Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN

PRAKTIKUM DASAR PROSES KIMIA


SIFAT KOLIGATIF LARUTAN

Di Susun Oleh :

NAMA : M.BIMO YUDHANTO


JUDUL PERCOBAAN : SIFAT KOLIGATIF
LARUTAN
KELAS : 2020/2021
HARI / TANGGAL PERCOBAAN : JUM’AT / 23 OKTOBER 2020
KELOMPOK : 3
NAMA INSTRUKTUR/DOSEN : YULI YANA, S.Pd., M.Si

PROGRAM STUDI PETRO DAN OLEO KIMIA


POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA KAMPUS PASER
TAHUN AKADEMIK 2020/2021
SIFAT KOLIGATIF LARUTAN

I. TUJUAN PERCOBAAN
Tujuan dilakukannya praktikkum ini adalah :
1) Untuk menentukan pengaruh penambahan zat terlarut terhadap kenaikan titik
didih
2) Untuk menentukan Kd (tetapan kenaikan titik didih) dari masing-masing larutan
3) Untuk menentukan pengaruh penambahan zat elektrolit dan nonelektrolit
terhadap kenaikan titik didih

II. DASAR TEORI


2.1 Sifat Koligatif Larutan
Sifat koligatif larutan adalah sifat fisika suatu larutan yang bergantung pada
jumlah partikel terlarut, dan tidak dipengaruhi oleh jenis zat terlarutnya. Terdapat empat
macam sifat koligatif larutan yang secara langsung berhubungan dengan jumlah zat
terlarutnya yaitu, penurunan tekanan uap jenuh, kenaikan titik didih, penurunan titik
beku, dan tekanan osmosis (Whitten, 2010).
2.1.1 Penurunan Tekanan Uap
Larutan yang mengandung cairan nonvolatil atau padatan sebagai zat terlarut
akan selalu memiliki tekanan uap lebih rendah dibanding dengan pelarut murni. Tekanan
uap suatu cairan bergantung pada mudahnya molekul untuk lepas dari permukaan cairan.
Letika zat terlarut larut dalam cairan, Sebagian dari seluruh volume larutan akan diduduki
oleh molekul terlarut, dengan demikian mengurangi molekul pelarut per satuan luas
permukaan, hal ini menyebabkan molekul pelarut lebih sukar di banding saat tidak ada
zat terlarut. Penurunan tekanan uap di jelaskan dalam hukum Raoult’s, tekanan uap
sebuah pelarut ideal proporsional dengan fraksi mol pelarut dalam larutan (Whitten,
1999)
0
𝑃𝑃𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 = 𝑋𝑃𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 × 𝑃𝑃𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡
0
∆𝑃𝑃𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 = 𝑃𝑃𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 − 𝑃𝑃𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡
PoPelarut = Tekanan uap pelarut murni
XPelarut = Fraksi mol pelarut
Gambar 2.1 Pengaruh Zat Terlarut Terhadap Tekanan Uap
2.1.2 Kenaikan Titik Didih
Titik didih adalah titik saat temperatur suatu larutan menyebabkan tekanan uap
mencapai 1 atm. Karena zat terlarut menurunkan tekanan uap , maka temperatur larutan
harus dinaikkan untuk mencapai titik didih (Oxotoby, 2012).
Kenaikan titik didih suatu larutan dapat dirumuskan sebagai berikut :
∆𝑇𝑑 = 𝐾𝑑 × 𝑚
∆𝑇𝑑 = 𝑇𝑑 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 − 𝑇𝑑 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 𝑚𝑢𝑟𝑛𝑖
ΔTd = Kenaikan titik didih (oC)
Kd = tetapan kenaikan titik didih (oC Kg/mol)
m = molalitas larutan (mol/Kg)

Gambar 2.2 Grafik Hubungan Tekanan Dan Suhu Larutan dan Pelarut
Murni
2.1.3 Penurunan Titik Beku

Adanya zat terlarut dalam larutan akan mengakibatkan titik beku larutan lebih
kecil daripada titik beku pelarutnya. Persamaannya dapat ditulis sebagai berikut:
∆𝑇𝑓 = 𝐾𝑓 × 𝑚
∆𝑇𝑓 = 𝑇𝑓 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 − 𝑇𝑓 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 𝑚𝑢𝑟𝑛𝑖

Tf = penurunan titik beku (oC)

kf = tetapan perubahan titik beku (oC kg/mol)

m = molalitas larutan (mol/kg)

2.1.4 Tekanan Osmotik


Tekanan osmotik adalah tekanan yang diperlukan untuk menghentikan aliran
osmotik larutan (Jespersen, 20..). Tekanan osmotik dapat dirumuskan sebagai berikut :
𝜋 = 𝑀𝑅𝑇
Π = Tekanan osmotik
M = Molaritas larutan
R = Tetapan gas
T = Temperatur

Gambar 2.3 Peristiwa Osmosis


2.2 Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit
2.2.1 Larutan Elektrolit
Larutan elektrolit adalah larutan yang dapat terionisasi dalam larutan
menghasilkan ion-ion, larutan elektrolit dapat menghantarkan listrik, larutan elektrolit
terbagi dua yaitu elektrolit kuat (α = 1) dan elektrolit lemah (0 < α < 1), contoh elektrolit
kuat adalah, HCl, NaOH, NaCl, sedangkan elektrolit lemah adalah CH 3COOH, HCN,
H2S.
2.2.2 Larutan Non Elektrolit
Larutan non elektrolit adalah larutan yang tidak terionisasi dalam larutan dan
tidak menghasilkan ion-ion dalam larutan, larutan non elektrolit tidak dapat
menghantarkan listrik, contoh non elektrolit adalah,, urea, glukosa, etanol.

2.3 Sifat Koligatif Elektrolit


Elektrolit merupakan zat yang dapat terion dalam larutan, sifat koligatif
bergantung pada jumlah zat dalam larutan, maka sifat koligatif pada larutan elektrolit
akan lebih besar dibanding dengan larutan non elektrolit.

Gambar 2.4 Larutan Elektrolit Memiliki Partikel Lebih Banyak


Dibandingkan Non Elektrolit

2.3.1 Kenaikan Titik Didih


Larutan elektrolit memiliki titik didih lebih tinggi dibanding dengan larutan non
elektrolit, hal ini berkaitan dengan faktor van’t hoff (i), dengan demikian maka :
∆𝑇𝑑 = 𝐾𝑑 × 𝑚 × 𝑖
ΔTd = Kenaikan titik didih (oC)
Kd = tetapan kenaikan titik didih (oC Kg/mol)
m = molalitas larutan (mol/Kg)
i = faktor Van’t Hoff

2.3.2 Penurunan Titik Beku


Larutan elektrolit memiliki titik beku lebih rendah dibanding dengan larutan non
elektrolit, hal ini berkaitan dengan faktor van’t hoff (i), dengan demikian maka :
∆𝑇𝑓 = 𝐾𝑓 × 𝑚 × 𝑖

Tf = penurunan titik beku (oC)


kf = tetapan perubahan titik beku (oC kg/mol)
m = molalitas larutan (mol/kg)
i = faktor Van’t Hoff
2.3.3 Penurunan Tekanan Uap
Larutan elektrolit memiliki tekanan uap lebih rendah dibanding dengan larutan
non elektrolit, hal ini berkaitan dengan faktor van’t hoff (i), dengan demikian maka :
0
𝑃𝑃𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 = 𝑋𝑃𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 × 𝑃𝑃𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 ×𝑖
PoPelarut = Tekanan uap pelarut murni
XPelarut = Fraksi mol pelarut
i = Faktor Van’t Hoff

2.3.4 Tekanan Osmotik


Larutan elektrolit memiliki tekanan osmotik lebih tinggi dibanding dengan
larutan non elektrolit, hal ini berkaitan dengan faktor van’t hoff (i), dengan demikian
maka :
𝜋 = 𝑀𝑅𝑇𝑖
Π = Tekanan osmotik
M = Molaritas larutan
R = Tetapan gas
T = Temperatur
i = Faktor Van’t Hoff
III. ALAT DAN BAHAN
Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah :
3.1 Alat
1) Gelas kimia 25 mL
2) Spatula
3) Hot plate
4) Kaca arloji
5) Thermometer
6) Bulb
7) Pipet volume
8) Neraca digital
3.2 Bahan
1) Larutan garam
2) Larutan gula
3) Aquadest

IV. PROSEDUR KERJA


4.1 Diagram Alir
1. Menentukan titik didih aquadest

Dimasukkan aquadest sebanyak 25 mL ke dalam gelas


kimia lalu dipanaskan hingga mendidih dan mengukur
temperaturnya

Dilakukan pengukuran temperatur secara duplo


2. Menentukan titik didih larutan gula

Ditimbang 1 g gula pasir dan dimasukkan ke dalam gelas


kimia yang berisi 25 mL aquadest, dipanaskan dan diukur
temperaturnya

Ditimbang 2 g gula pasir dan dimasukkan ke dalam gelas


kimia yang berisi 25 mL aquadest, dipanaskan dan diukur
temperaturnya

Ditentukan nilai Kd (tetapan kenaikan titik didih)

Dilakukan percobaan secara duplo

3. Menentukan titik didih larutan gula

Ditimbang 1 g garam dan dimasukkan ke dalam gelas kimia


yang berisi 25 mL aquadest, dipanaskan dan diukur
temperaturnya

Ditimbang 2 g garam dan dimasukkan ke dalam gelas kimia


yang berisi 25 mL aquadest, dipanaskan dan diukur
temperaturnya

Ditentukan nilai Kd (tetapan kenaikan titik didih)

Dilakukan percobaan secara duplo


4.2 Prosedur Kerja
1.) Menentukan titik didih aquadest
a. Dimasukkan aquadest sebanyak 25 mL ke dalam gelas kimia lalu dipanaskan
hingga mendidih dan mengukur temperaturnya
b. Dilakukan pengukuran temperatur secara duplo
2.) Menentukan titk didih larutan gula
a. Ditimbang 1 g gula pasir dan dimasukkan ke dalam gelas kimia yang berisi
25 mL aquadest, dipanaskan dan diukur temperaturnya
b. Ditimbang 2 g gula pasir dan dimasukkan ke dalam gelas kimia yang berisi
25 mL aquadest, dipanaskan dan diukur temperaturnya
c. Ditentukan nilai Kd (tetapan kenaikan titik didih)
d. Dilakukan percobaan secara duplo
3.) Menentukan titik didih larutan garam
a. Ditimbang 1 g garam dan dimasukkan ke dalam gelas kimia yang berisi 25
mL aquadest, dipanaskan dan diukur temperaturnya
b. Ditimbang 2 g garam dan dimasukkan ke dalam gelas kimia yang berisi 25
mL aquadest, dipanaskan dan diukur temperaturnya
c. Ditentukan nilai Kd (tetapan kenaikan titik didih)
d. Dilakukan percobaan secara duplo
V. DATA PENGAMATAN
5.1 Hasil Pengamatan
Tabel 5.1 Titik Didih Aquadest
Percobaan ke- Suhu (oC)
I 83
II 86
Rata-rata 84,5

Tabel 5.2 Titik Didih Larutan Gula 25 mL


Suhu (oC)
Massa (g) Rata-rata
Percobaan I Percobaan II
1 90 93 91,5
2 91 94 92,5

Tabel 5.3 Titik Didih Larutan Garam 25 mL


Suhu (oC)
Massa (g) Rata-rata
Percobaan I Percobaan II
1 92 93 92,5
2 93 94 93,5

Tabel 5.4 Kd (Tetapan Kenaikan Titik Didih Larutan)


Larutan Massa (g) Kd (oC/m)
Gula 1 32,1
2 18,3
Garam 1 5,9
2 3,3
5.2 Perhitungan
1.) Perhitungan massa aquadest
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑑𝑎𝑛 𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠𝑡 − 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔
𝜌 𝑎𝑖𝑟 =
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟
25,1873 𝑔 − 15,0071 𝑔
𝜌 𝑎𝑖𝑟 = = 1,018 𝑔/𝑚𝐿
10 𝑚𝐿
𝑔
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠𝑡 = 𝜌 𝑎𝑖𝑟 × 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑎𝑖𝑟 = 1,018 × 25 𝑚𝐿 = 25,45 𝑔
𝑚𝐿
2.) Perhitungan Kd larutan gula 1 g
∆𝑇𝑏 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 𝑔𝑢𝑙𝑎 1 𝑔 = 𝑇𝑏 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 𝑔𝑢𝑙𝑎 1 𝑔 − 𝑇𝑏 𝐴𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠𝑡 = 8℃
1𝑔 1000
7℃ = 𝐾𝑑 × ×
180 𝑔/𝑚𝑜𝑙 25,45 𝑔
𝐾𝑑 = 32,1 ℃/𝑚
Dilakukan perhitungan yang sama pada massa 2 g gula dalam 25 mL aquadest
3.) Perhitungan Kd larutan garam 1 g
∆𝑇𝑏 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 𝑔𝑢𝑙𝑎 1 𝑔 = 𝑇𝑏 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 𝑔𝑎𝑟𝑎𝑚 1 𝑔 − 𝑇𝑏 𝐴𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠𝑡 = 8℃
1𝑔 1000
8℃ = 𝐾𝑑 × × × 2 = 32,1 ℃/𝑚
58,44 𝑔/𝑚𝑜𝑙 25,45 𝑔
𝐾𝑑 = 5,9 ℃/𝑚
Dilakukan perhitungan yang sama pada massa 2 g garam dalam 25 mL aquadest
VI. PEMBAHASAN
Sifat koligatif adalah sifat larutan yang dipengaruhi oleh jumlah zat terlarut pada
larutan, pada prkatikkum kali ini diujikan salah satu sifat koligatif yaitu kenaikan titik
didih pada larutan gula dan larutan garam dengan berbagai konsentrasi.
Pada pengamatan didapat bahwa titik didih air sebagai pelarut murni adalah 84,5
o
C, setelah mengetahui titik didih pelarut murni maka nilai kenaikan titik didih suatu
larutan dapat dicari dengan menghitung selisih antara titik didih larutan dengan titik didih
pelarut murni
Dari data pengamatan diketahui titik didih larutan paling tinggi adalah larutan
garam 2 g, yang merupakan larutan elektrolit, larutan elektrolit akan mengion dalam
larutan menghasilkan ion-ion, ion-ion ini mengakibatkan jumlah partikel dalam suatu
larutan semakin banyak dan mengakibatkan naiknya titik didih larutan.
Larutan gula mengalami kenaikan titik didih, kenaikan titik didih larutan gula
lebih rendah dibandingkan dengan larutan garam, hal ini disebabkan karena gula dalam
larutan tidak membentuk ion-ion, dan merupakan larutan non elektrolit sehingga titik
didihnya kurang dari larutan elektrolit.
Dari praktikum ini dapat diketahui bahwa penambahan zat terlarut akan
mempengaruhi titik didih pelarut murni, kenaikan titik didih ini berbanding lurus dengan
jumlah zat yang ditambahkan pada pelarut murni. Penambahan zat elektrolit dapat
meningkatkan sifat koligatif dari suatu larutan, karena zat elektrolit dapat terion dalam
larutan dan meningkatkan jumlah partikel pada larutan dibanding dengan zat non
elektrolit.
Kenaikan titik didih memiliki nilai tetapan dengan satuan oC/m yang dapat
dihitung dengan membagi nilai kenaikan titik didih larutan dan nilai molalitas larutan,
larutan gula 1 g memiliki Kd = 32,1 oC/m, larutan gula 2 g memiliki Kd = 18,3 oC/m,
o
larutan garam 1 g memiliki Kd = 5,9 C/m dan larutan garam 2 g memiliki Kd = 3,3
o
C/m.
VII. KESIMPULAN
Dari dilaksanakannya praktikum ini dapat disimpulkan bahwa :
1) Penambahan zat terlarut pada larutan akan menaikkan titik didih larutan
2) larutan gula 1 g memiliki Kd = 32,1 ℃/m, larutan gula 2 g memiliki Kd = 18,3
℃/m, larutan garam 1 g memiliki Kd = 5,9 ℃/m dan larutan garam 2 g memiliki
Kd = 3,3 ℃/m.
3) Penambahan zat elektrolit menaikkan titik didih lebih tinggi dibanding dengan
penambahan zat non elektrolit

VIII. DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2020. Sifat koligatif larutan. (Online), diakses 30 Oktober 2020,


(https://id.wikipedia.org/wiki/Sifat_koligatif_larutan).

Jespersen dkk. 2010. Chemistry: The Molecular Nature of Matter. John Wiley and Sons,
Inc.

Oxotoby dkk. 2012. Principles of Modern Chemistry 7th Edition. Cengage Learning

Whitten dkk. 1999. General Chemistry. Cengage Learning.

Anda mungkin juga menyukai