Anda di halaman 1dari 18

ASUHAN KEPERAWATAN ILLEUS OBSTRUKTIF

Guna memenuhi tugas Keperawatan Medikal Bedah II

Yang Diampu oleh : Ns. Nury Sukraeny, S.Kep, MNS

DI SUSUN OLEH :

KELOMPOK : 2

1. Ari Wahyuningsih (G2A019112)


2. Naila Rahma Fitri (G2A019113)
3. Shafwan Mahfuzh (G2A019114)
4. Nia Zuliana (G2A019115)
5. Roro Ngesti Utami (G2A019116)
6. Siti Nava Aulia Saputri (G2A019117)
7. Lindasari Pradita Putri (G2A019118)

PROGRAM SARJANA ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG

2021/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa senantiasa kita ucapkan. Atas rahmat dan
karunia-Nya yang berupa iman dan kesehatan akhirnya kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Shawalat serta salam tercurah pada Rasulullah SAW. Semoga syafaatnya mengalir pada kita
kelak.

Makalah dengan judul “Asuhan Keperawatan Illeus Obstruktif” ini dibuat untuk
melengkapi tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah II. Pada isi makalah disampaikan
Tentang Pengertian, Etiologi, Patofisiologis, Manisfestasi Klinik, Penatalaksanaan, dll dari
penyakit Illeus Obstruktif.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah mendukung serta membantu
penyelesaian makalah Penyakit Jantung Koroner ini. Besar harapan penulis agar makalah ini bisa
menjadi rujukan peneliti selanjutnya. Penulis juga berharap agar isi makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca.

Penulis memohon maaf apabila ada kesalahan penulisan. Kritik yang terbuka dan
membangun sangat penulis nantikan demi kesempurnaan makalah. Demikian kata pengantar ini
penulis sampaikan. Terima kasih atas semua pihak yang membantu penyusunan dan membaca
makalah ini.

Semarang, 22 Maret 2021

Penulis,
kelompok II
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Dewasa ini di zaman modern dengan adanya peningkatan derajat ekonomi yang

juga terjadi pada masyarakat sangat berpengaruh terhadap gaya hidup sehari-hari, misalnya

pola aktifitas dan pekerjaan, namun tanpa disadari bahaya yang mengancam kesehatan

juga tidak dapat di hindari (Sjamsuhidayat, 2005).

Ileus obstruktif adalah suatu penyumbatan mekanis pada usus dimana merupakan

penyumbatan yang sama sekali menutup atau menganggu jalannya isi usus. Sekitar 20%

pasien ke rumah sakit datang dengan keluhan akut abdomen oleh karena obstruksi pada

saluran cerna, 80% obstruksi terjadi pada usus halus (Emedicine, 2009).

Setiap tahunnya 1 dari 1000 penduduk dari segala usia didiagnosis ileus. Di

Amerika diperkirakan sekitar 300.000-400.000 menderita ileus setiap tahunnya. Di

Indonesia tercatat ada 7.059 kasus ileus paralitik dan obstruktif tanpa hernia yang dirawat

inap dan 7.024 pasien rawat jalan (Departemen Kesehatan RI, 2010).

Laparatomi pada ileus merupakan jenis pembedahan darurat abdomen yang paling

sering dilakukan di Negara-negara barat. Ileus dapat terjadi pada setiap usia, perbandingan

antara pria dan wanita mempunyai kemungkinan yang sama untuk menderita penyakit

ini. Namun penyakit ini sering dijumpai pada dewasa muda antara umur 20-30 tahun

(Smeltzer, 2002). Insiden antara laki-laki dan perempuan pada usia ini menunjukkan
frekuensi yang sama, akan tetapi pada usia 25 tahun, pada laki-laki frekuensinya lebih

tinggi dengan rasio 3:2 dari perempuan (Issebalcher, 2000).

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa yang di maksud dengan Illeus Obstruktif ?

2. Apa saja Etiologi dari Illeus Obstruktif ?

3. Bagaimana Patofisiologi Terjadi pada Illeus Obstruktif ?

4. Apa saja Manisfestasi dari Illeus Obstruktif ?

5. Bagaimana Penatalaksanaan dari Illeus Obstruktif ?

6. Apa saja Pengkajian Fokus pada Illeus Obstruktif ?

7. Bagaimana Demografi dari Illeus Obstruktif ?

8. Apa saja Riwayat Kesehatan dari Penyakit Illeus Obstruktif?

9. Apa saja Data fokus terkait perubahan pola fungsi dan pemeriksaan fisik dari Illeus
Obstruktif?

10. Apa saja Pemeriksaan Penunjang dari Penyakit Illeus Obstruktif ?

11. Bagaimana Pathways Keperawatan dari Illeus Obstruktif ?

12. Bagaimana Diagnosa Keperawatan dari Penyakit Illeus Obstruktif ?

13. Apa saja fokus Intervensi dari Illeus Obstruktif ?

A. TUJUAN MASALAH

1. Menjelaskan Pengertian Dari Penyakit Illeus Obstruktif

2. Menjelaskan Etiologi dari Penyakit Illeus Obstruktif

3. Menjelaskan Patofisiologi pada Illeus Obstruktif

4. Menyebutkan Manisfestasi Kinis dari Illeus Obstruktif

5. Menjelaskan Penatalaksaan dari Illeus Obstruktif


6. Meneyebutkan Pengkajian fokus pada Illeus Obstruktif

7. Menjelaskan Demografi dari Illeus Obstruktif

8. Menyebutkan apa saja Riwayat Kesehatan dari Illeus Obstruktif

9. Menyebutkan apa saja Data Fokus yang terkait perubahan pola fungsi dan pemeriksaan

fisik dari Illeus Obstruktif

10. Menyebutkan Apa saja Pemeriksaan Penunjang dari Illeus Obstruktif

11.Menyebutkan Pathways Keperawatan dari Illeus Obstruktif

12. Menjelaskan Diagnosa Keperawatan dari Illeus Obstruktif

13. Apa saja fokus Intervensi dari Illeus Obstruktif


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Illeus Obstruksi

Obstruksi usus adalah gangguan pada aliran normal isi usus sepanjang traktus intstinal
(Nettina, 2001). Obstruksi merupakan suatu pasase yang terjadi ketika ada gangguan yang
menyebabkan terhambatnya aliran isi usus kedepan, tetapi peristaltiknya normal (Reeves,
2001). Obstruksi usus merupakan suatu blok saluran usus yang menghambat pasase cairan,
flatus dan makanan dapat secara mekanis atau fungsional (Tucker, 1998). Ileus adalah
gangguan pasase isi usus yang merupakan tanda adanya obstruksi usus akut yang segera
memerlukan pertolongan atau tindakan (Darmawan, dkk, 2010).

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan, obstruksi usus adalah gangguan pada
aliran normal atau suatu blok saluran usus yang menghambat pasase cairan, flatus dan
makanan dapat secara mekanis atau fungsional yang segera memerlukan pertolongan atau
tindakan.

B. Etiologi

Predisposisi ileus biasanya terjadi akibat pascabedah abdomen, tetapi ada faktor
predisposisi lain yang mendukung peningkatan resiko terjadinya ileus, di antaranya (Behm,
2003) sebagai berikut :

1. Sepsis
2. Obat-batan (misalnya: opoid, antasid, coumarin, amitriptyline, chlorpromazine).
3. Ganguan elektrolit dan metabolik (misalnya hipokalamia, hipomagnesemia,
hipernatremia, anemia, atau hoposmolalitas).
4. Infark miokard.
5. Pneumonia
6. Trauma (misalnya: patah tulang iga, cidera spina).
7. Bilier dan ginjal kolik.
8. Cidera kepala dan prosedur bedah saraf.
9. Inflamasi intraabdomen dan peritonitis.
10. Hematoma retroperitoneal.

C. Patofisiologi

Menurut Ester (2001 : 49) pathofisiologi dari obstruksi usus atau illeus adalah : Secara
normal 7-8 cairan kaya elektrolit disekresi oleh usus dan kebanyakan direabsorbsi, bila usus
tersumbat, cairan ini sebagian tertahan dalam usus dan sebagian dieliminasi melalui muntah,
yang menyebabkan pengurangan besar volume darah sirkulasi. Mengakibatkan hipotensi,
syok hipovolemik dan penurunan aliran darah ginjal dan serebral.
Pada awitan obstruksi, cairan dan udara terkumpul pada bagian proksimal sisi yang
bermasalah, menyebabkan distensi. Manifestasi terjadinya lebih cepat dan lebih tegas pada
blok usus halus karena usus halus lebih sempit dan secara normal lebih aktif, volume besar
sekresi dari usus halus menambah distensi, sekresi satu-satunya yang bermakna dari usus
besar adalah mukus.
Distensi menyebabkan peningkatan sementara pada peristaltik saat usus berusaha untuk
mendorong material melalui area yang tersumbat. Dalam beberapa jam peningkatan
peristaltik dan usus memperlambat proses yang disebabkan oleh obstruksi. Peningkatan
tekanan dalam usus mengurangi absorbsinya, peningkatan retensi cairan masih tetap
berlanjut segera, tekanan intralumen aliran balik vena, yang meninkatkan permeabilitas
kapiler dan memungkinkan plasma ekstra arteri yang menyebabkan nekrosis dan
peritonitis.

D. Manifestasi Klinis

a. Obstruksi sederhana

Obstruksi usus halus merupakan obstruksi saluran cerna tinggi, artinya disertai dengan
pengeluaran banyak cairan dan elektrolit baik di dalam lumen usus bagian oral dari
obstruksi, maupun oleh muntah. Gejala penyumbatan usus meliputi nyeri kram pada
perut, disertai kembung. Nyeri bisa berat dan menetap. Nyeri abdomen sering dirasakan
sebagai perasaan tidak enak di perut bagian atas.
b. Obstruksi disertai proses strangulasi

Gejalanya seperti obstruksi sederhana tetapi lebih nyata dan disertai dengan nyeri
hebat. Hal yang perlu diperhatikan adalah adanya skar bekas operasi atau hernia. Bila
dijumpai tanda- tanda strangulasi berupa nyeri iskemik dimana nyeri yang sangat hebat,
menetap dan tidak menyurut, maka dilakukan tindakan operasi segera untuk mencegah
terjadinya nekrosis usus.

c. Obstruksi mekanis di kolon

Timbul perlahan-lahan dengan nyeri akibat sumbatan biasanya terasa di


epigastrium. Nyeri yang hebat dan terus menerus menunjukkan adanya iskemia atau
peritonitis. Konstipasi atau obstipasi adalah gambaran umum obstruksi komplit. Muntah
lebih sering terjadi pada penyumbatan usus besar. Muntah timbul kemudian dan
tidak terjadi bila katup ileosekal mampu mencegah refluks. Bila akibat refluks isi
kolon terdorong ke dalam usus halus, akan tampak gangguan pada usus halus. Muntah
fekal akan terjadi kemudian. Pada pemeriksaan fisik akan menunjukkan distensi
abdomen dan timpani, gerakan usus akan tampak pada pasien yang kurus, dan akan
terdengar metallic sound pada auskultasi. Nyeri yang terlokasi, dan terabanya massa
menunjukkan adanya strangulasi.

E. Penatalaksanaan

Menurut Engram ( 1999 : 243 ) penatalaksanaan obstruksi usus atau illeus adalah :

1) Intubasi nasogastrik dengan pengisap dan menggunakan selang salem sump atau selang
usus panjang (selang cantor, selang harris).
2) Terapi intra vena dengan penggantian elektrolit.
3) Tirah baring.
4) Analgetik.
5) Pembedahan seperti reseksi usus (pengangkatan segmen yang sakit sekostomi temporer,
untuk obstruksi yang disebabkan oleh faktor mekanis.
F. Pengkajian Fokus

Menurut Doenges (1999 : 471) focus pengkajian dari obstruksi usus adalah :

1) Aktifitas atau istirahat.

Gejala : kelemahan, kelelahan, malaise.

2) Sirkulasi.

Gejala atau tanda : takikardi (proses inflamasi dan nyeri).

3) Makanan dan cairan.

Gejala : anoreksia, mual, muntah, penurunan berat badan.

4) Nyeri atau kenyamanan.

Gejala : nyeri tekan dan abdomen atau distensi.

G. Demografi

Identitas pasien

1. Nama : Tn. X

2. Umur. : -

3. Jenis kelamin : laki laki

4. Suku bangsa. : Indonesia

5. Agama : Islam

6. Tanggal pengkajian : Senin, 22 Maret 2021


H. Riwayat Kesehatan

Riwayat kesehatan pasien

1. Keluhan utama

Pasien mengeluh sedikit merasa nyeri pada area luka pembedahan, terutama saat
dilakukan tindakan keperawatan luka.

2. Keluhan saat di kaji

Balutan luka paska laporatomi terlihat basah dana kotor, pada saat dibuka sementara
terlihat luka, dengan karakteristik: masih basah Sebagian kemerahan, Panjang luka
kurang lebih 12 cm dengan 11 simpul jahitan , disekitar luka terlihat kotor oleh debris
dari luka laparotomi.

I. Data Fokus Perubahan Pola Fungsi

Pola Fungsional Gordon

1. Pola persepsi kesehatan manajemen kesehatan

Pasien mengeluh sedikit merasa nyeri pada area pembedahan dan mual pasien belum
mengerti perawatan

pada area yang luka.

2. Pola nutrisi metabolik

Sebelum sakit : makan 3x sehari , porsi normal nasi lauk sayur

Saat dikaji : merasakan mual saat mau makan dan perut kembung.

3. Pola eliminasi

Sebelum sakit : bab 2x sehari, konsistensi lembek, bak 6x sehari warna kuning.

Saat dikaji : susah defekasi dan flatus, serta warna bab dan urine berubah.

4. Pola aktivas latihan

Sebelum sakit : klien mampu melakukan aktifitas sehari hari.


Saat dikaji : pasien bedrest total dan bantuan keluarga.

5. Pola istirahat tidur

Sebelum sakit : klien tidur 9-10 jam per hari.

Saat dikaji : klien sering terbangun karena nyeri abdomen.

6. Pola persepsi diri dan konsep diri

Klien menerima sakitnya dan semangat untuk melawan sakitnya.

7. Pola peran hubungan

Keluarga klien menerima dan memberi suport motivasi penuh kpd klien untuk
kesembuhan.

J. Pemeriksaan Penunjang

Pada pemeriksaan penunjang terdapat:

1. Rontgen toraks: diafragma meninggi akibat distensi abdomen.


2. Rontgen abdomen dalam posisi telentang: mencari penyebab (batu empedu, volvulus,
hernia).
3. Pemeriksaan sinar x: Untuk menunjukan kuantitas abnormal dari gas atau cairan dalam
usus.
4. Pemeriksaan laboratorium (misalnya pemeriksaan elektrolit dan jumlah darah lengkap)
akan menunjukan gambaran dehidrasi dan kehilangan volume plasma dan kemungkinan
infeksi.
5. Pemeriksaan radiogram abdomen sangat penting untuk menegakkan diagnosa obstruksi
usus.

K. Pathways Illeus Obstruktif

ILEUS OBSTRUKTIF

Sepsis Obat-obatan
L. Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri akut berhubungan dengan tindakan pembedahan (tindakan laparatomi)

2. Resiko infeksi berhubungan dengan port de entry (luka operasi)

3. Nausea (mual) berhubungan dengan distensi abdomen

M. Analisa Data

DO :

1. Balutan luka pasca Laparatomi tampak basah dan kotor


2. Panjang luka kurang lebih 12 cm dengan 11 simpul jahit
3. Disekitar luka tampak kotor karena debris
4. Perut tampak membuncit (distensi abdomen)
5. Perkusi perut kembung
DS :
1. Pasien sedikit merasa nyeri pada area luka pembedahan (saat dilakukan perawatan luka)
2. Pasien mengeluh mual

N. Intervensi Keperawatan

No Tujuan dan Kriteria Hasil Rencana Tindakan


Dx 1 Tujuan : setelah dilakukan Observation :
tindakan keperawatan selama - observasi ttv (tekanan darah,
3x24 jam diharapkan pasien rr, nadi, suhu )
dapat berpartisipasi dalam - observasi reaksi non verbal
aktivitas yang dari ketidaknyamanan
diinginkan/diperlukan dengan - identifikasi skala nyeri
kriteria hasil :
- ttv kembali normal Nursing Care :
- nyeri pada area luka pasien - berikan posisi yang nyaman
dapat berkurang
Edukation :
- ajarkan teknik distraksi atau
pengalihan

Collaboration :
- kolaborasi dengan tenaga
medis dalam pemberian obat
analgetik
Dx 2 Tujuan : setelah di berikan Observation :
tindakan keperawatan,
- Observasi ttv (td,rr,n,s)
diharapkan luka pasien
dengan kriteria hasil : - Kaji tentang luka yang
- tidak ada infeksi pada luka
diperban
pasien
- bagian yang luka kembali Nursing Care :
bersih
- Berikan posisi yang nyaman
- Bersihkan kotoran yang ada
disekitar luka karena debris
Education :
- Berikan perban pada area
luka pasca operasi laparatomi,
ajarkan perawatan luka
- edukasi pencegahan luka
Collaboration :
- Kolaborasi dengan tim medis
dalam pemberian terapi obat

Dx 3 Tujuan: setelah di berikan Observation :


tindakan keperawatan - observasi ttv (tekanan darah,
diharapkan terjadi rr, nadi, suhu )
perubahan, dengan kriteria - observasi reaksi non verbal
hasil : dari ketidaknyamanan
- Pasien tidak lagi mengeluh - identifikasi skala nyeri
mual atau menunjukkan
penurunan mual Nursing Care :
- Mual pasien bisa teratasi - berikan posisi yang nyaman

Edukation :
- ajarkan teknik distraksi atau
pengalihan

Collaboration :
- kolaborasi dengan tenaga
medis dalam pemberian obat
analgetik

BAB 3

ANALISA ARTIKEL PENELITIAN

A. Judul Penelitian

“PEMBERIAN TERAPI MUROTAL QUR’AN TERHADAP NYERI SAAT PERAWATAN


LUKA POST OP LAPAROTOMI DI RUANG KUTILANG RS.Dr.H.ABDUL MOELOEK
PROVINSI LAMPUNG”.

B. Peneliti

Marliyana

C. Latar Belakang

Perkembangan globalisasi dan perubahan gaya hidup manusia berdampak terhadap


perubahan pola penyakit. Beberapa tahun terakhir masyarakat Indonesia mengalami
perkembangan dan peningkatan angka kesakitan dan kematian. Untuk mengatasi berbagai
macam keluhan penyakit, mulai dari tindakan yang paling ringan yaitu secara konservatif atau
non bedah sampai tindakan yang paling berat yaitu operatif atau tindakan bedah (Potter dan
Perry, 2006). Data WHO menunjukkan bahwa selama lebih dari satu abad, perawatan bedah
telah menjadi komponen penting dari perawatan kesehatan. Di perkirakan setiap tahun ada
230 juta tindakan bedah dilakukan (Hasri,2012).

Klasifikasikan tindakan pembedahan menjadi dua, yaitu bedah mayor dan minor. Salah
satu tindakan bedah mayor adalah laparotomi (Potter dan Perry, 2006). Laparotomi
merupakan salah satu prosedur pembedahan mayor dengan cara melakukan penyayatan pada
dinding abdomen untuk mendapatkan organ dalam abdomen yang mengalami masalah ,
misalnya kanker, perdarahan, obstruksi, dan perforasi (Sjamsuhidayat ,et al, 2010 ). Menurut
Kristiantari (2009) masalah keperawatan yang terjadi pada pasien post laparotomi meliputi
pelemahan (memburuknya keadaan), keterbatasan fungsi tubuh yang cacat. Pelemahan
meliputi nyeri akut pada bagian lokasi operasi. Nyeri yang hebat merupakan gejala sisa yang
diakibatkan oleh operasi pada regio intraabdomen, sekitar 60% pasien menderita nyeri yang
hebat, 25% nyeri sedang dan 15% nyeri ringan. (Nugroho,2010).

Metode penatalaksanaan nyeri mencakup pendekatan farmakologis dan non farmakologis.


Salah satu pendekatan nonfarmakologis adalah distraksi. Salah satu tekhnik distraksi untuk
pereda nyeri adalah terapi murotal Qur’an. Murrotal Qur’an adalah terapi bacaan Al Qur’an
yang merupakan terapi religi dimana seseorang dibacakan ayat-ayat Al-Qur’an (Hadi,dkk,
2013).

Berdasarkan data dari RS.Hi.Abdul Moeloek pada bulan Januari sampai dengan Mei 2017
menunjukkan bahwa terdapat 250 pasien atau 24,6% yang memerlukan tindakan bedah
laparotomi dari 1013 pasien yang memerlukan tindakan bedah.

D. Review Penelitian

1. Tujuan penelitian

Untuk mengetahui pengaruh pemberian terapi murotal Qur’an terhadap penurunan skala
nyeri saat perawatan luka di ruang kutilang RS. Dr.Hi.Abdul Moeloek Provinsi Lampung.

2. Metode penelitian

Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan desain quasi eksperimen menggunakan
rancangan one group pretest post test design.

3. Sampel
Subyek penelitian ini seluruh pasien post operasi laparatomi yang di rawat di ruang
kutilang RS Dr.Hi.Abdoel Moeloek pada bulan Juni sampai dengan Agustus 2017 dengan
jumlah 30 orang.

4. Tempat penelitian

Ruang kutilang RS .Dr.Hi.Abdul Moeloek Provinsi Lampung

5. Kelemahan dan keterbatasan

E. Hasil Penelitian dan Analisis

Berdasarkan hasil analisa data dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa :

Distribusi frekwensi nyeri sebelum dilakukan tindakan terapi Murotal Qur’an pada pasien
post op laparatomi di ruang Kutilang RS.Dr.Hi.Abdul Moeloek Provinsi Lampung dengan
rata-rata nyeri 9,25 berada pada nyeri sedang, distribusi frekwensi nyeri setelah diberikan
tindakan terapi murotal Qur’an di pada pasien post op laparatomi di ruang Kutilang
RS.Dr.Hi.Abdul Moeloek Provinsi Lampung memiliki rata-rata nyeri 0.68 dengan nyeri
ringan, ada pengaruh pemberian tindakan terapi murotal Qur’an terhadap penurunan
instensitas nyeri di ruang Kutilang RS.Dr.Hi.Abdul Moeloek Provinsi Lampung tahun 2017
(p value= 0,000).

Menurut Utami, Rahma & safitri (2016) tujuan terapi murotal Qur’an yaitu : menurukan
hormon-hormon stress, mengaktifkan hormon edorfin alami, meningkatkan perasaan rileks,
mengalihkan perhatian dari rasa takut, cemas, dan rasa sakit.

Hal ini sesuai dengan teori yang diungkapkan oleh Alexander (2007) dalam Saputra, 2017
bahwa terapi Murotal dapat menurunkan nyeri, karena memiliki efek distraksi dalam inhibisi
persepsi nyeri. Murotal juga dipercaya meningkatkan pengeluaran hormone endorphin yang
memiliki efek rileks dan ketenangan yang timbul, midbrain mengeluarkan Gama Amino
Butyric Acid (GABA) yang berfungsi menghambat hantaran impuls listrik dari satu neuron ke
neuron lainnya oleh neurotransmitter di dalam sinaps. Selain itu, midbrain juga mengeluarkan
enkepalin dan beta endorphin.

Zat tersebut dapat menimbulkan efek analgesia yang akhirnya mengeliminasi


neurotransmitter di dalam sinaps. Selain itu, midbrain juga mengeluarkan enkepalin dan beta
endorphin. Zat tersebut dapat menimbulkan efek analgesia yang akhirnya mengeliminasi
neurotransmitter rasa nyeri pada pusat persepsi dan interpretasi sensorik somatic di otak.
Sehingga efek yang bisa muncul adalah nyeri berkurang.

F. Kemungkinan Diterapkan di Klinik


Dapat diterapkan terapi Murotal Qur’an sebagai alternatif dalam pemberian terapi non
farmaklologis. Karena dapat menurukan hormon-hormon stress, mengaktifkan hormon
edorfin alami, meningkatkan perasaan rileks, mengalihkan perhatian dari rasa takut, cemas,
dan rasa sakit. Selain itu juga mudah diaplikasikan dengan memutar murotal quran melalui
handphone (smartphone).

Murottal merupakan salah satu musik dengan intensitas 50 desibel yang membawa
pengaruh positif bagi pendengarnya (Wijaya, 2009). Menurut Smith dalam Upoyo, Ropi, &
Sitoru (2012) menerangkan bahwa intensitas suara yang rendah merupakan intensitas suara
kurang dari 60 desibel sehingga menimbulkan kenyamanan dan tidak nyeri. Menurut Purna
(2006) dikutip dalam Siswantiah (2011), murottal adalah lantunan ayat-ayat suci Al Quran
yang di lagukan oleh seorang qori direkam serta di perdengarkan dengan tempo yang lambat
serta harmonis. Bacaan Al Qur’an sebagai penyembuh penyakit jasmani dan rohani melalui
suara, intonasi, makna ayat-ayat yang ditimbulkan baik perubahan terhadap sel-sel tubuh,
perubahan pada denyut jantung, pergerakan sel-sel pada kulit pada pasien yang mengalami
nyeri.

Daftar pustaka

Aldriyanto. (2012) Pengaruh Terapi Audio Murottal Ar-Rahman Terhadap Intensitas Nyeri Pada
Pasien Post Operasi SectioCaesaria, PSIK STIKES “Aisyiyah Yogyakarta.

Faradis, Firman. (2012). Efektivitas Terapi Murotal dan Terapi Musik Klasik terhadap
Penurunan Tingkat Kecemasan Pasien Pra Operasi di Pekalongan. Jurnal Ilmiah Kesehatan. Vol
V No. 2 September 2012.

Anda mungkin juga menyukai