Anda di halaman 1dari 31

KONSEP MEDIS

A. Pengertian
Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh
virus dengue sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk kedalam tubuh
penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegypty (Nursalam, dkk. 2008).
Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang terdapat pada anak dan
orang dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang
disertai ruam atau tanpa ruam. DHF sejenis virus yang tergolong arbo virus dan
masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegypty (betina)
(Hidayatalimulaziz. 2006).
Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah suatu penyakit akut yang
disebabkan oleh virus yang ditularkan oleh nyamuk aedes aegypty (Suriadi.
2010).
Dari beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa dengue
haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue
sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk kedalam tubuh penderita
melalui gigitan nyamuk aedes aegypty yang terdapat pada anak dan orang dewasa
dengan gejala utama demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang disertai ruam atau
tanpa ruam.

B. Klasifikasi
1. Derajat I :
Demam disertai gejala klinis lain atau perdarahan spontan, uji turniket positi,
trombositopeni dan hemokonsentrasi.
2. Derajat II :
Derajat I di sertai perdarahan spontan di kulitdan atau perdarahan lain.
3. Derajat III :
Kegagalan sirkulasi : nadi cepat dan lemah, hipotensi, kulit dingin lembab,
gelisah.
4. Derajat IV :
Renjatan berat, denyut nadi dan tekanan darah tidak dapat di ukur.
C. Etiologi DHF
Virus dengue sejenis arbovirus yang di tularkan melalui gigitan nyamuk
aedes aegypti. Nyamuk aedes aegypti berbentuk batang, stabil pada suhu 37 0C.
Adapun ciri-ciri nyamuk penyebar demam berdarah adalah :
1. Badan kecil,warna hitam dengan bintik-bintik putih
2. Hidup didalam dan sekitar rumah
3. Menggigit dan menghisap darah pada waktu siang hari
4. Senang hinggap pada pakaian yang bergantung didalam kamar
5. Bersarang dan bertelur digenangan air jernih didalam dan sekitar rumah seperti
bak mandi, tempayan vas bunga

D. Patofisiologi
Virus dengue dibawa oleh nyamuk Aedes Aegypti sebagai vektor ke tubuh
manusia melalui gigitan nyamuk tersebut. Setelah manusia terkontaminasi oleh
virus tersebut maka akan terjadi infeksi yang pertama kali yang dapat memberikan
gejala sebagai DBD. DBD dapat tejadi bila seorang yang telah terinfeksi pertama
kali dapat infeksi berulang virus dengue lainnya. Virus akan bereplikasi dinodus
limpatikus regional dan menyebar kejaringan lain, terutama ke sistem
retikuloendotelial dan kulit secara brobkogen maupun hematogen. Tubuh akan
membentuk kompleks virus antibody dalam sirkulasi darah sehingga akan
mengaktivasi sistem komplemen yang berakibat dilepaskannya anafilaktoksin C3a
dan Csa sehingga permeablitas dinding pembuluh darah meningkat dan akan
terjadi juga agregasi trombosit yang melepaskan ADP, trombosit melepaskan
vasoaktif yang bersifat meningkatkan permeabilitas kapiler dan melepaskan
trombosit. Faktor-faktor yang merangsang koagulasi intravaskuler. Terjadinya
aktivasi faktor homogen (faktor VII) akan menyebabkan pembekuan intravaskuler
yang meluas dan meningkatkan permeabilitas dinding pembuluh darah.
Hal pertama yang terjadi setelah virus masuk kedalam tubuh penderita
adalah viremia yang mengakibatkan penderita mengalami demam, sakit kepala,
mual, pegal-pegal diseluruh tubuh, ruam dan bintik-bintik merah pada kulit
(petechie) dan hal-hal yang mungkin terjadi seperti pembesaran kelenjar getah
bening, pembesaran hati (hepatomegali) dan pembesaran limpa. Peningkatan
Permeabilitas dinding kapiler mengakibatkan kurangnya volume plasma, terjadi
hipotensi, hemokensentrasi (peningkatan hematokrit 20%) menunjukkan adanya
kebocoran (perembesan) plasma sehingga hematokrin menjadi lebih penting untuk
menjadi ukuran patokan pemberian cairan intravena. Setelah pemberian cairan
intravena peningkatan jumlah trombosit menunjukkan kebocoran plasma telah
teratasi sehingga pemberian cairan intravena harus dikurangi kecepatan dan
jumlahnya untuk mencegah terjadinya edema paru dan gagal jantung. Sebaliknya
jika tidak mendapatkan cairan yang cukup, penderita akan mengalami kekurangan
cairan yang akan mengakibatkan kondisi yang buruk bahkan bisa mengakibatkan
renjatan.
Jika renjatan dan hipovolemia berlangsung lama, maka akan timbul
anoksia jaringan, metabolik asidosis dan kematian apabila tidak segera diatasi
dengan baik.
Gangguan hemostasis pada penderita DHF, menyangkut 3 faktor yaitu:
1. Perubahan vaskuler
2. Trombositopenia
3. Gangguan koagulasi
F. Manifestasi Klinis
1. Demam tinggi selama 5 – 7 hari
2. Mual, muntah, tidak ada nafsu makan
3. Perdarahan terutama perdarahan bawah kulit, ptechie.
4. Nyeri otot
5. Sakit kepala.
6. Tanda-tanda renjatan (sianosis, kulit lembab dan dingin, tekanan darah
menurun, gelisah, capillary refill lebih dari dua detik, nadi cepat dan lemah).

G. Komplikasi
Komplikasi dapat terjadi apabila kebocoran plasma dari intravaskuler ke
ekstravaskuler yang terus maka akan mengalami syok hipovolemia dan bisa
terjadi DSS (Dengue Syock Sindrom), jika keadaan tersebut tidak teratasi maka
akan menyebabkan anoreksia jaringan, asidosis metabolic dan berakhir dengan
kematian, perdarahan terjadi karena trombositopenia, menurunnya fungsi
trombosit dan menurunnya factor koagulasi (protombin, factor V. VII, IX, X dan
frinogen) pendarahan hebat dapat terjadi terutama pada traktus grastrointestinal.

H. Pemeriksaan Penunjang
1. Darah lengkap : hemokonsentrasi (hematokrit meningkat 20 % atau lebih),
trombositopenia (100.000/mm3 atau kurang)
2. Serologi : uji HI (hemoagutination inhibition test).
3. Rontgen thoraks : effusi pleura

I. Penatalaksanaan medis
Demam berdarah dengue, penatalaksanaannya hanya bersifat simptomatis
dan suportif.
1. Pemberian cairan yang cukup
Cairan di berikan untuk mengurangi rasa haus dan dehidrasi akibat demam
tinggi, anoreksia, dan muntah. Penderita perlu di beri minum sebanyak
mungkin (1-2 liter dalam 24 jam).
2. Antipiretik
Seperti golongan asetaminofen (parasetamol), jangan berikan golongan
salisilat karena dapat menyebabkan bertambahan perdarahan.
3. AntikonvulsanBila penderita kejang dapat di berikan :
- Diazepam
- Fenobarbital
4. Pemberian cairan melalui infus, di lakukan jika pasien mengalami kesulitan
minum dan nilai hematokrit cenderung meningkat.
KONSEP DASAR KEPERAWATAN

A. Pengkajian
Menurut Titik Lestari tahun 2016 ada beberapa pengkajian yang dilakukan
pada anak yang menderita demam berdarah dengue, yaitu:
a. Data demografi
Tanggal wawancara, tanggal masuk rumah sakit, no. Rekam medik, nama,
umur, jenis kelamin, suku/bangsa, agama, pendidikan, pekerjaan, status
perkawinan, alamat.
b. Pola fungsional
1) Persepsi kesehatandan penanganan kesehatan
a) Keluhan utama/kesehatan umum
Panas badan meninggi.
b) Riwayat penyakit sekarang (ssi pola PGRST)
Satu hari sebelum masuk rumah sakit, klien teraba panas. Panas tidak terlalu
tinggi, panas sepanjang hari, kondisi lemah, nafsu makan bekurang.
c) Penggunaan obat sekarang
Injeksi ampicillin Intravena 500mg/8jam
Paracetamol 3x1 cth ½
Infus RL 11 tetes/menit
d) Riwayat penyakit dahulu
Imunisasi
Alergi
Kebiasaan merokok dan alkohol
e) Riwayat penyakit keluarga
Dalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit DM, TBC, dan hipertensi.
f) Riwayat sosial
Hubungan klien dan orang tua disayangi.
2) Pla nutrisi-metabolik
a) Masukan nutrisi sebelum sakit
b) Saat sakit
(1) Nasi bubue, 1-2 sendok
(2) Nafsu makan menurun
(3) Klien tidak mengalami kesulitan dalam menelan
(4) Keadaan gigi atas dan bawah partial dan tidak menggunakan protesa
(5) Fluktuasi BB 6 bulan terakhir : tetap
c) Pemeriksaan fisik
Tanda-tanda vital :
TB: -, BB: 16m,5 kg
Kulit:
(1) Warna : normal
(2) Suhu : 38oC
(3) Turgor : baik
(4) Edema : tidak
(5) Lesi : tidak
(6) Memar : tidak
Mulut:
(1) Hygiene : bersih
(2) Gusi : normal
(3) Gigi : normal
(4) Lidah : bersih
(5) Mucosa : normal
(6) Tonsil : normal
(7) Wicara : normal
Rambut dan kulit kepala : rambut tebal, warna hitam
d) Temuan laboratorium:
Darah :
(1) HB : 11,8 gr%
(2) Luekosit : 11.600/mm2
(3) LED : 55/mm jam I
(4) Trombosit : 135.00/mm3
(5) Hematokrit : 35%
3) Pola eliminasi
Kebiasaan defekasi 1 kali/hari
Abdomen : simetris, tidak ada distensi
Frekuensi bising usus : normal (8-12 kali/menit)
Kebiasaan miksi : 4 kali/hari
Ginjal tidak teraba dan blast tidak distensi.
Keadaan uretra : normal
4) Pola aktivitas – latihan
Mandi : dibantu oleh orang lain
Berpakaian/berhias : bidantu oleh orang lain
Toileting : dibantu oleh orang lain
Mobilitas di TT : dibantu oleh orang lain
Berpindah : dibantu orang lain dan alat
Ambulasi : dibantu orang lain dan alat
Pemeliharaan kesehatan :
Klien tidak menggunakan alat bantu
Pemeriksaan fisik
a) Pernapasan/sirkulasi
(1) Tekanan darah :
(2) Nadi : 128 kali per menit
(3) Pernapasan : 40 kali per menit
(4) Kualitas : normal
(5) Batuk : tidak
(6) Bunyi napas : normal
b) Muskuloskletal
(1) Rentang gerak : penuh
(2) Keseimbangan dan cara berjalan : tegap
(3) Genggaman tangan : sama kuat kanan dan kiri
(4) Otot kaki : sama kuat
5) Pola tidur-istirahat
Kebiasaan 8 jam/hari
Tidur malam 2 jam
Merasa segar : tidak
Masalah : insomnia
Pemeriksaan fisik
a) Penampilan umum : lemah
b) Mata : normal
c) Lingkaran hitam disekitar mata : tidak
6) Pola kognitif-konseptual
Pendengaran : normal
Penglihatan : normal
Vertigo : ya
Pemeriksaan fisik
Mata
a) Pupil : isokor
b) Reflek terhadap cahaya : ya, kiri kanan
Status mental : Compos mentis, GCS 4,5,6
Bicara : normal
7) Pola persepsi diri/konsep diri
Masalah utama mengenai perawatan di rumah sakit/penyakit (finansial,
perawatan) : akses
Keadaan emosional : normal
Kemampuan adaptasi : baik
Konsep diri : tidak ada gangguan
8) Pola peran/hubungan
Kepedulian keluaga mengenai perawatan : baik
Terlihat orang tua selalu setia merawat/menjaga klien saat di RS, secara
bergantian.
9) Pola seksualitas
Klien berjenis kelamin perempuan. Tidak ada kelainan pada genetalia. Tidak ada
penyakit menegnai seks.
Pemeriksaan fisik :
Genetalia : struktus simetris
10) Pola koping–toleransi stress
Kemampuan adaptasi: klien mampu beradaptasi dengan baik.
Keputusan diambil oleh ayah dan ibu.
Koping toleransi terhadap stress: tidak terkaji
11) Pola nilai-kepercayaan
Pembatasan religius: tidak
Meminta kunjungan pemuka agama: tidak

B. Diagnosaa Kepeerawatan
1. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit
2. Risiko syok berhubungan dengan kekurangan volume cairan
3. Defisit nutrisi berhubungan dengan kurangnya asupan makanan
4. Hipovolemia berhubungan dengan peningkatan permeabilitas kapiler
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
6. Gangguan rasa aman berhubungan gejala penyakit
7. Gangguan pola tidur berhubungan dengan hambatan lingkungan
C. Intervesi Keperawatan

No Diagnosa Tujuan Intervensi


1. Hipertermia Setelah dilakukan Observasi
berhubungan tindakan 1. Identifikasi penyebab
dengan proses keperawaatan hipertermi
penyakit Hipertermia 2. Monitor suhu tubuh
diharapakan kriteria 3. Monitor kadar elektrolit
hasil : 4. Monitor haluaran urine
1. Suhu tubuh 5. Monitor komplikasi akibat
dalam rentang hipertermia
normal Terapeutik
2. Suhu tubuh 1. Sediakan lingkungan yang
36,5 ֯C dingin
2. Longgarkan atau lepaskam
pakaian
3. Basahi dan kipasi
permukaan tubuh
4. Berikan cairan oral
5. Ganti linen setiap hari atau
lebih sering jika mengalami
hiperhidrosis(keringat
berlebih)
6. Lakukan pendinginan
eksternal(mis,kompres
Anjurkan tirah baring
Kolaborasi:
1. Kolaborasi pemberian dingin
pada dahi, dada, abdomen,
aksila)
2. Hindari pemberian
antipiretik atau aspirin
3. Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi:
1. Cairan dan elektrolit
intravena, jika perlu
2. Risiko syok Setelah dilakukan Observasi
berhubungan tindakan 1. Monitor status
dengan keperawaatan kardiopulmonal (frekuensi
kekurangan diharapakan kriteria dan kekuatan nadi, frekuensi
volume cairan hasil : nafas, TD, MAP)
1. Tidak terjadi 2. Monitor status oksigenasi
syok (oksimetri nadi, AGD)
2. Tanda-tanda 3. Monitor status cairan
vital dalam batas (masukan daan keluaran,
norma turgor kulit, CRT)
4. Monitor tingkat kesadaran
dan respon pupil
5. Periksa riwayat alergi
Terapeutik
1. Berikan oksigen untuk
mempertahankan saturasi
oksigen >94%
2. Persiapan intubasi dan
ventilasi mekanis, jika perlu
3. Pasang jalur IV, jika perlu
4. Pasang kateter urin untuk
menilai produksi urine, jika
perlu
5. Lakukan skin test untuk
mencegah reaksi alergi
Edukasi
1. Jelaskan penyebab atau
faktor risiko syok
2. Jelaskan tanda dan gejala
awal syok
3. Anjurkan melapor jika
menemukan atau merasakan
tanda dan gejala awal syok
4. Anjurkan memperbanyak
asupan cairan oral
5. Anjurkan menghindari
allergen
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberiaan IV,
jika perlu
2. Kolaborasi pemberian
transfuse darah, jika perlu
Kolaborasi
1. Pemberian antiinflamasi, jika
perlu
3. Defisit Nutrisi Setelah dilakukan Observasi
berhubugan tindakan 1. Monitor asupan dan
dengan keperawaatan keluarnya makanan dan
kurangnya asupan diharapakan kriteria cairan serta kebutuhan kalori
makanan hasil : 2. Timbang berat badan secara
1. Tidak terjadi rutin
3. Diskusikan perilaku makan
penurunan berat
dan jumlah aktivitas fisik
badan yang
(termasuk olahraga) yang
berarti
sesuai
2. IMT dalam
4. Lakukan kontrak perilaku
rentang normal (mis. Target berat badan,
(18-24) tanggung jawab perilaku)
3. Meningkatkan 5. Damping ke kamar mandi
fungsi untuk pengamatan perilaku
pengecapan memuntahkan kembali
makanan
6. Berikan penguatan positif
terhdap keberhasilan target
dan perubahan perilaku
7. Berikan konsekuensi jika
tidak mencapai target sesuai
kontrak
8. Rencanakan program
pengobatan untuk perawatan
di rumah (mis. Medis,
konseling)
9. Anjurkan membuat catatan
harian tentang perasaan dan
situasi pemicu pengeluaran
makan (mis. Pengeluaraan
yang disengaja, muntah,
aktivitas berlebihan)
10. Anjurkan pengeluaran diet
yang tepat
11. Anjurkan keterampilan
koping untuk penyelesaian
maasalah perilaku makan
12. Kolaborasi dengan ahli gizi
tentang target berat badan,
kebutuhan kalori dan pilihan
makanan
4. Hipovolemia Setelah dilakukan Observasi
berhubungan tindakan 1. Periksa tanda dan gejala
peningkatan keperawaatan hipovelemia ( mis. Frekuensi
permeabilitas diharapakan kriteria nadi meningkat, nadi teraba
kapiler hasil : lemah, tekanan darah
1. Tidak terjadi menurun, tekanan nadi
hipovolemia
menyempit, turgor kulit
2. Intake dan
menurun, membrane mukosa
output cairan
kering, volume urin menurun,
teratasi
hemaktokrit meningkat, haus,
lemah)
2. Monitor intake dan output
cairan
Terapeutik
1. Hitung kebutuhan cairan
2. Berikan posisi modified
trendelembung
3. Berikan asupan cairan oral
Edukasi
1. Anjurkan memperbanyak
asupan cairan oral
2. Anjurkan menghindari
perubahan posisi mendadak
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian cairan
IV isotonis(mis. NaCL, RL)
2. kolaborasi pemberian cairan
IV hipotonis( mis. Glukosa
2,5%, NaCL 0,4%
3. Kolaborasi pemberian cairan
koloid (mis. Albumin,
plasmanate)
4. Kolaborasi pemberian produk
darah
5. Intoleransi Setelah dilakukan Intoleransi Aktivitas
aktivitas tindakan Observasi
berhubungan keperawaatan 1. Identifikasi gangguan fungsi
dengan diharapakan kriteria tubuh yang mengakibatkan
kelemahan hasil : kelelahan
1. Aktivitas tidak 2. Monitor kelelahan fisik dan
terganggu emosional
2. Keadaan umum 3. Monitor pola jam tidur
baik 4. Monitor lokasi dan
ketidaknyamanan selama
melakukan aktivitas
Terapeutik
1. Sediakan lingkungan nyaman
dan rendah stimulus(mis.
Cahaya, suara, kunjungan)
2. Lakukan latihan rentang gerak
pasif dan/atau aktif
3. Berikan aktivitas distraksi
yang menenangkan
4. Fasilitasi duduk disisi tempat
tidur, jika tidak dapat
berpindah atau berjalan
Edukasi
1. Anjurkan tirah baring
2. Anjurkan melakukan aktivitas
secara bertahap
3. Anjurkan menghubungi
perawat jika tanda dan gejala
kelelahan tidak berkurang
4. Ajarkan strategi koping untuk
mengurangi kelelahan
Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan ahli gizi
tentang cara meningkatkan
asupan makanan
6. Gangguan rasa Setelah dilakukan Observasi
aman tindakan 1. Identifikasi kesiapan dan
berhubungan keperawaatan kemampuan menerima
dengan gejala diharapakan kriteria informasi
penyakit hasil : 2. Identifikasi faktor-faktor yang
1. Meningkatkan dapat meningkatkan dan
perilaku hidup menurunkan motivasi perilaku
bersih dan sehat hidup bersih dan sehat
2. Memahami Terapeutik
faktor risiko 3. Sediakan materi dan media
yang dapat pendidikan kesehatan
mempengaruhi 4. Jadwalkan pendidikan
kesehatan kesehatan sesuai kesepakatan
5. Berikan kesempatan untuk
bertanya
Edukasi :
6. Jelaskan faktor risiko yang
dapat mempengaruhi
kesehatan
7. Ajarkan perilaku hidup bersih
dan sehat
8. Ajarkan strategi yang dapat
digunakan untuk
meningkatkan perilaku hidup
bersih dan sehat
7. Gangguan pola Setelah dilakukan Observasi
tidur tindakan 1. Identifikasi pola aktivitas dan
berhubungan keperawaatan tidur
dengan hambatan diharapakan kriteria 2. Identifikasi faktor penganggu
lingkungan hasil : tidur (fisik dan/atau fisiologis)
1. Kualitas tidur 3. Identifikasi makanan dan
dalam batas minuman yang menganggu
normal tidur (mis. Kopi, the, alcohol,
2. Perasaan segar makan mendekati waktu tidur,
sesudah minum banyak air sebelum
tidru/istirahat tidur)
4. Identifikasi obat tidur yang di
konsumsi
Terapeutik
1. Modifikasi lingkungan (mis.
Pencahayaan , kebisingan,
suhu matras, dan tempat
tidur)
2. Batasi waktu tidur siang, jika
perlu
3. Fasilitasi menghilangkan
stress sebelum tidur
4. Tetapkan jadwal tidur rutin
5. Lakukan prosedur untuk
meningkatkan kenyamanan (
mis. Pijat, pengaturan posisi,
terapi akupresur)
6. Sesuaikan jadwal pemberian
obat dan/atau tindakan untuk
menunjang siklus tidur
terjaga
Edukasi
1. Jelaskan pentingnya tidur
cukup selama sakit
2. Anjurkan menepati
kebiasaan waktu tidur
3. Anjurkan menghindari
makanan/minuman yang
menganggu tidur
4. Anjurkan penggunaan obat
tidur yang tidak
mengandung supresor
terhadap tidur REM
5. Ajarkan faktor-faktor yang
berkontribusi terhadap
gangguan pola tidur (mis.
Psikologis, gaya hidup,
sering berubah shift bekerja)
6. Ajarkan relaksasi otot
autogenic atau cara
nonfarmakologi lainnya

D. IMPLEMENTASI
Implementasi merupakan tahap ketika perawat mengaplikasikan rencana
asuhan keperawatan ke dalam bentuk intervensi keperawatan guna membantu
pasien mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

E. EVALUASI
Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang merupakan
perbandingan yang sistemastis dan terencana antara hasil akhir yang teramati dan
tujuan atau kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan.

a) Evaluasi Formatif
Hasil observasi dan analisa perawat terhadap respon pasien segera pada
saat setelah dilakukan tindakan keperawatan. Ditulis pada catatan perawatan,
dilakukan setiap selesai melakukan tindakan keperawatan.

b) Evaluasi Sumatif SOAP


Rekapitulasi dan kesimpulan dari observasi dan analisa status kesehatan
sesuai waktu pada tujuan. Ditulis pada catatan perkembangan yang merupakan
rekapan akhir secara paripurna, catatan naratif, penderita pulang atau pindah.

LAPORAN PENDAHULUAN
DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD)
OLEH :
HASNIA, S.KEP
220NS1020

CI LAHAN CI INSTITUSI

(Fitri Yulianti, S.Kep.Ns) (Dina Oktaviana, S.Kep, Ns, M.Kep

PROGRAM STUDI PROFESI NERS KEPERAWATAN


STIKES TANAWALI PERSADA TAKALAR 2021

RESUME KEPERAWATAN
KLIEN “An. N” DENGAN GANGGUAN SISTEM HEMATOLOGI
“DEMAM BERDARAH DENGUE” DI POLI RAWAT JALAN
PUSKESMAS KOTA BANTAENG
OLEH :
HASNIA, S.KEP
220NS1020

CI LAHAN CI INSTITUSI

(Fitri Yulianti, S.Kep.Ns) (Dina Oktaviana, S.Kep, Ns, M.Kep

PROGRAM STUDI PROFESI NERS KEPERAWATAN


STIKES TANAWALI PERSADA TAKALAR 2021
LAPORAN PENDAHULUAN
DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD)
OLEH :
ROSMI SASMITA, S.KEP
220NS1015

CI LAHAN CI INSTITUSI

(Fitri Yulianti, S.Kep.Ns) (Dina Oktaviana, S.Kep, Ns, M.Kep

PROGRAM STUDI PROFESI NERS KEPERAWATAN


STIKES TANAWALI PERSADA TAKALAR 2021

RESUME KEPERAWATAN
KLIEN “An. R” DENGAN GANGGUAN SISTEM HEMATOLOGI
“DEMAM BERDARAH DENGUE” DI POLI RAWAT JALAN
PUSKESMAS KOTA BANTAENG
OLEH :
ROSMI SASMITA, S.KEP
220NS1015

CI LAHAN CI INSTITUSI

(Fitri Yulianti, S.Kep.Ns) (Dina Oktaviana, S.Kep, Ns, M.Kep

PROGRAM STUDI PROFESI NERS KEPERAWATAN


STIKES TANAWALI PERSADA TAKALAR 2021
LAPORAN PENDAHULUAN
DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD)
OLEH :
FITRI ARMAYANI, S.KEP
220NS1023

CI LAHAN CI INSTITUSI

(Fitri Yulianti, S.Kep.Ns) (Dina Oktaviana, S.Kep, Ns, M.Kep

PROGRAM STUDI PROFESI NERS KEPERAWATAN


STIKES TANAWALI PERSADA TAKALAR 2021

RESUME KEPERAWATAN
KLIEN “An. L” DENGAN GANGGUAN SISTEM HEMATOLOGI
“DEMAM BERDARAH DENGUE” DI POLI RAWAT JALAN
PUSKESMAS KOTA BANTAENG
OLEH :
FITRI ARMAYANI, S.KEP
220NS1023

CI LAHAN CI INSTITUSI

(Fitri Yulianti, S.Kep.Ns) (Dina Oktaviana, S.Kep, Ns, M.Kep

PROGRAM STUDI PROFESI NERS KEPERAWATAN


STIKES TANAWALI PERSADA TAKALAR 2021
LAPORAN PENDAHULUAN
COMMON COLD (CC)
OLEH :
MASITA, S.KEP
220NS1019

CI LAHAN CI INSTITUSI

(Fitri Yulianti, S.Kep.Ns) (Dina Oktaviana, S.Kep, Ns, M.Kep

PROGRAM STUDI PROFESI NERS KEPERAWATAN


STIKES TANAWALI PERSADA TAKALAR 2021

RESUME KEPERAWATAN
KLIEN “An. R” DENGAN GANGGUAN SISTEM IMUNOLOGI
“COMMON COLD” DI POLI RAWAT JALAN PUSKESMAS KOTA
BANTAENG
OLEH :
MASITA, S.KEP
220NS1019

CI LAHAN CI INSTITUSI

(Fitri Yulianti, S.Kep.Ns) (Dina Oktaviana, S.Kep, Ns, M.Kep

PROGRAM STUDI PROFESI NERS KEPERAWATAN


STIKES TANAWALI PERSADA TAKALAR 2021
LAPORAN PENDAHULUAN
COMMON COLD (CC)
OLEH :
SANTI, S.KEP
220NS1016

CI LAHAN CI INSTITUSI

(Fitri Yulianti, S.Kep.Ns) (Dina Oktaviana, S.Kep, Ns, M.Kep

PROGRAM STUDI PROFESI NERS KEPERAWATAN


STIKES TANAWALI PERSADA TAKALAR 2021

RESUME KEPERAWATAN
KLIEN “An. A” DENGAN GANGGUAN SISTEM IMUNOLOGI
“COMMON COLD” DI POLI RAWAT JALAN PUSKESMAS KOTA
BANTAENG
OLEH :
SANTI, S.KEP
220NS1016

CI LAHAN CI INSTITUSI

(Fitri Yulianti, S.Kep.Ns) (Dina Oktaviana, S.Kep, Ns, M.Kep

PROGRAM STUDI PROFESI NERS KEPERAWATAN


STIKES TANAWALI PERSADA TAKALAR 2021
LAPORAN PENDAHULUAN
COMMON COLD (CC)
OLEH :
RISKAWATI, S.KEP
220NS1017

CI LAHAN CI INSTITUSI

(Fitri Yulianti, S.Kep.Ns) (Dina Oktaviana, S.Kep, Ns, M.Kep

PROGRAM STUDI PROFESI NERS KEPERAWATAN


STIKES TANAWALI PERSADA TAKALAR 2021

RESUME KEPERAWATAN
KLIEN “An. H” DENGAN GANGGUAN SISTEM IMUNOLOGI
“COMMON COLD” DI POLI RAWAT JALAN PUSKESMAS KOTA
BANTAENG
OLEH :
RISKAAWATI, S.KEP
220NS1017

CI LAHAN CI INSTITUSI

(Fitri Yulianti, S.Kep.Ns) (Dina Oktaviana, S.Kep, Ns, M.Kep

PROGRAM STUDI PROFESI NERS KEPERAWATAN


STIKES TANAWALI PERSADA TAKALAR 2021

Anda mungkin juga menyukai