Anda di halaman 1dari 10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Asuhan Masa Nifas Pada Ibu Nifas (Post Partum)

1. Pengertian Masa Nifas (Puerperium)

Menurut Rukiyah (2011) dalam Prawirohardjo (2002) masa nifas

(puerperium) adalah dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat

kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung kira-

kira enam minggu.

Puerperium adalah masa dari kelahiran plasenta dan selaput janin

(menandakan akhir periode intrapartum) hingga kembalinya reproduksi wanita

pada kondisi tidak hamil (Varney, 2007).

Wanita yang melalui periode puerperium disebut puerpura. Batasan waktu

nifas yang paling singkat tidak ada batas waktunya, bahkan bisa jadi dalam waktu

yang relatif pendek darah sudah keluar, sedangkan batasan maksimumnya adalah

40 hari. Jadi masa nifas adalah masa setelah keluarnya plasenta sampai alat-alat

reproduksi pulih seperti sebelum hamil dan secara normal masa nifas

berlangsung selama 6 minggu atau 40 hari (Ambarwati, 2008).

2. Tujuan Asuhan Masa Nifas

Menurut Rukiyah (2011) dalam Saifuddin (2006) selama bidan memberikan

asuhan sebaiknya bidan mengetahui apa tujuan dari pemberian asuhan pada ibu

nifas. Tujuan diberikannya asuhan pada ibu selama masa nifas antara lain untuk :

a. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya baik secara fisik maupun psikologis

dimana dalam asuhan pada masa ini peranan keluarga sangat penting, dengan
pemberian nutrisi, dukungan psikologi maka kesehatan ibu dan bayi selalu

terjaga.

b. Melaksanakan skrining yang komprehensif (menyeluruh) dimana bidan harus

melakukan manajemen asuhan kebidanan pada ibu nifas secara sistematis

yaitu mulai pengkajian data subjektif, objektif maupun penunjang.

c. Setelah bidan melaksanakan pengkajian data maka bidan harus menganalisa

data tersebut sehingga tujuan asuhan masa nifas ini dapat mendeteksi masalah

yang terjadi pada ibu dan bayi.

d. Mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya,

yakni setelah masalah ditemukan maka bidan dapat langsung masuk ke

langkah berikutnya sehingga tujuan diatas dapat dilaksanakan.

e. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi,

keluarga berencana, menyusui, pemberian imunisasi kepada bayinya dan

perawatan bayi sehat.

3. Peran dan Tanggung Jawab Bidan Dalam Masa Nifas

Menurut Rukiyah (2011) setelah proses persalinan selesai bukan berarti tugas

dan tanggung jawab seorang bidan terhenti, karena asuhan kepada ibu harus

dilakukan secara komprehensif dan terus menerus, artinya selama masa kurun

reproduksi seorang wanita harus mendapatkan asuhan yang berkualitas dan

standar, salah satu asuhan berkesinambungan adalah asuhan ibu selama masa

nifas, bidan mempunyai peran dan tanggung jawab antara lain:

a. Bidan harus tinggal bersama ibu dan bayi dalam beberapa saat untuk

memastikan keduanya dalam kondisi yang stabil.


b. Periksa fundus tiap 15 menit pada jam pertama, 20-30 menit pada jam kedua,

jika kontraksi tidak kuat. Massase Uterus sampai keras karena otot akan

menjepit pembuluh darah sehingga menghentikan perdarahan.

c. Periksa tekanan darah, kandung kemih, nadi, perdarahan tiap 15 menit pada

jam pertama dan tiap 30 menit pada jam kedua.

d. Anjurkan ibu minum untuk mencegah dehidrasi, bersihkan perineum, dan

kenakan pakaian bersih, biarkan ibu istirahat, beri posisi yang nyaman,

dukung program bounding attachman dan ASI eksklusif, ajarkan ibu dan

keluarga untuk memeriksa fundus dan perdarahan, beri konseling tentang gizi,

perawatan payudara, kebersihan diri.

e. Memberikan dukungan secara berkesinambungan selama masa nifas sesuai

dengan kebutuhan ibu untuk mengurangi ketegangan fisik dan psikologis

selama masa nifas.

f. Sebagai promotor hubungan antara ibu dan bayi serta keluarga.

g. Mendorong ibu untuk menyusui bayinya dengan meningkatkan rasa nyaman.

h. Membuat kebijakan, perencana program kesehatan yang berkaitan ibu dan

anak dan mampu melakukan kegiatan administrasi.

i. Mendeteksi komplikasi dan perlunya rujukan.

j. Memberikan konseling untuk ibu dan keluarganya mengenai cara mencegah

perdarahan, mengenali tanda-tanda bhaya, menjaga gizi yang baik, serta

mempraktekkan kebersihan yang aman.

k. Melakukan manajemen asuhan dengan cara mengumpulkan data, menetapkan

diagnose dan rencana tindakan serta melaksanakannya untuk mempercepat

proses pemulihan, mencegah komplikasi dengan memenuhi kebutuhan ibu dan

bayi selama periode nifas.


l. Memberikan asuhan secara professional.

B. Kebijakan Program Nasional Nifas

Seorang bidan pada saat memberikan asuhan kepada ibu dalam masa nifas, ada

beberapa hal yang harus dilakukan, akan tetapi pemberian asuhan kebidanan pada

ibu masa nifas tergantung dari kondisi ibu sesuai dengan tahapan

perkembangannya antara lain (Saleha, 2009).

Menurut kebijakan pemerintah sesuai dengan buku KIA 2020, Perawatan ibu

nifas mulai 6 jam sampai 42 hari pasca bersalin oleh tenaga kesehatan minimal 4

kali kunjungan nifas).

1) Kunjungan Pertama: 6 jam- 2 hari setelah persalinan

2) Kunjungan Kedua: 3 - 7 hari setelah persalinan

3) Kunjungan Ketiga: 8 – 28 hari setelah persalinan

4) Kunjungan Keempat 29-42 hari setelah persalinan

C. Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas Sesuai Buku KIA 2020

1) Kunjungan Pertama (6 jam- 2 hari setelah persalinan) dan Kunjungan Kedua

(3 - 7 hari setelah persalinan )

Pelayanan kesehatan ibu nifas pada kunjungan pertama dan kedua sama

sesuai dengan buku KIA 2020 yaitu sebagai berikut :

a. Menanyakan kondisi ibu nifas secara umum

b. Pengukuran tekanan darah, suhu tubuh, pernapasan, dan nadi

c. Pemeriksaan lokhia dan perdarahan

d. Pemeriksaan kondisi jalan lahir dan tanda infeksi

e. Pemeriksaan kontraksi rahim dan tinggi fundus uteri

f. Pemeriksaan payudara dan anjuran pemberian ASI Eksklusif

g. Pemberian kapsul vitamin A (2 kapsul)

h. Pelayanan kontrasepsi Pasca Persalinan


i. Konseling.

j. Tatalaksana pada ibu nifas sakit atau ibu nifas dengan komplikasi.

k. Memberikan nasihat yaitu:

1. Makan makanan yang beraneka ragam yang mengandung

karbohidrat, protein hewani, protein nabati, sayur, dan buahbuahan.

2. Kebutuhan air minum pada ibu menyusui pada 6 bulan pertama

adalah 14 gelas sehari dan pada 6 bulan kedua adalah 12 gelas sehari.

3. Menjaga kebersihan diri, termasuk kebersihan daerah kemaluan, ganti

pembalut sesering mungkin.

4. Istirahat cukup, saat bayi tidur ibu istirahat

5. Melakukan aktivitas fisik pasca melahirkan dengan intensitas ringan

sampai sedang selama 30 menit, frekuensi 3 - 5 kali dalam seminggu

6. Bagi ibu yang melahirkan dengan cara operasi caesar maka harus

menjaga kebersihan luka bekas operasi. Latihan fisik dapat dilakukan

setelah 3 (tiga) bulan pasca melahirkan.

7. Cara menyusui yang benar dan hanya memberi ASI saja selama 6

bulan.

8. Perawatan bayi yang benar.

9. Jangan membiarkan bayi menangis terlalu lama, karena akan

membuat bayi stress.

10. Lakukan stimulasi komunikasi dengan bayi sedini mungkin bersama

suami dan keluarga.

11. Untuk berkonsultasi kepada tenaga kesehatan untuk pelayanan KB

setelah persalinan.

2. Kunjungan Ketiga (8 – 28 hari setelah persalinan) dan Kunjungan Keempat (29-

42 hari setelah persalinan)

Pelayanan kesehatan ibu nifas pada kunjungan ketiga dan keempat sama sesuai
dengan buku KIA 2020, yang membedakan pada kunjungan pertama dan kedua

yaitu pemberian kapsul Vitamin A pada kunjungan pertama dan kedua,

pelayanan kunjungan ketiga dan kunjungan keempat yaitu sebagai berikut :

a. Menanyakan kondisi ibu nifas secara umum

b. Pengukuran tekanan darah, suhu tubuh, pernapasan, dan nadi

c. Pemeriksaan lokhia dan perdarahan

d. Pemeriksaan kondisi jalan lahir dan tanda infeksi

e. Pemeriksaan kontraksi rahim dan tinggi fundus uteri

f. Pemeriksaan payudara dan anjuran pemberian ASI Eksklusif

g. Pelayanan kontrasepsi Pasca Persalinan

h. Konseling.

i. Tatalaksana pada ibu nifas sakit atau ibu nifas dengan komplikasi.

j. Memberikan nasihat yaitu:

1. Makan makanan yang beraneka ragam yang mengandung

karbohidrat, protein hewani, protein nabati, sayur, dan buahbuahan.

2. Kebutuhan air minum pada ibu menyusui pada 6 bulan pertama

adalah 14 gelas sehari dan pada 6 bulan kedua adalah 12 gelas sehari.

3. Menjaga kebersihan diri, termasuk kebersihan daerah kemaluan, ganti

pembalut sesering mungkin.

4. Istirahat cukup, saat bayi tidur ibu istirahat.

5. Melakukan aktivitas fisik pasca melahirkan dengan intensitas ringan

sampai sedang selama 30 menit, frekuensi 3 - 5 kali dalam seminggu

6. Bagi ibu yang melahirkan dengan cara operasi caesar maka harus

menjaga kebersihan luka bekas operasi. Latihan fisik dapat dilakukan

setelah 3 (tiga) bulan pasca melahirkan.

7. Cara menyusui yang benar dan hanya memberi ASI saja selama 6

bulan.
8. Perawatan bayi yang benar.

9. Jangan membiarkan bayi menangis terlalu lama, karena akan

membuat bayi stress.

10. Lakukan stimulasi komunikasi dengan bayi sedini mungkin bersama

suami dan keluarga.

11. Untuk berkonsultasi kepada tenaga kesehatan untuk pelayanan KB

setelah persalinan.

D. Fokus Kunjungan Nifas Keempat

Menurut kebijakan pemerintah bahwa kunjungan nifas keempat (6 minggu pasca

persalinan) salah satunya yaitu pemberian konseling KB secara dini dan salah

satu kebutuhan dasar ibu pada masa nifas yaitu KB pada ibu menyusui.

Pemilihan kontrasepsi harus sudah dipertimbangkan pada masa nifas. Apalagi

hendak memakai kontrasepsi yang mengandung hormon, harus menggunakan

obat yang tidak mengganggu produksi ASI. (Anggraini, 2010; h. 62).

Evaluasi yang perlu dilakukan bidan dalam memberi asuhan kepada ibu nifas dan

rencana ber-KB, antara lain Ibu mengetahui pengertian KB dan manfaatnya, Ibu

dapat menyebutkan macam-macam metode kontrasepsi untuk ibu menyusui, Ibu

dapat menyebutkan beberapa keuntungan pemakaian alat kontrasepsi, Ibu dapat

memilih/ menentukan metode kontrasepsi yang dirasa cocok bagi dirinya.

(Bahiyatun, 2009; h. 85)

1) KB Pasca Persalinan

KB Paska Persalinan adalah pemanfaatan atau penggunaan alat kontrasepsi

langsung sesudah melahirkan sampai 6 minggu/42 hari sesudah melahirkan.

Prinsip pemilihan metode kontrasepsi yang digunakan tidak mengganggu

produksi ASI dan sesuai dengan kondisi ibu.

2) Pentingnya KB Pasca Persalinan :


a. Mengatur jarak dan mencegah kehamilan agar tidak terlalu dekat

(minimal 2 tahun setelah melahirkan. Mengatur jumlah anak agar ibu

tidak terlalu sering melahirkan (sebaiknya tidak lebih dari tiga)

b. Mencegah kehamilan yang tidak diinginkan

c. Menjaga dan meningkatkan kesehatan ibu, bayi dan balita.

d. Ibu memiliki waktu dan perhatian yang cukup untuk dirinya sendiri, anak

dan keluarga

3) Metode Kontrasepsi

a. Metode kontrasepsi jangka panjang:

1. Metode Operasi Wanita (MOW) dan Metode Operasi Pria (MOP)

MOW merupakan metode kontrasepsi mantap bagi pasangan yang

ingin membatasi anak. MOW bagi ibu bersalin dengan persalinan

normal, dilakukan dengan bantuan laparoskop. MOW dapat dilakukan

sebelum 1 minggu pasca persalinan atau diatas 4 (empat) minggu

setelah persalinan. MOW tidak akan menggangu produksi ASI,

sehingga dapat digunakan bagi ibu yang akan menyusui bayinya.

Sedangkan MOP merupakan metode jangka panjang dengan bagi

pasangan yang ingin membatasi anak dan ditujukan bagi peran suami.

2. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)/spiral, jangka waktu

penggunaan bisa sampai 10 tahun.

AKDR merupakan metode pilihan kontrasepsi jangka panjang, AKDR

Cooper T merupakan pilihan metode kontrasepsi non hormonal dan

bekerja secara mekani. AKDR sebaiknya dipasangkan pada peserta

KB sebelum 48 (empat puluh delapan) jam atau diatas 4 (empat)

minggu pasca persalinan. AKDR tidak menggangu produksi ASI,

sehingga dapat digunakan bagi ibu yang akan menyusui bayinya.

3. Implan (alat kontrasepsi bawah kulit), jangka waktu penggunaan 3


tahun.

AKBK/Implan merupakan pilihan metode kontrasepsi jangka panjang.

AKBK/Implan merupakan pilihan metode kontrasepsi hormonal.

AKBK/Implan dapat segera dipasangkan pada ibu sesaat setelah

bersalin. AKBK/Implan tidak menggangu produksi ASI sehingga

dapat digunakan bagi ibu yang akan menyusui bayinya.

b. Non Metode Kontrasepsi Jangka Panjang:

1. Kontrasepsi suntik 3 bulan diberikan setelah 6 minggu

pascapersalinan. Untuk ibu menyusui, tidak disarankan menggunakan

suntikan 1 bulan, karena akan mengganggu produksi ASI

2. Pil KB.

Pil KB adalah metode kontrasepsi jangka pendek, Pil KB merupakan

pilihan metode kontrasepsi yang bersifat hormonal. Pil KB progestin

(mini pil) dapat segera digunakan pada ibu paca bersalin, Pil KB

progestin (mini pil) tidak menggangu produksi ASI sehingga dapat

digunakan bagi ibu yang akan menyusui bayinya dan Pil KB

Kombinasi tidak dapat diberikan pada ibu yang menyusui bayinya,

karena akan mengganggu produksi ASI.

3. Kondom

Kondom adalah metode kontrasepsi jangka pendek. Kondom

digunakan pada pria, kondom apabila digunakan secara baik dan

benar akan sangat efektif sebagai alat kontrasepsi.


DAFTAR PUSTAKA

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2020. Buku KIA Kesehatan Ibu dan Anak.

Jakarta : KEMENKES RI.

Peraturan Kepala Badan Kependudukan Dan Keluarga Berencana Nasional Nomor 24

Tahun 2017 Tentang Pelayanan Keluarga Berencana Pasca Persalinan Dan Pasca

Keguguran.

Sapartinah, T., & Sundari, A. (2020). GAMBARAN KONSELING YANG DIPEROLEH

PADA KUNJUNGAN NIFAS KE-4 DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

ROWOSARI 1 KABUPATEN KENDAL. Midwifery Care Journal, 1(3), 18-22.

Sukma, Febi., dkk. 2017. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta : Fakultas

Kedokteran dan Kesehatan Univeristas Muhammadiyah Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai