Anda di halaman 1dari 135

LAPORAN DIAGNOSIS DAN INTERVENSI KOMUNITAS

GAMBARAN PENGETAHUAN MENGENAI PENGELOLAAN


SAMPAH RUMAH TANGGA PADA KELUARGA BINAAN DI
RT 014 RW 004 KAMPUNG BOJONG DESA RANCAILAT,
KECAMATAN KRESEK, KABUPATEN TANGERANG,
PROVINSI BANTEN

KELOMPOK 1
Adyzka Marshalivia 1102013011
Afif Bangun Pilardi 1102013012
Arrum Peabuningtias 1102013044
Siti Solikha 1102013277
Firdaus Pratama 1102014101

Pembimbing :
Dr. Rifqatussa’adah, SKM.,M.Kes

KEPANITERAAN KEDOKTERAN KOMUNITAS BAGIAN


ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS
KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI
29 JULI – 30 AGUSTUS 2019
PERNYATAAN PERSETUJUAN

Laporan Diagnosis dan Intervensi Komunitas dengan judul “Gambaran

Pengetahuan Mengenai Pengelolaan Sampah Rumah Tangga pada


Keluarga Binaan Di RT 014 RW 004 Kampung Bojong Desa
Rancailat, Kecamatan Kresek, Kabupaten Tangerang, Provinsi
Banten” periode 29 Juli – 30 Agustus 2019 telah disetujui oleh pembimbing untuk
diseminarkan dalam rangka memenuhi salah satu tugas Kepaniteraan Ilmu
Kedokteran Komunitas, Fakultas Kedokteran Universitas YARSI.

Jakarta, Agustus 2019

Pembimbing,
DR. Rifqatussa’adah, SKM, M.Kes

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Allah SWT atas karunia dan rahmat-Nya sehingga
tim penulis dapat menyelesaikan Laporan Diagnosis dan Intervensi Komunitas
yang “Gambaran Pengetahuan Mengenai Pengelolaan Sampah Rumah
Tangga pada Keluarga Binaan Di Rt 014 Rw 004 Kampung Bojong Desa
Rancailat, Kecamatan Kresek, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten”
Shalawat beserta salam semoga senantiasa terlimpahkan curahkan kepada Nabi
Muhammad SAW, kepada keluarganya, kepada sahabatnya, hingga kepada
umatnya hingga akhir zaman. Aamiin.

Penulisan dan penyusunan laporan ini bertujuan untuk memenuhi tugas


kepaniteraan klinik bagian Ilmu Kesehatan Komunitas Fakultas Kedokteran
Universitas YARSI. Selain itu, tujuan lainnya adalah sebagai salah satu sumber
pengetahuan bagi pembaca, terutama pengetahuan mengenai ilmu kesehatan
masyarakat, semoga dapat memberikan manfaat.

Penyelesaian laporan ini tidak terlepas dari bantuan para dosen


pembimbing, staf pengajar, dokter dan tenaga medis Puskesmas, serta orang-orang
sekitar yang terkait. Oleh karena itu, kami ingin mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada:

1. DR. Rifqatussa’adah, SKM, M.Kes, selaku dosen pembimbing,


koordinator kedokteran komunitas, dan staf pengajar bagian ilmu Kesehatan
Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas YARSI.
2. dr. Dini Widianti, MKK, selaku kepala bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas YARSI.
3. Dr. Erlina Wijayanti, MPH, selaku kepala bagian dan koordinator
Kedokteran Komunitas dan staf pengajar Kepaniteraan Ilmu Kedokteran
Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas YARSI.

iii
4. dr. Yusnita, M.Kes, DiplDK, selaku staf pengajar Kepaniteraan Ilmu
Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas YARSI.
5. Dr. Kholis Ernawati, S.Si, M.Kes, selaku staf pengajar Kepaniteraan Ilmu
Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas YARSI.
6. Dr. Dian Mardhiyah, MKK, DiplDK, selaku staf pengajar Kepaniteraan
Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas YARSI.
7. dr. Maya Trisiswati., MKM, selaku staf pengajar kepaniteraan Ilmu
Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas YARSI
8. dr. Roy, selaku Kepala Puskesmas Kecamatan Kresek.
9. dr. Grace dan dr. Sam serta seluruh staf dan tenaga kesehatan Puskesmas
Kresek yang telah memberikan bimbingan dan data kepada penulis untuk
kelancaran penulisan laporan.
10. Seluruh rekan sejawat yang telah memberikan motivasi dan kerjasama
sehingga tersusun laporan ini.

Kesadaran bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan laporan ini. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat diharapkan untuk
perbaikan di masa mendatang. Semoga laporan ini dapat memberi manfaat bagi
semua pihak.

Wassalamu’alaikum wa rahmatullahi wabarakatuh.

Jakarta, Agustus 2019

Tim Penulis

iv
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i-ii


DAFTAR ISI iii-iv
BAB I LATAR BELAKANG 1
1.1 Gambaran Umum Desa Secara Geografis 1
1.1.1 Situasi Keadaan Umum 1
1.1.2 Batas Wilayah 2
1.2 Gambaran Umum Kecamatan Secara Geografis 3
1.2.1 Situasi Keadaan Umum 3
1.2.2 Batas Wilayah 4
1.3 Gambaran Umum Kecamatan Secara Demografi 4
1.3.1 Situasi Kependudukan 4
1.3.2 Keadaan Lingkungan 6
1.3.2.1 Rumah Sehat 6
1.3.2.2 Keadaan Sarana Sanitasi Dasar 7
1.4 Profil Puskesmas Kresek 8
1.4.1 Visi dan Misi 8
1.4.2 Wilayah Kerja 8
1.4.3 Sepuluh Besar Penyakit 10
1.4.4 Upaya Kesehatan dan Program Puskesmas 10
1.4.5 Status Gizi 12
1.5 Profil Keluarga Binaan 16
1.5.1 Keluarga Tn. Aseni 16
1.5.2 Keluarga Tn. Fahrudi 23
1.5.3 Keluarga Tn. Sakrudin 28
1.5.4 Keluarga Ny. Sanah 33
1.5.5 Keluarga Tn. Sumedi 38
1.6 Penentuan Area Masalah 43
1.6.1 Area Masalah pada Keluarga Binaan 43
1.6.2 Penentuan Area Masalah 46
1.6.3 Alasan Pemilihan Area Masalah 47
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 49
2.1 Diagnosis dan Intervensi Komunitas 49
2.2 Pengetahuan 49
2.2.1 Definisi Pengetahuan 49
2.2.2 Proses Terjadinya Pengetahuan 50
2.2.3 Tingkat Pengetahuan 51
2.2.4 Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan 53
2.2.5 Jenis Pengetahuan 57
2.2.6 Cara Memperoleh Pengetahuan 58

iii
2.3 Sampah 61
2.3.1 Definisi Sampah 61
2.3.2 Jenis Sampah 61
2.3.3 Karakteristik Sampah 62
2.3.4 Sumber Sampah 63
2.3.5 Hubungan Pengelolaan Sampah Terhadap Masyarakat 72
2.3.6 Tempat Sampah 76
2.4 Kerangka Teori 89
2.5 Kerangka Konsep 89
2.6 Definisi Operasional 91
BAB III METODE PENELITIAN 97
3.1. Jenis Penelitian 97
3.2. Pengumpulan Data 97
3.3 Sampel Pengumpulan Data 97
3.4 Jenis dan Sumber Data 98
3.4.1. Jenis data 98
3.4.2. Sumber Data 99
3.4.3 Skala Pengukuran 99
3.5 Penentuan Instrumen Pengumpulan Data 99
3.6 Pengumpulan Data 100
3.7 Pengolahan dan Analisis Data 102
BAB IV HASIL ANALISIS 103
4.1 Karakteristik Responden 103
4.2 Analisis Univariat 104
4.3 Rencana Intervensi Pemecahan Masalah 108
4.4 Intervensi Pemecahan Masalah yang Terpilih 111
4.5 Menetapkan Kegiatan Operasional 111
4.6 Evaluasi Intervensi Pemecahan Masalah 113
BAB V PENUTUP 115
5.1 Kesimpulan 115
5.1.1 Area Masalah 115
5.1.2 Akar Penyebab Masalah 115
5.1.3 Alternatif Pemecahan Masalah 115
5.1.4 Intervensi yang Dilakukan 116
5.2 Saran 116
5.2.1 Bagi Kader 116
5.2.2 Bagi Masyarakat 117
5.2.3 Bagi Puskesmas Kresek 117
Lampiran 118
Daftar Pustaka 131

iv
BAB I

LATAR BELAKANG

1.1. Gambaran Umum Desa Secara Geografis


1.1.1. Situasi Keadaan Umum
Berdasarkan profil puskesmas kresek tahun 2018, Desa Rancailat adalah
salah satu desa yang berada di Kecamatan Kresek, Kabupaten Tangerang, Banten,
Indonesia. Memiliki luas wilayah 4.47 km2, jumlah penduduk 9.550 orang, jumlah
rumah tangga 1.100 orang, rata-rata jiwa/KK 6.60 dan kepadatan penduduk
sebanyak 2348.87/km2.

Gambar 1.1 Peta Desa Rancailat (Sumber: Google Maps).

1.2. Gambaran Umum Kecamatan Secara Geografis


1.2.1. Situasi Keadaan Umum

Kecamatan Kresek merupakan salah satu wilayah di Kabupaten Tangerang


terletak Sebelah Barat Kabupaten Tangerang, dengan jarak ± 27 Km dari Dinas
Kesehatan Kabupaten Tangerang. Luas wilayah 27.99 km 2, berupa dataran rendah
1
dan berupa lahan Persawahan dengan batas wilayah Kecamatan Kresek sbb (Profil
Puskesmas Kresek, 2018):

 Sebelah Utara : Kecamatan Gunung Kaler


 Sebelah Barat : Kabupaten Serang
 Sebelah Selatan : Kecamatan Sukamulya
 Sebelah Timur : Kecamatan Kronjo

Gambar 1.2 Peta Kecamatan Kresek (Sumber: Google Maps).

2
Tabel 1.1 Jumlah Penduduk Wilayah Kecamatan Kresek Tahun 2017

Luas Jumlah Rata- Kepadatan


Wilayah Jumlah Rumah rata Penduduk/
No Desa Penduduk
(Km2) Tangga jiwa/KK Km2

1. Koper 3.81 4.377 1.439 6.53 2464.57


Pasir
2. 2.48 6.182 1.500 4.30 2600.81
Ampo
3. Patrasana 3.18 7.802 1.151 6.76 2445.28
4. Renged 2.34 7.896 1.171 6.58 3294.87
5. Talok 2.45 6.506 2.310 2.64 2492.65
6. Jengkol 2.60 6.202 1.101 3.95 1672.31
7. Kemuning 3.57 10.306 1.168 5.26 1720.73
8. Rancailat 4.47 7.386 1.435 7.08 2273.60
7. Kresek 3.09 9.550 1.100 6.60 2348.87

Total 27.99 66.207 12.375 5.28 2.335

Kecamatan Kresek memiliki 9 desa binaan/wilayah kerja diantaranya Desa


Kresek, Desa Talok, Desa Renged, Desa Patrasana, Desa Pasirampo, Desa Koper,
Desa Jengkol, Desa Kemuning, Desa Rancailat. Desa Rancailat sebagai daerah
binaan yang dipilih oleh Puskesmas Kresek (Profil Puskesmas Kresek, 2018).

1.2.2. Batas Wilayah


Berdasarkan profil puskesmas Kresek tahun 2018, Kecamatan Kresek
berupa dataran rendah dan berupa lahan pertanian dengan batas wilayah Kecamatan
Kresek sebagai berikut:
 Sebelah Utara : Kecamatan Kronjo
 Sebelah Barat : Kabupaten Serang
 Sebelah Timur : Kecamatan Gunung Kaler
 Sebelah Selatan : Kecamatan Sukamulya

3
1.3. Gambaran Umum Kecamatan Secara Demografi
1.3.1. Situasi Kependudukan
Menurut Profil Puskesmas Kresek tahun 2018, jumlah penduduk wilayah
kecamatan Kresek 66.207 yang terdiri dari: Laki-Laki sebanyak 33.588 jiwa,
Perempuan 32.619 jiwa dan jumlah rumah sebanyak 14,969 dengan jumlah kepala
keluarga 18.889, dengan rata-rata jiwa per RT 3,5 jiwa, dan tingkat kepadatan
penduduk mencapai 2.365,4 jiwa per km2 (Profil Puskesmas Kresek, 2018).

Grafik 1.1 Jumlah Penduduk Berdasar Kelompok Umur di Puskesmas Kresek tahun
2018

Dari 53,709 penduduk Kecamatan Kresek yang berumur 10 tahun ke atas,


53,063 jiwa melek huruf (98,8%) atau hanya sekitar 646 jiwa yang tidak melek huruf
(1,2%). Dari penduduk yang melek huruf tersebut, sebanyak 0 jiwa tidak tamat SD;
17,204 jiwa tamat SD (32,03%); 13,548 jiwa (25,22%) tamat SMP; 10,369 jiwa
(19,31%) tamat SMA, 1,433 jiwa (2,66%) memiliki pendidikan yang lanjut. (Profil
Puskesmas Kresek, 2018).
Tabel 1.2 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Umur di
Kecamatan Kresek Tahun 2018

Kelompok Umur Jenis Kelamin


No.
(tahun) Laki-laki Perempuan Jumlah
1. 0–4 3.028 2.824 5.852
4
Kelompok Umur Jenis Kelamin
No.
(tahun) Laki-laki Perempuan Jumlah
2. 5–9 3.024 2.747 5.771
3. 10 – 14 3.107 2.908 6.015
4. 15 – 19 3.267 3.124 6.391
5. 20 – 24 3.264 3.045 6.391
6. 25 – 29 3.111 2.824 5.935
7. 30 – 34 2.552 2.648 5.200
8. 35 – 39 2.554 2.565 5.119
9. 40 – 44 2.284 2.331 4.615
10. 45 – 49 2.048 2.017 4.065
11. 50 – 54 1.800 1.711 3.511
12. 55 – 59 1.305 1.251 2.556
13. 60 – 64 1.057 1.079 2.136
14. 65 – 69 597 656 1.253
15. 70 – 74 344 489 833
16. 75+ 246 400 646
Jumlah (Kecamatan) 33.588 32.619 66.207
Sumber : Estimasi Dinas Kesehatan Tahun 2018

1.3.2. Keadaan Lingkungan


Faktor lingkungan merupakan faktor yang sangat mempengaruhi derajat
kesehatan. Dengan keadaan lingkungan yang sehat maka status derajat kesehatan
akan terpelihara daan lebih meningkat, sebaliknya bila keadaan lingkungan kurang
sehat dapat mempengaruhi terhadap status kesehatan masyarakat, yang dapat dinilai
dari keadaan lingkungan adalah sebagai berikut (Azwar, 2009):
1.3.2.1. Rumah Sehat
Rumah sehat adalah bangunan rumah tinggal yang memenuhi syarat
kesehatan yaitu bangunan yang memiliki jamban, sarana air bersih, tempat sampah
dan sarana pengelolaan air limbah, ventilasi rumah yang cukup, kepadatan hunian
rumah yang sesuai dan lantai rumah bersih dan kedap air (Azwar, 2009).
Jumlah rumah yang ada di wilayah Puskesmas Kresek adalah 14,969 rumah,
jumlah rumah yang dilakukan pembinaan sebanyak 10.041 rumah (67.28%),
5
jumlah rumah belum memenuhi syarat kesehatan 4797 (47.77%) sedangkan jumlah
rumah yang memenuhi syarat kesehatan sebanyak 5244 (52.23%) dari jumlah
rumah yang diperiksa menurut data program kesehatan lingkungan (Profil
Puskesmas Kresek, 2018).

Tabel 1.3 Jumlah Rumah bersadasarkan PHBS sesuai Wilayah


2017 2018
JUMLAH
RUMAH RUMAH
YANG DIBINA
JUMLAH RUMAH RUMAH
BELUM RUMAH BELUM
SELURUH MEMENUHI MEMENUHI
NO KECAMATAN PUSKESMAS MEMENUHI DIBINA MEMNUHI
RUMAH SYARAT SYARAT
SYARAT SYARAT

JUMLAH JUMLAH
1 KRESEK KRESEK 1.586 1.194 392 851 851 339
2 TALOK 1.500 1.415 85 820 820 369
3 RENGED 2.310 1.012 1298 1806 1806 1016
4 PATRASANA 2.310 957 1353 837 837 407
5 PASIRAMPO 1.439 1.763 -324 1081 1081 637
6 KOPER 1.286 1.001 285 1109 1109 544
7 JENGKOL 1.395 1.037 358 889 889 543
8 KEMUNING 1.755 1.272 483 1418 1418 457
9 RANCAILAT 1.388 867 521 1230 1230 485
Jumlah 14.969 10.518 4.451 10.041 10.041 4.797

1.3.2.2. Kepemilikan Sarana Sanitasi Dasar


Sanitasi Dasar adalah sanitasi mínimum yang diperlukan untuk
menyediakan lingkungan sehat yang memenuhi syarat kesehatan yang
menitikberatkan pada pengawasan berbagai faktor lingkungan yang mempengaruhi
derajat kesehatan manusia. Kepemilikan sarana sanitasi dasar diwilayah Puskesmas
Kresek meliputi :
A. Jamban Keluarga
Dari jumlah penduduk sebanyak 66.207 jiwa yang ada di Kecamatan
Kresek, jumlah penduduk yang menggunakan jamban keluarga sebanyak 46.402
6
jiwa (70.09%) terdiri dari 7.265 sarana leher angsa dan 12 sarana komunal.

B. Akses Terhadap Air Bersih


Penduduk dengan akses berkelanjutan terhadap air minum berkualitas
(layak) menurut kecamatan dan puskesmas dari jumlah penduduk 66.207 Jiwa,
yang mendapat akses air bersih ada 57.792 Jiwa (87.29%), yang terdiri dari sumur
gali terlindung 1.332 jiwa, sumur bor dengan pompa 32.478 jiwa dan pengguna
PDAM sebanyak 23.982 jiwa

1.4. Profil Puskesmas Kresek


1.4.1. Visi dan Misi
Dalam menjalankan fungsinya, maka Puskesmas Kresek telah menentapkan
Visi, yaitu : “Puskesmas Kresek mewujudkan masyarakat yang mandiri untuk
hidup sehat” dengan misi yang dilakukan sebagai berikut :
1) Meningkatkan kwalitas pelayanan kesehatan secara paripurna
2) Meningkatkan kompetensi tenaga kesehatan dalam upaya pelayanan prima
3) Meningkatkan pemberdayaan masyarakat secara terpadu
4) Meningkatkan upaya pencegahan penyakit
5) Meningkatkan sinergi kemitraan dengan sektor terkait

1.4.2. Wilayah Kerja


Wilayah Kerja Puskesmas Kresok berada di wilayah Kecamatan Kresek
yang terdiri dari Sembilan desa binaan, yaitu Kresek, Renged, Talok, Jengkol,
Kemuning, Rancailat, Patrasana, Pasirampo dan Koper.

7
Gambar 1.3 Wilayah Kerja Kecamatan Kresek

1.4.3. Sepuluh Besar Penyakit


Berdasarkan hasil laporan bulanan penyakit (LBI) Puskesmas Kresek tahun
2018 didapatkan gambaran pola penyakit yang sering terjadi di Puskesmas Kresek
pada tahun 2018 yaitu:

Grafik. 1.2 Besar Penyakit di Puskesmas Kresek tahun 2018

Dari grafik diatas 10 besar penyakit di Puskesmas Kresek penyakit ISPA


(Infeksi Saluran Pernafasan Atas) berada di posisi teratas yaitu 9.208, diikuti
Hipertensi Essensial sebanyak 3.221 dan Fharingitis 2.626, sedangkan yang ke 10
(sepuluh) atau yang terendah yaitu Penyakit Diare sebanyak 794 penderita.
Selain itu kunjungan Penyakit Tidak Menular seperti Hipertensi dan
Diabetes Melitus juga sangat tinggi, karena diharuskan setiap pasien untuk
melakukan kontrol secara teratur disamping itu memang jumlah kasus tersebut
cenderung meningkat

8
1.4.4. Upaya Kesehatan & Program Puskesmas
Upaya Puskesmas Kresek dalam menjalanankan fungsinya,
antara lain:
 Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak
o Kunjungan Ibu Hamil K1
o Kunjungan Ibu Hamil K4
o Persalinan Ditolong Tenaga Kesehatan
o Pelayanan Neonatus KN1 (6-48 jam), KN2 (3-7 hari) dan
KN3 (21-28 hari)
 Pelayanan Kesehatan Anak Pra-Sekolah dan usia Sekolah
o Pemeriksaan Kesehatan Siswa (Penjaringan)
o Pelayanan Kesehatan Gigi
 Keluarga Berencana
o Safari KB
o Pelayanan di dalam Puskesmas
 Pelayanan Imunisasi
o Pelayanan Imunisasi Rutin (Hepatitis B, BCG, DPT-
HiB3, Polio, MR)
o Pelayanan Imunisasi TT pada ibu hamil
 Pelayanan Pengobatan/Perawatan
o Rawat Jalan Umum
o Rawat Jalan Gigi
o Rawat Inap
o Pelayanan Gawat Darurat
 Pelayanan Kesehatan Jiwa
 Pemantauan Pertumbuhan Balita pada Puskesmas dan Posyandu
 Pelayanan Gizi
o Pembagian kapsul vitamin A untuk balita 2 kali dalam satu
tahun
o Pembagian tablet Fe pada ibu hamil
9
o Perawatan balita dengan gizi buruk
 Pelayanan Obstetrik dan Neonatal Emergensi Dasar (PONED)
 Penyelidikan Epidemiologi
o Kejadian Luar Biasa (KLB)
o Desa Bebas Rawan Gizi
 Pelayanan Kesehatan Usia Lanjut

1.4.5. Status Gizi


Status gizi merupakan ekspresi suatu aspek atau lebih dari nutriture seorang
individu dalam suatu variable atau keadaan tubuh yang merupakan hasil akhir dari
keseimbangan antara zat gizi yang masuk ke dalam tubuh dan utilisasinya
(Sugihantono, 2014)
Faktor yang menyebabkan kurangnya gizi baik secara langsung maupun
tidak langsung, penyebab langsung yaitu makanan anak dan penyakit inpeksi yang
mungkin diderita oleh anak dan penyebab tidak langsung yaitu ketahanan pangan
di keluarga, pola pengasuhan anak, serta pelayanan kesehatan dan kesehatan
lingkungan.
1. Balita Dengan Gizi Buruk
Gizi buruk atau Malnutrisi dapat diartikan sebagai asupan gizi yang buruk.
Dikarenakan kurangnya asupan makanan, pemilihan jenis makanan yang tidak tepat
atau dikarenakan seperti adanya penyakit infeksi yang menyebabkan kurang
terserapnya nutrisi dari makanan (Sugihantono, 2014).
Status gizi balita di wilayah Puskesmas Kresek memerlukan perhatian yang
lebih terhadap penanganan Gizi Buruk dan pada balita Bawah Garis Merah (BGM)
agar tidak menjadi gizi buruk. Di wilayah Kecamatan Kresek jumlah balita di bawah
garis merah (BGM) Tahun 2018 terdapat 21 balita terdiri laki-laki 9 balita dan
perempuan 12 balita, ada penurunan yang signifikan sebanyak 5 balita bila
dibandingkan dengan data Tahun 2017 yang sebelumnya sebanyak 26 balita BGM
dan penurunan sebanyak 15 balita BGM dibanding tahun 2016. Sedangkan untuk
balita dengan Gizi Buruk yang ditemukan dan
10
mendapatkan perawatan sebanyak 4 balita yang terdiri dari laki- laki sebanyak 3
balita dan perempuan sebanyak 1 balita dengan gizi buruk, ada penurunan yang
signifikan sebanyak 12 balita dari sebelumnya yaitu tahun 2017 sebanyak 16 balita
dengan Gizi Buruk

12
10
8
6

2
0
L P
BGM 9 12
GIZBUR 3 1

Grafik 1.3 Jumlah Balita Gizi Buruk dan BGM Mendapatkan Pelayanan di Puskesmas
Kresek Tahun 2018

Penurunan jumlah balita gizi buruk ini karena upaya yang maksimal dalam
pembinaan keluarga balita di desa dan posyandu, koordinasi lintas sektoral yang
baik sehingga pengetahuan ibu balita cukup baik dan juga pola asuh serta pola
makan anaknya yang baik.

L
P 48%
52%

Grafik 1.4 Proporsi Jumlah Balita Gizi Buruk dan


BGM
13
Berdasar jenis kelamin di Kresek Tahun 2018
2. Obesitas
Berdasarkan data profil puskesmas kresek 2018, dari 341 pengunjung
puskemas dengan jumlah laki-laki 133 dan perempuan 208 dilakukan pemeriksaan
obesitas dengan hasil sebanyak 35 orang mengalami obesitas dimana desa kresek
merupakan desa terbanyak dengan jumlah penderitas obesitas yaitu 10,14%.

Tabel 1.4 Pemeriksaan Obesitas Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan, dan Puskesmas
Kabupaten Tangerang Tahun 2018
JUMLAH DILAKUKAN
PENGUNJUNG PEMERIKSAAN
PUSKESMAS OBESITAS OBESITAS
NO KECAMATAN PUSKESMAS DAN LAKI- LAKI-
JARINGANNYA LAKI PEREMPUAN LAKI PEREMPUAN
BERUSIA ≥ 15
TAHUN JUMLAH JUMLAH
1 KRESEK KRESEK 6009 29 40 4 3
2 TALOK 2544 26 36 2 3
3 RENGED 3521 16 24 1 2
4 PATRASANA 1695 14 23 2 2
5 PASIRAMPO 1012 17 21 1 5
6 KOPER 720 10 23 0 1
7 JENGKOL 663 9 21 2 2
8 KEMUNING 405 8 11 2 1
9 RANCAILAT 213 4 9 1 1
JUMLAH PUSKESMAS 16782 133 208 15 20

3. Pemberian Vitamin A
Pembagian kapsul Vitamin A pada balita dilakukan 2 kali dalam satu tahun, yaitu
pada bulan Februari dan Agustus, dengan tujuan untuk mencegah terjadinya
penyakit yang disebabkan oleh kekurangan Vitamin A yang diantaranya akan
menyebabkan kebutaan. Pemberian kapsul vitamin A diberikan kepada bayi (6-11
bulan) pada tahun 2018 dengan sasaran 684 bayi, dan yang mendapatkan kapsul
Vitamin A mencapai 658 bayi (96.20%), sedangkan sasaran balita umur (12-59
12
balita) sebanyak 4.416 balita, dan yang mendapatkan Vitamin A mencapai 3.835
balita (86.8%) (Sugihantono, 2014).
Untuk keseluruhan pemberian vitamin A pada balita umur 06-59 bulan
jumlah sasaran adalah 5.074 balita dan yang mendapat vitamin A sebanyak 4.624
balita (91.13%)

6000

5000 91.1%

4000 86.8

3000

2000

1000 96.2%

0
sasaran dpt vit A sasaran dpt vit A sasaran dpt vit A
6-11 bln 12-59 bln 6-59 bln
Jumlah 684 658 4416 3835 5074 4624
Grafik 1.5 Cakupan Pemberian Vitamin A di Puskesmas Kresek Tahun 2018

13
1.5. Profil Keluarga Binaan
1.5.1 Keluarga Tn. Aseni
A. Data Keluarga
Keluarga binaan adalah keluarga Tn. Aseni – Ny. Ayu yang memiliki 4 orang
anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah. Kelima anggota keluarga tersebut
adalah:

Tabel 1.5. Data Dasar Keluarga Tn. Aseni – Ny. Ayu

No Nama Status Jenis Usia Pekerjaan Pendi Penghasilan


Keluarga Kelamin dikan

1. Tn. Aseni Suami Laki – Laki 28 thn Kuli Angkut SMP Rp.
Barang 1.500.000,00/
bulan
2. Ny. Mardiah Istri Perempuan 26 thn Pegawai SMA Rp.
3.000.000,00/
Pabrik
bulan
3. An. Bagas Anak Laki – Laki 6,5 thn Pelajar SD -
Kandung
4. By. Ani Anak Perempuan 2 hari - - -
Kandung

Keluarga Binaan ini bertempat tinggal di RT 014/004, Kampung Bojong,


Desa/ Kelurahan Rancailat, Kecamatan Kresek, Kabupaten Tangerang. Keluarga
ini terdiri dari seorang suami, yang mempunyai satu orang istri, dan mempunyai
dua orang anak. Dua anaknya belum berkeluarga dan tinggal satu rumah. Keluarga
Tn. Aseni memiliki penghasilan sendiri sebagai kuli angkut barang dan dari istri
yang bekerja sebagai pegawai pabrik.

14
Anak Tn. Aseni dan Ny. Ayu bernama An. Bagas yang berusia 6,5 tahun
dan By Ani yang baru berusia 2 hari. Ny. Ayu lahir dengan ditolong oleh bidan,
menurut keterangan Ny. Ayu selama masa tumbuh kembang anaknya rutin dibawa
ke puskesmas dan posyandu untuk mendapatkan pelayanan kesehatan ataupun
imunisasi. Ny. Ayu saat ini merupakan seorang pegawai pabrik yang telah menikah
dengan Tn. Aseni berusia 28 tahun sebagai kepala keluarga. Tn. Agus sebagai kuli
angkut barang dengan pendapatan Rp.1.500.000 /bulan dan Ny. Ayu sebagai
pegawai pabrik dengan pendapatan Rp.3.000.000 /bulan yang digunakan untuk
kebutuhan sehari-hari, seperti membeli bahan makanan, membayar listrik,
pengobatan dan kebutuhan rumah tangga lainnya. Ny. Ayu baru saja melahirkan
seorang anak perempuan yang lahir pada tanggal 6 Agustus 2019, persalinan di
tolong oleh bidan dan telah mendapatkan imunisasi hepatitis B saat lahir.

B. Bangunan Tempat Tinggal


Keluarga Tn. Aseni tinggal di rumah milik sendiri dengan luas bangunan
sekitar 6 x 9 m dan tidak bertingkat. Bagian depan rumah terdapat teras berukuran
6 x 1,5 m beralaskan ubin. Dinding rumah terbuat dari tembok pada bagian depan,
samping kanan, kiri dan belakang. Lantai rumah terbuat dari ubin. Atap rumah
terbuat dari genteng yang disusun, lalu sebagian atap menggunakan asbes dan tanpa
ditutup oleh plafon.
Dalam rumah terdapat ruang tamu bergabung dengan ruang keluarga
berukuran 6 x 3 m. Satu kamar tidur yang berukuran 6 x 3 m. Ruang keluarga
digunakan sebagai tempat berkumpulnya keluarga saat makan dan menonton
televisi. Dapur dan kamar mandi terpisah. Dapur berukuran 2 x 1,5 m.

15
Ruangan kamar mandi berukuran 1x1m berada dibagian belakang rumah.
Kamar mandi mempunyai pintu dan dilengkapi jamban jongkok, beralaskan
keramik, dan dinding terbuat dari tembok, didalamnya terdapat beberapa bak berisi
air. Sistem ventilasi rumah Tn. Aseni sudah cukup memenuhi standar kriteria
ventilasi yang baik dengan memiliki 12 buah ventilasi permanen, dan lima buah
ventilasi yang terbuat dari kaca yang dibuka saat pagi hari dan ditutup saat sore
hari. Pada ruang tamu terdapat dua jendela berukuran 0,7x1 meter dan pada kamar
tidur terdapat ventilasi berukuran 0,5 x 0,1 meter yang terbiasa dibuka pada waktu
pagi hari dan ditutup pada sore hari. Keadaan di rumah Tn. Aseni terlihat cukup
bersih karena istri rajin membersihkan rumah setiap pagi hari. Rumah Tn. Aseni
dibersihkan setiap sehari sekali, memiliki sumber air berupa air yang berasal dari
pompa air. Sedangkan untuk minum keluarga Tn. Aseni menggunakan air galon isi
ulang.

Keluarga Tn. Aseni memiliki kebiasaan menumpuk sampah hingga


penuh lalu membuangnya dipekarangan rumah, setelah itu dibakar.

Gambar 1.4 Denah Rumah Tn. Aseni – Ny. Ayu

16
C. Lingkungan Pemukiman
Rumah keluarga Tn. Aseni terletak di lingkungan yang padat penduduk.
Dibagian depan rumah terdapat jalan umum setapak yang bisa dilalui dengan
berjalan kaki atau menggunakan motor/mobil, bagian kanan berbatasan dengan
jalan setapak yang dengan selokan yang tidak terurus, bagian kiri rumah berbatasan
dengan rumah orang tua dari Ny, Ayu, di depan rumah terdapat pekarangan dimana
terdapat kandang ayam dan banyak ditumbuhi ilalang.

D. Perilaku dan Aktivitas Sehari-hari


Pola makan keluarga ini 2-3 kali sehari dengan konsumsi makanan besar
pada pagi dan sore hari. Makanan yang disajikan berupa makanan sederhana seperti
nasi dengan lauk tahu/tempe, sayur mayur, dan terkadang ikan atau daging.
Keluarga ini juga jarang mengonsumsi buah-buahan dan susu, hal tersebut menjadi
rutinitas karena faktor keterbatasan finansial. Keluarga Tn. Aseni mengetahui cara
mencuci tangan yang baik dan benar, ketika mencuci tangan keluarga ini
menggunakan sabun dan dibilas dengan air mengalir. Namun terkadang Tn. Aseni
jarang mencuci tangan tanpa menggunakan sabun dan hanya mengggunakan air
mengalir. Keluarga ini mengetahui pentingnya dari mencuci tangan dengan bersih
sebelum makan dan risiko sakit apabila hal tersebut tidak dilaksanakan dengan
benar.
Keluarga Tn. Aseni memiliki sumber air berupa air yang berasal dari pompa
air. Air ini ditampung dengan tempat penampungan di kamar mandi dengan
penutup dan dikuras rutin tiap 2 x seminggu. Air yang digunakan untuk makan,
minum dan memasak berasal dari air minum isi ulang. 1 galon air minum dapat
dihabiskan dalam 3-4 hari. Keluarga ini memiliki kebiasaan

17
membuang sampah di pekarangan belakang rumah dan dibakar jika sudah
menumpuk.
Tn. Aseni mempunyai kebiasaan merokok 2-3 batang perhari yang sudah
dilakukan sejak remaja. Merokok dilakukan di tempat kerja, merokok tidak
dilakukan didalam rumah. Keluarga ini juga tidak mempunyai kebiasaan
berolahraga dan merasa bahwa aktivitasnya sehari – hari sudah termasuk dengan
berolahraga.

E. Riwayat Obstetri dan Pola Asuh Anak


Saat ini tidak ada wanita yang sedang hamil dalam keluarga Tn. Aseni,
seluruh anak Tn. Aseni lahir normal dengan bantuan bidan dan selama masa tumbuh
kembang anaknya rutin dibawa ke puskesmas dan posyandu untuk mendapatkan
pelayanan kesehatan ataupun imunisasi.

F. Kebiasaan Berobat
Ketika ada anggota keluarga yang sakit keluarga Tn. Aseni selalu berobat
ke Puskesmas atau klinik terdekat. Terkadang keluarga ini juga membeli obat
warung, jika tidak membaik keluarga ini akan berobat ke puskesmas atau klinik
terdekat. Untuk mencapai puskesmas, biasanya Tn. Aseni dan keluarganya
menggunakan motor. Hanya Tn. Aseni yang sering meminum jamu gendong untuk
mengobati penyakit-penyakit tertentu. Keluarga Tn. Aseni memiliki kartu jaminan
kesehatan.

18
G. Riwayat Penyakit
Riwayat penyakit seperti diabetes, riwayat stroke dan kanker tidak ada
dikeluarga Tn. Aseni. Tn. Aseni mempunyai penyakit asam urat.

H. Faktor Internal Keluarga Tn. Aseni


Tabel 1.6 Faktor Internal Keluarga Tn. Aseni – Ny. Ayu

No Faktor Permasalahan
Internal

1 Pola Makan Keluarga ini makan 2-3 kali sehari. Makanan yang disajikan
berupa makanan sederhana seperti nasi dengan lauk tahu/tempe,
sayur mayur, dan terkadang ikan atau daging. Keluarga ini juga
jarang mengonsumsi buah-buahan dan susu.

2 Kebiasaan Tn. Aseni merokok 2-3 batang perhari ditempat


Merokok kerjanya.
3 Olah raga Keluarga ini tidak mempunyai rutinitas aktivitas
berolahraga.

4 Pola Apabila sakit, keluarga Tn. Aseni jarang berobat ke pelayanan


Pencarian kesehatan.
Pengobatan
5 Mencuci Keluarga Tn. Aseni mencuci tangan dengan air
tangan mengalir dan menggunakan sabun. Namun terkadang Tn. Aseni
jarang mencuci tangan tanpa menggunakan sabun dan hanya
mengggunakan air mengalir
6 Aktivitas Tn. Aseni bekerja sebagai kuli angkut barang dipasar, dan Ny.
Ayu bekerja sebagai pegawai pabrik.
Sehari – hari

19
I. Faktor Eksternal Keluarga Tn. Aseni

Tabel 1.7 Faktor Eksternal Keluarga Tn. Aseni – Ny. Ayu

No Kriteria Permasalahan

1 Luas Bangunan 6 x 9 meter.

Ruangan Terdapat 1 kamar tidur, 1 ruang keluarga, 1 ruang


2
Dalam Rumah dapur, dan 1 kamar mandi.

Keluarga ini mempunyai jamban jongkok


3 Jamban
didalam rumah bagian belakang

Terdapat 2 ventilasi kaca di ruang tamu dan 2


4. Ventilasi
ventilasi permanen di kamar masing-masing.

Terdapat masing-masing 1 lampu diteras, ruang keluarga,


kamar tidur, dapur dan kamar mandi. Sinar matahari masuk
5. Pencahayaan keruang kamar melalui
jendela atau celah ventilasi.
Mandi, mencuci dan BAB dilakukan dikamar
6. MCK
mandi didalam rumah.

Air bersih berasal dari pompa air yang di gunakan


untuk mencuci dan mandi, sedangkan untuk minum dan
7. Sumber Air
memasak menggunakan air galon isi ulang.

Saluran
Pembuangan Limbah dialirkan ke belakang rumah yang dibuang melalui
8. selokan.
Limbah

Tempat
Pembuangan Sampah ditumpuk dan dibakar dibelakang rumah jika sudah
9. menumpuk.
Sampah

Lingkungan Rumah berhimpitan dengan rumah lain, dan pekarangan yang


10. terdapat kandang ayam dan ditumbuhi ilalang.
Sekitar Rumah

20
1.5.2 Keluarga Tn. Fahrudi
A. Data Keluarga

Keluarga binaan adalah keluarga Tn. Fahrudi – Ny. Tini yang memiliki 6
orang anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah. Keenam anggota keluarga
tersebut adalah:

Tabel 1.8 Data Dasar Keluarga Tn. Fahrudi – Ny. Tini

No. Nama Status Jenis Usia Pekerjaan Pendidikan Penghasilan

Keluarga Kelamin

1. Tn. Fahrudi Suami Laki-laki 67 thn Pensiunan S1 -

guru

2. Ny. Tini Istri Perempuan 64 thn Ibu Rumah SD -


Tangga

3. Ny. Ertina Anak Perempuan 36 thn Buruh Pabrik SMA Rp.


kandung 3.700.000,00

4. Nn. Sri Cucu Perempuan 19 thn Pelajar Kuliah -

5. An. Tita Cucu Perempuan 15 thn Pelajar SMA -

6. An. Kayla Cucu Perempuan 6 thn Pelajar SD -

Keluarga Binaan ini bertempat tinggal di RT 014/004, Kampung Rancailat,


Kecamatan Kresek, Kabupaten Tangerang. Keluarga ini terdiri dari seorang suami,
yang mempunyai satu orang istri, dan mempunyai dua orang anak. Satu dari
anaknya kerja di Jakarta dan tidak tinggal satu rumah. Saat ini Tn. Fahrudi tinggal
bersama istri, anak pertama dan cucunya. Keluarga Tn. Fahrudi memiliki
penghasilan dari anaknya yang merupakan kepala keluarga. Anak Tn. Fahrudi dan
Ny. Tini bernama Ny. Ertina yang berusia 36 tahun. Ny.Ertina tersebut lahir dengan
ditolong oleh dukun, menurut keterangan Ny. Tini selama masa tumbuh kembang

21
anaknya tidak rutin dibawa ke puskesmas dan posyandu untuk mendapatkan
pelayanan kesehatan ataupun imunisasi. Ny. Ertina saat ini merupakan buruh pabrik
yang telah lama bercerai dengan suaminya. Ny. Ertina sebagai buruh pabrik dengan
pendapatan Rp.3.700.000,00 /bulan yang digunakan untuk kebutuhan sehari-hari,
seperti membeli bahan makanan, membayar listrik, pengobatan dan kebutuhan
rumah tangga lainnya. Ny. Ertina melahirkan anaknya di tolong oleh bidan dan
telah mendapatkan imunisasi lengkap.

B. Bangunan Tempat Tinggal

Keluarga Tn. Fahrudi tinggal di rumah milik sendiri dengan luas bangunan
sekitar 9x12 m dan tidak bertingkat. Bagian depan rumah terdapat teras berukuran
3,5x0,5 m beralaskan ubin. Dinding rumah terbuat dari tembok pada bagian depan,
samping kanan, kiri dan belakang. Lantai rumah terbuat dari ubin. Atap rumah
terbuat dari genteng yang disusun dan ditutupi oleh plafon.

Dalam rumah terdapat ruang tamu berukuran 2,5x1,5 m. Lima kamar tidur
yang masing- masing berukuran 2x2,5 m dan 2x2 m. Ruang keluarga digunakan
sebagai tempat berkumpulnya keluarga berukuran 2,5x1,5 m. Dapur dan kamar
mandi terpisah. Dapur berukuran 3,5x1,5m. Ruangan kamar mandi berukuran 1x1
m berada dibagian belakang rumah. Kamar mandi mempunyai pintu dan dilengkapi
jamban leher angsa keluarga, beralaskan keramik, dan diding terbuat dari tembok,
didalamnya terdapat beberapa ember berisi air. Sistem ventilasi rumah Tn. Fahrudi
belum cukup memenuhi standar kriteria ventilasi yang baik. Pada ruang tamu
terdapat dua jendela masing masing jendela berukuran 0,7x1meter dibuka saat pagi
hari dan ditutup saat sore hari. Pada tiap kamar tidur terdapat dua ventilasi
berukuran 0,5 x 0,1 meter dibuka saat pagi hari dan ditutup saat sore hari. Keadaan
di rumah Tn. Fahrudi terlihat cukup bersih namun banyak debu yang menempel di
setiap barang yang ada di rumah. Rumah Tn. Fahrudi dibersihkan 1 hari sekali,
memiliki sumber air berupa air yang bersal dari pompa air. Sedangkan untuk
minum keluarga Tn. Fahrudi menggunakan air mentah yang dimasak. Keluarga Tn.
Fahrudi memiliki kebiasaan membuang sampah di lubang sampah kemudian akan
dibakar bila sudah penuh.

22
Gambar 1.5 Denah Rumah Tn. Fahrudi – Ny. Tini

C. Lingkungan Pemukiman

Rumah keluarga Tn. Fahrudi terletak di lingkungan yang padat penduduk.


Dibagian depan rumah terdapat jalan umum setapak yang hanya bisa dilalui dengan
berjalan kaki atau menggunakan motor, bagian kanan dan kiri rumah berbatasan
dengan rumah tetangga, di belakang rumah terdapat tembok.

D. Perilaku dan Aktivitas Sehari-hari

Pola makan keluarga ini 2-3 kali sehari dengan konsumsi makanan besar
pada siang dan malam hari. Makanan yang disajikan berupa makanan sederhana
seperti nasi dengan lauk tahu/tempe, sayur mayur, dan terkadang ikan atau daging.
Keluarga ini juga jarang mengonsumsi buah-buahan dan susu, hal tersebut menjadi
rutinitas karena faktor keterbatasan finansial. Keluarga Tn. Fahrudi tidak
mengetahui cara mencuci tangan yang baik dan benar, ketika mencuci tangan
keluarga ini tidak menggunakan sabun dan hanya dibilas dengan air mengalir.
Keluarga ini mengetahui pentingnya dari mencuci tangan dengan bersih sebelum
makan dan risiko sakit apabila hal tersebut tidak dilaksanakan dengan benar, namun
jarang menggunakan air mengalir dan sabun cuci tangan.

Keluarga Tn. Fahrudi memiliki sumber air berupa air yang bersal dari
pompa air. Air ini ditampung dengan tempat penampungan di kamar mandi dengan
penutup dan dikuras rutin tiap 2 x seminggu. Air yang digunakan untuk makan,
minum dan memasak bersal dari air mentah yang dimasak. Keluarga ini memiliki
kebiasaan membuang sampah di pekarangan belakang rumah dan dibakar jika
sudah menumpuk.

23
Tn. Fahrudi mempunyai kebiasaan merokok hanya jika ada tamu datang ke
rumahnya. Merokok dilakukan di dalam rumah (diruang tamu). Keluarga ini juga
tidak mempunyai kebiasaan berolahraga Tn. Fahrudi dan Ny. Tini merasa bahwa
aktivitasnya sehari – hari sudah termasuk dengan berolahraga.

E. Riwayat Obstetri dan Pola Asuh Anak

Saat ini tidak ada wanita yang sedang hamil dalam keluarga Tn. Fahrudi,
seluruh anak Tn. Fahrudi lahir normal dirumah dengan bantuan dukun dan selama
masa tumbuh kembang anaknya tidak rutin dibawa ke puskesmas dan posyandu
untuk mendapatkan pelayanan kesehatan ataupun imunisasi. Ketiga cucu Tn.
Fahrudi lahir di bidan dan rutin dibawa ke puskesmas untuk mendapat pelayanan
kesehatan ataupun imunisasi.

F. Kebiasaan Berobat

Ketika ada anggota keluarga yang sakit keluarga Tn. Fahrudi berobat ke
Puskesmas atau klinik terdekat. Untuk mencapai puskesmas, biasanya Tn. Fahrudi
dan keluarganya menggunakan motor. Keluarga Tn. Fahrudi tidak memiliki kartu
jaminan kesehatan. Karena mereka merasa tidak perlu dan mampu membayar biaya
berobat ke puskesmas.

G. Riwayat Penyakit

Riwayat penyakit seperti diabetes, riwayat stroke dan kanker tidak ada
dikeluarga Tn. Fahrudi. Tn. Fahrudi mempunyai penyakit Hipertensi yang
dideritanya 2 tahun yang lalu.

H. Faktor Internal Keluarga Tn. Fahrudi

Tabel 1.9 Faktor Internal Keluarga Tn. Fahrudi – Ny. Tini

No. Faktor Internal Permasalahan


1. Pola Makan Keluarga ini makan 2-3 kali sehari. Makanan yang disajikan
berupa makanan sederhana seperti nasi dengan lauk
tahu/tempe, sayur mayur, dan terkadang ikan atau daging.
Keluarga ini juga jarang mengonsumsi buah-buahan dan susu.

2. Kebiasaan Tn. Fahrudi merokok jika ada tamu di ruang tamu di dalam
Merokok rumahnya.
3. Olah raga Keluarga ini tidak mempunyai rutinitas aktivitas berolahraga.
4. Pola pencarian Apabila sakit, keluarga Tn.Fahrudi berobat ke pelayanan

24
Pengobatan kesehatan.
5. Mencuci Tangan Keluarga Tn.Fahrudi mencuci tangan dengan air mengalir dan
jarang menggunakan sabun.
6. Aktivitas sehari- Kepala keluarga bekerja sebagai buruh pabrik.
hari

I. Faktor Eksternal Keluarga Tn.Fahrudi


Tabel 1.10 Faktor Eksternal Keluarga Tn.Fahrudi – Ny. Tini

No. Kriteria Permasalahan

1. Luas Bangunan 9x12 m

2. Ruangan Dalam Terdapat 5 kamar tidur, 1 ruang keluarga, 1 ruang tamu, 1 ruang
Rumah dapur, dan 1 kamar mandi.

3. Jamban Keluarga ini mempunyai jamban leher angsa didalam rumah


bagian belakang

4. Ventilasi Terdapat 2 ventilasi kaca di ruang tamu dan 2 ventilasi permanen


dikamar masing-masing.

5. Pencahayaan Terdapat masing-masing 1 lampu diteras, ruang keluarga, kamar


tidur, dapur dan kamar mandi. Sinar matahari masuk keruang
kamar melalui jendela atau celah ventilasi.

6. MCK Mandi, mencuci dan BAB dilakukan dikamar mandi didalam


rumah

7. Sumber Air Air bersih berasal dari pompa air yang di gunakan untuk
mencuci dan mandi, sedangkan untuk minum dan memasak
menggunakan air mentah yang dimasak.

8. Saluran Limbah dialirkan ke belakang rumah yang dibuang melalui


Pembuangan selokan.
Limbah

9. Tempat Sampah ditumpuk dan dibakar dibelakang rumah jika sudah


Pembuangan menumpuk.
Sampah

10. Lingkungan Sekitar Rumah berhimpitan dengan rumah lain, dan jalan setapak yang
Rumah kotor.

25
1.5.3 Keluarga Tn. Sakrudin
A. Data Keluarga
Keluarga binaan adalah keluarga Tn. Sakrudin – Ny. Rohayah yang
memiliki 6 orang anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah. Keenam
anggota keluarga tersebut adalah:
Tabel 1.11 Data Dasar Keluarga Tn. Sakrudin – Ny. Rohayah

No Nama Status Jenis Usia Pekerjaan Pendid Penghasilan


Keluarga Kelamin ikan
1 Tn. Sakrudin Suami Laki - Laki 42 thn Karyawan SD Rp.3.000.000,00
Perempuan -
2 Ny. Rohayah Istri perempuan 42 thn Ibu Rumah SD -
Laki-laki Tangga SMP -
3 Santi Anak 14 thn - -
kandung -
4 Rahul Anak 5 bln - -
kandung
No Nama Status Jenis Usia Pekerjaan Pendid Penghasilan
Keluarga Kelamin ikan
4. Ny. Sarah Anak Perempuan 20 thn karyawan SMP Rp.1.600.000,00
kandung Laki-laki -
5 Tn. Agus Menantu Perempuan 22 thn Tidak bekerja SMP -
6 Sisi Cucu 5 thn - SD

Keluarga binaan ini bertempat tinggal di kampung bojong, desa Rancailat,


kecamatan kresek, kabupaten tangerang. Keluarga ini terdiri dari seorang suami ,
yang mempunyai satu orang istri, dan mempunyai tiga orang anak. Satu dari
anaknya sudah menikah dan tinggal satu rumah. Saat ini Tn. Sakrudin tinggal
bersama istri, anak, cucu, dan menantunya. Tn. Sakrudin memiliki penghasilan dan
Ny. Sarah memiliki penghasilan sendiri yang merupakan kepala keluarga.

Anak Tn. Sakrudin dan Ny. Rohayah yang pertama bernama Ny. Sarah yang
berusia 20 tahun. Sarah lahir dengan ditolong oleh bidan, menurut keterangan Ny.
Rohayah selama masa tumbuh kembang sarah tidak rutin dibawa ke puskesmas dan

26
posyandu untuk mendapatkan pelayanan kesehatan ataupun imunisasi. Ny. Sarah
saat ini merupakan buruh pabrik dengan pendapatan Rp. 1.600.000,00 / bulan yang
digunakan untuk kebutuhan sehari-hari, seperti membeli makanan, membayar
listrik, pengobatan, dan kebutuhan rumah tangga lainnya. Anak kedua bernama
Santi yang berusia 14 tahun, santi lahir dengan ditolong oleh bidan, menurut
keterangan Ny. Rohayah selama masa tumbuh kembang anaknya tidak rutin dibawa
ke puskesmas dan posyandu untuk mendapatkan pelayanan kesehatan ataupun
imunisasi. Anak ketiga bernama Rahul yang berusia 5 bulan, Rahul lahir ditolong
oleh bidan, menurut keterangan Ny. Rohayah selama masa tumbuh kembang
anaknya rutin dibawa ke puskesmas dan posyandu setiap satu bulan sekali. Riwayat
imunisasi lengkap.

B. Bangunan Tempat Tinggal

Keluarga Tn. Sakrudin tinggal di rumah milik sendiri dengan luas bangunan
sekitar 5x9 m dan tidak bertingkat. Bagian depan rumah terdapat teras berukuran
5x1,5 m beralaskan keramik. Dinding rumah terbuat dari tembok pada bagian
depan, samping kanan, kiri dan belakang. Lantai rumah terbuat dari keramik. Atap
rumah terbuat dari genteng yang disusun dan tanpa ditutupi oleh plafon.

Dalam rumah terdapat ruang tamu berukuran 1,5x1,5 m. tiga kamar tidur
yang masing- masing berukuran 2x2 m, dan 2x2,5 m. Ruang keluarga digunakan
sebagai tempat berkumpulnya keluarga berukuran 3x2 m. Dapur dan kamar mandi
terpisah. Dapur berukuran 1,5x1 m. Ruangan kamar mandi berukuran 1x1m berada
dibagian belakang rumah. Kamar mandi mempunyai pintu dan dilengkapi jamban
leher angsa keluarga, beralaskan keramik, dan diding terbuat dari tembok,
didalamnya terdapat bak dan beberapa ember berisi air.

Sistem ventilasi rumah Tn. Fahrudi belum cukup memenuhi standar kriteria
ventilasi yang baik. Pada ruang tamu terdapat dua jendela masing masing jendela
berukuran 0,7x1meter dibuka saat pagi hari dan ditutup saat sore hari. Pada tiap
kamar tidur terdapat dua ventilasi berukuran 0,5 x 0,1 meter dibuka saat pagi hari
dan ditutup saat sore hari. Keadaan di rumah Tn. Sakrudin terlihat cukup bersih

27
namun terlihat banyak debu yang menempel di setiap barang yang ada di rumah.
Rumah Tn. Sakrudin dibersihkan 1 hari sekali, memiliki sumber air berupa air yang
bersal dari pompa air. Sedangkan untuk minum keluarga Tn. Sakrudin
menggunakan air galon. Keluarga Tn. Sakrudin memiliki kebiasaan membuang
sampah di pekarangan rumah kemudian akan dibakar bila sudah penuh.

Gambar 1.6 Denah Rumah Tn. Sakrudin – Ny. Rohayah

C. Lingkungan Pemukiman

Rumah keluarga Tn. Sakrudin terletak di lingkungan yang padat penduduk.


Dibagian depan rumah terdapat jalan umum setapak yang hanya bisa dilalui dengan
berjalan kaki atau menggunakan motor, bagian kanan dan kiri rumah berbatasan
dengan rumah tetangga, di belakang rumah terdapat ternak bebek.

D. Perilaku dan Aktivitas Sehari-hari

Pola makan keluarga ini 2-3 kali sehari dengan konsumsi makanan besar
pada siang dan malam hari. Makanan yang disajikan berupa makanan sederhana
seperti nasi dengan lauk tahu/tempe, sayur mayur, dan terkadang ikan atau daging
dan mengonsumsi buah-buahan Keluarga Tn.Sakrudin mengetahui cara mencuci
tangan yang baik dan benar, ketika mencuci tangan keluarga ini menggunakan
sabun dan dibilas dengan air mengalir. Keluarga ini mengetahui pentingnya dari
mencuci tangan dengan bersih sebelum makan dan risiko sakit apabila hal tersebut
tidak dilaksanakan dengan benar.

Keluarga Tn. Sakrudin memiliki sumber air berupa air yang bersal dari
pompa air. Air ini ditampung dengan tempat penampungan di kamar mandi tanpa

28
penutup dan dikuras rutin setiap 2 x seminggu. Air yang digunakan untuk makan,
minum dan memasak berasal dari air galon. Keluarga ini memiliki kebiasaan
membuang sampah di pekarangan belakang rumah dan dibakar jika sudah
menumpuk.

Tn. Sakrudin tidak mempunyai kebiasaan merokok namun Tn. Agus


menantunya merokok sebanyak satu bungkus setiap harinya dan Keluarga ini juga
tidak mempunyai kebiasaan berolahraga. Tn. sakrudin dan Ny. Rohayah merasa
bahwa aktivitasnya sehari – hari sudah termasuk dengan berolahraga.

E. Riwayat Obstetri dan Pola Asuh Anak

Saat ini tidak ada wanita yang sedang hamil dalam keluarga Tn. Sakrudin,
seluruh anak Tn. Sakrudin lahir normal dibantu dengan bidan. selama masa tumbuh
kembang anaknya tidak rutin dibawa ke puskesmas dan posyandu untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan ataupun imunisasi kecuali anak terakhirnya. satu
cucu Tn. Fakrudin lahir di bidan dan rutin dibawa ke puskesmas untuk mendapat
pelayanan kesehatan ataupun imunisasi.

F. Kebiasaan Berobat

Ketika ada anggota keluarga yang sakit keluarga Tn. Fahrudi berobat ke
Puskesmas atau klinik terdekat. Untuk mencapai puskesmas, biasanya Tn. Sakrudin
dan keluarganya menggunakan motor. Keluarga Tn. Sakrudin tidak memiliki kartu
jaminan kesehatan. Karena mereka merasa tidak perlu dan mampu membayar biaya
berobat ke puskesmas.

G. Riwayat Penyakit

Riwayat penyakit seperti diabetes, hipertensi, riwayat stroke dan kanker


tidak ada dikeluarga Tn. Sakrudin.

H. Faktor Internal Keluarga Tn. Sakrudin

Tabel 1.12 Faktor Internal Keluarga Tn. Sakrudin – Ny. Rohayah

No. Faktor Internal Permasalahan


1. Pola Makan Keluarga ini makan 2-3 kali sehari. Makanan yang disajikan
berupa makanan sederhana seperti nasi dengan lauk

29
tahu/tempe, sayur mayur, ayam, dan terkadang ikan atau
daging. Buah-buahan seperti jeruk

2. Kebiasaan Tn. Agus menantu Tn. Sakrudin merokok satu bungkus


Merokok perhari
3. Olah raga Keluarga ini tidak mempunyai rutinitas aktivitas berolahraga.
4. Pola pencarian Apabila sakit, keluarga Tn.Sakrudin berobat ke pelayanan
Pengobatan kesehatan.
5. Mencuci Tangan Keluarga Tn.Sakrudin mencuci tangan dengan sabun dan
membilas menggunakan air mengalir
6. Aktivitas sehari- Kepala keluarga bekerja sebagai buruh pabrik.
hari

I. Faktor Eksternal Keluarga Tn. Sakrudin


Tabel 1.13 Faktor Eksternal Keluarga Tn. Sakrudin – Ny. Rohayah

No. Kriteria Permasalahan

1. Luas Bangunan 5x9 m

2. Ruangan Dalam Terdapat 3 kamar tidur, 1 ruang keluarga, 1 ruang tamu, 1 ruang
Rumah dapur, dan 1 kamar mandi.

3. Jamban Keluarga ini mempunyai jamban leher angsa didalam rumah


bagian belakang

4. Ventilasi Terdapat 4 ventilasi kaca di ruang tamu dan 2 ventilasi permanen


dikamar masing-masing.

5. Pencahayaan Terdapat masing-masing 1 lampu diteras, ruang keluarga, kamar


tidur, dapur dan kamar mandi. Sinar matahari masuk keruang
kamar melalui jendela atau celah ventilasi.

6. MCK Mandi, mencuci dan BAB dilakukan dikamar mandi didalam


rumah

7. Sumber Air Air bersih berasal dari pompa air yang di gunakan untuk
mencuci dan mandi, sedangkan untuk minum dan memasak

30
menggunakan air galon.

8. Saluran Limbah dialirkan ke belakang rumah yang dibuang melalui


Pembuangan selokan.
Limbah

9. Tempat Sampah ditumpuk dan dibakar dibelakang rumah jika sudah


Pembuangan menumpuk.
Sampah

10. Lingkungan Sekitar Rumah berhimpitan dengan rumah lain, dan jalan setapak yang
Rumah kotor.

1.5.4 Keluarga Ny. Sanah


A. Data Keluarga

Keluarga binaan adalah keluarga Ny. Sanah yang memiliki 2 orang anggota
keluarga yang tinggal dalam satu rumah dan 8 orang keluarga yang tidak serumah.
Keempat anggota keluarga tersebut adalah:

Tabel 1.14 Data Dasar Keluarga Ny. Sanah

No. Nama Status Jenis Usia Pekerjaan Pendidikan Penghasilan

Keluarga Kelamin

1. Ny. Sanah Istri Perempuan 65 thn Ibu Rumah SD -


Tangga

2. Tn.Rido Anak Laki laki 24 thn Buruh SMP Rp 2.500.000

3. Tn. Andi Anak Laki Laki 28 thn Buruh Pabrik SMA Rp.
3.200.000,00
Ibu Rumah
4. Ny. Ida Menantu Perempuan 21 thn tangga SMA -

Ibu Rumah -
5. Ny, Fika Menantu Perempuan 25 thn Tangga SMA

31
4. An. Bima Cucu Laki laki 4 thn - - -

5. An. Lita Cucu Perempuan 3 thn - - -

Keluarga binaan ini bertempat tinggal di Desa Bojong, Kampung Rancailat,


Kecamatan Kresek, Kabupaten Tangerang. Keluarga ini terdiri dari seorang Ibu,
yang mempunyai 10 orang anak, dan mempunyai 5 orang Cucu.delapan dari
anaknya kerja di Jakarta dan tidak tinggal satu rumah. Saat ini Ny. Sanah tinggal
bersama anak dan cucunya. Keluarga Ny. Sanah memiliki penghasilan dari
anaknya.

Ny.Sanah merupakan seorang janda yang di tinggal meninggal oleh


Suaminya semenjak 5 tahun yang lalu, Ny Sanah memiliki anak sebanyak 11 orang,
namun anak pertama meninggal pada umur 6 bulan, kesebelas anaknya Lahir
melalui paraji kampong setempat. Ny sanah tidak memakai KB. Seluruh anaknya
mengikuti kegiatan Posyandu untuk tumbuh kembang.

B. Bangunan Tempat Tinggal

Keluarga Ny Sanah tinggal di rumah milik sendiri dengan luas bangunan


sekitar 5x9 m dan tidak bertingkat. Bagian depan rumah terdiri dari gundukan
tanah. Dinding rumah terbuat dari tembok pada bagian depan, samping kanan, kiri
dan belakang. Lantai rumah terbuat dari ubin. Atap rumah terbuat genteng tanpa
ditutupi oleh plafon.

Dalam rumah terdapat ruang tamu berukuran 2x1,5 m. Empat kamar tidur
yang masing- masing berukuran 1,5x2 m dan 2x2 m. Ruang keluarga digunakan
sebagai tempat berkumpulnya keluarga berukuran 2x1,5 m. Dapur dan kamar
mandi terpisah. Dapur berukuran 3x2m. Ruangan kamar mandi berukuran 1x1,5m
berada dibagian belakang rumah. Kamar mandi mempunyai pintu dan Tidak
dilengkapi jamban leher angsa keluarga, beralaskan Tanah, dan diding terbuat dari
Anyaman Bambu, didalamnya terdapat beberapa ember berisi air.

32
Sistem ventilasi rumah Ny. Sanah belum cukup memenuhi standar kriteria ventilasi
yang baik. Pada ruang tamu terdapat dua jendela masing masing jendela berukuran
0,5x1meter dibuka saat pagi hari dan ditutup saat sore hari. Pada tiap kamar tidur
terdapat dua ventilasi berukuran 0,5 x 0,1 meter. Keadaan di rumah Ny, Sanah
terlihat cukup bersih namun banyak debu yang menempel di setiap barang yang ada
di rumah. Rumah Ny sanah dibersihkan 1 hari sekali, memiliki sumber air berupa
air yang bersal dari Sumur. Sedangkan untuk minum keluarga Ny sanah
menggunakan air Minum dalam gallon yang dibeli di warung, setiap minggu habis
2 galon. Keluarga Ny Sanah memiliki kebiasaan membuang sampah di Tempat
Pembuangan Sementara kemudian akan dibakar bila sudah penuh.

Kam Kam Kam


ar Ti ar Ti ar Ti
Kamar dur dur dur
Mandi +
Sumur

R.Tamu
Dapur
Kamar Tidur

Gambar 1.7 Denah Rumah Ny Sanah

C. Lingkungan Pemukiman

Rumah keluarga Ny Sanah terletak di lingkungan yang padat penduduk.


Dibagian depan rumah terdapat jalan umum setapak yang hanya bisa dilalui dengan
berjalan kaki atau menggunakan motor, bagian kanan dan kiri rumah berbatasan
dengan rumah tetangga, di belakang rumah terdapat tembok.

D. Perilaku dan Aktivitas Sehari-hari

33
Pola makan keluarga ini 2-3 kali sehari dengan konsumsi makanan besar
pada siang dan malam hari. Makanan yang disajikan berupa makanan sederhana
seperti nasi dengan lauk tahu/tempe, sayur mayur, dan terkadang ikan atau daging.
Keluarga ini juga jarang mengonsumsi buah-buahan dan susu, hal tersebut menjadi
rutinitas karena faktor keterbatasan finansial. Keluarga Ny Sanah mengetahui cara
mencuci tangan Namun tidak mengerti yang baik dan benar, ketika mencuci tangan
keluarga ini menggunakan sabun Tanpa di sikat Pada sela jari maupun punggung
tangan dan hanya dibilas dengan air mengalir. Keluarga ini mengetahui pentingnya
dari mencuci tangan dengan bersih sebelum makan dan risiko sakit apabila hal
tersebut tidak dilaksanakan dengan benar.

Keluarga Ny. Sanah memiliki sumber air berupa air yang bersal dari sumur.
Air ini ditimba dengan ember dan di kumpulkan di tempat penampungan di kamar
mandi dengan penutup dan Jarang di kuras. Air yang digunakan untuk makan,
minum dan memasak bersal dari air mentah yang dimasak. Keluarga ini memiliki
kebiasaan membuang sampah di Tempat Pembuangan Sampah Sementara dan
dibakar jika sudah menumpuk.

Tn. Ridho dan Tn Adhi mempunyai kebiasaan merokok, Merokok


dilakukan di dalam rumah (diruang tamu). Keluarga ini juga tidak mempunyai
kebiasaan berolahraga Ny. Sanah merasa bahwa aktivitasnya sehari – hari sudah
termasuk dengan berolahraga.

E. Riwayat Obstetri dan Pola Asuh Anak

Saat ini tidak ada wanita yang sedang hamil dalam keluarga Ny. Sanah,
seluruh anak Ny. Sanah lahir normal dirumah dengan bantuan dukun dan selama
masa tumbuh kembang anaknya rutin dibawa ke puskesmas dan posyandu untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan ataupun imunisasi. Kelima cucu Ny. Sanah lahir
di bidan dan rutin dibawa ke puskesmas untuk mendapat pelayanan kesehatan
ataupun imunisasi.

F. Kebiasaan Berobat

Ketika ada anggota keluarga yang sakit keluarga Ny. Sanah berobat ke
Bidan atau Mantri. Untuk mencapai Bidan, biasanya Ny. Sanah dan keluarganya
menggunakan motor. Keluarga Ny. Sanah memiliki kartu jaminan kesehatan.

34
Karena mereka merasa Sulit Mengurusnya ke puskesmas jadi tidak dimanfaatkan.

G. Riwayat Penyakit

Riwayat penyakit seperti diabetes, riwayat stroke dan kanker tidak ada
dikeluarga Ny. Sanah.

H. Faktor Internal Keluarga Ny. Sanah

Tabel 1.15 Faktor Internal Keluarga Ny. Sanah

No. Faktor Internal Permasalahan


1. Pola Makan Keluarga ini makan 2-3 kali sehari. Makanan yang disajikan
berupa makanan sederhana seperti nasi dengan lauk
tahu/tempe, sayur mayur, dan terkadang ikan atau daging.
Keluarga ini juga jarang mengonsumsi buah-buahan dan susu.

2. Kebiasaan Anak Ny. Sanah merokok di ruang tamu di dalam rumahnya.


Merokok
3. Olah raga Keluarga ini tidak mempunyai rutinitas aktivitas berolahraga.
4. Pola pencarian Apabila sakit, keluarga Ny. Sanah berobat ke Bidan dan Mantri
Pengobatan
5. Mencuci Tangan Keluarga Ny. Sanah mencuci tangan dengan air mengalir dan
menggunakan sabun.
6. Aktivitas sehari- Kepala keluarga bekerja sebagai buruh pabrik.
hari

I. Faktor Eksternal Keluarga Ny. Sanah

Tabel 1.16 Faktor Eksternal Keluarga Ny. Sanah

No. Kriteria Permasalahan

1. Luas Bangunan 5x19 m

2. Ruangan Dalam Terdapat 4 kamar tidur, 1 ruang keluarga,1 ruang dapur, dan 1
Rumah kamar mandi.

3. Jamban Keluarga ini mempunyai Tidak Mempunyai jamban

4. Ventilasi Terdapat 2 ventilasi kaca di ruang tamu dan 2 ventilasi permanen


dikamar masing-masing.

5. Pencahayaan Terdapat masing-masing 1 lampu diteras, ruang keluarga, kamar


tidur, dapur dan kamar mandi. Sinar matahari masuk keruang
kamar melalui jendela atau celah ventilasi.

35
6. MCK Mandi, mencuci dilakukan dikamar mandi didalam rumah. BAB
dilakukan di Rawa Rawa diluar Rumah

7. Sumber Air Air bersih berasal dari Sumur yang di gunakan untuk mencuci
dan mandi, sedangkan untuk minum dan memasak
menggunakan air Galon

8. Saluran Limbah dibuang saja di pekarang belakang rumah


Pembuangan
Limbah

9. Tempat Sampah ditumpuk dan dibakar di TPS jika sudah menumpuk.


Pembuangan
Sampah

10. Lingkungan Sekitar Rumah berhimpitan dengan rumah lain, dan jalan setapak yang
Rumah kotor.

1.5.5 Keluarga Tn. Sumedi – Ny. Rita


A. Data Keluarga

Keluarga binaan adalah keluarga Tn. Sumedi – Ny. Rita yang memiliki 5
orang anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah. Kelima anggota keluarga
tersebut adalah:

Tabel 1.17 Data Dasar Keluarga Tn. Sumedi – Ny. Rita

No. Nama Status Jenis Usia Pekerjaan Pendidikan Penghasilan

Keluarga Kelamin

1. Tn. Sumedi Suami Laki-laki 20 thn Karyawan SMP Rp.


1.800.000,00
swasta

2. Ny. Rita Istri Perempuan 17 thn Ibu Rumah SMP -


Tangga

3. By. Anak Perempuan 7 bln - - -


Salsabila kandung

4. Ny. Karyati Ibu Mertua Perempuan 42 thn Pedagang SD Rp.


4.000.000,00

36
5. Tn. Jumari Ayah Laki-laki 45 thn Buruh Pabrik SD Tidak tahu
Mertua

Keluarga Binaan ini bertempat tinggal di Kampung Bojong,


Desa/Kelurahan Rancailat, Kecamatan Kresek, Kabupaten Tangerang. Keluarga ini
terdiri dari seorang suami, yang mempunyai satu orang istri dan satu orang anak.
Saat ini Tn. Sumedi tinggal bersama istri, anak dan ibu bapak mertuanya. Keluarga
Tn. Sumedi memiliki penghasilan Tn. Sumedi sendiri yang merupakan kepala
keluarga dibantu ibu mertuanya yang berdagang di warung.

Anak Tn. Sumedi dan Ny. Rita bernama By. Salsabila yang berusia 7 bulan.
Bayi Salsabila lahir dengan ditolong oleh bidan, menurut keterangan Ny. Rita
selama masa tumbuh kembang anaknya rutin dibawa ke bidan dan posyandu untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan dan imunisasi. Tn. Sumedi saat ini merupakan
seorang karyawan swasta dengan penghasilan Rp 1.800.000,00/bulan yang
digunakan tambahan kebutuhan dirinya dan anak istrinya, sedangkan ibu
mertuanya Ny. Karyati mendapatkan penghasilan kurang lebih sebesar Rp
4.000.000,00/bulan dari berdagang di warung yang digunakan untuk memenuhi
kebutuhan sehari- hari seperti membeli makanan, membayar listrik, pengobatan dan
kebutuhan rumah tangga lainnya.

B. Bangunan Tempat Tinggal

Keluarga Tn. Sumedi tinggal di rumah milik mertuanya dengan luas


bangunan sekitar 5x10 m dan tidak bertingkat. Bagian depan rumah terdapat teras
berukuran 5x1,5 m beralaskan ubin. Dinding rumah terbuat dari tembok pada
bagian depan, samping kanan, kiri dan belakang. Lantai rumah terbuat dari ubin.
Atap rumah terbuat dari genteng yang disusun tanpa ditutup plafon.

Dalam rumah terdapat ruang tamu berukuran 2,5x2 m. Dua kamar tidur
yang masing- masing berukuran 2,5x1,5 m dan 2x1,5 m. Ruang keluarga digunakan
sebagai tempat berkumpulnya keluarga berukuran 2,5x2 m. Dapur dan kamar
mandi terpisah. Dapur berukuran 3x2 m beralaskan tanah. Ruangan kamar mandi

37
berukuran 2x1,5 m berada dibagian belakang rumah. Kamar mandi mempunyai
pintu dan dilengkapi jamban leher angsa, beralaskan keramik dan dinding terbuat
dari tembok dan dilapisi keramik, didalamnya terdapat beberapa ember berisi air
dan bak mandi.

Sistem ventilasi rumah Tn. Sumedi belum cukup memenuhi standar kriteria
ventilasi yang baik. Pada ruang tamu terdapat dua jendela masing masing jendela
berukuran 0,7x1 m yang tidak dibuka. Pada tiap kamar tidur terdapat dua ventilasi
berukuran 0,5 x 0,1 meter yang juga jarang dibuka. Keadaan di rumah Tn. Sumedi
terlihat cukup bersih namun banyak debu yang menempel di setiap barang yang ada
di rumah. Rumah Tn. Sumedi dibersihkan 1 hari sekali, memiliki sumber air berupa
air yang berasal dari pompa air. Sedangkan untuk minum keluarga Tn. Sumedi
menggunakan air mentah yang dimasak. Keluarga Tn. Sumedi memiliki kebiasaan
membuang sampah di tempat pembuangan sampah sementara kemudian dibakar
bila sudah menumpuk.

Kamar Kamar
Mandi R. Keluarga Tidur

Teras

Kamar
Dapur Tidur R. Tamu

Gambar 1.8 Denah Rumah Tn. Sumedi – Ny. Rita

C. Lingkungan Pemukiman

Rumah keluarga Tn. Sumedi terletak di lingkungan yang padat penduduk.


Di bagian depan rumah terdapat jalan umum yang bisa dilalui dengan berjalan kaki
atau menggunakan motor, bagian kanan kiri dan belakang rumah berbatasan dengan
rumah tetangga.

38
D. Perilaku dan Aktivitas Sehari-hari

Pola makan keluarga Tn. Sumedi 2-3 kali sehari dengan konsumsi makanan
besar pada pagi, siang dan malam hari. Makanan yang disajikan berupa makanan
sederhana seperti nasi dengan lauk tahu/tempe, ikan atau daging, dan terkadang
sayur mayur. Keluarga ini jarang mengkonsumsi buah-buahan dan susu. Keluarga
Tn. Sumedi mengetahui cara mencuci tangan yang baik dan benar, ketika mencuci
tangan keluarga ini sudah menggunakan sabun. Keluarga ini mengetahui
pentingnya mencuci tangan dengan bersih sebelum makan dan risiko sakit apabila
hal tersebut tidak dilaksanakan dengan benar.

Keluarga Tn. Sumedi memiliki sumber air berupa air yang bersal dari
pompa air. Air ini ditampung dengan tempat penampungan di kamar mandi dengan
penutup. Air yang digunakan untuk makan, minum dan memasak bersal dari air
mentah yang dimasak. Keluarga ini memiliki kebiasaan membuang sampah di
tempat pembuangan sampah sementara dan dibakar jika sudah menumpuk.

Tn. Sumedi mempunyai kebiasaan merokok. Merokok dilakukan di luar


rumah. Keluarga ini juga tidak mempunyai kebiasaan berolahraga Tn. Sumedi dan
Ny. Rita merasa bahwa banyak aktivitas lain yang bisa dilakukan selain
berolahraga.

E. Riwayat Obstetri dan Pola Asuh Anak

Saat ini tidak ada wanita yang sedang hamil dalam keluarga Tn. Sumedi,
anak dari Tn. Sumedi lahir normal dengan bantuan bidan dan selama masa tumbuh
kembang anaknya rutin dibawa ke bidan dan posyandu untuk mendapatkan
pelayanan kesehatan ataupun imunisasi.

F. Kebiasaan Berobat

Ketika ada anggota keluarga yang sakit keluarga Tn. Sumedi berobat ke
Puskesmas atau klinik terdekat. Untuk mencapai puskesmas, biasanya Tn. Sumedi
dan keluarganya menggunakan motor. Keluarga Tn. Sumedi sudah memiliki kartu

39
jaminan kesehatan.

G. Riwayat Penyakit

Riwayat penyakit seperti diabetes, hipertensi, riwayat stroke dan kanker


tidak ada dikeluarga Tn. Sumedi.

H. Faktor Internal Keluarga Tn. Sumedi – Ny. Rita

Tabel 1.18 Faktor Internal Keluarga Tn. Sumedi – Ny. Rita

No. Faktor Internal Permasalahan


1. Pola Makan Keluarga ini makan 2-3 kali sehari. Makanan yang disajikan
berupa makanan sederhana seperti nasi dengan lauk tahu/tempe,
ikan atau daging dan terkadang sayur mayor. Keluarga ini
jarang mengonsumsi buah-buahan dan susu.

2. Kebiasaan Tn. Sumedi dan Tn. Jumari merokok di luar rumahnya.


Merokok
3. Olah raga Keluarga ini tidak mempunyai rutinitas aktivitas berolahraga.
4. Pola pencarian Apabila sakit, keluarga Tn. Sumedi berobat ke pelayanan
Pengobatan kesehatan.
5. Mencuci Tangan Keluarga Tn. Sumedi mencuci tangan dengan air mengalir dan
menggunakan sabun.
6. Aktivitas sehari- Kepala keluarga bekerja sebagai karyawan swasta
hari

I. Faktor Eksternal Keluarga Tn. Sumedi – Ny. Rita

Tabel 1.19 Faktor Eksternal Keluarga Tn. Sumedi – Ny. Rita

No. Kriteria Permasalahan

1. Luas Bangunan 5x10 m

2. Ruangan Dalam Terdapat 2 kamar tidur, 1 ruang keluarga, 1 ruang tamu, 1 ruang
Rumah dapur, dan 1 kamar mandi.

3. Jamban Keluarga ini mempunyai jamban leher angsa didalam rumah


bagian belakang.

40
4. Ventilasi Terdapat 2 ventilasi kaca di ruang tamu dan 2 ventilasi permanen
dikamar masing-masing.

5. Pencahayaan Terdapat masing-masing 1 lampu diteras, ruang keluarga, kamar


tidur, dapur dan kamar mandi. Sinar matahari masuk keruang
kamar melalui jendela atau celah ventilasi dan celah genteng.

6. MCK Mandi, mencuci dan BAB dilakukan di kamar mandi di dalam


rumah

7. Sumber Air Air bersih berasal dari pompa air yang di gunakan untuk mencuci
dan mandi, sedangkan untuk minum dan memasak menggunakan
air mentah yang dimasak.

8. Saluran Limbah dialirkan ke belakang rumah yang dibuang melalui


Pembuangan selokan.
Limbah

9. Tempat Sampah dikumpulkan dan dibakar jika sudah menumpuk.


Pembuangan
Sampah

10. Lingkungan Rumah berhimpitan dengan rumah lain.


Sekitar Rumah

1.5. Penentuan Area Masalah

1.5.1. Area Masalah Pada keluarga Binaan

Sebagai pendekatan awal yang dilakukan untuk mengetahui area masalah


yaitu dilakukannya wawancara pada keluarga binaan di Desa Kresek Kemudian
dilakukan observasi pada masing-masing keluarga binaan di RT 014 / RW 004,
Kampung Bojong, Desa/ Kelurahan Rancailat, Kecamatan Kresek, didapatkan
berbagai area permasalahan pada keluarga binaan tersebut, yaitu:
A. Penjabaran Area Masalah Keluarga Tn. Aseni – Ny. Ayu

a. Masalah Non Medis

1. Perilaku menumpuk sampah lalu dibakar dipekarangan rumah


2. Kurangnya konsumsi sayur dan buah-buahan

3. Terdapatnya atap rumah yang tidak diberi plafon

4. Rendahnya tingkat pendidikan dalam keluarga binaan


5. Kurangnya sarana dan pengelolaan sampah rumah tangga

41
6. Perilaku merokok dalam keluarga binaan

b. Masalah medis

Penyakit yang diderita salah satu keluarga : Asam urat

B. Penjabaran Area Masalah Keluarga Tn. Fahrudi – Ny. Tini

a. Masalah Non Medis

1. Kurangnya pengetahuan mengenai pola makan gizi seimbang


pada keluarga binaan
2. Kurangnya konsumsi sayur dan buah-buahan
3. Perilaku mencuci tangan yang salah
4. Kurangnya ketersediaan air bersih terutama untuk minum
5. Kurangnya sarana dan pengelolaan sampah rumah tangga
6. Perilaku merokok dalam keluarga binaan

b. Masalah Medis

Penyakit yang diderita salah satu keluarga : Hipertensi.

C. Penjabaran Area Masalah Keluarga Ny. Sanah

a. Masalah Non Medis

1. Kurangnya pemahaman tentang pembuangan sampah dengan baik


2. Tidak adanya jamban di dalam rumah
3. Tidak memiliki tong sampah sementara dirumah
4. Kurangnya pengetahuan tentang pola makanan yang bergizi
5. Kurangnya pemahaman tentang bahaya membuang limbah rumah tangga
sembarangan
6. Perilaku merokok didalam Rumah

b. Masalah Medis
Tidak Memiliki Masalah Medis

D. Penjabaran Area Masalah Keluarga Tn. Sakrudin – Ny. Rohayah

42
a. Masalah Non Medis

1. Kurangnya sarana dan pengelolaan sampah rumah tangga

2. Perilaku merokok dalam keluarga binaan

3. Tidak adanya plafon yang menutupi langit-langit rumah


b. Masalah Medis

Tidak Memiliki Masalah Medis

E. Penjabaran Area Masalah Keluarga Tn. Sumedi – Ny. Rita

a. Masalah Non Medis

1. Ventilasi rumah yang tidak terbuka

2. Kurangnya asupan sayur dan buah-buahan


Aspek Baik (%) Kurang (%) Total
Pengetahuan 40% 60% 100%
Sikap 60% 40% 100%
Perilaku 40% 60% 100%

3. Kurangnya sarana dan pengelolaan sampah rumah tangga

4. Perilaku merokok dalam keluarga binaan 


b. Masalah Medis

Tidak Memiliki Masalah Medis

1.5.2. Penentuan Area Masalah


Terdapat dua metode yang dapat digunakan untuk menentukan area
masalah, yaitu dengan metode Delbecq dan Delphi. Pada penelitian ini
menggunakan metode Delphi. Metode Delphi adalah suatu metode dimana dalam
prose pengambilan keputusan melibatkan anggota kelompok dari satu bidang
keahlian yang sama.

Kemudian sebagai pendekatan selanjutnya dilakukan analisis langsung pada

43
masalah yang ada pada keluarga binaan di desa Rancailat dengan menggunakan
kuesioner presurvey kedua, hal tersebut dilakukan untuk mengetahui permasalahan
terdapat pada pengetahuan, sikap atau perilaku keluarga binaan terhdap
pengelolaan sampah rumah tangga. Berdasarkan hasil presurvey yang telah
dilakukan didapatkan bahwa dari masing-masing keluarga binaan memiliki area
masalah yang sama yakni :

Tabel 1.20 Penilaian aspek pengetahuan, sikap, dan perilaku dari setiap keluarga binaan

Aspek Baik (%) Kurang (%) Total


Pengetahuan 40% 60% 100%
Sikap 60% 40% 100%
Perilaku 40% 60% 100%

Hasil pre-survey didapatkan beberapa anggota keluarga yang memiliki


pengetahuan yang kurang (60%), beberapa anggota keluarga binaan memiliki sikap
yang baik (60%) dan beberapa memiliki perilaku yang kurang terhadap pengolahan
sampah rumah tangga.

Dengan demikian melalui proses musyawarah antara kelompok dengan para


tenaga kesehatan di Puskesmas Kresek peneliti memutuskan untuk menangkat
permasalahan “Pengetahuan Mengenai Pengelolaan Sampah Rumah Tangga
pada Keluarga Binaan di RT 014 RW 004 Kampung Bojong Desa Rancailat,
Kecamatan Kresek, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten”

1.5.3. Alasan Pemilihan Area Masalah


A. Data Primer
Dari hasil wawancara pada kelima keluarga binaan didapatkan bahwa
masalah yang didapatkan pada keluarga binaan ialah kebiasaan membakar sampah
serta menumpuk sampah sehingga menyebabkan udara yang tercemar. Keluarga
binaan juga mengaku belum pernah diadakan penyuluhan pengelolaan sampah. Di
lapangan ditemukan sampah yang berserakan di pekarangan rumah serta kurangnya
tempat sampah sehingga sampah yang menumpuk dibakar. Hasil pre-survey juga
menunjukkan kurangnya pengetahuan pada keluarga binaan mengenai sampah itu

44
sendiri dan cara pengelolaannya.

B. Data Sekunder
Menurut Sistem Pendataan Manajemen Puskesmas (SIMPUS) Kresek pada
tahun 2018, di Puskesmas Kresek penyakit ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Atas)
berada di posisi teratas yaitu 9.208, diikuti Hipertensi Essensial sebanyak 3.221 dan
Fharingitis 2.626, sedangkan yang ke 10 (sepuluh) atau yang terendah yaitu
Penyakit Diare sebanyak 794 penderita.

C. Data Tersier
Berdasarkan RISKESDAS dari Kementerian Kesehatan Badan Penelitian
dan Pengembangan Kesehatan tahun 2018 didapatkan bahwa persentase
pengelolaan sampah yang baik di rumah tangga di Indonesia sekitar 36,8%, dengan
provinsi Banten berkisar pada angka 43%. Sedangkan pengelolaan sampah di
rumah tangga dengan cara dibakar di provinsi Banten berkisar 40%.

D. Data Agama
Islam merupakan agama yang mengatur semua aspek kehidupan di muka
bumi, termasuk mengenai bagaimana manusia menjaga kebersihan lingkungan.
Dalam sumber ajaran islam yaitu al- Qur‟an dan al-Sunnah diterangkan bagaimana
ajaran Islam menyoroti masalah kebersihan dan kesehatan lingkungan. Hal ini
menunjukkan bahwa anjuran-anjuran untuk menjaga kebersihan dan kesehatan
lingkungan bukanlah hal baru dalam Islam, karena sebagai agama yang menjadi
rahmat bagi sekalian alam, Islam tidak akan membiarkan manusia merusak atau
mengotori lingkungan sekitarnya. Ajaran Islam untuk menjaga kebersihan dan
kesehatan lingkungan dibuktikan dengan adanya perhatian Rasulullah SAW pada
lingkungan sekitarnya, misalnya kebersihan jalan, beliau memberikan ancaman
kepada siapa saja yang membuang sesuatu yang membahayakan dan membuang
kotoran di jalan, sebagaimana sabda Nabi SAW yang artinya “Sesungguhnya Allah
itu baik, menyukai sesuatu yang baik, Allah itu suci (bersih) dan menyukai sesuatu
yang bersih, Allah itu mulia dan menyukai kemuliaan, Allah itu penderma dan
menyukai kedermawanan maka bersihkanlah teras rumahmu dan janganlah

45
menyerupai kamu yahudi”(HR.Tirmidzi)

46
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Diagnosis dan Intervensi Komunitas


Diagnosis dan intervensi komunitas adalah suatu kegiatan untuk
menentukan adanya suatu masalah kesehatan di komunitas atau masyarakat
dengan cara pengumpulan data di lapangan dan kemudian melakukan intervensi
sesuai dengan permasalahan yang ada. Diagnosis dan intervensi komunitas
merupakan suatu prosedur atau keterampilan dari ilmu kedokteran komunitas.
Dalam melaksanakan kegiatan diagnosis dan intervensi komunitas perlu
disadari bahwa yang menjadi sasaran adalah komunitas atau sekelompok orang
sehingga dalam melaksanakan diagnosis komunitas sangat ditunjang oleh
pengetahuan ilmu kesehatan masyarakat (epidemiologi, biostatistik, metode
penelitian, manajemen kesehatan, promosi kesehatan masyarakat, kesehatan
lingkungan, kesehatan kerja dan gizi) (Notoatmodjo, 2010).

2.1 Pengetahuan

2.1.1 Definisi Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia, atau hasil


tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata,
hidung, telinga, dan sebagainya). Dengan sendirinya, pada waktu
pengindraan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat
dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek.
Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indra
pendengaran yaitu telinga dan indra penglihatan yaitu mata
(Notoatmodjo, 2012).

Pengetahuan merupakan hasil dari mengingat suatu hal,


termasuk mengingat kembali kejadian yang pernah dialami baik
secara sengaja maupun tidak sengaja dan terjadi setelah orang
49
melakukan kontak atau pengamatan terhadap suatu objek tertentu
(Prasetyo, 2007).

Adapun ayat yang menjelaskan tentang pengetahuan dalam surah

AL- Zumar/ 39:9 yaitu:

Terjemahnya:

(Apakah kamu orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah


orang yang beribadah di waktu malam dengan sujud dan berdiri,
sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan
rahmat Tuhannya? Katakanlah, "Apakah sama orang-orang
yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?"
Sebenarnya hanya orang yang berakal sehat yang dapat
menerima pelajaran. ( Kementrian Agama RI, 2012)

Dari surah Al-Zumar di jelaskan bahwa barang siapa yang


memiliki pengetahuan, apa pun pengetahuan itu pasti tidak sama
dengan yang tidak memilikinya. Ilmu pengetahuan yang
dimaksud adalah pengetahuan yang bermanfaat yang menjadikan
seseorang mengetahui hakikat sesuatu lalu menyesuaikan diri
dan amalnya dengan pengetahuannya itu.

2.1.2 Proses Terjadinya Pengetahuan

Pengetahuan mengungkapkan bahwa sebelum orang


mengadopsi perilaku baru didalam diri orang tersebut terjadi
proses sebagai berikut (Notoatmodjo, 2012):
1. Kesadaran (Awareness), dimana orang tersebut menyadari
dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulasi
(obyek).
50
2. Merasa (Interest), tertarik terhadap stimulasi atau obyek
tersebut disini sikap obyek mulai timbul.
3. Menimbang-nimbang (Evaluation), terhadap baik dan
tidaknya stimulasi tersebut bagi dirinya, hal ini berarti
sikap responden sudah lebih baik lagi.
4. Mencoba (Trial), dimana subyek mulai mencoba melakukan
sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki.
5. Adaptasi (Adaption), dimana subyek telah berperilaku
baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikap
terhadap stimulasi.

2.1.3 Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat


penting untuk terbentuknya tindakan seseorang, sebab dari
pengalaman danhasil penelitian ternyata perilaku yang
didasari oleh pengetahuan akan lebih baik daripada tidak
didasari oleh pengetahuan.
Menurut Bloom (dalam Notoatmodjo, 2012) pengetahuan
yang mencakup dalam domain kognitif mempunyai enam
tingkatan yaitu:
1. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan
tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang
spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau
rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu ini
merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata
kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang
dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan,
mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya.

51
2. Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk
menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui,
dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara
benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi
harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh,
menyimpulkan, dan meramalkan terhadap objek yang
dipelajari
3. Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk
menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi
atau kondisi nyata.
4. Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan
materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen,
tetapi masih di dalam satu struktur. Kemampuan analisis
ini dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti
menggambarkan, membedakan dan mengelompokkan.

5. Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk
meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di
dalam suatu bentuk keseluruhann yang baru.
Misalnya, dapat menyusun, dapat merencanakan dan
dapat meringkas terhadap teori-teori yang sudah ada.
6. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk
melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu
materi atau objek. Penilaian-penilaian ini berdasarkan
suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau
menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

52
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan
wawancara atau angket (kuesioner) yang menanyakan
tentang materi yang ingin diukur dari subjek
penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan
yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita
sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan di atas.

2.1.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Terdapat dua faktor penting yang mempengaruhi


pengetahuan seseorang, yaitu (Notoatmojo, 2012):
1. Faktor Internal
 Intelegensia
Intelegensia merupakan kemampuan yang dibawa
sejak lahir, yang memungkinkan seseorang
berbuat sesuatu dengan cara tertentu. Intelegensi
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
hasil dari proses belajar. Secara umum, orang
dengan intelegensi yang lebih tinggi biasanya akan
lebih mudah menerima suatu informasi atau pesan.
 Pendidikan
Pendidikan adalah suatu kegiatan atau proses
pembelajaran untuk mengembangkan kepribadian
dan kemampuan tertentu sehingga sasaran
pendidikan itu dapat berdiri sendiri.

Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin


tinggi pendidikan seseorang makin mudah orang
tersebut untuk menerima informasi. Semakin
banyak informasi yang masuk semakin banyak
pula pengetahuan yang didapat. Pengetahuan
sangat erat kaitannya dengan pendidikan dimana
53
diharapkan seseorang dengan pendidikan tinggi,
maka orang tersebut akan semakin luas pula
pengetahuannya. Namun perlu ditekankan bahwa
seorang yang berpendidikan rendah tidak berarti
mutlak berpengetahuan rendah pula.
 Pengalaman
Pengalaman sebagai sumber pengetahuan atau
suatu cara untuk mengetahui kebenaran
pengetahuan dengan cara mengulang kembali
pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan
masalah yang dihadapi masa lalu.
 Umur
Umur dapat mempengaruhi seseorang, semakin
cukup umur, tingkat kemampuan dan kematangan
seseorang akan lebih tinggi dalam berpikir dan
menerima informasi. Namun perlu ditekankan
bahwa seorang yang berumur lebih tua tidak
mutlak memiliki pengetahuan yang lebih tinggi
dibandingkan dengan seseorang yang lebih muda
 Tempat tinggal
Tempat tinggal adalah tempat menetap responden
sehari- hari. Seseorang yang tinggal di daerah
endemis demam berdarah lebih sering menemukan
kasus demam berdarah di sekitar lingkungan
tempat tinggalnya. Sehingga masyarakat di daerah
tersebut seharusnya memiliki tingkat
kewaspadaan yang lebih tinggi dibandingkan
wilayah non endemis. Hal ini jugaberhubungan
dengan informasi yang didapat seseorang di
daerah endemis demam berdarah akan lebih sering
mendapatkan penyuluhan kesehatan bila
54
dibandingkan dengan daerah non endemis.

 Pekerjaan
Pekerjaan memiliki pengaruh pada pengetahuan
seseorang. Lingkungan pekerjaan dapat
menjadikan seseorang memperoleh pengalaman
dan pengetahuan baik secara langsung maupun
secara tidak langsung. Contohnya, seseorang yang
mempunyai pekerjaan di bidang kesehatan
lingkungan tetntunya akan lebih memahami
bagaimana cara menjaga kesehatan di
lingkungannya, termasuk cara memberantas
sarang nyamuk demam berdarah jika dibandingan
dengan orang yang bekerja diluar bidang
kesehatan.
 Status sosial ekonomi
Status sosial ekonomi berpengaruh terhadap
tingkah laku seseorang. Individu yang berasal dari
keluarga yang berstatus sosial ekonomi baik,
dimungkinkan lebih memiliki sikap positif
memandang diri dan masa depannya dibandingkan
mereka yang berasal dari keluarga dengan status
ekonomi rendah.
2. Faktor Eksternal
 Faktor Lingkungan
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di
sekitar individu, baik lingkungan fisik, biologis,
maupun sosial. Lingkungan berpengaruh terhadap
proses masuknya pengetahuan ke dalam individu
yang berada dalam lingkungan tersebut. Hal ini
terjadi karena adanya interaksi timbal balik yang

55
akan direspon sebagai pengetahuan oleh setiap
individu. Pemerintah memegang peranan penting
dalam mempengaruhi pengetahuan seseorang
mengenai demam berdarah baik itu melalui
penyuluhan kesehatan maupun program- program
yang diadakan untuk mencegah DBD, misalnya
program PSN Plus, pembentukan unit Pokja
(kelompok kerja), Pokjanal (kelompok kerja
fungsional) di tingkat desa/ kelurahan maupun
jumantik (juru pemantau jentik).

 Sosial budaya
Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang
tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan
baik atau buruk. Sosial termasuk di dalamnya
pandangan agama, kelompok etnis dapat
mempengaruhi proses pengetahuan khususnya
dalam penerapan nilai-nilai keagamaan untuk
memperkuat kepribadiannya.
 Informasi/media massa
Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan
formal maupun nonformal dapat memberikan
pengaruh jangka pendek (immediate impact)
sehingga menghasilkan perubahan atau
peningkatan pengetahuan. Sebagai sarana
komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti
televisi, radio, surat kabar, majalah, termasuk
penyuluhan kesehatan mempunyai pengaruh besar
terhadap pembentukan pengetahuan seseorang.

56
2.1.5 Jenis Pengetahuan

Pada umumnya pengetahuan dibagi menjadi beberapa jenis


diantaranya:
 Pengetahuan Langsung (Immediate)
Pengetahuan langsung adalah pengetahuan langsung
yang hadir dalam jiwa tanpa melalui proses penafsiran
dan pikiran. Umumnya dibayangkan bahwa kita
mengetahui sesuatu itu sebagaimana adanya,
khususnya perasaan ini berkaitan dengan realitas-
realitas yang telah dikenal sebelumnya seperti
pengetahuan tentang pohon, rumah, binatang, dan
beberapa individu manusia. Namun, apakah perasaan
ini juga berlaku pada realitas-realitas yang sama sekali
belum pernah dikenal dimana untuk sekali melihat
kita langsung mengenalnya
 Pengetahuan Tak Langusng (Mediate)
Pengetahuan tidak langsung adalah hasil dari
pengaruh interpretasi dan proses berpikir serta
pengalaman-pengalaman yang lalu.
 Pengetahuan Indrawi (Perceptual)

Pengetahuan indrawi adalah sesuatu yang dicapai dan


diraih melalui indra (seperti mata, telinga dan lain-
lain).
 Pengetahuan Konseptual (Conceptual)
Pengetahuan konseptual juga tidak terpisah dari
pengetahuan indrawi. Pikiran manusia secara
langsung tidak dapat membentuk suatu konsepsi-
konsepsi tentang objek-objek dan perkara-perkara
eksternal tanpa berhubungan dengan alam eksternal.
Alam luar dan konsepsi saling berpengaruh satu
dengan lainnya dan pemisahan di antara keduanya
57
merupakan aktivitas pikiran.

2.1.6 Cara Memperoleh Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2012) dari berbagai macam cara


yang telah digunakan untuk memperoleh kebenaran
pengetahuan sepanjang sejarah, dapat dikelompokkan
menjadi dua, yakni:
1. Cara Tradisional
Untuk memperoleh pengetahuan cara kuno atau
tradisional ini dipakai orang untuk memperoleh
kebenaran pengetahuan, sebelum ditemukannya
metode ilmiah atau metode penemuan secara
sistematik dan logis. Cara-cara ini antara lain:
 Cara coba – coba (Trial and Error). Melalui cara
coba-coba atau dengan kata yang lebih dikenal
“trial and error”. Cara coba- coba ini dilakukan
dengan menggunakan kemungkinan dalam
memecahkan masalah, dan apabila kemungkinan
tersebut tidak berhasil, dicoba kemungkinan yang
lain.
 Cara kekuasaan atau otoritas. Pengetahuan yang
diperoleh berdasarkan pada otoritas atau
kekuasaan, baik tradisi, otoritas pemerintah,
otoritas pemimpin agama, maupun ahli ilmu
pengetahuan.
 Berdasarkan pengalaman pribadi dengan cara
mengulang kembali pengalaman yang diperoleh
dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi
pada masa yang lalu.

58
 Melalui jalan pikiran kemampuan manusia
menggunakan penalarannya dalam memperoleh
pengetahuannya. Dalam memperoleh kebenaran
pengetahuan manusia menggunakan jalan
pikirannya.
2. Cara Modern
Cara ini disebut “metode penelitian ilmiah” atau lebih
popular disebut metodologi penelitian (research
methodology). Menurut Deobold van Dalen,
mengatakan bahwa dalam memperoleh kesimpulan
pengamatan dilakukan dengan mengadakan observasi
langsung, dan membuat pencatatan-pencatatan terhadap
semua fakta sehubungan dengan objek yang diamati.
Pencatatan ini mencakup tiga hal pokok, yaitu:
 Segala sesuatu yang positif, yakni gejala yang
muncul pada saat dilakukan pengamatan.
 Segala sesuatu yang negatif, yakni gejala tertentu
yang tidak muncul pada saat dilakukan pengamatan.
 Gejala-gejala yang muncul secara bervariasi, yaitu
gejala- gejala yang berubahubah pada kondisi-
kondisi tertentu.

2.2 Sampah

2.2.1 Definisi Sampah

Menurut WHO, sampah adalah sesuatu yang tidak


digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang
dibuang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan
59
sendirinya (Chandra, 2007). Banyak sampah organik masih
mungkin digunakan kembali/ pendaurulangan (re-using),
walaupun akhirnya akan tetap merupakan bahan/ material yang
tidak dapat digunakan kembali (Dainur, 1995).

Sampah dalam ilmu kesehatan lingkungan sebenarnya


hanya sebagian dari benda atau hal-hal yang dipandang tidak
digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi, atau harus dibuang,
sedemikian rupa sehingga tidak sampai mengganggu
kelangsungan hidup. Dari segi ini dapat disimpulkan bahwa yang
dimaksud dengan sampah ialah sebagian dari sesuatu yang tidak
dipakai, disenangi atau sesuatu yang harus dibuang, yang
umumnya berasal dari kegiatan yang dilakukan oleh manusia
(termasuk kegiatan industri), tetapi yang bukan biologis (karena
human waste tidak termasuk didalamnya) dan umumnya bersifat
padat (karena air bekas tidak termasuk didalamnya).

2.2.2 Jenis Sampah

Pada prinsipnya sampah dibagi menjadi sampah padat,


sampah cair dan sampah dalam bentuk gas (fume, smoke).
Sampah padat dapat dibagi menjadi beberapa jenis yaitu:
A. Berdasarkan zat kimia yang terkandung didalamnya
1) Sampah anorganik misalnya : logam-logam, pecahan
gelas, dan plastik
2) Sampah Organik misalnya : sisa makanan, sisa
pembungkus dan sebagainya
B. Berdasarkan dapat tidaknya dibakar
1) Mudah terbakar misalnya : kertas, plastik, kain, kayu

60
2) Tidak mudah terbakar misalnya : kaleng, besi, gelas
C. Berdasarkan dapat tidaknya membusuk
1) Membusuk misalnya : sisa makanan, potongan daging
2) Sukar membusuk misalnya : plastik, kaleng, kaca
(Dainur, 1995)

2.2.3 Karakteristik Sampah

a. Garbage yaitu jenis sampah yang terdiri dari sisa-sisa


potongan hewan atau sayuran dari hasil pengolahan yang
sebagian besar terdiri dari zat-zat yang mudah membusuk,
lembab, dan mengandung sejumlah air bebas.

b. Rubbish terdiri dari sampah yang dapat terbakar atau yang


tidak dapat terbakar yang berasal dari rumah-rumah, pusat-
pusat perdagangan, kantor- kantor, tapi yang tidak termasuk
garbage.

c. Ashes (Abu) yaitu sisa-sisa pembakaran dari zat-zat yang


mudah terbakar baik dirumah, dikantor, industri.

d. “Street Sweeping” (Sampah Jalanan) berasal dari


pembersihan jalan dan trotoar baik dengan tenaga manusia
maupun dengan tenaga mesin yang terdiri dari kertas-kertas,
daun-daunan.

e. “Dead Animal” (Bangkai Binatang) yaitu bangkai-bangkai


yang mati karena alam, penyakit atau kecelakaan.

f. Houshold Refuse yaitu sampah yang terdiri dari rubbish,


garbage, ashes, yang berasal dari perumahan.
61
g. Abandonded Vehicles (Bangkai Kendaraan) yaitu bangkai-
bangkai mobil, truk, kereta api.

h. Sampah Industri terdiri dari sampah padat yang berasal dari


industri- industri, pengolahan hasil bumi.

i. Demolition Wastes yaitu sampah yang berasal dari


pembongkaran gedung.

j. Construction Wastes yaitu sampah yang berasal dari sisa


pembangunan, perbaikan dan pembaharuan gedung-gedung.

k. Sewage Solid terdiri dari benda-benda kasar yang umumnya


zat organik hasil saringan pada pintu masuk suatu pusat
pengelolahan air buangan.

l. Sampah khusus yaitu sampah yang memerlukan penanganan


khusus misalnya kaleng-kaleng cat, zat radiokatif. (Mukono,
2006)

2.2.4 Sumber Sampah

Sampah yang ada di permukaan bumi ini dapat berasal dari


beberapa sumber berikut:

A. Pemukiman penduduk

Sampah di suatu pemukiman biasanya dihasilkan oleh satu


atau beberapa keluarga yang tinggal dalam suatu bangunan
atau asrama yang terdapat di desa atau di kota. Jenis sampah
yang dihasilkan biasanya sisa makanan dan bahan sisa proses
pengolahan makanan atau sampah basah (garbage), sampah
62
kering (rubbsih), perabotan rumah tangg, abu atau sisa
tumbuhan kebun. (Dainur, 1995)

B. Tempat umum dan tempat perdagangan

Tempat umum adalah tempat yang memungkinkan banyak


orang berkumpul dan melakukan kegiatan termasuk juga
tempat perdagangan. Jenis sampah yang dihasilkan dari
tempat semacam itu dapat berupa sisa-sisa makanan
(garbage), sampah kering, abu, sisa bangunan, sampah
khusus, dan terkadang sampah berbahaya.

C. Sarana layanan masyarakat milik pemerintah

Sarana layanan masyarakat yang dimaksud disini, antara lain,


tempat hiburan dan umum, jalan umum, tempat parkir,
tempat layanan kesehatan (misalnya rumah sakit dan
puskesmas), kompleks militer, gedung pertemuan, pantai
empat berlibur, dan sarana pemerintah lain. Tempat tersebut
biasanya menghasilkan sampah khusus dan sampah kering.

D. Industri berat dan ringan

Dalam pengertian ini termasuk industri makanan dan


minuman, industri kayu, industri kimia, industri logam dan
tempat pengolahan air kotor dan air minum, dan kegiatan
industri lainnya, baik yang sifatnya distributif atau
memproses bahan mentah saja. Sampah yang dihasilkan dari
tempat ini biasanya sampah basah, sampah kering, sisa-sisa
bangunan, sampah khusus dan sampah berbahaya.

63
E. Pertanian

Sampah dihasilkan dari tanaman dan binatang. Lokasi


pertanian seperti kebun, ladang ataupun sawah menghasilkan
sampah berupa bahan-bahan makanan yang telah membusuk,
sampah pertanian, pupuk, maupun bahan pembasmi serangga
tanaman. (Chandra, 2007).

2.3.4 Pengelolaan Sampah Padat

Ada beberapa tahapan di dalam pengelolaan sampah padat yang


baik, diantaranya:

 Tahap pengumpulan dan penyimpanan di tempat sumber

Sampah yang ada dilokasi sumber (kantor, rumah


tangga, hotel dan sebagainya) ditempatkan dalam tempat
penyimpanan sementara, dalam hal ini tempat sampah.
Sampah basah dan sampah kering sebaiknya dikumpulkan
dalam tempat yang terpisah untuk memudahkan
pemusnahannya. Adapun tempat penyimpanan sementara
(tempat sampah) yang digunakan harus memenuhi
persyaratan berikut berikut ini:
1. Konstruksi harus kuat dan tidak mudah bocor
2. Memiliki tutup dan mudah dibuka tanpa mengotori
tangan
3. Ukuran sesuai sehingga mudah diangkut oleh satu
orang.

Dari tempat penyimpanan ini, sampah dikumpulkan kemudian

64
dimasukkan ke dalam dipo (rumah sampah). Dipo ini berbentuk
bak besar yang digunakan untuk menampung sampah rumah
tangga. Pengelolaanya dapat diserahkan pada pihak pemerintah.
Untuk membangun suatu dipo, ada bebarapa persyaratan yang
harus dipenuhi, diantaranya:
1. Dibangun di atas permukaan tanah dengan ketinggian
bangunan setinggi kendaraan pengangkut sampah.
2. Memiliki dua pintu, pintu masuk dan pintu untuk
mengambil sampah.
3. Memiliki lubang ventilasi yang tertutup kawat halus untuk
mencegah lalat dan binatang lain masuk ke dalam dipo.
4. Ada kran air untuk membersihkan
5. Tidak menjadi tempat tinggal atau sarang lalat atau tikus.
6. Mudah dijangkau masyarakat

Pengumpulan sampah dapat dilakukan dengan dua metode :


a. Sistem duet : tempat sampah kering dan tempat sampah basah
b. Sistem trio : tempat sampah basah, sampah kering dan tidak
mudah terbakar.

1. Tahap pengangkutan

Dari dipo sampah diangkut ke tempat pembuangan akhir


atau pemusnahan sampah dengan mempergunakan truk
pengangkut sampah yang disediakan oleh Dinas Kebersihan
Kota. (Chandra, 2007)

2. Tahap pemusnahan

Di dalam tahap pemusnahan sampah ini, terdapat beberapa


65
metode yang dapat digunakan, antara lain :

A. Sanitary Landfill

Sanitary landfill adalah sistem pemusnahan yang paling baik.


Dalam metode ini, pemusnahan sampah dilakukan dengan
cara menimbun sampah dengan cara menimbun sampah
dengan tanah yang dilakukan selapis demi selapis. Dengan
demikian, sampah tidak berada di ruang terbuka dan tentunya
tidak menimbulkan bau atau menjadi sarang binatang
pengerat. Sanitary landfill yang baik harus memenuhi
persyatatan yaitu tersedia tempat yang luas, tersedia tanah
untuk menimbunnya, tersedia alat-alat besar. Semua jenis
sampah diangkut dan dibuang ke suatu tempat yang jauh dari
lokasi pemukiman. Ada 3 metode yang dapat digunakan
dalam menerapkan teknik sanitary landfill ini, yaitu:

1. Metode galian parit (trench method)

Sampah dibuang ke dalam galian parit yang memanjang.


Tanah bekas galian digunakan untuk menutup parit
tersebut. Sampah yang ditimbun dan tanah penutup
dipadatkan dan diratakan kembali. Setelah satu parit terisi
penuh, dibuat parit baru di sebelah parit terdahulu.

2. Metode area

Sampah yang dibuang di atas tanah seperti pada tanah


rendah, rawa- rawa, atau pada lereng bukit kemudian
ditutup dengan lapisan tanah yang diperoleh dari tempat

66
tersebut.

3. Metode ramp

Metode ramp merupakan teknik gabungan dari kedua


metode di atas. Prinsipnya adalah bahwa penaburan lapisan
tanah dilakukan setiap hari dengan tebal lapisan sekitar 15
cm di atas tumpukan sampah.

Setelah lokasi sanitary landfill yang terdahulu stabil, lokasi


tersebut dapat dimanfaatkan sebagai sarana jalur hijau
(pertamanan), lapangan olahraga, tempat rekreasi, tempat
parkir, dan sebagainya.

 Incenaration

Incenaration atau insinerasi merupakan suatu metode


pemusnahan sampah dengan cara membakar sampah secara
besar-besaran dengn menggunakan fasilitas pabrik.
Manfaat sistem ini, antara lain :

o Volume sampah dapat diperkecil sampai


sepertiganya.

o Tidak memerlukan ruang yang luas.

o Panas yang dihasilkan dapat dipakai sebagai


sumber uap.

o Pengelolaan dapat dilakukan secara terpusat


dengan jadwal jam kerja yang dapat diatur sesuai
dengan kebutuhan.
67
Adapun kerugian yang ditimbulkan akibat penerapan
metode ini: biaya besar, lokalisasi pembuangan pabrik sukar
didapat karena keberatan penduduk. Peralatan yang
digunakan dalam insenarasi, antara lain :
1) Charging apparatus
Charging apparatus adalah tempat penampungan
sampah yang berasal dari kendaraan pengangkut
sampah. Di tempat ini sampah yang terkumpul
ditumpuk dan diaduk.
2) Furnace
Furnace atau tungku merupakan alat pembakar yang
dilengkapi dengan jeruji besi yang berguna untuk
mengatur jumlah masuk sampah dan untuk
memisahkan abu dengan sampah yang belum
terbakar. Dengan demikian tungku tidak terlalu
penuh.
3) Combustion
Combustion atau tungku pembakar kedua, memiliki
nyala api yang lebih panas dan berfungsi untuk
membakar benda-benda yang tidak terbakar pada
tungku pertama.
4) Chimmey atau stalk
Chimmey atau stalk adalah cerobong asap untuk
mengalirkan asap keluar dan mengalirkan udara ke
dalam.
5) Miscellaneous features
Miscellaneous features adalah tempat
penampungan sementara dari debu yang terbentuk,
68
yang kemudian diambil dan dibuang (Chandra,
2007).

 Composting
Pemusnahan sampah dengan cara proses dekomposisi zat
organik oleh kuman- kuman pembusuk pada kondisi
tertentu. Proses ini menghasilkan bahan berupa kompos
atau pupuk hijau (Dainur, 1995). Berikut tahap-tahap di
dalam pembuatan kompos:
- Pemisahan benda-benda yang tidak dipakai sebagai
pupuk seperti gelas, kaleng, besi dan sebagainya.
- Penghancuran sampah menjadi partikel-partikel yang
lebih kecil (minimal berukuran 5 cm)
- Penyampuran sampah dengan memperhatikan kadar
karbon dan nitrogen yang paling baik (C:N=1:30)
- Penempatan sampah dalam galian tanah yang tidak
begitu dalam. Sampah dibiarkan terbuka agar terjadi
proses aerobik.
- Pembolak-balikan sampah 4-5 kali selama 15-21 hari
agar pupuk dapat terbentuk dengan baik.

 Hog Feeding
Pemberian sejenis garbage kepada hewan ternak
(misalnya: babi). Perlu diingat bahwa sampah basah harus
diolah lebih dahulu (dimasak atau direbus) untuk mencegah
penularan penyakit cacing dan trichinosis.
 Discharge to sewers
Sampah dihaluskan kemudian dimasukkan ke dalam sistem
69
pembuangan air limbah. Metode ini dapat efektif asalkan
sistem pembuangan air limbah memang baik.
 Dumping
Sampah dibuang atau diletakkan begitu saja di tanah
lapangan, jurang atau tempat sampah.
 Dumping in water
Sampah dibuang ke dalam air sungai atau laut. Akibatnya,
terjadi pencemaran pada air dan pendangkalan yang dapat
menimbulkan bahaya banjir. (Mukono, 2006)
 Individual Incenaration
Pembakaran sampah secara perorangan ini biasa dilakukan
oleh penduduk terutama di daerah pedesaaan.
 Recycling
Pengolahan kembali bagian-bagian dari sampah yang masih
dapat dipakai atau di daur ulang. Contoh bagian sampah
yang dapat di daur ulang, antara lain plastik, kaleng, gelas,
besi, dan sebagainya.
 Reduction
Metode ini digunakan dengan cara menghancurkan sampah
(biasanya dari jenis garbage) sampai ke bentuk yang lebih
kecil, kemudian di olah untuk menghasilkan lemak.
 Salvaging
Pemanfaatan sampah yang dipakai kembali misalnya kertas
bekas. Bahayanya adalah bahwa metode ini dapat
menularkan penyakit (Chandra, 2007).

70
2.3.5 Hubungan Pengelolaan Sampah Terhadap Masyarakat dan
Lingkungan

Pengelolaan sampah di suatu daerah akan membawa pengaruh bagi


masyarakat maupun lingkungan daerah itu sendiri. Pengaruhnya tentu
saja ada yang positif dan ada juga yang negatif.

2.3.5.1 Pengaruh Positif

Pengelolaan sampah yang baik akan memberikan pengaruh yang


positif terhadap masyarakat maupun lingkungannya, seperti
berikut:
A. Sampah dapat dimanfaatkan untuk menimbun lahan
semacam rawa- rawa dan dataran rendah.
B. Sampah dapat dimanfaatkan sebagai pupuk.
C. Sampah dapat diberikan untuk makanan ternak setelah
menjalani proses pengelolaan yang telah ditentukan lebih
dahulu untuk mencegah pengaruh buruk sampah tersebut
terhadap ternak.
D. Pengelolaan sampah menyebabkan berkurangnya tempat
untuk berkembang biak serangga dan binatang pengerat.
E. Menurunkan insidensi kasus penyakit menular yang erat
hubungannya dengan sampah.
F. Keadaan estetika lingkungan yang bersih menimbulkan
kegairahan hidup masyarakat.
G. Keadaan lingkungan yang baik mencerminkan
kemajuaan budaya masyarakat.
H. Keadaan lingkungan yang baik akan menghemat

71
pengeluaran dana kesehatan suatu negara sehingga dana itu
dapat digunakan untuk keperluan lain (Chandra,2007)

2.3.5.2 Pengaruh Negatif


Pengelolaan sampah yang kurang baik dapat memberikan
pengaruh negatif bagi kesehatan, lingkungan, maupun bagi
kehidupan sosial ekonomi dan budaya masyarakat, seperti
berikut.
a. Pengaruh terhadap kesehatan
1) Pengelolaan sampah yang kurang baik akan menjadikan
sampah sebagaitempat perkembangbiakan vektor penyakit,
seperti lalat, tikus, serangga, jamur.
2) Penyakit demam berdarah meningkatkan incidencenya
disebabkan vector Aedes Aegypty yang hidup berkembang
biak di lingkungan, pengelolaan sampahnya kurang baik
(banyak kaleng, ban bekas dan plastik dengan genangan air)
3) Penyakit sesak nafas dan penyakit mata disebabkan bau
sampah yang menyengat yang mengandung Amonia
Hydrogen, Solfide dan Metylmercaptan
4) Penyakit saluran pencernaan (diare, kolera dan typus)
disebabkan banyaknya lalat yang hidup berkembang biak di
sekitar lingkungan tempat penumpukan sampah
5) Insidensi penyakit kulit meningkat karena penyebab
penyakitnya hidup dan berkembang biak di tempat
pembuangan dan pengumpulan sampah yang kurang baik.
Penularan penyakit ini dapat melalui kontak langsung
ataupun melalui udara.
6) Penyakit kecacingan

72
7) Terjadi kecelakaan akibat pembuangan sampah secara
sembarangan misalnya luka akibat benda tajam seperti kaca,
besi, dan sebagainya.
8) Gangguan psikomatis, misalnya insomnia, stress, dan lain-
lain

b. Pengaruh terhadap lingkungan


1) Pengelolaan sampah yang kurang baik menyebabkan
estetika lingkungan menjadi kurang sedap dipandang mata
misalnya banyaknya tebaran-tebaran sampah sehingga
mengganggu kesegaran udara lingkungan masyarakat.
2) Pembuangan sampah ke dalam saluran pembuangan air
akan menyebabkan aliran air akan terganggu dan saluran air
akan menjadi dangkal.
3) Proses pembusukan sampah oleh mikroorganisme akan
menghasilkan gas-gas tertentu yang menimbulkan bau busuk.
4) Adanya asam organik dalam air serta kemungkinan
terjadinya banjir maka akan cepat terjadinya pengerusakan
fasilitas pelayanan masyarakat antara lain jalan, jembatan,
saluran air, fasilitas jaringan dan lain-lain. (Dinas Kebersihan,
2009)
5)Pembakaran sampah dapat menimbulkan pencemaran udara
dan bahaya kebakaran lebih luas.
6) Apabila musim hujan datang, sampah yeng menumpuk
dapat menyebabkan banjir dan mengakibatkan pencemaran
pada sumber air permukaan atau sumur dangkal.
7) Air banjir dapat mengakibatkan kerusakan pada fasilitas
masyarakat, seperti jalan, jembatan, dan saluran air (Chandra,
73
2007).

c. Pengaruh terhadap sosial ekonomi dan budaya masyarakat


1) Pengelolaan sampah yang kurang baik mencerminkan
keadaan sosial- budaya masyarakat setempat.
2) Keadaan lingkungan yang kurang baik dan jorok, akan
menurunkan minat dan hasrat orang lain (turis) untuk datang
berkunjung ke daerah tersebut. (Mukono, 2006)
3) Dapat menyebabkan terjadinya perselisihan antara
penduduk setempat dan pihak pengelola.
4) Angka kesakitan meningkat dan mengurangi hari kerja
sehigga produktifitas masyarakat menurun.
5) Kegiatan perbaikan lingkungan yang rusak memerlukan
dana yang besar sehingga dana untuk sektor lain berkurang.
6) Penurunan pemasukan daerah (devisa) akibat penurunan
jumlah wisatawan yang diikuti dengan penurunan
penghasilan masyarakat setempat.
7) Penurunan mutu dan sumber daya alam sehingga mutu
produksi menurun dan tidak memiliki nilai ekonomis
8) Penumpukan sampah di pinggir jalan menyebabkan
kemacetan lalu lintas yang dapat menghambat kegiatan
transportasi barang dan jasa (Chandra, 2007).

2.3.6 Tempat Sampah

Usaha yang diperlukan agar sampah tidak


membahayakan kesehatan manusia dalah perlunya dilakukan
pengelolaan terhadap sampah, seperti penyimpanan (storage),
pengumpulan (collection), dan pembuangan (disposal). Tempat
74
sampah tiap-tiap rumah, isinya cukup 1 meter kubik. Tempat
sampah sebaiknya tidak ditempatkan di dalam rumah atau di
pojok dapur, karena akan menjadi gudang makanan bagi tikus-
tikus dan rumah menjadi banyak tikusnya.

Tempat sampah yang baik harus memenuhi kriteria, antara lain


(Entjang, 1997):

a) Terbuat dari bahan yang mudah dibersihkan dan tidak


mudah rusak,
b) Harus mempunyai tutup sehingga tidak menarik
serangga atau binatang-binatang lainnya, dan sangat
dianjurkan agar tutup sampah ini dapat dibuka atau
ditutup tanpa mengotori tangan,
c) Ditempatkan di luar rumah. Bila pengumpulannya
dilakukan oleh pemerintah, tempat sampah harus
ditempatkan sedemikian rupa sehingga karyawan
pengumpul sampah mudah mencapainya.

2.3.7. Dampak Rumah dan Lingkungan yang tidak sehat

Konstruksi rumah dan lingkungan yang tidak memenuhi syarat


kesehatan merupakan faktor resiko sumber penularan beberapa
jenis penyakit, seperti:

1. ISPA

Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) merupakan infeksi akut


yang menyerang salah satu bagian/lebih dari saluran napas
mulai hidung sampai alveoli termasuk adneksanya (sinus,
75
rongga telinga tengah, pleura). Patogen yang paling sering
menyebabkan ISPA adalah virus, namun demikian bakteri
Streptococcus Pneumoniae merupakan penyebab utama
pneumonia di banyak negara (Depkes, 2007).

ISPA dibagi menjadi 2 golongan, yaitu pneumonia dan bukan


pneumonia. Untuk penyakit batuk pilek seperti rinitis,
faringitis, tonsilitis dan penyakit jalan nafas bagian atas lainnya
termasuk dalam golongan bukan pneumonia. Untuk
menurunkan angka kejadian ISPA di masyarakat, maka kondisi
rumah harus memenuhi syarat kesehatan sehingga penghuninya
tetap sehat. Rumah harus memiliki ventilasi dan kelembaban
rumah yang cukup, pemasangan genteng kaca sehingga cahaya
matahari dapat masuk ke dalam rumah yang akan mengurangi
kelembaban dalam rumah (Depkes, 2000).

Penyakit batuk pilek seperti rinitis, faringitis, tonsilitis, dan


penyakit jalan napas bagian atas lainnya digolongkan sebagai
bukan pneumonia. Etiologi dari sebagian besar penyakit jalan
napas bagian atas ini ialah virus dan tidak dibutuhkan terapi
antibiotik. ISPA dapat ditularkan melalui air ludah, darah,
bersin, udara pernapasan yang mengandung kuman yang
terhirup oleh orang sehat ke saluran pernafasannya. Biasanya
penularan organisme terjadi dari orang ke orang, tetapi
penularan melalui kontak sesaat jarang terjadi.

2. Diare

Diare akut adalah buang air besar (BAB) dengan konsistensi yang
lebih lunak atau cair yang terjadi dengan frekuensi ≥ 3× dalam 24
76
jam dan berlangsung dalam waktu < 14 hari. Di negara
berkembang, diare adalah penyebab kematian paling umum
kematian balita, dan juga membunuh lebih dari 2,6 juta orang
setiap tahunnya. Hal ini dikarenakan kondisi cuaca yang tidak
stabil, sanitasi tempat pengungsian yang buruk serta kondisi
rumah yang masih kotor terkena genangan air, juga sulitnya
mendapat air bersih menyebabkan mudahnya terjadi wabah diare
setelah banjir. Penyakit diare yang terlihat ringan justru bisa
membahayakan jiwa, karena saat tubuh kekurangan cairan, maka
semua organ akan mengalami gangguan. Diare akan semakin
berbahaya jika terjadi pada anak-anak.

3. Malaria

Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit bernama


Plasmodium. Penyakit ini ditularkan melalui gigitan nyamuk yang
terinfeksi parasit tersebut. Di dalam tubuh manusia, parasit
Plasmodium akan berkembang biak di organ hati kemudian
menginfeksi sel darah merah yang akhirnya menyebabkan
penderita mengalami gejala-gejala malaria seperti gejala pada
penderita influenza, bila tidak diobati maka akan semakin parah
dan dapat terjadi komplikasi yang berujung pada kematian.

Penyakit ini paling banyak terjadi di daerah tropis dan subtropis


di mana parasit Plasmodium dapat berkembang baik begitu pula
dengan vektor nyamuk Anopheles. Apabila lingkungan rumah
tidak terjaga dengan baik, kondisi ventilasi dan tempat-tempat
dimana nyamuk dapat berkembang masih tidak dibersihkan maka
malaria akan semakin cepat menyebar.

77
Cara efektif mencegah Penyakit Malaria, berdasarkan faktor
penyebab penyakit, sebagai berikut :

Lingkungan rumah /ventilasi kurang baik

- Memasang kawat kasa pada ventilasi /lubang penghawaan

- Jauhkan kandang ternak dari rumah atau membuat kandang


kolektif

- Buka jendela atau buka genting kaca agar terang dan tidak
lembab Lingkungan sekitar rumah tidak terawat

- Sering membersihkan rumput / semak disekitar rumah dan


tepi kolam

- Genangan air dialirkan atau ditimbun

- Memelihara tambak ikan dan membersihkan rumput

- Menebar ikan pemakan jentik

- Melipat dan menurunkan kain/baju yang bergantungan

- Tidur dalam kelambu

- Pada malam hari berada dalam rumah

4. Demam Berdarah

Demam berdarah dengue (DBD) merupakan penyakit yang


disebabkan oleh virus Dengue yang ditularkan dari orang ke orang
melalui gigitan nyamuk Aedes. Aedes aegypti merupakan vektor

78
yang paling utama, namun spesies lain seperti Aedes albopictus juga
dapat menjadi vektor penular. Nyamuk penular dengue ini terdapat
hampir di seluruh pelosok Indonesia, kecuali di tempat yang
memiliki ketinggian lebih dari 1000 meter di atas permukaan laut.
Nyamuk ini biasanya hidup di antara garis lintang 35° Utara dan 35°
Selatan, di bawah ketinggian 1000 m. Nyamuk-nyamuk tersebut
lebih sering menggigit pada siang hari. Satu gigitan dapat
menginfeksi manusia.

Penyakit DBD banyak dijumpai terutama di daerah tropis dan sering


menimbulkan kejadian luar biasa (KLB). Beberapa faktor yang
mempengaruhi munculnya DBD antara lain rendahnya status
kekebalan kelompok masyarakat dan kepadatan populasi nyamuk
penular karena banyaknya tempat perindukan nyamuk yang biasanya
terjadi pada musim penghujan.

Sejumlah gejala dari demam dengue adalah demam, sakit kepala,


kulit kemerahan yang tampak seperti campak, dan nyeri otot dan
persendian. Pada sejumlah pasien, demam dengue dapat berubah
menjadi satu dari dua bentuk yang mengancam jiwa. Yang pertama
adalah demam berdarah, yang menyebabkan pendarahan, kebocoran
pembuluh darah dan rendahnya tingkat trombosit darah. Yang kedua
adalah Sindrom Renjat Dengue, yang menyebabkan tekanan darah
rendah yang berbahaya.

WHO menyarankan beberapa tindakan khusus untuk mengendalikan


dan menghindarkan gigitan nyamuk. Cara terbaik untuk
mengendalikan nyamuk “Aedes Aegypti” adalah dengan
menyingkirkan habitatnya. Masyarakat harus mengosongkan wadah

79
air yang terbuka (sehingga nyamuk tidak dapat bertelur di dalam
wadah-wadah terbuka tersebut). Insektisida atau agen-agen
pengendali biologi juga dapat digunakan untuk mengendalikan
nyamuk di wilayah-wilayah ini. Air diam (tidak mengalir) harus
dibuang karena air tersebut menarik nyamuk, dan juga karena
manusia dapat terkena masalah kesehatan jika insektisida
menggenang di dalam air diam. Untuk mencegah gigitan nyamuk,
orang- orang dapat memakai pakaian yang menutup kulit mereka
sepenuhnya. Mereka juga dapat menggunakan anti nyamuk (seperti
semprotan nyamuk), yang membantu menjauhkan nyamuk. (DEET
paling ampuh) selain itu juga dapat menggunakan kelambu saat
beristirahat.

5. Penyakit kulit

Jika lingkungan sudah tidak bersih lagi maka akan sangat


berbahaya bagi kesehatan penghuninya. Salah satunya adalah
penyakit kulit yang biasa dikenal dengan nama kudis, skabies,
gudik, budugen. Penyebab penyakit kulit ini adalah tungau atau
sejenis kutu yang yang sangat kecil yang bernama sorcoptes
scabies. Tungau ini berkembang biak dengan cara menembus
lapisan tanduk kulit kita dan membuat terowongan di bawah kulit
sambil bertelur.

Cara penularan penyakit ini dengan cara kontak langsung atau


melalui peralatan seperti baju, handuk, sprei, tikar, bantal, dan
lain-lain. Sedangkan cara pencegahan penyakit ini dengan cara
antaralain:

- Menjaga kebersihan diri, mandi dengan air bersih minimal 2


80
kali sehari dengan sabun, serta hindari kebiasaan tukar
menukar baju dan handuk

- Menjaga kebersihan lingkungan, serta biasakan selalu


membuka jendela agar sinar matahari masuk.

Cara efektif mencegah penyakit kulit (berdasarkan faktor


penyebab penyakit), sebagai berikut:

- Gunakan air dari sumber yang terlindung

- Penyediaan air tidak memenuhi syarat

- Pelihara dan jaga agar sarana air terhindar dari pencemaran

- Cuci tangan pakai sabun

- Mandi 2 kali sehari pakai sabun

- Potong pendek kuku jaritangan Perilaku tidak hygienis

- Peralatan tidur dijemur

- Tidak menggunakan handuk dan sisir secara bersamaan

- Sering mengganti pakaian

- Pakaian sering dicuci

- Buang air besar di jamban

- Istirahat yang cukup

- Makan makanan bergizi

81
6. Cacingan

Penyakit cacingan merupakan penyakit yang dimana tubuh


manusia memiliki cacing parasit di tubuh, cacing ini memakan
nutrisi yang dibutuhkan oleh tubuh sehingga merugikan para
pengidapnya. Penyakit ini sering terjadi pada anak-anak maupun
pada orang dewasa di mana saja, termasuk di Indonesia. Penyakit
cacingan biasanya disebabkan oleh Cacing Gelang, Cacing
Tambang dan Cacing Kremi.

a. Cacing Gelang (Ascaris lumbricoides) berkembang biak


di dalam perut manusia dan di tinja. Telur cacing dapat
masuk kedalam mulut melalui makanan yang tercemar
atau tangan yang tercemar dengan telur cacing. Telur
Cacing menetas menjadi cacing didalam perut,
selanjutnya keluar bersama-sama tinja.

b. Cacingan yang disebabkan karena Cacing Kremi


(Enterobius vermicularis). Tempat berkembang biak
jenis cacing ini di perut manusia dan tinja, dengan cara
penularan menelan telur cacing yang telah dibuahi, dapat
melalui debu, makanan atau jari tangan (kuku).

c. Penyakit cacingan lain, disebabkan oleh Cacing tambang


(Anchylostomiasis Duodenale). Jenis cacing ini
mempunyai tempat berkembang biak Perut manusia dan
tinja. Cara Penularan dimulai ketika telur dalam tinja di
tanah yang lembab atau lumpur menetas menjadi larva.
Kemudian larva tersebut masuk melalui kulit, biasanya
pada telapak kaki. Pada saat kita menggaruk anus, telur
82
masuk kedalam kuku, jatuh ke sprei atau alas tidur dan
terhirup mulut. Telur dapat juga terhirup melaui debu
yang ada di udara. atau dengan reinfeksi (telur – larva –
masuk anus lagi)

Cara efektif mencegah penyakit cacingan (berdasarkan


faktor penyebab penyakit), sebagai berikut :

- Buang air besar hanya di jamban

- Lubang WC atau jamban ditutup

- Bila belum punya, anjurkan untuk membangun sendiri


atau berkelompok dengan tetangga

- Plesterisasi lantai rumah

- Pengelolaan makanan tidak saniter

- Cuci sayuran dan buanh-buahan yang akan dimakan


dengan air bersih

- Masak makanan sampai benar-benar matang

- Menutup makanan pakai tudung saji

- Cuci tangan pakai sabun sebelum makan

- Cuci tangan pakai sabun setelah buang air besar

- Gunakan selalu alas kaki

- Potong pendek kuku

83
- Tidak gunakan tinja segar untuk pupuk tanaman

7. Keracunan Makanan

Keracunan makanan adalah kondisi yang muncul akibat


mengonsumsi makanan yang telah terkontaminasi oleh
organisme menular, seperti bakteri, virus, dan parasit. Cara
efektif mencegah Keracunan Makanan, berdasarkan faktor
penyebab penyakit, sebagai berikut :

a. Makanan rusak atau kadaluwarsa

- Pilih bahan makanan yang baik dan utuh

- Makanan yang sudah rusak/kadaluwarsa tidak dimakan

b. Pengolahan Makanan tidak Akurat

- Memasak dengan matang dan panas yang cukup

- Makan makanan dalam akeadaan panas atau hangat

- Panaskan makanan bila akan dimakan

c. Lingkungan tidak bersih atau higienis

- Tempat penyimpanan makanan matang dan mentah terpisah

- Simpan makanan pada tempat yang tertutup

- Kandang ternak jauh dari rumah

- Tempat sampah tertutup

84
d. Perilaku tidak higienis

- Cuci tangan sebelum makan atau menyiapkan makan

- Cuci tangan pakai sabun sesudah BAB

- Bila sedang sakit jangan menjamah makanan atau pakailah tutup


mulut.

Kebersihan dan Kesehatan Lingkungan Dalam Islam

Islam merupakan akidah pertama, bahkan norma ilmiah


pertama yang memperkenalkan dan memerintahkan prinsip kebersihan
yang diidentikkan dengan bersuci (tahārah). Salah satu cara yang
dianjurkan oleh Islam dalam memelihara kesehatan adalah menjaga
kebersihan. Sikap Islam terhadap kebersihan sangat jelas dan
didalamnya terkandung nilai ibadah kepada Allah swt. Sesungguhnya
kitab-kitab syariat Islam selalu diawali dengan bab al- tahārah
(bersuci), yang merupakan kunci ibadah sehari-hari. Sebagai contoh
salat seorang muslim tidak sah jika tidak suci dari hadas, karena
kebersihan (kesucian) pakaian, badan dan tempat dari najis merupakan
salah satu syarat sahnya salat (Wahid, 2009)

Lebih jauh, tak hanya kebersihan, Islam mengajarkan pula


tentang kesucian. Bersih dan suci adalah dua hal yang tidak dapat di
pisahkan, keduannya sangat erat berhubungan dengan kesehatan,
meskipun arti katanya tak persis sama. Bersih merupakan kata sifat
yang menunjukkan keadaan bebas dari kotoran. Kebersihan bersifat
umum dan tidak terkait langsung dengan tata cara peribadatan. Namun
demikian, tetap saja merupakan keharusan bagi setiap muslim untuk

85
melaksanakannya dalam kehidupan sehari-hari. Sementara, suci dalam
ajaran Islam ialah terhindar dari najis dan hadas. Agar menjadi suci,
seorang muslim harus mejalankan aturan berupa tata cara tahārah
(bersuci). Setelah bersuci, baru dapat menjalankan ibadah-ibadah
khusus, terutama salat.

Kebersihan sangat diperhatikan dalam Islam baik secara fisik


maupun jiwa, baik secara tampak maupun tidak tampak. Dianjurkan
pula agar memelihara dan menjaga sekeliling lingkungan dari kotoran
agar tetap bersih. Dalam pandangan Yusuf al-Qardhawi ia
menyebutkan bahwa perhatian al-sunnah al- nabawiyyah terhadap
kebersihan muncul dikarenakan beberapa sebab, yaitu:

Pertama, sesungguhnya kebersihan adalah sesuatu yang disukai Allah


swt. Sebagaimana dalam firmannya dalam Q.S al-Baqarah ayat 222:

Mereka bertanya kepadamu tentang haidh. Katakanlah:


"Haidh itu adalah suatu kotoran". Oleh sebab itu hendaklah kamu
menjauhkan diri dari wanita di waktu haidh; dan janganlah kamu
mendekati mereka, sebelum mereka suci. Apabila mereka telah suci,
maka campurilah mereka itu di tempat yang diperintahkan Allah
kepadamu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang
bertaubat dan menyukai orang- orang yang mensucikan diri.
86
Kedua, kebersihan adalah cara untuk menuju kepada kesehatan
badan dan kekuatan. Sebab hal itu merupakan bekal bagi tiap individu.
Disamping itu, badan adalah amanat bagi setiap muslim. Dia tidak
boleh menyianyiakan dan meremehkan manfaatnya, jangan sampai dia
membiarkan badannya diserang oleh penyakit.

Ketiga, kebersihan itu adalah syarat untuk memperbaiki atau


menampakkan diri dengan penampilan yang indah yang dicintai oleh
Allah swt dan Rasul-Nya.

Keempat, kebersihan dan penampilan yang baik merupakan


salah satu penyebab eratnya hubungan seseorang dengan orang lain.
Ini karena orang sehat dengan fitrahnya tidak menyukai sesuatu yang
kotor dan tidak suka melihat orang yang tidak bersih. (Hasan, 2005)

Dalam ilmu pencegahan penyakit (preventif disease) dan ilmu


pengetahuan alam diketahui bahwa membiarkan lingkungan kotor atau
tidak membersihkannya dari najis, kotoran atau semua perantara yang
menyebabkan penyebaran wabah, tentu akan memberi dampak buruk
yang sangat besar terhadap manusia, hewan dan tumbuhan. Karenanya
pemeliharaan lingkungan menjadi prioritas yang wajib dipenuhi dalam
syari’at. Melanggar atau membiarkannya juga akan terhitung sebagai
dosa (Mahmud, 2008).

87
2.3 Kerangka Teori

Teori yang digunakan dalam penelitian ini diambil berdasarkan teori


dari Notoatmodjo tahun 2012, dimana faktor yang mempengaruhi
pengetahuan adalah:

Faktor Internal
Intelegensia
Pendidikan
Pengalaman
Umur
Rumah Sehat
Pekerjaan Pengetahuan
Status Sosial/Ekonomi

Faktor Eksternal
Lingkungan
Sosial Budaya
Informasi & Media Massa

Skema 2.1 Kerangka Teori Tingkat Pengetahuan Mengenai Pengelolaan


Sampah Rumah Tangga Di RT 14 RW 04 Kp. Bojong, Desa
Rancailat, Kecamatan Kresek, Kabupaten Tangerang Tahun 2019

88
2.4 Kerangka Konsep
Berdasarkan teori sebelumnya, dapat dibuat suatu kerangka konsep
yang berhubungan dengan area permasalahan yang terjadi pada
keluarga binaan di Desa Rancailat, Kp. Bojong, Kecamatan Kresek,
Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten"

Pendidikan

Umur Pengetahuan mengenai


Pengelolaan Sampah
Pekerjaan Rumah Tangga pada
Keluarga Binaan RT
014/RW 004, Desa
Status Sosial/Ekonomi Rancailat, Kecamatan
Kresek, Kabupaten
Tangerang, Provinsi
Lingkungan
Banten

Sosial Budaya

Informasi/Media Massa

Pengalaman

Skema 2.2 Kerangka Konsep Pengetahuan Mengenai Pengelolaan Sampah


Rumah Tangga Di RT 14 RW 04 Kp. Bojong, Desa Rancailat,
Kecamatan Kresek, Kabupaten Tangerang Tahun 2019

89
2.6. Definisi Operasional

Definisi operasional yang digunakan dalam penelitian ini tercantum dalam tabel berikut:

Tabel 2.1 Definisi Operasional

No Nama Variabel Definisi Alat Cara Ukur Hasil Ukur Skala


Ukur
1 Pengetahuan Segala sesuatu yang diketahui Kuisioner Wawancara Berdasarkan Ordinal
responden mengenai pengelolaan Skala:
sampah rumah tangga meliputi : Guttman:
1. Pengetahuan mengenai definisi 1. Baik : Jika
sampah hasil
2. Pengetahuan daerah tempat jawaban
membuang sampah benar
3. Pengetahuan mengenai penyakit >80%
yang timbul ketika membuang 2. Tidak Baik :
sampah sembarangan Jika hasil
4. Pengetahuan dampak membuang jawaban
sampah di selokan benar
<20%

91
No Nama Variabel Definisi Alat Cara Ukur Hasil Ukur Skala
Ukur
5. Pengetahuan mengenai contoh
sampah layak jual
6. Pengetahuan contoh jenis
sampah layak kerajinan
7. Pengetahuan cara mengelola
sampah dengan teknik
meminimalkan
8. Pengetahuan tentang tata cara
mengelola sampah
9. Pengetahuan tentang cara mendaur
ulang
10. Pengetahuan tentang tata cara
teknik mendaur ulang
2 Usia Umur responden terhitung sejak lahir Kuisioner Wawancara 1. < 18 tahun Ordinal
sampai dilakukannya penelitian 2. 18-35 tahun
3. > 35 tahun

92
No Nama Variabel Definisi Alat Cara Ukur Hasil Ukur Skala
Ukur
3 Pendidikan Merupakan jenjang sekolah formal Kuisioner Wawancara 1. Tidak Ordinal
yang yang pernah ditempuh dan Sekolah
berijazah 2. SD
3. SMP
4. SMA
4 Pekerjaan Aktivitas sehari-hari responden untuk Kuesioner Wawancara 1. Tidak bekerja Nominal
mendapatkan upah ataupun kewajibannya 2. Bekerja

93
5 Ekonomi Ekonomi didasarkan pada pendapatan Kuisioner Wawancara 1. Tinggi : Ordinal
yang dilihat dari Upah Minimum Regional Pendapatan >
Daerah yaitu Rp. 3.648.035 Rp. 3.648.035
2. Rendah:
Pendapatan <Rp.
3.648.035

6 Sosial Budaya Suatu keadaan dan tradisi yang Kuisioner Wawancara 1. Tidak Nominal
dilakukan seseorang tanpa melalui Membuang
penalaran terhadap perbuatan yang sampah ke
baik dan buruk seperti membuang tempat sampah
membakar dan menumpuk sampah di 2. Membuang
halaman rumah sampah ke
tempat sampah

94
7 Lingkungan Kondisi sekitar rumah responden yang Kuesioner Observasi 1. Baik jika 8-13 Ordinal
mendukung terjadinya rumah sehat soal memenuhi
berdasarkan Keputusan Menteri 2. Buruk 0-7 soal
Kesehatan No. 829/SK/VII/1999 memenuhi

tentang Persyaratan Kesehatan


Perumahan yaitu lokasi yang aman,
adanya sarana prasarana yang
mendukung, adanya program
pemberantasan vector penyakit dan
penghijauan.
8 Informasi/ Pernah mendapat informasi tentang Kuesioner Wawancara 1. Baik jika Ordinal
Media Massa pengelolaan sampah rumah tangga dari menjawab
kegiatan penyuluhan, media informasi benar 3-4 soal
(spanduk/poster), membaca buku/artikel 2. Buruk jika
menjawab
internet
benar 0-2 soal

95
10 Pengalaman Dukungan kepada responden dari kegiatan Kuesioner Wawancara 1. Baik jika Ordinal
pengelolaan sampah rumah tangga, menjawab
memisahkan antara sampah organik dan non benar 3-4 soal
organik, dan mendapatkan sosialisasi atau 2 Buruk jika
edukasi terkait dengan pengolahan sampah menjawab
rumah tangga benar 0-2 soal

96
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian


Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif.
Penelitian dengan metode deskriptif merupakan metode penelitian yang
digunakan untuk menggambarkan masalah yang terjadi pada masa
sekarang atau yang sedang berlangsung.

3.2 Pengumpulan Data


Pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh informasi yang
dibutuhkan dalam rangka mencapai tujuan penelitian. Tujuan umum dari
pengumpulan data adalah untuk memecahkan masalah, langkah-
langkah yang ditempuh harus relevan dengan masalah yang telah
ditetapkan sebelumnya. Dalam setiap melaksanakan langkah tersebut
harus dilakukan secara objektif dan rasional. Sedangkan yang dimaksud
dengan populasi sendiri adalah keseluruhan objek pengumpulan data
(Arikunto, 2002). Populasi yang digunakan dalam penelitian ini terdiri
dari lima keluarga binaan di Kampung Bojong, Desa Rancailat,
Kecamatan Kresek, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten.

3.3 Sampel Pengumpulan Data


Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto,
2002). Dalam penelitian ini yang menjadi sampel adalah dari populasi
pengumpulan ada pada lima keluarga binaan di Kampung Bojong, Desa
Rancailat, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten adalah 5 orang yaitu
keluarga Tn. Sumedi sebanyak 1 orang, Tn. Aseni sebanyak 1 orang,
Tn. Fahrudi sebanyak 1 orang, Tn. Sakhrudin sebanyak 1 orang dan Ny.
Sanah sebanyak 1 orang dengan cara total sampling.

97
Kriteria inklusi adalah kriteria dimana subjek penelitian dapat
mewakili dalam sampel penelitian yang memenuhi syarat sebagai
sampel yaitu:

1. Bersedia untuk menjadi informan


2. Usia 17 – 65 tahun
3. Merupakan anggota keluarga binaan baik laki-laki
maupun perempuan
4. Sehat jasmani dan rohani

Kriteria eksklusi merupakan kriteria di mana subjek penelitian


tidak dapat mewakili sampel karena tidak memenuhi syarat sebagai
sampel penelitian, yaitu:

1. Anggota keluarga yang terlalu sibuk bekerja


hingga sulit ditemui

3.4 Jenis dan Sumber Data


3.4.1 Jenis Data
Data kualitatif didapatkan dari pengalaman orang yang
diterangkan secara mendalam, pengalaman dan interaksi sosial dari
subjek penelitian sendiri. Data kualitatif diperoleh melalui berbagai
macam teknik pengumpulan data, misalnya wawancara, analisis,
observasi yang telah dituangkan dalam catatan lapangan (transkrip).
Data kualitatif adalah analisa akar penyebab masalah. Data kuantitatif

98
menggambarkan karakteristik responden, pengetahuan, usia, tingkat
pendidikan, penghasilan, sumber informasi dan sosial budaya.

3.4.2 Sumber Data


Sumber data dalam penelitian ini adalah data primer. Dalam
pengumpulan data ini adalah para responden kelima keluarga binaan di
Kampung Bojong, Desa Rancailat, Kecamatan Kresek, Kabupaten
Tangerang, Provinsi Banten.

3.4.3 Skala Pengukuran


Skala pengukuran yang digunakan pada penelitian ini adalah
berupa skala ordinal dan nominal.

3.5 Penentuan Instrumen Pengumpulan Data


Dalam penelitian ini digunakan teknik wawancara, dengan
kuesioner sebagai instrumen untuk mengumpulkan data. Selain itu,
dilakukan juga observasi langsung ke lapangan untuk memperoleh data
yang lebih lengkap.

Instrumen pengumpulan data berupa wawancara terpimpin


dengan menggunakan kuesioner. Dipilihnya kuesioner ini dikarenakan
kuesioner bersifat objektif dan jujur karena berasal dari sumber data
(responden) secara langsung, diharapkan dapat lebih mendengar tujuan-
tujuan, perasaan, pendapat dari responden secara langsung sehingga
secara tercipta hubungan yang baik antara pewawancara dan responden,
selain itu dapat diterapkan untuk pengumpulan data dalam lingkup yang
luas, serta cukup efisien dalam penggunaan waktu untuk
mengumpulkan data.

99
3.6 Pengumpulan Data
Pengumpulan data kualitatif dengan wawancara mendalam
menggunakan panduan pertanyaan terbuka untuk menentukan akar
penyebab masalah pengetahuan mengenai cara pengelolaan sampah
pada keluarga binaan di Kampung Bojong, Desa Rancailat Kecamatan
Kresek, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten.

Proses pengumpulan data ditentukan oleh variabel-variabel


yang ada dalam hipotesis. Pengumpulan data dilakukan terhadap
sampel yang telah ditentukan sebelumnya. Data yang diperoleh dapat
berupa data primer, sekunder, dan tersier. Data primer didapatkan dari
wawancara dan kuesioner pada keluarga binaan di Kampung Bojong,
Desa Rancailat, Kecamatan Kresek, Kabupaten Tangerang, Provinsi
Banten, data sekunder diperoleh dari Puskesmas Kresek, sedangkan
data tersier diperoleh dari penelusuran tinjauan pustaka. Sebelum
mengumpulkan data dilakukan persiapan berupa persamaan persepsi
antar peneliti. Pengumpulan data dilakukan di Kampung Bojong, Desa
Rancailat, Kecamatan Kresek, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten.

Pengumpulan data ini dilakukan selama tujuh hari mulai dari


tanggal 7 – 13 Agustus 2019, dengan menggunakan kuesioner sebagai
instrumen dengan teknik wawancara terpimpin kepada responden.
Wawancara dengan kuesioner dilakukan dikarenakan kuesioner bersifat
objektif dan jujur karena berasal dari sumber data (responden). Dari
lima keluarga binaan ini diambil 5 orang sebagai responden untuk
menjawab kuesioner.

100
Tabel 3.1 Daftar Kegiatan Pengumpulan Data pada Keluarga Binaan Kampung
Bojong, Desa Rancailat, Kabupaten Tangerang, 7 – 16 Agustus 2019

Tanggal Kegiatan
Rabu  Pengumpulan data dasar dari Puskesmas Kresek
7 Agustus  Perkenalan dengan Bidan Desa
2019
Kamis  Perkenalan dengan Kader
8 Agustus  Perkenalan serta sambung rasa dengan keluarga binaan
2019  Pengumpulan data dasar masing-masing keluarga binaan
 Melakukan pre-survey ke keluarga binaan
Jum’at  Diskusi Kelompok
9 Agustus
2019
Sabtu  Kunjungan ke keluarga binaan untuk pre-survey kedua
10 Agustus dan pengisian kuisioner pre-survey
2019  Pengumpulan dan mengolah data hasil pengisian
kuisioner
Senin  Kunjungan ke keluarga binaan untuk pengisian
12 Agustus kuisioner survey
2019  Pengumpulan dan mengolah data hasil pengisian
kuisioner
Selasa • Diskusi Kelompok
13 Agustus
2019
Rabu • Melengkapi Laporan
14 Agustus • Diskusi kelompok dan pengarahan dari dr. Roy di
2019 Puskesmas Kresek
Kamis • Melengkapi Laporan
15 Agustus
2019
Jum’at • Melakukan Intervensi Diagnosis Komunitas
16 Agustus • Melengkapi Laporan
2019

101
3.7 Pengolahan dan Analisis Data
Untuk pengolahan data tentang “Gambaran Pengetahuan
Pengelolaan sampah pada keluarga binaan di RT 14 RW 04
Kampung Bojong, Desa Rancailat, Kecamatan Kresek,
Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten” diolah secara manual
dan komputerisasi. Cara manual yang digunakan adalah dengan
bantuan kalkulator, sedangkan cara komputerisasi dengan
menggunakan program Microsoft Word dan Microsoft Excel.
Untuk menganalisis data-data yang sudah didapat adalah dengan
menggunakan analisis univariat.

Analisis univariat adalah analisis yang dilakukan untuk


mengenali setiap variabel dari hasil penelitian. Analisis univariat
berfungsi untuk meringkas kumpulan data sedemikian rupa
sehingga kumpulan data tersebut berubah menjadi informasi
yang berguna. Peringkasan tersebut dapat berupa ukuran
statistik, tabel, grafik. Pada diagnosis dan intervensi komunitas
ini, variabel yang diukur adalah :
1. Usia responden dalam memahami cara pengelolaan
sampah
2. Tingkat pendidikan responden mengenai cara
pengelolaan sampah
3. Aktivitas sehari-hari responden untuk mendapatkan
upah ataupun kewajibannya
4. Pengaruh tingkat ekonomi terhadap pengetahuan cara
pengelolaan sampah
5. Pengaruh sosial budaya yang ada terhadap
pengetahuan cara pengelolaan sampah
6. Kondisi sekitar rumah responden yang mendukung
dalam pengelolaan sampah
7. Informasi/Media massa yang pernah didapat
mengenai pengelolaan sampah
8. Pengalaman responden mengenai kegiatan
penglolaan sampah

102
BAB IV

HASIL ANALISIS

4.1. Karakteristik Responden

Hasil analisis penelitian ini ditampilkan melalui bentuk tabel yang diambil dari
data karakteristik responden yang terdiri dari 5 orang dalam 5 keluarga binaan
Kp. Bojong, RT 014 RW 04 Desa/Kelurahan Rancailat, Kecamatan Kresek,
Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten yang terdiri dari Keluarga Tn. Aseni
dan Ny. Ayu, Tn. Fahrudi dan Ny. Tini, Tn. Sakrudin dan Ny. Rohayah, Ny.
Sanah, dan Tn. Sumedi dan Ny. Rita dengan jumlah responden sebanya 5
orang.
Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden
Karakteristik Frekuensi Persentase
Usia (tahun)
< 18 tahun 1 20%
18 – 35 tahun 2 40%
> 35 tahun 2 40%
Jenis Kelamin
Laki-Laki 1 20%
Perempuan 4 80%
Pendidikan
Tidak Sekolah 0 0%
Tamat SD 2 40%
Tamat SMP 2 40%
Tamat SMA/SMK 0 0%
Perguruan tinggi 1 20%

103
Tabel 4.1. (Lanjutan)
Karakteristik Frekuensi Persentase
Pekerjaan
Tidak Bekerja 4 80%
Bekerja 1 20%

Tabel 4.1. menunjukan karakteristik responden pada penelitian ini.


Rentang usia responden terbanyak pada usia > 18 tahun dengan 4
responden (80%). Jenis kelamin responden terbagi antara laki-laki
dengan perempuan dengan perbandingan 1:4 responden (20% : 80%).
Tingkat pendidikan responden terbanyak adalah tamat SD dan tamat
SMP dengan perbandingan 2:2 responden (40% : 40%). Sebanyak 4
responden (80%) tidak bekerja, sementara 1 responden lainnya bekerja
sebagai buruh.
4.2 Analisis Univariat
Hasil analisis data ditampilkan dalam bentuk tabel berdasarkan variabel
– variabel dalam kuesioner yang dijawab responden dan berdasarkan
observasi terhadap responden.
Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Faktor Usia pada Responden
Usia Frekuensi Persentase
< 18 tahun 1 20%

18 – 35 tahun 2 40%

> 35 tahun 2 40%

Total 5 100%

104
Berdasarkan tabel 4.2. Frekuensi usia Responden terbanyak adalah usia
dewasa (> 18 tahun), yaitu sebanyak 4 responden (80%).

Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Faktor Pendidikan pada Responden


Pendidikan Frekuensi Persentase
Pendidikan Rendah 2 40%
Pendidikan Menengah 2 40%
Pendidikan Tinggi 1 20%
Total 5 100%

Berdasarkan tabel 4.3. terlihat mayoritas tingkat pendidikan responden


adalah pendidikan rendah (lulus SD) dan pendidikan menengah (SMA)
dengan perbandingan 2:2 responden (40% : 40%).

Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Pekerjaan pada Responden


Pekerjaan Frekuensi Persentase
Tidak Bekerja 4 80%
Bekerja 1 20%
Total 5 100%

Berdasarkan tabel 4.4. terlihat 80% responden tidak bekerja dan 20%
merupakan buruh.

Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Status Ekonomi pada Responden


Penghasilan Frekuensi Persentase
Di bawah UMR 3 60%
Di atas UMR 2 40%
Total 5 100%

105
Berdasarkan tabel 4.5. terlihat 3 responden (60%) mempunyai
penghasilan di bawah UMR.

Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Faktor Pengetahuan Pengelolaan Sampah


Rumah Tangga
Pengetahuan Frekuensi Persentase
Baik 0 0%
Cukup 0 0%
Buruk 5 100%
Total 5 100%

Berdasarkan tabel 4.6. dapat terlihat bahwa mayoritas tingkat


pengetahuan responden mengenai pengetahuan mengenai pengelolaan
sampah rumah tangga secara keseluruhan masih buruk yaitu sebanyak 5
responden (100%).

Tabel 4.7. Distribusi Frekuensi Faktor Sosial Budaya Responden


Sosial Budaya Frekuensi Persentase
Baik 3 60%
Buruk 2 40%
Total 5 100%

Berdasarkan tabel 4.7. dapat terlihat bahwa mayoritas responden (60%)


memiliki faktor sosial budaya yang baik terhadap pengetahuan mengenai
pengelolaan sampah rumah tangga.

106
Tabel 4.8. Distribusi Frekuensi Faktor Informasi/Media Massa
Responden
Informasi/Media Massa Frekuensi Persentase
Baik 2 40%
Buruk 3 60%
Total 5 100%

Berdasarkan tabel 4.8. dapat terlihat bahwa mayoritas responden (60%)


memiliki faktor informasi yang buruk terhadap pengetahuan mengenai
pengelolaan sampah rumah tangga.

Tabel 4.9. Distribusi Frekuensi Faktor Pengalaman Responden


Pengalaman Frekuensi Persentase
Baik 1 20%
Buruk 4 80%
Total 5 100%

Berdasarkan tabel 4.9. dapat terlihat 4 responden (80%) sudah


memiliki faktor pengalaman yang buruk terhadap pengetahuan
mengenai Rumah Sehat.

Tabel 4.10. Distribusi Frekuensi Faktor Lingkungan Responden


Lingkungan Frekuensi Persentase
Baik 0 0%
Buruk 5 100%
Total 5 100%

Berdasarkan tabel 4.10. dapat terlihat bahwa seluruh responden (100%)


memiliki faktor lingkungan tempat tinggal yang buruk.

107
4.3 Rencana Intervensi Pemecahan Masalah

Setelah dilakukan analisis data hasil penelitian, untuk menentukan


rencana intervensi pemecahan masalah digunakan diagram Ishikawa
atau fishbone. Tujuan pembuatan diagram fishbone yaitu untuk
mengetahui penyebab masalah sampai dengan akar- akar penyebab
masalah sehingga dapat ditentukan rencana intervensi pemecahan
masalah dari setiap akar penyebab masalah tersebut. Adapun diagram
fishbone dapat dilihat sebagai berikut
Sesuai dengan diagram fishbone tersebut, akar-akar penyebab
masalah setiap faktor yang mempengaruhi pengetahuan dapat diketahui,
dan kemudian setelah ditemukan akar penyebab masalah dapat
ditentukan alternatif pemecahan masalah dan rencana intervensi.

108
4.1. Diagram Fishbone

109
Tabel 4.12. Alternatif Pemecahan Masalah dan Rencana Intervensi
No. Akar Penyebab Alternatif Rencana Intervensi
Masalah Pemecahan Masalah
1 Minimnya Menyarankan perangkat Memberikan penyuluhan
kepada perangkat desa
lapangan desa untuk melakukan
untuk memberikan
pekerjaan pemberdayaan pelatihan seputar
ketrampilan kerajinan
masyarakat dengan
tangan dan membuka
menambah keterampilan lapangan pekerjaan yang
sesuai
(membuat kerajinan
tangan seperti anyaman)
2 Kurangnya Menyarankan kader atau Memberi penyuluhan
pengalaman tenaga kesehatan serta memberikan contoh
untuk mengelola lainnya untuk tempat sampah organik
sampah rumah mengoptimalkan dengan dan anorganik kepada
tangga cara memilah sampah keluarga binaan, dan
organik & anorganik Memberikan pelatihan
sehingga dapat membuat keluarga binaan oleh
keterampilan, dan perangkat desa
menjadikan sampah
organik menjadi pupuk
organik
3. Tidak ada Menambah jumlah Menyarankan kader atau
sumber tenaga kesehatan dan tenaga kesehatan lainnya
informasi kader agar dapat untuk mengadakan
yang tersedia memberikan penyuluhan penyuluhan minimal 3
kepada masyarakat bulan sekali

110
No. Akar Penyebab Alternatif Rencana Intervensi
Masalah Pemecahan Masalah

4. Kurangnya niat Menyarankan perangkat Melakukan advokasi


dalam mengelola desa untuk memperbaiki kepada perangkat desa
sampah rumah sarana & prasarana Desa dan tingkat kecamatan
tangga seperti Tempat serta kabupaten untuk
pembuangan sampah memperbaiki sarana &
umum prasarana
5. Pendapatan Menyarankan perangkat Menyarankan perangkat
dibawah UMR desa untuk mengevaluasi desa untuk memperluas
kebijakan pengupahan lapangan pekerjaan, dan
sesuai pekerjaannya. membantu melatih
keluarga binaan dalam
membuat kerajinan
tangan
6. Rendahnya Memanfaatkan fasilitas Melakukan advokasi
tingkat pemerintahan yang ada. kepada perangkat desa
pendidikan Serta memberikan maupun pihak swasta
edukasi dengan baik untuk membantu
bahwa diwajibkan masyarakat
mengikuti program mendapatkan kartu gratis
pemerintah belajar 12 PIP untuk menjalankan
tahun melalui program program pemerintahan.
indonesia pintar (PIP)

111
4.4 Intervensi Pemecahan Masalah yang Terpilih
Dari penjabaran Rencana intervensi, peneliti memilih
untuk memberikan intervensi kepada keluarga binaan
mengenai pengelolaan sampah rumah tangga dengan cara:
4.2.1 Penyuluhan menggunakan media cetak (poster)
mengenai pengelolaan sampah rumah tangga
meliputi bagaimana memilah sampah organik dan
anorganik, dan bagaimana penggunaan tempat
sampah yang baik dan benar.
4.2.2 Pemberian sarana kebersihan rumah seperti tempat
sampah kepada setiap keluarga binaan untuk
membantu melatih keluarga binaan menerapkan cara
memilah sampah organik dan anorganik dengan
baik.
Terpilihnya intervensi penyuluhan dikarenakan
penyuluhan merupakan salah satu cara yang cukup efektif dan
efisien untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang
pengelolaan sampah rumah tangga.
Memberikan poster dan penjelasannya kepada keluarga
binaan dimaksudkan untuk memudahkan komunikasi dan
penyebarluasan informasi.
Pemberian tempat sampah organik dan anorganik dalam
penyuluhan dapat membantu keluarga binaan untuk menjaga
kebersihan serta dapat menerapkan membuang sampah dengan
cara memilah sampah organik dan anorganik dan dapat
menambah pengetahuan dalam pengalaman keluarga.
Penyuluhan diselenggarakan pada hari Jum’at, 16 Agustus
2019 mengenai pengelolaan sampah rumah tangga, dengan
cara komunikasi secara massgroup dengan jumlah peserta
sebanyak 5 orang.

112
4.5 Menetapkan Kegiatan Operasional
o Konsep Acara Persiapan
 Pengumpulan data dari puskesmas kresek
 Perkenalan dengan Bidan Desa
 Perkenalan dengan Kader
 Perkenalan serta sambung rasa dengan keluarga binaan
 Pengumpulan data dasar masing-masing keluarga binaan
 Melakukan pre-survey ke keluarga binaan
 Diskusi Kelompok
 Kunjungan ke keluarga binaan untuk pre-survey kedua dan
pengisian kuisioner pre-survey
 Pengumpulan dan mengolah data hasil pengisian kuisioner
 Kunjungan ke keluarga binaan untuk pengisian kuisioner
survey
 Pengumpulan dan mengolah data hasil pengisian kuisioner
 Diskusi Kelompok
 Melengkapi Laporan
 Diskusi kelompok dan pengarahan dari dr. Roy di
Puskesmas Kresek
 Melengkapi Laporan
 Melakukan Intervensi Diagnosis Komunitas

o Pelaksanaan
 Penyuluhan di laksanakan pada pukul 09.00 WIB
ditempat yang sudah di tentukan
 Peserta penyuluhan dipersilahkan untuk berkumpul
pada waktu dan jam yang ditentukan
 Teknik pelaksanaan acara dilaksanakan secara
bersama dengan anggota keluarga binaan sebagai
peserta penyuluhan

113
 Sebelum dilakukan penyuluhan, anggota binaan melakukan pre-
test
 Acara penyuluhan dilaksanakan dengan menggunakan
media informasi dalam bentuk poster dan alat peraga
tempat sampah, sampah kertas, dan botol minuman
 Setelah peyuluhan anggota binaan melakukan post-test
 Acara berakhir pada pukul 11.00 WIB

o Waktu, tempat dan peserta


 Acara penyuluhan dilaksanakan pada hari Jum’at, 16
Agustus 2019 di teras salah satu rumah keluarga
binaan dan berlangsung pukul 09.00 -
11.00 WIB. Peserta yang datang berjumlah 5 orang

114
4.6 Evaluasi Intervensi Pemecahan Masalah
Intervensi pemecahan maslaah telah dilakukan di seluruh
keluarga binaan pada hari Jumat, 16 Agustus pukul 09.00 WIB.
Dilakukan pre-test pada warga terlebih dahulu sebelum
dilakukan penyuluhan. Hasil pre-test dari 5 responden yang
mengikuti penyuluhan tersaji pada tabel 4.13.

Tabel 4.13. Hasil Pre-Test


Pengetahuan Responden Persentase
Baik 0 0%
Buruk 5 100%
Total 5 100%

Kemudian setelah peneliti memberikan penyuluhan kepada


keluarga binaan, peneliti melakukan post-test dengan soal yang
sama seperti pre-test.
Post-test dilakukan untuk mengetahui keberhasilan
penyuluhan kami dengan melihat ada tidaknya peningkatan
hasil. Hasil post-test dari 5 responden yang menikuti
penyuluhan tersaji dalam tabel 4.14.

Tabel 4.14. Hasil Post-Test


Pengetahuan Responden Persentase
Baik 4 80%
Buruk 1 20%
Total 5 100%

Dari data di atas disimpulkan bahwa. Maka dari itu,


penyuluhan yang peneliti lakukan pada keluarga binaan Desa
Rancailat, Kecamatan Kresek, Kabupaten Tangerang
dinyatakan berhasil.

115
BAB V
PENUTUPAN
5.1. Kesimpulan
5.1.1. Area Masalah
Berdasarkan wawancara beserta observasi kepada
keluarga binaan kampung bojong, desa Rancailat,
Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, maka
dilakuanlah diskusi kelompok dan merumuskan
serta menetapkan area masalah yaitu: “Gambaran
Pengetahuan Mengenai Pengelolaan Sampah
Rumah Tangga pada Keluarga Binaan Di Rt 014
Rw 004 Kampung Bojong Desa Rancailat,
Kecamatan Kresek, Kabupaten Tangerang,
Provinsi Banten”.

5.1.2. Akar Penyebab Masalah


Akar pemersalahan yang didapatkan adalah sebagai berikut:
1. Minimnya lapangan pekerjaan
2. Pendapatan dibawah UMR
3. Kurangnya niat untuk mengelola tempat sampah
4. Kurangnya pengalaman dalam mengelola sampah rumah
tangga
5. Tidak ada sumber informasi yang tersedia
6. Minimnya biaya untuk membangun rumah sehat

5.1.3. Alternatif Pemecahan Masalah


1. Menyarankan perangkat desa untuk melakukan
pemberdayaan masyarakat dengan menambah
keterampilan (membuat kerajinan tangan seperti
anyaman).

2. Menyarankan perangkat desa untuk

116
mengevaluasi kebijakan pengupahan sesuai
pekerjaannya.

3. Menyarankan perangkat desa untuk


memperbaiki sarana & prasarana desa seperti
tempat pembuangan sampah umum.

4. Menyarankan kader atau tenaga kesehatan


lainnya untuk mengoptimalkan dengan cara
memilah sampah organik & anorganik sehingga
dapat membuat keterampilan, dan menjadikan
sampah organik menjadi pupuk organik.

5. Menambah jumlah tenaga kesehatan dan kader


agar dapat memberikan penyuluhan kepada
masyarakat.

6. Memanfaatkan fasilitas yang ada. Serta


memberikan saran kepada puskesmas untuk
mengadakan pelatihan kader untuk dilakukan
penyuluhan cara mengelola sampah rumah tangga
dengan baik.

5.1.4 Intervensi yang Dilakukan


7. Melakukan penyuluhan menggunakan media
cetak (poster) mengenai pengetahuan mengenai
pengelolaan sampah rumah tangga, perilaku
yang mendukung tercapainya membuang
sampah pada tempatnya.
8. Pemberian sarana kebersihan rumah seperti
tempat sampah dan sapu kepada setiap keluarga
binaan untuk membantu menyadarkan akan
pentingnya perilaku yang baik untuk
terciptanya rumah sehat.

117
5.2. Saran
5.2.1. Bagi Kader
1. Kader kesehatan diharapkan dapat membantu
masyarakat untuk menambah, mengasah,
memberikan pelatihan dan penyuluhan kepada
seluruh masyarakat. Semakin kaya akan
keterampilan dari masyarakat, maka akan
semakin banyak pula lapangan pekerjaan yang
dibutuhkan sehingga dapat membantu
perekonomian masyarakat
2. Kader kesehatan diharapkan dapat memantau
perkembangan perilaku kesehatan
masyarakatnya, terutama tentang pengelolaan
sampah rumah tangga

5.2.2. Bagi Masyarakat


1. Masyarakat diharapkan dapat saling
mengingatkan dan mengajak untuk bersama-sama
menerapkan pengelolaan sampah agar tercipta
lingkungan yang bersih dan nyaman
2. Masyarakat diharapkan mau bekerja sama untuk
mewujudkan lingkungan yang bersih dan sehat.

5.2.3. Bagi Puskesmas Kresek


1. Puskesmas diharapkan dapat memberikan
penyuluhan secara rutin dan sistematik agar dapat
meningkatkan taraf kesehatan masyarakat
binaannya.
2. Puskesmas diharapkan dapat meningkatkan
sistem pemantauannya dan mencakup seluruh
masyarakat binaan agar terciptanya lingkuran yang

118
bersih dan sehat.
3. Puskesmas diharapkan dapat melakukan
advokasi ke jenjang yang lebih tinggi untuk
membantu meningkatkna kesadaran pemerintah
mengenai kondisi sarana dan prasarana yang dapat
mendukung terciptanya lingkungan yang bersih
dan sehat.

5.2.4. Bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Tangerang


1. Pemerintah Daerah Kabupaten Tangerang
diharapkan dapat menyiapkan unit penanggulangan
pembuangan sampah secara terpadu dan
terintegrasi.

119
DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an dan Terjemahannya. 2008. Departemen Agama RI. Bandung:


Diponegoro.
Arikunto, S. 2002. Metodologi Penelitian Suatu Pendekatan Proposal. Jakarta: PT.
Rineka Cipta.
Azwar, Azrul, 2009. Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Mutiara
Sumber Wijaya.
Chandra, budiman. 2007. Pengantar kesehatan lingkungan. Jakarta: Penerbit buku
kedokteran EGC.
Dainur, 1995. Materi-materi Pokok Ilmu Kesehatan Masyarakat, Penerbit Widya
Medika, Jakarta.
Depkes RI. 2014. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar Indonesia tahun 2014.
Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Depkes RI
Entjang, I. 2000. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Bandung: P.T. Citra Adtya Bakti.
Kementerian Agama RI, (2012). Al-Qur'an dan Terjemahnya. Bandung: Syamil
Qur'an.
Kementrian Kesehatan RI. 2000. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
829/MENKES/SK/VII/1999 tentang Persyaratan kesehatan Perumahan.
Jakarta: Kementrian Kesehatan RI
Kementrian Kesehatan RI. 2007. Pedoman Teknis Penilaian Rumah Sehat
Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan
Departemen Kesehatan RI. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI
Kementrian Kesehatan RI. 2017. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2016. Jakarta:
Kementrian Kesehatan RI.
Muchsin, Bashori, Abdul Wahid, 2009, Pendidikan Islam Kontemporer, Bandung:
PT. Refika Aditama.
Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta
Notoatmodjo, S. 2012. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta:
Rineka Cipta.

120
Sugihantono, Anung. 2014. Pedoman Umum Gizi Seimbang. Jakarta: Rineka Cipta.
Prasetyo, Bambang. 2007. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada
Puskesmas Kresek. 2018. Profil Puskesmas Kresek Tahun 2018. Banten:
Puskesmas Kresek.
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) (2018). Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Kementerian RI tahun 2018.
http://www.depkes.go.id/resources/download/infoterkini/materi_rakorpop_20
18/Hasil%20Riskesdas%202018.pdf – Diakses Agustus 2019.

121
Lampiran 1

Kuesioner Pre-Survey

I. IDENTITAS RESPONDEN
Nama :
Umur :
Alamat :
Jenis Kelamin :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Suku :
Penghasilan :

II. PENGETAHUAN

1. Menurut anda, tempat membuang sampah adalah?


a. Kantong sampah tertutup
b. Kantong sampah terbuka
c. Sembarang tempat

2. Menurut anda, sampah adalah....


a. Semua benda yang tidak disenangi
b. Semua benda bekas
c. Semua benda yang tidak terpakai lagi
d. Semua benda yang harus di buang
e. Jawaban C dan D benar

3. Menurut anda, penyakit yang timbul ketika membuang sampah


sembarangan?
a. Sakit mata
b. Diare dan DBD
c. Cacingan

4. Menurut anda apa yang terjadi jika kita membuang sampah di selokan?
a. Dimarahi kepala desa
b. Menyebabkan kotoran dimana-dimana
c. Membuat saluran tersumbat

5. Yang termasuk sampah layak jual dibawah ini adalah


a. Botol plastik

122
b. Daun kering
c. Bungkusan makanan

6. Berikut adalah termasuk ke dalam jenis sampah layak kerajinan, kecuali


a. Bungkus detergen
b. Bungkus pewangi
c. Bungkus kopi
d. Botol plastik

7. Berikut adalah cara mengelola sampah dengan teknik meminimalkan


adalah:
a. Memanfaatkan kertas bekas
b. Memanfaatkan halaman sebaliknya kertas bekas untuk menulis
c. Memanfaatkan kaleng bekas untuk membuat pot tanaman

8. Berikut adalah cara mengelola sampah dengan cara memanfaatkan kecuali:


a. Memanfaatkan gelas plastik untuk tempat pembibitan tanaman
b. Baju bekas bisa diberikan orang lain
c. Menghindari tas plastik pada saat berbelanja

9. Sedangkan, berikut adalah cara untuk mengelola sampah dengan cara


mendaur ulang:
a. Mengolah sampah organik menjadi kompos
b. Memperbaiki sepatu yang rusak
c. Membakarnya dipekarangan rumah

10. Berikut adalah cara mengolah sampah dengan teknik mendaur ulang,
kecuali:
a. Mengolah gabus styrofoam menjadi pot tanaman, batako
b. Mengolah/memanfaatkan kaca menjadi aneka bentuk benda seni
c. Baju bekas bisa diberikan kepada orang lain

III. SIKAP
No Pertanyaan-pertanyaan S KS TS
1. Saya akan mengubur berang-barang
dan kaleng bekas jika keberadaannya
sudah sangat mengganggu kebersihan
lingkungan saya
2. Setiap rumah tangga tidak harus
. mempunyai tempat untuk
pembuangan sampah
3. Sampah yang masih bisa dipakai tidak

123
dibuang akan tetapi memanfaatkan
kembali
4. Setiap rumah tangga tidak harus
melakukan pemisahan sampah
5. 5. Sampah dimanfaatkan kembali
sehingga bernilai positif untuk hal –
hal tertentu

III. PRILAKU
No Pertanyaan-pertanyaan Ya Tidak
1. Memiliki tempat pemilihan sampah
organik dan anorganik
2. Mendaur ulang sampah anorganik
menjadi barang bernilai ekonomi
3. Membuat kompos dari sampah
organik
4. Lubang pembuangan sampah dibuat
dengan kedalaman 100 cm
5. Sampah organik rutin dimasukan
kedalam lubang
6. Lubang dibuat dihalaman rumah atau
daerah sekitar rumah

124
Lampiran 2

KUESIONER PENGETAHUAN PENGELOLAAN SAMPAH


RUMAH TANGGA

A. Identitas Responden
1. Nama :
2. Usia
a. Usia Sekolah (13 – 18 tahun)
b. Dewasa (19 – 64 tahun)
c. Lansia (> 65 tahun)
3. Pendidikan
a. Tidak sekolah
b. SD
c. SMP
d. SMA
e. Perguruan tinggi
4. Pekerjaan
a. Tidak bekerja
b. Buruh/tani
c. Pedagang
d. Pelajar
e. Aparatur Negara
5. Status Ekonomi (UMR 3.555.834,67)
a. Di bawah UMR
b. Setara UMR
c. Di atas UMR

B. Pengetahuan
1. Apakah tempat membuang sampah?
a. Kantong sampah tertutup
b. Kantong sampah terbuka
c. Sembarang tempat

2. Apakah yang dimaksud dengan sampah?


a. Semua benda yang tidak disenangi
b. Semua benda bekas
c. Semua benda yang tidak terpakai lagi
d. Semua benda yang harus di buang
e. Jawaban C dan D benar

125
3. Apakah penyakit yang dapat timbul ketika membuang sampah
sembarangan?
a. Sakit mata
b. Diare dan DBD
c. Cacingan

4. Apakah yang terjadi jika kita membuang sampah di selokan?


a. Dimarahi kepala desa
b. Menyebabkan kotoran dimana-dimana
c. Membuat saluran tersumbat

5. Apakah yang termasuk sampah layak jual dibawah ini?


a. Botol plastik
b. Daun kering
c. Bungkusan makanan

6. Apakah yang termasuk ke dalam jenis sampah layak kerajinan,


kecuali?
a. Bungkus detergen
b. Bungkus pewangi
c. Bungkus kopi
d. Botol plastik

7. Bagaiamana cara mengelola sampah dengan teknik meminimalkan?


a. Memanfaatkan kertas bekas
b. Memanfaatkan halaman sebaliknya kertas bekas untuk menulis
c. Memanfaatkan kaleng bekas untuk membuat pot tanaman

8. Bagaimana cara mengelola sampah dengan cara memanfaatkan,


kecuali?
a. Memanfaatkan gelas plastik untuk tempat pembibitan tanaman
b. Baju bekas bisa diberikan orang lain
c. Menghindari tas plastik pada saat berbelanja

9. Bagaimana cara untuk mengelola sampah dengan cara mendaur


ulang?
a. Mengolah sampah organik menjadi kompos
b. Memperbaiki sepatu yang rusak
c. Membakarnya dipekarangan rumah

10. Bagaimana cara mengolah sampah dengan teknik mendaur ulang,


kecuali?
a. Mengolah gabus styrofoam menjadi pot tanaman, batako

126
b. Mengolah/memanfaatkan kaca menjadi aneka bentuk benda seni
c. Baju bekas bisa diberikan kepada orang lain

C. Sosial Budaya
1. Apakah agama anda mendukung terciptanya pengelolaan sampah
rumah tangga?
a. Ya
b. Tidak
2. Apakah keluarga anda pernah mempromosikan mengenai pengoelolaan
sampah rumah tangga?
a. Ya
b. Tidak
3. Apakah tokoh masyarakat di daerah anda pernah mempromosikan
mengenai pengelolaan sampah rumah tangga?
a. Ya
b. Tidak
4. Apakah kader kesehatan di daerah anda pernah mempromosikan
mengenai pengelolaan sampah rumah tangga?
a. Ya
b. Tidak

D. Informasi/Media Massa
1. Apakah anda pernah mendapat informasi mengenai pengelolaan
sampah rumah tangga?
a. Ya
b. Tidak
2. Apakah anda pernah mengikuti penyuluhan pengelolaan sampah
rumah tangga?
a. Ya
b. Tidak
3. Apakah anda pernah melihat spanduk/poster mengenai pengelolaan
sampah rumah tangga?
a. Ya
b. Tidak
4. Apakah anda pernah membaca buku/melihat artikel di Internet
mengenai pengelolaan sampah rumah tangga?
a. Ya
b. Tidak

E. Pengalaman
1. Apakah anda pernah mengelola sampah rumah tangga?
a. Pernah

127
b. Tidak Pernah
2. Apakah anda pernah memisahkan antara sampah organik dan non
organik?
a. Pernah
b. Tidak Pernah
3. Apakah anda pernah mendapatkan sosialisasi atau edukasi terkait
dengan pengelolaan sampah rumah tangga?
a. Pernah
b. Tidak Pernah
4. Apakah anda pernah membuang sampah ke tempat sampah?
a. Pernah
b. Tidak Pernah

F. Lingkungan (Observasi)
Komponen Kriteria Ya Tidak
Lokasi Tidak terletak pada daerah rawan bencana
alam (bantaran sungai, aliran lahar,
gelombang tsunami
Tidak terletak pada daerah bekas tempat
pembuangan akhir sampah dan
pertambangan
Tidak terletak pada daerah rawan
kecelakaan dan kebakaran
Sarana Memiliki taman bermain untuk anak dan
Prasarana keluarga yang aman
Memiliki sarana drainase yang tidak
menjadi perindukan vector penyakit dan
memenuhi persyaratan teknis
Memiliki sarana jalan lingkungan dengan
kriteria:
- Konstruksi jalan tidak
membahayakan
- Konstruksi trotal tidak
membahayakan pejalan kaki
- Jembatan harus dengan pagar
pengaman
- Lampu penerangan tidak
menyilaukan
Tersedia sumber air bersih yang
menghasilkan air secara cukup sepanjang
waktu dengan kualitas air yang memenuhi
Persyaratan
Pengelolaan pembuangan kotoran manusia
dan limbah rumah tangga harus memuhi
persyaratan kesehatan

128
Pengelolaan pembuangan sampah rumah
tangga harus memenuhi persyaratan
Kesehatan
Memiliki akses terhadap sarana pelayanan
umum dan sosial seperti
- Keamanan
- Kesehatan
- Komunikasi
- Tempat kerja
- Tempat hiburan
- Tempat pendidikan
Pengaturan instalasi listrik harus
memenuhi keamanan
Vektor Adanya program pemberantasan vector
Penyakit penyakit
Penghijauan Pepohonan untuk kesejukan, keindahan
dan kelestarian alam

129
Lampiran 3

Pre Test &


Post Test

1. Menurut anda apa yang dimaksud dengan sampah?


a. Sisa kegiatan sehari-hari manusia dan atau
proses alam yang berbentuk padat
b. Sesuatu yang berasal dari kegiatan manusia
termasuk kotoran
c. Tidak tahu
2. Apa yang anda ketahui tentang jenis sampah?
a. Sampah organik dan anorganik
b. Sampah basah dan sampah kering
c. Sampah mudah membusuk dan sampah tidak mudah
membusuk
d. Tidak tahu
3. Apa yang anda ketahui jika sampah dibuang disembarang
tempat?
a. Menyebabkan penyakit b. Kotor
c. Jorok d. Tidak tahu
4. Menurut anda penyakit apa saja yang disebabkan oleh sampah
yang dibuang sembarangan?
a. Diare b. Batuk
c. Gatal-gatal d. Tidak tahu
5. Apa yang anda ketahui tentang memilah sampah?
a. Memisahkan sampah yang mudah membusuk dan tidak
mudah membusuk
b. Tidak tahu

130
Lampiran 4

131
Lampiran 5

DOKUMENTASI KEGIATAN INTERVENSI

132

Anda mungkin juga menyukai