Anda di halaman 1dari 9

9

GAMBARAN PENGGUNAAN PARTOGRAF PADA KASUS RUJUKAN OLEH


BIDAN DI RUANGN PONEK RS SINGAPARNA MEDIKA CITRAUTAMA
TASIKMALAYA TAHUN 2017

Yeni Supriani1, Widya Maya Ningrum2


Program Studi Diploma III Kebidanan STIKes Respati Tasikmalaya

ABSTRAK

Angka kematian ibu di Indonesia yang disebabkan oleh komplikasi persalinan masih
cukup tinggi, yang mana sebagian besar penyebab kematian dapat dicegah dengan
penanganan yang tepat. Salah satunya dengan penggunaan partograf pada saat pemantauan
persalinan. Hasil Monitoring dan evaluasi kepada bidan di wilayah Kabupaten Tasikmalaya
menyebutkan hanya20 % bidan yang lengkap dalam jumlah partograf dan benar dalam
pengisian, sebagian besarnya mendokumentasikan partograf pada beberapa persalinan saja,
pengisiannya tidak lengkap, dan mendokumentasikan partograf setelah persalinan selesai.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran kepatuhan bidan dalam penggunaan
partograf pada kasus rujukan oleh bidan. Penelitian ini bermanfaat bagi bidan untuk
meningkatkan motivasi dalam penggunaan partograf, sehingga akan tepat dalam mengambil
keputusan padasaat melakukan rujukan.
Jenis penelitian kuantitatif dengan metode deskriptif, sampel dalam penelitian ini ibu
bidan yang melakukan rujukan sebanyak 33 orang.Data diperoleh melalui kuesioner yang
diwawancarakan langsung, setelah syarat administrasi rujukan selesai kemudian dianalisis
univariat dan disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi.
Hasil penelitian didapatkan bahwa pendidikan reponden sebagian besar dari DIII
kebidanan (84.8%), masa kerja berkisar antara 6-10 (51.5%), seluruh responden (100%)
telah pelatihan APN, seluruh responden (100%) memiliki sarana dan prasarana yang
lengkap, hampir seluruh (97.0%) pernah mendapatkan supervisi dan sebagian besar tidak
membawa partograf pada saat melakukan rujukan (78.8%).
Kesimpulan dari penelitian bahwa responden mempunyai faktor yang mendukung
terhadap penggunaan partograf, dari aspek pendidikan masa kerja, sarana, pelatihan dan
supervisi, namun dalam penggunaan partograf pada saat melakukan rujukan masih rendah,
hal ini ditunjukan dari data bahwa sebagian besar responden tidak membawa partograf pada
saat melakukan rujukan.

Kata Kunci : Pendidikan, masa kerja, pelatian, sarana, supervisi,penggunaan patograf


Kepustakaan:26 (2004-2016)

Prosiding Seminar Nasional Kebidanan ___________________________STIKes Respati Tasikmalaya


10

PENDAHULUAN dapat sesegera mungkin menatalaksana


masalah tersebut atau merujuk ibu dalam
Masalah kematian ibu dan bayi di kondisi optimal. Instrumen ini merupakan
Indonesia masih menjadi topik hangat salah satu komponen dari pemantauan dan
yang selalu dibicarakan dalam upaya penatalaksanaan proses persalinan secara
penurunannya. Menurut Kemenkes RI lengkap.
(2015) angka kematian ibu di Indonesia Penelitian partograf WHO dilakukan
mengalami penurunan bila dibandingkan multisentral di Indonesia (4 rumah sakit),
dengan hasil survei pada tahun 2012, Thailand (2 rumah sakit), dan Malaysia (2
dimana AKI mencapai 359/100.000 rumah sakit) selama 15 bulan (Januari
kelahiran hidup sedangkan pada tahun 1990-Maret 1991), menghasilkan modul/
2015 AKI sebesar 305/100.000 kelahiran form partograf yang sekarang banyak di
hidup (Kemenkes RI, 2013). Meskipun pakai di mana-mana. Penelitian ini
demikian AKI tetap menajdi permasalahan bermaksud mengevaluasi penggunaan
yang perlu diselesaikan. partograf dalam manajemen dan hasil
Penyebab utama kematian ibu di persalinan, bahwa dengan menggunakan
Indonesia adalah perdarahan (42%), partograf dapat mengurangi agumentasi
eklampsia (13%), abortus (11%), infkesi dengan oksitosin hingga 54 %, mengurangi
(10%), partus macet (9%) dan penyebab lama proses persalinan yaitu persalinan
lain (15%). Sedangkan penyebab tidak yang lebih dari 18 jam serta mengurangi
langsung adalah pendidikan rendah, sosial postpartum sepsis hingga 59%.Fenomena
ekonomi, 4 terlalu dan 3 terlambat yang terjadi, menyatakan kebijakan tentang
(Kemenkes RI, 2015).Sebagian besar penggunaan partograf tersebut belum
kematian ibu tersebut berada pada masa sepenuhnya berjalan sesuai prosedur.Bidan
persalinan, seperti akibat komplikasi praktek sebenarnya sudah mengetahui
persalinan, perdarahan dan karena penyulit kebijakan tersebut, namun belum
persalinan. sepenuhnya melakukan dengan baik.Dalam
Menurut Sujiyantini (2010) yang pelaksanaannya bidan tidak menggunakan
dikutip Wulandari (2014) menyebutkan partograf dengan lengkap, benar dan tepat
bahwa sebagian besar penyebab kematian waktu.
dapat dicegah dengan penanganan yang Sejalan dengan hasil monev yang
tepat. Salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh bidan Koordinator Dinas
dilakukan adalah meningkatkan Kesehatan Kabupaten Tasikmalaya, dari
pengetahuan dan keterampilan petugas 490 bidan yang tersebar di wilayah
kesehatan dalam menolong persalinan, kabupaten mencapai 20 % bidan yang
salah satunya dalam penggunaan partograf lengkap dalam jumlah partograf dan benar
pada saat observasi persalinan. Partograf dalam pengisian. Dari hasil monev tersebut
yaitu alat bantu untuk membuat keputusan sebagian besar bidan hanya
klinik, memantau, mengevaluasi dan mendokumentasikan partograf pada
menatalaksana persalinan. Partograf dapat beberapa persalinannya saja dan dalam
digunakan untuk mendeteksi dini masalah pengisiannya pun tidak lengkap, bahkan
dan penyulit dalam persalinan sehingga hasil survey memberikan gambaran

Prosiding Seminar Nasional Kebidanan ___________________________STIKes Respati Tasikmalaya


11

sebagian besar bidan mendokumentasikan N Masa Frekuen Persenta


partograf setelah persalinan selesai o Kerja si si
1 < 5 tahun 6 18.2
METODE PENELITIAN
2 6-10 tahun 17 51.5
Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode deskriptif 3 > 10 tahun 10 30.3
dengan pendekatan studi kasus, yang Total 33 100.0
bertujuan untuk mengetahui gambaran
faktor yang mempengaruhi kepatuhan bidan Data pada tabel 5.2 diketahui bahwa
dalam pengisian partograf pada kasus mayoritas masa kerja responden berkisar
rujukan di PONEK RS SMC Tasikmalaya antara 6-10 yaitu sebanyak 17 orang
Periode Februari -Maret Tahun 2017. (51.5%).
Sampel dalam penelitian ini bidan yang
melakukan rujukan dari kal I fase Aktif ke 3. Faktor pelatihan
Ruang PONEK RS SCM Tasikmalaya tahun Tabel 5.3 Distribusi frekuensi pelatihan
2017yaitu sebanyak 33 bidan. Sampel APN
diperoleh dengan menggunakan teknik
accidental sampling.
No Pelatihan Frekuensi Persentasi

HASIL 1 Pernah 33 100.0


Berikut hasil penelitian yang didapatkan: 2 Tidak 0 0
pernah
1. Faktor pendidikan Total 33 100.0

Tabel 5.1 Distribusi frekuensi


Data pada tabel 5.3 diketahui bahwa
pendidikan bidan
seluruh responden (100%) pernah
mendapatkan pelatiahn APN.
No Pendidikan
FrekuensiF
1 D3 28 84.8 4. Faktor sarana dan pasarana
2 D4 5 15.2 Tabel 5.4 Distribusi frekuensi sarana dan
prasarana
33
Total 100.0

No Sarana dan
Data pada tabel 5.1 diketahui bahwa prasana Frekuensi Persentasi
mayoritas pendidikan responden berasal
1 Lengkap 33 100.0
dari DIII kebidanan yaitu sebanyak 28 orang
(84.8%). 2 Tidak 0 0
pernah
2. Faktor masa kerja Total 33 100.0

Tabel 5.2 Distribusi frekuensi masa Data pada tabel 5.4 diketahui bahwa
kerja Bidan seluruh responden (100%) memiliki sarana
dan prasarana yang lengkap.

Prosiding Seminar Nasional Kebidanan ___________________________STIKes Respati Tasikmalaya


12

peningkatan pengetahuan dan pendidikan


5. Faktor supervisi saja tidaklah cukup tetapi harus disertai
Tabel 5.5 Distribusi frekuensi adanya perubahan kepercayaan, sikap dan
supervisi. konsep berfikir dari personal.
Ambarwati (2016) dalam penelitiannya
No Supervisi Frekuensi Persentasi menemukan kekonsistenan bidan ini
1 Ada 32 97.0 didukung oleh pendidikan bidan yang
semuanya merupakan lulusan D III
2 Tidak ada 1 3.0
kebidanan dimana dalam pendidikan D III
Total 33 100.0 sudah diberikan teori tentang penggunaan
Data pada tabel 5.5 diketahui bahwa partograf. Hasil penelitian lain terkait
hampir seluruh responden yakni 32 orang konsistensi bidan dalam penggunaan
(97.0%) pernah mendapatkan supervise partograf juga dilakukan oleh Gustiawati
(2012), di Kabupaten Tanjung Barat yang
6. Pengunaan partograf. menunjukkan 53,2% bidan dari 79
responden konsisten dalam menggunakan
Tabel 5.6 Distribusi frekuensi partograf. Hal ini juga didukung oleh status
penggunaan partograf pendidikan sebagian besar bidan yang sudah
tamat D III kebidanan sudah diajarkan cara-
No Kepatuhan Frekuensi Persentasi cara penggunaan partograf.
1 Patuh 7 21.2 Data pada tabel 5.2 diketahui bahwa
mayoritas masa kerja responden berkisar
2 Tidak 26 78.8
antara 6-10 yaitu sebanyak 17 orang
Total 33 100.0 (51.5%). Responden yang memiliki masa
Sebagian besar responden tidak kerja 6-10 tahun sebanyak 14 orang (82.4%)
membawa partograf 78,8 % diantaanya tidak patuh dalam pengian
partograf.
PEMBAHASAN Masa kerja merupakan indikator yang
Hasil penelitian didapatkan bahwa dapat mempengaruhi peningkatan
mayoritas pendidikan responden berasal kemampuan keterampilan seseorang.
dari DIII kebidanan yaitu sebanyak 28 Semakin lama masa kerja seseorang,
orang (84.8%).Dari jumlah tersebut biasanya tingkat keterampilan mengenai
diperoleh responden yang berpendidikan bidang pekerjaannya akan semakin
DIII Kebidanan sebanyak 22 orang (78.6%) meningkat. Produktivitas seseorang yang
tidak patuh dalam pengisian partograf. sudah lama bekerja di suatu perusahaan,
Pendidikan merupakan indikator yang artinya dengan bertambahnya usia, mungkin
mencerminkan kemampuan seseorang untuk bisa mengalami peningkatan karena lebih
dapat menyelesaikan suatu pekerjaan. banyak pengalaman dan lebih bijaksana
Menurut Depkes (2004), latar belakang dalam rnengambil keputusan (Muchlas,
pendidikan merupakan masalah mendasar 2005).
yang dapat menentukan keberhasilan Menurut Nurbaiti (2010) Faktor yang
pelaksanaan suatu program. Menurut mempengaruhi kepatuhan bidan dalam
Gammon & Gould (2005), untuk memenuhi penggunan partograf antara lain yaitu Faktor
kebutuhan dalam pelaksanaan praktek,

Prosiding Seminar Nasional Kebidanan ___________________________STIKes Respati Tasikmalaya


13

predisposisi terdiri dari pendidikan, bertujuan untuk meningkatkan kemampuan


pengetahuan, motivasi, sikap, masa kerja dan kemahiran bidan dalam melakukan
dan pelatihan, Pengalaman (masa kerja) deteksi dini. Menurut Sullivan dan Gaffiksin
biasanya dikaitkan dengan waktu mulai (1997), kompetensi berarti bidan yang telah
praktik kebidanan dimana pengalaman kerja dilatih akan mengetahui langkah, urutan
juga ikut menentukan kepatuhan dalam yang benar dan dibutuhkan dalam
pengisian partograf. Semakin lama masa melaksanakan suatu prosedur. Kompetensi
kerja maka pengalaman semakin banyak dan petugas pemberi pelayanan harus ditetapkan
kecakapan akan lebih baik karena sudah dengan tepat berdasarkan pengetahuan,
menyesuaikan diri dengan pekerjaannya. keahlian, keterampilan, sikap dan perilaku
Ambarwati (2016) dalam penelitiannya yang dibutuhkan (Anonim 2006).
menemukan bahwa lama kerja bidan sendiri Penelitian Ambarwati (2016) yang
juga berkontribusi dalam mendukung mengutip penelitian Simatupang (2011)
kepatuhan bidan terhadap pengisian menyatakan bahwa walaupun bidan telah
partograf, sebanyak 70,8% bidan sudah mengikuti pelatihan APN, serta memiliki
bekerja lebih dari 10 tahun. Sehingga sudah kompetensi sesuai dengan standar namun
banyak pengalaman yang masih ada bidan yang tidak menyadari
didapatkan.Pengalaman adalah suatu pentingnya pengisian partograf. Pertolongan
kejadian yang pernah dialami seseorang persalinan oleh bidan tidak selalu dilakukan
dalam berinteraksi dengan lingkungan di tempat pelayanan kesehatan namun sering
(Mubarak, 2011).Pengalaman diperoleh kali dilakukan di rumah, bila dilakukan
salah satunya melalui pelatihan.Pelatihan pendeteksian kelainan persalinan secara dini
merupakan usaha untuk memperbaiki atau maka tidak akan terjadi keterlambatan
meningkatkan pengetahuan dan dalam melakukan rujukan.
keterampilan dalam melakukan suatu Ratmawati (2015) menambahkan,
pekerjaan tertentu yang sedang menjadi sebaliknya pendidikan yang kurang akan
tanggung jawabnya.Salah satu pelatihan menghambat perkembangan sikap
yang diikuti oleh bidan adalah APN. seseorang terhadap nilai yang
diperkenalkan. Tingkat pendidikan
Data pada tabel 5.3 diketahui bahwa merupakan faktor utama kemampuan untuk
seluruh responden (100%) pernah mencerna dan memahami suatu informasi.
mendapatkan pelatiahn APN.Namun dari Hasil pemahaman dan ilmu yang diterima
hasil penelitian ini didapatkan responden oleh responden berpendidikan Diploma III
yang mengikuti pelatihan APN sebanyak 26 akan berbeda dengan responden yang
orang (78.8%) tidak patuh dalam pengisian berpendidikan Diploma I.
partograf. Disini tingkat pendidikan juga
Pelatihan merupakan pengembangan mencerminkan lamanya proses belajar.
secara formal yang dilakukan oleh Banyaknya responden yang berpendidikan
organisasi karena adanya tuntutan pekerjaan Diploma III diharapkan akan meningkatkan
saat ini ataupun masa yang akan datang yang kualitas persalinan yang dilaksanakan,
bersifat non karier atau peningkatan karier terutama dalam pemantauan menggunakan
seseorang. Pelatihan APN merupakan partograf.
pelatihan berbasis kompetensi yang

Prosiding Seminar Nasional Kebidanan ___________________________STIKes Respati Tasikmalaya


14

Wawan dan Dewi (2010) menyatakan Hasil penelitian didapatkan diketahui


bahwa pengetahuan dipengaruhi oleh bahwa hampir seluruh responden yakni 32
pendidikan, pekerjaan, umur, lingkungan orang (97.0%) pernah mendapatkan
dan sosial budaya.Oleh karena itu semakin supervisi. Hasil penelitian responden yang
tinggi pendidikan dan keterampilan mendapat supervisi sebanyak 25 orang
seseorang kemungkinan makin baik tingkat (78.1%) tidak patuh dalam pengisian
pengetahuan yang dimiliki. partograf.
Hasil penelitian diketahui bahwa Supervisi adalah suatu proses
seluruh responden (100%) memiliki sarana kemudahan sumber-sumber yang diperlukan
dan prasarana yang lengkap.Dari hasil staf untuk menyelesaikan tugas–tugas.
penelitian didapatkan responden yang Supervisi sebagai suatu kegiatan
memiliki sarana dan prasarana secara pembinaan, bimbingan atau pengawasan
lengkap sebanyak 26 orang (78.8%) tidak oleh pengelola program terhadap
patuh dalam pengisian partograf. pelaksanaan di tingkat adimistrasi yang
Prasarana dan sarana kesehatan yang lebih rendah dalam rangka menetapkan
tersedia merupakan bagian yang tidak dapat kegiatan sesuai dengan tujuan dan sasaran
dipisahkan dari pelayanan kesehatan, karena yang telah ditetapkan (Suhartati, 2005).
kesehatan menyentuh hampir semua aspek Sri Utami (2013) dalam penelitiannya
demografi/kependudukan, keadaan dan menemukan bahwa terdapat hubungan yang
pertumbuhan ekonomi masyarakat termasuk positif dan secara statistik signifikan antara
tingkat pendidikan serta keadaan dan persepsi supervisi dengan penyusunan
perkembangan lingkungan fisik maupun partograf. Semakin baik persepsi bidan
biologik (Noor, 2007). tentang supervisi akan meningkatkan
Gustiawati (2012) dalam penelitiannya ketepatan penyusunan partograf (b = 0.50;
menemukan hubungan ketersediaan alat CI95% 0.05 hingga 0.94; p = 0.030). Ketiga
dengan penggunaan partograf pada variabel (pengetahuan, motivasi dan
pertolongan persalinan.Hasil penelitiannya persepsi supervisi) mampu menjelaskan
menunjukkan adanya hubungan yang variabel penyusunan partograf sebesar 41,8
signifikan dengan penggunaan partograf % dan ketiga variabel tersebut berhubungan
sebagai alat pemantau persalinan. Sebanyak secara signifikan (p < 0.001).
35,4% bidan tidak mempunyai alat dan Pelaksanaan supervisi dapat
reagen untuk pemeriksaan urine. Sehingga meningkatkan kepatuhan karyawan dalam
dari ketersediaan alat mmhkmhhe5’emiliki menjalankan tugasnnya.Adanya hubungan
berhubungan dengan kepatuhan dengan p antara supervisi dengan kinerja dalam
value 0.001. asuhan kebidanan sesuai dengan tujuan
Sarana dalam meningkatkan kepatuhan supervisi yaitu adanya peningkatan dan
bidan dalam pengisian partograf tidak pemantapan kinerja perawat dalam
terlepas dari peran sarana yang meningkatkan pelayanan terhadap pasien
tersedia.Sarana disini merupakan sehingga dapat memberikan pelayanan
keberadaan lembar partograf itu sendiri sebaik-baiknya pada pasien.
sehingga adanya partograf tersebut bidan Berdasarkan hasil penelitian melalui
dapat mengisi partograf sesuai dengan pengkajian terhaap lembar partograf yang
kemajuan persalinan. digunakan bidan selama persalinan pada

Prosiding Seminar Nasional Kebidanan ___________________________STIKes Respati Tasikmalaya


15

bulan April diperoleh data bahwa seluruh responden sejak mulainya fase aktif
bidan termasuk kompeten dalam pengisian persalinan.
partograf. Hal ini terlihat dari partograf yang Pengisian lain dilakukan pada bagian
diisi oleh bidan, dimana pada halaman bawah partograf (pembukaan serviks dan
depan, seluruh bidan mencantumkan atau penurunan) tertera kotak-kotak yang diberi
mengobservasi persalinan dimulai pada fase angka 1-16. Setiap kotak menyatakan waktu
aktif persalinan dan menyediakan lajur dan satu jam sejak dimulainya fase aktif
kolom untuk mencatat hasil-hasil pe- persalinan.
meriksaan selama fase aktif persalinan. Pengisian waktu aktual saat
Data dasar tentang ibu misalnya, mulai pemeriksaan telah dilakukan oleh seluruh
dari nama, umur, gravida, para, abortus bidan, menhenai hal ini seluruh bidan
(keguguran), nomor catatan medis/nomor mencatat pembukaan serviks dan
puskesmas, tanggal dan waktu mulai dilanjutkan mencatat waktu aktual
dirawat (atau jika di rumah, tanggal dan pemeriksaan ini di kotak waktu yang sesuai.
waktu penolong persalinan mulai merawat Sebagai contoh, hasil penelitian pada lembar
ibu), waktu pecahnya selaput ketuban diisi observasi partograf pada pasien dengan
dengan lengkap. pembukaan 6 cm pada pukul 15.00, bidan
Kemudian pengisan pada bagian menuliskan tanda "X" di garis waspada yang
kondisi janin,DJJ, warna dan adanya air sesuai dengan angka 6 yang tertera di sisi
ketuban, penyusupan (molase) kepala janin, luar kolom paling kiri dan catat waktu yang
diisi dengan lengkap oleh responden sesuai pada kotak waktu di bawahnya.
disesuaikan dengan kondisi.Dalam hal ini, Beberapa langkah lain yang telah diisi
bidan melakukan pemeriksaan dalam (setiap oleh bidan sesuai dengan langkah APN
4 jam) menilai dan mencatat turunnya adalah pencatatan pada kontraksi uterus:
bagian terbawah atau presentasi janin.Pada frekuensi dan lamanya, obat-obatan dan
persalinan normal, bidan menilai kemajuan cairan yang diberikan: oksitosin, obat-
pembukaan serviks umumnya diikuti obatan lainnya dan cairan IV yang diberikan
dengan turunnya bagian terbawah atau serta pengisian pada kondisi ibu seperti
presentasi janin. Pada bagian kata nadi, tekanan darah dan temperatur tubuh.
"Turunnya kepala" dan garis tidak putus dari Nadi, tekanan darah dan temperatur tubuh.
0-5, seluruh bidan mengisnya sama dengan Hasil penelitian terhadap lembar
angka pada pembukaan serviks. Hal ini belakang partograf, diperoleh data bahwa
menunjukkan bahwa bidan telah mengisi sebanyak 7 orang bidan telah
sesuai dengan prosedur.Kemudian pada mengisinya.Halaman belakang partograf
garis waktu, seluruh bidan mengisinya merupakan bagian untuk mencatat hal-hal
dengan tanda "". yang terjadi selama proses persalinan dan
Selanjutnya, pengisian partograf pada kelahiran, serta tindakan-tindakan yang
kemajuan persalinan, seluruh bidan juga dilakukan sejak persalinan kala I sampai
melakukan pengisian terhadap pembukaan persalinan kala IV (termasuk Bayi baru
serviks, penurunan bagian terbawah janin lahir).
atau presentasi janin, garis waspada dan
garis bertindak. Begitupun dengan jam dan
waktu yang digunakan dan disi oleh

Prosiding Seminar Nasional Kebidanan ___________________________STIKes Respati Tasikmalaya


16

KESIMPULAN
Sebagian besar pendidikan responden
adalah DIII kebidanan (84.8%). dengan
masa kerja berkisar antara 6-10
(51.5%).Seluruh responden telah mengikuti
pelatihan APN(100%), dengan 100 %
memiliki sarana dan prasarana. Sebanyak
(97.0%) pernah mendapatkan supervisi.akan
tetapi sebagian besar tidak patuh (78.8%)
dalam pengisian partograf

SARAN
Bidan di sarankan untuk selalu membawa
lembar partograf saat melakukan rujukan
sebagai syarat standar untuk merujuk bagi
bidan sehingga pelayanan atau tindakan di
tempat rujukan
Pihak dinas kesehatan disarankan untuk
mengevaluasi kinerja bidan dalam
penerapan penggunaan partograf, sehingga
dinas kesehatan dapat mengeluarkan
kebijakan sehubungan dengan aplikasi
partograf sebagai salah satu media
pendikumentasian dalam melakukan
rujukan

Prosiding Seminar Nasional Kebidanan ___________________________STIKes Respati Tasikmalaya


17

DAFTAR PUSTAKA Kemenkes RI. 2016, Profil Kesehatan


Adnani. 2013. Filosofi Kebidanan, TIM. Indoensia 2015. Depkes RI.
Jakarta. Manuaba, Ida Bagus Gede. 2008. Ilmu
Alexandra. 2012. Sosiologi Kebidanan. Kebidanan, Penyakit Kandungan dan
Rona KB. EGC. Jakarta
Ambarwarti (2016). Gambaran Kepatuhan Nurbaiti.2004. Ilmu Perilaku dan Tingkat
Bidan Dalam Pengisian Partograf Di Kepatuhan.http://www.alnurses.com,
Wilayah Kerja Dinas Kesehatan di akses tanggal 4 Mei 2014
Kabupaten Magelang. Sekolah Tinggi Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
Ilmu Kesehatan Ngudi Waluyo 1464/Menkes/Per/2010
Ambarwati. 2009. Asuhan Kebidanan Ratmawati (2015). Analisis Faktor-Faktor
Komunitas. Nuha Medika. Jogjakarta. Yang Berhubungan Dengan
Anonim. 2006. Artikel, Jaringan Pelatihan Kepatuhan Bidan Dalam Penggunaan
Dalam Peningkatan Derajat Partograf Di Wilayah Kerja Dinas
Kesehatanfrom : Kesehatan Kabupaten Banjarnegara
http://www.tempo.co.id/medika/arsip Tahun 2014
Diakses tahun 2017 Saefudin.2010. Ilmu Kebidanan dan
Boyoh (2015). Hubungan Pengetahuan Kandungan. YBPSP. Jakarta
Dengan Kepatuhan Minum Obat Sedarmayanti (2014). Manajemen
Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Sumberdaya Manusia. Reflika
di Poliklinik Endokrin Rumah Sakit Aditama. Jakarta
Prof. DR. R. D. Kandou Manado Siswosudarmo, 2009. Obstetri Fisiologi.
Carpenito.2007. Buku Saku Diaghnosis Bagian Obstetri & Ginekologi. FK
kepereawatan.EGC. Jakarta UGM. Jogjakarta.
Depkes RI, 2004. Kurikulum dan Modul Smet. Bart. 2012. Psikologi Kesehatan.
Pelatihan Bidan Poskesdes Grasindo. Jakarta
dalamPengembangan Desa Siaga, Sri Utami. (20132) Hubungan Antara
JakartaGammon & Gould (2005), Pengetahuan, Motivasi Dan Supervisi
Gustiawati (2012).Faktor-faktor yang Dengan Ketepatan Penyusunan
berhubungan dengan penggunaan Partograf Yang Dilakukan Bidan.
partograf oleh bidan di Kabupaten Universitas Negeri Sebelas Maret
Tanjung Barat 2012.Fakultas Suhartati, 2005. Media Pengembangan
Kesehatan Masayrakat Universitas SDM Kesehatan, Vol. 1 No. 1, Januari
Indonesia. 21017.
Handoko, 2005. H, Manajemen Personalia Tjahyono, 2006. pengembangan Instrumen
dan Sumber Daya Manusia. Edisi II. Pengembangan Manajemen kinerja
BPFE, Yogyakarta. (PMK) seluruh tenaga Klinik
Hasibuan, 2005.Perilaku dan Impikasinya. puskesmas, pusat manajemen
http://www.ar.itb.ac.id/ Diakses tahun pelayanan kesehatan FK UGM
2017 bekerja sama dengan WHO,
JNPK-KR . 2008. AsUHAN Persalinan
Normald an Inisiasi Menyusu Dini. Varney Midwifery. 2007. Ilmu Kebidanan.
Depkes RI. JNPKKR EGC. Jakarta

Prosiding Seminar Nasional Kebidanan ___________________________STIKes Respati Tasikmalaya

Anda mungkin juga menyukai