Anda di halaman 1dari 13

Ghansam Anand: Prinsip Kebebasan Berkontrak 89

PRINSIP KEBEBASAN BERKONTRAK DALAM PENYUSUNAN


KONTRAK

Oleh
Ghansam Anand*

Abstrak
Hampir dapat dipastikan bahwa dalam dunia hukum bisnis di abad mendatang akan
merupakan abad kontrak. Untuk menunjang kegiatan-kegiatan bisnis atau transaksi-
transaksi dagang yang semakin modern dan mengglobal tersebut, peranan hukum kontrak
sangat diperlukan. Kontrak yang dibuat pun semakin berkembang, klausul-kalusul yang
dimuat dalam kontrak tersebut disesuaikan dengan kebutuhan-kebutuhan transaksi.
Terdapat keterkaitan yang erat antara perluasan pasar dengan kebebasan berkontrak,
pihak yang lebih memiliki kekuatan pasar mempunyai bargaining position yang lebih
tinggi untuk memaksakan kehendaknya kepada pihak yang lemah.
Kata Kunci: Kontrak, Kebebasan Berkontrak, Para pihak dalam Kontrak

Pendahuluan sekalipun perjanjian itu bertentangan


dengan pasal-pasal hukum perjanjian. Asas
Hukum perjanjian di Indonesia
kebebasan berkontrak lahir pada abad 17
menganut beberapa asas, antara lain: asas
M, asas ini memiliki daya kerja yang sangat
kebebasan mengadakan perjanjian (partij
kuat, yang berarti kebebasannya tidak boleh
otonomi), asas konsensualisme (persesuaian
dibatasi, baik rasa keadilan masyarakat
kehendak), asas kebiasaan, asas kekuatan
maupun oleh aturan perundang-undangan.
mengikat, asas persamaan hukum, asas
Asas ini muncul bersamaan dengan lahirnya
keseimbangan, asas kepentingan umum, asas
paham ekonomi klasik yang mengagungkan
moral, asas kepatuhan, asas perlindungan
Laissez Faire (persaingan bebas), yang
bagi golongan yang lemah, dan asas sistem
dipelopori oleh Adam Smith. Sumber dari
terbuka. Dalam hukum perjanjian dianut
kebebasan berkontrak adalah kebebasan
apa yang disebut dalam ilmu hukum yaitu
individu sehingga yang merupakan titik 
“asas kebebasan berkontrak” asas ini berarti
tolaknya adalah kepentingan individu
bahwa kebebasan seseorang untuk membuat
pula. Dengan demikian dapat dipahami
perjanjian macam apapun dan berisi apa saja
sesuai dengan kepentingannya dalam batas-
*
Pengamat Hukum, gansam_anand@yahoo.com
batas kesusilaan dan ketertiban umum,
90 Yuridika: Volume 26 No 2, Mei-Agustus 2011

bahwa kebebasan individu memberikan bumi telah menembus berbagai ruang dan
kepadanya kebebasan untuk berkontrak. dimensi. Hubungan antara manusia yang
Berlakunya asas konsensualisme menurut satu dengan lainnya semakin komplek dan
hukum perjianjian Indonesia memantapkan beragam. Dunia bisnis juga melaju dengan
adanya asas kebebasan berkontrak. Tanpa pesat, baik yang berskala nasional, bilateral,
sepakat dari salah satu pihak yang membuat maupun internasional. Berkembangnya
perjanjian, Tanpa sepakat maka perjanjian pasar mengakibatkan transaksi-transaksi
yang dibuat dapat dibatalkan. bisnis juga semakin berkembang, transaksi
Disamping itu asas ini juga dipahami: tersebut umumnya dituangkan dalam suatu
Pertama, bahwa hukum tidak dapat dokumen kontrak. Bisnis apapun hampir
membatasi syarat-syarat yang boleh tidak bisa dilepaskan dari keberadaan
diperjanjikan oleh para pihak. Ini berarti suatu kontrak, dimana ada bisnis di situ
bahwa hukum tidak boleh membatasi apa ada kontrak1. Bahkan menurut Sir Henry
yang telah diperjanjikan oleh para pihak yang Maine dalam teorinya yang terkenal perihal
telah mengadakan perjanjian. Sehingga dari perkembangan hukum dari status ke kontrak
sini para pihak bebas menentukan sendiri isi sejalan dengan perkembangan masyarakat
perjanjian yang mereka buat. Kedua, bahwa yang sederhana ke masyarakat yang
pada umumnya seseorang menurut hukum modern dan kompleks, hubungan hukum
tidak boleh dipaksa untuk memasuki suatu yang didasarkan pada status warga-warga
perjanjian. Ini berarti bahwa kebebasan masyarakat yang masih sederhana berangsur-
bagi para pihak untuk menentukan dengan angsur akan hilang apabila masyarakat tadi
siapa dia ingin atau tidak ingin membuat berkembang menjadi masyarakat yang
suatu perjanjian. Namun perkembangan modern dan kompleks, hubungan-hubungan
selanjutnya, perjanjian yang berdasarkan hukum didasarkan pada sistem-sistem hak
asas ini mengalami kegagalan. Hal ini terlihat dan kewajiban yang didasarkan pada kontrak
adanya bukti-bukti berupa campur tangan yang secara sukarela dibuat dan dilakukan
parlemen melalui peraturan perundang- oleh para pihak2.
undangan terhadap kebebasan berkontrak. Salah satu asas yang paling menonjol
Dari uraian di atas, menunjukkan bahwa dalam penyusunan kontrak adalah asas
berlakunya asas ini tidak dapat diterapkan kebebasan berkontrak, yang merupakan
secara mutlak. Oleh karena itu menarik asas universal dan dianut oleh hukum
untuk dikaji dasar filosofis kebebasan perjanjian di hampir seluruh negara di
berjanji ini, dan batasannya. dunia pada saat ini. Dalam pustaka-pustaka
Perkembangan kehidupan manusia yang berbahasa Inggris, asas ini dituangkan
demikian pesatnya, kemajuan di bidang 1
  Munir Fuady, Hukum Bisnis Dalam Teori dan
Praktek, Buku ke-empat, Citra Aditya Bakti, Bandung,
ilmu pengetahuan dan teknologi telah 1997, hal. 3.
merambah ke seluruh penjuru dunia,
2
  Sir Henry Maine, dalam Soerjono Soekanto, Pokok-
Pokok Sosiologi Hukum, Rajawali Pers, Jakarta, 1980, hal.
globalisasi yang melanda berbagai belahan 84.
Ghansam Anand: Prinsip Kebebasan Berkontrak 91

dengan berbagai istilah, antara lain Freedom Amerika Serikat menjamin kebebasan
of Contract, Liberty of Contract, atau Party berkontrak yang dituangkan dalam
Autonomy, di negara common law dikenal Konstitusi pada Article 10 ayat (1) yang
dengan istilah laissez faire yang merupakan terkenal dengan doktrin pelarangan
salah satu asas yang sangat terkenal di pembatasan transaksi dagang (the restraint
dalam hukum kontrak. Berdasarkan asas of Trade Doctrine), yang intinya adalah
ini suatu pihak dapat memperjanjikan dan/ melarang negara-negara bagian Amerika
atau tidak memperjanjikan apa-apa yang untuk membuat undang-undang yang ikut
dikehendakinya dengan pihak lain. Namun mencampuri atau merusak kewajiban-
demikian harus diakui bahwa penerapan asas kewajiban dari perjanjian-perjanjian5. Asas
berkontrak ini adalah tidak bebas sebebas- ini juga dikenal dalam sistem hukum Inggris,
bebasnya. Kebebasan berkontrak berlatar Anson berpendapat a promise more than a
belakang pada faham individualisme yang mere statement of intention for it imports a
secara embrional lahir dalam zaman Yunani, willingness on the part of the promiser to
diteruskan oleh kaum Epicuristen dan be bound to the person to whom it is made6.
berkembang pesat dalam zaman Renaisance Dalam sistem hukum Islam juga menjamin
melalui antara lain ajaran-ajaran dari Hugo adanya kebebasan berkontrak sebagai salah
de Groot, Thomas Hobbes, John Locke, dan satu syarat yang harus dipenuhi dalam
Rosseau. Puncak perkembangannya tercapai membuat perjanjian, bahkan Sayid Sabiq
dalam periode setelah revolusi Perancis3. menyatakan bahwa bukanlah perjanjian
Faham individualisme melahirkan jika tanpa ada kebebasan dari kedua belah
kebebasan pada setiap orang untuk pihak7. Dengan demikian asas kebebasan
memperoleh apa yang dikehendaki dan berkontrak ini tidak hanya milik Burgerlijk
dalam perjanjian diwujudkan dalam Wetboek (selanjutnya disebut BW), akan
kebebasan berkontrak. Pada tahun 1870 tetapi bersifat universal dan dianut oleh
sebagai puncak perkembangan asas berbagai sistem hukum dan negara-negara
kebebasan berkontrak, setiap orang diberikan lain.
kebebasan untuk memilih siapa mitra Asas kebebasan berkontrak dalam
kontraknya, bebas menentukan bentuk, isi, bahasa Inggris: freedom of contract, liberty
tujuan, dan dasar hukum dari suatu kontrak. of contract, dan party autonomy. Dalam
Pemerintah maupun pengadilan sama sekali
dalam Kaitannya dengan kewenangan Hakim untuk
tidak dibenarkan intervensi, bahkan sampai Menilai Eksistensi Kontrak, Jurnal Ilmu Hukum Vol. 1,
muncul doktrin “ceveat emptor” atau “let No. 1, 2003, hal. 1.
5
  Hardijan Rusli, Hukum Perjanjian Indonesia dan
the buyer beware” atau hukum mewajibkan Common Law, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 1996, hal.
38.
pembeli untuk berhati-hati dan harus 6
  Sir William Reynel Anson, Anson’s: Law of Contract,
berupaya menjaga diri mereka sendiri4 . edited by Anthony Gordon Guest, 25th (centenary) ed.,
Clarendon Press, Oxford, 1979, hal. 2.
3
  Mariam Darus Badrulzaman, Kompilasi Hukum 7
  Sayid Sabiq, Unsur-Unsur Dinamika dalam Islam
Perikatan, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2001, hal.. 84. [Anashirul Quwwah Fil Islam], diterjemahkan oleh
4
  Made Rawa Aryawan, Asas Kebebasan Berkontrak Haryono S. Yusuf, Intermasa, Jakarta, 1981, hal. 210.
92 Yuridika: Volume 26 No 2, Mei-Agustus 2011

bahasa Arab: mabda’ hurriyah al-ta’aqud. Berlakunya asas konsensualisme


Maka asas kebebasan berkontrak adalah menurut hukum perjianjian Indonesia
bahwa setiap orang bebas mengadakan suatu memantapkan adanya asas kebebasan
perjanjian apa saja baik perjanjian itu sudah berkontrak. Tanpa sepakat dari salah satu
diatur dalam undang-undang maupun belum pihak yang membuat perjanjian, Tanpa
diatur dalam undang-undang8. Sedangkan sepakat maka perjanjian yang dibuat dapat
menurut Sjahdeini asas kebebasan dibatalkan . Orang tidak dapat dipaksa untuk
berkontrak adalah asas yang menekankan memberikan sepakatnya. Sepakat yang
kebebasan para pihak yang terlibat dalam diberikan dengan paksa adalah Contradictio
suatu perjanjian untuk dapat menyetujui interminis. Adanya paksaan menunjukkan
klausal-klausal dari perjanjian tersebut, tidak adanya sepakat yang mungkin
tanpa campur tangan pihak lain (arti dasar, dilakukan oleh pihak lain adalah untuk
yaitu tanpa batas)9. Dalam bahasa Inggris memberikan pilihan kepadanya, yaitu untuk
kontrak berarti: An agreement between two setuju mengikatkan diri pada perjanjian
or more persons which creates an obligation yang dimaksud, atau menolak mengikatkan
to do or not to do a particular thing. Its diri pada perjanjian dengan akibat transaksi
essentials are completent parties, subject yang diinginkan tidak terlaksana (take it or
matter, a legal consideration, mutuallity of leave it).
obligation... .The writing which contains Radbruch mengakui bahwa keadilan
the agreement of parties, with the terms terhadap manusia individual merupakan
and conditions, and which serves as a batu sendi dalam perwujudan keadilan
proof of the obligation. Jadi Kontrak adalah dalam hukum. Dengan demikian juga
suatu persetujuan diantara dua atau lebih finalitas hukum kehilangan kepentingannya.
orang yang menciptakan kewajiban untuk Memang tetap benar, bahwa finalitas hukum
melakukan atau tidak melakukan sesuatu dapat digabungkan dengan tiga subyek.
hal khusus. Suatu kontrak dengan demikian Tetapi finalitas hukum itu menyusul kedua
memiliki unsur-unsur: pihak-pihak yang aspek lain. Urutan ketiga aspek ditentukan
berkompeten, pokok yang disetujui, Radbruch sebagai berikut: keadilan,
kewajiban timbal balik. Ciri kontrak yang kepastian hukum, finalitas11. Maka bila
utama adalah dia merupakan suatu tulisan perkembangan negara ditentukan sebagai
yang memuat persetujuan dari para pihak, finalitas hukum, tujuan ini tetap tunduk pada
lengkap dengan ketentuan dan syarat, serta tuntutan keadilan dan kepastian hukum.
yang berfungsi sebagai alat bukti tentang Kiranya dengan ini bahaya timbulnya
adanya seperangkat kewajiban10. kesewenang-wenangan di bidang hukum
8
  A. Qirom Meliala, Pokok-Pokok Hukum Perjanjian
Beserta Perkembangannya, Yogyakarta, Liberty, 1985,
dapat diatasi. Menurut Hegel12 peralihan
hal. 18.
9
  Sutan Remy Sjahdeini, Kebebasan Berkontrak dan Merancang Kontrak, Jakarta, Grasindo, 1998, hal. 5-6.
Perlindungan yang Seimbang Bagi Para Pihak Dalam 11
  Gustav Radbruch dalam Theo Huijbers II, hal.
Perjanjian, Jakarta, Institut Indonesia, 1993, hal. 11. 165.
10
  Budiono Kusumohamidjojo, Dasar-Dasar 12
  Hegel, Grundlinien, hal. 20-27.
Ghansam Anand: Prinsip Kebebasan Berkontrak 93

dari kebebasan pilihan yang kesewenang- ia berjanji sesuatu kepada orang lain
wenangan kea rah kebebasan rasional dengan maksud bahwa orang lain itu akan
(eksistensial) berakar dalam keinginan akan menerimanya. Kontrak tersebut adalah lebih
kebahagian. Oleh sebab orang ingin menjadi dari sekedar suatu janji, karena suatu janji
bahagia mereka menentukan suatu tindakan tidak memberikan hak kepada pihak yang
yang sesuai dengan cita-cita pribadinya. lain atas pelaksanaan janji itu14.
Para penganjur mazhab hukum alam Arti sentral yang ingin diberikan de
menyatakan bahwa manusia dituntun oleh Groot kepada janji-janji dapat dilihat dari
suatu asas bahwa manusia adalah bagian kenyataan bahwa ia menyatakan bahwa
dari alam dan sebagai mahluk rasional dan kewajiban tersebut sebagai salah satu asas-
cerdas, bertindak sesuai dengan keinginannya asas dasar hukum alam. Menurut De Groot,
(desires) dan gerak hatinya (impulse). keseluruhan hukum positif bertumpu pada
Manusia adalah agen yang merdeka (free kewajiban hukum alam, Ia menghendaki
agent), oleh karena itu merupakan hal yang agar semua institusi hukum bertumpu pada
wajar untuk tidak terikat yang sama wajarnya persetujuan antara manusia, baik yang
dengan terikat (that is just as natural to be dibuat secara tegas maupun secara diam-
unbound as it to be bound). Perilaku yang diam, dengan demikian menurut De Groot
didasarkan atas pemikiran ini menciptakan hak milik privat juga terbentuk dengan cara
aturan dan ketentuan yang diperlukan bagi ini15. Pendiskripsian selanjutnya mengenai
suatu masyarakat yang baik. Asas moral dan hukum positif, oleh De Groot disebut
asas keadilan berada di atas semua aturan sebagai “burgelijk wet” (undang-undang
hukum yang dikeluarkan oleh pemerintah, keperdataan) nampak bahwa pada dasarnya
oleh karena itu perundang-undangan yang ia tidak begitu saja menerima prinsip “pacta
tidak sejalan dengan hukum alam adalah sunt servanda”. De Groot menunjukkan
tidak sah13.  antara lain bahwa hukum positif telah
Salah satu penganjur terkemuka meletakkan beberapa keterbatasan asas
dari aliran hukum alam ini berpendapat prinsip kebebasan untuk mengikatkan
bahwa hak untuk mengadakan perjanjian diri sedemikian rupa sehingga orang lain
adalah salah satu dari hak asasi manusia. memperoleh sebuah hak. Hal-hal tersebut
Hugo de Groot merupakan tokoh yang tidak saja mengakui bahwa janji-janji
mengemukakan bahwa suatu supreme body yang mempunyai isi tertentu dinyatakan
of law yang dilandasi oleh nalar manusia tidak sah, misalnya bilamana bertentangan
(human reason) yang disebutnya sebagai dengan ketentuan undang-undang, tetapi
hukum alam (natural law). De Groot
14
  Peter Aronstam, dalam Sutan Remy Sjahdeini,
Kebebasan Berkontrak dan Perlindungan yang Seimbang 
beranggapan bahwa kontrak adalah suatu Bagi Para Pihak dalam Perjanjian Kredit Bank di
Indonesia, Institut Bankir Indonesia, Jakarta, 1993, hal.
tindakan suka rela dari seseorang dimana 20.
13
  Johanes Ibrahim  dan Lindawaty Sewu, Hukum 15
  Soedjono Dirdjosisworo, Kontrak Bisnis (menurut
Bisnis: Dalam Persepsi Manusia Modern, Refika Sistem Civil Law, Common Law, dan Praktek Dagang
Aditama,Bandung, 2004, hal. 104. Internasional), Mandar Maju, Bandung, 2003, hal. 88.
94 Yuridika: Volume 26 No 2, Mei-Agustus 2011

juga melalui janji-janji dan kesanggupan- but words, and of no strength to secure a
kesanggupan16. man at all”18 .
Thomas Hobbes berpendapat bahwa Sebagaimana telah dikemukakan di
alam telah membuat manusia sama, yaitu atas, maka negara yang telah dibentuk oleh
sama dalam panca indranya dan sama dalam rakyatnya berdasarkan perjanjian sosial
pikirannya, sekali pun dapat dijumpai (social contract) dan telah diserahi hak-hak
bahwa kadang-kadang ada manusia yang rakyat untuk dapat bertindak dalam rangka
lebih kuat raganya dari manusia yang melindungi kepentingan rakyat yang telah
lain. Dari kesamaan ini timbul kesamaan terlibat dalam perjanjian sosial itu, bukan saja
harapan untuk memperoleh tujuan-tujuan berwenang tetapi juga berkewajiban untuk
akhirnya. Apabila ada dua manusia yang mengusahakan terjadinya keseimbangan
menginginkan hal yang sama, yang untuk dan keselarasan demi tercapainya keadilan
hal tersebut tidak mungkin dapat dinikmati bagi kepentingan dari pihak-pihak yang
bersama oleh mereka, maka mereka akan membuat perjanjian itu sendiri.
saling bermusuhan. Untuk mencapai apa Mengenai hak, Immanuel Kant
yang diinginkan oleh mereka itu, mereka membedakan hak-hak alami dari hak-hak
akan berusaha untuk menghancurkan atau yang diperoleh, tetapi ia hanya mengakui
menaklukkan yang lain17. Oleh karena satu hak alami, yaitu kebebasan manusia
manusia selalu merupakan mahluk yang sepanjang kebebasan ini dapat berdampingan
serakah dan akan condong untuk mengambil dengan kebebasan manusia menurut hukum
kembali sebagian dari hak-haknya yang umum. Persamaan termasuk dalam prinsip
telah diserahkan itu apabila dia merasa rugi kebebasan, dari sini menyusul sejumlah
karena telah melakukan hal yang demikian hak yang bersifat individual, terutama hak
itu, maka sekedar mereka setuju untuk untuk memiliki, yang oleh Kant (seperti
menyerahkan hak alami mereka tidaklah halnya Locke, Hegel, dan banyak yang lain)
cukup, harus dilakukan perbuatan yang dianggap sebagai suatu ekspresi dari suatu
lebih daripada itu, yaitu mereka harus kepribadian19. oleh karena itu mengenai
mengalihkan hak-hak alami mereka kepada kebebasan berkontrak ini perlu untuk
seseorang atau suatu badan yang dapat dibahas prinsip-prinsipnya, karena tidak
memastikan bahwa perjanjian itu dipatuhi jarang suatu kontrak dapat memunculkan
dengan memberikan hak kepada orang suatu persoalan tertentu yang terkati dengan
atau badan itu untuk menggunakan seluruh kesalah pahaman mengenai makna dari
kekuasaan yang diperoleh dari semua pihak kebebasan berkontrak itu sendiri.
yang bersangkutan agar mereka mematuhi
perjanjian tersebut. Dikatakan oleh Hobbes Pembahasan
bahwa “Covenants, without the Sword, are
18
  Ibid., hal. 56-57.
19
  W. Friedman, Teori dan Filsafat Hukum (Legal
  Ibid., hal. 89.
16
Theory), diterjemahkan oleh Muhamad Arifin, Rajawali,
  C.B. Macpherson, dalam Ibid., hal. 55.
17
Jakarta, 1990, hal. 4.
Ghansam Anand: Prinsip Kebebasan Berkontrak 95

Undang-Undang Dasar 1945 dan BW Barat, sebagai berikut: “di Indonesia, yang
(Burgerlijk Wetboek) serta perundang- primair adalah masyarakat, individu terikat
undangan lainnya mengatur bahwa tidak dalam masyarakat. Hukum bertujuan
ada ketentuan yang secara tegas menentukan mencapai kepentingan individu yang selaras,
tentang berlakunya asas kebebasan serasi, dan seimbang dengan kepentingan
berkontrak bagi perjanjian-perjanjian masyarakat.
yang dibuat menurut hukum Indonesia. Di Barat, yang primair adalah individu,
Ada faham yang tidak setuju kebebasan individu terlepas dari masyarakat, hukum
berkontrak ini diletakkan sebagai asas bertujuan mencapai kepentingan individu”22.
utama Hukum Perjanjian, tetapi menurut Menurut sejarah, Pasal 1338 BW yang
pendapat Mariam Darus Badrulzaman: dijadikan dasar berlakunya asas kebebasan
asas kebebasan berkontrak tetap perlu berkontrak di Indonesia, berpijak pada
dipertahankan sebagai asas utama di dalam revolusi Perancis, bahwa individu sebagai
Hukum Perjanjian Nasional20. Dalam sumber kesejahteraan dan kehendak individu
Hukum Perjanjian Nasional, asas kebebasan sebagai dasar kekuasaan melahirkan sistem
berkontrak yang bertanggung jawab, yang individualisme dan kapitalisme23. Pada akhir
mampu memelihara keseimbangan perlu abad XIX, akibat desakan faham-faham etis
tetap dipertahankan, yaitu “pengembangan dan sosialis, faham individualisme mulai
kepribadian” untuk mencapai kesejahteraan pudar, terlebih-lebih sejak berakhirnya
dan kebahagiaan hidup lahir dan batin perang dunia kedua, faham ini dinilai tidak
yang serasi, selaras, dan seimbang dengan mencerminkan keadilan. Masyarakat ingin
kepentingan masyarakat21. pihak yang lemah lebih banyak mendapat
Sumber dari kebebasan berkontrak perlindungan, oleh karena itu kehendak
adalah kebebasan individu, sehingga bebas tidak lagi diberi arti mutlak, akan
yang merupakan titik  tolaknya adalah tetapi diberi arti relatif, dikaitkan selalu
kepentingan individu, sehingga dapat dengan kepentingan umum. Pengaturan
dipahami bahwa kebebasan individu isi perjanjian tidak semata-mata dibiarkan
memberikan kepadanya kebebasan untuk kepada para pihak, akan tetapi perlu diawasi
berkontrak. Soepomo telah memberikan oleh pemerintah sebagai pengemban
sumbangan yang sangat besar dalam hal kepentingan umum, menjaga keseimbangan
peletak dasar terhadap hubungan individu kepentingan individu dan kepentingan
dan masyarakat di Indonesia, dalam pidato masyarakat.
inaugurasinya di Fakultas Hukum Jakarta Melalui penerobosan hukum perjanjian
tahun 1941 dapat disimpulkan beberapa ciri oleh pemerintah terjadi pergeseran hukum
perbandingan tentang kedudukan individu perjanjian ke bidang Hukum Publik. Melalui
dalam masyarakat di Indonesia dan Dunia
22
  Soepomo, dalam Mariam Darus Badrulzaman 2,
Aneka Hukum Bisnis, Alumni, Bandung, 1994, hal. 44-
20
  Badrulzaman 1, Op.Cit., hal. 85. 45.
21
  Ibid., hal. 86-87. 23
  Aryawan, Loc.Cit.
96 Yuridika: Volume 26 No 2, Mei-Agustus 2011

campur tangan pemerintah ini terjadi menentukan bentuk kontrak; 


pemasyarakatan (vermaatschappelijking) 4. Kebebasan bagi para pihak untuk
Hukum Perjanjian24. Pasal 1338 ayat  (1) menentukan isi kontrak; 
BW, menyatakan bahwa semua kontrak
5.   Kebebasan bagi para pihak untuk
(perjanjian) yang dibuat secara sah berlaku
menentukan cara pembuatan kontrak.
sebagai undang-undang bagi mereka yang
membuatnya. Kata “semua” dalam Pasal   Adapun menurut Az-Zarqa, kebebasan
tersebut mengindikasikan bahwa orang dapat berkontrak meliputi :
membuat perjanjian apa saja, tidak terbatas 1. Kebebasan untuk mengadakan atau
pada jenis perjanjian yang diatur dalam BW, tidak mengadakan perjanjian.
dan perjanjian tersebut akan mengikat para
2. Tidak terikat kepada formalitas-
pihak yang membuatnya. Pasal 1338 BW
formalitas, tetapi cukup semata-mata
itu sendiri juga menggunakan kalimat “yang
berdasarkan kata sepakat.
dibuat secara sah”, hal ini berarti bahwa
apa yang disepakati antara para pihak, 3. Point kedua ini sebenarnya tidak
berlaku sebagai undang-undang selama termasuk kebebasan berkontrak,
apa yang disepakati itu adalah sah. Artinya tetapi merupakan asas konsensualisme
tidak bertentangan dengan undang-undang, (persesuaian kehendak).
ketertiban umum, dan kesusilaan. Dalam 4. Tidak terikat kepada perjanjian-
hal suatu kontrak ternyata bertentangan perjanjian bernama.
dengan undang-undang, ketertiban umum,
5. Artinya bahwa tidak terikat pada
dan kesusilaan, kontrak tersebut batal
perikatan bernama yang sudah ada.
demi hukum25 Secara historis kebebasan
Boleh membuat perikatan/perjanjian
berkontrak mengandung makna adanya 5
baru.
(lima) macam kebebasan26, yaitu:
6. Kebebasan untuk menentukan akibat
1. Kebebasan bagi para pihak untuk
perjanjian.
menutup atau tidak menutup kontrak; 
Berlakunya asas konsensualisme
2. Kebebasan untuk menentukan dengan
menurut hukum perjianjian Indonesia
siapa para pihak akan menutup
memantapkan adanya asas kebebasan
kontrak; 
berkontrak. Tanpa sepakat dari salah satu
3. Kebebasan bagi para pihak untuk pihak yang membuat perjanjian, maka
  Badrulzaman 1, Op. cit., hal. 85.
24 perjanjian yang dibuat dapat dibatalkan.
  Setiawan, Menurunnya Supremasi Azas Kebebasan
25

Berkontrak, PPH Newsletter Desember, 2003. Hal.1


Orang tidak dapat dipaksa untuk memberikan
26
  Johannes Gunawan, dalam Bernadette M. Waluyo, sepakatnya, sepakat yang diberikan dengan
“Hukum Perjanjian sebagai Ius Constituendum (Lege
Ferenda)” dalam Aspek Hukum dari Perdagangan paksa adalah Contradictio interminis.
Bebas: Menelaah Kesiapan Hukum Indonesia dalam
Melaksanakan Perdagangan Bebas, diedit oleh Ida Susanti
Adanya paksaan menunjukkan tidak adanya
dan Bayu Seto, Citra Aditya Bakti, 2003, Bandung, hal. sepakat yang mungkin dilakukan oleh pihak
60-61.
Ghansam Anand: Prinsip Kebebasan Berkontrak 97

lain adalah untuk memberikan pilihan bahwa suatu perjanjian harus dibuat
kepadanya, yaitu untuk setuju mengikatkan dalam bentuk tertentu, maka para pihak
diri pada perjanjian yang dimaksud, atau bebas untuk memilih bentuk perjanjian
menolak mengikatkan diri pada perjanjian yang dikehendaki, yaitu apakah perjanjian
dengan akibat transaksi yang diinginkan akan dibuat secara lisan atau tertulis atau
tidak terlaksana (take it or leave it). Menurut perjanjian dibuat dengan akta di bawah
hukum perjanjian Indonesia, seseorang tangan atau akta otentik. Pasal 1320 ayat
bebas untuk membuat perjanjian dengan (1) BW menentukan bahwa perjanjian
pihak manapun yang dikehendakinya. atau kontrak tidak sah apabila dibuat
Undang-undang hanya mengatur tanpa adanya konsensus atau sepakat dari
orang-orang tertentu yang tidak cakap untuk para pihak yang membuatnya. Ketentuan
membuat perjanjian, pengaturan mengenai tersebut mengandung pengertian bahwa
hal ini dapat dilihat dalam Pasal 1330 BW. kebebasan suatu pihak untuk menentukan
Dari ketentuan ini dapat disimpulkan bahwa isi perjanjian dibatasi oleh sepakat pihak
setiap orang bebas untuk memilih pihak  lainnya. Dalam Pasal 1320 ayat (2) BW dapat
yang ia inginkan untuk membuat perjanjian, pula disimpulkan bahwa kebebasan orang
asalkan pihak tersebut bukan pihak yang untuk membuat perjanjian dibatasi oleh
tidak cakap. Bahkan lebih lanjut dalam kecakapannya untuk membuat perjanjian.
Pasal 1331 BW ditentukan bahwa apabila Bagi seseorang yang menurut ketentuan
seseorang membuat perjanjian dengan pihak undang-undang tidak cakap untuk membuat
yang dianggap tidak cakap menurut pasal perjanjian sama sekali tidak mempunyai
1330 BW tersebut, maka perjanjian itu tetap kebebasan untuk membuat perjanjian.
sah selama tidak dituntut pembatalannya Pasal 1320 ayat (3) BW menentukan
oleh pihak yang tidak cakap (voidable). bahwa obyek perjanjian haruslah dapat
Larangan kepada seseorang untuk membuat ditentukan. Prestasi itu harus tertentu atau
perjanjian dalam bentuk tertentu yang sekurang-kurangnya dapat ditentukan,
dikehendakinya juga tidak diatur dalam BW apa yang diperjanjikan harus cukup jelas
Indonesia maupun ketentuan perundang- ditentukan jenisnya, jumlahnya boleh
undangan lainnya. tidak disebutkan asal dapat dihitung atau
Ketentuan yang ada adalah bahwa ditetapkan. Lebih lanjut dalam Pasal 1332
untuk perjanjian tertentu harus dibuat dalam BW menyebutkan bahwa hanya barang-
bentuk tertentu misalnya perjanjian kuasa barang yang dapat diperdagangkan saja
memasang hipotik harus dibuat dengan yang dapat menjadi pokok suatu perjanjian.
akta notaris atau perjanjian jual beli tanah Syarat bahwa prestasi harus tertentu atau
harus dibuat dengan Pejabat Pembuat Akta dapat ditentukan gunanya adalah untuk
Tanah (PPAT). Dengan demikian dapat menetapkan hak dan kewajiban kedua
disimpulkan bahwa sepanjang ketentuan belah pihak jika timbul perselisihan dalam
perundang-undangan tidak menentukan pelaksanaan perjanjian. Apabila  prestasi
98 Yuridika: Volume 26 No 2, Mei-Agustus 2011

samar (kabur) atau dirasakan kurang Berarti dalam keadaan tertentu hakim
jelas yang menyebabkan perjanjian itu berwenang melalui tafsiran hukum untuk
tidak dapat dilaksanakan, maka obyek meneliti dan menilai serta menyatakan
perjanjian dianggap tidak ada (null) dan bahwa kedudukan para pihak dalam suatu
akibat hukumnya perjanjian tersebut batal perjanjian berada dalam keadaan yang
demi hukum. Pasal 1320 ayat (4) jo. Pasal tidak seimbang sedemikian rupa, sehingga
1337 BW menentukan bahwa para pihak salah satu pihak dianggap tidak bebas untuk
tidak bebas untuk membuat perjanjian menyatakan kehendaknya. Asikin Kusuma
yang menyangkut kausa yang dilarang oleh Atmadja lebih lanjut mengatakan bahwa
undang-undang. Kausa atau sebab yang kebebasan berkontrak yang murni/mutlak
diperbolehkan itu apabila tidak dilarang karena para pihak kedudukannya seimbang
oleh undang-undang dan tidak bertentangan sepenuhnya praktis tidak ada, selalu ada
dengan ketertiban umum dan kesusilaan. pihak yang lebih lemah dari pihak yang
Akibat hukum atas perjanjian yang berisi lain. Penyalahgunaan kesempatan atau
sebab yang tidak diperbolehkan adalah penyalahgunaan keadaan (misbruik van
bahwa perjanjian tersebut batal demi omstandigheden) dapat digunakan dalam
hukum. kategori cacat dalam menentukan kehendak
Pembatasan terhadap asas kebebasan untuk memberikan persetujuan, hal ini
berkontrak juga dapat disimpulkan melalui dapat dijadikan alasan oleh hakim untuk
Pasal 1338 ayat (3) BW yang menyatakan menyatakan batal atau membatalkan suatu
bahwa suatu perjanjian hanya dilaksanakan perjanjian yang tidak diatur dalam undang-
dengan itikad baik. Oleh karena itu para undang yang merupakan suatu konstruksi
pihak tidak dapat menentukan sekehendak yang dapat dikembangkan melalui
hatinya klausul-klausul yang terdapat dalam yurisprudensi.
perjanjiian tetapi harus didasarkan dan Senada dengan batasan-batasan
dilaksanakan dengan itikad baik, perjanjian kebebasan berkontrak di atas, menurut
yang didasarkan pada itikad buruk Subekti, bahwa hukum perjanjian menganut
misalnya penipuan. Akibat hukum atas sistem terbuka dalam arti hukum perjanjian
perjanjian tersebut adalah dapat dibatalkan. memberikan kebebasan yang seluas-luasnya
Sehubungan dengan pembatasan terhadap kepada masyarakat untuk mengadakan
asas kebebasan berkontrak, Asikin Kusuma perjanjian yang berisi apa saja, asalkan
Atmadja menyatakan bahwa Hakim tidak melanggar ketertiban umum dan
berwenang untuk memasuki/meneliti isi kesusilaan28. Salah satu penerapan asas
suatu kontrak apabila diperlukan, karena isi kebebasan berkontrak misalnya dapat kita
dan pelaksanaan suatu kontrak bertentangan lihat dalam perbankan. Pada dasarnya,
dengan nilai-nilai dalam masyarakat27. kebebasan berkontrak hanya bisa mencapai
  Asikin Kesuma Atmadja, “Pembatasan Rentenir
27

sebagai Perwujudan Pemerataan Keadilan,”  Varia 28


  Subekti, Hukum Perjanjian, Intermasa, Jakarta,
Peradilan (Februari 1987), hal. 17. 1992, hal. 13.
Ghansam Anand: Prinsip Kebebasan Berkontrak 99

tujuannya bila para pihak mempunyai tidak patut atau bertentangan dengan
bergaining position yang seimbang. perikemanusiaan. Demikian halnya apabila
Namun dalam perkembangan selanjutnya, ternyata pihak debitur berada dalam keadaan
operasional perjanjian khususnya dunia tertekan (dwang positie), juga apabila
perbankan nasional misalnya, dimana salah terdapat keadaan dimana bagi debitur
satu pihak memiliki bergaining position tidak ada pilihan lain kecuali mengadakan
yang lebih kuat dari pihak yang lain sehingga perjanjian dengan syarat-syarat yang
dapat memaksakan kehendaknya untuk memberatkan.
menekan pihak lain tanpa adanya negosiasi/ Dari telaah tersebut di atas, tampak
kompromi29. Inilah kemudian salah satu jelas bahwa hubungan antara asas kebebasan
yang dikenal dengan perjanjian baku yang berkontrak yang berlaku di Indonesia
dalam perjanjian perbankan. Maka dalam dengan segala pembatasannya adalah sesuai
kaitannya dengan asas kebebasan berkontrak dan sejalan dengan kebebasan berkontrak
ini, terdapat kekurangan-kekurangan. yang dikemukakan oleh beberapa tokoh
Karena syarat-syarat ditentukan secara mazhab hukum alam (Hugo de Groot,
sepihak, sedangkan pihak lainnya terpaksa Thomas Hobbes, maupun Immanuel Kant)
menerima apa adanya. yang sangat menjunjung tinggi moralitas
Salah satu keadaan yang dapat dan keadilan, hal ini tercermin dari adanya
disalahgunakan ialah adanya kekuasaan keharusan kepada para pihak untuk tidak
ekonomi (economish overwicht) pada salah menentukan sekehendak hatinya klausul-
satu pihak yang menggangu keseimbangan klausul yang terdapat dalam perjanjiian tetapi
antara kedua belah pihak, sehingga adanya harus didasarkan dan dilaksanakan dengan
kehendak yang bebas untuk memberikan itikad baik. Selain itu juga adalah tetap
persetujuan yang merupakan salah satu diperlukannya peran serta pemerintah untuk
syarat bagi sahnya suatu persetujuan tidak mengusahakan terjadinya keseimbangan dan
ada (kehendak yang cacat). Di sini terletak keselarasan demi tercapainya keadilan bagi
wewenang hakim untuk menggunakan kepentingan pihak-pihak yang membuat
interpretasi sebagai sarana hukum untuk perjanjian itu sendiri.
melumpuhkan perjanjian yang tidak
Penutup
seimbang. Banyak faktor yang dapat
memberikan indikasi tentang adanya Kontrak mengasumsikan adanya
penyalahgunaan kekuasaan ekonomi untuk individu yang bebas dan setara dengan cara
dipertimbangkan, umpamanya terdapat masing-masing. Dalam masyarakat sipil
syarat-syarat yang diperjanjikan yang kontrak merupakan sarana mendasar untuk
sebenarnya tidak masuk akal atau yang menentukan kepemilikan, dalam masyarakat
29
  Ronny Sautma Hotma Bako, Hubungan Bank dan tersebut kontrak hanya disaingi oleh
Nasabah Terhadap Produk Tabungan dan Deposito: Suatu
Tinjauan Hukum Terhadap Perlindungan Deposan di pemberian dan pewarisan sebagai sarana
Indonesia Dewasa Ini, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1995,
hal. 25-26. mentransfer barang dan kekayaan dari suatu
100 Yuridika: Volume 26 No 2, Mei-Agustus 2011

individu ke individu lain. Sebagaimana menjadi jalan terakhir untuk memastikan


jual beli barang di pasar didasarkan pada bahwa kontrak itu terealisasi. 
kontrak, kontrak tidak sekedar mencirikan
Daftar Bacaan
transaksi yang sifatnya kadang-kadang
atau tidak sering, ini merupakan hubungan Munir Fuady, Hukum Bisnis Dalam Teori
dan Praktek, Buku ke-empat, Citra
materi yang khas dalam masyarakat kapitalis
Aditya Bakti, Bandung, 1997.
modern. Kontrak merupakan sarana yang
lazim dimana pemilik kekayaan disatukan Sir Henry Maine, dalam Soerjono Soekanto,
bersama secara sosial. Dengan demikian, Pokok-Pokok Sosiologi Hukum,
Rajawali Pers, Jakarta, 1980.
cara individu dalam berhubungan satu sama
lain diharapkan dapat memebentuk sifat Mariam Darus Badrulzaman, Kompilasi
bagi masyarakat secara keseluruhan. Apa Hukum Perikatan, Citra Aditya Bakti,
Bandung, 2001.
yang sebenarnya didapatkan dalam sebuah
kontrak  adalah kendali terhadap kehendak Made Rawa Aryawan, Asas Kebebasan
orang lain berkenaan dengan tindakan Berkontrak dalam Kaitannya dengan
kewenangan Hakim untuk Menilai
yang dijanjikan. Kegagalan melaksanakan
Eksistensi Kontrak, Jurnal Ilmu
tindakan yang dijanjikan, karenanya tidak Hukum Vol. 1, No. 1, 2003.
berarti bahwa pihak lain dalam kontrak itu
Hardijan Rusli, Hukum Perjanjian Indonesia
secara otomatis memiliki hak atas obyek atau
dan Common Law, Pustaka Sinar
layanan yang dibeli. Kegagalan mematuhi Harapan, Jakarta, 1996.
ketentuan di sini adalah bahwa individu yang
Sir William Reynel Anson, Anson’s: Law of
melanggar dapat dihukum, bukan obyeknya
Contract, edited by Anthony Gordon
yang harus dipindahtangankannya.     Guest, 25th (centenary) ed., Clarendon
Perjanjian melambangkan Press, Oxford, 1979.
ketidakpastian dan kekurangpercayaan Sayid Sabiq, Unsur-Unsur Dinamika dalam
dalam hubungan empiris antar manusia Islam [Anashirul Quwwah Fil Islam],
dalam masyarakat sipil. Dari sudut pandang diterjemahkan oleh Haryono S. Yusuf,
Intermasa, Jakarta, 1981.
empiris, tidak ada alasan pendorong untuk
menghormati perjanjian jika kita tidak A. Qirom Meliala, Pokok-Pokok Hukum
berkepentingan untuk menghormatinya. Oleh Perjanjian Beserta Perkembangannya,
Yogyakarta, Liberty, 1985.
karena itu kontrak membutuhkan dukungan
positif dari hukum agar bisa berlangsung Sutan Remy Sjahdeini, Kebebasan
dalam masyarakat sipil. Individu bolehjadi Berkontrak dan Perlindungan yang
Seimbang Bagi Para Pihak Dalam
terdorong oleh sisi paling mendasarnya
Perjanjian, Jakarta, Institut Indonesia,
untuk melakukan tindakan yang tidak terpuji 1993.
yang pada tingkatan fenomenal hanya bisa
Budiono Kusumohamidjojo, Dasar-
dicegah dengan menggunakan pemaksaan.
Dasar Merancang Kontrak, Jakarta,
Bila semuanya gagal, pemaksaan harus Grasindo, 1998.
Ghansam Anand: Prinsip Kebebasan Berkontrak 101

Johanes Ibrahim  dan Lindawaty Johannes Gunawan, dalam Bernadette


Sewu, Hukum Bisnis: Dalam M. Waluyo, “Hukum Perjanjian
Persepsi Manusia Modern, Refika sebagai Ius Constituendum (Lege
Aditama,Bandung, 2004. Ferenda)” dalam Aspek Hukum
dari Perdagangan Bebas: Menelaah
Peter Aronstam, dalam Sutan Remy Kesiapan Hukum Indonesia dalam
Sjahdeini, Kebebasan Berkontrak dan Melaksanakan Perdagangan Bebas,
Perlindungan yang Seimbang  Bagi diedit oleh Ida Susanti dan Bayu Seto,
Para Pihak dalam Perjanjian Kredit Citra Aditya Bakti, 2003, Bandung.
Bank di Indonesia, Institut Bankir
Indonesia, Jakarta, 1993. Asikin Kesuma Atmadja, “Pembatasan
Rentenir sebagai Perwujudan
Soedjono Dirdjosisworo, Kontrak Pemerataan Keadilan,”  Varia
Bisnis (menurut Sistem Civil Law, Peradilan (Februari 1987).
Common Law, dan Praktek Dagang
Internasional), Mandar Maju, Subekti, Hukum Perjanjian, Intermasa,
Bandung, 2003, Jakarta, 1992.

W. Friedman, Teori dan Filsafat Hukum Ronny Sautma Hotma Bako, Hubungan
(Legal Theory), diterjemahkan oleh Bank dan Nasabah Terhadap
Muhamad Arifin, Rajawali, Jakarta, Produk Tabungan dan Deposito:
1990. Suatu Tinjauan Hukum Terhadap
Perlindungan Deposan di Indonesia
Soepomo, dalam Mariam Darus Dewasa Ini, Citra Aditya Bakti,
Badrulzaman 2, Aneka Hukum Bisnis, Bandung, 1995.
Alumni, Bandung, 1994.

Setiawan, Menurunnya Supremasi Azas


Kebebasan Berkontrak, PPH
Newsletter Desember, 2003.

Anda mungkin juga menyukai