Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas pada mata kuliah KMB II
Oleh :
Dosen Pengampu :
2020
i
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur penulis panjatkan kehadiran Allah S.W.T yang telah
memberikan limpahan dan nikmat iman, serta kesempatan sehingga penulis
dapat menyelesaikan makalah Bioetik yang berjudul “Stroke Hemoragik”.
Adapun maksud dan tujuan dari penyusunan makalah ini dengan baik,
selain untuk menyelesaikan tugas yang diberikan oleh dosen juga untuk
memperluas pengetahuan. Maka penulis mengucapkan terima kasih banyak
kepada dosen pembimbing Ns. Ashar Prima, M.Kep selaku dosen
pembimbing pada mata kuliah KMB II.
Penulis telah berusaha untuk dapat menyusun makalah ini dengan baik,
namun penulis pun menyadari bahwa memiliki kekurangan, karena penulis
hanya manusia biasa. Oleh karena itu jika didapati adanya kesalahan-
kesalahan baik dari segi tekhnik penulisan, maupun dari isi, maka penulis
memohon maaf. Sangat diharapkan oleh penulis untuk dapat
menyempurnakan makalah ini.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB IV PENUTUP
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2
pun didalam ventrikel otak dan ruang subarachnoid. Pecahnya arteri
dan keluarnya darah keruang subarachnoid mengakibatkan
terjadinya peningkatan TIK yang mendadak, meregangnya struktur
peka nyeri, sehingga timbulnya nyeri kepala hebat. Sering pula
dijumpai kaku kuduk dan tanda-tanda rangsangan selaput otak
lainnya. Peningkatan TIK yang mendadak juga mengakibatkan
perdarahan subhialoid pada retina dan penurunan kesadaran.
Perdarahan subarachnoid dapat mengakibatkan vasopasme
pembuluh darah serebral . vasopasme ini seringkali terjadi 3-5 haru
setelahnya timbulnya perdarahan, mencapai puncaknya hari ke 5-9,
dan dapat menghilang setelah minggu ke 2-5.
Timbulnya vasopasme diduga karena intraksi antara bahan-bahan
yang berasal dari darah dan dilepaskan kedalam cairan
serebrospinalis dengan pembuluh arteri diruang subarachnoid. Ini
dapat mengakibatkan disfungsi otak global (nyeri kepala, penurunan
kesadaran) maupun focal (hemiparese, gangguan hemisensorik,
afasia dan lain-lain). Otak dapat berfungsi jika kebutuhan O2 dan
glukosa otak dapat terpenuhi. Energi yang dihasilkan didalam sel
saraf hampir seluruhnya melalui proses oksidasi. Otak tidak punya
cadangan O2 jadi kerusakan, kekurangan aliran darah otak walau
sebentar takkan menyebabkan gangguan fungsi.
Demekian pula dengan kebutuhan glukosa sebagai bahan bakar
metabolisme otak, tidak boleh kurang dari 20 mg% karena akan
menimbulkan koma. Kebutuhan glukosa sebanyak 25% dari seluruh
kebutuhan glukosa tubuh, sehingga bila kadar glukosa plasma turun
sampai 70% akan terjadi gejala disfungsi serebral. Pada saat otak
hipoksia, yang dapat menyebabkan dilatasi pembuluh darah otak.
2.3 Manifestasi Klinis Sroke Hemoragic
Dikutip dari Amin (2015),biasanya pada kasus stroke timbul
manifestasi klinis sebagai berikut :
a. Tiba-tiba mengalami kelemahan atau kelumpuhan di separo badan.
b. Tiba-tiba hilang rasa peka.
3
c. Bicara cedel/pelo.
d. Gangguan bicara dan bahasa.
e. Gangguan penglihatan.
f. Mulut mencong/tidak simetris ketika menyeringai.
g. Gangguan daya ingat.
h. Nyeri kepala hebat.
i. Vertigo.
j. Kesadaran menurun.
k. Proses kencing terganggu.
l. Gangguan fungsi otak.
4
2. Hidrosephalus yang Sebagian kecil menjadi hidrosephalus
normative
3. Fistula caroticocavernosum
4. Epistaksis
5. Peningkatan TIK, tonus otot abnormal
1. Asam traneksamat
Asam traneksamat adalah obat antifibrinolitik yang menghambat
pemutusan benang fibrin. Asam traneksamat digunakan untuk
profilaksis dan pengobatan pendarahan yang disebabkan fibrinolisis
yang berlebihan dan angiodema hereditas. Dosis oral 1-1.5 gr (15-25
mg/Kg) 2-4 kali sehari. Dosis injeksi inravena perlahan 0.5-1 gr (10
mg/KgBB) 3 kali sehari. Dosis infus kontinyu 25-50 mg per Kg
setiap hari. Sediaan kapsul 250 mg, tablet 500 mg, injeksi 50 ml.
2. Calsium Chanel Blocker (CCB): Nimodipin
Merupakan CCB dengan aktivitas serebrovaskuler preferensial. Hal
ini ditandai dengan efek dilatasi dan menurunkan tekanan darah
pada serebrovaskuler. Dosis oral/nasogastrik 60 mg/4 jam selama 21
hari berturut-turut. Memulai terapi dalam waktu 96 jam perdarahan
subarachnoid.
3. Terapi suportif: infus manitol
Menurunkan tekanan intrakranial yang tinggi karena edema serebral.
kenaikan tekanan intrakranial dan adanya edema serebral pada
perdarahan dapat terjadi karena dari efek gumpalan hematoma.
Manitol bekerja untuk meningkatkan osmolaritas plasma darah,
mengakibatkan peningkatan air dari jaringan, termasuk otak dan
cairan serebrospinal, ke dalam cairan interstisial dan plasma.
Akibatnya edema otak, peningkatan tekanan intrakranial serta
volume dan cairan serebrospinal dapat dikurangi.
5
2.7 Asuhan Keperawatan Stroke Hemoragic
A. Pengkajian
1. Meliputi : (Nama, Jenis kelamin, Usia, Pendidikan,
Pekerjaan, Status perkawinan, Suku bangsa, Agama,
Alamat, Penanggung jawab Klien, Tanggal masuk, Tanggal
pengkajian, Nomor Registrasi, Diagnosa Medis).
2. Pola fungsi kesehatan
a. Aktifitas
b. Istirahat
c. Eliminasi
d. Nutrisi
3. Status kesehatan klien
1. Data sekunder yaitu dari keluarga, catatan medis, status
klien dan pemeriksaan fisik klien.
2. Hasil pengkajian primer pada klien.
3. Riwayat penyakit dahulu.
4. Riwayat penyakit keluarga.
5. Pemeriksaan Head to Toe, meliputi : (kepala, mata,
hidung, mulut, telinga, leher, dada meliputi paru-paru,
abdomen, ekstremitas atas, ekstremitas bawah, genetalia,
anus).
B. Diagnosa Keperawatan (SDKI), Luaran Keperawatan
(SLKI), dan Intervensi Keperawatan (SIKI)
6
fisik dari satu atau lebih Kriteria Hasil: melakukan pergerakan
ekstremitas secara mandiri. 1. Pergerakan ekstremitas 3. Monitor frekuensi jantung
Penyebab: (Sedang) dan tekanan darah sebelum
1. Perubahan metabolisme 2. Kekuatan otot (Sedang) memulai mobilisasi
2. Ketidakbugaran fisik 3. Rentang gerak (ROM) 4. Monitor kondisi umum
3. Penurunan kekuatan otot (Sedang) selama melakukan
4. Gangguan neuromuscular 4. Kecemasan (Cukup mobilisasi
Gejala dan Tanda: Menurun) Terapeutik:
1. Mengeluh sulit 5. Gerakan terbatas 1. Fasilitasi aktivitas
menggerakan ekstremitas (Cukup Menurun) mobilisasi dengan alat
2. Enggan melakukan 6. Kelemahan fisik bantu (mis. Pagar tempat
pergerakan (Cukup Meningkat) tidur)
3. Merasa cemas saat 2. Fasilitasi melakukan
bergerak pergerakan, jika perlu
4. Kekutan otot menurun 3. Libatkan keluarga untuk
5. Rentang gerak (ROM) membantu pasien dalam
menurun meningkatkan pergerakan
6. Gerakan terbatas Edukasi:
7. Fisik lemah 1. Jelaskan tujuan dan
prosedur mobilisasi
2. Anjurkan melakukan
mobilisasi diri
3. Ajarkan mobilisasi
sederhana yang harus
dilakukan (mis. Duduk di
tempat tidur, duduk di sisi
tempat tidur, pindah dari
tempat tidur ke kursi)
7
BAB III
ANALISA KASUS
8
e. SpO2 ( saturasi oksigen perifer kapiler ) adalah saturasi
oksigen arteri, atau SaO2, yang mengacu pada jumlah
hemoglobin beroksigen dalam darah
f. Akral hangat itu telapak kaki hangat
g. Stridor adalah suara nafas kasar yang disebabkan karena
adanya turbulensi aliranudara karena adanya sumbatan di
saluran nafas bagian atas. Stridor merupakan indikasi dari
keadaan darurat medis potensial dan harus selalu mendapat
perhatian.
h. Retaksi dinding dada itu saat nafas dada naik
i. OPA (Oropharyngeal airway) adalah alat yang berfungsi
membantu ventilasi dengan cara mencegah lidah jatuh ke
belakang dan menutup saluran nafas.
j. Edema serebri (cerebral edema) adalah kondisi di mana terjadi
pembesaran otak akibat adanya penumpukan cairan dalam otak
k. Tekanan intrakranial TIK adalah tekanan rongga kranial dan
biasanya di ukur sebagai tekanan dalam ventrikel leteral otak
l. Non-rebreather (NRM): alat bantu napas yang memiliki dua
set katup searah, pertama yakni di atas lubang pada kedua
sisinya yang bakal menutup pada saat inspirasi, dan kedua
yakni di dasar sungkup yang mencegah udara ekspirasi masuk
ke kantung penyimpanan.
m. Catapres atau Clonidine Hydrochloride adalah jenis obat yang
digunakan untuk membantu mengobati tekanan darah tinggi.
n. Syringe Pump adalah peralatan kesehatan medis yang
digunakan untuk memberikan cairan nutrisi atau obat - seperti
insulin atau hormon, antibiotik, obat kemoterapi, dan
penghilang rasa sakit ke dalam tubuh pasien dalam jumlah
besar atau kecil dalam jangka waktu tertentu secara teratur.
9
Faktor penyebabnya kasus ini terjadi karna pasien mengalami
pendarahan dan pembengkakan di otak yg terjadi karna ada
penumpukan cairan di otak sehingga terjadilah tingkat kesadaran
pasien menurun, pasien merasa lemas, saturasi oksigennya
menurun (saturasi menurun maka pasien merasa sesak dan terjadi
retraksi dinding dada maka sebab itu di berikan terapi 02 NRM
20L), faktor usia mungkin juga bisa menjadi faktor penyebabnya
dan itu lah beberapa faktor penyebab terjadinya kasus tersebut.
Faktor risiko dari stroke hemoragik yang ditemukan pada kasus ini
berupa:
a. Hipertensi : TD 180/102 mmHg
b. Cedera Kepala Berat : Hasil CT Scan menunjukkan
terdapatnya perdarahan pada lobus temporalis dextra dan
edema pada cerebri.
c. Ketidaknormalan Pembuluh darah diotak : TIK 18 mmHg
10
4. Lakukan analisis pengkajian untuk berdasarkan kasus!
Jawab :
Pengkajian
1. Identitas
Nama: Ny. A
Tempat, Tanggal Lahir: Bekasi, 28 Desember 1950
Umur : 70 tahun
Jenis Kelamin: Perempuan
Alamat: Jalan bunga melati no 30, Bekasi timur, Jawa barat
Agama: Islam
Suku bunga: Jawa
Pendidikan Terakhir: SMA
Pekerjaan: ibu rumah tangga
Diagnosa Medis: Stroke Hemoragik
Sumber Informasi lain: Keluarga
Keluarga yang dapat dihubungi: Suami
Penanggung jawab biaya: suami
2. Riwayat Kesehatan
Keluhan Utama: Penurunan Kesadaran, Mengalami Kejang,
Muntah Menyembur
Riwayat Kesehatan Sekarang: Klien mengalami penurunan
kesadaran sejak jam 04.00 pagi dan sempat mengalami kejang
dan sempat muntah menyembur
Riwayat Kesehatan dulu: -
Riwayat Kesehatan Keluarga: -
3. Pemeriksaan Fisik:
Tanda-Tanda Vital
HR: 50x/menit
TD: 180/102 mm Hg
Suhu: 37,2 C
11
RR: 30x/Menit
TIK: 18 mmHg
SPO2 : 90%
GCS : Eyes :2
Verbal:2
Motorik:4
4. Pemeriksaan Penunjang
CT Scan
Tanggal Pemeriksaan : 10 November 2020
Jenis Pemeriksaan : Pemeriksaan Kepala
Hasil Pemeriksaan :Perdarahan pada lobus temporalis
dextra dan edema cerebri
Laboratorium
Analisa Data
12
jam 04.00 pagi
Do:
- Tingkat kesadaran
samnolen
- Pupil anisokor
(2/3 mm)
- RR 30x/menit
- HR 50x/menit
- Retraksi dinding
dada
- Nampak sesak
- Muntah
- TIK 18 mmHg
- SPO2 90%
DS : - Gangguan Mobilitas Penurunan Kekuatan
DO : Fisik Otot
- Kekuatan otot
pada ekstremitas
kanan masing-
masing 0
- KU lemah
Diagnosa:
13
5. Buat Pathway berdasarkan kasus!!
Jawab :
14
Kondisi terkait:
1. Hematoma Kranial
b. Gangguan Mobilitas Fisik
Penyebab :
1. Penurunan Kekuatan otot
Tanda dan Gejala :
1. Kekuatan otot ekstremitas kanan menurun
2. Tampak lesu/lemah
Kondisi Klinis Terkait :
1. Stroke
7. Buat Luaran dan Rencana Keperawatan (SLKI, SIKI)
Jawab :
Standar Luaran Keperawatan Indonesia
a. Penurunan Kapasitas Adaptif Intrakranial
Setelah dilakukan Tindakan Keperawatan 3x24 jam
diharapakan Kapasitas Adaptif Intrakranial dapat
teratasi.
Kriteria Hasil:
1. Tingkat Kesadaran (Cukup Meningkat)
2. Muntah (Menurun)
3. Tekanan Darah ( Membaik)
4. Bradikardia (Membaik)
5. Pola Napas (Membaik)
6. Respon Pupil (Membaik)
7. Tekanan Intrakranial (Membaik)
b. Gangguan Mobilitas Fisik
Setelah dilakukan Tindakan Keperawatan 3x24 Jam
diharapkan Mobilitas Fisik dapat teratasi.
Kriteria Hasil:
1. Pergerakan Ekstremitas (Cukup Meningkat)
2. Kekuatan otot (Cukup Meningkat)
3. Refleks Neurologis (Membaik)
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
a. Manajemen Peningkatan Tekanan Intrakranial
Observasi
1. Monitor status neurologis
2. Monitor cairan serebrospinalis
3. Mobitor status pernapasan
4. Monitor intake output
15
Terapeutik
1. Minimalkan stimulus dengan menyediakan
lingkungan yang tenang
2. Berikan posisi semi fowler
3. Cegah terjadinya kejang
Kaloborasi
1. Kaloborasi pemberian anti konvulsan, jika perlu
b. Dukungan Ambulasi
Observasi:
1. Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya
2. Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah
sebelum memulai tindakan
Terapeutik:
1. Fasilitasi aktivitas ambulasi dengan alat bantu (mis.
Tongkat, kruk)
2. Fasilitasi melakukan mobilisasi fisik, jika perlu
3. Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam
meningkatkan ambulasi
Edukasi:
1. Jelaskan tujuan dan prosedur ambulasi
2. Anjurkan ambulasi dini
3. Anjurkan ambulasi sederhana yang harus dilakukan
16
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Stroke hemoragik adalah kondisi pecahnya salah satu arteri
dalam otak yang memicu perdarahan di sekitar organ tersebut
sehingga aliran darah pada sebagian otak berkurang atau terputus.
Tanpa pasokan oksigen yang dibawa sel darah, sel otak dapat cepat
mati sehingga fungsi otak dapat terganggu secara permanen.
Stroke biasanya tidak berdiri sendiri, sehingga bila ada
kelainan fisiologisyang menyertai harus diobati misalnya gagal
jantung, irama jantung yang tidak teratur, tekanan darah tinggi dan
infeksi paru-paru. Setelah serangan stroke, biasanyaterjadi
perubahan suasana hati (terutama depresi), yang bisa diatasi dengan
obat-obatan atau terapi psikis.
4.2 Saran
Penulis berharap dengan dibuatnya makalah ini khususnya
Mahasiswa agar mengetahui pembahasan materi dan asuhan
keperawatan mengenai “Stroke Hemoragik”.
17
DAFTAR PUSTAKA
Fahra, R. U., Nur Widayati, & Jon Hafan Sutawardana. (2017). NurseLine
Journal. NurseLine JOurnal, 2(2), 9.
Hani,Widya.2017.BABIITinjauanPustaka.2017.http://repository.ump.ac.id/3
987/3/Widya%20Hani%20Perdana%20BAB%20II.pdf. Di akses
pada 28 November 2020
Hapsari,Annisa.2020.Stroke.https://hellosehat.com/kesehatan/penyakit/peny
akit-stroke/#gref.Di akses pada 28 November 2020
Willy,Tijin.2018.StrokeHemoragik.https://www.alodokter.com/strokehemor
agik.Di akses pada 28 November 2020
iv