bahasa) cenderung sama dengan kedua penelitian lainnya. Gejala
pergeseran bahasa yang dipaparkan oleh ketiga peneliti tetap konkret dan sesuai
dengan yang terjadi di lapangan.

Anda mungkin juga menyukai