Anda di halaman 1dari 18

TEORI BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN

D
I
S
U
S
U
N
Oleh :
Kelompok 3
Novita Indah Sari 1720500010
Mahfuza Iqroma 1720500100
Mardiah Lubis 1720500096
Rika Yunita 1720500114
Ruang: PGMI-3
Dosen Pengampu:
Nashran Azizan, M.Pd.
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
PADANGSIDIMPUAN
2019

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................ i
DAFTAR ISI............................................................................................... ii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar belakang Masalah................................................................ 1
B. Rumusan Masalah......................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan.......................................................................... 2
D. Manfaat Makalah………………………………………………... 2
BAB II. PEMBAHASAN
A. Pengertian Teori Belaja.………………………………………. 3
B. Jenis-Jenis Teori Belajar………………………………………. 4
BAB III. PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................................... 13
B. Saran ………………………………………………………….... 13
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………… 15

2
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, penyusun panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya sehingga penyusun dapat
menyelesaikan makalah “Teori Belajar Dalam Pembelajaran”.
kami menyampaikan banyak terima kasih kepada Ibu Nashran Azizan
selaku dosen pengampu pada mata kuliah Pembelajaran Tematik MI/ SD kelas
rendah yang telah membimbing penulis dalam pembuatan makalah, dan terima
kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini
hingga akhirnya dapat diselesaikan dengan baik dan benar.
Kami menyadari bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan
kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu kami menerima segala saran dan
kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini dan juga
untuk penyusunan makalah yang lebih baik kedepannya. Akhirnya semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi bagi pembaca.

Padangsidimpuan, September 2019

Penulis

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Teori adalah model atau kerangka pikiran yang menjelaskan telah
terbuktinya suatu kebenaran. Manusia membangun teori untuk
menjelaskan, meramalkan, dan menguasai suatu kejadian tertentu. Sering
sekali, teori dipandang sebagai suatu model atas kenyataan. Teori juga
merupakan seperangkat azas-azas yang tertentu tentang kejadian-kejadian
tertentu dalam dunia nyata.
Belajar merupakan perubahan yang relatif permanen dalam
perilaku atau potensi perilaku sebagai hasil dari pengalaman atau latihan
yang diperkuat. Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus
dan respon. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat
menunjukkan perubahan perilakunya. Stimulus merupakan apa saja yang
diberikan guru kepada pelajar, sedangkan respons berupa reaksi atau
tanggapan pelajar terhadap stimulus yang diberikan oleh guru tersebut.
Teori belajar merupakan suatu teori yang di dalamnya terdapat tata
cara pengaplikasian kegiatan belajar mengajar antara guru dan siswa,
perancangan metode pembelajaran yang akan dilaksanakan di kelas
maupun di luar kelas. Ada beberapa jenis teori belajar yaitu: muhammad
saw, burrhus frederick skinner, jean piaget, taksonomi bloom, jonh dewey,
vygotsky, dan robert m. Gagne.
Teori belajar berguna untuk memudahkan seorang guru dalam
proses belajar menngajar agar membuat siswa lebih memahami pelajaran
sehingga pelajaran itu lebih bermakna dan teori belajar juga merupakan
cara yang dilakukan peserta didik dan guru dalam memperoleh maupun
menyampaikan ilmu pengetahuan melalui proses belajar atau mengajar.
Setiap manusia wajib untuk belajar agar menjadi manusia yang memiliki

4
derajat tertingggi dibandingkan makhluk lainnya, itu sebab timbulnya
perbedaan antara manusia dengan hewan.
Teori belajar juga sangat bermanfaat karena dengan teori belajar,
guru juga lebih mengetahui bagaimana siswanya termasuk bagaimana
perilaku(sikap), pengetahuan, dan keterampilan siswanya dalam belajar.
Sehingga dengan demikian guru dapat mengevaluasi kesaahan-kesalahan
yang terdapat dalam tingkat pemahaman siswa.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan teori belajar?
2. Apa saja jenis-jenis teori belajar?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian dari teori belajar, sehingga cara ini dapat
dipakai dalam proses belajar mengajar
2. Untuk mengetahui jenis-jenis teori belajar, dan apa saja yang ada dan
dipergunakan dalam teori belajar.
D. Manfaat Makalah
1. Guru dapat membedakan teori yang satu dengan yang lain
2. Dan dapat membuat siswa lebih memahami pelajaran.

5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Teori Belajar
Ausbel mengklasifikasikan belajar menjadi dua dimensi yaitu:
dimensi pertama berhubungan dengan bagaimana cara menyajikan
informasi atau materi pelajaran pada peserta didik melalui penerimaan dan
penemuan. Dimensi kedua berhubungan dengan bagaimana peserta didik
dapat mengaitkan atau menghubungkan informasi tersebut pada struktur
kognitif yang sudah ada. Adapun struktur kognitif yang dimaksud adalah
fakta-fakta, konsep-konsep, dan generalisasi-generalisasi yang telah
dipelajari dan diingat oleh peserta didik. Belajar dapat dimaknai sebagai
perubahan tingkah laku yang relatif tetap sebagai hasil dari adanya
peengalaman. Dalam hal ini, tidak termasuk perubahan tingkah laku yang
diakibatkan oleh kecacatan atau kerusakan fisik, penyakit, obat-obatan,
atau perubahan karena proses pematangan.1
Teori belajar merupakan cara yang dilakukan peserta didik dan
guru dalam memperoleh maupun menyampaikan ilmu pengetahuan
melalui proses belajar atau mengajar. Setiap manusia wajib untuk belajar
agar menjadi manusia yang memiliki derajat tertingggi dibandingkan
makhluk lainnya, itu sebab timbulnya perbedaan antara manusia dengan
hewan. Pada dasarnya guru dalam memberikan pengajaran harus berlandas
pada teori belajar, apabila guru mengajar tanpa menggunakan teori belajar
ibarat menyampaikan ilmu seperti berkhayal setinggi langit. Maka dari itu,
mengajar dengan menggunakan teori belajar sangatlah penting agar
mengetahui bagaimana cara membuat peserta didik menyukai guru pada
saat mengajar maupun di luar jam mengajar. Macam-macam grand teori,
yaitu teori behavior, konstruktif, kognitif, human, dan sibernetik.2
Islam sebagai agama rahmah lil al-‘alamin sangat mewajibkan
umatnya untuk selalu belajar. Bahkan Allah mangawali menurunkan Al-
1
Ade Suhendra, Implementasi Kurikulum 2013 Dalam Pembelajaran SD/MI, (Jakarta:
Kencana,2019),hlm., 163.
2
Maulana Arafat Lubis & Nashran Azizan, Pembelajaran Tematik SD/MI, (Jogjakarta:
Penerbit Samudra Biru, 2019), hlm. 32.

6
Qur’an sebagai pedoman hidup manusia dengan ayat yang memerintahkan
rasul-Nya, Muhammad SAW., untuk membaca dan membaca (iqra’),
iqra’ merupakan salah satu perwujudan dari aktivitas belajar. Dan dalam
arti yang luas, dengan iqra’ pula manusia dapat mengmbangkan
pengetahuan dan memperbaiki kehidupannya. Betapa pentingnya belajar,
karena itu dalam Al-Quran Allah berjanji akan meningkatkan derajat orang
yang belajar daripada yang tidak.3

B. Jenis-jenis Teori Belajar Pada Pembelajaran Tematik MI/SD


Adapun teori-teori belajar yang dapat diterapkan dalam pembelajaran
tematik di SD/MI beserta penjelasannya adalah sebagai berikut:
1. Muhammad SAW
Muhammad SAW lahir di Mekah pada tahun 570 M dari seorang
ayah yang bernama Abdullah dan ibu bernama Aminah. Beliau wafat
di Madinah,Arab Saudi pada tahun 632 M. Muhammad SAW adalah
seorang Nabi ataupun Rasul yang diyakikini oleh kaum muslim, beliau
juga sebagai panutan bagi semua manusia. Lahirnya Muhammad
membawa dampak besar atas perkembangan perilaku manusia yang
dahulunya berada pada zaman jahiliah (kebodohan) atas perilaku
manusia yang tidak mengerti letak suatu kebenaran dan keselahan, dan
saat ini perkembangan zaman melalui pendidikan yang diajarkan
beliau berdampak positif bagi kemajuan agama dan Negara. Beliau
bukan hanya member contoh, tetapi beliau selalu menjadi contoh bagi
semua manusia. Strategi pembelajaran yang dicontohkan nabi
Muhammad SAW, yaitu:
a. Metode keteladanan dan akhlak mulia.
b. Metode pembelajaran secara bertahap.
c. Metode pembelajaran dengan memperhatikan situasi dan kondisi
peserta didik.
d. Metode tamsil.
e. Metode isyrat.
3
Baharuddin & Esa Wahyuni, Teori belajar dan pembelajaran(Yogyakarta: Ar-Ruzz
Media, 2015), hlm. 36.

7
f. Metode diskusi.
g. Metode partisipatoris (proses sosialisasi berfokus pada penanaman
kebiasaan, adat istiadat, dan norma tanpa terpaksa)
h. Metode Tanya jawab.
Metode pembelajaran aktif yang dilakukan nabi Muhammad SAW
yaitu metode pembelajaran praktik secara langsung, pembelajaran
secara gradual, pembelajaran kondisional, dialog, Tanya jawab, serta
diskusi dan dialektika.
a. Pemebelajaran Dengan Praktik Secara Langsung
Dalam ilmu-ilmu pengajaran dan penyampaian membutuhkan
praktik. Nabi Muhammad SAW selalu melakukannya dengan
member contoh langsung, tidak hanya ceramah saja. Melalui
praktek langsung, pengaruhnya lebih besar dan ilustrasinya
menancap lebih kuat di hati dan memori peserta didik. Sebab
peserta didik dapat mengetahui secara langsung, misalnya bukti
dan gerakan yang diajarkan beliau. Sehingga peserta didik dapat
langsung mempraktikkannya dan lebih termotivasi untuk
melakukannya.
b. Pembelajaran Secara Gardual
Diantara metode yang diterapkan oleh nabi Muhammad SAW ialah
sangat memperhatikan skala prioritas, mengajarkannyatidak
langsung sekaligus, berangsur-angsur, sedikit demi sedikit dan
pelan-pelan. Hal ini bertujuan agar lebih mudah dipahami dan
menancap lebih kuat dalam ingatan.
c. Memperhatikan Perbedaan Kemampuan, Gaya Belajar dan Tingkat
Intelegensi Peserta Didik.
Suatu kenyataan bahwa, tidak semua peserta didik memiliki
kemampuan dan tingkat kecerdasan yang sama. Muhammad SAW
menyadari betul hal ini. Beliau sangat memerhatikan perbedaan
individu (indifidual difference). Beliau mengajar setiap individu
sesuai kadar kecerdasannya. Apa yang beliau ajarkan pada sahabat
junior, tidak sama dengan yang beliau ajarkan pada sahabat senior.

8
Untuk menjawab pertanyaan pun beliau tidaak asal menjawab,
tetapi melihat bagaimana kemampuan pemahaman dan tingkat
kecerdasan yang bertanya.
d. Dialog Tanya Jawab
Salah satu yang menonjol dari metode Muhammad SAW dalam
mengajar ialah selalu mengajar dengan cara berdialog dan Tanya
jawab. Dialog sangat membantu untuk membuka kebuntuan otak
dan kebekuan berpikir.
e. Diskusi dan Dialektika
Metode pembelajaran nabi Muhammad SAW bercirikan diskusi
dan dialektika menggunakan perbandingan secara logika dan
pendekatan psikologi. Hal ini digunakan untuk mencabut keraguan dan
kebatilan dari hati seseorang yang beranggapan bahwa hal yang batil
itu bagus. Atau untuk menancapkan sugesti tentang kebenaran itu.
Metode beliau ini sebagai petunjuk bagi para pengajar atau pendidik
untuk menggunakan perbandingan secara logika rasional jika keadaan
menuntut untuk itu.
Nabi Muhammad SAW adalah panutan bagi umat manusia. Setiap
apapun yang beliau lakukan adalah bentuk dari pembelajaran masa
depan yang lebih cerah. Beliau adalah contoh dalam segala hal. Jika
ingin tahu cara transaksi yang baik, beliau juga mencontontohkannya.
Tata cara menyikapi kehidupan sekaligus berbagai macam
problematika dan kompliknya, beliau juga memberitahukan pada kita.
Tata cara beribadah, apalagi. Bahkan dalam cara berpolotik dan
strategi berperangpun, beliau telah member contoh dan pelajaran bagi
kita. Semua itu bisa kit abaca dan bisa kita ikuti dalam biografi hidup
beliau yang telah dideskripsikan dengan beberapa karya monumental
para ulama terdahulu.
Dari uraian tersebut telah tergambarkan bagaimana Muhammad
SAW melakukan proses pembelajaran, dengan menerapkan berbagai
metode pembelajaran. Beliau banyak menggunakan pendekatan
pembelajaran aktif, yang didalamnya memperlakukan umat dan para

9
sahabtnya sebagai peserta didik yang memiliki kemampuan berpikir
kritis dan telah memiliki pengalaman dan pengetahuan yang cukup.
Maka dari itu dalam pembelajran PPKn sangat cocok untuk
menggunakan teori Muhammad SAW. Karena teori mampu
menumbuhkan karakter peserta didik.
2. Burrhus Frederick Skinner.
Skinner lahir pada tahun 1904 di Susquehanna, Pennsylvania dan
wafat di Cambridge Massachusetts, Amerika pada tahun 1990.
Menurut Skinner belajar akan berlangsung sangat efektif apabila: (1)
Informasi yang akan di pelajari, maka disajikan secara bertahap. (2)
Pembelajar segera diberi umpan balik (feedback) mengenai akurasi
pembelajaran mereka, artinya setelah belajar mereka segera diberi tahu
apakah mereka sudah memahami informasi dengan benar atau tidak.
(3) Pembelajar mampu belajar dengan caranya sendiri. Selain itu
Skinner menegaskan bahwa tujuan belajar seharusnya dilakukan
dengan cara yang spesifik (khusus) dahulu sebelum pelajaran dimulai.
Argumen utama skinner yang menentang penggunaan hukuman
adalah bahwa hukuman hanya menekan perilaku, dan ketika ancaman
hukuman dihilangkan, tingkat perilaku akan kembali ke level semula.
Jadi, hukuman sering kelihatannya sangat berhasil padahal ia
sebenarnya hanya menghasilkan efek temporer.4
Perilaku, seperti respons dan tindakan, adalah sebuah kata yang
secara sederhana menunjukkan apa yang diperbuat seseorang untuk
situasi tertentu. Untuk menghasilkan perubahan perilaku pada diri
individu, selain memerhatikan konsekuen , dapat juga digunakan
sebagai petunjuk.5
3. Jean Piaget
Jean Piaget lahir pada tahun 1896 dan wafat 1980 Masehi. Piaget
menekankan bahwa anak-anak membangun secara aktif dunia kognitif
mereka, artinya segala informasi sidak sekedar dituangkan ke dalam
pikiran mereka dari lingkungan dan seorang anak melalui serangkaian
4
Maulana Arafat Lubis & Nashran Azizan,Op.Cit,hlm.,33.
5
Baharuddin & Esa Wahyuni,Op.Cit,hlm.,103-113.

10
tahap pemikiran dari masa bayi hingga masa dewasa. Teori ini
dirancang untuk mempengaruhi peserta didik agar menemukan nilai-
nilai pribadi dan social. Selain itu perilaku dan nilai-nilainya
diharapkan anak menjadi sumber bagi penemuan berikutnya.
Adapun tahap-tahap perkembangan anak menurut teori piaget, yaitu:
a. Tahap sensomotorik (usia 0-2 tahun)
Pada tahap ini perkembangan mental ditandai oleh kemajuan
yan g pesat dalam kemampuan bayi mengorganisasikan dan
mengkoordinasikan sensasi melalui gerakan-gerakan dan tindakan
fisik. Anak dapat sedikit memahami lingkungannya dengan cara
melihat, meraba atau memegang, mengecap, mencium dan
menggerakkan. Anak tersebut mengetahiu bahwa perilaku yang
tertentu menimbulkan akibat tertentu pula bagi dirinya. Pada tahap
ini terbagi atas 6 periode, yakni: (1) reflex (usia 0-1 bulan), (2)
kebiasaan (usia 1-4 bulan), (3) reproduksi (usia 4-8 bulan), (4)
koorsinasi schemata (usia 8-12 bulan), (5) eksperimen (usia 12-18
bulan), dan (6) representasi (usia 18-24 bulan).
b. Tahap Praoperasional (usia 2-7 tahun)
Pada tahap ini anak telah mampu menggunakan bahasa dan
mengembangkan konsepnya, walaupun masih sangat sederhana.
c. Tahap Operasional konkret (usia 7-11 tahun)
Pada tahap ini anak sudah mengembangkan pikiran logis
dengan upaya memahami lingkungan sekitarnya anak tidak terlalu
menggantungkan diri pada informasi yang datangnya dari
pancaindra.
d. Tahap operasional formal (usia 11 atau 15 tahun)
Pada tahap ini anak sudah mampu berpikir abstrak yaitu
berpikir mengenai gagasan. Melalui operasional formal ini, anak
sudah dapat memikirkan beberapa alternative cara memecahkan
suatu masalah.

4. Taksonomi Bloom

11
Taksonomi Bloom adalah temuan dari Benjamin S. Bloom yang
lahir pada tanggal 21 februari 1913 di Lansford Pennsylvania. Dia
menerima gelar sarjana dan gelar master dari Pennsylvania States
University of Chicago. Pada tahun 1940 dan bertugas sampai 1959 dan
ia sekaligus seorang guru penasihat pendidikan dan psikologi
pendidikan. Ia meninggal pada tanggal 13 september 1999 di
Pennsylvania.
Taksonimi Bloom mengungkapkan pendidikan dibagi menjadi
beberpa domain (ranah/ kawasa dan setiap domain tersebut dibagi ke
dalam pembagian yang lebih rinci berdasarkan hierarkinya. Tujuan
pendidikan dibagi ke dalam tiga domain yaitu:
a. Cognitive Domain (Ranah Kognitif) yang berisi perilaku-perilaku
yang menekankan aspek intelektual, seperti pengetahuan,
pengertian dan keterampilan berpikir. Kompetensi ranah kognitif
atau pengetahuan meliputi enam jenjang proses berfikir, yaitu:
kemampuan menghafal, kemampuan memahami, kemampuan
menerapkan, kemampuan menganalisis, kemampuan menyintesis,
dan kemampuan mengevaluasi.6
b. Affective Domain (Ranah Afektif) berisi perilaku-perilaku yang
menekankan aspek perasaan dan emosi, seperti minat, sikap,
apresiasi, dan cara penyesuaian diri. Sesuai dengan karakteristik
sikap, maka salah satu alternative yang dipilih adalah proses afeksi
mulai menerima, menjalankan, menghargai, menghayati, hingga
mengamalkan.7
c. Psychomotor Domain (Ranah Psikomotor) berisi perilaku-perilaku
yang menekankan aspek keterampilan, seperti: tulisan tangan,
mengetik, berenang, dan lain-lain.
Revisi Taksonomi Bloom terdiri dari dua dimensi, yaitu dimensi
proses kognitif dan dimensi pengetahuan. Dimensi proses kognitif
berkaitan dengan proses yang digunakan peserta didik untuk
6
Andi Prastowo,Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Tematik terpadu,
(Jakarta: Kencana,2015),hlm.,134.
7
Kunandar,Penilaian Autentik:Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik Berdasarkan
Kurikulum 2013, (Jakarta: PT RajaGrapindo Persada,2013),hlm.,9.

12
mempelajari suatu hal, sedangkan dimensi pengetahuan adalah jenis
pengetahuan yang akan dipelajari oleh peserta didik.
5. Jonh Dewey
Jonh Dewey adalah seorang filusuf Amerika maupun psikolog. Ia
lahir di Burlington, Vermont pada tanggal 20 Oktober 1859. Dewey
berpendapat bahwa pendidikan dan pembelajaran merupakan proses
social dan interaktif sehingga sekolah adalah lembaga social yang
harus ditempuh. Selain itu, Dewey juga menyatakan bahwa peserta
didik berkembang dalam lingkungan dengan mengalami interaksi.
6. Vygotsky
Lev Vygotsky Semyonovich adalah seorang psikolog Belarusia
Soviet lahir pada tanggal 17 November 1896 di kota Orsha, Belarusia.
Ia pendiri teori pengembangan psikologi budaya historis. Vygotsky
menyatakan dalam teorinya bahwa pembelajaran terjadi apabila peserta
didik belajar menagani tugas-tugas yang belum dipelajari, namun
tugas-tugas tersebut masih dalam daerah terletak antara tingkat
perkembangan anak saat ini yang didefinisikan sebagai kemampuan
pemecahan masalah di bawah bimbingan orang dewasa atau teman
sebaya yang paham.
Menurut Vygotsky perkembangan kognitif tergantung pada masa
kanak-kanak. Pengetahuan anak, gagasan, sikap, dan nilai
perkembangan terjadi melaui interaksi dengan yang lain. Vygotsky
juga yakin bahasa berperan sangat penting dalam perkembangan
kognitif. Kontribusi yang paling penting dari teori Vygotsky adalah
penekanan pada hakikat sosiokultural dari pembelajaran.Vygotsky
yakin bahwa pembelajaran terjadi apabila anak belajar atau bekerja
pada daerah perkembangan terdekat (zone of proximal development)
mereka. Tugas-tugas yang berada pada daerah perkembangan terdekat
(zone of proximal development) merupakan tugas-tugas, yang mana
anak belum dapat memahami sendiri teteapi dapat menangani tugas-
tugas itu dengan bantuan teman atau orang dewasa. Selanjutnya,
Vygotsky yakin bahwa fungsi mental yang lebih tinggi berada di

13
dalam percakapan dan kolaborasi antara individu sebelum fungsi
mental tersebut baerada dalam individu.8
Teori Vygotsky menekankan hakikat pembelajaran sosiokultural,
yang pada intinya menekankan interaksi antara aspek internal dan
eksternal dari pembelajaran maupun penekannya pada lingkungan
social pembelajaran. Teori Vygotsky (1978) yang lain ialah
scaffolding yang merupakan pemberian bantuan kepada peserta didik
selama tahap-tahap pembelajaran. Setelah diberikan bantuan, maka
peserta didik diberikan kesempatan untuk melakukannya sendiri
dengan bertanggung jawab . bantuan yang diberikan guru berbentuk
petunjuk, penjelasan, pengarahan, dan peringatan yang mampu
menjadikan peserta didik melakukannya secara mandiri.
Penerapan teori Vygotsky dalam interaksi pembelajaran dapat
dijabarkan sebagai berikut:
a. Walaupun peserta didik tetap dilibatkan dalam proses
pembelajaran, guru harus secara aktif mendampingi setiap aktivitas
belajar peserta didik.
b. Selain guru, teman sebaya juga berpengaruh penting pada
perkembangan sikap, pengetahuan, dan keterampilanpeserta didik
melalui diskusi dan kerja kelompok sehingga mempercepat
perkembangannya.
c. Belajar sesama teman sebaya dimungkinkan lebih efektif, karena
mereka sendiri baru saja melewati tahap yang sudah dialami
sehingga dapat dengan mudah melihat kesulitan-kesulitan yang
dihadapi peserta didik lainnya.
7. Robert M. Gagne
Robert Mills Gagne lahir pada tahun 1916 di Massachusetss
Amerika Serikat dan Wafat pada tahun 2002 di Washington, D. C.
Amerika Serikat. Gagne adalah seprang psikolog pendidikan Amerika.
Gagne juga termasuk seorang professor psikologi dan psikologi

8
Jamil Suprihatiningrum, Strategi Pembelajaran: Teori & Aplikasi (Jogjakarta: Ar- Ruzz
Media, 2013), hlm. 27.

14
pendidikan di Pennsylvania State University (1945-1946), Princeton
(1958-1962), dan University Of California di Berkeley (1966-1969).
Gagne disebut sebagai modern neobehavioris, mendorong guru
untuk merencanakan pembelajaran agas suasana dan gaya belajar dapat
dimodifikasi. Keterampilan paling rendah menjadi dasar bagi
pembentukan kemampuan yang lebih tinggi dalam hierarki
keterampilan intelektual. Guru harus mengetahui kemanpuan dasar
yang harus disiapkan. Belajar dimulai dari hal yang paling sederhana
dilanjutkan pada yang lebih konfleks sampai pada tipe belajar yang
lebih tinggi. Praktiknya gaya belajar tersebut tetap mengacu pada
asosiasi stimulus respon.

BAB III
PENUTUP

15
A. Kesimpulan
Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan
respon. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat
menunjukkan perubahan perilakunya. Stimulus merupakan apa saja yang
diberikan guru kepada pelajar, sedangkan respons berupa reaksi atau
tanggapan pelajar terhadap stimulus yang diberikan oleh guru tersebut.
Teori belajar merupakan suatu teori yang di dalamnya terdapat tata
cara pengaplikasian kegiatan belajar mengajar antara guru dan siswa,
perancangan metode pembelajaran yang akan dilaksanakan di kelas
maupun di luar kelas. Ada beberapa jenis teori belajar yaitu: muhammad
saw, burrhus frederick skinner, jean piaget, taksonomi bloom, jonh dewey,
vygotsky, dan robert m. Gagne.
Di dalam teori belajar guru juga akan mengetahui tentang Tujuan
pendidikan dibagi ke dalam tiga domain yaitu: Cognitive Domain (Ranah
Kognitif) yaitu kompetensi ranah kognitif atau pengetahuan meliputi enam
jenjang proses berfikir, yaitu: kemampuan menghafal, kemampuan
memahami, kemampuan menerapkan, kemampuan menganalisis,
kemampuan menyintesis, dan kemampuan mengevaluasi. Affective
Domain (Ranah Afektif) berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek
perasaan dan emosi, seperti minat, sikap, apresiasi, dan cara penyesuaian
diri. .Psychomotor Domain (Ranah Psikomotor) berisi perilaku-perilaku
yang menekankan aspek keterampilan, seperti: tulisan tangan, mengetik,
berenang, dan lain-lain.
B. Saran
Demikianlah yang dapat kami sampaikan mengenai materi yang
menjadi bahasan dalam makalah ini, tentunya banyak kekurangan dan
kelemahan kerena terbatasnya pengetahuan kurangnya rujukan atau
referensi yang kami peroleh hubungannya dengan makalah ini. Penulis
banyak berharap kepada para pembaca memberikan kritik dan saran yang
membangun kepada kami demi sempurnanya makalah ini. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan para pembaca.

16
DAFTAR PUSTAKA

17
Baharuddin & Esa Wahyuni, Teori belajar dan pembelajaran,Yogyakarta: Ar
Ruzz Media,2015
Kunandar, Penilaian Autentik:Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik
Berdasarkan
Kurikulum 2013, Jakarta: PT RajaGrapindo Persada,2013.
Lubis Maulana Arafat & Nashran Azizan, Pembelajaran Tematik SD/MI,
Jogjakarta: Penerbit Samudra Biru, 2019.
Prastowo, Andi, Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Tematik
terpadu,
Jakarta: Kencana,2015.
Suhendra, Ade, Implementasi Kurikulum 2013 Dalam Pembelajaran SD/MI,
Jakarta: Kencana,2019.
Suprihatiningrum, Jamil, Strategi Pembelajaran: Teori & Aplikasi Jogjakarta:
Ar- Ruzz Media, 2013.

18

Anda mungkin juga menyukai