Anda di halaman 1dari 8

Darah membentuk sekitar 8% dari berat tubuh total dan memiliki volume rerata 5

liter pada wanita dan 5,5 liter pada pria. Darah terdiri dari tiga jenis elemen selular
khusus, eritrosit (sel darah merah), leukosit (sel darah putih), dan trombosit (keping
darah), yang membentuk suspensi dalam cairan kompleks plasma. Eritrosit dan leukosit
adalah sel utuh, sementara trombosit adalah fragmen/potongan sel. Pergerakan darah
yang terus-menerus sewaktu darah mengalir melalui pembuluh darah menyebabkan sel-
sel darah relatif tersebar merata di dalam plasma. Karena lebih dari 99% sel adalah
eritrosit, maka hematokrit, atau pached cell volume, pada dasarnya mencerminkan
persentase eritrosit dalam volume darah total.. Nilai hematokrit rerata pada wanita adalah
42% dan pria sedikit lebih tinggi yaitu 45%. Plasma membentuk volume sisanya. Karena
itu, volume rerata plasma dalam darah adalah 58% untuk wanita dan 55% untuk pria. Sel
darah putih dan trombosit, yang tidak berwarna dan kurang padat dibandingkan tritosit,
termampatkan dalam suatu lapisan tipis berwarna krim yang dinamai "buffy coat”, di atas
kolom sel darah merah, Lapisan ini,membentuk kurang dari 1% volume darah total.
[ CITATION She19 \l 1057 ].

1. Cairan Darah (Plasma Darah)


Bagian cairan dalam darah, yaitu plasma, merupakan suatu larutan luar biasa yang
mengandung banyak sekali ion, molekul anorganik, dan molekul organik yang diangkut
ke berbagai bagian tubuh atau membantu pengangkutan xat lain. Volume plasma normal
adalah sekitar 5% dari berat badan, aatu secara kasar 3500 mL pada seorang pria berbobot
70kg. Plasma menggumpal bila didiamkan, dan tetap bersifat cair jika ditambahkan
antikoagulan. Bila darah lengkap sisa cairannya disebut serum. Serum pada dasarnya
mempunyai komposisi yang sama seperti plasma kecuali bahwa kandungan fibrinogen
dan faktor pembekuan II, V, dan VIII-nya telah dihilangkan dan serum memiliki
kandungan serotonin yang lebih tinggi akibat perombakan trombosit yang terjadi selama
perombakan Plasma darah manusia tersusun atas 90% air dan 10% zat-zat terlarut.
Beberapa zat tersebut antara lain seperti berikut[ CITATION WFG06 \l 1057 ].
a. Zat makanan dan mineral, antara lain glukosa, gliserin, asam amino, asam lemak,
kolesterol, dan garam mineral.
b. Zat hasil produksi dari sel-sel, antara lain enzim, hormon, dan antibodi.
c. Karbon dioksida, oksigen, dan nitrogen.
d. Protein, terdiri atas:
1) Antiheofilik berfungsi dalam pencegahan terjadinya anemia;
2) Tromboplastin berfungsi untuk proses pembekuan darah ketika terluka;
3) Protrombin yang berperan penting dalam proses pembekuan darah;
4) Fibrinogen yang juga berperan penting dalam proses pembekuan darah;
5) Albumin yang berperan menjaga keseimbangan tekanan osmotik darah;
6) Gammaglobulin berguna dalam pembentukan antibodi.

2. Sel Darah Merah (Eritrosit)


Fungsi utama sel darah merah, yang juga dikenal sebagai eritrosit, adalah
mengangkut hemoglobin, yang selanjutnya mengangkut oksigen dari paru ke jaringan.
Pada beberapa hewan tingkat rendah, hemoglobin beredar sebagai protein bebas dalam
plasma dan tidak terkungkung di dalam sel darah merah. Jika hemoglobin terbebas dalam
plasma manusia, kira-kira 3 persen dari hemoglobin tersebut bocor melalui membran
kapiler masuk ke dalam ruang jaringan atau melalui membran glomerulus ginjal masuk ke
dalam filtrat glomerulus setiap kali darah melewati kapiler. Dengan demikian,
hemoglobin harus tetap dalam sel darah merah agar berfungsi secara efektif pada
manusia. Selain mengangkut hemoglobin, sel darah merah juga mempunyai fungsi lain.
Contohnya, sel tersebut mengandung sejumlah besar anhidrase karbonat, suatu enzim
yang mengatalisis reaksi reversibel antara karbon dioksida (CO2) dan air untuk
membentuk asam karbonat (H2CO3) yang dapat meningkatkan kecepatan reaksi ini
beberapa ribu kali lipat. Cepatnya reaksi ini membuat air dalam darah dapat mengangkut
sejumlah besar CO2 dalam bentuk ion bikarbonat (HCO3-) dari jaringan ke paru. Di paru,
ion tersebut diubah kembali menjadi CO2 dan dikeluarkan ke dalam atmosfer sebagai
produk limbah tubuh. Hemoglobin yang terdapat di dalam sel merupakan dapar asam-
basa yang baik (seperti halnya pada kebanyakan protein), sehingga sel darah merah
bertanggung jawab untuk sebagian besar daya dapar asam-basa seluruh darah. Warna sel
darah merah disebabkan karena pigmen merah yang disebut hemoglobin (Hb).
Hemoglobin adalah suatu protein yang terdiri atas hemin dan globin. Hemin mengandung
zat besi (Fe). Hb ini mempunyai daya ikat tinggi terhadap O2. Dalam peredarannya ke
seluruh tubuh, darah diikat oleh Hb yang kemudian diberi nama oksihemoglobin. Selain
mengikat O2, Hb juga dapat mengikat CO2 sisa metabolisme tubuh untuk dibuang ke luar
tubuh melalui organ ekskresi. Hb yang mengangkut CO2 ini disebut
karbominohemoglobin.
Eritrosit dihasilkan pertama kali di dalam kantong kuning telah saat embrio pada
minggu-minggu pertama. Proses pembentukan eritrosit disebut eritropoisis. Setelah
beberapa bulan kemudian, eritrosit terbentuk di dalam hati, limfa, dan kelenjar sumsum
tulang. Produksi eritrosit ini dirangsang oleh hormon eritropoietin. Setelah dewasa
eritrosit dibentuk di sumsum tulang membranosa. Semakin bertambah usia seseorang,
maka produktivitas sumsum tulang semakin turun.
Sel pembentuk eritrosit adalah hemositoblas yaitu sel batang mieloid yang terdapat di
sumsum tulang. Sel ini akan membentuk berbagai jenis leukosit, eritrosit, megakariosit
(pembentuk keping darah). Rata-rata umur sel darah merah kurang lebih 120 hari. Sel-sel
darah merah menjadi rusak dan dihancurkan dalam sistem retikulum endotelium terutama
dalam limfa dan hati. Globin dan hemoglobin dipecah menjadi asam amino untuk digunakan
sebagai protein dalam jaringan-jaringan dan zat besi dalam hem dari hemoglobin dikeluarkan
untuk dibuang dalam pembentukan sel darah merah lagi. Sisa hem dari hemoglobin diubah
menjadi bilirubin (warna kuning empedu) dan biliverdin, yaitu yang berwarna kehijau-
hijauan yang dapat dilihat pada perubahan warna hemoglobin yang rusak pada luka memar.
Pigmen merah pembawa oksigen dalam sel darah merah vertebrata adalah hemoglobin, yakni
suatu protein dengan berat molekul 64.450. Hemoglobin adalah molekul yang berbentuk
bulat dan terdiri atas empat subunit. Tiap-tiap subunit mengandung satu gugus heme yang
terkonjugasi oleh suatu polipeptida. Heme adalah suatu derivat porfirin yang mengandung
besi.Polipeptida-polipeptida itu secara kolektif disebut sebagai bagian globin dari molekul
hemoglobin. Ada dua pasang polipeptidadi setiap molekul hemoglobin. Hemoglobin
mengikat O2 untuk membnetuk oksihemoglobin, O2 yang menempel pada Fe2+ di heme.
Afinitas hemoglobin terhadap O2 dipengarui oleh pH, suhu, dan konsentrasi 2,3-
bifosfogliserat (2,3-BPG) dalam sel darah merah, 2,3-BPG dan H+ berkompetisi dengan O2
untuk berikatan dengan hempoglobin deoksigenasi sehingga afinitas hemoglobin terhadap O2
berkurang dengan bergesernya posisi empat rantai peptida (struktur kuartener). Darah janin
manusia normalnya mengandung hemoglobin janin (hemoglobin F). Hemoglobin janin
normalnya digantikan dengan hemoglobin dewasa segera setelah janin lahir. Pada orang-
orang tertentu, hemoglobin ini tidak hilang dan menetap seumur hidup.[CITATION WFG06 \l
1057 ]

3. Sel Darah Putih (Leukosit)


Leukosit, disebut juga sel darah putih, merupakan unit sistem pertahanan tubuh
yang mobil. Leukosit sebagian dibentuk di sumsum tulang (granulosit dan monosit serta
sedikit limfosit) dan sebagian lagi di jaringan limfe (limfosit dan sel-sel plasma). Setelah
dibentuk, sel-sel ini diangkut dalam darah menuju ke berbagai bagian tubuh yang
membutuhkannya. Manfaat sel darah putih yang sesungguhnya ialah sebagian besar
diangkut secara khusus ke daerah yang terinfeksi dan mengalami peradangan serius,
dengan demikian menyediakan pertahanan yang cepat dan kuat terhadap agen-agen
infeksius. Seperti yang kita lihat nanti, granulosit dan monosit mempunyai kemampuan
khusus untuk "mencari dan merusak" setiap benda asing yang menyerang. Ada enam
macam sel darah putih yang biasa ditemukan dalam darah. Keenam sel tersebut adalah
neutrofil polimorfonuklear, eosinofil polimorfonuklear, basofil polimorfornuklear,
monosit, limfosit, dan kadang sel plasma. Selain itu, terdapat sejumlah besar trombosit,
yang merupakan pecahan dari sel jenis lain yang serupa dengan sel darah putih yang
dijumpai dalam sumsum tulang, yaitu megakariosit. Ketiga tipe pertama sel-sel ini, yaitu
sel-sel polimorfonuklear, seluruhnya mempunyai gambaran granular, dan karena alasan
itu sel-sel tersebut disebut granulosit, atau dalam terminologi klinis disebut "poli", karena
intinya yang multipel. Granulosit dan monosit melindungi tubuh terhadap organisme
penyerang terutama dengan cara memakannya (misalnya, melalui fagositosis). Fungsi
limfosit dan sel-sel plasma terutama berhubungan dengan sistem imun Sel darah putih
mempunyai nukleus dengan bentuk yang bervariasi. Ukurannya berkisar antara 10 nm–25
nm. Fungsi sel darah putih ini adalah untuk melindungi badan dari infeksi penyakit serta
pembentukan antibodi di dalam tubuh.
Jumlah sel darah putih lebih sedikit daripada sel darah merah dengan perbandingan
1:700. Pada tubuh manusia, jumlah sel darah putih berkisar antara 6 ribu–9 ribu
butir/mm3, namun jumlah ini bisa naik atau turun. Faktor penyebab turunnya sel darah
putih, antara lain karena infeksi kuman penyakit. Kondisi sel darah putih yang turun di
bawah normal disebut leukopenia, sedangkan kondisi di mana jumlah sel darah putih naik
di atas jumlah normal disebut leukositosis.
Sel darah putih dibentuk di dalam sumsum tulang, limfe, dan kelenjar limfe. Sel
darah putih terdiri atas agranulosit dan granulosit. Agranulosit bila plasmanya tidak
bergranuler, sedangkan granulosit bila plasmanya bergranuler.[ CITATION Guy06 \l 1057 ].
a. Granulosit (leukosit bergranula)
1) Neutrofil, plasmanya bersifat netral, inti selnya sering kali berjumlah banyak
dengan bentuk bermacam-macam, bersifat fagositosis terhadap eritrosit, kuman
dan jaringan mati.
2) Eosinofil, plasmanya bersifat asam sehingga akan berwarnamerah tua bila ditetesi
eosin, bersifat fagosit dan jumlahnya akan meningkat jika tubuh terkena infeksi.
3) Basofil, plasmanya bersifat basa sehingga akan berwarna biru jika ditetesi larutan
basa, jumlahnya bertambah banyak jika terjadiinfeksi, bersifat fagosit,
mengandung heparin, yaitu zat kimia anti penggumpalan.
b. Agranulosit (leukosit tidak bergranula)
1) Limfosit, tidak dapat bergerak, berinti satu, ukuran ada yang besar dan ada yang
kecil, berfungsi untuk membentuk antibodi.
2) Monosit, dapat bergerak seperti Amoeba, mempunyai inti yang bulat atau bulat
panjang, diproduksi pada jaringan limfa dan bersifat fagosit.

4. Keping-Keping Darah (Trombosit)


Platelet (disebut juga trombosit) berbentuk cakram kecil dengan diameter 1 sampai 4
gm. Trombosit dibentuk di sumsum tulang dan megakariosit, yaitu sel yang sangat besar
dalam susunan hematopoietik dalam sumsum; megakariosit pecah menjadi trombosit kecil,
baik di sumsum tulang atau segera setelah memasuki darah, khususnya ketika memasuki
kapiler. Konsentrasi normal trombosit dalam darah ialah antara 150.000 dan 300.000 per
mikroliter. Trombosit mempunyai banyak ciri khas fungsional sel lengkap, walaupun tidak
mempunyai inti dan tidak dapat bereproduksi. Di dalam sitoplasmanya terdapat faktor-faktor
aktif seperti (1) molekul aktin dan miosin, yang merupakan protein kontraktil sama seperti
yang terdapat dalam sel-sel otot, dan juga protein kontraktil lainnya, yaitu trombostenin, yang
dapat menyebabkan trombosit berkontraksi; (2) sisa-sisa retikulum endoplasma dan aparatus
Golgi yang menyintesis berbagai enzim dan terutama menyimpan sejumlah besar ion
kalsium; (3) mitokondria dan sistem enzim yang mampu membentuk adenosin trifosfat
(ATP) dan adenosit difosfat (ADP); (4) sistem enzim yang menyintesis prostaglandin, yaitu
hormon lokal yang menyebabkan berbagai reaksi pembuluh darah dan reaksi jaringan lokal
lainnya; (5) suatu protein penting yang disebut faktor stabilisasi fibrin, yang akan kita bahas
nanti sehubungan dengan pembekuan darah; dan (6) faktor pertumbuhan (growth factor)
yang menyebabkan penggandaan dan pertumbuhan sel endotel pembuluh darah, sel otot polos
pembuluh darah, dan fibroblas, sehingga menimbulkan pertumbuhan selular yang akhirnya
memperbaiki dinding pembuluh yang rusak [ CITATION Guy06 \l 1057 ].

Di dalam darah terdapat protein (trombin) yang larut dalam plasma darah yang
mengubah fibrinogen menjadi fibrin atau benang-benang. Fibrin ini akan membentuk
anyaman dan terisi keping darah, sehingga mengakibatkan penyumbatan dan akhirnya darah
bisa membeku. Kulit terluka menyebabkan darah keluar dari pembuluh. Trombosit ikut
keluar juga bersama darah kemudian menyentuh permukaan-permukaan kasar dan
menyebabkan trombosit pecah. Trombosit akan mengeluarkan zat (enzim) yang disebut
trombokinase.
Trombokinase akan masuk ke dalam plasma darah dan akan mengubah protrombin
menjadi enzimaktif yang disebut trombin. Perubahan tersebut dipengaruhi ion kalsium
(Ca2+) di dalam plasma darah. Protrombin adalah senyawa protein yang larut dalam darah
yang mengandung globulin. Zat ini merupakan enzim yang belum aktif yang dibentuk oleh
hati. Pembentukannya dibantu oleh vitamin K.
Trombin yang terbentuk akan mengubah fibrinogen menjadi benang-benang fibrin.
Terbentuknya benang-benang fibrin menyebabkan luka akan tertutup sehingga darah tidak
mengalir keluar lagi. Fibrinogen adalah sejenis protein yang larut dalam darah.

Golongan Darah O-A-B


Antigen A dan B—Aglutinogen Dua antigen tipe A dan tipe B terdapat pada
permukaan sel darah merah pada sejumlah besar manusia. Antigen-antigen inilah (yang
disebut juga aglutinogen karena sering kali menyebabkan aglutinasi sel darah) yang
menyebabkan reaksi transfusi. Oleh karena aglutinogen tersebut diturunkan, orang dapat
tidak mempunyai antigen tersebut di dalam selnya, atau hanya mempunyai satu, atau
keduanya. Golongan Darah O-A-B yang Utama. Dalam mentransfusi darah dari orang ke
orang, darah donor dan darah resipien normalnya diklasifikasikan ke dalam empat tipe
golongan darah O-A-B yang utama, seperti yang tampak pada Tabel 35-1, bergantung pada
ada atau tidaknya kedua aglutinogen, yaitu aglutinogen A dan B. Bila tidak terdapat
aglutinogen A ataupun B, darahnya adalah golongan O. Bila hanya terdapat aglutinogen tipe
A, darahnya adalah golongan A. Bila hanya terdapat aglutinogen tipe B, darahnya adalah
golongan B. Dan bila terdapat aglutinogen A dan B, darahnya adalah golongan AB. Dua gen,
salah satunya terdapat di setiap kromosom dan dua kromosom yang berpasangan,
menentukan golongan darah O-A-B. Gengen tersebut dapat mengandung salah satu dari
ketiga antigen, namun hanya satu tipe saja yang terdapat di setiap kromosom dari dua
kromosom: tipe O, tipe A, atau tipe B. Gen tipe O tidak berfungsi atau hampir tidak
berfungsi, sehingga gen tipe ini menghasilkan aglutinogen tipe O yang tidak bermakna pada
sel. Sebaliknya, gen tipe A dan B menghasilkan aglutinogen yang kuat pada sel. Enam
kemungkinan kombinasi dari gen-gen ini yaitu 00, OA, OB, AA, BB, dan AB. Kombinasi
gen-gen ini dikenal sebagai genotip, dan setiap orang memiliki salah satu dari keenam
genotip tersebut.
Bersama dengan sistem golongan darah O-A-B, golongan darah sistem Rh juga
penting dalam mentransfusi darah. Perbedaan utama antara sistem O-A-B dan sistem Rh
adalah sebagai berikut: Pada sistem O-A-B, aglutinin plasma bertanggung jawab atas
timbulnya reaksi transfusi yang terjadi secara spontan, sedangkan pada sistem Rh, reaksi
aglutinin spontan hampir tidak pernah terjadi. Sebagai gantinya, orang mula-mula harus
terpajan secara masif dengan antigen Rh, misalnya melalui transfusi darah yang mengandung
antigen Rh, sebelum terdapat cukup aglutinin untuk menyebabkan reaksi transfusi yang
bermakna. Antigen Rh—Orang dengan "Rh Positif" dan "Rh Negatif". Terdapat enam tipe
antigen Rh yang umum, setiap tipe disebut faktor Rh. Tipe-tipe ini ditandai dengan C, D, E,
c, d, dan e. Orang yang memiliki antigen C tidak mempunyai antigen c, tetapi orang yang
tidak memiliki antigen C selalu mempunyai antigen c. Keadaan ini sama halnya untuk
antigen D-d dan E-e. Oleh karena faktorfaktor ini diturunkan dengan cara tersebut, setiap
orang hanya mempunyai satu dari ketiga pasang antigen tersebut. Tipe antigen D dijumpai
secara luas dalam populasi dan bersifat lebih antigenik daripada antigen Rh lain. Seseorang
yang mempunyai tipe antigen ini dikatakan Rh positif, sedangkan orang yang tidak
mempunyai tipe antigen D dikatakan Rh negatif. Meskipun demikian, perlu diperhatikan
bahwa pada orang-orang dengan Rh-negatif, beberapa antigen Rh lainnya bahkan masih
dapat menimbulkan reaksi transfusi, walaupun reaksi tersebut biasanya jauh lebih ringan.
Kira-kira 85 persen dari seluruh orang kulit putih adalah Rh positif dan 15 persennya Rh
negatif. Pada orang kulit hitam Amerika, persentase Rh-positifnya kira-kira 95 persen,
sedangkan pada orang kulit hitam Afrika, hampir 100 persen[ CITATION Guy06 \l 1057 ].

Kompartmen Cairan Tubuh


Kira-kira 60 % atau sekitar 42 liter pada tubuh manusia dewasa dengan berat rata-rata
70 kilogram berupa cairan, terutama berupa suatu larutan ion dan zat-zat lain di dalam
medium air. Presentase ini dapat berubah, bergantung pada umur, jenis kelamin, dan derajat
obesitas. Seiring dengan pertumbuhan seseorang, persentase total cairan tubuh terhadap berat
badan berangsunr-angsur turun. Hal tersebut adalah sebagian akibat dari penuaan yang
biasanya berhubungan dengan peningkatan persentase lemak tubuh, sehingga mengurangi
persentase cairan dalam tubuh. Karena wanita pada normalnya memiliki lemak lebih banyak
dari pria, wanita memiliki lebih sedikit cairan daripada pria dengan berat badan sebanding.
Semua cairan tubuh didistribusikan terutama di antara dua kompartemen : cairan intrasel dan
cairan ekstrasel. Cairan ekstrasel dibagi menjadi cairan interstisial dan plasma darah. Ada
juga kompartemen cairan lainnya yang kecil yang disebut juga cairan transelular.
Kompartemen ini meliputi cairan sinovia, peritoneum, perikardium, dan intraokular, serta
cairan serebrospinal; cairan-cairan tersebut biasanya dianggap sebagai jenis cairan ekstrasel
khusus, walaupun pada beberapa kasus, komposisinya dapat sangat berbeda dengan
komposisi plasma atau cairan interstisial. Cairan transelular seluruhnya berjumlah sekitar 1
sampai 2 liter.
Hipotonik
Larutan hipotonik adalah suatu larutan dengan konsentrasi zat terlarut lebih rendah
(tekanan osmotik lebih rendah) dari pada yang lain sehingga air bergerak ke dalam
sel. Dengan menempatkan sel dalam lingkungan hipotonik, tekanan osmotik menyebabkan
jaringan mengalirkan air ke dalam sel, sehingga menyebabkan sel pecah dan tidak berfungsi.

Isotonik
Larutan isotonik adalah suatu larutan yang mempunyai konsentrasi zat terlarut yang
sama (tekanan osmotik yang sama) seperti larutan yang lain, sehingga tidak ada pergerakan
air. Larutan isotonik dengan larutan pada sel tidak melibatkan pergerakan jaringan molekul
yang melewati membran biologis tidak sempurna. Larutan – larutan yang tersisa dalam
kesetimbangan osmotik yang berhubungan dengan membran biologis tertentu disebut
isotonik. Ini berbeda dengan larutan – larutan iso-osmotik yang tidak melibatkan pergerakan
jaringan molekul ketika dipisahkan oleh membran semipermeabel. Sebuah larutan yang
mempunyai konsentrasi garam yang sama contohnya sel-sel tubuh yang normal dan darah.
Hal ini juga berbeda dengan larutan hipertonik ataupun larutan hipotonik. Minuman isotonik
dapat di minum untuk menggantikan fluida dan mineral yang digunakan tubuh selama
aktifitas fisik. 
Hipertonik
Larutan hipertonik adalah suatu larutan dengan konsentrasi zat terlarut lebih tinggi
(tekanan osmotik yang lebih tinggi) dari pada yang lain sehingga air bergerak ke luar
sel. Dalam lingkungan hipertonik, tekanan osmotik menyebabkan air mengalir keluar sel. Jika
cukup air dipindahkan dengan cara ini, sitoplasma akan mempunyai konsentrasi air yang
sedikit sehingga sel tidak berfungsi lagi. 

Sistem Buffer Tubuh Manusia


Buffer adalah zat yang dapat mempertahankan pH ketika ditambah sedikit asam/basa
atau ketika diencerkan. Buffer memiliki dua macam : asam lemah dan garamnya atau basa
lemah dan garamnya. Buffer dalam tubuh manusia adalah darah. Jika darah tidak memiliki
buffer maka ketika minum jus jeruk yang kecut, tubuh kita dapat mengalami asidosis ( pH
darah asam ). Buffer dalam darah adalah jenis buffer yang terdiri dari asam lemah dan
garamnya. Asam lemah nya adalah asam karbonat H2CO3 ( asam lemah ) dan garamnya
adalah HCO3-. Buffer tersebut dapat mempertahankan pH darah sekitar 7,35 – 7,45 dengan
reaksi sebagai berikut : H2CO3 + OH- => HCO3- + H2OHCO3- + H+ => H2CO3 Ketika masuk
zat asam dalam tubuh maka yang bertugas menetralisir adalah asam lemah (asam karbonat).
Jika masuk zat basa, yang bertugas menetralisisr adalah garamnya. Ketika masuk zat asam
ketika hal ini terjadi asam karbonatlah yang menjadi pahlawan. Ia akan menghadapi si asam
ini dan bereaksi dengannya. Hasil reaksi ini membuat keadaan kembali netral dan
menghasilkan hasil reaksi berupa garam yang banyak. Garam ini sebagain disimpan dan jika
lebih akan dibuang melalui urin. Jadi kalo banyak makan atau minum yang asam asam, kita
akan banyak menghasilkan urin. Karena asam karbonat bereaksi dengan asam untuk
menetralkan tadi, maka jumlah asam karbonat akan berkurang sehingga kita perlu
memperolehnya dari pernafasan CO2.[ CITATION She19 \l 1057 ].

Derajat Keasaman Larutan (Ph)


Keseimbangan asam basa adalah suat keadaan dimana konsentrasi ion hidrogen yang
diproduksi setara dengan konsentrasi ion hidrogen yang dikeluarkan oleh sel.3 Pada proses
kehidupan keseimbangan asam pada tingkat molecular umumnya berhubungan dengan asam
lemah dan basa lemah, begitu pula pada tingkat konsentrasi ion H+ atau ion OHyang sangat
rendah. Keseimbangan asam basa adalah keseimbangan ion hidrogen. Walaupun produksi
akan terus menghasilkan ion hidrogen dalam jumlah sangat banyak, ternyata konsentrasi ion
hidrogen dipertahankan pada kadar rendah pH 7,4.4 Derajat keasaman (pH) darah manusia
normalnya berkisar antara 7.35 hingga 7.45. Tubuh manusia mampu mempertahan
keseimbangan asam dan basa agar proses metabolisme dan fungsi organ dapat berjalan
optimal.4 Keseimbangan asam basa dalam tubuh manusia diatur oleh dua sistem organ yakni
paru dan ginjal. Paru berperan dalam pelepasan (eksresi CO2) dan ginjal berperan dalam
pelepasan asam.4 Beberapa prinsip yang perlu kita ketahui terlebih dahulu adalah4 : 1. Istilah
asidosis mengacu pada kondisi pH < 7.35 sedangkan alkalosis bila pH > 7.45 2. CO2
(karbondioksida) adalah gas dalam darah yang berperan sebagai komponen asam. CO2 juga
merupakan komponen respiratorik. Nilai normalnya adalah 40 mmHg. 3. HCO3 (bikarbonat)
berperan sebagai komponen basa dan disebut juga sebagai komponen metabolik. Nilai
normalnya adalah 24 mEq/L. 4. Asidosis berarti terjadi peningkatan jumlah komponen asam
atau berkurangnya jumlah komponen basa. 5. Alkalosis berarti terjadi peningkatan jumlah
komponen basa atau berkurangnya jumlah komponen asam. 2.4. Pengaturan Keseimbangan
Asam dan Basa Pengaturan keseimbangan ion hidrogen dalam beberapa hal sama dengan
pengaturan ion-ion lain dalam tubuh.5 Sebagai contoh, untuk mencapai homeostatis. Harus
ada keseimbangan antara asupan atau produksi ion hidrogen 4 dan pembuangan ion hidrogen
dari tubuh. Dan seperti pada ion-ion lain, ginjal memainkan peranan kunci dalam pengaturan-
pengaturan ion hidrogen. Akan tetapi, pengaturan konsentrasi ion hidrogen cairan
ekstraseluler yang tepat melibatkan jauh lebih banyak daripada eliminasi sederhana ion-ion
hidrogen oleh ginjal. Terdapat juga banyak mekanisme penyangga asam basa yang
melibatkan darah, sel-sel, dan paru-paru yang perlu untuk mempertahankan konsentrasi ion
hidrogen normal dalam cairan ekstraseluler dan intraseluler.5 Dalam hal ini berbagai
mekanisme yang turut membantu mengatur konsentrasi ion hidrogen, dengan penekanan
khusus pada kontrol sekresi ion hidrogen ginjal dan reabsorpsi, produksi, dan ekskresi ion –
ion bikarbonat oleh ginjal, yaitu salah satu komponen kunci sistem kontrol asam basa dalam
berbagai cairan tubuh.5 Konsentrasi ion hidrogen dan pH cairan tubuh normal serta
perubahan yang terjadi pada asidosis dan alkalosis. Konsentrasi ion hidrogen darah secara
normal dipertahankan dalam batas ketat suatu nilai normal sekitar 0,00004 mEq/liter ( 40
nEq/liter ).6 Variasi normal hanya sekitar 3 sampai 5 mEq/liter, tetapi dalam kondisi yang
ekstrim, konsentrasi ion hidrogen yang bervariasi dari serendah 10 nEq/liter sampai setinggi
160 nEq/liter tanpa menyebabkan kematian. Karena konsentrasi ion hidrogen normalnya
adalah rendah dan dalam jumlah yang kecil ini tidak praktis, biasanya konsentrasi ion
hidrogen disebutkan dalam skala logaritma, dengan menggunakan satuan pH. pH
berhubungan dengan konsentrasi ion hidrogen.3 pH normal darah arteri adalah 7,4,
sedangkan pH darah vena dan cairan interstetial sekitar 7,35 akibat jumlah ekstra
karbondioksida (CO2) yang dibebaskan dari jaringan untuk membentuk H2CO3. 3 Karena
pH normal darah arteri 7,4 seseorang diperkirakan mengalami asidosis saat pH turun dibawah
nilai ini dan mengalami alkolisis saat pH meningkat diatas 7,4. Batas rendah pH dimana
seseorang dapat hidup lebih dari beberapa jam adalah sekitar 6,8 dan batas atas adalah sekitar
8,0.3 pH intraseluler biasanya sedikit lebih rendah daripada pH plasma karena metabolisme
sel menghasilkan asam, terutama H2CO3. 3 Bergantung pada jenis sel, pH cairan intraseluler
diperkirakan berkisar antara 6,0 dan 7,4. Hipoksia jaringan 5 dan aliran darah yang buruk ke
jaringan dapat menyebabkan pengumpulan asam dan itu dapat menurunkan pH intraseluler.
pH urin dapat berkisar dari 4,5 sampai 8,0 bergantung pada status asam basa cairan
ekstraseluler. Contoh ekstrim dari suatu cairan tubuh yang bersifat asam adalah HCl yang
diekskresikan kedalam lambung oleh oksintik ( sel-sel parietal ) dari mukosa lambung.3

Anda mungkin juga menyukai