PREMATURITAS
Oleh :
NIM : 20.300.0024
BANJARMASIN
2021
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PENDAHULUAN
PREMATURITAS
Oleh :
NIM : 20.300.0024
Banjarmasin,
Mengetahui,
A. PENGERTIAN
Bayi prematur adalah bayi baru lahir dengan berat badan lahir kurang dari 2500
gram. Bayi prematur adalah neonatus dengan Berat Badan Lahir pada saat kelahiran
kurang dari 2500 gram (Tanto, 2014). Dalam hal ini dibedakan menjadi:
1. Prematuritas murni Yaitu bayi pada kehamilan < 37 minggu dengan berat badan
sesuai.
2. Retardasi pertumbuhan janin intra uterin (IUGR)
Yaitu bayi yang lahir dengan berat badan rendah dan tidak sesuai dengan usia
kehamilan
Klasifikasi pada bayi premature:
a. Bayi prematur digaris batas
37 mg, masa gestasi
2500 gr, 3250 gr
16 % seluruh kelahiran hidup
Biasanya normal
Masalah: Ketidak stabilan, kesulitan menyusu, ikterik, RDS mungkin muncul
Penampilan: Lipatan pada kaki sedikit, payudara lebih kecil, lanugo banyak,
genitalia kurang berkembang.
b. Bayi Prematur Sedang
31 mg – 36 gestasi
1500 gr – 2500 gram
6 % - 7 % seluruh kelahiran hidup
Masalah: Ketidak stabilan, pengaturan glukosa, RDS, ikterik, anemia, infeksi,
kesulitan menyusu.
Penampilan: Seperti pada bayi premature di garis batas tetapi lebih parah, kulit
lebih tipis, lebih banyak pembuluh darah yang tampak
c. Bayi Sangat Prematur
24 mg – 30 mg gestasi
500 gr – 1400 gr
0,8 % seluruh kelahiran hidup
Masalah : semua
Penampilan: Kecil tidak memiliki lemak, kulit sangat tipis, kedua mata mungkin
berdempetan (Tanto, 2014).
B. ETIOLOGI
Prematuritas adalah penyebab utama dari kematian perinatal di negara idiopatik,
meskipun pada beberapa kasus disebabkan oleh infeksi, kelainan uterus, inkompetensia
serviks dan kelainan placenta. Etiologi prematur adalah :
1. Demografi
a. Insidens bertambah
1) Batas usia teratas dan terbawah Mungkin berkaitan dengan campuran faktor
lainnya.
2) Status sosial ekonomi yang rendah
3) Prenatal care yang tidak adekuat
4) Ras. Beberapa penelitian melaporkan kenaikan dua kali lipat kulit hitam.
2. Gaya hidup dan pekerjaan
a. Terbukti menaikkan insidens
1) Merokok
2) Penggunaan obat-obatan (drug ust)
b. Mungkin insidens naik
1) Berdiri terlalu lama
2) Kelelahan kerja dan kerja terlalu lama
3) Kerja berat mengangkat berat pada pasien yang mempunyai predisposisi
melahirkan prematur.
3. Riwayat Reproduksi
Faktor utama dalam menetapkan resiko pada kehamilan yang sedang berlangsung.
4. Anomali uterus
Lelomiomata pada uterus bisa juga meningkatkan insidens partus prematurus.
5. Kenaikan berat badan
Berat badan yang rendah atau kenaikan berat badan yang sedikit bisa meningkatkan
resiko.
6. Anemia
a. Alat prediksi yang paling lemah.
b. Kemungkinan berkaitan dengan faktor resiko lainnya.
7. Ukuran uterus dan kelainan placenta
Uterus yang menggelembung (distended) bisa memperbesar perbentukan junction.
a. Kehamilan ganda
b. Polihramnnion
C. PATOFOSIOLOGI
Penyebab terjadinya kelahiran bayi prmatur belum diketahui secara jelas. Data
statistik menunjukkan bahwa bayi lahir prematur terjadi pada ibu yang memiliki sosial
ekonomi rendah. Kejadian ini dengan kurangnya perawatan pada ibu hamil karena tidak
melakukan antenatal care selama kehamilan. Asupan nutrisi yang tidak adekuat selama
kehamilan, infeksi pada uterus dan komplikasi obstetrik yang lain merupakan pencetus
kelahiran bayi prematur. Ibu hamil dengan usia yamg masih muda, mempunyai kebiasaan
merokok dan mengkonsumsi alkohol juga menyebabkan terjadinya bayi prematur. Faktor
tersebut bisa menyebabkan terganggunya fungsi plasenta menurun dan memaksa
bayiuntuk keluar sebelum waktunya. Karena bayi lahir sebelum masa gestasi yang cukup
maka organ tubuh bayi belum matur sehingga bayi lahir prematur memerlukan perawatan
yang sangat khusus untuk memungkinkan bayi beradaptasi dengan lingkungan luar
(Tanto, 2014)
E. PENATALAKSANAAN
1. Perawatan di Rumah Sakit
Mengingat belum sempurnanya kerja alat – alat tubuh yang perlu untuk
pertumbuhan dan perkembangan dan penyesuaian diri dengan lingkungan hidup di
luar uterus maka perlu diperhatikan pengaturan suhu lingkungan, pemberian makanan
dan bila perlu pemberian oksigen, mencegah infeksi sertamencegah kekurangan
vitamin dan zat besi.
a. Pengaturan suhu
Bayi prematur mudah dan cepat sekali menderita hipotermia bila berada di
lingkungan yang dingin. Kehilangan panas disebabkan oleh permukaan tubuh bai
yang relative lebih luas bila dibandingkan dengan berat badan, kurangnya jaringan
lemak di bawah kulit dan kekurangan lemak coklat (brown flat). Untuk mencegah
hipotermia perlu diusahakan lingkunagn yang cukup hangat untuk bayi dan dalam
keadaan istirahat konsumsi okigen paling sedikit, sehingga suhu tubuh bayi tetap
normal. Bila bayi di rawat di dalam incubator maka suhu untuk bayi dengan berat
badan kurang dari 2 kg adalah 35 ˚C dan untuk bayi dengan berat badan 2 – 2,5 kg
adalah 34 ˚C agar ia dapta mempertahankan suhu tubuh sekitar 37 ˚C.
Kelembapan incubator berkisar antara 50% - 60%. Kelembapan yang lebih tinggi
diperlukan pada bayi dengan sindroma gangguan pernafasan. Suhu incubator
dapat diturunkan 1˚C perminggu untuk bayi dengan berat badan 2 kg dan secara
berangsur – angsur ia dapat di letakkan di dalam tempat tidur bayi dengan suhu
lingkungan 27˚C - 29˚C. Bila incubator tidak ada, pemanasan dapat dilakukan
dengan membungkus bayi dan meletakkan botol – botol hangat disekitarnya atau
dengan memasang lampu petromaks di dekat tempat tidur bayi. Cara lain untuk
mempertahankan suhu tubuh bayi sekitar 36˚C - 37˚C adalah dengan memakai
alat “perspexheat shield” yang diselimutkan pada bayi dalam incubator. Alat ini
digunakan untuk menghilangkan panas karena radiasi. Akhir – akhir ini telah
mulai digunakan incubator yang dilengkapi dengan alat temperature sensor
(thermistor probe). Alat ini ditempelkan di kulit bayi. Suhu incubator dikontrol
oleh alat servomechanism. Dengan cara ini suhu kulit bayi dapat dipertahankan
pada derajat yang telah ditetapkan sebelumnya. Alat ini sangat bermanfaat untuk
bayi dengan lahir yang rendah.
Bayi dalam incubator hanya dipakaikan popok. Hal ini mungkin untuk
pengawasan mengenai keadaan umum, perubahan tingkah laku, warna kulit,
pernafasan, kejang dan sebagainya sehingga penyakit yang diderita dapat dikenal
sedini – dininya dan tindakan serta pengobatan dapat dilaksanakan secepatnya.
Sering kali terjadi kegagalan menyusui pada ibu yang melahirkan premature.
Hal ini disebabkan oleh karena ibu stres, ada perasaan bersalah, kurang percaya
diri, tidak tahu memerah ASI pada bayi prematur refleks hisap dan menelan belum
ada atau kurang, energi untuk menghisap kurang, volume gaster kurang, sering
terjadi refluks, peristaltik lambat.
Agar ibu yang melahirkan prematur dapat berhasil memberikan ASI perlu
dukungan dari keluarga dan petugas, diajarkan cara memeras ASI dan menyimpan
ASI perah dan cara memberikan ASI perah kepada bayi prematur dengan sendok,
pipet ataupun pipa lambung.
1) Bayi prematur dengan berat lahir >1800 gram (> 34 minggu gestasi) dapat
langsung disusukan kepada ibu. Mungkin untuk hari – hari pertama kalau ASI
belum mencukupi dapat diberikan ASI donor dengan sendok / cangkir 8 – 10
kali sehari.
2) Bayi prematur dengan berat lahir 1500- 1800 gram (32 – 34 minggu), refleks
hisap belum baik, tetapi refleks menelan sudah ada, diberikan ASI perah
dengan sendok / cangkir, 10 – 12 kali sehari. Bayi prematur dengan berat lahir
1250 – 1500 gram (30 – 31 minggu), refleks hisap dan menelan belum ada,
perlu diberikan ASI perah melalui pipa orogastrik 12X sehari.
c. Makanan bayi
Pada bayi prematur, reflek hisap, telan dan batuk belum sempurna, kapasitas
lambung masih sedikit, daya enzim pencernaan terutama lipase masih kurang
disamping itu kebutuhan protein 3 – 5 gram/ hari dan tinggi kalori (110 kal/ kg/
hari), agar berat badan bertambah sebaik – baiknya. Jumlah ini lebih tinggi dari
yang diperlukan bayi cukup bulan. Pemberian minum dimulai pada waktu bayi
berumur 3 jam agar bayi tidak menderita hipoglikemia dan hiperbilirubinemia.
Jumlah cairan yang diberikan untuk pertama kali adalah 1 – 5 ml/jam dan
jumlahnya dapat ditambah sedikit demi sedikit setiap 12 jam. Banyaknya cairan
yang diberikan adalah 60mg/kg/hari dan setiap hari dinaikkan sampai
200mg/kg/hari pada akhir minggu kedua.
d. Mencegah infeksi
Bayi prematur mudah sekali terserang infeksi. Ini disebabkan oleh karena daya
tahan tubuh terhadap infeksi kurang, relatif belum sanggup membentuk antibodi
dan daya fagositosis serta reaksi terhadap peradangan belum baik oleh karena itu
perlu dilakukan tindakan pencegahan yang dimulai pada masa perinatal
memperbaiki keadaan sosial ekonomi, program pendidikan (nutrisi, kebersihan
dan kesehatan, keluarga berencana, perawatan antenatal dan post natal), screening
(TORCH, Hepatitis, AIDS), vaksinasi tetanus serta tempat kelahiran dan
perawatan yang terjamin kebersihannya. Tindakan aseptik antiseptik harus selalu
digalakkan, baik dirawat gabung maupun dibangsal neonatus. Infeksi yang sering
terjadi adalah infeksi silang melalui para dokter, perawat, bidan, dan petugas lain
yang berhubungan dengan bayi. Untuk mencegah itu maka perlu dilakukan:
1) Diadakan pemisahan antara bayi yang terkena infeksi dengan bayi yang tidak
terkena infeksi
2) Mencuci tangan setiap kali sebelum dan sesudah memegang bayi
3) Membersihkan temapat tidur bayi segera setelah tidak dipakai lagi (paling lama
seorang bayi memakai tempat tidur selama 1 minggu untuk kemudian
dibersihkan dengan cairan antisptik)
4) Membersihkan ruangan pada waktu – waktu tertentu
5) Setiap bayi memiliki peralatan sendiri
6) Setiap petugas di bangsal bayi harus menggunakan pakaian yang telah
disediakan
7) Petugas yang mempunyai penyakit menular dilarang merawat bayi
8) Kulit dan tali pusat bayi harus dibersihkan sebaik – baiknya
9) Para pengunjung hanya boleh melihat bayi dari belakang kaca
e. Minum cukup
Selama dirawat, pihak rumah sakit harus memastikan bayi mengkonsumsi
susu sesuai kebutuhan tubuhnya. Selama belum bisa menghisap denagn benar,
minum susu dilakukan dengan menggunakan pipet.
f. Memberikan sentuhan
Ibu sangat disarankan untuk terus memberikan sentuhan pada bayinya. Bayi
prematur yang mendapat banyak sentuhan ibu menurut penelitian menunjukkan
kenaikan berat badan yang lebih cepat daripada jika si bayi jarang disentuh.
g. Membantu beradaptasi
2. Perawatan di rumah
a. Minum susu
Bayi prematur lebih rentan terserang penyakit dan infeksi. Karenanya orang
tua harus berhati – hati menjaga keadaan si kecil supaya tetap bersih sekaligus
meminimalisir kemungkinan terserang infeksi. Maka sebaiknya cuci tangan
sebelum memberikan susu, memperhatikan kebersihan kamar.
BAB dan BAK bayi prematur masih terhitung wajar kalau setelah disusui lalu
dikeluarkan dalam bentuk pipis atau pup. Menjadi tidak wajar apabila tanpa diberi
susu pun bayi terus BAB dan BAK. Untuk kasus seperti ini tak ada jalan lain
kecuali segera membawanya ke dokter.
F. LAMANYA PERAWATAN
Secara prinsip, semua rumah sakit di tanah air sudah bisa merawat bayi dengan
BBLR kecuali yang disertai ketidakmatangan organ-organ vital seperti paru-paru dan
jantung yang hanya dapat ditangani oleh rumah sakit dengan fasilitas NICU (Neonatal
Intensive Care Unit). Ruang NICU adalah ruang perawatan intensif untuk bayi baru lahir
yang memerlukan pengobatan dan perawatan khusus, guna mencegah dan mengobati
terjadinya kegagalan organ-organ vital. NICU sendiri merupakan sarana terdapat pada
level perawatan 3.
Untuk diketahui, level perawatan pasien di rumah sakit dibagi tiga bagian. Level 1
merupakan perawatan biasa, pasien dirawat di ruang atau kamar biasa dan tidak
memerlukan alat atau fasilitas khusus. Pada level 2, ruang perawatan memerlukan
monitor dan inkubator. Sedangkan di level 3, selain monitor dan inkubator, ruangan juga
mesti difasilitasi ventilator. Monitor berfungsi untuk mengontrol detak jantung dan otak.
Sedangkan ventilator untuk membantu sistem pernapasan. Bayi BBLR umumnya dirawat
di level 2 dan 3. Dokter anak khususnya bagian perinatologi sangat berperan dalam
perawatan dan pengobatan kasus-kasus seperti ini.
Soal lamanya waktu perawatan pasien bayi dengan BBLR tentu tergantung kasus.
Namun biasanya mereka diperbolehkan pulang jika sudah mendekati tanggal kelahiran
idealnya. Contoh bayi yang dilahirkan 6 minggu lebih dini dari seharusnya, biasanya
mesti menjalani perawatan di rumah sakit kurang lebih 4 minggu, atau lebih cepat dua
minggu dari kelahiran idealnya. Pertimbangan lainnya, bayi akan dipulangkan jika
kondisi tubuhnya sudah stabil, organ-organ vitalnya sudah berfungsi baik, dan berbagai
resiko yang mengancam sudah bisa dihindari. Salah satu indikatornya adalah kemampuan
bayi untuk mengisap atau buang air besar dan kecil sudah baik.
Oleh sebab itu pemulangan paksa pasien bayi dengan BBLR oleh orang
tua/keluarga sangat tidak disarankan karena ia dapat mengalami berbagai resiko
kesehatan, seperti infeksi, gagal napas, gagal jantung dan sebagainya (Tanto, 2014).
G. KOMPLIKASI
1. Sindrom aspirasi mekonium, asfiksia neonatorum, sindrom distres respirasi, penyakit
membran hialin.
2. Dismatur preterm terutama bila masa gestasinya kurang dari 35 minggu.
3. Hiperbilirubinemia, patent ductus arteriosus, perdarahan ventrikel otak.
4. Hipotermia, Hipoglikemia, Hipokalsemia, Anemi, gangguan pembekuan darah.
5. Infeksi, retrolental fibroplasia, necrotizing enterocolitis (NEC).
6. Bronchopulmonary dysplasia, malformasi konginetal (Adnyanti, 2011).
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Identitas
Riwayat penyakit sekarang, dahulu dan keluarga
Pemeriksaan fisik:
a. Aktivitas/Istirahat
Status sadar mungkin 2-3 jam beberapa hari pertama, bayi tampak semi
koma saat tidur ; meringis atau tersenyum adalah bukti tidur dengan gerakan
mata cepat, tidur sehari rata-rata 20 jam.
Bayi normal mulai bernapas 30 detik sesudah lahir, untuk menilai status
kesehatan bayi dalam kaitannya dengan pernapasan dan peredaran darah
dapat digunakan metode APGAR Score. Namun secara praktis dapat dilihat
dari frekuensi denyut jantung dan pernapasan serta wajah, ekstremitas dan
seluruh tubuh, frekwensi denyut jantung bayi normal berkisar antara 120-140
kali/menit (12 jam pertama setelah kelahiran), dapat berfluktuasi dari 70-100
kali/menit (tidur) sampai 180 kali/menit (menangis).
c. Suhu Tubuh
Suhu inti tubuh bayi biasanya berkisar antara 36,5 0C-370C. Pengukuran
suhu tubuh dapat dilakukan pada aksila atau pada rektal.
d. Kulit
Kulit neonatus yang cukup bulan biasanya halus, lembut dan padat dengan
sedikit pengelupasan, terutama pada telapak tangan, kaki dan selangkangan.
Kulit biasanya dilapisi dengan zat lemak berwarna putih kekuningan terutama
di daerah lipatan dan bahu yang disebut verniks kaseosa.
Dilihat apakah ada cacat bawaan berupa kelainan bentuk, kelainan jumlah
atau tidak sama sekali pada semua anggota tubuh dari ujung rambut sampai
ujung kaki juga lubang anus (rektal) dan jenis kelamin.
f. Tali Pusat
Pada tali pusat terdapat dua arteri dan satu vena umbilikalis. Keadaan tali
pusat harus kering, tidak ada perdarahan, tidak ada kemerahan di sekitarnya.
g. Refleks
Pada hari kedua dan ketiga bayi mengalami berat badan fisiologis. Namun
harus waspada jangan sampai melampaui 10% dari berat badan lahir. Berat
badan lahir normal adalah 2500 sampai 4000 gram.
i. Mekonium
Mekonium adalah feces bayi yang berupa pasta kental berwarna gelap
hitam kehijauan dan lengket. Mekonium akan mulai keluar dalam 24 jam
pertama.
j. Antropometri
k. Seksualitas
B. Analisa Data
No Data Etiologi Masalah
1 DS : Trauma jaringan Resiko tinggi terjadi
DO : (pemotongan tali infeksi
- Terlihat ada bekas potongan pusat) tali pusat
tali pusat masih basah
- Potongan tali pusat basah
2 DS : Adaptasi dengan Resiko tinggi
DO : lingkungan luar perubahan suhu
- Biasanya bayi terlihat pucat rahim, keterbatasan tubuh
- Kulit dingin jumlah lemak
- tremor
3 DS : Refleks hisap tidak Resiko perubahan
DO : adekuat nutrisi kurang dari
- BB < kebutuhan tubuh
- Pergerakan lemah
D. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa NOC NIC
Keperawatan
1 Risiko perubahan Setelah dilakukan tindakan 1. Timbang BB setiap
nutrisi kurang dari keperawatan selama ... hari
kebutuhan tubuh Diharapkan perubahan nutrisi 2. Auskultasi bising
berhubungan tidak terjadi usus, perhatikan
dengan refleks Kriteria hasil : adanya distensi
hisap tidak Indikator IR ER abdomen
adekuat. 1. Penurunan BB 3 5 3. Anjurkan ibu
tidak lebih dari menyusui pada
10% BB lahir payudara secara
2. Intake dan output 3 5 bergantian 5-10
makanan menit
seimbang 4. Lakukan pemberian
3. Tidak ada tanda- 3 5 makanan tambahan
tanda 5. Observasi bayi
hipoglikemi terhadap adanya
Keterangan : indikasi masalah
1. Keluhan ekstrim dalam pemberian
2. Keluhan berat makanan (tersedak,
3. Keluhan sedang menolak makanan,
4. Keluhan ringan produksi mukosa
5. Tidak ada keluhan meningkat)
2 Resiko tinggi Setelah dilakukan tindakan 1. Pertahankan suhu
perubahan suhu keperawatan selama ... lingkungan
tubuh berhubungan Diharapkan perubahan suhu tubuh 2. Ukur suhu tubuh
dengan adaptasi tidak terjadi setiap 4 jam
dengan lingkungan Kriteria hasil : 3. Mandikan bayi
luar rahim, Indikator IR ER dengan air hangat
keterbatasan 1. Suhu tubuh 3 5 secara tepat dan
o
jumlah lemak. normal 36-37 C cepat untuk menjaga
2. Bebas dari 3 5 bayi tidak
tanda-tanda kedinginan
stress, dingin, 4. Perhatikan tanda-
tidak ada tanda stress dingin
tremor, sianosis dan distress
dan pucat pernafasan (tremor,
Keterangan :
pucat, kulit dingin)
1. Keluhan ekstrim
2. Keluhan berat
3. Keluhan sedang
4. Keluhan Ringan
5. Tidak ada keluhan
3 Resiko tinggi Setelah dilakukan tindakan 1. Pertahankan teknik
terjadi infeksi keperawatan selama ... septic dan aseptic
berhubungan Diharapkan infeksi tidak terjadi 2. Lakukan
dengan trauma Kriteria hasil : perawatan tali
jaringan Indikator IR ER pusat setiap hari
(pemotongan tali 1. Bebas dari tanda- 3 5 setelah mandi satu
pusat) tali pusat tanda infeksi kali sehari
masih basah. 2. TTV dalam 3 5 3. Observasi tali
rentang batas pusat dan sekitar
normal area kulit dari
3. Tali pusat 3 5 tanda-tanda infeksi
mengering 4. Pantau kulit setiap
Keterangan :
hari terhadap ruam
1. Keluhan ekstrim
atau kerusakan
2. Keluhan berat
integritas kulit
3. Keluhan sedang
5. Ukur TTV setiap 4
4. Keluhan Ringan
jam
5. Tidak ada keluhan
6. Kolaborasi dalam
pemeriksaan
laboratorium
DAFTAR PUSTAKA
Adnyanti Niti. 2011. Laporan Pendahuluan Pada Bayi Premature. Bali http://niti-
adnyani.blogspot.co.id/2011/09/laporan-pendahuluan-pada-pasien-dengan
4945.html (diakses pada tanggal 8 November 2015).
Lia Dewi VN. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jogjakarta: Salemba
Medika.
Rachman Maya. 2013. Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Pada Bayi
Prematur. Malang https://id.scribd.com/doc/161051797/Laporan-Pendahuluan-
Asuhan-Keperawatan-Bayi-Baru-Lahir-Maya (diakses pada tanggal 29 Maret
2021)
Tanto Chris. 2014. Kapita Selekta Kedokteran edisi IV. Jakarta : Media Aesculapius.
LEMBAR KONSULTASI
Nama Mahasiswa : M. Fahrur Rijani, S.Kep
NIM : 20.300.0024
23 Maret Perbaiki LP
2021
Berfokus pada bayi baru lahir
prematur