Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH PRAKTIKUM

BIOKIMIA KEPERAWATAN

KADAR KOLESTEROL DALAM DARAH

OLEH :

MUHAMMAD FASYA AMINULLAH

1910913210011

KELOMPOK 1

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

BANJARBARU

2019
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sekarang ini masyarakat memiliki kecenderungan tinggi untuk


mengkonsumsi makanan yang praktis dan cepat saji (fast food). Jenis makanan ini
sangat digemari karena kepraktisannya mengingat tingkat kesibukan masyarakat yang
selalu meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini dapat berakibat buruk bagi kesehatan,
ditambah lagi kebiasaan masyarakat yang jarang berolahraga dan tidak menerapkan
pola hidup sehat. Perubahan pola kehidupan yang seperti ini, dapat memicu berbagai
penyakit degeneratif, antara lain jantung koroner dan stroke. Penyakit jantung koroner
dan stroke dapat disebabkan oleh beberapa faktor antara lain kadar glukosa darah,
kolesterol dan asam urat yang tinggi. Penyakit jantung koroner menjadi penyebab
kematian bagi 35 persen warga Indonesia dan di wilayah Asia sudah terjadi 1,8 juta
kasus selama tahun 2014. (Binugraheni & dkk., 2014)

Kolesterol berasal dari bahasa Yunani yaitu chole-(empedu) dan stereo


(padat), dan akhiran-ol kimia untuk alkohol. Poulletier François de la Salle kolesterol
diidentifikasi terlebih dahulu dalam bentuk padat di batu empedu, pada tahun 1769.
Namun itu hanya tahun 1815 yang ahli kimia bernama Eugène Chevreul pondok
"cholesterine". Kolesterol merupakan senyawa lemak yang kompleks. Mayoritas
kolesterol dalam tubuh, yaitu kira-kira 80% dihasilkan dari dalam tubuh (di hati).
Sisanya (20%) diperoleh dari makanan. Banyak orang menganggap semua kolesterol
jahat, padahal kegunaannya juga banyak, di antaranya membuat hormon seks,
membentuk dinding sel dan lain-lain.
Kolesterol adalah suatu molekul lemak di dalam sel dibagi menjadi LDL, HDL,
total kolesterol dan trigliserida. Kolesterol sebenarnya merupakan salah satu komponen
lemak. Seperti kita ketahui, lemak merupakan salah satu zat gizi yang sangat diperlukan
oleh tubuh kita disamping zat gizi lain seperti karbohidrat, protein, vitamin dan mineral.
Lemak merupakan salah satu sumber energi yang memberikan kalori paling tinggi.
Disamping sebagai salah satu sumber energi, sebenarnya lemak atau khususnya
kolesterol memang merupakan zat yang sangat dibutuhkan oleh tubuh kita terutama
untuk membentuk dinding sel-sel dalam tubuh. Kolesterol juga merupakan bahan dasar
pembentukan hormon-hormon steroid. Kolesterol yang kita butuhkan tersebut, secara
normal diproduksi sendiri oleh tubuh dalam jumlah yang tepat. Tetapi ia bisa meningkat
jumlahnya karena asupan makanan yang berasal dari lemak hewani, telur dan yang
disebut sebagai makanan sampah (junkfood). Kolesterol dalam tubuh yang berlebihan
akan tertimbun di dalam dinding pembuluh darah dan menimbulkan suatu kondisi yang
disebut aterosklerosis yaitu penyempitan atau pengerasan pembuluh darah. Kondisi ini
merupakan cikal bakal terjadinya penyakit jantung dan stroke.

Dari hati, kolesterol diangkut oleh lipoprotein yang bernama LDL (Low
Density Lipoprotein) untuk dibawa ke sel-sel tubuh yang memerlukan, termasuk ke
sel otot jantung, otak dan lain-lain agar dapat berfungsi sebagaimana mestinya.
Kelebihan kolesterol akan diangkut kembali oleh lipoprotein yang disebut HDL (High
Density Lipoprotein) untuk dibawa kembali ke hati yang selanjutnya akan diuraikan
lalu dibuang ke dalam kandung empedu sebagai asam (cairan) empedu. LDL
mengandung lebih banyak lemak daripada HDL sehingga ia akan mengambang di
dalam darah. Protein utama yang membentuk LDL adalah Apo-B (apolipoprotein-B).
LDL dianggap sebagai lemak yang "jahat" karena dapat menyebabkan penempelan
kolesterol di dinding pembuluh darah. Sebaliknya, HDL disebut sebagai lemak yang
"baik" karena dalam operasinya ia membersihkan kelebihan kolesterol dari dinding
pembuluh darah dengan mengangkutnya kembali ke hati. Protein utama yang
membentuk HDL adalah Apo-A (apolipoprotein). HDL ini mempunyai kandungan
lemak lebih sedikit dan mempunyai kepadatan tinggi sehingga lebih berat.
Kolesterol merupakan suatu zat berlilin yang terdapat pada seluruh sel tubuh.
Faktanya, kolesterol adalah zat yang dibutuhkan tubuh untuk menghasilkan hormon,
vitamin D dan produk penting lainnya. Secara alami, zat ini terbentuk di dalam organ
Kolesterol akan berpindah melalui aliran darah dalam bentuk kecil dengan mengikat
protein, maka itu disebut dengan lipoprotein. Ada 2 tipe lipoprotein, yaitu low-density
lipoproteins (LDL) dan high-density lipoproteins (HDL). Kolesterol LDL dikenal sebagai
kolesterol jahat, karena jika kadar kolesterol ini tinggi dapat menyebabkan penumpukan
lemak di dalam pembuluh darah. Sementara itu, kolesterol HDL biasanya dianggap
kolesterol baik karena membawa lemak dari bagian tubuh kembali ke hati. Jadi kolesterol
baik ini akan ‘membersihkan’ semua lemak-lemak yang biasanya tertinggal di dalam
pembuluh darah dan organ, agar selanjutnya dapat diolah oleh hati.

Kolesterol adalah molekul prekursor penting bagi sintesis Vitamin D dan


hormon-hormon steroid, termasuk kortisol hormon kelenjar adrenal dan aldosteron
serta hormon seks progesteron, estrogen, dan testosteron, dan turunannya. Kolesterol
dalam tubuh dapat menyebabkan berbagai penyakit. Kolesterol yang tinggi tidak
hanya dialami oleh orang yang bertubuh gemuk, tapi orang yang kurus tidak berarti
kolesterolnya rendah. Ini juga dapat menimpa orang-orang yang masih muda.
Berbagai kalangan umur, harus berusaha menjalani pola hidup yang sehat agar dapat
menjaga kolesterol dalam darahnya tetap normal. Kolesterol yang amat sangat kurang
juga dapat menyebabkan penyakit kanker karena adanya obat penurunan kolesterol
berlebihan tanpa diimbangi dengan mengatur pola makan yang sehat. Sebenarnya
yang lebih penting bukan obatnya untuk apakah fungsi obat namun perbanyaklah cara
dan gaya hidup sehat itu sendiri.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari kolesterol ?
2. Apa saja faktor yang menyebabkan adanya kolesterol dalam darah ?
3. Apa saja penyakit yang ditimbulkan dengan adanya kolesterol dalam darah ?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari kolesterol
2. Mengetahui faktor yang mempengaruhi adanya kolesterol dalam darah
3. Mengetahui penyakit yang ditimbulkan dengan adanya kolesterol dalam darah
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengetian Kolesterol

Kolesterol merupakan komponen utama sel otak dan saraf, serta merupakan
bahan pembentuk sejumlah senyawa penting dalam tubuh. Intensitas akivitas seseorang
berpengaruh terhadap kadar kolesterol dalam tubuh. Kurangnya aktivitas fisik merupakan
salah satu faktor risiko penumpukan lipid dalam tubuh sehingga yang dapat
menyebabkan gangguan pada jantung dan pembuluh darah (Waani & dkk., 2016).

Kolesterol adalah lipid yang sangat penting bagi homeostasis sel. Di antara
fungsi-fungsi lainnya, sangat penting untuk struktur dan perawatan membran
untukmembutuhkanblok bangunan untuk sintesis hormon dan darah putih. Sekitar 80-
90% kolesterol bebas (mis. Kolesterol yang belum diesterifikasi) berada di membran
plasma, yang terutama merupakan liputan membran resisten deterjen. Kolesterol
membran mengisi tiga kelompok yang dapat dibedakan, sambil memastikan morfologi
membran. Satu kelompok kolesterol yang relatif konstan sangat penting untuk integritas
membran, sementara dua lainnya fleksibel dalam proporsinya: kolesterol diasingkan
dengan sphingomyelin atau dapat diakses dari dan ke endoplasmicreticulum (ER).
Kelompok terakhir juga dapat diakses oleh kolesterol oksidase dan Perfringolysin O.
Kolesterol diperkaya di daerah dengan peningkatan kekakuan dan ketertiban membran.
Komponen struktural ini dapat mempengaruhi kapasitas transfer kolesterol. Masih
diperdebatkan bagaimana kolesterol didistribusikan antara selebaran dalam dan luar;
sebagian besar penelitian mendukung gagasan bahwa kolesterol lebih banyak terdapat
dalam leaflet sitoplasma daripada pada leaflet exofacial (untuk ulasan lihat referensi dan
komentar). Lipid bilayers (SLBs) yang didukung banyak digunakan sebagai mode sistem
untuk membran biologis ini dan telah digunakan sebelumnya untuk mempelajari adsorpsi
lipoprotein dan transfer fosfolipid. Secara bersama-sama, kolesterol seluler
didistribusikan di lokasi yang tidak seragam di antara kompartemen dan membran sel
sehingga kadar kolesterol di bawah kontrol ketat baik melalui sintesis
kolesterol de novo atau pengambilan kolesterol. Kolesterol mengubah antara sel dan
cairan tubuh seperti darah, empedu dan minuman keras.Sangat penting bagi
organisme yang lebih tinggi dan oleh karena itu sel-sel telah mengembangkan set
mekanisme transfer transfer adivergent. Pada umumnya, partikel lipoprotein
memainkan peran sentral dalam transportasi kolesterol dan pertukaran pada mamalia
(Axmann & dkk., 2019).

Kolesterol adalah suatu zat lemak yang beredar di dalam yang di produksi
oleh hati dan sangat diperlukan oleh tubuh. Kolesterol yang berlebihan dalam darah
akan menimbulkan masalah terutama pada pembuluh darah jantung dan otak. Darah
mengandung kolesterol, dimana 80% kolesterol darah tersebut diproduksi oleh tubuh
sendiri dan hanya 20% yang berasal dari makanan. Kolesterol yang diproduksi terdiri
atas 2 jenis yaitu kolesterol HDL (High Density Lipoprotein) dan kolesterol LDL
(Low Density Lipoprotein) (Malaeny & dkk., 2017).

Kolesterol merupakan komponen struktural esensial yang membentuk


membran sel dan lapisan eksterna lipoprotein plasma. Meningkatnya kolesterol total
selalu disertai dengan peningkatan kolesterol LDL terutama pada pasien hipertensi.
Penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan kolesterol total dengan kadar
kolesterol LDL pada pasien hipertensi (Hanggrain & dkk, 2018).

LDL (low density lipoprotein) mengangkut sebagian besar kolesterol darah


dari hati yang memiliki reseptor-reseptor LDL ke jaringan. Target kadar LDL pada
individu yang beresiko tinggi mengalami kejadian kardiovaskular ditetapkan lebih
rendah dari pada kadar untuk individu beresiko rendah. Sebagai contoh, panduan
terkini dari US menyatakan bahwa LDL harus kurang dari 160 mg/dL (4,1 mmol/L)
untuk individu dengan kategori resiko rendah, sementara itu untuk pasien beresiko
tinggi kadar LDL harus kurang dari 100 mg/dL (2,6 mmol/L), dengan pertimbangan
yang diberikan untuk target kurang dari 70mg/dL (1,8 mmol/L). Bukti kuat
menunjukkan bahwa mengurangi kolesterol total dan LDL dapat mencegah penyakit
kardiovaskuler (Hanggrain & dkk, 2018).
HDL adalah partikel yang tersusun atas lapisan fosfolipid yang mengelilingi
inti kolesterol yang teresterifikasi. Sebagian besar HDL dalam plasma berbentuk
bulat, dalam kisaran ukuran yang mengakomodasi variasi substansial dalam kadar
kolesterolnya. Semakin besar partikel HDL, semakin banyak ester kolesterol yang
dimilikinya. Sekitar 10% HDL bersifat diskoid, memiliki ester kolesterol dalam
jumlah minimal. HDL memiliki protein di permukaannya yang menjalankan berbagai
fungsi biologis. Protein utama pada HDL adalah apoA1 yang memberikan stabilitas
struktural pada partikel dan menstimulasi penghabisan kolesterol dari sel ke HDL,
memperbesar partikel. Molekul protein selain apoA1 dapat memengaruhi ukuran dan
bentuk HDL.18–23. Akhirnya, fosfolipid dalam lapisan HDL memiliki aktivitas
biologis yang bisa kuat.24,25 Secara keseluruhan, HDL adalah sistem luas partikel
yang heterogen dalam ukuran, bentuk, dan jumlah kolesterol dan dalam jenis protein
dan fosfolipid. HDL melakukan beragam fungsi, yang berhubungan dengan
aterosklerosis tetapi juga memiliki tindakan biologis lainnya, seperti hemostasis,
peradangan, antioksidan, dan kekebalan bawaan (Sacks & dkk., 2018).

Makanan yang dikonsumsi akan mengalami proses metabolisme dan


menghasilkan adenosin triphosphate (ATP). ATP ini merupakan energi untuk
melakukan aktivitas fisik. Pembentukan ATP ini disesuaikan dengan kebutuhan,
sehingga tidak semua makanan yang dikonsumsi akan diubah langsung menjadi ATP
melainkan ada yang disimpan dalam bentuk kolesterol. Semakin banyak aktivitas
fisik yang dilakukan maka akan semakin banyak kebutuhan ATP dan akan
menyebabkan sedikitnya pembentukan kolesterol total dan kolesterol Low-Density
Lipoprotein (LDL) serta peningkatan kolesterol High-Density Lipoprotein (HDL)
(Zuhroiyya & dkk, 2017).

2.2 Faktor yang menyebabkan adanya kolesterol dalam darah

Penyakit degeneratif merupakan penyakit kronik sehingga dapat


mempengaruhi kualitas hidup dan produktivitas. Penyakit degeneratif antara lain
hipertensi, penyakit jantung koroner, diabetes mellitus, penyakit sendi. Seiring
bertambahnya usia, maka kejadian penyakit degeneratif cenderung meningkat pula,
dikarenakan dengan bertambahnya usia akan terjadi penurunan fungsi organ tubuh.
Perubahan gaya hidup tidak sehat dapat memicu peningkatan kadar gula darah dan
kolesterol. Hiperglikemia dapat menimbulkan berbagai perubahan pada
kardiovaskuler diataranya berupa kerentanan pembuluh darah, kerentanan darah dan
kerentanan miokard yang nantinya dapat menyebabkan peningkatan resiko untuk
komplikasi kardiovaskuler. Peningkatan kadar kolesterol maupun kadar gula dapat
menyebabkan terjadinya penyakit hipertensi (Kurniati, 2019).

Tingginya kadar kolesterol di dalam darah merupakan permasalahan yang


serius karena merupakan salah satu faktor risiko dari berbagai macam penyakit tidak
menular seperti jantung, stroke, dan diabetes mellitus. Bedasarkan penelitian-
penelitian yang telah dilakukan risiko terjadi- nya ateroklerosis yang merupakan
penyebab PJK akan meningkat apabila kadar kolesterol total di dalam darah melebihi
batas normal.3 Kadar kolesterol yang berlebih dalam darah akan akan mudah melekat
pada dinding sebelah dalam pembuluh darah. LDL yang berlebih melalui proses
oksidasi akan membentuk gumpalan yang jika gumpalan semakin membesar akan
membentuk benjolan yang akan mengakibatkan penyempitan saluran pembuluh
darah. Proses ini biasanya disebut dengan atheroklerosis (Yoeantafara & dkk, 2017).

Banyak faktor penyebab terjadinya peningkatan kolesterol sehingga


menyebabkan obesitas yaitu gaya hidup, pola makan, usia, dan lain-lain.Faktor dominan
adalah pola konsumsi makanan yang mengandung tinggi lemak terutama makanan
bersumber dari hewani serta aktifitas fisik. Penumpukan lemak diperut (Abdominal
Obesity) mempunyai pengaruh pada peningkatan kolesterol8. Prevalensi kegemukan
(IMT >25,0) sebesar 60,6% mengalami peningkatan kolesterol. Penelitian lain juga
menunjukan kolesterol total pada pria akan semakin meningkat dengan peningkatan nilai
IMT. Ini juga didukung oleh hasil studi yang dilakukan di Findlandia yang menunjukkan
hubungan positif antara kadar kolesterol dengan IMT pada pria dan wanita yang berusia
30-59 tahun. Kolesterol umumnya terjadi pada perempuan, dengan kecenderungan
mempunyai kadar kolesterol yang tinggi, sehingga pada perempuan lebih beresiko
mengalami peningkatan kolesterol. Selain itu faktor keturunan turut
mempengaruhi peningkatan kolesterol, sebesar 24,5% peningkatan kolesterol akibat
dari riwayat keluarga yang pernah mengalami kardiovaskular (Al-Rahmad & dkk.,
2016)

2.3 Penyakit yang ditimbulkan dengan adanya kolesterol dalam darah

Perubahan gaya hidup tidak sehat dapat memicu peningkatan kadar gula darah
dan kolesterol. Hiperglikemia dapat menimbulkan berbagai perubahan pada
kardiovaskuler diataranya berupa kerentanan pembuluh darah, kerentanan darah dan
kerentanan miokard yang nantinya dapat menyebabkan peningkatan resiko untuk
komplikasi kardiovaskuler. Peningkatan kadar kolesterol maupun kadar gula dapat
menyebabkan terjadinya penyakit hipertensi (Alimansur & dkk., 2017).

Kenaikan kolesterol darah sangat berhubungan dengan terjadinya penyakit


jantung. Hiperkolesterolemia biasanya terjadi pada orang gemuk atau lanjut usia tetapi
tidak dapat menutup kemungkinan gangguan metabolism ini dapat terjadi pada orang
kurus bahkan usia muda. Pada penyakit ini fungsi dan struktur dari jaringan atau organ
tertentu dapat memburuk dari waktu ke waktu. Penyakit yang termasuk dalam kelompok
ini antara lain penyakit jantukng coroner (PJK) dan kardiovaskuler [2]. Pemeriksaan
kadar kolesterol total menggunakan serum darah seringkali mendapatkan kesulitan
karena volume darah yang tidak mencukupi atau kondisi serum yang lisis akibat
pengambilan yang kurang tepat. Kondisi sampel yang tidak baik tentu akan
mempengaruhi hasil pemeriksaan, oleh karena itu apabila hal itu terjadi, pemeriksaan
kolesterol dapat menggunakan sampel plasma EDTA (Widada & dkk., 2016).

Hiperkolesterol ialah keadaan dimana kadar kolesterol dalam tubuh melebihi


keadaan normal. Hiperkolesterol dapat meningkatkan risiko terkena aterosklerosis,
penyakit jantung koroner, pankreatitis (peradangan pada organ pankreas), diabetes
melitus, gangguan tiroid, penyakit hepar & penyakit ginjal. Faktor penyebab
hiperkolesterol diantaranya, faktor keturunan, konsumsi makanan tinggi lemak, kurang
olahraga dan kebiasaan merokok. Penanganan diperlukan untuk mengendalikan kadar
kolesterol darah sebagai upaya mencegah terjadinya dampak lebih lanjut dari
hiperkolesterol. Therapeutic Lifestyle Changes (TLC) mencakup penurunan asupan
lemak jenuh dan kolesterol, pemilihan bahan makanan yang dapat menurunkan kadar
LDL, penurunan berat badan, dan peningkatan aktivitas fisik yang teratur. Perubahan
gaya hidup sangat dipengaruhi oleh motivasi diri dan lingkungan yang memerlukan
konseling gizi yang baik dan berkelanjutan ( Yani , 2015).

Risiko penyakit kardiovaskular (CVD) pada subjek dengan diabetes tipe 1


(T1D) tetap sangat tinggi, hingga 30 kali lipat lebih tinggi daripada mereka yang tidak
menderita diabetes pada beberapa orang populasi, meskipun banyak kemajuan baru -
baru ini di Indonesia terapi. Selanjutnya, umur dikompromikan oleh 11-13 tahun pada
subjek dengan T1D dibandingkan dengan nondiabetes subyek, dengan CVD sebagai
penyebab utama perbedaan ini. Oleh karena itu, tujuan penting dari perawatan untuk
subjek T1D adalah pencegahan CVD. (Semova & dkk., 2019)

Uji Coba Kontrol dan Komplikasi Diabetes / Epidemiologi Intervensi


Diabetes dan uji coba Komplikasi menunjukkan secara meyakinkan bahwa perawatan
insulin intensif lebih rendah risiko kardiovaskular dan, memang, subjek dengan
kontrol glikemik yang baik menunjukkan profil lipid yang sebanding dengan kontrol.
Namun, sebagian besar subyek T1D tidak mencapai glikemiknya target, dan kontrol
yang buruk dikaitkan dengan tingkat tinggi dislipidemia, termasuk kolesterol total
tinggi (TC), kolesterol lipoprotein densitas rendah (LDL-C), kolesterol non-
highdensitas lipoprotein (HDL), dan apolipoprotein Kadar B.Jadi, obat penurun lipid
bisa menjadi sangat penting. Memang, hingga 30% dari kelebihan kardiovaskular
kematian yang terkait dengan kontrol yang buruk mungkin sekunder kadar kolesterol
tinggi. Inhibitor sintesis kolesterol (obat statin) miliki umumnya ditemukan jauh lebih
efektif dalam lipidlowering daripada inhibitor penyerapan kolesterol (seperti
ezetimibe): dengan demikian, statin mengurangi kadar LDL-C sebesar 32% -38%
pada subyek diabetes nondiabetes dan tipe 2, sedangkan ezetimibe hanya mengurangi
LDL-C sebesar 15% - 19%. Demikian pula, baik orang dewasa maupun remaja
dengan hiperkolesterolemia menunjukkan penurunan LDL-C 35% -50% dengan
statin,tetapi pengurangan 19% – 42% dengan ezetimibe (Semova & dkk., 2019).
Gaya hidup makan tinggi lemak dan rendah serat serta minim olah raga
merupakan gaya hidup yang sering dihubungkan dengan risiko penyakit
kardiovaskuler. Secara fisiologis bahwa hipertensi dapat menyebabkan gagal jantung
melalui beberapa mekanisme, termasuk hipertropi ventrikel kiri. Hipertropi ventrikel
kiri dikaitkan dengan disfungsi ventrikel kiri baik sistolik maupun diastolik dan
meningkatkan risiko terjadinya infark miokard. Pada infark miokard menyebabkan
terjadi ganggunan konduksi dan memudahkan untuk terjadinya aritmia atrial maupun
aritmia ventrikel (Halimuddin & dkk., 2017)
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

A. Kesimpulan
a. Kolestrol adalah suatu molekul lemak di dalam sel dibagi menjadi LDL, HDL,
total kolestrol dan trigliserida. Kolestrol sebenarnya merupakan salah satu
komponen lemak.
b. LDL (low density lipoprotein) mengangkut sebagian besar kolesterol darah
dari hati yang memiliki reseptor-reseptor LDL ke jaringan. Target kadar LDL
pada individu yang beresiko tinggi mengalami kejadian kardiovaskular
ditetapkan lebih rendah dari pada kadar untuk individu beresiko rendah.
c. HDL adalah partikel yang tersusun atas lapisan fosfolipid yang mengelilingi
inti kolesterol yang teresterifikasi. Sebagian besar HDL dalam plasma
berbentuk bulat, dalam kisaran ukuran yang mengakomodasi variasi
substansial dalam kadar kolesterolnya.
d. Perubahan gaya hidup tidak sehat dapat memicu peningkatan kadar gula darah
dan kolesterol.
e. Banyak faktor penyebab terjadinya peningkatan kolesterol sehingga
menyebabkan obesitas yaitu gaya hidup, pola makan, usia, dan lain-
lain.Faktor dominan adalah pola konsumsi makanan yang mengandung tinggi
lemak terutama makanan bersumber dari hewani serta aktifitas fisik
f. Hiperglikemia dapat menimbulkan berbagai perubahan pada kardiovaskuler
diataranya berupa kerentanan pembuluh darah, kerentanan darah dan
kerentanan miokard yang nantinya dapat menyebabkan peningkatan resiko
untuk komplikasi kardiovaskuler.
DAFTAR PUSTAKA

1. Yani , M. (2015). MENGENDALIKAN KADAR KOLESTEROL PADA


HIPERKOLESTEROLEMIA. MENGENDALIKAN KADAR
KOLESTEROL PADA HIPERKOLESTEROLEMIA.
2. Alimansur, M., & dkk. (2017). PENGARUH PENINGKATAN KADAR
KOLESTEROL DAN GLUKOSA DARAH TERHADAP PULSE
PRESSURE PENDERITA HIPERTENSI . PENGARUH
PENINGKATAN KADAR KOLESTEROL DAN GLUKOSA DARAH
TERHADAP PULSE PRESSURE PENDERITA HIPERTENSI .
3. Al-Rahmad, A. H., & dkk. (2016). Faktor Resiko Peningkatan Kolesterol pada
Usia Diatas 30 Tahun di Kota Banda Aceh. Faktor Resiko Peningkatan
Kolesterol pada Usia Diatas 30 Tahun di Kota Banda Aceh.
4. Axmann, M., & dkk. (2019). Cholesterol transfer at the plasma membran.
Cholesterol transfer at the plasma membran.
5. Binugraheni, R., & dkk. (2014). PEMERIKSAAN KIMIA DARAH
(GLUKOSA DARAH, KOLESTEROL DAN ASAM URAT)
MENGGUNAKAN METODE STICK TEST DAN METODE
SPEKTROFOTOMETRI DARI SAMPEL DARAH MASYARAKAT RW 22
KELURAHAN NUSUKAN KECAMATAN BANJARSARI KOTA
SURAKARTA. PEMERIKSAAN KIMIA DARAH (GLUKOSA DARAH,
KOLESTEROL DAN ASAM URAT) MENGGUNAKAN METODE STICK
TEST DAN METODE SPEKTROFOTOMETRI DARI SAMPEL DARAH
MASYARAKAT RW 22 KELURAHAN NUSUKAN KECAMATAN
BANJARSARI KOTA SURAKARTA.
6. Halimuddin, & dkk. (2017). KOLESTEROL TOTAL DAN KLASIFIKASI
KLINIS NEW YORK HEART ASSOCIATION III DAN IV PASIEN
GAGAL JANTUNG KONGESTIF . KOLESTEROL TOTAL DAN
KLASIFIKASI KLINIS NEW YORK HEART ASSOCIATION III DAN IV
PASIEN GAGAL JANTUNG KONGESTIF .
7. Hanggrain, O. S., & dkk. (2018). Hubungan Kadar Kolesterol Total Dengan
Kolesterol LDL Pada Pasien Hipertensi. Hubungan Kadar Kolesterol Total
Dengan Kolesterol LDL Pada Pasien Hipertensi.
8. Kurniati, I. D. (2019). Pemeriksaan Kadar Gula Darah, Kolesterol dan Asam
Urat untuk Masyarakat Desa Kinibalu Barat Kelurahan Jomblang .
Pemeriksaan Kadar Gula Darah, Kolesterol dan Asam Urat
untuk Masyarakat Desa Kinibalu Barat Kelurahan Jomblang .
9. Malaeny, C. S., & dkk. (2017). HUBUNGAN RIWAYAT LAMA
MEROKOK DAN KADAR KOLESTEROL TOTAL DENGAN
KEJADIAN PENYAKIT JANTUNG KORONER DI POLIKLINIK
JANTUNG RSU PANCARAN KASIH GMIM MANADO. HUBUNGAN
RIWAYAT LAMA MEROKOK DAN KADAR KOLESTEROL TOTAL
DENGAN KEJADIAN PENYAKIT JANTUNG KORONER DI POLIKLINIK
JANTUNG RSU PANCARAN KASIH GMIM MANADO.
10. Sacks, F. M., & dkk. (2018). From High-Density Lipoprotein Cholesterol to
Measurements of Function Prospects for the Development of Tests for High-
Density Lipoprotein Functionality in Cardiovascular Disease. From High-
Density Lipoprotein Cholesterol to Measurements of Function Prospects for
the Development of Tests for High-Density Lipoprotein Functionality in
Cardiovascular Disease.
11. Semova, I., & dkk. (2019). Type 1 diabetes is associated with an increase in
cholesterol absorption markers but a decrease in cholesterol synthesis markers
in a young adult population. Type 1 diabetes is associated with an increase in
cholesterol absorption markers but a decrease in cholesterol synthesis
markers in a young adult population.
12. Waani, O. T., & dkk. (2016). Gambaran kadar kolesterol total darah pada
pekerja kantor . Gambaran kadar kolesterol total darah pada pekerja kantor .
13. Widada, S. T., & dkk. (2016). Gambaran Perbedaan Kadar Kolesterol Total
Metode CHOD-PAP (Cholesterol Oxidase – Peroxsidase Aminoantypirin)
Sampel Serum dan Sampel Plasma EDTA . Gambaran Perbedaan Kadar
Kolesterol Total Metode CHOD-PAP (Cholesterol Oxidase – Peroxsidase
Aminoantypirin) Sampel Serum dan Sampel Plasma EDTA .
14. Yoeantafara, A., & dkk. (2017). PENGARUH POLA MAKAN TERHADAP
KADAR KOLESTEROL TOTAL. PENGARUH POLA MAKAN
TERHADAP KADAR KOLESTEROL TOTAL.
15. Zuhroiyya, S. F., & dkk. (2017). Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kadar
Kolesterol Total, Kolesterol LowDensity Lipoprotein, dan Kolesterol High-
Density Lipoprotein pada Masyarakat Jatinangor. Hubungan Aktivitas
Fisik dengan Kadar Kolesterol Total, Kolesterol LowDensity Lipoprotein,
dan Kolesterol High-Density Lipoprotein pada Masyarakat Jatinangor.
16.

Anda mungkin juga menyukai