Anda di halaman 1dari 2

ASPEK MORALITAS DAN NILAI BUDAYA CERITA

ASAL-USUL GIRI KEDATON


Firma Firdausi
160212602236
Firmafirdha@gmail.com

Tujuan penelitian ini yaitu untuk mendeskripsikan aspek moralitas dan nilai budaya cerita
asal usul Giri kedaton. Penelitian ini didesain secara deskriptif yang bertujuan untuk
mendeskripsikan data-data yang ada sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah aspek moralitas dan nilai budaya cerita asal usul Giri
kedaton.

Sinopsis

Legenda tentang Sunan Giri yang bernama muda Raden Paku, sangat terkenal di
kalangan masyarakat Gresik dan masyarakat desa Giri pada khususnya. Legenda ini
merupakan suatu bentuk gambaran sejarah mengenai Sunan Giri mulai dari masa kecil hingga
akhir hidupnya. Legenda yang berkembang pada masyarakat Gresik pada umumnya dimulai
dengan penjelasan bahwa ketika masih bayi Sunan Giri dimasukkan ke dalam peti dan
dilempar ke laut, sampai diselamatkan nakhoda kapal dagang milik Nyai Ageng Pinatih yang
merupakan saudagar wanita yang ternama di kalangan kaum pedagang di laut Jawa. Bayi itu
dilahirkan oleh Dewi Sekardadu, putri raja Menak Sembuyu dari kerajaan Blambangan yang
pernah disembuhkan Maulana Ishak, yang kemudian jadi suaminya, dari suatu penyakit.
Dewi Sekardadu akhirnya memeluk agama Islam atas bimbingan Maulana Ishak, meskipun
raja Blambangan itu sendiri tak berhasil dibawanya masuk Islam. Itulah sebabnya ia
meninggalkan Blambangan, yang lantas kejangkitan wabah penyakit, dan rakyat menuduh
kandungan Dewi Sekardadu sebagai penyebabnya. Bayi itu lantas dilarung ke laut lepas. Nyai
Ageng Pinatih yang memelihara bayi itu disebut sebagai janda patih Samboja, patih
Blambangan, dan tentunya janda pedagang ini Islam, karena menyekolahkan anak angkatnya
ini kepada orang suci dari Ngampel Denta.
Menurut tradisi tulis, Babad Gresik, disebutkan bahwa sebelum lahirnya Kerajaan
Giri Kedaton pada tahun 1487 M, Gresik dibawa kekuasaan Majapahit pada zamannya.
Pendiri Kerajaan Giri Kedaton adalah Joko Samudro atau Raden Paku atau Sunan Giri
bergelar Prabu Satmoto atau Sultan Ainul Yakin. Beliau adalah putra dari Maulana Ishak
dengan seorang putri Blambangan bernama Dewi Sekardadu. Dewi Sekardadu dihadiahkan
oleh ayahnya kepada Maulana Ishak karena beliau berhasil menyembuhkan putri ini dari
sakitnya. Sesuai dengan pola umum dalam penulisan babad, nampaknya ditunjukkan
kesinambungan asal usul dari seorang pemimpin, sehingga diharapkan ia akan memperoleh
pengakuan dari masyarakat. Tampilnya Sunan Giri sebagai pemimpin sekaligus raja pertama
Giri Kedaton tidak lepas dari situasi politik Kerajaan Majapahit yang sedang mengalami
disintegrasi, setidaknya pada sekitar tahun 1478 M. Namun situasi itu diliputi oleh mitos dan
legenda, sehingga memerlukan interpretasi tersendiri. Bagi pengetahuan sejarah yang paling
penting adalah bahwa peristiwa itu secara kasar dijadikan sebagai pemisah antara zaman
kuno dengan zaman baru dalam sejarah Indonesia.
Menurut Babad Gresik bahwa sebelum Sunan Giri menobatkan diri menjadi Raja Giri
Kedaton bergelar Prabu Satmoto dengan disaksikan oleh para wali pada zamannya, beliau
mendirikan kedaton (istana) tujuh tingkat (tundha pitu) disebuah bukit, yang kemudian
dikenal dengan Giri Kedaton. Pembangunan kedaton berlangsung pada tahun 1408
Saka/1486 M, mendapat gelar Prabu Satmoto pada tahun 1409 Saka/1487 M, kemudian
beliau meninggal pada tahun 1428 Saka/1506 M, dimakamkan di Giri Gajah. Pemerintahan
Giri kemudian dilanjutkan oleh ahli warisnya yang sering disebut Sunan Dalem.

Jenis Sastra: Folkfore murni lisan (Cerita Prosa)

Akan dibedah: Aspek Moralitas dan Nilai Budaya

Anda mungkin juga menyukai