Anda di halaman 1dari 25

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Berkat limpahan rahmat,

taufik, hidayah serta inayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah

patofisioanatomi ini.

Maksud dan tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah

Patofisioanatomi dan dengan harapan pembaca dapat lebih mengerti dan memahami tentang

segala sesuatu dari Penyakit Kanker Serviks sehingga dengan bertambahnya pengetahuan

tersebut dapat meminimalisir kasus yang ada.

Penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu

dalam penyelesaian makalah ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masing dalam ketidaksempurnaan. Oleh karena itu, kritik

dan saran yang bersifat membangun akan senantiasa penulis harapkan dalam upaya

penyempurnaan makalah ini.

Akhirnya penulis berharap, makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca dalam

kegiatan belajar mengajar.

Wassalamualaikum Wr. Wb

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................

DAFTAR ISI...................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................

a. Latar Belakang..............................................................................................

b. Rumusan Masalah.............................................................................................

c. Tujuan...........................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN..............................................................................................

2.1 Gambaran Umum Kanker leher rahim ( Kanker Serviks)...............................................

2.2. Epidemiologi Kanker leher rahim ( Kanker Serviks).....................................................

2.3 Patofisiologi Kanker leher rahim ( Kanker serviks)............................................................

2.4 Faktor penyebab dan faktor resiko Kanker leher rahim.......................................................

2.5 Tanda dan Gejala Kanker leher rahim...................................................................................

2.6. Stadium Kanker Seviks Secara Klinik...................................................................................

2.7 Upaya pencegahan dan pengoabatan Kanker leher rahim.................................................

BAB III PENUTUP........................................................................................................

3.1. Kesimpulan............................................................................................................

3.2 .Saran......................................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kanker Leher Rahim (Kanker Serviks) adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam leher

rahim/serviks (bagian terendah dari rahim yang menempel pada puncak vagina. Kanker serviks

biasanya menyerang wanita berusia 35-55 tahun. 90% dari kanker serviks berasal dari sel

skuamosa yang melapisi serviks dan 10% sisanya berasal dari sel kelenjar penghasil lendir pada

saluran servikal yang menuju ke dalam rahim. Karsinoma serviks biasanya timbul pada zona

transisional yang terletak antara epitel sel skuamosa dan epitel sel kolumnar.

Kanker serviks merupakan jenis kanker yang paling banyak nomor tiga di dunia.

Kanker servik disebut juga "silent killer" karena perkembangan kanker ini sangat sulit dideteksi.

Perjalanan dari infeksi virus menjadi kanker membutuhkan waktu cukup lama, sekitar 10-20

tahun. Proses ini seringkali tidak disadari hingga kemudian sampai pada tahap pra-kanker tanpa

gejala. Badan Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan, saat ini penyakit kanker serviks

menempati peringkat teratas di antara berbagai jenis kanker yang menyebabkan kematian pada

perempuan di dunia. Di Indonesia, setiap tahun terdeteksi lebih dari 15.000 kasus kanker serviks

dan setiap satu jam seorang wanita meninggal karena kanker ini

Sekitar 8000 kasus di antaranya berakhir dengan kematian. Menurut WHO, Indonesia

merupakan negara dengan jumlah penderita kanker serviks yang tertinggi di dunia. Pasalnya,

kanker serviks muncul seperti musuh dalam selimut. Sulit sekali dideteksi hingga penyakit telah

mencapai stadium lanjut. Oleh karena itu pengertian kanker serviks mutlak dipahami oleh kaum

wanita di Indonesia.
1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana Gambaran Umum Kanker leher rahim ( Kanker serviks)?

2. Bagaimana Epidemiologi Kanker leher rahim?

3. Bagaimana patofisologKanker leher rahim?

4. Bagaimana faktor resiko dari Kanker leher rahim?

5. Bagaimana Gejala Kanker leher rahim?

6. Stadium Kanker Seviks Secara Klinik

7. Bagaimana upaya pencegahan dan pengobatan penyakit kanker leher rahim?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui Gambaran Umum Kanker leher rahim ( Kanker serviks)

2. Mengetahui Epidemiologi Kanker leher rahim

3. Mengetahui patofisologi Kanker leher rahim

4. Mengetahui faktor resiko dari Kanker leher rahim

5. Mengetahui tanda dan Gejala Kanker leher rahim

6. Mengetahui upaya pencegahan dan pengobatan penyakit kanker leher rahim


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Gambaran Umum Kanker leher rahim ( Kanker Serviks)

Kanker merupakan penyakit akibat pertumbuhan tidak normal dari sel-sel jaringan

tubuh yang berubah menjadi sel kanker dalam perkembangannya. Selsel kanker ini dapat

menyebar ke bagian tubuh lainnya sehingga dapat menyebabkan kematian. Kanker memiliki

berbagai macam jenis dengan berbagai akibat dan salah satu jenis kanker adalah kanker serviks.

Kanker leher rahim merupakan jenis keganasan yang paling sering di temukan

dikalangan wanita indonesia. Kanker serviks mempunyai frekuensi relatif tertinggi (25,6%) di

Indonesia. Menurut perkiraan Departemen kesehatan, terdapat sekitar 100 kasus per 100 ribu

penduduk atau 200 ribu kasus setiap tahunnya. Biasanya tanpa gejala pada stadium dini, tetapi

jika ditemukan pada stadium dini, kanker leher rahim dapat disembuhkan dengan baik. lebih

dari 70% kasus yang datang ke rumah sakit ditemukan dalam keadaan stadium lanjut.

Memiliki perjalanan penyakit ini, hampir 90 % kasus berasal dari epitel permukaan

(epitel skuamosa). Didapatkan suatu keadaan yang disebut pembangkal kanker atau prakanker.

Keadaan tersebut dimulai dari yang bersifat ringan sampai menjadi karsinoma in situ yang

semuanya dapat di diagnosis dengan scrining atau penapisan.

Dalam proses perkembangannya, dapat terjadi perubahan atau perpindahan dari satu

tingkat ke tingkat yang lain. Untuk terjadinya perubahan tersebut diperlukan keadaan yang

“cocok” sehingga untuk menjadi kanker diperlukn waktu 10-20 tahun. Namun jika sudah

menjadi kanker stadium awal, penyakit ini dapat menyebar ke daerah di sekitar mulut rahim.
2.2. Epidemiologi Kanker leher rahim ( Kanker Serviks)

Kanker serviks atau kanker leher rahim atau disebut juga kanker mulut rahim

merupakan salah satu penyakit keganasan dan penyakit kandungan yang masih menempati

posisi tertinggi sebagai penyakit kanker yang menyerang kaum perempuan. Kanker serviks

adalah kanker leher rahim / kanker mulut rahim yang di sebabkan oleh virus Human Papiloma

Virus (HPV). Hanya beberapa saja dari ratusan varian HPV yang dapat menyebabkan kanker.

Penularan virus HPV yang dapat menyebabkan Kanker leher rahim ini dapat menular

melalui seorang penderita kepada orang lain dan menginfeksi orang tersebut. Penularannya

dapat melalui kontak langsung dan karena hubungan seks. Gejala yang mungkin timbul

(Umumnya pada stadium lanjut) adalah perdarahan di luarmasa haid, jumlah darah haid tidak

normal, perdarahan pada masa menopause(setelah berhenti haid), keputihan yang bercampur

darah atau nanah serta berbau, perdarahan sesudah senggama, rasa nyeri dan sakit di panggul,

gangguan buang air kecil sampai tidak bisa buang air kecil.

Berdasarkan hasil survey kesehatan oleh Word Health Organitation (WHO), (2010)

dilaporkan kejadian kanker serviks sebesar 500.000 kasus baru di Dunia. Kejadian kanker

servik di Indonesia, dilaporkan sebesar 20-248 kasus kanker serviks baru setiap harinya.

Kejadian kanker servik di Bali dilaporkan telah menyerang sebesar 553.000 wanita usia subur

pada tahun 2010 atau 43/100.000 penduduk WUS.

2.3 Patofisiologi Kanker leher rahim ( Kanker serviks)

Karsinoma serviks timbul dibatas antara epitel yang melapisi ektoserviks (parsial) dan

endoserviks kanalik serviks yang disebut Squamo Columnar Junction (SCJ). Pada wanita muda

SCJ ini berada di luar ostium uteri eksterneum, sedang wanita berumur > 35 tahun SCJ berada

didalam kanalis serviks. Pada awal perkembangannya kanker serviks tak memberi tanda-tanda
atau keluhan. Pada pemeriksaan dengan spekulum tampak sebagai porsio yang erosif

(Metaplasia Skuamosa) yang fisiologi/patologik.

Tumor dapat tumbuh eksofitik mulai dari SCJ ke arah lumen vagina sebagai masa

proliferasi mengalami infeksi sekunder dan nekrosis, endofitik mulai dari SCJ tumbuh ke dalam

serviks dan cenderung utuh mengadakan infiltrasi menjadi ulkus, ulseratif cenderung merusak

jarinan serviks dengan melibatkan awal farniase vagina menjadi ulkus yang luas.

Serviks yang normal, secara alami mengalami proses metaplasi (erasio) akibat saling

desak mendesaknya kedua jenis epital yang melapisi. Dengan masuknya mutagen, porsio yang

erosif (metaplasia skuamosa) yang semula faali/fisiologik dapat berubah menjadi patologik

(displatik-diskariotik) melalui tingkatan NIS-I, II, III dan KIS untuk akhirnya menjadi

karsinoma invasif. Sekali menjadi mikro invasif atau invasif, proses keganasan akan berjalan

terus. Periode laten (dari NIS-I s/d KIS) tergantung dari daya tahan tubuh penderita. Umumnya

fase prainvasif berkisar antara 3-10 tahun (rata-rata 5-10 tahun). Perubahan epitel displatik

serviks secara kontinu yang masih memungkinkan terjadinya regresi spontan dengan

pengobatan/tanpa diobati itu dikenal dengan unitarian concept dari Richart. Histopatologik

sebagian terbesar (95-97%) berupa epidermoid atau squamous cell carcinoma, sisanya

adenokarsinoma, clearcell carcinoma/mesonephroid carcinoma, dan yang paling jarang adalah

sarkoma.

2.4 Faktor penyebab dan faktor resiko Kanker leher rahim

a. Faktor penyebab

HPV (Human Papiloma Virus) merupakan penyebab terbanyak. Sebagai tambahan

perokok sigaret telah ditemukan sebagai penyebab juga. Wanita perokok mengandung

konsentrat nikotin dan kotinin didalam serviks mereka yang merusak sel. Laki-laki perokok juga
terdapat konsetrat bahan ini pada sekret genitalnya, dan dapat memenuhi servik selama

intercourse.

Defisiensi beberapa nutrisional dapat juga menyebabkan servikal displasia.National

Cancer Institute merekomendasikan bahwa wanita sebaiknya mengkonsumsi lima kali buah-

buahan segar dan sayuran setiap hari. Jika anda tidak dapat melakukan ini, pertimbangkan

konsumsi multivitamin dengan antioksidan seperti vitamin E atau beta karoten setiap hari.

b. Faktor Resiko

1). Pola hubungan seksual

Studi epidemiologi mengungkapkan bahwa resiko terjangkit kanker serviks meningkat

seiring meningkatnya jumlah pasangan.aktifitas seksual yang dimulai pada usia dini, yaitu

kurang dari 20 tahun,juga dapat dijadkan sebagai faktr resko terjadinya kanke servks. Hal ini

diuga ada hubungannya dengan belum matannya derah transformas pada sia tesebut bila serin

terekspos. Frekuensi hubungna seksual juga berpengaruh pada lebi tingginya resiko pada usia

tersebut, yeyapitidak pada kelompok usia lebih tua.

2). Paritas

Kanker serviks sering dijumpai pada wanita yan sering melahirkan. Semakin sering

melahirkan,maka semain besar resiko terjamgkit kanker serviks. Pemelitian di Amerika Latin

menunjukkan hubungan antara resiko dengan multiparitas setelah dikontrol dengan infeksi

HPV.

3). Merokok

Beberapa peneitian menunukan hubungan yang kuat antara merokok dengan kanker

serviks, bahkan setelah dikontrol dengan variabel konfounding sepert pola hubungna seksual.
Penemuan lain mempekhatkan ditemkanna nikotin paa cairan serviks wanita perokok bahan ini

bersifata sebaai kokassnoen dan bersama-sma dengan kasinoge yan elah ada selanjutnya

mendoron pertumbuhan ke arah kanker.

4). Kontrasepsi oral

Penelitian secara perspektif yang dilakukan oleh Vessey dkk tahun 1983 mendapatkan

bahwa peningkatan insiden kanker serviks dipengaruhi oleh lama pemakaian kontrasepsi oral.

Penelitian tersebut juga mendapatkan bahwa semua kejadian kanker serviks invasive terdapat

pada pengguna kontrasepsi oral. Penelitian lain mendapatkan bahwa insiden kanker setelah 10

tahun pemakaian 4 kali lebih tinggi daripada bukan pengguna kontrasepsi oral. Namun

penelitian serupa yang dilakukan oleh peritz dkk menyimpulkan bahwa aktifitas seksual

merupakan confounding yang erat kaitannya dengan hal tersebut.

WHO mereview berbagai peneltian yang menghubungkan penggunaan kontrasepsi oral

dengan risko terjadinya kanker serviks, menyimpulkan bahwa sulit untuk menginterpretasikan

hubungan tersebut mengingat bahwa lama penggunaan kontraseps oral berinteraksi dengan

factor lain khususnya pola kebiasaan seksual dalam mempengaruhi resiko kanker serviks.

Selain itu, adanya kemungkinan bahwa wanita yang menggunakan kontrasepsi oral lain

lebih sering melakukan pemeriksaan smera serviks,sehingga displasia dan karsinoma in situ

nampak lebih frekuen pada kelompok tersebut. Diperlukan kehati-hatian dalam

menginterpretasikan asosiasi antara lama penggunaan kontrasepsi oral dengan resiko kanker

serviks karena adanya bias dan faktor confounding.

5). Defisiensi gizi


Beberapa penelitian menunjukkan bahwa defisiensi zat gizi tertentu seperti betakaroten

dan vitamin A serta asam folat, berhubungan dengan peningkatan resiko terhadap displasia

ringan dan sedang. Namun sampasaat ini tdak ada indikasi bahwa perbaikan defisensi gizi

tersebut akan menurunkan resiko.

6). Sosial ekonomi

Studi secara deskrptif maupun analitik menunjukkan hubungan yang kuat antara kejadian

kanker serviks dengan tingkat social ekonomi yang rendah. Hal ini juga diperkuat oleh

penelitian yang menunjukkan bahwa infeksi HPV lebih prevalen pada wanita dengan tingkat

pendidikan dan pendapatan rendah. Faktor defisiensi nutrisi, multilaritas dan kebersihan

genitalia juga dduga berhubungan dengan masalah tersebut.

7). Pasangan seksual

Peranan pasangan seksual dari penderita kanker serviks mulai menjadi bahan yang

menarik untuk diteliti. Penggunaan kondom yang frekuen ternyata memberi resiko yang rendah

terhadap terjadinya kanker serviks. Rendahnya kebersihan genetalia yang dikaitkan dengan

sirkumsisi juga menjadi pembahasan panjang terhadap kejadian kanker serviks. Jumlah

pasangan ganda selain istri juga merupakan factor resiko yang lain.

8). Ras

Pada ras Afrika-Amerika kejadian kanker leher rahim meningkat sebanyak 2 kali dari

Amerika Hispanik. Sedangkan untuk ras Asia-amerika memiliki angka kejadian yang sama

dengan warga Amerika. Hal ini berkaitan dengan faktor sosioekonomi

9). Faktor seksual dan reproduksi


Hubungan seksual pertama kali sebelum usia 16 tahun berkaitan dengan peningkatan

risiko kanker leher rahim 2 kali dibandingkan wanita yang melakukan hubungan seksual setelah

usia 20 tahun. Kanker leher rahim juga berkaitan dengan jumlah partner seksual. Semakin

banyak partner seksual maka semakin meningkat risiko kanker leher rahim. Peningkatan paritas

(jumlah kehamilan) juga merupakan faktor risiko kanker leher rahim.

10). Kontrasepsi

Penggunaan kontrasepsi pil dalam jangka waktu lama (5 tahun atau lebih) meningkatkan

risiko kanker leher rahim sebanyak 2 kali. Penggunaan metode kontrasepsi barrier (penghalang),

terutama yang menggunakan kombinasi mekanik dan hormon memperlihatkan penurunan angka

kejadian kanker leher rahim yang diperkirakan karena penurunan paparan terhadap agen

penyebab infeksi.

11). Kondisi imunosupresi (penurunan kekebalan tubuh)

Pada wanita imunokompromise (penurunan kekebalan tubuh) seperti transplantasi ginjal

dan HIV, dapat mengakselerasi (mempercepat) pertumbuhan sel kanker dari noninvasif menjadi

invasif (tidak ganas menjadi ganas).

12). Stress

Stress menghambat kemampuan kita untuk menghadapi penyakit, dan selalu disebut

berhubungan dengan kanker. Ini terjadi karena ketika kita dalam keadaan stress, ketahanan

tubuh kita menurun dan sel-sel lebih rentan terhadap penyakit seperti penyakit kanker leher

rahim tersebut.

2.5 Tanda dan Gejala Kanker leher rahim


Kanker leher rahim pada stadium dini sering tidak menunjukkan gejala atau tanda-tanda

yang khas, bahkan kadang-kadang tidak ada gejala sama sekali.

Gejala yang mungkin timbul antara lain :

a. munculnya rasa sakit dan perdarahan saat berhubungan intim

b. Keluar keputihan atau cairan encer dari vagina

c. Pendarahan sesudah mati haid

d. Pada tahap lanjut dapat keluar cairan kakuning kuningan, berbau dan dapat bercampur

dengan darah.

e. Hambatan dalam berkemih, serta pembesaran ginjal

f. Penurunan berat badan drastis.

Apabila gejala-gejala tersebut sudah muncul, biasanya kanker sudah dalam setadium

lanjut. Untuk itu perlu segera diperiksakan ke dokter karena makin dini penyakit didiagnosis

dan diobati, makin besar kemungkinan untuk disembuhkan.

2.6. Stadium Kanker Seviks Secara Klinik

I Kanker masih terbatas di jaringan serviks dan belum menyebar ke badan rahim.

IA Karsinoma yang didiagnosa baru hanya secara mikroskop dan belum menunjukkan

kelainan/keluhan klinik.

IA1 Kanker sudah mulai menyebar ke jaringan otot dengan dalam < 3 mm, serta ukuran

besar tumor <7 mm.

IA2 Kanker sudah menyebar lebih dalam (>3 mm – 5 mm) dengan lebar = 7 mm.
IB Ukuran kanker sudah > dari IA2

IB1 Ukuran tumor = 4 cm

IB2 Ukuran tumor > 4 cm

II Kanker sudah menyebar keluar jaringan serviks tetapi belum mengenai dinding rongga

panggul. Meskipun sudah menyebar ke vagina tetapi masih terbatas pada 1/3 atas vagina.

IIA Tumor jelas belum menyebar ke sekitar uterus.

IIB Tumor jelas sudah menyebar ke sekitar uterus.

III Kanker sudah menyebar ke dinding panggul dan sudah mengenai jaringan vagina lebih

rendah dari 1/3 bawah. Bisa juga penderita sudah mengalami ginjal bengkak karena

bendungan air seni (hidroneposis) dan mengalami gangguan fungsi ginjal.

IIIA Kanker sudah menginfasi dinding panggul.

IIIB Kanker menyerang dinding panggul disertai gangguan fungsi ginjal dan / atau

hidronephrosis.

IV Kanker sudah menyebar keluar rongga panggul, dan secara klinik sudah terlihat tanda-

tanda infasi kanker ke selaput lendir kandung kencing dan/atau rektum.

IVA Sel kanker menyebar pada alat/organ yang dekat dengan serviks.

IVB Kanker sudah menyebar pada alat/organ yang jauh dari serviks.

2.7 Upaya pencegahan dan pengoabatan Kanker leher rahim

1. Upaya Pencegahan

a. Pemberian vaksin kanker serviks


Keganasan kanker serviks dapat menyerang wanita tanpa melihat kelompok umur.

Vaksin dapat diberikan pada kelompok umur 11-26. Vaksin diberikan pada bulan 0,1 dan bulan

ke 6. Adapula untuk anda yang memiliki riwayat terinfesi virus papiloma manusia dapat

diberikan vaksinasi dengan efektifias yang kurang. Vaksinasi dapat dilakukan di dokter

kandungan. Vaksinasi hanya dilakukan untuk pencegahan bukan untuk pengobatan.

Vaksin yang dimaksud adalah vaksin HPV untuk dapat mencegah human papiloma

virus (HPV) yang dapat menyebabkan kanker serviks. Diharapakan vaksin ini akan mencegah

sedikitnya 70% (7 dari 10) jenis kanker serviks (squamous cell) yang paling sering terjadi.

Vaksin diberikan melalui suntikan ke dalam otot (lengan atas atau paha). Penyuntikan

vaksin sebanyak 3 (tiga) dosis yang terpisah. Setelah dosis pertama, dosis kedua kedua dan

ketiga diberikan 2 bulan dan 6 bulan kemudian. Dari fakta bahwa HPV ditularkan melalui

hubungan seks, maka vaksin ini paling efektif apabila di berikian kepada anak perempuan

sebelum mereka mulai melakukan hubungan seks. Sementara ini diperkirakan bahwa vaksin

akan di berikan pada perempuan berusia 11 tahun, karena semua jenis vaksin bekerja paling

baik apabila diberikan pada anak-anak sebelum mencapai usia remaja.

b. Deteksi dengan Pap Smear

Pap smear atau tes papaniculou merupakan metode skrining untuk dapat mendeteksi

kanker serviks. Test ini telah terbukti dapat mendeteksi dini terjadinya infeksi virus penyebab

kanker serviks, sehingga mampu menurunkan resiko terkena kanker serviks dan memperbaiki

prognosis. Adapun anjuran untuk anda yang ingin mencegah sejak dini dapat melakukan pap

smear setahun sekali untuk wanita yang telah menginjak usia 35 tahun, wanita yang pernah

menderita infeksi HPV, wanita pengguna pil kontrasepsi. Lakukan sesering mungkin jika hasil

pap smear anda menunjukan tidak normal atau setelah pengobatan pre kanker.
Untuk anda yang akan melakukan pap smear perhatikan ketentuannya agar hasil akurat :

1. Melakukan pap smear pada dua minggu setelah hari pertama haid.

2. Sebelum pemeriksaan sebaiknya tidak menggunakan obat atau bahan herbal pencuci alat

kewanitaan.

3. Penderita paska persalinan dianjurkan datang 6-8 minggu untuk melakukan pap smear.

4. Selama 24 jam sebelum pemeriksaan tidak dianjurkan untuk berhubungan seksual.

c. Hindari hubungan seks bebas

Human papiloma virus (HPV) yaitu virus penyebab kanker serviks dapat menular

melalui hubungan seksual. Fakta menunjukan hubungan seksual dengan menggonta-ganti

pasangan menjadi penyebab utama penularan HVS.

d. Hindari rokok

Banyak pesan dan peringatan yang menyatakan bahwa rokok sangat membahayakan

dan memicu timbulnya penyakit ringan atau berbahaya akan tetapi untuk sebagian orang

(perokok) masih menganggap remeh pesan itu. Untuk anda wanita, penderita kanker serviks

diantaranya adalah 30 persen dari wanita perokok aktif. Penyebabnya adalah kandungan zat

kimia yang terdapat di dalam rokok memicu infeksi virus penyebab kanker serviks.

e. Menghindari diet tidak seimbang

Diet sudah menjadi kebiasaan wanita yang bersifat penting untuk menjaga bentuk tubuh

dan kesehatan. Jika anda sering melakukan diet dan menghindari asupan buah dan sayur , itu

merupakan diet salah . Diet yang salah dapat memicu perkembangan virus penyebab kanker

serviks. Kandungan yang terdapat dalam sayur dan buah justru dapat membantu untuk
melindungi anda dari serangan kanker serviks. Perhatikan pula makanan dan minuman anda

jangan sampai mengandung zat kimia berbahaya seperti pengawet , pewarna dan penyedao rasa.

f. Produk kimia berbahaya

Kehidupan modern yang bersifat instans justru memicu timbulnya kanker. Kandungan

berbahaya yang terdapat di dalam pembungkus dan bahan plastik yang terkena panas memicu

timbulnya kanker. Minimalisir penggunaan sterofom, bahan plastik yang dipanaskan atau

terkena plastik.

2. Pengobatan

Pada umumnya, kanker leher rahim berhasil diobati, apalagi bila ditemukan secara dini.

Pemeriksaan Pap Smear

Pemeriksaan Pap Smear adalah salah satu cara pemeriksaan sel leher rahim yang dapat

mengetahui perubahan perkembangan sel leher rahim, sampai mengarah pada pertumbuhan sel

kanker sejak dini. Pemeriksaan sel leher rahim dengan cara ini pertama kali diperkenalkan pada

tahun 40 – an dengan adanya teknik pemeriksaan ini angka kematian karena kanker rahim turun

sampai 75%

1. Operasi

Pada prinsipnya, operasi sebagai pengobatan kanker leher rahim dilakukan apabila

kanker belum menyebar. Bila tumor masih berada di dalam jaringan serviks dan ukurannya

masih < 3 mm, maka dilakukan operasi ekstrafacial histerektomi. Biasanya, operasi ini resiko

kambuh dan penyebaran ke kelenjar getah bening adalah < 1%.


Kanker serviks tingkat IA2, IB, atau IIA dilakukan operasi pengangkatan rahim secara

total berikut kelenjar getah bening sekitarnya (radikal histerektomi).

Operasi pada kanker serviks meliputi:

 Lymphadenectomy, yaitu membuang nodus limfe pada daerah serviks. Jenis

operasi ini umum dilakukan pada kanker serviks.

 Radikal trachelectomy, yaitu membuang serviks dan jaringan yang ada

disekitarnya. Kombinasi radikal trachelectomy dan lymphadenectomy merupakan

pilihan operasi bagi wanita muda yang mengidap kanker serviks stadium awal bagi

yang ingin mempertahankan kesuburannya.

 Radikal hysterectomy, yaitu operasi mengangkat uterus, serviks dan sebagaian

vagina. Pada beberapa kasus, ovarium, tuba falopi dan nodus limfe juga ikut

diangkat. Jenis operasi ini dikombinasikan dengan kemoterapi atau terapi radiasi.

 Bilateral Salpingo-oophorectomy, yaitu operasi mengangkat kedua ovarium dan

tuba falopi. Jenis operasi ini pada beberapa kasus dikombinasikan dengan

hysterectomy.

2. Pengobatan dengan zat kimia (Khemoterapi)

Kemoterapi adalah suatu metode pengobatan yang bertujuan untuk membunuh sel

kanker. Obat ini menyasar sel kanker dengan cara merusak dan menghambat factor-faktor

pertumbuhan sel. Pada beberapa jenis obat kemoterapi yang konvensional efek obat kemo tidak

hanya berakibat pada sel kanker saja tapi juga pada sel yang sehat. Sehingga sering kali muncul

efek samping pasca pemberian kemoterapi, contohnya adalah kebotakan, mual dan muntah.

Obat kemoterapi biasanya diberikan melalui intravena (IV) atau per oral.
Sebenarnya terdapat rute lain lagi yang bisa digunakan namun untuk kanker serviks

pemberiannya lebih umum dengan intravena atau mulut.

Beberapa jenis kemoterapi yang biasanya digunakan pada pengobatan kanker serviks

adalah:

Carboplatin

Cisplatin

Paclitaxel

Fluorouracil (5FU)

Cyclophosphamide

Docetaxel

Ifosfamide

Gemcitabine

Efek samping yang sering terjadi pada kemoterapi dapat bervariasi, tergantung pada

jenis obat yang diberikan. Ada obat yang secara spesifik menyebabkan mual-muntah, ada yang

menyebabkan kebotakan, ada yang menyebabkan penurunan sel darah putih. Namun secara

umum obat kemoterapi akan menyebabkan mual, kebotakan dan rasa kelelahan. Saat ini

berkembang obat-obat yang berfungsi untuk mengatasi efek samping yang muncul pasca

kemoterapi sehingga pasien akan merasa lebih nyaman pasca kemoterapi.

Frekuensi pemberian kemoterapi tergantung pada berbagai factor. Dokter akan

membuat rencana pengobatan sesuai berdasarkan pada jenis kanker, stadium, factor kesehatan,

jenis obat kemoterapi yang diberikan dan metode pengobatan lain yang digunakan.
Pada kanker serviks, pemberian obat kemoterapi umumnya diberikan setiap minggu

atau setiap tiga minggu sekali. Jika pemberian dengan metode setiap 3 minggu maka akan

diberikan sebanyak 6 siklus. Pada beberapa kasus, kemoterapi tidak bisa dilakukan secara

lengkap sebanyak 6 siklus, sehingga dokter terkadang harus memilih alternative pengobatan

lain.

Hal-hal yang sebaiknya diketahui sebelum menjalani kemoterapi antara lain:

Kemoterapi merupakan pengobatan yang intensive sehingga pasien sebaiknya mengetahui

beberapa hal sebelum menjalani kemoterapi:

 Obat kemoterapi apa yang akan diberikan

 Mengapa obat ini dipilih

 Berapa lama kemoterapi akan berlangsung dan berapa siklus

 Apa efek samping yang akan muncul

 Efek samping apa yang membutuhkan perhatian medis

 Berapa tingkat kesuksesan pengobatan dengan kemoterapi ini dengan wanita lain

pada kasus yang sama

 Apakah kemoterapi ini akan berdampak pada aktivitas keseharian

 Apakah ada obat yang akan diberikan untuk mengatasi efek samping kemoterapi

Kanker serviks dan pengobatannya dapat berdampak pada keinginan anda memiliki

anak, tapi beberapa jenis pengobatan dapat membuat anda tetap subur. Pengobatan kanker

serviks dapat berdampak pada kesuburan, hal ini terkadang sangat sulit untuk dibayangkan.

Tapi tetaplah berfikir bahwa ketidaksuburan yang terjadi setelah kanker serviks sebenarnya

dapat dielakkan sebab ada beberapa tahapan yang dapat anda lakukan untuk melindungi dan

membuat anda tetap akan bisa memiliki anak.


3. Vaksin HPV

Vaksin HPV saat ini sudah digunakan untuk mencegah kanker leher rahim dan kutil

kelamin karena HPV. Vaksin tersebut bekerja dengan cara melindungi dari 4 tipe HPV yang

paling sering menyebabkan penyakit, yaitu tipe 6, 11, 16, dan 18, tipe yang menyebabkan 70%

kanker leher rahim dan 90% kutil kelamin. Vaksin tersebut dikeluarkan oleh U.S.Foods and

Drugs Administration (FDA) pada tahun 2006 dan sudah dinyatakan aman untuk wanita berusia

9 – 26 tahun.

Vaksin diberikan dalam 3 dosis dalam periode 6 bulan yaitu pemberian awal, 2, dan 6

bulan berikutnya. Belum diketahui keefektifannya pada wanita yang hanya menerima 1 atau 2

dosis saja. Karena ini sangat penting diberikan 3 dosis penuh untuk para wanita. Keefektifan

vaksin HPV menurut penelitian diperkirakan selama 5 tahun, seberapa lama vaksin ini dapat

memberikan efek perlindungan masih belum jelas. Sebaiknya vaksin diberikan sebelum kontak

seksual pertama atau sebelum wanita terekspos dengan HPV. Hal ini disebabkan karena vaksin

mencegah penyakit pada wanita yang belum terkena satu atau beberapa tipe HPV yang dapat

dilindungi oleh vaksin. Vaksin ini tidak bekerja terlalu efektif pada wanita yang sudah memiliki

virus HPV di dalam tubuhnya sebelum menerima vaksin. Efek samping paling umum adanya

nyeri ketika disuntikkan. Vaksin ini belum direkomendasikan pada wanita hamil karena masih

sedikit informasi mengenai keamananya pada wanita hamil. Vaksin HPV ini hanya bersifat

melindungi dari paparan yang belum terjadi, dan bukan untuk mengobati. Skrining tetap

diperlukan setelah memperoleh vaksin HPV karena vaksin tidak melindungi untuk semua tipe

HPV.

4. Terapi Radiasi Kanker Serviks


Terapi radiasi menggunakan energy tinggi seperti sinar-x untuk menurunkan ukuran

tumor atau membunuh sel kanker. Jenis pengobatan ini dapat digunakan secara internal dengan

material radioaktif yang ditanam dalam bentuk implant dan dimasukkan pada uterus atau secara

eksternal dengan menggunakan mesin terapi radiasi.

Menggunakan Pengobatan Tradisional

a. Ramuan untuk diminum

 Bahan ramuan

Untuk penderita stadium dini sampai menengah (I dan II)

Benalu teh 10 gram

Buah Makassar 7 gram

Jombang 5 gram

Rumput Mutiara 3 gram

Jali 3 gram

Untuk penderita stadium menengah sampai lanjut (III dan IV)

Benalu teh 15 gram

Buah Makassar 7 gram

Jombang 5 gram

Rumput mutiara 5 gram

Jali 5 gram
 Cara meramu setiap ramuan

1. Bubukan

a. Campudr dan masukkan semua bahan dalam wadah yang terbuat dari bahan

tembikar (kuali)

b. Tambahkan air mendidih sebanyak dua gelas

c. Aduk hingga rata

d. Diamkan sebentar hingga ramuan siap diminum

2. Bahan segar

a. Cuci semua bahan hingga bersih

b. Siapkan tempat rebusan yang terbuat dari bahan kuali

c. Masukkan semua bahan yang telah dicuci ke dalam kuali

d. Tambahkan tiga gelas air

e. Rebus hingga tersisa air rebusan kira-kira dua gelas

f. Dinginkan sebentar dan masukkan kedalam gelas jika akan diminum.

 Cara menggunakan ramuan

1. Ramuan diminum sebanyak dua kali sehari yaitu satu gelas pada pagi hari saat bangun

tidur dan satu gelas pada malam hari sebelum tidur.

2. Jika tidak suka rasa pahit, dapat ditambahkan madu asli atau gula aren asli secukupnya.

 Ramuan untuk tidak diminum

a. Bahan ramuan

Kapur ambar 5 buah

Daun sirih 10 lembar

Air bersih yang mendidih ½ ember


1. Cara meramu

 Haluskan kapur ambar dan masukkan kedalam air mendidih

 Masukkan daun sirih sambil dikucek-kucek kedalam air yang telah dicampur kapur

ambar

2. Cara menggunakan dan manfaatnya

 Air campuran kapur ambar dan daun sirih digunakan untuk membersihkan vagina

yang luka setiap pagi dan sore hari.

 Manfaatnya untuk mengurangi lendir yang banyak keluar, mengurangi gatal-gatal,

dan menghilangkan bau yang berlebihan dari vagina.


BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kanker serviks adalah kanker leher rahim / kanker mulut rahim yang di sebabkan oleh

virus Human Papiloma Virus (HPV). Penularan virus HPV yang dapat menyebabkan Kanker

leher rahim ini dapat menular melalui seorang penderita kepada orang lain dan menginfeksi

orang tersebut. Penularannya dapat melalui kontak langsung dan karena hubungan seks.

Beberapa Faktor Resiko diantaranya Pola hubungan seksual, Paritas, Merokok,

Kontrasepsi oral, Defisiensi gizi, Sosial ekonomi, dan Pasangan seksual. Kanker serviks

memiliki tanda dan gejala berupa munculnya rasa sakit dan perdarahan saat berhubungan intim,

Keluar keputihan atau cairan encer dari vagina, Pendarahan sesudah mati haid, Pada tahap lanjut

dapat keluar cairan kakuning kuningan, berbau dan dapat bercampur dengan darah., juga

hambatan dalam berkemih, serta pembesaran ginjal, penurunan berat badan drastis.
Beberapa Upaya Pencegahan yang dapat dilakukan yaitu Pemberian vaksin kanker

serviks, Deteksi dengan Pap Smear, Hindari hubungan seks bebas Hindari rokok, Menghindari

diet tidak seimbang, serta Produk kimia berbahaya.

3.2 Saran

Saran yang dapat penulis berikan adalah bagi wanita sebaiknya jangan melakukan

hubungan seksual dengan usia < 16 tahun, jangan sering berganti-ganti pasangan. Dikarenakan

kanker serviks dini tidak menimbulkan gejala oleh karena itu deteksi dini dapat melakukan

pemeriksaan pap smear bagi wanita yang telah menikah setidaknya 6 bulan sekali. Dan bagi

penderita kanker serviks jangan berputus asa, berusaha dan berdoa agar penyakitnya sembuh.

Untuk mencegah jangan gonta-ganti pasangan, jangan menikah terlalu muda, jangan merokok.

Lakukan aktivitas fisik serta makan-makanan yang bergizi dan seimbang, tetap positif thinking

hindari pergaulan bebas, free sex, dan say no to drugs.

Anda mungkin juga menyukai