NIM. : 11970523529
BAB 2
Menurut Ridwan H.R., setiap orang memandang hukum dan sumber hukum secara berbeda-beda,
sesuai dengan kecenderungan dan latar belakang pendidikan dan keilmuannya.
Menurut Sudikno Mertokusumo, kata sumber hukum sering digunakan dalam beberapa arti berikut.
1. Sebagai asas hukum, sumber hukum merupakan permulaan hukum, misalnya kehendak hukum
administrasi negara, akal manusia, jiwa bangsa, dan sebagainya.
2. Sebagai penunjuk hukum terdahulu, sumber hukum memberi hukum administrasi negara pada
hukum yang sekarang berlaku, seperti hukum Prancis, hukum Romawi, dan lain-lain.
3. Sebagai sumber berlakunya, sumber hukum memberi kekuatan yang berlaku secara formal pada
peraturan hukum (penguasa, masyarakat).
4. Sebagai sumber dari mana kita dapat mengenai hukum, sumber hukum, misalnya dokumen, undang-
undang, lontar, batu bertulis, dan sebagainya
Secara umum, dapat disebutkan bahwa sumber hukum digunakan dalam dua arti. Arti pertama untuk
menjawab pertanyaan, “Mengapa hukum itu mengikat?” Pertanyaan ini dapat juga dirumuskan “Apa
sumber (kekuatan) hukum hingga mengikat atau dipatuhi manusia?” Pengertian sumber dalam arti ini
dinamakan sumber hukum dalam arti materiil. Sumber hukum dapat dilihat dari faktor-faktor yang
memengaruhinya atau dilihat dari bentuknya. Dengan demikian, ada dua macam sumber hukum, yaitu
sumber hukum materiel dan sumber hukum formal. Sumber hukum materiel meliputi faktor-faktor yang
ikut memengaruhi materi (isi) dari aturan-aturan hukum, sedangkan sumber hukum formal adalah
berbagai bentuk aturan hukum yang ada.
1. Pengertian
Negara hukum klasik muncul sesudah terjadinya reformasi terhadap negara totaliter. Reformasi
dilakukan karena semua kekuasaan negaraberada dalam satu tangan. Artinya, kekuasaan eksekutif
(melaksanakan undang-undang), kekuasaaan legislatif (membuat undang-undang), dan kekuasaan
yudikatif (pengawasan) berada pada satu tangan, yaitu penguasa tunggal. Untuk mencegah kekuasaan
yang absolut itulah timbul negara hukum sehingga dengan asas legalitasnya, penguasa hukum
administrasi negara dapat bertindak atas dasar hukum yang berlaku.
Pancasila sebagai hasil konvensi pendiri bangsa Indonesia dijadikan sebagai asas bagi sistem politik
negara, menjadi rujukan sumber dari segala sumber hukum yang berlaku di negara Republik Indonesia.
Hal ini, menurut Philipus M. Hadjon ditetapkan dalam Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat
Sementara (MPRS) No. XX/MPRS/1966, yang masih dinyatakan berlaku oleh Ketetapan MPR No.
V/MPR/1973 tentang Peninjauan Produk-produk yang Berupa Ketetapan-Ketetapan Majelis
Permusyawaratan Rakyat Sementara Republik Indonesia jo. Ketetapan MPR No. IX/MPRA978 tentang
Perlunya Penyempurnaan Yang Termaktub Dalam Pasal 3 Ketetapan MPR No. V/MPR/1973, Pancasila
dinyatakan sebagai sumber dari segala sumber hukum.
D. Asas Legalitas
Dalam suatu negara, terutama yang menyebut dirinya negara hukum, unsur yang pertama dan
terutama adalah asas legalitas. Bagi hukum administrasi negara, penerapan asas legalitas berarti setiap
tindakan atau perbuatan penguasa harus berdasarkan hukum yang berlaku. Ketika aliran legisme
berkuasa, hukum diartikan sebagai undang-undang atau peraturan tertulis, penguasa atau administrasi
negara dapat bertindak mengatur masyarakat apabila ada dasar hukumnya yang tertulis. Berarti apabila
sudah ada undang-undang yang mengatur masalah tersebut yang dapat dipergunakan oleh penguasa
sebagai dasar hukum bagi tindakannya.
1. Freies Ermessen
Freies ermessen, yaitu kemerdekaan bertindak administrasi negara atau pemerintah (eksekutif ) untuk
menyelesaikan masalah yang timbul dalam keadaan kegentingan yang memaksa, sedangkan peraturan
penyelesaian untuk masalah itu belum ada.
2. Delegasi Perundang-undangan
Delegasi perundang-undangan (delegasi van wetgeving) berarti administrasi negara diberi kekuasaan
untuk membuat peraturan organik pada undang-undang.
3. Droit Function
Droit function adalah kemerdekaan seorang pejabat administrasi negara tidak berdasarkan delegasi
yang tegas dalam menyelesaikan suatu persoalan yang konkret.
Secara formal, yang dimaksud dengan undang-undang di Indonesia adalah produk hukum yang
dibuat oleh presiden bersama DPR. Undang-undang sebagai sumber hukum formal itu adalah undang-
undang dalam arti materiil. Undang-undang dalam arti materiil itu bukan hukum administrasi negara
dilihat dari segi bentuknya, melainkan dilihat dari kekuatan mengikatnya.
Pada umumnya, yang dimaksud dengan undang-undang memang sekaligus mempunyai arti formal
dan materiil sebab cara terjadinya menurut prosedur konstitusional dan isinya mengikat langsung
seluruh penduduk. Misalnya, Undang-Undang No. 5 Tahun 1960 (Undang-Undang PA), pembentukannya
dilakukan oleh presiden bersama DPR dan isinya mengikat langsung semua penduduk.
Sumber hukum materiil ini merupakan faktor yang membantu pembentukan hukum. Dalam
kepustakaan hukum ditemukan bahwa sumber-sumber hukum materiil ini terdiri atas tiga jenis berikut.
1. Sumber Hukum Historis (Rechtsbron in Historischezin)
Dalam arti historis, pengertian sumber hukum memiliki dua arti, yaitu sumber pengenalan (tempat
menemukan) hukum pada saat tertentu; dan sumber pembuat undang-undang mengambil hukum
dalam membentuk peraturan perundang-undangan. Dalam arti pertama, sumber hukum historis
meliputi undang-undang, putusan hakim, tulisan ahli hukum, juga tulisan yang tidak bersifat yuridis
selama memuat pemberitahuan mengenai lembaga-lembaga hukum.
Sumber hukum sosiologis meliputi faktor-faktor sosial yang memengaruhi isi hukum positif. Artinya,
peraturan hukum tertentu yang mencerminkan kenyataan yang hidup dalam masyarakat. Dalam suatu
masyarakat industri atau masyarakat agraris misalnya, hukum harus sesuai dengan kenyataan yang ada
dalam masyarakat industri atau masyarakat agraris tersebut. Kenyataan itu dapat berupa kebutuhan
atau tuntutan atau masalah yang dihadapi, seperti masalah perburuhan atau
pertanian, hubungan majikan-buruh atau hubungan petani-pemilik tanah, dan sebagainya.
untuk menaati kewajiban terhadap hukum dan sumber untuk kekuatan mengikat dari hukum, untuk
menjawab pertanyaan, mengapa kita harus mematuhi hukum. Menurut Sudikno Mertokusumo,
mengenai sumber isi hukum; ditanyakan asal isi hukum itu. Ada tiga pandangan yang mencoba
menjawab pertanyaan ini, yaitu
(a) pandangan teokratis, yang menyatakan isi hukum berasal dari Tuhan;
(b) pandangan hukum kodrat yang menyatatkan isi hukum berasal dari akal manusia;
(c) pandangan mazhab historis yang menyatakan isi hukum berasal dari kesadaran hukum.
Bagir Manan menyebut peraturan perundang-undangan sebagai hukum positif tertulis yang dibuat,
ditetapkan, atau dibentuk pejabat atau lingkungan jabatan yang berwenang atau berdasarkan ketentuan
peraturan perundang-undangan tertentu dalam bentuk tertulis yang berisi aturan tingkah laku yang
berlaku atau mengikat (secara) umum. Pada penjelasan Pasal 1 angka 2 Undang-Undang No. 5 Tahun
1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara disebutkan peraturan perundang undangan adalah semua
peraturan yang bersifat mengikat secara umum yang dikeluarkan oleh Badan Perwakilan Rakyat
bersama Pemerintah, baik tingkat pusat maupun tingkat daerah, serta semua Keputusan Badan atau
Hukum Tata Usaha Negara, baik tingkat pusat maupun tingkat daerah, yang juga mengikat umum.
Meskipun undang-undang dianggap sebagai sumber hukum administrasi negara yang paling penting,
undang-undang sebagai peraturan tertulis memiliki kelemahan. Menurut Bagir Manan, sebagai
ketentuan tertulis atau hukum tertulis, peraturan perundang-undangan mempunyai jangkauan terbatas,
sekadar “moment opname” dari unsur-unsur politik, ekonomi, sosial, budaya, dan hukum administrasi
negara yang paling berpengaruh pada saat pembentukan sehingga mudah sekali aus (out of
date) apabila dibandingkan dengan perubahan masyarakat yang semakin cepat. Undang-undang tidak
akan mampu dan tidak mungkin mencakup semua persoalan yang dihadapi oleh administrasi negara.
3. Yurisprudensi
Istilah yurisprudensi berasal dari bahasa Latin, yaitu jurisprudentia,yang berarti pengetahuanhukum
(rechtsgeleerdheid). Dalam pengertian teknis, yurisprudensi adalah putusan badan peradilan (hakim)
yang diikuti secara berulang-ulang dalam kasus yang sama oleh para hakim lainnya sehingga dapat
disebut pula sebagai rechtersrecht (hukum ciptaan hakim/peradilan).
4. Doktrin
Doktrin adalah ajaran hukum atau pendapat para pakar hukum yang berpengaruh. Meskipun ajaran
hukum atau pendapat para sarjana hukum tidak memiliki kekuatan mengikat, pendapat sarjana hukum
ini memegang peran penting dalam penetapan hukum.
BAB 3
Persoalan yang menjadi bidang hukum administrasi negara dan Menjadi bidang ilmu pemerintahan
adalah mengenai titik berat (zwaartepunt) pelajaran. Hukum administrasi negara difokuskan pada
hubungan-hukum, yang memungkinkan administrasi negara menjalankan tugasnya, sedangkan fokus
ilmu pemerintahan adalah kebijaksanaan politik administrasi negara. Akan tetapi, perbatasan antara dua
bidang pelajaran itu bukanlah perbatasan yang tidak dapat diterobos. Agar dapat mengerti sebaik-
baiknya hubungan hukum, orang-orang yang menyelidiki hubungan hukum itu harus juga menyelidiki
latar belakang politik hubungan-hukum tersebut. Setelah membedakan antara hukum administrasi
negara dan ilmu pemerintahan, selanjutnya kita akan membahas administrasi publik.
Menurut Van Vollenhoven, Logemann mengadakan suatu pembagian asasi (principieel). Van
Vollenhoven dalam karangan Thorbecke en het Administratiefrecht menyebutkan garis perbatasan
antara dua golongan hukum tersebut dinyatakan lebih jelas. Ia mengemukakan bahwa hukum tata
negara adalah pelajaran tentang kompetensi atau wewenang (competentieleer), sedangkan hukum
administrasi negara merupakan pelajaran tentang hubungan-hukum istimewa. Menurut Logemann,
menyelidiki sifat, bentuk, wewenang-hukum segala perbuatan hukum adalah tugas hukum administrasi
negara. Hukum tata negara mengatakan jabatan-jabatan yang berwenang menjalankannya. Penyelidikan
seluk-beluk itu tidak terdapat dalam gambaran umum tentang hukum tata negara. Dalam arti sempit,
hukum tata negara mempelajari: