Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

RESIKO BUNUH DIRI

Di Susun oleh :
Jihan Rizki Annisa
201601067

CI LAHAN CI AKADEMIK

(.............................................) (..............................................)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


STIKES WIDYA NUSANTARA PALU
2019

KONSEP TEORI
RESIKO BUNUH DIRI
A. DEFINISI

Risiko bunuh diri adalah resiko untuk mencederai diri sendiri yang dapat

mengancam kehidupan. Bunuh diri merupakan kedaruratan psikiatri karena

merupakan perilaku untuk mengakhiri kehidupannya. Perilaku bunuh diri

disebabkan karena stress yang tinggi dan berkepanjangan dimana individu

gagal dalam melakukan mekanisme koping yang digunakan dalam mengatasi

masalah. Beberapa alasan individu mengakhiri kehidupan adalah kegagalan

untuk beradaptasi, sehingga tidak dapat menghadapi stress, perasaan

terisolasi, dapat terjadi karena kehilangan hubungan interpersonal/ gagal

melakukan hubungan yang berarti, perasaan marah/ bermusuhan, bunuh diri

dapat merupakan hukuman pada diri sendiri, cara untuk mengakhiri

keputusasaan (Stuart, 2006).

Bunuh diri adalah tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan dapat

mengakhiri kehidupan. Bunuh diri merupakan keputusan terakhir dari

individu untuk memecahkan masalah yang dihadapi (Captain, 2008).

Menciderai diri adalah tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan

dapat mengakhiri kehidupan. Bunuh diri mungkin merupakan keputusan

terakhir dari individu untuk memecahkan masalah yang dihadapi (Captain,

2008).

B. RENTANG RESPON
Respon adaptif respon maladaptif
Peningkata pengambilan perilaku pencederaan bunuh diri

n diri resiko yang destruktif- diri

meningkatkan diri tidak

pertumbuhan langsung

1. Peningkatan diri

Seseorang dapat meningkatkan proteksi atau pertahanan diri secara

wajar terhadap situasional yang membutuhkan pertahanan diri. Sebagai

contoh seseorang mempertahankan diri dari pendapatnya yang berbeda

mengenai  loyalitas terhadap pimpinan ditempat kerjanya.

2. Beresiko destruktif

Seseorang memiliki kecenderungan atau beresiko mengalami

perilaku destruktif atau menyalahkan diri sendiri terhadap situasi yang

seharusnya dapat mempertahankan diri, seperti seseorang merasa patah

semangat bekerja ketika dirinya dianggap tidak loyal terhadap pimpinan

padahal sudah melakukan pekerjaan secara optimal.

3. Destruktif diri tidak langsung

Seseorang telah mengambil sikap yang kurang tepat (maladaptif)

terhadap situasi yang membutuhkan dirinya untuk mempertahankan

diri. Misalnya, karena pandangan pimpinan terhadap kerjanya yang

tidak loyal, maka seorang karyawan menjadi tidak masuk kantor atau

bekerja seenaknya dan tidak optimal.

4. Pencederaan diri
Seseorang melakukan percobaan bunuh diri atau pencederaan diri

akibat hilangnya harapan terhadap situasi yang ada.

5. Bunuh diri

Seseorang telah melakukan kegiatan bunuh diri sampai dengan

nyawanya hilang. Perilaku bunuh diri menurut (Stuart dan Sundeen,

1995. Dikutip Fitria, Nita, 2009) dibagi menjadi tiga kategori yang

sebagai berikut :

a. Upaya bunuh diri (scucide attempt)

sengaja melakukan kegiatan menuju bunuh diri dan bila

kegiatan itu sampai tuntas akan menyebabkan kematian. Kondisi

ini terjadi setelah tanda peringatan terlewatkan atau diabaikan.

Orang yang hanya berniat melakukan upaya bunuh diri dan tidak

benar-benar ingin mati mungkin akan mati jika tanda-tanda

tersebut tidak diketahui tepat pada waktunya.

b. Isyarat bunuh diri (suicide gesture)

Bunuh diri yang direncanakan untuk usaha mempengaruhi

perilaku orang lain.

c. Ancaman bunuh diri (suicide threat)

Suatu peringatan baik secara langsung verbal atau nonverbal

bahwa seseorang sedang mengupayakan bunuh diri. Orang tersebut

mungkin menunjukkan  secara verbal bahwa dia tidak akan ada di

sekitar kita lagi atau juga mengungkapkan secara nonverbal berupa

pemberian hadiah, wasiat, dan sebagainya. Kurangnya respon


positif dari orang sekitar dapat dipersepsikan sebagai dukungan

untuk melakukan tindakan bunuh diri.

C. ETIOLOGI

1. Factor predisposisi

Lima factor predisposisi yang menunjang pada pemahaman

perilaku destruktif-diri sepanjang siklus kehidupan adalah sebagai

berikut :

a. Diagnosis Psikiatrik

Lebih dari 90% orang dewasa yang mengakhiri hidupnya

dengan cara bunuh diri mempunyai riwayat gangguan jiwa. Tiga

gangguan jiwa yang dapat membuat individu berisiko untuk

melakukan tindakan bunuh diri adalah gangguan afektif,

penyalahgunaan zat, dan skizofrenia.

b. Sifat Kepribadian

Tiga tipe kepribadian yang erat hubungannya dengan

besarnya resiko bunuh diri adalah antipati, impulsif, dan depresi.

c. Lingkungan Psikososial

Faktor predisposisi terjadinya perilaku bunuh diri,

diantaranya adalah pengalaman kehilangan, kehilangan dukungan

sosial, kejadian-kejadian negatif dalam hidup, penyakit krinis,

perpisahan, atau bahkan perceraian. Kekuatan dukungan social

sangat penting dalam menciptakan intervensi yang terapeutik,


dengan terlebih dahulu mengetahui penyebab masalah, respons

seseorang dalam menghadapi masalah tersebut, dan lain-lain.

d. Riwayat Keluarga

Riwayat keluarga yang pernah melakukan bunuh diri

merupakan factor penting yang dapat menyebabkan seseorang

melakukan tindakan bunuh diri.

e. Faktor Biokimia

Data menunjukkan bahwa pada klien dengan resiko bunuh

diri terjadi peningkatan zat-zat kimia yang terdapat di dalam otak

sepeti serotonin, adrenalin, dan dopamine. Peningkatan zat

tersebut dapat dilihat melalui ekaman gelombang otak Electro

Encephalo Graph (EEG).

2. faktor Presipitasi

Perilaku destruktif diri dapat ditimbulkan oleh stress berlebihan

yang dialami oleh individu. Pencetusnya sering kali berupa kejadian

hidup yang memalukan.Faktor lain yang dapat menjadi pencetus

adalah melihat atau membaca melalui media mengenai orang yang

melakukan bunuh diri ataupun percobaan bunuh diri. Bagi individu

yang emosinya labil, hal tersebut menjadi sangat rentan.

D. MANIFESTASI KLINIS
Tanda dan gejala menurut Fitria (2009):

1. Mempunyai ide untuk bunuh diri


2. Mengungkapkan keinginan untuk mati
3. Impulsif
4. Menunjukan perilaku yang mencurigakan
5. Mendekati orang lain dengan ancaman
6. Menyentuh orang lain dengan cara menakutkan
7. Latar belakang keluarga

E. POHON MASALAH

KONSEP DASAR KEPERAWATAN


A. PENGKAJIAN

1. Lingkungan dan upaya bunuh diri : perawat perlu mengkaji peristiwa yang
menghina atau menyakitkan, upaya persiapan, ungkapan verbal, catatan,
lukisan, memberikan benda yang berharga, obat, penggunaan kekerasan,
racun.
2. Gejala : perawat mencatat adanya keputusasaan, celaan terhadap diri
sendiri, perasaan gagal dan tidak berharga, alam perasaan depresi, agitasi
gelisah, insomnia menetap, berat badan menurun, bicara lamban,
keletihan, withdrawl.
3. Penyakit psikiatrik : uoaya bunuh diri sebelumnya, kelainan, afektif, zat
adiktif, depresi remaja, gangguan mental lansia
4. Riwayat psikososial: bercerai, putus hubungan, kehilangan pekerjaan,
stress multiple (pindah, kehilangan,putus hubungan, masalah sekolah,
krisis disiplin), penyakit kronik.
5. Faktor kepribadian: impulsive, agresif, bermusuhan, kognisi negative dan
kaku, putus asa, harga diri rendah, antisocial
6. Riwayat keluarga : riwayat bunuh diri, gangguan afektif, alkoholisme.

Data Yang Perlu Dikaji

Masalah Keperawatan Data yang perlu dikaji


Resiko bunuh diri Subjektif :

1. Mengungkapkan keinginan bunuh diri.

2. Mengungkapkan keinginan untuk mati.

3. Mengungkapkan rasa bersalah dan

keputusasaan.

4. Ada riwayat berulang percobaan bunuh

diri sebelumnya dari keluarga.

5. Berbicara tentang kematian, menanyakan


tentang dosis obat yang mematikan.

6. Mengungkapkan adanya konflik

interpersonal.

7. Mengungkapkan telah menjadi korban

perilaku kekeasan saat kecil.

Objektif :

1. Impulsif.

2. Menunujukkan perilaku yang

mencurigakan (biasanya menjadi

sangat patuh).

3. Ada riwayat panyakit mental (depesi,

psikosis, dan penyalahgunaan

alcohol).

4. Ada riwayat penyakit fisik (penyakit

kronis atau penyakit terminal).

5. Pengangguran (tidak bekerja,

kehilangan pekerjaan, atau kegagalan

dalam karier).

6. Umur 15-19 tahun atau diatas 45

tahun.

7. Status perkawinan yang tidak

harmonis

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Resiko Bunuh Diri, batasan karakteristik (NANDA) :


1. Berhubungan dengan tingkah laku:

a. Riwayat percobaan bunuh diri sebelumnya

b. Desakan hati

c. Membeli pistol

d. Menyimpan/menimbun obat

e. Membuat atau merubah tujuan

f. Memberikan barang miliknya

g. Perasaan senang tiba-tiba, setelah sembuh dari depresi berat

h. Tanda-tanda kepribadian, sikap, performa

2. Berhubungan dengan ungkapan verbal :

a. Membicarakan orang yang bunuh diri

b. Ingin mati/mengakhiri semuanya

3. Berhubungan dengan situasi :

a. Hidup sendiri

b. Pensiun

c. Tempat penampungan, asrama

d. Ketidakstabilan ekonomi

e. Kehilangan otonomi/kemandirian

f. Ada/keberadaan senjata di rumah

g. Kehidupan remaja dalam lingkungan/suasana, non tradisional

(missal: pusat rehabilitasi anak-anak, sel/penjara, situasi

rumah yang kurang mendukung, kelompok dalam rumah)

C. INTERVENSI KEPERAWATAN
Tujuan Criteria evaluasi Intervensi
Pasien tetap aman dan Setelah……x pertemuan, SP 1
selamat pasienmampuMengidentifikas  Identifikasi benda-
i benda-benda yang dapat benda yang dapat
mengendalikan dorongan membahayakan pasien
bunuh diri  Amankan benda-benda
yang dapat
membahayakan pasien
 Lakukan kontrak
treatment
 Ajarkan cara
mengendalikan
dorongan bunuh diri
 Latih cara
mengendalikan
dorongan bunuh diri
Setelah…….x pertemuan, SP 2
pasienmampumengidentifikasi  Identifikasi aspek
aspek positif dan mampu positif pasien
menghargai diri sebagai  Dorong pasien untuk
individu berfikir positif terhadap
diri
 Dorong pasien untuk
menghargai diri sebagai
individu yang berharga
Setelah …….x pertemuan, SP 3
pasienmampumengidentifikasi  Identifikasi pola koping
pola koping yang konstruktif yang biasa diterapkan
dan mampu menerapkannya pasien
 Nilaip pola koping yang
bisa dilakukan
 Identifikasi pola koping
yang konstruktif
 Dorong pasien memilih
pola koping yang
konstuktif
 Anjurkan pasien
menerapkan pola
koping yang konstruktif
dalam kegiatan harian
Setelah ...... kali pertemuan SP 4 P
pasien mampu membuat  Buat rencana masa
rencana masa depan yang depan yang realistis
realistis dan mampu bersama pasien
melakukan kegiatan  Identifikasi cara
mencapai rencana masa
depan yang realistis
 Beri dorongan pasien
melakukan kegiatan
dalam rangka meraih
masa depan yang
realistis
Keluarga mampu Setelah .... kali pertemuan SP 1 K
merawat pasien keluarga mampu merawat  Diskusikan masalah
dengan resiko bunuh pasien dan mampu yang dirasakan
diri menjelaskan pengertia, tanda keluarga dalam
dan gejala serta jenis perilaku merawat pasien
bunuh diri  Jelaskan pengertian,
tanda dan gejala resiko
bunuh diri dan jenis
perilaku bunuh diri
yang dialami pasien
beserta proses
terjadinya
 Jelaskan cara-cara
merawat pasien resiko
bunuh diri
SP 2 K
 Latih keluarga
mempraktekkan cara
merawat pasien dengan
resiko bunuh diri
 Latih keluarga
melakukan cara
merawat langsung
kepada pasien resiko
bunuh diri
SP 3 K
 Bantu keluarga
membuat jadwal
aktifitas di rumah
termasuk minum obat
 Jelaskan follow up
pasien setelah pulang

DAFTAR PUSTAKA

Aziz R, dkk, Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa Semarang : RSJD Dr. Amino
Gonohutomo, 2003

Boyd MA, Hihart MA. Psychiatric nursing : contemporary practice. Philadelphia

: Lipincott-Raven Publisher. 1998

Captain, C. (2008). Assessing suicide risk, Nursing made incredibly

easy, Volume 6(3).

Keliat Budi Ana, Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Edisi I, Jakarta : EGC,

1999

Stuart, G. W. 2006. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC

Tim Direktorat Keswa, Standar Asuhan Keperawatan Jiwa, Edisi 1, Bandung,

RSJP Bandung, 2000

Anda mungkin juga menyukai