BAB I ...................................................................................................5
Pendahuluan .......................................................................................5
BAB II .................................................................................................5
Dasar Hukum......................................................................................6
BAB IV ................................................................................................9
BAB V ................................................................................................11
Kewenangan .....................................................................................11
BAB VI ..............................................................................................12
Puji syukur selalu dipanjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat
dan hidayahnya makalah ini dapat dibuat. Makalah ini dibuat dengan tujuan untuk memenuhi
tugas mata kuliah Hukum Kesehatan. Tidak lupa diucapkan lupa terima kasih kepada teman-
teman dan keluarga yang selalu mendukung saya dalam menyelesaikan makalah.
Saya menyadari bahwa proses pembuatan makalah ini dan hasil dari makalah ini terdapat
banyak kekurangan dan kesalahan. Sehingga saya sangat membuka bagi siapa pun yang ingi
memberi kritik da saran yang membangun bagi saya . saya berharap dengan selesainya makalah
ini dengan judul Hospital By Law dan Komite Komite di Rumah Sakit dan Puskesmas dapat
bermanaat dan memberi pengetahuan baru bagi seluruh pembaca . aamiin
Menimbang :
a. bahwa rumah sakit tidak lagi sebagai lembaga social yang kebal hokum tetapi telah begeser
menjadi lembaga yang dapat sebagai subjek hukum;
b. bahwa perubahan paradigm tersebut perlu ditindaklanjuti dengan penyusunan peraturan
internal yang mengatur peran dan fungsi pemilik, pengelola dan staf medis ; c. bahwa
berdasarkan hal tersebut diats maka perlu pedoman peraturan internal rumahsakit sebagai
acuan bagi rumah sakit dalam menyusun peraturan internalnya tersebut
Mengingat :
Menetapkan : keputusan menteri kesehatan R.I tentang berlakunya pedoman peraturan internal
rumah sakit.
Pertama : pedoman peraturan internal rumah sakit yang diberlakukan , telah disusun
sebagaiamana tercantum dalam lampiran keputusan ini
Kedua : setiap rumah sakit penyusunan peraturan internal rumah sakit dengan mengacu pada
pedoman peraturan rumah sakit yang disesuaikan dengan situasi, kondisi, dan kebutuhan masing
masing rumah sakit.
Ketiga : direktorat jendral pelayanan medic akan melakukan monitoring dan evaluasi
penyusunan dan pelaksanaan peraturan internal rumah sakit
Keempat : Pedoman peraturan internal rumah sakit akan dievaluasi dan disempurnakan secara
berkala. Kelima : surat keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan akan
diadakan perbaikan seperlunya apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan
Ditetapkan di
: B O G O R Pada tanggal : 16 juni 2018
MENTERI KESEHATAN
BAB II
KETENTUAN UMUM
Pasal 1 Definisi
Berasal dari dua kata, yaitu :
hospital ( rumah sakit ) dan
By laws ( peraturan institusi )
Kata ‘By law’ terdapat beberapa definisi yang dikemukakan para ahli. Menurut
The Oxford Illustrated Dictionary:
By law is regulation made by local authority or corporation
. Pengertian lainnya,
By laws means a set of laws or rules formally adopted internally by a faculty, organization, or specified
group of persons to govern internal functions or practices within that group, facility, or organization
Guwandi, 2004). Jadi pengertian yang sebenarnya dari hospital by laws adalah
seperangkat peraturan yang dibuat oleh rumah sakit (secara sepihak) dan hanya berlaku di
rumah sakit yang bersangkutan. Tetapi dapat mengikat pihak-pihak lain seperti pasien sepanjang
mereka sepakat dirawat di rumah sakit yang bersangkutan. Hospital by-laws bukanlah suatu
peraturan yang standar dan berlaku atau dapat diterapkan begitu saja bagi setiap rumah sakit,
namun juga bukan suatu peraturan yang berisi ketentuan yang sangat individual atau bahkan
bertentangan dengan hospital by-laws pada umumnya. Hospital by-laws dibuat dengan mengacu
kepada peraturan perundang-undangan yang berlaku, terutama di bidang hukum perdata dan
hukum ketenagakerjaan. Oleh karena itu sangat dianjurkan kepada yang berkepentingan di
rumah sakit yang akan membuatnya untuk berkonsultasi dengan ahli hukum, terutama yang
mengenal hukum kedokteran.
Tingkat dan jenis peraturan di RS
1. PERURAN INTERNASIONAL RS (HBL), terdiri atas : Comparte by low (Peraturan
komporat) dan medical staff by lows (peraturan internal staf medica )
2. Peraturan Internal RS merupakan jenjang tertinggi konstitusi (peraturan dasar ) yang di
susun dan di tetapkan oleh pemilik atau yang mewakili pemilik ; dan mengatur tantang
visi ,misi , tujuan RS, hubungan pemilik,Direktur RS, dan staf Medik.
3. KEBIJAKAN TEKNIK OPRASIONAL ,- disusun engan mengacu padan HBL, dan di
tetapkan Direktur
- Terdiri dari kebijakan dan prosedur administrasi dan teknik profesi
Contoh: SPO,SK,dll
BAB III
Dasar hukum
I. Pidana
Pertanggungjawaban dari aspek hukum pidana terjadi jika kerugian yang ditimbulkan
atas kelalaian yang dilakukan oleh tenaga medis di rumah sakit memenuhi tiga unsur. Ketiga
unsur tersebut adalah adanya kesalahan dan perbuatan melawan hukum serta unsur lainya yang
tercantum dalam ketentuan pidana yang bersangkutan. Perlu dikemukakan bahwa dalam sistem
hukum pidana kita, dalam hal tindak pidana dilakukan oleh korporasi, maka pengurusnya dapat
dikenakan pidana penjara dan denda. Sedangkan untuk korporasi, dapat dijatuhi pidana denda
dengan pemberatan.
2. Apabila tindakan pidana tersebut dilakukan koorporasi, selain pidana penjara dan denda
terhadap koorporasi berupa pidana denda dengan pemberatan 3 (tiga) kali dari pidana denda.
3.Selain pidana denda terhadap koorporasi tersebut, koorporasi dijauhi pidana tambahan berupa:
a. pencabutan izin usaha, dan/atau
b. pencabutan status badan hokum
II. Perdata
Merujuk pendapat Triana Ohoiwutun(2007:81), hubungan hukum ini menyangkut dua
macam perjanjian yaitu perjanjian perawatan dan perjanjian pelayanan medis. Perjanjian
perawatan adalah perjanjian antara rumah sakit untuk menyediakan perawatan dengan segala
fasilitasnya kepada pasen. Sedangkan perjanjian pelayanan medis adalah perjanjian antra rumah
sakit dan pasen untuk memberikan tindakan medis sesuai kebutuhan pasen. Jika terjadi kesalahan
dalam pelayanan kesehatan, maka menurut mekanisme hukum perdata pihak pasien dapat
menggugat dokter berdasarkan perbuatan melawan hukum. Sedangkan gugatan terhadap rumah
sakit dapat dilakukan berdasarkan wan prestasi (ingkar janji), di
samping perbuatan melawan hukum. ”
Sikap/tindakan semua orang yang turut terlibat dalam organisasi rumah sakit. Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata pasal 1367 yang berbunyi: "Seorang tidak saja bertanggung
jawab untuk kerugian yang disebabkan perbuatan sendiri, tetapi juga untuk kerugian yang
disebabkan karena perbuatan orang-orang yang menjadi tanggung jawabnya atau disebabkan
oleh barang- barang yang berada di bawah pengawasannya....". Tanggung jawab rumah sakit
dalam garis besarnya dapat dibagi dalam 3 kelompok, yaitu:
1. Menyangkut personalia, termasuk sikap tindakan atau kelalaian semua orang yang
terlibat dalam kegiatan rumah sakit
2. Menyangkut mutu pemberian pelayanan kesehatan (Standard of Care) di rumah sakit
3. Menyangkut sarana dan peralatan yang disediakan
Menurut hukum kedokteran bentuk risiko yang harus ditanggung oleh pasien itu sendiri, yaitu:
1.Kecelakaan (accident, mishap, mischance, misad venture)
2. Risiko pengobatan (risk of treatment)
3. Kesalahan penilaian profesional (error of clinical judgment)
4. Kelalaian pasien (contributory negligence
Administratif
Pertanggungjawaban rumah sakit dari aspek hukum administratif berkaitan dengan
kewajiban atau persyaratan administratif yang harus dipenuhi oleh rumah sakit khususnya untuk
mempekerjakan tenaga kesehatan di rumah sakit. UU No 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (UU
Kesehatan) yang menentukan antara lain kewajiban untuk memiliki kualifikasi minimum dan
memiliki izin dari pemerintah untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan. Selain itu UU
Kesehatan menentukan bahwa tenaga kesehatan harus memenuhi kode etik, standar profesi, hak
Hospital by law dan Komite Komite Rumah Sakit dan Puskesmas
Page 7
pengguna pelayanan kesehatan, standar pelayanan dan standar prosedur operasional. Jika rumah
sakit tidak memenuhi kewajiban atau persyaratan administratif tersebut, maka berdasarkan Pasal
46 UU RS, rumah sakit dapat dijatuhi sanksi administratif berupa teguran, teguran tertulis, tidak
diperpanjang izin operasional, dan/atau denda dan pencabutan izin.
BAB IV
SUSUNAN ORGANISASI, DAN KOMITE MEDIS DAN STAF MEDIS
Pasal 7
Organisasi terdiri :
1.Direktur
2.Tata Usaha
3.Kepala Bidang
4.Kepala Sub
5.Bag dan Sub Bidang
6.Fungsional medis
7.Fungsional Pelayanan dan keperawatan
Pasal 9
Komite Medis mempunyai fungsi sebagai berikut
1.Memberikan saran kepada Direktur
2.Mengkoordinasikan dan menggerakan kegiatan pelayanan MEDIS.
3.Menangani Hal-hal yang berkaitan dengan etika kedokteran
Pasal 10
Komite Medis mempunyai tugas sebagai berikut :
1.Membantu Direktur Rumah Sakit Menyusun Standar Pelayanan medis dan
memantaupelaksanaannya.
2. Melaksanakan pembinaan etika profesi dan mutu dan profess
3. Mengatur kewenangan profesi antar kelompok staf medis
Membantu Direktur Rumah Sakit Menyusun medical staff bylaws dan membantu
pelaksanaanya 5.Membantu Direktur Rumah Sakit menyusun kebijakan dan prosedur yang
terkait dengan etiko legal.
6.Membantu Diretur Rumah Sakit menyusun kebijakan dan prosedur yang terkait dengan etiko-
legal.
7.Melakukan koordinasi dengan Direktur dalam melaksanakan pemantauan dan pembinaan
pelaksanaan tugas kelompok staf medis.
8.Meningkatkan program pelayanan, pendidikan dan pelatihan serta penelitian
danpengembangan dalam bidang medis.
9.Melakukan monitoring dan evaluasi mutu pelayanan medis antara lain melalui monitoring dan
evaluasikasus bedah, penggunaan obat (drug usage), farmasi dan terafi, ketepatan, kelengkapan
da keakuratan rekam medis, tissue review, mortalitas dan morbidilitas medical care review / per
review / audit medis melalui pembentukansub komite.
10. Memberikan laporan kegiatan kepada Direktur rumah sakit.
Pasal 11
Komite Medis memiliki Wewenang sebagai berikut :
1. Memberikan usul rencana kebutuhan dan peningkatan kualitas tenaga medis
2.Memberikan pertimbangan tentang rencana pengadaan, penggunaan dan pemeliharaan
peralatan medis dan penunjang medis serta pengembangan pelayanan medis.
3.Monitoring dan evaluasi yang terkait dengan mutu pelayanan medis sesuai yang
4.tercantum di dalam tugas Komite medis
5.Monitorig dan evaluasi efisiensi dan efektifitas penggunaan alat kedokteran di rumah sakit.
6.Melaksanakan pembinaan etika pofesi serta mengatur kewenangan profesi antara kelompok
staf medis
7.Membentuk Tim Klinis yang mempunyai tugas menangani kasus-kasus pelayanan medic yang
memerlukan koordinasi lintas pofesi.
8.Memberikan rekomendasi tentang kerjasama rumah sakit dan fakultas kedokteran / kedokteran
gigi / institusi pendidikan lain.
Pasal 12
Pasal 14
Tugas Staf Medis adalah sebagai berikut :
1.Melaksanakan kegiatan profesi yang meliputi prosedur diagnosis, pengobatan, pencegahan,
pencegahan akibat penyakit peningkatan dan pemuliah
2.Meningkatkan kemampuan profesinya, melalui program pendidikan / pelatihan berkelanjut.
3.Menjaga agar kualitas pelayanan sesuai dengan standar profesi, standar pelayanan medis dan
etika kedokteran yang sudah ditetapkan.
4.Menyusun, mengumpulkan, menganalisa dan membuat laporan pemantau indicator mutu klinik
BAB V
KEWENANGAN
Pasal 15
Kewenangan staf medis disusun oleh ketua kelompok staf medis dan kemudian diusulkan oleh
ketua komite medis kepada direktur untuk ditetapkan dengan Keputusan Direktur.
Pasal 16
BAB VI
Fungsi dan tugas Komite Medis
Merupakan Rumah Sakit yang telah mampu memberikan pelayanan Kedokteran Spesialis
dan Subspesialis luas sehingga oleh pemerintah ditetapkan sebagai tempat rujukan tertinggi
(Top Referral Hospital) atau biasa juga disebut sebagai Rumah Sakit Pusat.